Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Selventhen A/L Shanmugan Tempat/ tangal lahir : Perak / 08 Februari 1990 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Berkat No.6, Medan Nomor Telepon : +6283199782103

Orang tua : Shanmugan/Sugunavathy

Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2007 : President College – 2010

: Fakultas Kedokteran USU – sekarang Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar

Malaysia Indonesia Cawangan Medan (PKPMI-CM)


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abed El Hakeem Noman El Jadba, Mansour Sobhi El Yazji,2009,Neonatal Septicemia in Gaza Hospitals,Neonatal Intensive Care Unit (NICU),Gaza City Hospital. Available from :

http://www.pjms.com.pk/issues/aprjun109/pdf/13.article12.pdf. [ Accesed 28 April 2013 ].

Amir I, Rundjan L. Pemberian antibiotik secara rasional pada sepsis neonatorum. Di dalam : Update in neonatal infection. Balai Penerbit FKUI; 2005 : 1-10. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, 1996. Infeksi pada bayi baru lahir.

Didalam Wahab S, editor. Ilmu kesehatan anak nelsson. Jakarta. EGC; 635-36

Balley JE, Goldfarb J, 1998. Infeksi neonatal, Di dalam Prof. Achmad Surjono, Ph, Sp.A (K), editor.Penatalaksanaan neonatus risiko tinggi. EGC. Jakarta; p.392-404

Bell J dan Turnidge J. SENTRY Antimicrobial Surveillance Program Asia Pacific Region and South Africa. Commun Dis Intell 2003; 27 Suppl:S61-6.

Bennert, Nicholas John, 2010, Bacteremia, Pediatric Infectious Disease, Department of Pediatrics, State University of New York Upstate Medical University. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/961169-overview. [Accesed 2 Mei 2013 ]

Budaya RA, Suwiyoga. Peranan faktor risiko KPD terhadap insidens sepsis neonatorum dini pada kehamilan aterm. Cermin Dunia Kedokteran No.151; 2006 : 15-17

Ghanshyam D. Kumhar, V.G. Ramachandran, and Piyush Gupta,2002, Bacteriological Analysis of Blood Culture Isolates from Neonates in a Tertiary Care Hospital in India,Department of Pediatrics and 2Department of Microbiology, University College of Medical Sciences and GTB Hospital, New Delhi 110 095, India. Available from :

df. [ Accesed 2 Mei 2013 ].

Gutoff P. Samuel,1996. Infeksi pada Bayi Baru Lahir. In Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1, Jakarta :EGC : 635-643.


(6)

Geisinger Medical Laboratories Microbiology Specimen Collection Instructions, 2007. Blood Culture Collection Guidelines,Geisinger Health System 2002 -2010. Available from :

.shtml. [ Accesed 1 Mei 2013].

Hirda Andayani, Windarwati, Hardjoeno. Pola sensitivitas kuman terhadap antimikroba di RS. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2005.

Jacobs M. Worldwide overview of antimicrobial resistance, Keynote lecture, ISAAR, 2005.

Karki S, Rai GK, Manandhar R,2010. Analisis Bakteriologi dan Pola Sensitivitas Kuman Terhadap Antibiotic yang Diisolasi Dari Kultur Darah di Rumah Sakit Anak Kanti, Kanti Children’s Hospital, Maharajgunj, Kathmandu, Nepal. Available from :

http://www.nepjol.info/index.php/JNPS/article/view/2482. [Accessed 2 Mei 2013].

Kliegman M. Robert., 1996. Janin dan Bayi Neonatus .In Nelson E. Waldo, Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak , Nelson Volume 1, Jakarta :EGC : 532.

Levy I, Leibovici L, Drucker M, Samra Z, Konisberger H, Ashkenazi S. A prospective study of Gram-negative bacteremia in children. Pediatr Infect Dis J. 1996;15(2):117-22.

Lestari ES, Severin JA, Filius PMG, Kuntaman K, Duerink DO, Hadi U, et al. Antimicrobial resistance among commensal isolates of Escherichia coli and Staphylococcus aureus in the Indonesia population inside and outside hospitals. European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases, 2008; 27:45

51.

Nelson E. Waldo, Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,1996, ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1 & 2, Jakarta :EGC.

Notoadmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, 3rd ed,Jakarta : Rineka Cipta.

Powell R. Keith,1996. Sepsis dan Syok. In Nelson E. Waldo, Berhman.E.Richard, Kliegman Robert, Arvin M. Ann, ed. Ilmu Kesehatan Anak, Nelson Volume 2, Jakarta :EGC :868-872.


(7)

Rapidmicrobiology.com,2007, Antibiotic Sensitivity Testing - Establishing the Minimum Inhibitory Concentration. Available from :

Testing.php . [ Accesed 20 Mei 2013].

Sastroasmoro Sudigdo., Ismael Sofyan.,2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,3rd ed.Jakarta : Sagung Seto.

Soerarmo,Sumarmo S. Poorwo,Garna Herry,Hadinegoro Sri Rezeki S,Satari Irawan Hindra.,2008. Sepsis dan Syok Septik di dalam Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis,ed isi kedua,Jakarta :Badan Penerbit IDAI :358

Tiflah, Farida, Helimia., 2006, Bakteremia Pada Neonatus: Hubungan Pola Kuman dan Kepekaanya Terhadap Antibiotik Inisial Serta Faktor Risikonya di Bangsal Bayi Risiko Tinggi (BBRT) Ruma Sakit Dr. Kariadi, Semarang Tahun 2004, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Available from :

http://eprints.undip.ac.id/21307/1/Tiflah.pdf.[ Acessed 4 Mei 2013]

Tri Nur Kristina, Handling Specimen (Pengambilan dan Penanganan material klinik untuk pemeriksaan mikrobiologi). Available from:

[Accesed 4 Mei 2013].

University of Pennsylvania Medical Center Guidelines for Antibiotic Use, GUIDELINES FOR BLOOD CULTURE COLLECTION.Philadephia :UniversityofPennsylvania,

Availablefrom:http://www.uphs.upenn.edu/bugdrug/antibiotic_manual/inf ctl%20blood%20cult.htm. [ Accesed 1 Mei 2013].

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.,2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Available from

.http://www.freewebs.com/mikrodas/PETUNJUK%20PRAKTIKUM.pdf [ Accesed 20 Mei 2013].

Wiswell TE. 2001. Neonatal septicemia. In : Workbook in practical neonatology. Souders Company;p.231-43.


(8)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Bakteremia

Bakteremia adalah bakteri ditemukan dalam darah pasien neonates di RSUP Haji Adam Malik yang didiagnosis melalui pemeriksaan kulur darah yang terlihat di dallam rekam medik.

3.2.2. Pasien neonatus

Pasien nenonatus adalah pasien yang dirawat di Divisi Perinatologi RSUP Haji Adam Malik yang berusia 0-4 minggu pada saat dilakukan pemeriksaan yang terlihat di dalam rekam medik.

Neonatus sakit Pemeriksaan kultur darah

Pola kuman penyebab bakteremia dan uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik


(9)

3.3. Cara ukur

Pengumpulan data yang diperoleh dari rekam medik dan catatan hasil pemeriksaan kultur darah dan test sensitivitas di Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

3.4. Alat ukur

Catatan hasil pemeriksaan kultur darah dan test sensitivitas 3.5. Kategori

1. Sensitif terhadap antibiotika: Adanya zona penghambatan (daerah jernih) di sekeliling cakram kertas.

2. Intermediate: Merupakan zona antara sensitif dan resisten.

3. Resisten terhadap antibiotika: tidak terdapat zona penghambatan di sekeliling cakram kertas.

3.6. Skala Pengukuran Nominal


(10)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui pola kuman dan sensivitas antibiotik kuman penyebab bakteriemia pada pasien neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang melakukan deksripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik faktor resiko maupun efek atau hasil. Dalam studi retrospektif, peneliti mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung (Sastroasmoro, 2010).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Waktu pengumpulan data dilakukan dari Januari sampai dengan Desember 2012. Hal ini adalah karena Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, merupakan rumah sakit yang mempunyai kerjasama dengan pihak Universitas Sumatera Utara di samping berperan sebagai rumah sakit pendidikan. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit rujukan utama di Sumatera Utara dan sering dikunjungi di Kota Medan.

4.3. Sampel

Sampel adalah semua pasien neonatus sakit dengan hasil kultur darah positif yang dirawat di ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.4. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, dimana semua pasien Neonatus sakit yang dirawat di ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum


(11)

Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 dengan hasil kultur darah positif diambil sebagai sampel.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari rekam medis dan catatan hasil pemeriksaan kultur darah dan sensitivitas pasien neonatus di Divisi Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada periode Januari sampai Desember 2012.

4.6. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer, kemudian data dianalisis secara deskripsi dan hasilnya disajikan dalam bentuk distribusi, diagram bar serta diagram pie.


(12)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara,Aceh,Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum,RSUP H.Adam Malik Medan didukung oleh 1.995 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi,604 orang paramedis perawatan,298 orang paramedik non perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H.Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap,perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart(CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Keseh

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 271 orang yaitu neonatus yang terinfeksi yang berobat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012 dan dirawat inap di ruang perinatologi.


(13)

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kuman

JENIS BAKTERI n (%)

Staphylococcus sp 103 38

Enterobacter sp 47 17.3

Klebsiella sp 38 14

Pseudomonas sp 37 13.7

Streptococcus sp 23 8.5

Escherichia coli 8 3

Bacillus sp 8 3

Acinetobacter sp 4 1.5

Salmonella sp 3 1.1

TOTAL 271 100

Pada tabel 5.1 diatas, dapat diketahui bahwa kuman terbanyak dari kultur darah di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012 adalah Staphylococcus sp (38%) diurutan pertama kemudian disusul oleh Enterobacter sp (17.3%), Pseudomonas sp (13.7%), Klebsiella sp (14%), Streptococcus sp (8.5%), Escherichia coli (3%), Bacillus sp (3%). Dan peratus bakteri infeksi yang paling rendah dari hasil penelititan ini adalah Acinetobacter sp (1.5%) dan Salmonella sp (1.1%).

Gambar 5.2 Sensitivitas Antibiotik Terhadap Kuman

0 10 20 30 40 50 60 70 80 AM K AM X AM P CF D CF T CZ D CR X CF P IMP CP R GT M MP N T GY SF M AM L Sensitif


(14)

Dari segi hasil sensitivitasnya mununjukkan bahwa antibiotic yang paling sensitif adalah Amikacin (74.5%) diikuti Meropenem (67.2%), Tigecycline (61.6%), Amoxyclav (56.1%) dan sebagian besar kuman yang lain ditemukan pada kultur darah telah mengalami sensitivitas kurang daripada 50% terhadap antibiotik yang digunakan di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Tabel 5.2. Sensitivitas Pola Kuman Terhadap Antibiotik

JENIS BAKTERI

AMK AMX AMP CFD CFT CZD CRX

S (%) S (%) S (%) S (%) S (%) S (%) S (%) Staphylococcus sp 100 8 20 0 17 49 17 Enterobacter sp 57 0 0 11 21 23 4 Klebsiella sp 95 13 18 3 34 18 0 Pseudomonas sp 32 8 14 16 84 24 22 Streptococcus sp 70 13 43 4 74 26 9 Escherichia coli 0 75 75 50 75 0 100 Bacillus sp 63 38 50 13 88 63 100 Acinetobacter sp 50 0 0 0 75 75 100 Salmonella sp 33 0 0 0 0 33 100

AMK: Amikacin AMX: Amoxilin AMP: Ampicilin CFD: Cefadroxil CFT: Cefotaxime CZD: Ceftazidime CRX: Cefuroxime CFP: Cefepime IMP: Imipenem CPR: Cefoperazone GTM: Gentamycin MPN: Meropenem TGY: Tigecycline SFM: Sulfamethoxazole AML: Amoxyclav


(15)

Tabel 5.2. Lanjutan Jenis

Bakteri

CFP IMP CPR GTM MPN TGY SFM AML S (%) S (%) S (%) S (%) S (%) S (%) S (%) S (%)

Staphyloccus sp 0 83 81 52 61 69 31 51

Enterobacter sp 4 6 6 13 94 89 9 94

Klebsiella sp 5 34 21 45 92 66 13 32

Pseudomonas sp 49 19 57 43 35 43 59 57

Streptococcus sp 70 22 57 52 52 22 39 52 Escherichia coli 0 13 100 50 13 100 13 13

Bacillus sp 88 0 13 63 100 0 0 63

Acinetobacter sp 0 0 0 25 75 0 0 100

Salmonella sp 0 0 67 67 100 0 0 33

Pada table 5.2 diatas dapat dilihat bakteri Staphylococcus sp mengalami sensitif yang paling tinggi terhadap Amikasin (100%). Pada kuman Enterobacter sp terlihat agak bersensitif tinggi terhadap Meropenem dan Amoxyclav (94%) diikuti Tigecycline (89%). Seterusnya Klebsiella sp terlihat tinggi sensitif pada Amikasin (95%). Untuk Pseudomonas sp sensitifnya tinggi terhadap Cefotaxime (84%). Seterusnya pada bakteri Streptococcus sp sensitifnya tinggi terhadap Cefotaxime (74%). Pada bakteri Escherichia coli sensitifnya tinggi terhadap Cefuroxime (100%), Cefoperazone (100%) dan Tigecycline (100%). Untuk bakteri Bacillus sp sensitifnya tinggi terhadap Cefuroxime (100%) dan Meropenem (100%). Untuk Acinetobacter sp sensitifnya tinggi terhadap Cefuroxime (100%) dan Amoxyclav (100%) dan untuk Salmonella sp sensitifnya tinggi terhadap Cefuroxime (100%) dan Meropenem (100%).


(16)

5.2 Pembahasan

Pada penelitian ini kuman yang terbanyak ditemukan adalah Staphylococcus sp dan juga penelitian ini menunjukkan bahwa Salmonella sp merupakan bakteri yang paling kurang pada tahun 2012. Hasil ini berbeda dengan beberapa pustaka yang menyebutkan bahwa kuman tersering yang menyebabkan bakteremia pada neonatus adalah GBS (Group B Streptococcus) dan Echerichia coli. Pada tahun 1930 Group A Streptococcus merupakan penyebab terbanyak infeksi neonatal dan bisa dikendalikan dengan penisilin. Padatahun 1940 insiden infeksi bakteri khususnya Echerichia coli meningkat dan pada tahun 1950 yang meningkat adalah infeksi Staphylococcus aureus. Pada tahun 1960–1970 infeksi Group B Streptococcus yang menonjol. (Kliegman, 1996). Selain itu, menurut Levy et al penelitiannya menunjukkan penyebab lebih dari 50% dari seluruh kasus pada tahun 1996 bakteremia terbanyak pada neonatus adalah disebabkan oleh Klebsiella pneumonia pada tahun 1996.

Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan pola kuman dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, perbedaan geografis dan pelayanan kesehatan di masing-masing rumah sakit (Balley, 1998). Ada juga penelitian menyatakan bahwa pola kuman penyebab bakteremia berbeda antara negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Di Australia, Amerika Syarikat dan banyak negara maju lainnya kuman penyebab bakteremia onset dini adalah GBS dan E coli, sedangkan kuman penyebab bakteremia onset lambat adalah CoNS. Di negara yang sedang berkembang sebagian besar kuman penyebab bakteremia adalah kuman gram negatif seperti Enterobactersp, Klebsiella sp, Escheichia Coli dan Psudomonas sp, sedangkan GBS yang merupakan kuman penyebab bakteremia di negara-negara maju belum pernah ditemukan pada negara berkembang (Amir, 2005). Akan tetapi dalam penelitian Raka Budayasa dan Suwiyoga menemukan GBS sebagai kuman terbanyak keempat setelah Escherichia Coli, Enterobacter dan Staphylococcus dari hasil kultur darah. Perubahan etiologi penyebab bakteremia pada neonatus ini tidakdiketahui dengan pasti dan tidak selalu dilacak untuk mengetahui perubahan khusus dalam perawatan neonatus.


(17)

Hasil penelitian ini juga sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karki S, Rai GK dan Mandhar R pada tahun 2010 di Rumah Sakit Kanti, Nepal yang mendapatkan kuman penyebab terbanyak yaitu E.coli sensitif terhadap antibiotik amikacin (74,7%) diikuti oleh ofloxacin (69,9%), ciprofloxacin (56,4%) dan kurang sensitif terhadap antibiotik chepalexin, gentamycin dan ampisilin. Kuman penyebab kedua terbanyak yaitu Staphylococcus aureus sensitif terhadap antibiotik chloramphenicol sebanyak 88,8 % diikuti oleh amikacin (87,5%), ofloxacin (76,5%) dan ciprofloxacin (72%) tetapi kurang sensitif terhadap cloxacillin, ampisilin dan penicillin.Untuk kuman penyebab ketiga terbanyak yaitu Klebsiella pneumonia sensitif terhadap amikacin sebanyak 91,7%, diikuti oleh ofloxacin (87,5%), chloramphenicol (81,8%) tetapi kurang sensitif terhadap kotrimoxazole dan gentamycin, serta resisten sebanyak 100% terhadap ampisilin dan erythromycin.

Secara keseluruhan, hal-hal di atas menunjukkan bahwa pergeseran pola kuman tidak perlu menunggu waktu terlalu lama, kejadian ini sesuai dengan teori bahwa pola kuman dan sensitivitasnya merupakan gejala fenomena dinamis (Hirda Andayani, 2005).

Secara keseluruhan pula, pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar kuman masih sensitif terhadap Meropenem, Amikacin, Amoxyclav serta Tigecycline sebanyak 50% sampai dengan 100%.


(18)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini kuman penyebab bakteremia terbanyak adalah yaitu Stapyylococcus sp (38%), Enterobacter sp (17.8 %) dan diikuti Klebsiella sp (14%). Sebagian besar kuman penyebab bakteremia pada neonatus kurang sensitivitas terhadap antibiotic (Amoxcilin Ampiciclin, Cefadroxil, Cefotaxime, Ceftazidime, Cefuroxime, Imipenem, Gentamyscin, Sulfamethoxazole) yang digunakan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

6.2 Saranan 6.1.1 Peneliti lain

Peneliti yang ingin meneliti kasus ini pada masa akan datang diharap dapat melengkapi kelemahan penelitian ini dengan cara melengkapkan data pada tahun 2012 serta mendapatkan jumlah sampel yang lebih besar dan memanjangkan periode penelitian

6.1.2 Rumah sakit

Data kultur haruslah dilengkapkan agar penelitian yang dijalankan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman atau suatu keadaan ditemukan mikroorganisme patogen di dalam sirkulasi dan dapat berkembang menjadi sepsis (Soedarno dkk,2008). Bakteriemia dapat merupakan fenomena sementara yang tidak disertai peyakit serius dari infeksi bakteri invasif yang berasal dari saluran gastrointestinum (Salmonella, Pseudomonas, Escherichia coli, Klebsiella-Enterobacter, Enterococcus), saluran kencing (E-coli, Klebsiella enterobacter, Proteus, Neisseria gonorrhoea), saluran pernapasan (Pneumococus, Haemophilus influenza, Staphylococus aureus) atau kulit (aureus, S-epidermidis, Streptococcus pyogenes). Bakteremia yang merefleksikan infeksi (true infection) akan menyebabkan respon fisiologis yang mengindikasikan adanya infeksi berat. Bakteremia ringan (< 100 unit pembentuk -koloni [ colony-forming units=CFU/ml darah) dapat menyertai instrumentasi saluran pernapasan, gastrointestinum, atau genitourinaria. Bakteriemia mungkin tidak bergejala atau disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh mekanisme pertahanan hospes, respons radang sistemik mulai terjadi dan dapat progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis adalah salah satu penyebab sindrom respons radang sistemik (SRRS) dan respon sistemik terhadap infeksi, berdasarkan adanya SRRS ditambah dengan infeksi yang dibuktikan atau dengan suspek infeksi secara klinis. Berdasarkan Bone et al, SIRS adalah pasien yang memiliki dua atau lebih kriteria:

1.Suhu >38 atau <36˚C

2.Denyut jantung >90 kali/menit

3.Laju Respirasi >20 kali/menit atau PaCo <32mmHg 4.Hitung leukosit >12.000/mm² atau >10% sel imatur

Jika tidak diketahui dan diobati secara dini, sepsis dapat memperberat terjadinya SRRS (Sindrom Respons Radang Sistemik), syok septik, syok refrakter, disfungsi banyak organ, dan kematian. Bakteriemia berat (>100-1.000 CFU/ml) seringkali


(20)

dapat ditemukan pada penderita sepsis dan juga pada mereka yang menderita syok septik ( Powell, 1996).

Menurut Blanc (1961), infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui 3 cara yaitu:

1. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melewati batas plasenta dan menyebabkan intervilousitis. Selanjutnya terjadi infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan kemudian masuk ke janin.

2. Infeksi intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara infeksi yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama .

3. Infeksi postanatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang diperoleh (acquired infection). Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang (cross infection). Morbiditas dan mortalitas infeksi postnatal tetap tinggi meskipun terapi terus berkembang. Ini kerana bayi yang lahir dirumah sakit terkena infeksi dengan kuman-kuman yang sudah tahan terhadap banyak jenis antibiotika sehingga menyulitkan pengobatannya.


(21)

Gambar 1. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut

BAKTERI

INFEKSI SETEMPAT BAKTEREMIA

SEPSIS

SINDROM SEPSIS

SYOK SEPTIK SEPSIS PLUS

SETIDAKNYA SALA SATU DARI BERIKUT INI: • PERUBAHAN MENTAL AKUT • HIPOKSEMIA • LAKTAT PLASMA • OLIGURIA BUKTI KLINIS ADANYA INFEKSI PLUS • HIPERTERMIA/ HIPOTERMIA • TAKIKARDIA • TAKIPNEA

• KELAINAN JUMLAH LEUKOSIT

Sindrom sepsis plus

Hipotensi atau pengisian kembali kapiler jelek yang berlansung lebih dari 1 jam walaupun sudah diberi cairan iv dan intervensi

farmakologik, dan memerlukan dukungan vasopressor


(22)

(Powell, 1996)

Infeksi pada neonatus dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ada beraneka ragam cara penularan agen penyebab infeksi dari ibu ke janin bayi baru lahir. Penyebaran hematogen transplasenta dapat terjadi pada setiap waktu selama kehamilan. Manifestasi infeksi kongenital dapat dilihat pada saat lahir atau setelah beberapa bulan kelahiran, bahkan beberapa tahun. Penularan infeksi secara vertikal dapat terjadi selama di dalam uterus, tepat sebelum kelahiran atau selama proses kelahiran. Setelah dilahirkan, bayi baru lahir terpapar terhadap penyakit infeksi dalam ruang perawatan atau di permukiman. Sehubungan dengan makin kompleksnya perawatan intensif neonatus, bayi baru lahir kurang bulan dan yang lahir dengan berat badan kurang akan dapat tetap hidup dan dapat bertahan lebih lama dalam lingkungan dengan risiko infeksi yang lebih tinggi. Bayi baru lahir

SINDROM SEPSIS PLUS HIPOTENSI ATAU

PENGISISAN KEMBALI KAPILER JELEK YANG BERESPONSSEGERA TERHADAP CAIRAN IV DAN/ATAU INTERVENSI FARMAKOLOGIK

SYOK SEPTIK REFRAKTER

MODS

KEMATIAN

SETIAP KOMBINASI • DIC

• ARDS

• GAGAL GINJAL AKUT • GAGAL HATI AKUT • DISFUNGSI SSS AKUT


(23)

mungkin kurang mampu berespons terhadap infeksi, karena menderita defisiensi satu atau lebih faktor imunologis yang melibatkan sistem retikuloendotelial, komplemen, leukosit, polimorfonuklear, sitokin, antibodi, atau imunitas seluler. Infeksi perinatal didapat terjadi tepat sebelum atau selama kelahiran dengan cara penularan mikroorganisme secara vertikal dari ibu ke bayi baru lahir (Gutoff, 1996).

Faktor neonatus terpenting yang memberi kecenderungan pada infeksi adalah prematuritas atau berat badan lahir rendah. Terdapat 3 sampai 10 kali lebih tinggi insidens infeksi dan sepsis pada bayi-bayi ini daripada bayi cukup bulan dengan berat badan lahir normal. Laki-laki memiliki insidens sepsis sekitar 2 kali lebih tinggi daripada wanita, dimana kemungkinan adanya faktor-faktor terkait jenis kelamin dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika melibatkan intubasi endotrakea, pemasangan kateter pembuluh darah umbilikus, atau keduanya, dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir. Infeksi neonatus pascalahir didapat setelah kelahiran, selama 28 hari pertama. Namun infeksi serupa juga terlihat pada bayi, terutama bayi prematur selama usia beberapa bulan pertama. Agen etiologi dapat ditularkan dari berbagai sumber manusia, seperti ibu, kontak keluarga, dan orang-orang di rumah sakit, atau dari sumber tidak hidup, seperti peralatan yang terkontaminasi (Gutoff, 1996).

Pada tahun 1930, Group A Streptococcus merupakan penyebab terbanyak infeksi neonatal dan bisa dikendalikan dengan penisilin. Pada tahun 1940 insiden. Infeksi gram negatif khususnya E. coli meningkat,sedangkan pada tahun 1950 yang meningkat adalah infeksi S.aureus. Pada tahun 1960 sampai dengan 1970, infeksi Group B Streptococcus yang menonjol (Berhman dkk, 1996). Pola kuman penyebab bakteriemia berbeda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Di Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara maju lainnya, kuman penyebab bakteriemia onset dini adalah Group B Streptococcus dan E coli. Di negara yang sedang berkembang, sebagian besar kuman penyebab bakteriemia adalah kuman gram negatif seperti Enterobacter sp, Klebsiella sp, Coli sp dan Psudomonas sp, sedangkan Group B Streprokokkous yang merupakan


(24)

kuman penyebab bakteriemia di negara-negara maju belum pernah ditemukan pada negara berkembang (Amir dkk, 2005). Perbedaan pola kuman ini mempunyai arti penting dalam penatalaksanaan bakteriemia, yaitu terhadap pemilihan antibiotik yang digunakan dan berkaitan dengan prognosis dan komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi. (Wiswell, 2001)

Studi prevalensi bacteremia pada anak-anak dalam berbagai pengaturan telah mengidentifikasi ada kecenderungan rasial, geografis, atau sosial ekonomi. Namun, pola resistensi antibiotik bervariasi di wilayah geografis yang berbeda, yang dapat mempengaruhi perawatan anak-anak dengan bacteremia (Harper MB, 1993). Pemberian antibiotik hendaknya disesuaikan dengan pola kuman yang ada pada masing-masing unit perawatan Neonatus. Tidak adanya pola kuman yang khas yang dapat digunakan sebagai pedoman terapi sementara menunggu hasil kultur selesai yang memakan waktu 3 sampai 5 hari merupakan salah satu penyebab resistensi. Oleh karena itu, uji mikrobiologi dan uji resistensi harus dilakukan secara rutin untuk memudahkan para dokter dalam hal memilih antibiotik. (Hadinegoro, 2002)

2.2. Neonatus

Periode neonatal didefinisikan sebagai 28 hari pertama setelah lahir dan dapat dibagi lagi dalam beberapa subdivisi yaitu early birth (less than 7 days), very early birth (less than 24 hr), dan late neonatal periods (7days to less than 28 days). (Kliegman, 2011)

2.3. Pemeriksaan kultur darah

Hasil sebagian besar daripada kultur darah akan menunjukkan hasil positif dalam waktu 24 sampai 36 jam masa inkubasi jika terdapat kehadiran mikroorganisme. Mengobati neonatus sepsis selama minimal 48 jam. Minimal 0.5 mL ( dan sebaiknya 1 mL) darah harus ditempatkan dalam botol kultur darah yang paling pediatric.


(25)

Terdapat dua jenis botol kultur, aerobik dan anaerobik (Manual of Neonatal Care, 6th Edition).

2.4. Uji Sensitivitas Antibiotik

Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu bakteri terhadap antibiotik. Uji kepekaan atau sensitivitas bertujuan untuk mengetahui daya kerja atau efektifitas dari suatu antibiotik dalam membunuh bakteri. (Akbar, 2009) Metode Kirby Bauer adalah uji sensitivitas dengan metode difusi agar menggunakan teknik disc diffusion, dalam uji sensitivitas metode Kirby Bauer menggunakan media seleksif, yaitu media Muller Hinton Agar. (Pudjarwoto, 2008) Mekanisme kerja metode Kirby Bauer cukup sederhana, pertama transfer koloni bakteri uji pada media BHI cair, inkubasi 37'C selama 18 jam. Pada umur 18 jam bakteri uji mengalami fase eksponensial atau logaritma (dimana bakteri dalam fase aktif, metabolisme dan enzm yang terbentuk maksimal sertaa berada pada fase pathogenitas). Pisahkan beberapa tetes suspensi ke dalm tabung reaksi yang berbeda, tambahkan NaCl Fisiologis. Masukkan lidi kapas steril ke dalam suspensi tersebut dan tekan lidi kapas pada dinding tabung, ratakan lidi kapas yang diolesi suspensi ke seluruh permukaan media MHA dengan ketebalan standar 0.6 cm. Diamkan lebih kurang 5 menit. Tempatkan disc antibiotik, inkubasi 37'C selama 18 jam, amati zona pertumbuhan bakteri di sekitar disc dan ukur diameter zona hambatannya, tentukan bakteri uji sensitivitas atau resisten terhadap antibiotik dengan menggunakan tabel interpretative standar. (Akbar, 2009) Bakteri uji resisten apabila pada zona hambatan yang terbentuk < tabel interpretative standar (bakteri uji tahan terhadap daya kerja antibiotik), bakteri uji sensitivitas apabila pada zona hambatan yang terbentuk > tabel interpretative standar. (bakteri uji peka terhadap daya kerja antibiotik) (Lady.A, 2008). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer : - Konsentrasi mikroba uji

- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram - Jenis antibiotik.


(26)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuman adalah organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa dan mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Kuman bisa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan ringan maupun berat sering pada tubuh pasien pediatrik (Dorland, 2003). Neonatus adalah bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Jumiarni, 1995). Bayi yang berisiko tinggi selama periode Neonatus harus diidentifikasi seawal mungkin agar dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas Neonatus (Berhman, 1996). Angka mortalitas tertinggi terjadi selama 24 jam pertama setelah lahir, dan secara keseluruhan kira-kira merupakan 65 % kematian dibawah umur 1 tahun (Kliegman, 1996).

Secara singkat, infeksi pada neonatus dapat melalui 3 cara yaitu; infeksi antenatal, infeksi intranatal, infeksi pascanatal. Infeksi sering dimulai dari dalam uterus tetapi muncul selama hari-hari pertama kehidupan, dengan rata-rata onset 20 jam. Bayi-bayi ini sering merupakan bayi prematur dan lahir setelah pecah ketuban dini atau adanya demam pada ibu atau korioamnionitis. Mortalitasnya tinggi yaitu antara 30 % sampai 50 % (Remington, 1983).

Mortalitas perinatal juga mengambarkan kematian janin dan neonatus yang dipengaruhi oleh keadaan prenatal dan keadaan di sekitar saat persalinan (Kliegman, 1996). Lamanya pemaparan dalam uterus, besarnya inokulum, status imun, dan agen etiologi mempengaruhi ekspresi penyakit pada janin atau bayi baru lahir. Berbagai organisme termasuk bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroplasma merupakan agen penyebab (Gotoff, 1996). Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi nosokomial didalam NICU (Neonates Intensive Care Unit). Ini termasuk berat badan lahir rendah, lama tinggal, prosedur invasif, serta penggunaan antimikroba spektrum luas


(27)

(Gutoff, 1996). Sistem imun pada bayi muda juga masih belum matang dimana lemahnya respon immunoglobulin G (IgG) terhadap bakteri dan penurunan aktivitas opsonin, fungsi makrofag serta aktivitas neutrofil (Bennet, 2010). Kuman mungkin tidak bergejala atau disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh mekanisme pertahanan hospes, responsradang sistemik mulai terjadi dan dapat progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis merupakan suatu respons sistemik yang berat terhadap infeksi (Powell, 1996). Pola penyebab infeksi senantiasa berubah sejalan dengan kemajuan teknologi. Demikian juga pola resistensinya yang cenderung berubah sejalan dengan pemakaian antibiotik. Oleh karena itu pengetahuan tentang pola penyebab, resistensinya dan faktor risiko perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilihan antibiotik yang tepat bagi penderita bakteriemia khususnya pada neonatus. Untuk itu, masih perlu dilakukan penelitian tentang pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik penyebab bakteremia pada neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola kuman penyebab bakteremia pada neonates dan sensitivitas terhadap antibioik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

1.3 Tujuan Penilitian Tujuan Umum:

Memperoleh informasi ilmiah mengenai pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik pada neonatus sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, pada tahun 2012.

Tujuan Khusus:

Memperoleh informasi tentang angka prevalensi pola kuman penyebab bakteremia dan sensitivitas antibiotik pada neonatus.


(28)

1.4 Manfaat Penilitian

1. Hasil atau data dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian yang selanjutnya .

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para klinis untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian terapi antimikroba yang rasional.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau rujukan dalam

pemberian terapi bagi tenaga-tenaga kesehatan di daerah terpencil dengan fasilitas yang terbatas.


(29)

ABSTRAK

Pendahuluan: Gambaran pola kuman penyebab bakteremia pada neonatus dan sensitivitasnya terhadap antibiotik adalah sangat penting untuk diketahui oleh para klinis agar memberi pengobatan yang benar. Pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik sering berubah dari waktu ke waktu dan dapat berbeda di semua tempat, maka adalah penting untuk dianalisis secara berkala.

Objektif: Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kuman penyebab bakteremia pada neonatus dan sensitivitasnya terhadap antibiotika di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012.

Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan data dikumpul secara retrospektif (sekunder) dari catatan hasil kultur darah Divisi Perinatologi RSUP H.Adam Malik selama setahun dari Januari 2012 sampai Desember 2012. Subjek penelitian adalah sebanyak 271 orang yaitu neonatus yang telah melakukan tes kultur darah di Divisi Perinatologi dengan hasil kultur positif signifikan dan telah dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotika.

Hasil: Hasil dari penelitian ini yaitu dari 271 sampel. Kuman penyebab Bakteremia pada neonatus terbanyak adalah Bakteri Staphylococcus sp mengalami sensitif yang paling tinggi terhadap Amikasin(100%) diikuti resisten yang paling tinggi pada Cefadroxil(100%) dan Cefepime(100%). Pada kuman Enterobacter sp terlihat agak bersensitif tinggi terhadap Meropenem(94%), Tigecycline(89%), Amoxyclav(94%) dan tinggi resistennya pada Amoxcilin(100%). Seterusnya Klebsiella sp terlihat tinggi sensitif pada Amikasin(95%) dan resistennya paling tinggi terhadap Cefuroxime(100%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi ISK pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki, insidens tertinggi dijumpai pada kelompok usia anak-anak (0-15 tahun). Kebanyakan kuman penyebab dari sampel urin merupakan Staphylococcus sp., Enterobacter sp. dan Klebsiella sp. Amikacin, masih sensitif terhadap Staphylococcus sp sementara Cefadroxil dan Cefepime adalah resisten.


(30)

ABSTRACT

Description of the pattern of bacteremia in neonatal causes of germ and sensitivity of antibiotics is very important to be known by the clinical trials to give the correct treatment. Patterns of antibiotic against germs and its sensitivity often change over time and can vary all over the place, then it is important to be analyzed on a regular basis.

The aim of this research is to know the description of patterns of germs cause of bacteremia in neonates and its sensitivity against antibiotics at RSUP Haji Adam Malik in 2012.

The design of this research is descriptive research and data were collected in retrospective (secondary) from blood culture results entry in Division of Perinatology RSUP Haji Adam Malik for a year from January 2011 to December 2012. The subject is as many as 271 neonates that had done blood culture tests in Division of Perinatology with significant results and positive culture results were done sensitivity test to antibiotics.

The results of this research are of 271 samples. Germs cause most Bacteremia in neonates is Staphylococcus sp which is experiencing the most sensitive to Amikasin (100%). On the germ Enterobacter sp a little sensitive to Meropenem (94%), Tigecycline (89%), and Amoxyclav (94%). So on Klebsiella sp is more sensitive to Amikasin (95%).

From the results of research, it can be concluded that the prevalence of UTI in women is higher than men, the highest incidence is found in the age group of children (0-15 months). Most germs cause of blood culture samples is Staphylococcus sp, Enterobacter SP. and Klebsiella sp.


(31)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA

PADA NEONATUS DAN SENSITIVITAS TERHADAP

ANTIBIOTIK DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PADA TAHUN 2012

Oleh:

SELVENTHEN SHANMUGAM

100100309

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(32)

GAMBARAN POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA

PADA NEONATUS DAN SENSITIVITAS TERHADAP

ANTIBIOTIK DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PADA TAHUN 2012

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SELVENTHEN SHANMUGAM

100100309

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(33)

(34)

ABSTRAK

Pendahuluan: Gambaran pola kuman penyebab bakteremia pada neonatus dan sensitivitasnya terhadap antibiotik adalah sangat penting untuk diketahui oleh para klinis agar memberi pengobatan yang benar. Pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik sering berubah dari waktu ke waktu dan dapat berbeda di semua tempat, maka adalah penting untuk dianalisis secara berkala.

Objektif: Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kuman penyebab bakteremia pada neonatus dan sensitivitasnya terhadap antibiotika di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012.

Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan data dikumpul secara retrospektif (sekunder) dari catatan hasil kultur darah Divisi Perinatologi RSUP H.Adam Malik selama setahun dari Januari 2012 sampai Desember 2012. Subjek penelitian adalah sebanyak 271 orang yaitu neonatus yang telah melakukan tes kultur darah di Divisi Perinatologi dengan hasil kultur positif signifikan dan telah dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotika.

Hasil: Hasil dari penelitian ini yaitu dari 271 sampel. Kuman penyebab Bakteremia pada neonatus terbanyak adalah Bakteri Staphylococcus sp mengalami sensitif yang paling tinggi terhadap Amikasin(100%) diikuti resisten yang paling tinggi pada Cefadroxil(100%) dan Cefepime(100%). Pada kuman Enterobacter sp terlihat agak bersensitif tinggi terhadap Meropenem(94%), Tigecycline(89%), Amoxyclav(94%) dan tinggi resistennya pada Amoxcilin(100%). Seterusnya Klebsiella sp terlihat tinggi sensitif pada Amikasin(95%) dan resistennya paling tinggi terhadap Cefuroxime(100%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi ISK pada perempuan lebih tinggi dari laki-laki, insidens tertinggi dijumpai pada kelompok usia anak-anak (0-15 tahun). Kebanyakan kuman penyebab dari sampel urin merupakan Staphylococcus sp., Enterobacter sp. dan Klebsiella sp. Amikacin, masih sensitif terhadap Staphylococcus sp sementara Cefadroxil dan Cefepime adalah resisten.


(35)

ABSTRACT

Description of the pattern of bacteremia in neonatal causes of germ and sensitivity of antibiotics is very important to be known by the clinical trials to give the correct treatment. Patterns of antibiotic against germs and its sensitivity often change over time and can vary all over the place, then it is important to be analyzed on a regular basis.

The aim of this research is to know the description of patterns of germs cause of bacteremia in neonates and its sensitivity against antibiotics at RSUP Haji Adam Malik in 2012.

The design of this research is descriptive research and data were collected in retrospective (secondary) from blood culture results entry in Division of Perinatology RSUP Haji Adam Malik for a year from January 2011 to December 2012. The subject is as many as 271 neonates that had done blood culture tests in Division of Perinatology with significant results and positive culture results were done sensitivity test to antibiotics.

The results of this research are of 271 samples. Germs cause most Bacteremia in neonates is Staphylococcus sp which is experiencing the most sensitive to Amikasin (100%). On the germ Enterobacter sp a little sensitive to Meropenem (94%), Tigecycline (89%), and Amoxyclav (94%). So on Klebsiella sp is more sensitive to Amikasin (95%).

From the results of research, it can be concluded that the prevalence of UTI in women is higher than men, the highest incidence is found in the age group of children (0-15 months). Most germs cause of blood culture samples is Staphylococcus sp, Enterobacter SP. and Klebsiella sp.


(36)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan saya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami saya selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Hafaz ZakkynAbdillah, M.Ked(Ped), Sp. A selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada saya selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. DR. Johny Marpaung, Sp.OG dan dr. Hemma Yufli, DAP&E, M.Med.Ed selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukan dan saranan yang telah diberikan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

6. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun


(37)

demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Medan, Desember 2013

Penulis

SELVENTHEN SHANMUGAM


(38)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN………..i

DAFTAR ISI………....ii

DAFTAR TABEL………...iv

DAFTAR GAMBAR……….…...……..iv

DAFTAR LAMPIRAN……….………...………...iv

BAB 1 PENDAHULUAN……….1

1.1. Latar Belakang………..1

1.2. Rumusan Masalah……….2

1.3. Tujuan Penelitian………..2

1.3.1. Tujuan Umum……….2

1.3.2. Tujuan khusus……….3

1.4. Manfaat Penelitian………3

BAB II……….4

TINJAUAN PUSTAKA………..4

2.1. BAKTEREMIA………4

2.1.1. Definisi …...………6

2.2.NEONATUS..………....9

2.3. PEMERIKSAAN KULTUR DARAH………..…………..10

2.4. UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK………...10

BAB III……….……..12

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………...……..12

3.1. Kerangka Konsep………12

3.2. Definisi Operasional………12

BAB IV………..14

METODE PENELITIAN………...14

4.1. Jenis Penelitian………14

4.2. Lokasi dan Tempat Penelitian………..……….14

4.3. Sampel………..………...14


(39)

4.5. Teknik Pengumpulan Data………..15

4.6. Pengolahan dan Analisis Data……….15

BAB V...16

5.1 HASIL PENELITIAN...16

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...16

5.1.2. Karaktristik Sampel...16

5.1.3. Distribusi Karaktristik Sampel...17

5.2. PEMBAHASAN...20

BAB VI...22

6.1. Kesimpulan...22

6.2. Saranan...22


(40)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut 7 3.1. Kerangka konsep 12 5.2. Sensitivitas Antibiotik terhadap Kuman 17


(41)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Nama Kuman 17 5.2 Sensitivitas Pola Kuman Terhadap Antibiotik 18


(1)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan saya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami saya selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Hafaz ZakkynAbdillah, M.Ked(Ped), Sp. A selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada saya selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. DR. Johny Marpaung, Sp.OG dan dr. Hemma Yufli, DAP&E, M.Med.Ed selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukan dan saranan yang telah diberikan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

6. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.


(2)

demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Medan, Desember 2013

Penulis

SELVENTHEN SHANMUGAM


(3)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN………..i DAFTAR ISI………....ii DAFTAR TABEL………...iv DAFTAR GAMBAR……….…...……..iv DAFTAR LAMPIRAN……….………...………...iv

BAB 1 PENDAHULUAN……….1

1.1. Latar Belakang………..1

1.2. Rumusan Masalah……….2

1.3. Tujuan Penelitian………..2

1.3.1. Tujuan Umum……….2

1.3.2. Tujuan khusus……….3

1.4. Manfaat Penelitian………3

BAB II……….4

TINJAUAN PUSTAKA………..4

2.1. BAKTEREMIA………4

2.1.1. Definisi …...………6

2.2.NEONATUS..………....9

2.3. PEMERIKSAAN KULTUR DARAH………..…………..10

2.4. UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK………...10

BAB III……….……..12

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………...……..12

3.1. Kerangka Konsep………12

3.2. Definisi Operasional………12

BAB IV………..14

METODE PENELITIAN………...14

4.1. Jenis Penelitian………14


(4)

4.5. Teknik Pengumpulan Data………..15

4.6. Pengolahan dan Analisis Data……….15

BAB V...16

5.1 HASIL PENELITIAN...16

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...16

5.1.2. Karaktristik Sampel...16

5.1.3. Distribusi Karaktristik Sampel...17

5.2. PEMBAHASAN...20

BAB VI...22

6.1. Kesimpulan...22

6.2. Saranan...22


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut 7 3.1. Kerangka konsep 12 5.2. Sensitivitas Antibiotik terhadap Kuman 17


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Nama Kuman 17 5.2 Sensitivitas Pola Kuman Terhadap Antibiotik 18


Dokumen yang terkait

Gambaran Penderita Karsinoma Laring di Departemen THT-KL RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013

2 45 61

Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotik Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode 1 Juli 2009 Sampai Dengan 30 Juni 2010

1 47 48

BAKTEREMIA PADA NEONATUS : POLA KUMAN DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA Bakteremia Pada Neonatus : Pola Kuman Dan Kepekaannya Terhadap Antibiotika Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

0 4 12

BAKTEREMIA PADA NEONATUS : POLA KUMAN DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA Bakteremia Pada Neonatus : Pola Kuman Dan Kepekaannya Terhadap Antibiotika Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014.

1 10 17

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 11

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 2

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 3

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 7

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 3

Gambaran Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Di Rsup Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 4