Pengaruh Motivasi Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Tahun 2012

68

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif
2.1.1 Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk
susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Memberikan ASI secara eksklusif berarti
keuntungan untuk semua, bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu
akan lebih sehat dan menarik, perusahaan, lingkungan dan masyarakat pun akan lebih
mendapat keuntungan (Roesli, 2005).
ASI eksklusif merupakan sumber nutrisi terbaik untuk bayi terutarna yang
berumur kurang dan 6 bulan ASI adalah satu-satunya makanan minuman terbaik
untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik
secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan

(Khairuniyah, 2004).
ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di masa yang
akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara

Universitas Sumatera Utara

69

eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan
potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang
ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI
juga mengendung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh
optimal (Roesli, 2004).
Berdasarkan hal tersebut diatas, WHO/ UNICEF membuat deklarasi yang
dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration) pada tahun 1990, dimana
dalam deklarasi ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi
dukungan pada pemberian ASI. Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan
dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI
eksklusif dan semua bayi diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia
4-6 bulan. Setelah 4-6 bulan bayi diberi makan pendamping/padat yang benar dan

tepat, sehingga ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian
makanan bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan
pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara
eksklusif (Roesli, 2004).
Pada tahun 1999, setelah pengalaman 9 tahun, UNICEF memberikan
klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi
terbaru UNICEF bersama World Health Asembly (WHA) dan banyak negara lainnya
adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

70

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi
peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI
merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti
memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa
penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo, 2008)
Menyusui,


artinya

memberikan

makanan

kepada

bayi

yang

langsung dari payudara. Menyusui adalah proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh
dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.
Walupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang
alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2000).
Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan yang
alamiah, namun akibat ibu-ibu kurang mendapat informasi atau mendapat informasi
yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, dan apa yang

harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya (Roesli, 2000).
Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali, untuk
keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal
karena yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui
dan dukungan dari lingkungan terutama suami.
Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupan dengan
cara yang paling sehat. Dengan menyusui tidak saja memberikan kesempatan pada

Universitas Sumatera Utara

71

bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas,
mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta
perkembangan sosial yang lebih baik (Roesli, 2000). Menyiapkan pemberian ASI
eksklusif dimulai persiapannya sejak janin masih dalam kandungan ibunya. Hal ini
sangat mendasar karena kualitas kesehatan janin dalam kandungan akan sangat
menentukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya (Depkes
RI, 2001).
Selain itu, pada masa ini juga terjadi perubahan-perubahan antara lain

terbentuknya lebih banyak kelenjar susu sehingga mammae membesar, hal ini sebagai
persiapan untuk menyusui. Setelah persiapan selesai pada masa akhir kehamilan akan
dilanjutkan dengan sekresi ASI yang prosesnya segera setelah persalinan
(Soetjiningsih, 1997).
2.1.2

ASI menurut Stadium Laktasi
Saleha (2009) menyebutkan bahwa jenis air susu yang dikeluarkan oleh ibu

memiliki 3 stadium dan memiliki kandungan yang berbeda dan stadium laktasi dapat
dibagi sebagai berikut:
a. Kolostrum
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi dari
pada ASI sebenarnya,

khususnya

kandungan immunoglobulin A (IgA), yang

membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki

tubuh bayi. IgA ini juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.

Universitas Sumatera Utara

72

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan material residual yang terdapat
dalam alveoli serta duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium.
b. Air Susu Ibu Peralihan
Ciri dari air susu masa peralihan adalah sebagai berikut:
1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3
sampai minggu ke-5.
3) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin
tinggi.
4) Volumenya juga akan semakin meningkat.
c. Air Susu Ibu Matur

1) Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi
relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif
konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).
2) Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI ini
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi
sampai usia 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

73

3) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan
warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di
dalamnya.
2.1.3

Komposisi ASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum dan ASI mempunyai komposisi yang

berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini

menguntungkan bayi baru lahir karena dengan mendapatkan sedikit kolostrum bayi
sudah cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.
Baskoro (2008) memaparkan beberapa kandungan ASI sebagai berikut:
a.

Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap
hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Hidrat arang dalam ASI
merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi
energi untuk kerja sel-sel syaraf.

b.

Protein
Protein dalam ASI sangat cocok untuk bayi, karena unsur di dalam ASI hampir
seluruhnya terserap oleh pencernaan bayi.

c.

Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya.
Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini
terjadi secara otomatis.

Universitas Sumatera Utara

74

d.

Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah. Tetapi
bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.

e.

Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi
sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu
membentuk vitamin K.


2.1.4 Manfaat ASI Eksklusif
Bagi ibu dan bayi, ASI eksklusif menyebabkan mudahnya tejalin ikatan
kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan awal dari
keuntungan menyusui secara eksklusif. Bagi bayi tidak ada pemberian yang lebih
berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi
bayinya. Selain dapat meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI
juga membuat anak potensial memiliki perkembangan sosial yang baik. Menurut
Roesli (2004) beberapa manfaat pemberian ASI secara eksklusif adalah :
(a) Bagi Bayi: sebagai nutrisi terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang
seimbang dan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan
pertama. Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap
penyakit terutama diare dan gangguan pernapasan. Menunjang perkembangan
motorik sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.
Meningkatkan jalinan kasih sayang, selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang
sesuai. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap. Melindungi terhadap alergi

Universitas Sumatera Utara

75


karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi. Mengandung
cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87% ASI
adalah air). Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai. Menunjang perkembangan
kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial
yang baik.
(b). Bagi Ibu: Mengurangi pendarahan setelah melahirkan, karena apabila bayi
disusukan segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya pendarahan
setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Pada ibu menyusui terjadi
peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan
pembuluh darah sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti. Menjarangkan
Kehamilan, karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah,
dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98%
tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan
hamil sampai bayi berusia 12 bulan. Pemberian ASI membantu mengurangi
beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih
sehat dan tersedia dalam suhu yang cocok. Pemberian ASI ekonomis/murah.
Menurunkan risiko kanker payudara. Dilihat dari aspek psikologis, memberi
kepuasan bagi ibu serta ibu akan merasa bangga dan diperlukan rasa sayang
yang dibutuhkan oleh semua manusia.
(c) Bagi Keluarga: dilihat dari aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana
yang seharusnya digunakan untuk susu formula dapat digunakan untuk keperluan

Universitas Sumatera Utara

76

lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI
lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

Aspek psikologis,

kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan kasih bayi dalam
keluarga. Aspek kemudahan, menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di
mana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,
botol dan dot yang harus dibersihkan. Tidak perlu meminta pertolongan
orang lain.

2.2 Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Menurut
Depkes RI (2001) upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pada Masa Kehamilan (Antenatal)
- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian
susu botol.
- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah
ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu
hamil.

Universitas Sumatera Utara

77

- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua
sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil.
- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada Masa Setelah Persalinan (Prenatal)
- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui
yang baik dan benar, yakni : tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada
payudara ibu
- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar
menyusui dilakukan tanpa jadwal
- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S) dalam waktu dua
minggu setelah melahirkan.
c. Pada Masa Menyusui Selanjutnya (Post-natal)
- Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selam 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya
- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak
dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

Universitas Sumatera Utara

78

- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui
- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.
- Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman
dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui
- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MPASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

2.3 Upaya Mencapai Pemberian ASI Eksklusif
Dalam konteks program peningkatan pemberian ASI eksklusif, juga perlu
disosialisasikan tentang kebijakan internasional yaitu: Target MDG-4 adalah
menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan
lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI secara
eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian
makanan pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu
intervensi efektif dapat menurunkan AKB (Depkes RI, 2001).
Kebijakan dituangkan dalam Kepmenkes RI 450/MENKES/ SK/IV tahun
2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak lahir
sampai usia 6 bulan dan semua tenaga kesehatan yang bekerja disarana kesehatan

Universitas Sumatera Utara

79

agar menginformasikan kepada semua ibu melahirkan agar memberikan ASI
eksklusif.
Komponen organisasi yang diharapkan berperan dalam hal ini adalah
(a) Menteri Kesehatan, Menteri Negara Pemberdayaan Wanita, Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, (b) Pemda, Pemkab/Kota, (c) Petugas kesehatan, (d) Rumah Sakit,
klinik bersalin, Puskesmas, (e) Organisasi profesi (IDAI, IDI, IBI, POGI), (f) LSM:
Unicef, WHO.
Menurut Depkes RI (2001) faktor yang memengaruhi pelaksanaan kebijakan
pemberian ASI eksklusif :
1. Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan
Tidak semua pemda menindaklanjuti secara kongkrit peraturan tentang pemberian
ASI eksklusif melalui 10 langkah keberhasilan menyusui, misalkan dalam perda
(termasuk reward dan sangsi bagi yang melaksanakannya), penganggaran dalam
APBD misalnya untuk pelatihan-pelatihan untuk petugas kesehatan dan promosi.
2. Petugas Kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter)
Masih banyak petugas kesehatan yang belum menjalankan kebijakan ini. Petugas
kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara
memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI
dengan 10 langkah keberhasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang
berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam kontek
ASI eksklusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk

Universitas Sumatera Utara

80

menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih
kurang.
3. Promosi Produsen Susu Formula
Meskipun sudah ada peraturan dan kode etik tentang pemasaran susu formula,
tetapi dalam pelaksanaanya masih ada produsen yang tidak melaksanakan secara
benar. Gencarnya promosi produsen susu formula baik untuk publik maupun
untuk petugas kesehatan (dengan memberikan bantuan untuk kegiatan ilmiah)
menghambat pemberian ASI eksklusif.
4. Ibu Bekerja
Dengan semakin banyaknya prosentasi ibu menyususi yang bekerja akan
menghambat praktek pemberian ASI eksklusif. Meskipun sudah ada SKB
bersama 3 menteri tentang hak ibu bekerja yang menyusui dalam prakteknya tidak
semua tempat kerja mendukung praktek pemberian ASI
Penelitian yang relevan dengan konteks penelitian ini antara lain penelitian
Khairuniyah (2004) yang menyimpulkan bahwa motivasi ibu dalam pemberian ASI
eksklusif berpengaruh terhadap kualitas kesehatan bayi sehingga. Semakin sedikit
jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak
balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak
benar menyebabkan gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan
pertumbuhan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan AKB. Demikian pula dengan
angka kesakitan bayi juga semakin tinggi. Kasus Gizi buruk pada balita dari berbagai
Propinsi di Indonesia masih tinggi, dimana 11,7 % gizi buruk tersebut tedapat pada

Universitas Sumatera Utara

81

bayi berumur kurang dari 6 bulan. Hal ini tidak perlu terjadi jika ASI diberikan secara
baik dan benar, karena menurut penelitian dengan pemberian ASI saja dapat
mencukupi kebutuhan gizi selama enam bulan.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Widiastuti (1999) pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan
keputusan yang dibuat oleh ibu. Selama ini ibu merupakan figur utama dalam
keputusan untuk memberikan ASI atau tidak pada bayinya. Pengambilan keputusan
ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun dari faktor dari
luar diri ibu.
Faktor dari luar diri ibu atau faktor eksternal antara lain: faktor sosial ekonomi
(pendapatan dalam mencukupi kebutuhan hidup), tata laksana rumah sakit, kondisi
kesehatan bayi, pengaruh iklan susu formula yang intensif, faktor sosial budaya yaitu
keyakinan keliru di masyarakat dan kurangnya penerangan dan dukungan terhadap
ibu dari tenaga kesehatan atau petugas penolong persalinan maupun orang-orang
terdekat ibu seperti ibu, mertua, suami, dan lain-lain (Widiastuti, 1999).
Sementara itu faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain:
umur, jumlah anak (paritas), pekerjaan ibu, kondisi kesehatan ibu dan bayi serta
motivasi dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik) ibu (Widiastuti, 1999).
a. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi sangat berperan dalam pemberian ASI eksklusif dimana
sosial ekonomi yang cukup atau baik akan memudahkan mencari pelayanan

Universitas Sumatera Utara

82

kesehatan yang lebih baik. Faktor ekonomi berkaitan erat dengan konsumsi
makanan atau dalam penyajian makanan keluarga khususnya dalam pemberian
ASI. Kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih kurang mencukupi kebutuhan
dirinya masing-masing. Keadaan umum ini dikarenakan rendahnya pendapatan
yang mereka peroleh dan banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan
dengan jumlah pendapatan rendah (SKRT, 2004).
b. Pekerjaan Ibu
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Seorang yang memerlukan
banyak waktu dan tenaga untuk menyeleseikan pekerjaan yang dianggap penting
dan memerlukan perhatian dengan adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan
memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat
pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk
memberikan ASI pada bayinya (Suradi, 2008).
c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses terjadinya masalah pemberian
ASI diberbagai kalangan masyarakat. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan
suatu kebiasaan untuk tidak memberikan ASI karena merasa ketinggalan zaman
jika menyusui bayinya, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip yang
ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap
terhadap makanan, pemberian ASI, pantangan, takhayul dan tahu yang
menyebabkan konsumsi pemberian ASI menjadi rendah. Adanya pantangan

Universitas Sumatera Utara

83

tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang
turun temurun (Soetjiningsih, 2004).
d. Kondisi Kesehatan Bayi
Pertolongan pertama dan terakhir kelahiran ditenaga kesehatan sangat penting
dalam pengupayaan keberhasilan pemberian ASI dini ditempat pelayanan ibu
bersalin sangat tergantung pada petugas kesehatan, karena mereka adalah orang
yang pertama akan membantu ibu bersalin melakukan pemberian ASI dini. Pada
saat perawatan antenatal petugas kesehatan harus memotivasi ibu untuk
memperhatikan dan mempersiapkan payudara dengan melakukan perawatan
payudara secara teratur. Pada trimester III kehamilan, petugas kesehatan harus
memberikn dorongan psikologis kepada ibu dengan mengemukakan berbagai
manfaat pemberian ASI (Soetjiningsih, 2004).
e. Kondisi Kesehatan Ibu
Pemberian ASI dipengaruhi oleh faktor kesehatan ibu, ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan produksi ASI tidak bisa terjadi
(Soetjiningsih, 2004).
f. Karakteristik Ibu
Menurut Widiastuti (1999), karakteristik ibu yang memengaruhi pemberian
ASI eksklusif adalah :
(1) Tingkat Pendidikan dalam Pemberian ASI Eksklusif

Universitas Sumatera Utara

84

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh
seseorang tingkat pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari
seseorang berprilaku secara ilmiah. Tingkat pendidikan yang rendah akan susah
mencerna pesan atau informasi yang disampaikan (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan diperoleh melalui proses belajar yang khusus diselenggarakan dalam
waktu tertentu, tempat tertentu dan kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh
dari

bimbingan

yang

diselenggarakan

sewaktu-waktu

dengan

maksud

mempertinggi kemampuan atau ketrampilan khusus. Dalam garis besar ada tiga
tingkatan pendidikan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan tinggi.
Masing-masing tingkat pendidikan tersebut memberikan tingkat pengetahuan
tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang
pemberian ASI eksklusif yang dimiliki (Tarmudji, 2003). Pendidikan tentang
pemberian ASI merupakan suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan
pengertian tentang ASI sehingga tercipta pola kebudayaan dalam memberikan
ASI secara eksklusif tanpa tambahan bahan makanan apapun. Berpedoman pada
tujuan pendidikan diperkirakan bahwa semakin meningkatnya pendidikan yang
dicapai sebagian besar penduduk, semakin membantu kemudahan pembinaan
akan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
(2) Umur Ibu
Umur adalah lama hidup individu terhitung saat mulai dilahirkan sampai
berulang tahun (Nursalam, 2008). Semakin cukup umur, tingkat kematangan

Universitas Sumatera Utara

85

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang
yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
dan kematangan berpikir (Nursalam, 2008).
(3) Pengetahuan Ibu
Hasil penelitian Aprilia (2009) menyimpulkan variabel kebijakan sosialisasi
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu dan program inisiasi
menyusu dini dan ASI eksklusif pada bidan di Kabupaten Klaten. Ibu yang
berpendidikan rendah sampai menengah lebih cepat memberikan susu botol
daripada ibu yang tidak berpendidikan formal. Ibu yang tidak formal sebagian
telah mengetahui apa manfaat serta keuntungan ASI eksklusif sehingga
mendorong ibu untuk menyusui bayinya sendiri.

2.5 Pengaruh Motivasi terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Gerungan (2000) bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan,
atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu
tindakan/bertingkah laku. Rusyam (1989) menyatakan pengertian motivasi sebagai
berikut: “motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan
didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan.”

Hasibuan (2005) memberikan

suatu definisi: “motivasi adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi
antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang
untuk bertingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.”

Universitas Sumatera Utara

86

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota
organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau
ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan (Siagian, 1995).
Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam
diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan,
baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.
Menurut Gerungan (2000) istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat
penting, yaitu:
a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa dalam
tujuan dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota
organisasi. Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri bawahan
yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan maka
tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.
b) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan
tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila
seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu.

Universitas Sumatera Utara

87

c) Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha
tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan
menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu
pada diri seseorang.
Menurut Hasibuan (2005) motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk
bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini
terdapat dua macam yaitu: (a) motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan
dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering
disebut Insentif; dan (b). motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan
tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan,
pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.
Faktor-faktor motivasi berdasarkan teori dua faktor Herzberg dalam Hasibuan
(2005), yang disebut faktor intrinsik meliputi :
1) Tanggung Jawab (Responsibility).
Setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi,
dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul
tanggung jawab yang lebih besar.
2) Prestasi yang Diraih (Achievement)
Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian
prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan
untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

88

3) Pengakuan Orang Lain (Recognition)
Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan
bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi.
4) Pekerjaan itu Sendiri (The work itself)
Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma
tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu,
tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai,
merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi
motivasi untuk berforma tinggi.
5) Kemungkinan Pengembangan (The possibility of growth)
Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya
misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang
pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh
dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih
giat dalam bekerja.
6) Kemajuan (Advancement)
Peluang untuk maju merupakan pengembangan potensi diri seorang pagawai
dalam melakukan pekerjaan, karena setiap pegawai menginginkan adanya
promosi kejenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan
pengalaman dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan
menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

89

Sedangkan yang berhubungan dengan faktor ketidakpuasan dalam bekerja
menurut Herzberg dalam Luthans (2003), dihubungkan oleh faktor ekstrinsik antara
lain :
1). Gaji
Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada
tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem
kompensasi yang realistis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi
pegawai.
2). Keamanan dan Keselamatan Kerja
Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh melalui kelangsungan kerja.
3). Kondisi Kerja
Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh
peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif dalam
bekerja sehari-hari.
4). Hubungan Kerja
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh
suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun
atasan dan bawahan.
5). Prosedur Perusahaan
Keadilan dan kebijakasanaan dalam menghadapi pekerja, serta pemberian
evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh
terhadap motivasi pekerja.

Universitas Sumatera Utara

90

6). Status
Merupakan posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan
kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status pekerja
memengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang diperoleh dari
pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan, hak-hak istimewa
yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat menunjukkan statusnya.
Menurut Makmun (2003) bahwa untuk memahami motivasi individu dapat
dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi
kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan
dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan; (7) tingkat kualifikasi hasil (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan.
Implementasi pendapat Makmun (2003) dalam konteks pemberian ASI
eksklusif sesuai dengan yang direkomendasikan WHO dan UNICEF tentang langkahlangkah untuk memulai dan mencapai ASI Eksklusif: (a) menyusukan dalam satu jam
setelah kelahiran, (b) menyusukan secara ekslusif, (c) menyusukan kapanpun bayi
meminta dan (d) tidak menggunakan botol susu maupun ompeng (Depkes RI, 2001).

2.6 Landasan Teori
Pemberian ASI eksklusif kepada bayi sangat tergantung kepada kesadaran dan
motivasi ibu dalam memperhatikan kesehatan bayinya. Motivasi dalam pemberian

Universitas Sumatera Utara

91

ASI eksklusif mengacu kepada teori dua faktor dari Hezberg dalam Hasibuan (2005),
namun beberapa aspek disesuaikan dengan konsep yang terkait dengan pemberian
ASI, yaitu
a. Motivasi intrinsik : (a) tanggungjawab ibu dalam pemberian ASI, (b) prestasi
yang diraih jika memberikan ASI, (c) pengakuan orang lain jika memberikan
ASI,

(d)

pekerjaan

(kodrat

sebagai

ibu)

untuk

memberikan

ASI,

(e) pengembangan dalam pemberian ASI, (f) kemajuan dalam pemberian ASI.
b. Motivasi ekstrinsik, meliputi: (a) kompensasi (keuntungan jika memberikan ASI),
(b) keamanan pada diri ibu jika memberikan ASI, (c) kondisi ibu dalam
memberikan ASI, (d) prosedur pemberian ASI, (e) hubungan keluarga dalam
memberikan ASI (f) status sosial ibu yang memberikan ASI.

2.7 Kerangka Konsep
Sehubungan dengan permasalahan rendahnya pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Naman Teran yang ditemukan terkait dengan motivasi ibu, maka
penyusunan kerangkan konsep sebagai acuan variabel penelitian difokuskan pada
aspek motivasi yang terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur penelitian
ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

92

Variabel Independen

Variabel Dependen

MOTIVASI INTRINSIK
-

Tanggungjawab ibu dalam pemberian AS
Prestasi yang diraih jika memberikan ASI
Pengakuan orang lain jika memberikan ASI
Pekerjaan (kodrat sebagai ibu) untuk memberikan ASI
Pengembangan dalam pemberian ASI
Kemajuan dalam pemberian ASI

MOTIVASI EKSTRINSIK
-

Pemberian ASI
Eksklusif
- Eksklusif
- Tidak Eksklusif

Kompensasi (keuntungan jika memberikan ASI)
Keamanan ASI pada diri ibu
Kondisi ibu dalam memberikan ASI
Prosedur pemberian AS
Hubungan keluarga dalam memberikan ASI
Status sosial ibu yang memberikan ASI
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Motivasi terhadap Pemberian
ASI Eksklusif

Universitas Sumatera Utara