Pola Kuman Penyebab Bakteremia Pada Neonatus Dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotik Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode 1 Juli 2009 Sampai Dengan 30 Juni 2010

(1)

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP

H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JULI 2009 SAMPAI DENGAN 30 JUNI 2010

Oleh:

NUR LIYANA BINTI ZAKARIA 070100274

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP

H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JULI 2009 SAMPAI DENGAN 30 JUNI 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

NUR LIYANA BINTI ZAKARIA 070100274

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP

H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JULI 2009 SAMPAI DENGAN 30 JUNI 2010

Nama : Nur Liyana binti Zakaria NIM : 070100274

Pembimbing Penguji I

(dr. Nelly Elfrida Samosir, SpPK NIP : 1969 0906 2005 01 2002

) (dr Surjit Singh, SpF)

Penguji II

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M. Med. ED NIP. 19741019 2001122 001

)

Medan, 30 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan: Neonatus sangat rentan terhadap infeksi terutama pada saat awal kehidupan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Walaupun telah terjadi kemajuan dalam terapi dan penggunaan antibiotik, angka kesakitan dan kematian pada neonatus masih tetap tinggi .

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan sensitivitas kuman penyebab bakteremia pada neonatus yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan periode 1 Juli 2009 sampai 30 Juni 2010. Selain itu, turut diteliti jumlah pasien neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian deksriptif retrospektif . Data diperoleh melalui catatan hasil pemeriksaan kultur darah pasien neonatus di Divisi Tropmed Patologi Klinik,RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Hasil: Dari jumlah 149 sampel yang dikaji, ditemukan hasil positif kultur darah kebanyakannya merupakan perempuan yaitu sebanyak 130 orang (87,2%). Hasil kultur yang positif paling banyak dijumpai pada kelompok umur antara 0 sampai 10 hari yaitu sebanyak 102 orang (68,5%). Kuman penyebab bakteriemia yang terbanyak merupalan Staphylococcus epidermidis yaitu sebanyak 29 orang (19,5%) dan didapati sensitf terhadap amikacin (83,3%), meropenem (61,9%), dan amoxyclav (53,3%), sementara resisten terhadap penicillin (68,4%), sulfametoxazole (66,7%), dan ampisilin (58,3%). Ini diikuti oleh Pseudomonas sp. yaitu sebanyak 26 orang (17.4%) dan didapati sensitif terhadap meropenem (85,0%), amikacin (70,0%) dan erythromycin (58,3%), sedangkan penicillin (93,8%), cefuroxime (73,7%) dan ampisilin (66,7%) adalah resisten.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian, dapat disimpukan bahawa prevalensi pada neonatus perempuan lebih tinggi dari laki-laki, dan lebih sering pada kelompok umur 0 sampai 10 hari. Oleh karena pola kuman penyebab dan sensitivitas antibiotik yang senantiasa berubah, maka perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilian antibiotik yang tepat dan menghindari resistensi dengan melakukan penelitian berkala.


(5)

ABSTRACT

Introduction: Neonates are vulnerable to infections especially in early day of their life that could be influences by multifactor. Despite advances in supportive care and use of antibiotics, infections and bacteraemia preserves its importance due to its high mortality and morbidity among neonates.

Objective: The purposes of this study is to determine the bacterial and sensitivity pattern for bacteraemia in neonates who were admitted to Haji Adam Malik Primary Hospital, Medan Indonesia within the period of 1st July 2009 until 30th June 2010. In Addition, the number of neonates that undergo the blood culture procedure according to the range of age and gender were also studied.

Methode: This is a descriptive with retrospective approach study. All the culture reports are collected from the Department of Clinical Pathology, Haji Adam Malik Primary Hospital in Medan, Indonesia

Results: Of the 149 samples of bacteraemia, most positive results of the blood cultures were found in 130 girls (87.2%). Most positive results were found in the neonates of 0-10 day’s age group, which are 102 patients (68.5%). The most isolated bacteria from the blood culture were Staphylococcus epidermidis (19.5%), which is sensitive towards amikacin (83.3%), meropenem (61.9%), and amoxyclav (53.3 %) while resistant to penicillin (68, 4%), sulfametoxazole (66.7%), and ampisilin (58.3%). It was followed by Pseudomonas sp.(17.4%) where meropenem ( 85.0 % ), amikacin (70,0 %) and erythromycin (58,3 %) were founmd sensitive, while penicillin (93.8 %), cefuroxime (73.7%) and ampisilin (66.7 %) were resistance.

Conclusion: Based on the results, it can be concluded that prevalance of bacteremia was higher in girls than in boys. The range of age with highest frequency of blood culture test was 0-10 days of life. Since the bacterial and sensitivity pattern is always varied, it is important to improve the knowledge as a guideline for accurate antibiotics therapy selections and avoiding resistance.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan ke hadrat Allah SWT atas penulisan hasil penelitian ini.

Di dalam penulisan hasil penelitian ini dimuatkan secara keseluruhan gambaran, l tentang penelitian yang telah dijalankan di mana, semua hasil penelitian yang diperoleh diolah secara sistematis dan tinjauan pustaka dengan isi yang relevan dari sumber yang valid. Pembuatan laporan hasil penelitian proposal ini juga merupakan tahap lanjutan dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah individual yang dilaksanakan pada semester 6. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bersesuaian dengan area kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia (KIPDI II).

Bagaimanapun, masih terdapat banyak kekurangan dari berbagai sudut, untuk itu diharapkan lebih banyak saran dan kritik supaya penulisan ini dapat menjadi lebih sempurna. Kepada dosen pembimbing saya ucapkan jutaan terima kasih atas bimbingan dan tunjuk ajar yang telah diberikan untuk menjayakan pembuatan laporan hasil penelitian ini. Tidak lupa juga kepada teman-teman yang turut memberikan tunjuk ajar dan sudi berkongsi informasi yang bermanfaat . Diharapkan penulisan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, 27 November 2010

Nur Liyana binti Zakaria NIM : 070100274


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Bakteriemia ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Bakteriemia dan Komplikasi-Komplikasi lanjut ... 5

2.2. Neonatus ... 10

2.2.1.Definisi ... 10

2.3. Kultur Darah ... 10

2.3.1.Penanganan Sampel Kultur Darah ... 11

2.4. Uji Sensitivitas Antibiotik ... 12

2.4.1. Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer ... 13

2.4.2.Cara kerja pengujian Antibiotik dengan metode Kirby-Bauer ... 13


(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 15

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2 Definisi Operasional ... 15

3.3 Cara Ukur ... 15

3.4 Alat Pengukuran ... 15

3.5 Kategori ... 16

3.6 Skala Pengukuran ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1 Rancangan Penelitian ... 17

4.2 Lokasi dan waktu Penelitian ... 17

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 17

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 18

4.5 Metode Analisis Data ... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 19

5,1. Hasil Penelitian... 19

5.1.1. Deksripsi lokasi penelitian ... 19

5.1.2. Deksripsi karakteristik sampel ... 19

5.1.3. Deksripsi sampel berdasarkan umur ... 20

5.1.4. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin... 21

5.1.6. Pola kuman dan senstivitasnya terhadap antibiotik ... 22

5.2. Pembahasan ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1. Kesimpulan ... 31

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Volume darah yang perlu diambil untuk pasien pediatrik... 11 Tabel 5.1. Kelompok Umur Berdasarkan Hari Setelah Lahir ... 20 Tabel 5.2. Distribusi Pemeriksaan Kultur Darah Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 21 Tabel 5.3. Jenis Kuman yang diisolasi ... 21 Tabel 5.4. Pola kuman dan sensivitasnya terhadap antibiotik penyebab

bakteriemia pada neonatus... 22 Tabel 5.5. Sensitivitas dan resistensi bakteri gram positif penyebab

bakteriemia pada neonatus... 23 Tabel 5.6. Sensitivitas dan resistensi bakteri gram negatif penyebab

bakteriemia pada neonatus ... 25


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut ... 7 Gambar 2 Mode penularan agen penyebab infeksi dari ibu ke janin

atau ke bayi baru lahir ... 8 Gambar 3 Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer ... 14 Gambar 4 Cara pengukuran diameter zona hambat (zona jernih) ... 14


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Tabel sensitivitas dan resistensi kuman yang diisolasi terhadap antibiotik.

LAMPIRAN 2 : Daftar data pasien

LAMPIRAN 3 : Daftar jenis kuman dan kelompok umur

LAMPIRAN 4 : Daftar data pasien dengan sensitivitas terhadap antibiotik LAMPIRAN 5 : Daftar nama antibiotik

LAMPIRAN 6 : Tabel frekuensi jenis kuman, kelompok umur, dan jenis kelamin

LAMPIRAN 7 : Tabel frekuensi pola kuman dan kepekaan terhadap antibiotik kuman penyebab yang diisolasi pada pasien neonatus dengan bakteremia

LAMPIRAN 8 : Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 9 : Surat Izin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan LAMPIRAN 10 : Surat Izin Penelitian dari Medical Education Unit (MEU)

kepada RSUP H. Adam Malik

LAMPIRAN 11 : Surat keterangan dari Medical Education Unit (MEU) kepada Komisi Etik

LAMPIRAN 12 : Surat persetujuan dari Komisi Etik untuk pelaksanaan penelitian


(12)

ABSTRAK

Pendahuluan: Neonatus sangat rentan terhadap infeksi terutama pada saat awal kehidupan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Walaupun telah terjadi kemajuan dalam terapi dan penggunaan antibiotik, angka kesakitan dan kematian pada neonatus masih tetap tinggi .

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan sensitivitas kuman penyebab bakteremia pada neonatus yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan periode 1 Juli 2009 sampai 30 Juni 2010. Selain itu, turut diteliti jumlah pasien neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian deksriptif retrospektif . Data diperoleh melalui catatan hasil pemeriksaan kultur darah pasien neonatus di Divisi Tropmed Patologi Klinik,RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Hasil: Dari jumlah 149 sampel yang dikaji, ditemukan hasil positif kultur darah kebanyakannya merupakan perempuan yaitu sebanyak 130 orang (87,2%). Hasil kultur yang positif paling banyak dijumpai pada kelompok umur antara 0 sampai 10 hari yaitu sebanyak 102 orang (68,5%). Kuman penyebab bakteriemia yang terbanyak merupalan Staphylococcus epidermidis yaitu sebanyak 29 orang (19,5%) dan didapati sensitf terhadap amikacin (83,3%), meropenem (61,9%), dan amoxyclav (53,3%), sementara resisten terhadap penicillin (68,4%), sulfametoxazole (66,7%), dan ampisilin (58,3%). Ini diikuti oleh Pseudomonas sp. yaitu sebanyak 26 orang (17.4%) dan didapati sensitif terhadap meropenem (85,0%), amikacin (70,0%) dan erythromycin (58,3%), sedangkan penicillin (93,8%), cefuroxime (73,7%) dan ampisilin (66,7%) adalah resisten.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian, dapat disimpukan bahawa prevalensi pada neonatus perempuan lebih tinggi dari laki-laki, dan lebih sering pada kelompok umur 0 sampai 10 hari. Oleh karena pola kuman penyebab dan sensitivitas antibiotik yang senantiasa berubah, maka perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilian antibiotik yang tepat dan menghindari resistensi dengan melakukan penelitian berkala.


(13)

ABSTRACT

Introduction: Neonates are vulnerable to infections especially in early day of their life that could be influences by multifactor. Despite advances in supportive care and use of antibiotics, infections and bacteraemia preserves its importance due to its high mortality and morbidity among neonates.

Objective: The purposes of this study is to determine the bacterial and sensitivity pattern for bacteraemia in neonates who were admitted to Haji Adam Malik Primary Hospital, Medan Indonesia within the period of 1st July 2009 until 30th June 2010. In Addition, the number of neonates that undergo the blood culture procedure according to the range of age and gender were also studied.

Methode: This is a descriptive with retrospective approach study. All the culture reports are collected from the Department of Clinical Pathology, Haji Adam Malik Primary Hospital in Medan, Indonesia

Results: Of the 149 samples of bacteraemia, most positive results of the blood cultures were found in 130 girls (87.2%). Most positive results were found in the neonates of 0-10 day’s age group, which are 102 patients (68.5%). The most isolated bacteria from the blood culture were Staphylococcus epidermidis (19.5%), which is sensitive towards amikacin (83.3%), meropenem (61.9%), and amoxyclav (53.3 %) while resistant to penicillin (68, 4%), sulfametoxazole (66.7%), and ampisilin (58.3%). It was followed by Pseudomonas sp.(17.4%) where meropenem ( 85.0 % ), amikacin (70,0 %) and erythromycin (58,3 %) were founmd sensitive, while penicillin (93.8 %), cefuroxime (73.7%) and ampisilin (66.7 %) were resistance.

Conclusion: Based on the results, it can be concluded that prevalance of bacteremia was higher in girls than in boys. The range of age with highest frequency of blood culture test was 0-10 days of life. Since the bacterial and sensitivity pattern is always varied, it is important to improve the knowledge as a guideline for accurate antibiotics therapy selections and avoiding resistance.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bakteriemia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah (Bennet, 2010). Neonatus merupakan periode 4 minggu pertama kehidupan sesudah lahir (Kliegman, 1996). Masa Neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi, yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ekstra uteri. Bayi yang berisiko tinggi selama periode Neonatus harus diidentifikasi seawal mungkin agar dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas Neonatus (Berhman, 1996). Angka mortalitas tertinggi terjadi selama 24 jam pertama setelah lahir, dan secara keseluruhan kira-kira merupakan 65 % kematian dibawah umur 1 tahun (Kliegman, 1996).

Secara ringkas, infeksi pada neonatus dapat melalui 3 cara yaitu; infeksi antenatal, infeksi intranatal dan infeksi pascanatal (Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985). Infeksi sering dimulai dari dalam uterus tetapi muncul selama hari-hari pertama kehidupan, dengan rata-rata onset 20 jam. Bayi-bayi ini sering merupakan bayi prematur dan lahir setelah pecah ketuban dini atau adanya demam pada ibu atau korioamnionitis. Mortalitasnya tinggi yaitu antara 30 % - 50 % (Remington, 1983).

Mortalitas perinatal juga mengambarkan kematian janin dan Neonatus yang dipengaruhi oleh keadaan prenatal dan keadaan di sekitar saat persalinan (Kliegman, 1996). Lamanya pemaparan dalam uterus, besarnya inokulum, status imun, dan agen etiologi mempengaruhi ekspresi penyakit pada janin atau bayi baru lahir. Berbagai organisme termasuk bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroplasma merupakan agen penyebab (Gotoff, 1996). Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi nosokomial didalam NICU (Neonates Intensive Care Unit). Ini termasuk berat badan lahir rendah, lama tinggal, prosedur invasif, serta penggunaan antimikroba spektrum luas (Gutoff, 1996). Sistem imun pada bayi muda juga masih belum matang dimana lemahnya respon immunoglobulin G (IgG) terhadap bakteri dan penurunan


(15)

aktivitas opsonin, fungsi makrofag serta aktivitas neutrofil (Bennet, 2010). Bakteremia mungkin tidak bergejala atau disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh mekanisme pertahanan hospes, respons radang sistemik mulai terjadi dan dapat progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis merupakan suatu respons sistemik yang berat terhadap infeksi (Powell, 1996).

Spektrum organisme penyebab infeksi neonatal selalu berubah dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa penyebab bakteremia berbeda antar rumah sakit selaras dengan jenis pelayanan spesialisnya, kekerapan infeksi nosokomial, dan jenis pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tifla dan Farida pada tahun 2004, yang meneliti tentang Bakteriemia pada Neonatus: Hubungan Pola Kuman dan Kepekaannya terhadap Antibiotik Inisial serta Faktor Risikonya di Bangsal Bayi Risiko Tinggi (BBRT) Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, mendapatkan kuman penyebab utama bakteriemia pada Neonatus adalah Pseudomonas sp (21,6%), diurutan pertama, diikuti oleh Enterobacter sp (12,4%) diurutan kedua, kemudian S. epidermidis (7,2%) dan S. aureus (4,1%).

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar kuman penyebab bakteriemia telah mengalami resistensi pada Ampisilin, Gentamisin, dan Sefotaksim. Pada penelitian lain yang dilakukan di India oleh Kumhar, Ramachandran dan Gupta pada tahun 2002 yang meneliti tentang Analisis Bakteriologi pada Kultur Darah Pasien Neonatus pada Rumah Sakit Tingkat Pelayanan Tertier di India mendapatkan kuman penyebab utama untuk bakteri gram- negatif adalah Klebsiella sebanyak 33.8 %, dikut i oleh Enterobacter sebanyak 7,5 % dan Escherichia coli sebanyak 4.6 %. Untuk Bakteri gram positif pula diperoleh Staphylococi sebagai penyebab utama sebanyak 32.3 %. Hampir 80 % bakteri gram positif yang diisolasi sensitif terhadap Vankomisin, sedangkan untuk bakteri gram negatif masih sensitif terhadap Ciprofloxacin dan Amikasin.

Pada penelitian yang dilakukan di Gaza pada tahun 2009 oleh Abed El Hakeem Noman El Jadba, Mansour Sobhi El Yazji yang meneliti tentang


(16)

Septikaemia Neonatal di Rumah Sakit-Rumah Sakit di Kota Gaza mendapatkan bakteri Coagulase Negatif Staphylococus sebagai penyebab utama yaitu sebanyak 57.3%, E . coli 10.4% dan diikuti Klebsiella spp sebanyak 8.0% berdasarkan hasil pemeriksaan kultur darah. Untuk sensivitas antibiotik, pada penelitian ini didapatkan bahwa antibiotik yang paling sensitif untuk bakteri gram negatif adalah Meropenem, diikut i oleh Amikacin, Ceftriaxone, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, Cefuroxime, Gentamycin, Ceftazidim, Cefataxime, Pipracellin dan Ampicillin. Untuk bakteri gram positif pula dikatakan paling sensitif terhadap Vancomycin, diikut i oleh Chloramphenicol, Cefuroxime, Ceftriaxone, Amikacin, Gentamycin, Penicillin dan Ceftazidim.

Selain itu, satu lagi penelitian yang dilakukan oleh Karki S. Rai GK dan Mandhar R pada tahun 2010 di Kanti, Nepal, yang meneliti tentang analisis bakteriologi dan pola sensitivitas antibiotik dari isolasi kultur darah pada anak di Rumah Sakit Kanti mendapatkan kuman penyebab terbanyak adalah E.coli sebanyak 76.0%, diikuti oleh S.aureus (62,1%) dan Klebsiella pneumoniae sebanyak 46.2%. E.coli sensitif terhadap Amikacin sebanyak 74,7 % diikuti Ofloxacin sebanyak 69.9% dan Ciprofloxacin 56.4 %.

Pola penyebab infeksi senantiasa berubah sejalan dengan kemajuan teknologi. Demikian juga pola resistensinya yang cenderung berubah sejalan dengan pemakaian antibiotik. Oleh karena itu pengetahuan tentang pola penyebab, resistensinya dan faktor risiko perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilihan antibiotik yang tepat bagi penderita bakteriemia khususnya pada neonatus. Untuk itu, masih perlu dilakukan penelitian tentang pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik penyebab bakteremia pada neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Bagaimana pola kuman penyebab bakteriemia pada pasien neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, serta sensitivitasnya terhadap antibiotik ?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Memperoleh informasi ilmiah mengenai pola kuman penyebab bakteriemia dan sensitivitasnya terhadap antibiotik pada pasien Neonatus, di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, periode 1 Juli 2009 sampai dengan 30 Juni 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Memperoleh informasi tentang angka kejadian bakteriemia pada pasien Neonatus berdasarkan usia kelahiran.

1.4. Manfaat Penelitian

1.Hasil atau data dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian yang selanjutnya .

2.Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para klinis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian terapi antimikroba yang rasional.

3.Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau rujukan dalam pemberian terapi bagi tenaga-tenaga kesehatan di daerah terpencil dengan fasilitas yang terbatas.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bakteriemia 2.1.1. Latar Belakang

Bakteriemia merupakan suatu keadaan ditemukan mikroorganisme patogen di dalam sirkulasi (Soedarno dkk,2008). Bakteriemia dapat merupakan fenomena sementara yang tidak disertai peyakit atau perluasan serius dari infeksi bakteri invasif yang berasal dari saluran gastrointestinum (Salmonella, Pseudomonas, Escerichia coli, Klebsiella-Enterobacter, Enterococcus), saluran genitourinarius (E.coli, Klebsiella enterobacter, Proteus, Neisseria gonorrhoea) atau saluran pernapasan (Pneumococus, Haemophilus influenza, Staphylococus aureus) atau kulit (S.aureus, S.epidermidis, Streptococcus pyogenes). Bakteriemia dapat muncul mendahului atau terjadi bersama dengan infeksi fokus metastasis lokal spesifik, misalnya bakteriemia yang terjadi bersama dengan meningitis, osteomielitis, endokarditis, epiglottis, dan selulitis wajah. Bakteremia sementara atau ringan (< 100 unit pembentuk – koloni [colony-forming units=CFU/ml darah) dapat menyertai instrumentasi saluran pernapasan, gastrointestinum, atau genitourinaria. Bakteriemia mungkin tidak bergejala atau disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh mekanisme pertahanan hospes, respons radang sistemik mulai terjadi dan dapat progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis adalah salah satu penyebab sindrom respons radang sistemik (SRRS), tetapi juga merupakan penyebab noninfeksius. Jika tidak diketahui dan diobati secara dini, sepsis dapat menjelek menjadi SRRS (Sindrom Respons Radang Sistemik), syok septik, syok refrakter, disfungsi banyak organ, dan kematian. Bakteriemia berat (> 100-1.000 CFU/ml) seringkali ditemukan pada penderita sepsis dan pada mereka yang keadaannya menjelek menjadi syok septik ( Powell, 1996).

Menurut Blanc (1961), infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui 3 cara yaitu :


(19)

1. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilousitis. Selanjutnya terjadi infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan kemudian masuk ke janin.

2. Infeksi intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara infeksi yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama .

3. Infeksi pascanatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang.

(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985) 2.1.2. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut

Proses perubahan dari keadaan bakteriemia sampai ke sepsis, gangguan fisiologis dan komplikasi berikutnya diilustrasikan pada gambar 1 dibawah:


(20)

Gambar 1. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut INFEKSI SETEMPAT SEPSIS SINDROM SEPSIS BAKTEREMIA SYOK SEPTIK AWAL

SYOK SEPTIK REFRAKTER

MODS

KEMATIAN SEPSIS PLUS

SETIDAKNYA SALA SATU DARI BERIKUT INI:

• PERUBAHAN MENTAL AKUT • HIPOKSEMIA • LAKTAT PLASMA • OLIGURIA

BUKTI KLINIS ADANYA INFEKSI PLUS • HIPERTERMIA/HI POTERMIA • TAKIKARDIA • TAKIPNEA • KELAINAN JUMLAH LEUKOSIT

SINDROM SEPSIS PLUS HIPOTENSI ATAU PENGISIAN KEMBALI KAPILER JELEK YANG BERLANSUNG LEBIH DARI 1 JAM WALAUPUN SUDAH DIBERI CAIRAN IV DAN INTERVENSI FARMAKOLOGIK, DAN MEMERLUKAN DUKUNGAN VASOPRESSOR SINDROM SEPSIS PLUS HIPOTENSI ATAU PENGISISAN KEMBALI KAPILER JELEK YANG BERESPONSSEGERA TERHADAP CAIRAN IV DAN/ATAU INTERVENSI FARMAKOLOGIK SETIAP KOMBINASI • DIC • ARDS

• GAGAL GINJAL AKUT

• GAGAL HATI AKUT

• DISFUNGSI SSS AKUT

(Powell, 1996)

BAKTERI B k iBAKT


(21)

Infeksi pada neonatus dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ada beraneka ragam cara penularan agen penyebab infeksi dari ibu ke janin bayi baru lahir. Penyebaran hematogen transplasenta dapat terjadi pada setiap waktu selama kehamilan. Manifestasi infeksi kongenital dapat dilihat pada saat lahir atau setelah beberapa bulan kelahiran, bahkan beberapa tahun. Penularan infeksi secara vertikal dapat terjadi selama di dalam uterus, tepat sebelum kelahiran atau selama proses kelahiran. Setelah dilahirkan, bayi baru lahir terpapar terhadap penyakit infeksi dalam ruang perawatan atau di permukiman. Sehubungan dengan makin kompleksnya perawatan intensif neonatus, bayi baru lahir kurang bulan dan yang lahir dengan berat badan kurang akan dapat tetap hidup dan dapat bertahan lebih lama dalam lingkungan dengan risiko infeksi yang lebih tinggi. Bayi baru lahir mungkin kurang mampu berespons terhadap infeksi, karena menderita defisiensi satu atau lebih faktor imunologis yang melibatkan sistem retikuloendotelial, komplemen, leukosit, polimorfonuklear, sitokin, antibodi, atau imunitas seluler. Infeksi perinatal didapat terjadi tepat sebelum atau selama kelahiran dengan cara penularan mikroorganisme secara vertikal dari ibu ke bayi baru lahir (Gutoff, 1996).

Gambaran skematis di bawah ini menunjukkan mode penularan agen penyebab infeksi dari ibu ke janin atau ke bayi baru lahir:

Sirkulasi Maternal

Gambar 2 Mode Penularan Agen Penyebab Infeksi Dari Ibu Ke Janin Atau Ke Bayi Baru Lahir

Plasenta Cairan Amnion Sekret vagina Sirkulasi Janin Aspirasi Tertelan Luka

Paru Saluran GI Monitor janin Akses vascular Umbilikus Bedah


(22)

Faktor Neonatus terpenting yang memberi kecenderungan pada infeksi adalah prematuritas atau berat badan lahir rendah. Terdapat 3-10 kali lebih tinggi insidens infeksi dan sepsis pada bayi-bayi ini daripada bayi cukup bulan dengan berat badan lahir normal. Laki-laki memiliki insidens sepsis sekitar 2 kali lebih tinggi daripada wanita, dimana kemungkinan adanya faktor-faktor terkait seks dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika melibatkan intubasi endotrakea, pemasangan kateter pembuluh darah umbilikus, atau keduanya, dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir. Infeksi neonatus pascalahir didapat setelah kelahiran, selama 28 hari pertama. Namun infeksi serupa juga terlihat pada bayi, terutama bayi prematur selama usia beberapa bulan pertama. Agen etiologi dapat ditularkan dari berbagai sumber manusia, seperti ibu, kontak keluarga, dan orang-orang di rumah sakit, atau dari sumber tidak hidup, seperti peralatan yang terkontaminasi (Gutoff, 1996).

Identifikasi infeksi bakteri dapat dilakukan dengan cara mengisolasi agen etiologi yang berasal dari cairan tubuh yang biasanya steril (darah, cairan serebrospinal [CSS], urin, cairan sendi) dengan menemukan endotoksin atau antigen bakteri pada cairan tubuh (CSS, urin, atau serum) atau dengan cara menemukan infeksi bakteri saat autopsi. Lebih disukai mengambil 2 spesimen dari biakan darah dengan cara pungsi vena dari tempat berbeda untuk menghindari kekacauan yang disebabkan oleh kontaminasi kulit. Sampel yang diperoleh dari kateter umbilikus harus diambil hanya pada saat awal penusukan. Sampel dari vena perifer juga harus dikumpulkan jika sampel untuk biakan diambil dari kateter vena sentral. Biakan darah yang dilakukan dengan metode radiometri dapat menghasilkan pertumbuhan dalam waktu 24-72 jam. Meskipun biakan darah biasanya menjadi dasar untuk diagnosis infeksi bakteri, fase bakteriemia pada keadaan sakit mungkin luput karena waktu pengambilan yang kurang tepat atau jumlah sampel darah yang kurang (jumlah sampel sedikitnya 0,2 ml, tetapi optimalnya lebih dari 0,5-1 ml) (Gutoff, 1996).

Pada tahun 1930, Group A Streptococcus merupakan penyebab terbanyak infeksi neonatal dan bisa dikendalikan dengan penisilin. Pada tahun 1940 insiden


(23)

infeksi gram negatif khususnya E. coli meningkat,sedangkan pada tahun 1950 yang meningkat adalah infeksi S.aureus. Pada tahun 1960 sampai dengan 1970, infeksi Group B Streptococcus yang menonjol (Berhman dkk, 1996). Pola kuman penyebab bakteriemia berbeda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Di Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara maju lainnya, kuman penyebab bakteriemia onset dini adalah Group B Streptokokus dan E coli.

Di negara yang sedang berkembang, sebagian besar kuman penyebab bakteriemia adalah kuman gram negatif seperti Enterobacter sp, Klebsiella sp, Coli sp dan Psudomonas sp, sedangkan Group B Streprokokkous yang merupakan kuman penyebab bakteriemia di negara-negara maju belum pernah ditemukan pada negara berkembang (Amir dkk, 2005). Menurut Wiswell (2001) dan Amir (2005), perbedaan pola kuman ini mempunyai arti penting dalam penatalaksanaan bakteriemia, yaitu terhadap pemilihan antibiotik yang digunakan dan berkaitan dengan prognosis dan komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi.

Pemberian antibiotik hendaknya disesuaikan dengan pola kuman yang ada pada masing-masing unit perawatan Neonatus. Tidak adanya pola kuman yang khas yang dapat digunakan sebagai pedoman terapi sementara menunggu hasil kultur selesai yang memakan waktu 3-5 hari merupakan salah satu penyebab resistensi (Hadinegoro, 2002). Oleh karena itu, uji mikrobiologi dan uji resistensi harus dilakukan secara rutin untuk memudahkan para dokter dalam hal memilih antibiotik.

2.2. Neonatus

Periode Neonatus adalah 4 minggu pertama kehidupan sesudah lahir (Kliegman, 1996)

2.3. Pemeriksaan kultur darah

Untuk orang dewasa, volume darah yang perlu diambil adalah sebanyak 20 ml, sedangkan untuk pediatri volume darah yang perlu diambil adalah berdasarkan tabel dibawah :


(24)

Tabel 2.1.

Berat Badan (Kg)

Total Volume Yang Harus diambil Pembagian FAN BacT Alert (Aerobic) atau Botol Pediatri FAN BacT Alert (Aerobic) FAN BacT Alert (Anaerobic)

< 1.5 1.0 X

< 4.0 1.0 X

4-13 3.0 X

13-25 10.0 X X

> 25.0 20.0 X X

(Geisinger Health System, 2010)

Untuk infeksi bakteri atau fungi, dua sediaan kultur harus disediakan untuk setiap pasien, sedangkan untuk sepsis mikobakterial, diperlukan 3 sediaan kultur. Untuk setiap satu sediaan kultur darah juga harus diambil dari vena punksi yang berbeda. Setelah pembuluh darah diseleksi, kira-kira 5 cm pada area yang akan dilakukan pengambilan sampel darah dilakukan disinfeksi dengan mengusapkan daerah tersebut dengan menggunakan kapas alkohol 70% dari arah dalam keluar pada area yang akan dilakukan punksi vena. Daerah ini kemudianya dibersihkan pula dengan menggunakan povidone iodine 10 %. Iodin ini dibiarkan kering selama 1 hingga 2 menit. Sementara menunggu daerah tersebut kering, semua penutup plastik yang menutupi semua botol kultur dibuka, dan rubber stopper harus dikontaminasi dengan alkohol 70 %. Kemudian sebanyak 20 ml darah diambil dari tempat dilakukan punksi. Seterusnya tetap menggunakan jarum yang sama pada semua tempat yang akan dilakukan punksi vena dan inokulasi pada setiap botol kultur. Setelah selesai, iodine pada kulit tadi dibersihkan dengan menggunakan alkohol (University of Pennsylvania Medical Center Guidelines, 2010).


(25)

2.3.1. Untuk penanganan sampel berikutnya adalah seperti langkah-langkah berikut :

• Ambil darah sebanyak 1 – 3 cc dengan spuit.

Buka segel botol Bactec dan disinfeksi dengan alkohol 70%.

• Masukkan darah dengan cara langsung menusukkan jarum yang digunakan untuk mengambil darah ke tutup karet botol Bactec yang telah didisinfeksi dengan alkohol.

• Bila botol Bactec tidak dapat dikirim segera ke laboratorium, simpan botol tersebut di tempat yang aman pada suku kamar (Jangan disimpan di ruangan dingin atau di dalam lemari es).

(Geisinger Health System, 2010)

Bila dilakukan di rumah sakit yang tidak mempunyai Bactec:

Darah dimasukkan pada botol yang mengandung media BHI (Brain Heart Infussion broth).

• Setelah ada pertumbuhan kuman ,yaitu apabila terdapat kekeruhan pada media), dilakukan pengecatan Gram (preliminary report kepada Klinisi).

Dilakukan kultur pada media Blood Agar dan Mac.Conkey Agar, dan seterusnya diikuti tes sensitivitas (Tri Nur Krishna, 1988).

• Kesemua Botol BacT Alert harus diinkubasi pada suhu 35°C .

2.4. Uji Sensitivitas Antibiotik

Tes sensitivitas antibiotik dilakukan untuk menentukan sensitivitas bakteri yang diisolasi terhadap agen teraputik. Resistensi terhadap antibiotik dapat terjadi secara alami atau didapat, dimana kesalahan dalam penggunaan antibiotik yang menyebabkan populasi terdedah terhadap organisme yang mempunyai gen untuk meningkatkan resistensi. Sensitivitas bakteri yang disolasi terhadap antibiotik tertentu diukur berdasarkan Minimum Inhibitory Concenration (MIC), yang merupakan konsenrasi antibiotik terendah untuk tidak terlihatnya pertumbuhan bakteri setelah inkubasi (Rapidmicrobiology, 2007).


(26)

Setiap sampel dikultur, yaitu mengisolasi bakteri penyebab infeksi dan diidentifikasi berdasarkan berbagai macam sifat bakteri dengan pewarnaan Gram dan tes biokimia. Kemudian dilakukan uji sensitivitas dengan metode diffusi on agar menggunakan cakram antimikroba. Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.

2.4.1. Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer : - Konsentrasi mikroba uji

- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram - Jenis antibiotik.

- pH medium.

2.4.2. Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer :

a.) Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam biakan bakteri kemudian tekan kapas ke sisi tabung agar air tiris.

b.) Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton agar secara merata.

c.) Biarkan cawan selama 5 menit.

d.) Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi tertentu.

e.) Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram pada permukaan agar.

f.) Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna di permukaan agar.

g.) Inkubasi pada suhu 37o C selama 24-48 jam.

h.) Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan tabel sensitivitas antibiotik.


(27)

Gambar 3. Cara Kerja Pengujian Antibiotik Dengan Metode Kirby-Bauer

Gambar 4. Cara Pengukuran Diameter Zona Hambat (Zona Jernih)

(Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar, 2008) i.) Ukur diameter zona hambat (zona jernih)

Misalnya didapatkan zona hambat suatu bakteri berdiameter 26 mm untuk Eryhtromycin, maka interpretasinya adalah bakteri tersebut peka terhadap antibiotik Eryhtromycin.

Resistent : tahan Intermediate : medium Susceptible : peka


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Bakteriemia

Bakteriemia adalah ditemukan bakteri dalam darah. 3.2.2. Neonatus

Neonatus merupakan periode 4 minggu pertama kehidupan sesudah lahir.

3.3. Cara ukur

Pengumpulan data.

3.4. Alat ukur

Catatan hasil pemeriksaan kultur darah di laboratorium Patologi Klinik. Neonatus Pemeriksaan kultur darah

• Usia Kelahiran

Pola kuman penyebab bakteriemia


(29)

3.5. Kategori

1. Sensitif terhadap antibiotika: Adanya zona penghambatan (daerah jernih) di sekeliling cakram kertas.

2. Intermediate: Merupakan zona antara sensitif dan resisten.

3. Resisten terhadap antibiotika: tidak terdapat zona penghambatan di sekeliling cakram kertas.

3.6. Skala Pengukuran Nominal


(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian :

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui pola kuman dan sensivitas antibiotik kuman penyebab bakteriemia pada pasien neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang melakukan deksripsi mengenai fenomena yang ditemukan, baik faktor resiko maupun efek atau hasil. Dalam studi retrospektif, peneliti mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung (Sastroasmoro, 2010). 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Divisi Tropmed Instalasi Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Waktu pengumpulan data dilakukan dari Juli sampai dengan November 2010. Hal ini adalah karena Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, merupakan rumah sakit yang mempunyai kerjasama dengan pihak Universitas Sumatera Utara di samping berperan sebagai rumah sakit pendidikan. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit utama dan sering dikunjungi di Kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah semua pasien Neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah di laboratorium Instalasi Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Periode 1 Juli 2009 sampai dengan 30 Juni 2010. Jumlah populasi yaitu: pasien Neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah dalam periode 1 Juli 2009 sampai dengan 30 Juni 2010 di Divisi Tropmed Instalasi Patologi


(31)

Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebanyak 262 orang.

4.3.2. Sampel a. Sampel

Sampel adalah semua pasien Neonatus dengan hasil kultur darah positif di laboratorium Instalasi Patologi Klinik, Rumah Sakit Umum Pusat Sakit Haji Adam Malik Medan. Didapatkan sebanyak 149 orang pasien neonatus dengan hasil pemeriksaan kultur darah positif yang merupakan jumlah sampel dalam penelitian ini dari 262 orang pasien Neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah.

4.4. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, dimana semua pasien Neonatus dengan hasil kultur darah positif diambil sebagai sampel.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari catatan hasil pemeriksaan kultur darah pasien neonatus di Instalasi Patologi Klinik, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, pada periode 1 juli 2009 sampai dengan 30 Juni 2010.

4.6. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 17, kemudian data dianalisis secara deskripsi dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel tabulasi silang, distribusi, diagram bar serta diagram pie.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, diperoleh sebanyak 150 hasil kultur darah positif dari 262 pemeriksaan kultur yang dilakukan. Terdapat sebanyak 21 spesies bakteri yang terdiri dari bakteri gram negatif dan positif, yang tumbuh dan satu pertumbuhan yeast cell, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah Indonesia. Rumah sakit ini dikelola bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di lahan yang luas dipinggiran kota Medan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no. 547/Menkes/SK/VII/1998. Selain itu, rumah sakit ini juga berperan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Populasi penelitian adalah semua pasien Neonatus, dengan usia dari saat lahir sampai dengan 28 hari yang diduga mengalami bakteriemia dan melakukan pemeriksaan kultur darah serta uji kepekaan antibiotik dalam periode 1 Juli 2009 sampai dengan 30 Juni 2010 di Divisi Tropmed, Instalasi Patologi Klinik RSUP H.Adam Malik . Jumlah populasi tersebut diambil dari data hasil kultur yang terdapat di Divisi Tropmed, Instalasi Patologi Klinik RSUP H.Adam Malik. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling. Dengan metode ini didapati sebanyak


(33)

150 orang dengan hasil kultur darah yang positif. Diperoleh sebanyak 149 hasil kultur dengan pertumbuhan 21 jenis bakteri dan satu pertumbuhan yeast cell. Maka total sampel untuk penelitian ini adalah 149 orang. Dari keseluruhan sampel yang diperoleh, karakteristik yang ingin diteliti adalah jenis kuman yang tumbuh, sensitivitas kuman terhadap antibiotik, jenis kelamin dan kelompok usia yang paling banyak melakukan pemeriksaan kultur darah.

5.1.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur

Sampel yang diperoleh 149 sampel. Semua data diambil dari data sekunder, yaitu catatan hasil kultur di Divisi Tropmed, Instalasi Patologi Klinik, RSUP H. Adam Malik, dari tanggal 1 Juli 2009 sampai dengan 30 Juni 2010.

Tabel 5.1. Kelompok Umur Berdasarkan Hari Setelah Lahir Kelompok Umur Berdasarkan Hari Setelah Lahir

Umur(hari) Jumlah %

0 – 10 102 68.5

11 – 19 35 23.5

20 – 28 12 8.1

Total 149 100.0

Berdasarkan tabel 5.1. di atas, dapat dilihat bahwa dari 149 Neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil yang positif, kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur dalam rentang usia kurang dari satu hari sampai dengan 10 hari yaitu sebanyak 102 orang (68,5%). Sementara Kelompok usia yang paling sedikit melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang positif adalah pada kelompok usia 20 sampai dengan 28 hari yaitu: sebanyak 12 orang (8,1%).


(34)

5.1.4. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2. Distribusi Pemeriksaan Kultur Darah Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah Percent %

Laki-laki 19 12.8

Perempuan 130 87.2

Total 149 100.0

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak melakukan pemeriksaan kultur darah yaitu sebanyak 130 orang (87,2%). Sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki, jumlah neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah adalah jauh lebih sedikit, yaitu sebanyak 19 orang (12,8%).

5.1.5. Deskripsi sampel berdasarkan jenis mikroorganisme yang dijumpai pada pasien neonatus dengan bakteriemia.

Tabel 5.3. Jenis Kuman yang diisolasi

Jenis Kuman Yang Diisolasi Jumlah %

Staphylococcus epidermidis 29 19.5

Pseudomonas sp 26 17.4

Enterobacter sp 22 14.8

Klebsiella sp 14 9.4

Staphylococcus saphrophyticus 11 7.4

Streptococcus B-haemolyticus 9 6.0

Jenis-jenis lain 38 25.5

Total 149 100.0

Berdasarkan tabel 5.3. diatas, dapat dilihat bahwa dari jumlah 149 pasien neonatus yang mengalami bakteriemia, kuman penyebab utama adalah Staphylococcus epidermidis yang merupakan bakteri gram positif yaitu sebanyak 29 orang (19,5%). Urutan kedua setelah Staphylococcus epidermidis adalah


(35)

Pseudomonas sp. sebanyak 26 orang (17,4%) yang meliputi tipe Pseudomanas aeroginosa,Pseudomonas fluorescenses dan Pseudomonas putrefacius yang termasuk dalam jenis bakteri gram negatif. Jenis kuman yang menempati urutan ketiga penyebab bakteriemia adalah Enterobacter sp sebanyak 22 orang (14,8 %) yang terdiri dari Enterobacter sazakii dan Enterobacter aerogenes. Klebsiella sp merupakan kuman penyebab yang berada di urutan keempat, sebanyak 14 orang (9,4 %). Sedangkan Staphylococcus saprophyticus (7,4 %) dan Streptococcus B haemolyticus (6,0 %) menempati urutan kelima dan keenam sebagai penyebab bakteremia dalam penelitian ini. Jenis- jenis bakteria lain yang tumbuh pada saat dilakukan kultur diperoleh sebanyak 25,5 %. Daripada 150 orang dengan hasil kultur yang positif, didapati 1 orang adalah terinfeksi dengan fungi yaitu yeast cell yang diekslusikan dari penelitian ini. Pada penelitian ini juga diperoleh bakteri gram negatif sebanyak 53 % dan bakteri gram positif sebanyak 46,9%.

5.1.6. Deskripsi Sampel Berdasarkan Pola Kuman dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotika.

Tabel 5.4. Pola Kuman dan Sensivitasnya Terhadap Antibiotik Penyebab Baktriemia Pada Neonatus.

Jenis

Antibiotika

Jenis kuman/sensitivitas %

Staph epidermidis Pseudomonas sp Entero.sp

S I R S I R S I R

Erythromycin 32.1 28.6 39.3 58.3 25.0 16.7 - 36,8 63,2 Ampisilin 20.8 20.8 58,3 4.8 28.6 66.7 - 9,5 90,5 Sulfametaxazole 7.4 25.9 66.7 33.3 16.7 50.0 15,8 10,5 73,7 Gentamycin 14.3 47.6 38.1 18.2 36.4 45.5 10,5 42,1 47,4 Meropenem 61.9 4.8 33.3 85.0 5.0 10.0 94,7 0 5,3 Amikacin 83.3 12.5 4.2 70.0 30.0 - 81,3 18,8 0 Tetracyclin 44.4 27.8 27.8 43.8 25.0 31.3 28,6 42,9 28,6 Penicillin 21.1 10.5 68.4 - 6.3 93.8 - - 100 Cefuroxime 35.3 11.8 52.9 10.5 15.8 73.7 - 7,1 92,9 Kanamycin 27.3 36.4 36.4 22.2 27.8 50.0 35,7 35,7 28,6 Cefoperazone 40.0 13.3 46.7 44.4 - 55.6 22,2 0 77,8 Amoxyclav 53.3 40.0 6.7 41,7 33.3 25.0 28,6 57,1 14,3


(36)

Tabel 5.4. Lanjutan Jenis

Antibiotika

Jenis kuman/sensitivitas %

Klebsiella.sp Staph,sapr ophyticus Str ep B-haemalyticus

S I R S I R S I R

Erythromycin 33.3 8.3 58.3 54.5 - 45.5 37.5 12.5 50.0 Ampisilin - 16.7 83.3 20.0 20.0 60.0 33.3 22.2 44.4 Sulfametaxazole 8.3 8.3 83.3 27.3 27.3 45.5 50.0 - 50.0 Gentamycin - 40.0 60.0 16.7 66.7 16.7 50.0 - 50.0 Meropenem 92.3 7.7 - 57.1 14.3 28.6 80.0 20.0 - Amikacin 81,8 9,1 9,1 85.7 14.3 - 60.0 - 40.0 Tetracyclin - 41.7 58.3 71.4 - 28.6 83.3 16.7 - Penicillin - - 100 37.5 12.5 50.0 57.1 14.3 28.6 Cefuroxime - 12.5 87.5 20.0 20.0 60.0 57.1 - 42.9 Kanamycin 60.0 20.0 20.0 50.0 16.7 33.3 25.0 37.5 37.5 Cefoperazone 28.6 0 71.4 66.7 16.7 16.7 83.3 - 16.7 Amoxyclav 57,1 28,6 14,3 75.0 12.5 12.5 75.0 - 25.0 Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat kepekaan 6 kuman penyebab utama bakteremia pada neonatus terhadap beberapa jenis antibiotika utama yang digunakan.

Tabel 5.5. Sensitivitas dan Resistensi Bakteri Gram Positif Penyebab Bakteriemia Pada Neonatus Terhadap Antibiotik.

Jenis Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Staph.epidermidis (n= 29) Staph saprophyticus (n= 11) Strep B-hemolitycus (n= 9)

S R S R S R

Erythromycin 32.1 39,3 54,5 45,5 37,5 50,0

Ampisilin 20,8 58,3 20,0 60,0 33,3 44,4

Sulfametaxazole 7,4 66,7 27,3 45,5 50,0 50,0

Gentamycin 14,3 38,1 16,7 16,7 50,0 50,0

Meropenem 61,9 33,3 57,1 28,6 80,0 -

Amikacin 83,3 4,2 85,7 - 60,0 40,0

Tetracyclin 44.4 27,8 71,4 28,6 83,3 -

Penicillin 21,1 68,4 37,5 50,0 57,1 28,6

Cefuroxime 35.3 52,9 20,0 60,0 57,1 42,9

Kanamycin 27.3 36,4 50,0 33.3 25,0 37,5

Cefoperazone 40.0 46,7 66,7 16,7 83,3 16,7


(37)

Tabel 5.5. Lanjutan Jenis

Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Staph.aureus (n= 8) Strep.faecalis (n= 5) Bacillus cereus (n= 3)

S R S R S R

Erythromycin 14,3 71,4 60,0 - 100 -

Ampisilin - 75,0 20,0 60,0 50,0 -

Sulfametaxazole - 100 - 75,0 - 100

Gentamycin - 66,7 - 100 50,0 -

Meropenem 57,1 42,0 100 - 100 -

Amikacin 66,7 - - - - -

Tetracyclin 66,7 16,7 60,0 - 100 -

Penicillin - 100 - 100 - 100

Cefuroxime - 50 - 100 - 100

Kanamycin 33,3 66,7 33,3 66,7 100 -

Cefoperazone - 66,7 50,0 25,0 50,0 -

Amoxyclav 80,0 - 100 - 33,3 33.3

Jenis Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Strep. Viridans (n= 2) Gaffkya tetragena (n= 1) L.monocytogenes (n= 1)

S R S R S R

Erythromycin 100 - - - - -

Ampisilin - 100 - 100 - -

Sulfametaxazole - 50,0 - 50,0 - -

Gentamycin - - - - 100 -

Meropenem 100 - - - - -

Amikacin - - - - 100 -

Tetracyclin - - - -

Penicillin - - - -

Cefuroxime 50,0 50,0 - 50,0 - -

Kanamycin - - - -

Cefoperazone - - 100 - 100 -

Amoxyclav 50,0 - 100 - - -

Jenis Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Strep.pneumoniae

(n= 1)

S R

Erythromycin - -

Ampisilin 100 -

Sulfametaxazole - -

Gentamycin - -

Meropenem 100 -

Amikacin - -

Tetracyclin 100 -

Penicillin 100 -

Cefuroxime - -

Kanamycin 100 -

Cefoperazone - -


(38)

Table 5.6. Sensitivitas dan Resistensi Bakteri Gram Negatif Penyebab Bakteriemia Pada Neonatus Terhadap Antibiotik.

Jenis Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Pseudomonas sp (n= 26) Enterobacter sp (n= 22) Klebsiella sp (n= 14)

S R S R S R

Erythromycin 58.3 16,7 - 63,2 33,3 58,3

Ampisilin 4,8 66,7 - 90,5 - 83,3

Sulfametaxazole 33.3 50,0 15,8 73,7 8,3 83,3

Gentamycin 18.2 45,5 10,5 47,4 - 60,0

Meropenem 85.0 10,0 94,7 5,3 92,3 -

Amikacin 70,0 - 81,3 - 81,8 9,1

Tetracyclin 43.8 31,3 28,6 28,6 - 58,3

Penicillin - 93.8 - 100 - 100

Cefuroxime 10.5 73,7 - 92,9 - 87,5

Kanamycin 22.2 50,0 35,7 28,6 60,0 20,0

Cefoperazone 44.4 55,6 22,2 77,8 28,6 71,4

Amoxyclav 41,7 25,0 28,6 14,3 57,1 14,3

Jenis Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Salmonella sp (n= 6) Providencia sp (n= 3) Citrobacter freundii (n= 2)

S R S R S R

Erythromycin 40,0 40,0 - 100 - 100

Ampisilin - 100 - 66,7 - 100

Sulfametaxazole - 80,0 - 100 - 50,0

Gentamycin - 40,0 - 33,3 - 100

Meropenem 75,0 - 100 - 100 -

Amikacin 20,0 20,0 33,3 - 100 -

Tetracyclin - 75,0 33,3 66,7 - -

Penicillin - 100 33,3 66,7 - 100

Cefuroxime - 100 - 100 - -

Kanamycin 25,0 50,0 - - - -

Cefoperazone 20,0 40,0 50,0 50,0 - 100


(39)

Tabel 5.6. Lanjutan Jenis

Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Proteus vulgaris (n= 2) Burkholderia cepacia (n= 1) E.coli (n= 1)

S R S R S R

Erythromycin - 100 - 100 - 100

Ampisilin - 100 - 100 - 100

Sulfametaxazole - 50,0 - 100 - -

Gentamycin - 100 - 100 - -

Meropenem - - 100 - 100 -

Amikacin 50,0 50,0 100 - 100 -

Tetracyclin - 100 - - - -

Penicillin - - - 100 - -

Cefuroxime - - 100 - - -

Kanamycin 100 - - 100 - -

Cefoperazone - 100 - - - 100

Amoxyclav - 100 100 - 100 -

Jenis Antibiotika

J enis Antibiotika / Sensitivitas % Serratia adontera

(n= 1)

Yersinia enterocolitica (n= 1)

S R S R

Erythromycin - 100 - -

Ampisilin - - - 100

Sulfametaxazole 100 - - 100

Gentamycin - - - -

Meropenem 100 - 100 -

Amikacin 100 - - 100

Tetracyclin - - - -

Penicillin - 100 - 100

Cefuroxime - - - -

Kanamycin - 100 100 -

Cefoperazone - - 100 -

Amoxyclav - - - -

Berdasarkan tabel 5.6. dan 5.7. pula dapat dilihat pola kuman, sensitivitas dan resistensi bakteri gram negatif dan positif terhadap antibiotik.

5.2. Pembahasan

Identifikasi infeksi bakteri dapat dilakukan dengan mengisolasi agen etiologi yang berasal dari darah dengan cara kultur. Pada penelitian ini, didapatkan jenis bakteri gram negatif sebanyak 53% dan bakteri gram positif sebanyak 46,9 %. Kuman penyebab utama adalah Staphylococcus epidermidis yang merupakan bakteri gram


(40)

positif yaitu sebanyak 29 orang (19.5%). Urutan kedua setelah Staphylococcus epidermidis adalah pseudomonas sp. sebanyak 26 orang (17.4%) yang meliputi tipe Pseudomanas aeroginos, Pseudomonas fluorescenses dan Pseudomonas putrefacius yang yang termasuk bakteri gram negatif. Jenis kuman yang menempati urutan ketiga penyebab bakteriemia adalah Enterobacter sp sebanyak 22 orang (14,8 %) yang terdiri dari Enterobacter sazakii dan Enterobacter aerogenes yang juga merupakan bakteri gram negatif.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiflah dan Farida pada tahun 2006 di Rumah Sakit Dr Kariadi, Semarang yang mendapatkan kuman penyebab utama bakteriemia dari kultur darah adalah Pseudomonas sp (21,6%) diurutan pertama, Enterobacter sp (12,4%) diurutan kedua, kemudian diikuti S.epidermidis (7,2%) dan S. aureus (4,1%). Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karki S.Rai GK, dan Mandhar R pada tahun 2010 di Rumah Sakit Kanti, Nepal yang mendapatkan kuman penyebab terbanyak adalah E. coli sebanyak 76.0%, diikuti oleh Staphylococcus aureus (62,1%) dan Klebsiella pneumonia (46,2%).

Perbedaan etiologi penyebab bakteremia pada neonatus ini tidak diketahui dengan pasti dan tidak selalu dilacak untuk mengetahui perubahan khusus dalam perawatan neonatus. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan pola kuman dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, perbedaan geografis dan pelayanan kesehatan di masing-masing rumah sakit (Wiswell,2001)

Pada penelitian ini diperoleh bahwa kuman penyebab utama yaitu Staphylococcus epidermidis sensitif terhadap antibiotik amikacin (83,3 %), meropenem (61,9 %), dan amoxyclav sebanyak 53,3 % tetapi resisten terhadap penicillin ( 68,4), sulfametaxazole (66,7%), ampisilin (58,3%) dan cefuroxime (52,9 %). Pseudomonas sp sensitif terhadap meropenem ( 85,0 % ), amikacin ( 70,0 %) dan erythromycin (58,3 % ). Jenis-jenis antibiotik yang resisten terhadap Pseudomonas sp adalah penicillin (93,8 %), cefuroxime ( 73,7 %), ampisilin (66,7 %), cefoperazone ( 55,6 % ), sulfamethoxazole dan kanamycin masing-masing sebanyak 50,0 %. Enterobacter sp sensitif terhadap meropenem ( 94,7% ) dan amikacin ( 81.3 %) tetapi resisten terhadap penicillin ( 100%), cefuroxime


(41)

(92,9 %), ampisilin (90,5 % ), cefoperazone (77,8 %), sulfamethoxazole (73,7 %) dan erythromycin (63,2 %). Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karki S, Rai GK dan Mandhar R pada tahun 2010 di Rumah Sakit Kanti, Nepal yang mendapatkan kuman penyebab terbanyak yaitu E.coli sensitif terhadap antibiotik amikacin (74,7%) diikuti oleh ofloxacin (69,9%), ciprofloxacin (56,4%) dan kurang sensitif terhadap antibiotik chepalexin, gentamycin dan ampisilin. Kuman penyebab kedua terbanyak yaitu Staphylococcus aureus sensitif terhadap antibiotik chloramphenicol sebanyak 88,8 % diikuti oleh amikacin (87,5%), ofloxacin (76,5%) dan ciprofloxacin (72%) tetapi kurang sensitif terhadap cloxacillin, ampisilin dan penicillin.Untuk kuman penyebab ketiga terbanyak yaitu Klebsiella pneumonia sensitif terhadap amikacin sebanyak 91,7%, diikuti oleh ofloxacin (87,5%), chloramphenicol (81,8%) tetapi kurang sensitif terhadap kotrimoxazole dan gentamycin, serta resisten sebanyak 100% terhadap ampisilin dan erythromycin.

Pada penelitian ini juga diperoleh kebanyakan bakteri gram negatif sensitif terhadap antibiotik meropenem dan amikacin sebanyak 70% sampai dengan 100% diikuti oleh amoxyclav sebanyak 50 % sampai dengan 100%, tetapi resisten terhadap antibiotik eritromisin, ampisilin dan penisilin sebanyak 100%. Untuk bakteri gram positif pula, kebanyakan bakteri sensitif terhadap antibiotik seperti meropenem,amikacin dan tetracyclin sebanyak 60 % sampai dengan 100%, di ikuti oleh cefoperazone dan amoxyclav sebanyak 50 sampai dengan 100%. Kebanyakan bakteri gram positif telah menunjukkan resistensi terhadap ampisilin, sulfametoxazole, penicilin, gentamycin dan cefuroxime sebanyak 50% sampai dengan 100%. Hasil ini adalah berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumhar, Ramachandran dan Gupta pada tahun 2002 pada Rumah Sakit Tingkat Pelayanan Tertier di India mendapatkan bahwa hampir 80 % bakteri gram positif yang diisolasi sensitif terhadap vankomisin, sedangkan untuk bakteri gram negatif masih sensitif terhadap ciprofloxacin dan amikacin. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Abed El Hakeem Noman El Jadba, Mansour Sobhi El Yazji pada tahun 2009 di Rumah Sakit - Rumah Sakit Kota Gaza mendapatkan bakteri gram negatif masih sensitif terhadap meropenem, amikacin, ceftriazone,


(42)

chloramphenicol, ciprofloxacin, cefuroxime, gentamycin, ceftazidim, piperacillin dan ampisilin. Sedangkan untuk bakteri gram positif pula paling sensitif terhadap Vancomycin,diikuti oleh chloramphenicol, cefuroxime, ceftriazone, amikacin, gentamycin, penicillin dan ceftazidim.

Secara keseluruhan pula, pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar kuman masih sensitif terhadap meropenem dan amikacin sebanyak 60 % sampai dengan 100% serta amoxyclav sebanyak 50% sampai dengan 100%. Antibiotik yang telah menunjukkan resistensi adalah Ampisilin, sulfametoxazole, dan penicilin sebanyak 50% sampai dengan 100%. Hasil penelitian ini hampir mirip dengan hasil yang didapatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiflah dan Farida di Semarang yang mendapatkan sebagian besar kuman penyebab bakteremia pada neonatus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin 97,4%, gentamisin 80,6%, dan sefotaksim 55,6% dimana kebanyakan bakteri sama-sama telah menunjukkan resistensi terhadap ampisilin.

Perbedaan yang mungkin didapat dari hasil beberapa penelitian lain mungkin terkait beberapa kelemahan yang sulit dieliminasi pada penelitian ini, antara lain :

1. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif sehingga kemungkinan kontaminasi hasil kultur saat pengambilan sampel sulit dipantau (false positif). 2. Kultur darah dilakukan hanya satu kali (standar 2 kali)

3. Pengambilan sampel darah yang cukup sulit pada bayi sehingga memerlukan beberapa kali pengambilan, hal ini memudahkan terjadinya kontaminasi serta dapat mengakibatkan volume darah yang dikultur lebih kecil dari yang seharusnya.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, pada penelitian ini diperoleh bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil yang positif yaitu sebanyak 130 orang (87,2 %). Sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki, jumlah neonatus yang melakukan pemeriksaan kultur darah dengan hasil yang positif adalah jauh lebih sedikit, yaitu sebanyak 19 orang (12,8 % ). Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiflah dan Farida pada tahun 2006 di semarang yang meneliti jenis kelamin


(43)

sebagai salah satu faktor risiko terjadinya bakteriemia mendapatkan bahwa tidak terbukti adanya pengaruh jenis kelamin untuk terjadinya bakteriemia.

Dalam penelitian ini juga diperoleh bahwa kelompok umur yang paling banyak melakukan pemeriksaan kultur darah adalah dalam rentang umur kurang dari satu hari sampai dengan 10 hari yaitu sebanyak 102 orang (68,5 %). Sementara Kelompok usia yang paling sedikit melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang positif adalah pada kelompok usia 20 sampai dengan 28 hari, yaitu sebanyak 12 orang (8,1 %). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi ini seperti kurang mampu berespons terhadap infeksi, penyakit penyerta dan manifestasi infeksi pada bayi baru lahir sangat beragam di mana dapat terjadi infeksi sistemik parah yang bersifat lokal, lamanya pemaparan dalam uterus, prosedur yang invasif, status imun, dan agen etiologi yang dapat mempengaruhi ekspresi penyakit pada janin atau bayi baru lahir (Gutoff, 1996 ).


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Karakteristik sampel kelompok umur setelah lahir berdasarkan hari didapatkan kelompok yang paling banyak melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil positif adalah kelompok umur dalam rentang usia kurang dari satu hari sampai dengan 10 hari yaitu sebanyak 102 orang (68,5 %). Sementara Kelompok usia yang paling sedikit melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang positif adalah pada kelompok usia 20 sampai dengan 28 hari, yaitu sebanyak 12 orang (8,1 %).

6.1.2 Berdasarkan hasil yang diperoleh, 3 kuman penyebab terbanyak bakteriemia pada neonatus adalah adalah Staphylococcus epidermidis sebanyak 29 orang (19,5%), Pseudomonas sp. sebanyak 26 orang (17,4%) dan Enterobacter sp sebanyak 22 orang (14,8 %).

6.1.3 Antibiotik yang sensitif terhadap kebanyakan bakteri gram negatif adalah meropenem dan amikacin sebanyak 70% sampai dengan 100% serta amoxyclav sebanayak 50 sampai dengan 100%. Untuk bakteri gram positif pula, kebanyakan bakteri sensitif terhadap antibiotik seperti meropenem, amikacin dan tetracyclin sebanyak 60% sampai dengan 100%, di ikuti oleh cefoperazone dan amoxyclav sebanyak 50 sampai dengan 100%. Secara keseluruhan pula, didapatkan bahwa sebagian besar kuman masih sensitif terhadap meropenem dan amikacin sebanyak 60 % sampai dengan 100% serta amoxyclav sebanyak 50% sampai dengan 100%.

6.1.4 Antibiotika yang sensitif terhadap Staphylococcus epidermidis adalah meropenem (61.9 %), amikacin ( 83.3), dan amoxyclav sebanyak 53,3 %. Pseudomonas sp sensitif terhadap meropenem ( 85,0 % ), amikacin ( 70,0 %) dan erythromycin (58,3 % ).. Enterobacter sp sensitif terhadap meropenem ( 94,7% ) dan amikacin ( 81.3 %) .


(45)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

6.2.1. Perlu diadakan penelitian prospektif dengan cara pengambilan dan penanganan spesimen terkontrol sesuai dengan prosedur baku yakni kultur darah dilakukan 2 kali. Diperlukan juga suatu penelitian dengan variabel-variabel yang berhubungan dengan bakteremia yang belum diteliti dalam penelitian ini dengan menggunakan metode kohort retrospektif.

6.2.2. Perlu dilakukan penelitian secara berkala untuk mengetahui pola kuman dan sensitivitas antibiotik yang sering berubah untuk menghindari terjadinya resistensi akibat penggunaan antibiotik spektrum luas yang kerap.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abed El Hakeem Noman El Jadba, Mansour Sobhi El Yazji,2009,Neonatal Septicemia in Gaza Hospitals,Neonatal Intensive Care Unit (NICU),Gaza

City Hospital.Available from :

4 November 2010].

Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi pada bayi baru lahir. Didalam Wahab S, editor. Ilmu kesehatan anak nelsson. Jakarta. EGC; 1996: 635-36

Balley JE, Goldfarb J. Infeksi neonatal. Di dalam Prof. Achmad Surjono, Ph, Sp.A (K), editor.Penatalaksanaan neonatus risiko tinggi. EGC. Jakarta; 1998.p.392-404

Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi pada bayi baru lahir. Didalam Wahab S, editor. Ilmu kesehatan anak nelsson. Jakarta. EGC; 1996: 635-36

Bennert, Nicholas John, 2010, Bacteremia, Pediatric Infectious Disease, Department of Pediatrics, State University of New York Upstate Medical

University. Available from :

14 Oktober 2010 ]

Ghanshyam D. Kumhar, V.G. Ramachandran, and Piyush Gupta,2002, Bacteriological Analysis of Blood Culture Isolates from Neonates in a Tertiary Care Hospital in India,Department of Pediatrics and 2Department of Microbiology, University College of Medical Sciences and GTB Hospital, New Delhi 110 095, India. Available from :

Gutoff P. Samuel,1996. Infeksi pada Bayi Baru Lahir. In Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1, Jakarta :EGC : 635-643.

Geisinger Medical Laboratories Microbiology Specimen Collection Instructions,2007. Blood Culture Collection Guidelines,Geisinger Health System 2002-2010. Available from :

Karki S, Rai GK, Manandhar R,2010. Analisis Bakteriologi dan Pola Sensitivitas Kuman Terhadap Antibiotic yang Diisolasi Dari Kultur Darah di Rumah


(47)

Sakit Anak Kanti, Kanti Children’s Hospital, Maharajgunj, Kathmandu, Nepal. Available from : Oktober 2010].

Kliegman M. Robert., 1996. Janin dan Bayi Neonatus .In Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1, Jakarta :EGC : 532.

Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,1996,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1, Jakarta :EGC.

Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,1996,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 2, Jakarta :EGC.

Notoadmodjo, Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan,3rd ed,Jakarta : Rineka Cipta.

Powell R. Keith,1996. Sepsis dan Syok. In Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 2, Jakarta :EGC :868-872.

rapidmicrobiology.com,2007, Antibiotic Sensitivity Testing - Establishing the Minimum Inhibitory Concentration. Available from :

Sastroasmoro Sudigdo., Ismael Sofyan.,2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,3rd ed.Jakarta : Sagung Seto.

Soerarmo,Sumarmo S. Poorwo,Garna Herry,Hadinegoro Sri Rezeki S,Satari Irawan Hindra.,2008. Sepsis dan Syok Septik di dalam Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis,ed isi kedua,Jakarta :Badan Penerbit IDAI :358

Tiflah,Farida, Helimia., 2006 ,Bakteremia Pada Neonatus : Hubungan Pola Kuman dan Kepekaanya Terhadap Antibiotik Inisial Serta Faktor Risikonya di Bangsal Bayi Risiko Tinggi (BBRT) Ruma Sakit Dr. Kariadi, Semarang Tahun 2004, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,Semarang. Available from :

Tri Nur Kristina, Handling Specimen (Pengambilan dan Penanganan material klinik untuk pemeriksaan mikrobiologi). Available from:


(48)

University of Pennsylvania Medical Center Guidelines for Antibiotic Use, GUIDELINES FOR BLOOD CULTURE COLLECTION.Philadephia

:University of Pennsylvania, Availablefrom

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.,2008. Petunjuk Praktikum

Mikrobiologi Dasar. Availablefrom

Wiswell TE. 2001. Neonatal septicemia. In : Workbook in practical neonatology. Souders Company;p.231-43


(1)

sebagai salah satu faktor risiko terjadinya bakteriemia mendapatkan bahwa tidak terbukti adanya pengaruh jenis kelamin untuk terjadinya bakteriemia.

Dalam penelitian ini juga diperoleh bahwa kelompok umur yang paling banyak melakukan pemeriksaan kultur darah adalah dalam rentang umur kurang dari satu hari sampai dengan 10 hari yaitu sebanyak 102 orang (68,5 %). Sementara Kelompok usia yang paling sedikit melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang positif adalah pada kelompok usia 20 sampai dengan 28 hari, yaitu sebanyak 12 orang (8,1 %). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi ini seperti kurang mampu berespons terhadap infeksi, penyakit penyerta dan manifestasi infeksi pada bayi baru lahir sangat beragam di mana dapat terjadi infeksi sistemik parah yang bersifat lokal, lamanya pemaparan dalam uterus, prosedur yang invasif, status imun, dan agen etiologi yang dapat mempengaruhi ekspresi penyakit pada janin atau bayi baru lahir (Gutoff, 1996 ).


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Karakteristik sampel kelompok umur setelah lahir berdasarkan hari didapatkan kelompok yang paling banyak melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil positif adalah kelompok umur dalam rentang usia kurang dari satu hari sampai dengan 10 hari yaitu sebanyak 102 orang (68,5 %). Sementara Kelompok usia yang paling sedikit melakukan pemeriksaan kultur darah dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang positif adalah pada kelompok usia 20 sampai dengan 28 hari, yaitu sebanyak 12 orang (8,1 %).

6.1.2 Berdasarkan hasil yang diperoleh, 3 kuman penyebab terbanyak bakteriemia pada neonatus adalah adalah Staphylococcus epidermidis sebanyak 29 orang (19,5%), Pseudomonas sp. sebanyak 26 orang (17,4%) dan Enterobacter sp sebanyak 22 orang (14,8 %).

6.1.3 Antibiotik yang sensitif terhadap kebanyakan bakteri gram negatif adalah meropenem dan amikacin sebanyak 70% sampai dengan 100% serta amoxyclav sebanayak 50 sampai dengan 100%. Untuk bakteri gram positif pula, kebanyakan bakteri sensitif terhadap antibiotik seperti meropenem, amikacin dan tetracyclin sebanyak 60% sampai dengan 100%, di ikuti oleh cefoperazone dan amoxyclav sebanyak 50 sampai dengan 100%. Secara keseluruhan pula, didapatkan bahwa sebagian besar kuman masih sensitif terhadap meropenem dan amikacin sebanyak 60 % sampai dengan 100% serta amoxyclav sebanyak 50% sampai dengan 100%.

6.1.4 Antibiotika yang sensitif terhadap Staphylococcus epidermidis adalah meropenem (61.9 %), amikacin ( 83.3), dan amoxyclav sebanyak 53,3 %. Pseudomonas sp sensitif terhadap meropenem ( 85,0 % ), amikacin ( 70,0 %) dan erythromycin (58,3 % ).. Enterobacter sp sensitif terhadap meropenem ( 94,7% ) dan amikacin ( 81.3 %) .


(3)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

6.2.1. Perlu diadakan penelitian prospektif dengan cara pengambilan dan penanganan spesimen terkontrol sesuai dengan prosedur baku yakni kultur darah dilakukan 2 kali. Diperlukan juga suatu penelitian dengan variabel-variabel yang berhubungan dengan bakteremia yang belum diteliti dalam penelitian ini dengan menggunakan metode kohort retrospektif.

6.2.2. Perlu dilakukan penelitian secara berkala untuk mengetahui pola kuman dan sensitivitas antibiotik yang sering berubah untuk menghindari terjadinya resistensi akibat penggunaan antibiotik spektrum luas yang kerap.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abed El Hakeem Noman El Jadba, Mansour Sobhi El Yazji,2009,Neonatal Septicemia in Gaza Hospitals,Neonatal Intensive Care Unit (NICU),Gaza

City Hospital.Available from :

4 November 2010].

Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi pada bayi baru lahir. Didalam Wahab S, editor. Ilmu kesehatan anak nelsson. Jakarta. EGC; 1996: 635-36

Balley JE, Goldfarb J. Infeksi neonatal. Di dalam Prof. Achmad Surjono, Ph, Sp.A (K), editor.Penatalaksanaan neonatus risiko tinggi. EGC. Jakarta; 1998.p.392-404

Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi pada bayi baru lahir. Didalam Wahab S, editor. Ilmu kesehatan anak nelsson. Jakarta. EGC; 1996: 635-36

Bennert, Nicholas John, 2010, Bacteremia, Pediatric Infectious Disease, Department of Pediatrics, State University of New York Upstate Medical

University. Available from :

14 Oktober 2010 ]

Ghanshyam D. Kumhar, V.G. Ramachandran, and Piyush Gupta,2002, Bacteriological Analysis of Blood Culture Isolates from Neonates in a Tertiary Care Hospital in India,Department of Pediatrics and 2Department of Microbiology, University College of Medical Sciences and GTB Hospital, New Delhi 110 095, India. Available from :

Gutoff P. Samuel,1996. Infeksi pada Bayi Baru Lahir. In Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1, Jakarta :EGC : 635-643.

Geisinger Medical Laboratories Microbiology Specimen Collection Instructions,2007. Blood Culture Collection Guidelines,Geisinger Health System 2002-2010. Available from :


(5)

Sakit Anak Kanti, Kanti Children’s Hospital, Maharajgunj, Kathmandu, Nepal. Available from : Oktober 2010].

Kliegman M. Robert., 1996. Janin dan Bayi Neonatus .In Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1, Jakarta :EGC : 532.

Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,1996,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 1, Jakarta :EGC.

Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,1996,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 2, Jakarta :EGC.

Notoadmodjo, Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan,3rd ed,Jakarta : Rineka Cipta.

Powell R. Keith,1996. Sepsis dan Syok. In Nelson E. Waldo,Berhman.E.Richard,Kliegman Robert, Arvin M. Ann ,ed. Ilmu Kesehatan Anak ,Nelson Volume 2, Jakarta :EGC :868-872.

rapidmicrobiology.com,2007, Antibiotic Sensitivity Testing - Establishing the Minimum Inhibitory Concentration. Available from :

Sastroasmoro Sudigdo., Ismael Sofyan.,2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,3rd ed.Jakarta : Sagung Seto.

Soerarmo,Sumarmo S. Poorwo,Garna Herry,Hadinegoro Sri Rezeki S,Satari Irawan Hindra.,2008. Sepsis dan Syok Septik di dalam Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis,ed isi kedua,Jakarta :Badan Penerbit IDAI :358

Tiflah,Farida, Helimia., 2006 ,Bakteremia Pada Neonatus : Hubungan Pola Kuman dan Kepekaanya Terhadap Antibiotik Inisial Serta Faktor Risikonya di Bangsal Bayi Risiko Tinggi (BBRT) Ruma Sakit Dr. Kariadi, Semarang Tahun 2004, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,Semarang. Available from : Tri Nur Kristina, Handling Specimen (Pengambilan dan Penanganan material

klinik untuk pemeriksaan mikrobiologi). Available from: [Accesed 12 Oktober 2010].


(6)

University of Pennsylvania Medical Center Guidelines for Antibiotic Use, GUIDELINES FOR BLOOD CULTURE COLLECTION.Philadephia

:University of Pennsylvania, Availablefrom

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.,2008. Petunjuk Praktikum

Mikrobiologi Dasar. Availablefrom

Wiswell TE. 2001. Neonatal septicemia. In : Workbook in practical neonatology. Souders Company;p.231-43