Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Pengguna Jaminan Kesehatan Daerah Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Menurut Ilyas (2002) kinerja adalah penampilan karya personal baik kuantitas
maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personal. Menurut Ruky (2001), kinerja adalah
kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi
untuk merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan. Kinerja
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program,
kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Robbins (2006) kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang mana hal
ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan
berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pencapaian kinerja yang optimal
sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang selalu
menjadi perhatian para pemimpin organisasi.
Menurut Simamora (2004), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah
prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja
memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja individu di waktu berikutnya.


Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kinerja personel, dilakukanlah
pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Menurut Gibson dalam Ilyas (2001),
secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan
kinerja yaitu : variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.
Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada
akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja
adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk
mencapai sasaran tugas. Diagram skematis teori perilaku dan kinerja digambarkan
sebagai berikut :
Variabel Individu
• Kemampuan dan
keterampilan :
- mental
- fisik
• Latar belakang
- keluarga

- tingkat sosial
- pengalaman
• Demografis :
- umur
- etnis
- jenis kelamin

Perilaku Individu
(apa yang dikerjakan)
Kinerja
(hasil yang diharapkan)

Psikologis:
• Persepsi
• Sikap
• Kepribadian
• Belajar
• Motivasi

Variabel Organisasi

• Sumber daya
• Kepemimpinan
• Imbalan
• Struktur
• Desain pekerjaan

Gambar 2.1. Diagram Skematis Kinerja Gibson (dalam Ilyas, 2001)
Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan
keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan
keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja

Universitas Sumatera Utara

individu. Variabel demografis, mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan
kinerja individu.
Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial
dan pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis
seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit
untuk diukur, selain itu sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari kerja

pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan yang
lainnya (Ilyas, 2001).
Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
a. Faktor Kemampuan (ability).
Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk
mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor Motivasi (motivation).
Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau
organisasi.
2.1.3 Indikator Kinerja Perawat Pelaksana
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerja sama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam

Universitas Sumatera Utara

memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya (Nursalam, 2007). Praktik keperawatan profesional mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut : otonomi dalam bekerja, bertanggung jawab dan bertanggung
gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin ilmu lain,
pemberian pembelaan (advocacy) dan memfasilitasi kepentingan pasien.
Terbentuknya keperawatan sebagai suatu bidang profesi dapat terus
dikembangkan dan terintegrasi sepenuhnya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan rawat inap merupakan kegiatan dilakukan di ruang rawat inap
dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan
utama sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi
keperawatannya (Nursalam, 2007).
Sistem pelayanan perawatan rawat inap terdiri dari :
a. Masukan, yaitu : perawat, pasien dan fasilitas perawatan
b. Proses, yaitu : intervensi keperawatan, interaksi tenaga perawat-pasien meliputi :
keramahan, sopan santun, kepedulian, penampilan dan sebagainya. Kemudian
fasilitas keperawatan meliputi efisiensi, kenyamanan dan keamanan.
c. Keluaran, yaitu : berupa kualitas pelayanan keperawatan meliputi kebutuhan yang
terpenuhi, aman, nyaman dan pasien puas.
d. Sitem informasi manajemen dan pengendalian

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dari proses
keperawatan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus bekerja sama
dengan anggotanya (tim), petugas kesehatan dan dengan pasien beserta keluarga.
Nursalam (2007), menyatakan bahwa dalam menilai kualitas pelayanan
keperawatan kepada pasien (klien), digunakan standar praktik keperawatan yang
merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar
praktik keperawatan telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian,
(2) Diagnosis keperawatan, (3) Perencanan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.
1. Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan, meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan
fisik, serta dari pemeriksaan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis, dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: status kesehatan
klien masa lalu, status kesehatan klien masa kini, status biologis-psikologis-sosialspiritual, respons terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang
optimal dan risiko-risiko tinggi masalah.

d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan,
dan Baru).

Universitas Sumatera Utara

2. Standar II : Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan. Kriteria proses :
a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien,
dan perumusan diagnosis keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala,
atau terdiri atas masalah dan penyebab.
c. Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
3. Standar III : Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
dan meningkatkan kesehatan klien, meliputi:
a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan
keperawatan.

b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasi rencana keperawatan.
4. Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan, meliputi:
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan
asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respons klien.
5. Standar V : Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, meliputi:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat

waktu, dan terus-menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respons klien dalam mengukur perkembangan ke
arah percapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan
menjadi lebih terarah. Standar adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat
penampilan yang diinginkan, kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai
(Nursalam, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.2 Motivasi
2.2.1. Pengertian Motivasi
Menurut Sardiman (1992) motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu atau daya penggerak
dari dalam subyek untuk melakukan sesuatu atau kegiatan tertentu, untuk mencapai
tujuan. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan

memelihara perilaku manusia. Motivasi adalah proses untuk mencoba, memengaruhi
seseorang agar orang tersebut melaksanakan sesuatu yang kita inginkan dalam
mencapai tujuan dari organisasi.
Motivasi adalah proses untuk mencoba, memengaruhi seseorang agar orang
tersebut melaksanakan sesuatu yang kita inginkan (Ranupandoyo, 1980). Menurut
Winardi (2008) menyatakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang
bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
2.2.2. Faktor-Faktor Motivasi
Faktor-faktor motivasi dua faktor Herzberg dalam Hasibuan (2005), yang
disebut faktor intrinsik meliputi :
1) Tanggung jawab (Responsibility)
Setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi,
dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul
tanggung jawab yang lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

2) Prestasi yang diraih (Achievement)
Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian

prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan
untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.
3) Pengakuan orang lain (Recognition)
Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan
bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi.
4) Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma
tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu,
tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai,
merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi
motivasi untuk berforma tinggi.
5) Kemungkinan Pengembangan (The possibility of growth)
Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya
misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang
pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh
dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih
giat dalam bekerja.
6) Kemajuan (Advancement)
Peluang untuk maju merupakan pengembangan potensi diri seorang pegawai
dalam melakukan pekerjaan, karena setiap pegawai menginginkan adanya

Universitas Sumatera Utara

promosi kejenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan
pengalaman dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan
menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.
Sedangkan yang berhubungan dengan faktor ketidakpuasan dalam bekerja
menurut Herzberg dalam Luthans (2003), dihubungkan oleh faktor ekstrinsik antara
lain :
1). Gaji
Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada
tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem
kompensasi yang realistis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi
pegawai.
2). Keamanan dan Keselamatan Kerja
Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh melalui kelangsungan kerja.
3). Kondisi Kerja
Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh
peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif dalam
bekerja sehari-hari.
4). Hubungan Kerja
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh
suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun
atasan dan bawahan.

Universitas Sumatera Utara

5). Prosedur Perusahaan
Keadilan dan kebijakasanaan dalam menghadapi pekerja, serta pemberian
evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh
terhadap motivasi pekerja.
6). Status
Merupakan posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan
kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status pekerja
memengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang diperoleh dari
pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan, hak-hak istimewa
yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat menunjukkan
statusnya.
2.3 Karakteristik Individu
2.3.1 Pengertian Karakteristik Individu
Menurut Sutrisna (1994) bahwa karakteristik individu merupakan suatu proses
psikologis yang memengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta
menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor
internal (interpersonal) yang menggerakkan dan memengaruhi perilaku.
Menurut Mathis (2001), bahwa ciri-ciri pribadi meliputi jenis kelamin, status
perkawinan, usia pendidikan, pendapatan keluarga, tanggung jawab dan masa jabatan.
Karakteristik individu secara tidak langsung memengaruhi pelaksanaan
kegiatan dalam organisasi, baik ditingkat manajemen maupun teknis pelaksanaan.
Demikian halnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, karakteristik individu

Universitas Sumatera Utara

seperti pengetahuan, sikap, pendidikan, umur, ketrampilan, kemampuan, jenis
kelamin, tempat tinggal dan lama kerja secara tidak langsung memengaruhi
pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai tenaga kesehatan dalam serangkaian
kegiatan keperawatan.
2.3.2 Unsur-Unsur Karakteristik Individu
a. Umur
Umur adalah lamanya hidup dihitung sejak dilahirkan hingga saat ini. Umur
merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan baru.
Pada masa ini merupakan usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi,
masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan
nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru dan masa kreatif. Pada masa dewasa
ditandai oleh adanya perubahan jasmani dan mental, kemahiran dan ketrampilan
profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian (Soekanto, 1990).
Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas karyawan.
Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan teknis dalam melaksanakan tugas-tugas
maupun kedewasaan psikologis. Umumnya kinerja personel meningkat sejalan
dengan peningkatan usia pekerja. Pekerja usia 20-30 tahun mempunyai motivasi kerja
relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja lebih muda
belum berpijak pada realitas, sehingga seringkali mengalami kekecewaan dalam
bekerja. Hal ini menyebabkan rendahnya kinerja dan kepuasan kerja (Notoatmodjo,
2003).

Universitas Sumatera Utara

b. Jenis Kelamin
Diasumsikan bahwa bukan perbedaan jenis kelamin itu sendiri yang
menyebabkan perbedaan kinerja tetapi berbagai faktor berkaitan dengan jenis kelamin
misalnya perbedaan mendapatkan formasi, besarnya gaji dan lain-lain. Siagian (2006)
mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan produtivitas kerja antara karyawan wanita
dan perawat pria. Walaupun demikian jenis kelamin perlu diperhatikan karena
sebahagian besar tenaga kesehatan berjenis kelamin wanita dan sebahagian kecil
berjenis kelamin pria. Pada pria dengan beban keluarga tinggi akan meningkatkan
jam kerja perminggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan
mengurangi jam kerja perminggu.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo
(2003), dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

Universitas Sumatera Utara

b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
d. Pendidikan
Latar belakang pendidikan dan masa kerja seseorang akan memengaruhi
kemampuan pemenuhan kebutuhannya. Sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan
yang berbeda-beda akhirnya memengaruhi motivasi kerja seseorang. Pendidikan
dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan
dan tingkah laku (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat
unsur-unsur pendidikan yakni :
a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan
pendidikan (pelaku Pendidikan).
b. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain.
c. Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku (Notoatmodjo,
2003).

Universitas Sumatera Utara

Konsep dasar dari pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di
dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan kearah
yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang sehingga dapat menghasilkan
perubahan perilaku pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan
motivasi kerja yang berbeda dengan pendidikan yang lebih rendah. Siagian (2006)
menyatakan bahwa latar belakang pendidikan memengaruhi motivasi kerja seseorang.
Tenaga kesehatan yang berpendidikan tinggi motivasinya akan lebih baik karena
telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan
tenaga kesehatan yang berpendidikan rendah. Hal serupa dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan
kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak.
Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi produktivitas kerjanya.
e. Kemampuan
Kemampuan kerja adalah kapasitas individu dalam menyelesaikan berbagai
tugas dalam sebuah pekerjaan, kemampuan menyeluruh seorang karyawan meliputi
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik (Muchlas, 1997).
Kemampuan intekektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk
mengerjakan kegiatan-kegiatan mental misalnya pemahaman verbal, deduksi,
persepsual, visualisasi ruang lingkup dan ingatan, sedangkan kemampuan fisik adalah
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,
kekuatan dan ketrampilan. Kadar kemampuan dan keterampilan ini dapat diperoleh

Universitas Sumatera Utara

melalui pendidikan, pelatihan maupun pengalaman, tanpa mengabaikan kepatuhan
terhadap prosedur dan pedoman yang ada, menjalankan dan menyelesaikan tugas
suatu pekerjaan.
Menurut Gibson et al (1996) kemampuan mental sama dengan intelegensia
merupakan

kemampuan

mengingat

konfigurasi

fisual,

kemampuan

untuk

mengutarakan dan mengaji hipotesis, kemampuan untuk mengingat kembali dengan
sempurna dan pengetahuan tentang kata-kata dan artinya.
Kemampuan merupakan sifat yang dimiliki oleh tenaga kesehatan yang
diperolehnya dari proses pembelajaran yang memungkinkannya dapat menyelesaikan
atau melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
f. Keterampilan
Keterampilan merupakan suatu kecakapan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam hal ini yaitu pelaksanaan
selutuh tahapan asuhan keperawatan.
g. Tempat Tinggal
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), petugas kesehatan yang
bertempat tinggal dirumah dinas memiliki kinerja yang lebih baik bila dibandingkan
dengan petugas kesehatan yang tidak bertempat tinggal di rumah dinas atau rumah
jabatan. Hal ini sangat logis karena dari fakta yang ditemukan responden yang tidak
bertempat tinggal di rumah jabatan dan jaraknya jauh dari rumah sakit sebagian

Universitas Sumatera Utara

waktu kerjanya habis tersita oleh perjalanan pulang pergi dari tempat tinggal ke
rumah sakit.
h. Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Setiap
organisasi pelayanan kesehatan menginginkan turn overnya rendah dalam arti tenaga
atau karyawan aktif yang lebih lama bekerja di kantor tersebut tidak pindah ke unit
kerja lain, sebab dengan turn over yang tinggi menggambarkan kinerja unit kerja
tersebut.
Siagian (2006) mengatakan bahwa semakin banyak tenaga aktif yang
meninggalkan organisasi dan pindah ke organisasi lain mencerminkan ketidakberesan
organisasi tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja
dalam suatu organisasi maka semakin tinggi motivasi kerjanya.

2.4 Perawat
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang paramedis, menyatakan bahwa
profesi keperawatan merupakan profesi tersendiri yang setara dan sebagai mitra dari
disiplin

profesi

kesehatan

lainnya.

Masyarakat

dewasa

ini

sudah

mulai

memperhatikan pemberi jasa pelayanan kesehatan termasuk tenaga perawat yang
merupakan penghubung utama antara masyarakat dengan pihak pelayanan secara
menyeluruh. Bahkan menurut Nash et.al yang dikutip oleh Swisnawati (1997),
melaporkan penelitian yang dilakukan oleh ANA (American Nurse’s Association)
bahwa 60 % sampai 80 % pelayanan preventif yang semula dilakukan oleh dokter,

Universitas Sumatera Utara

sebenarnya dapat diberikan oleh perawat dengan kemampuan profesional dan
menghasilkan kualitas pelayanan yang sama.
Melihat beban dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh perawat maka
sering menimbulkan permasalahan, karena perawat merupakan orang yang paling
banyak berhubungan dengan pasien dibandingkan dengan petugas lain di rumah sakit,
maka pelayanan perawat sangat diperlukan dalam memenuhi kepuasan pasien yang
sedang dirawat di rumah sakit.
2.4.1 Definisi Perawat
Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang
merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (Priharjo, 1995). Perawat adalah karyawan
rumah sakit yang mempunyai dua tugas yaitu merawat pasien dan mengatur bangsal
(Hadjam, 2001).
Gunarsa (1998), menyatakan bahwa perawat adalah seorang yang telah
dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang
yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakannya sendiri
atau dibawah pengawasan dan supervisi dokter atau suster kepala.
Lokakarya Keperawatan Nasional dalam Hidayat (2004), mendefinisikan
keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat

Universitas Sumatera Utara

memberikan dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai
manusia.
Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang
berorientasi pada pelayanan, memiliki empat tingkatan klien (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang
pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Hidayat, 2004).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah orang
yang memberikan pelayanan dalam mengasuh, merawat dan menyembuhkan pasien.
2.4.2 Peran Perawat
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan
yang bersifat menetap.
Peran perawat menurut Hidayat (2004) terdiri dari :
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan.
b. Peran sebagai advokat pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi

Universitas Sumatera Utara

hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.
c. Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Peran kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Peran konsultan
Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan.
g. Peran pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Fungsi Perawat
Berdasarkan lokakarya keperawatan nasional tahun 1983 dalam Hidayat
(2004), disebutkan bahwa fungsi perawat adalah :
a. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber
yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
b. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan.
c. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan
termasuk pelayanan pasien dan keadaan terminal.
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
e. Mendokumentasikan proses keperawatan.
f. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu dipelajari serta merencanakan studi kasus
guna meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keperawatan.
g. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada pasien,
keluarga, kelompok serta masyarakat.
h. Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
i. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

Hadjam (2001), mengemukakan beberapa modal dasar perawat dalam
melaksanakan pelayanan prima, antara lain :
a. Profesional dalam bidang tugasnya
Keprofesionalan perawat dalam memberikan pelayanan dilihat dari kemampuan
perawat berinspirasi, menjalin kepercayaan dengan pasien, mempunyai
pengetahuan yang memadai dan kapabilitas terhadap pekerjaan.
b. Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi
Keberhasilan perawat dalam membentuk hubungan dan situasi perawatan yang
baik antara lain ditentukan oleh kemampuannya berhubungan dengan orang lain,
berkomunikasi dan bekerja sama.
c. Memegang teguh etika profesi
Asuhan keperawatan yang profesional sangat tergantung pada bagaimana perawat
dalam melaksanakan tugas-tugasnya selaku tenaga profesional berusaha
memegang teguh etika profesi.
d. Mempunyai emosi yang stabil
Seorang perawat diharapkan mempunyai emosi yang stabil dalam menjalankan
profesinya. Jika perawat dalam menjalankan tugasnya diiringi dengan
ketenangan, tanpa adanya gejolak emosi, maka akan memberikan pengaruh yang
besar pada diri pasien.

Universitas Sumatera Utara

e. Percaya diri
Kepercayaan diri menjadi modal bagi seorang perawat karena perawat dituntut
untuk bersikap tegas, tidak boleh ragu-ragu dalam melaksanakan dan memenuhi
kebutuhan pasien.
f. Bersikap wajar
Sikap yang wajar

akan memberikan makna yang besar bagi pasien bahwa

perawat dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan keperawatan dan
profesionalismenya.
g. Berpenampilan memadai
Perawat dengan penampilan yang bersih, dengan penampilan yang segar dalam
melakukan tugas-tugas perawatan diharapkan mampu mengubah suasana hati
pasien.
Kinerja profesi keperawatan dinilai tidak hanya berdasarkan konsep keilmuan
yang dimiliki tetapi juga berdasarkan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk
memberikan pelayanan yang prima seorang perawat tidak hanya membutuhkan
keahlian medis belaka tetapi ia harus memiliki empati dan tingkat emosionalitas yang
baik. Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh (2001), menunjukkan bahwa
kemampuan empati yang tinggi akan menimbulkan tingginya intensi prososial pada
diri perawat. Dengan kata lain jika perawat dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
pasien maka perawat akan cepat untuk melakukan perbuatan dan tindakan yang
ditujukan pada pasien dan perbuatan atau tindakan tersebut memberi keuntungan atau
manfaat positif bagi pasien.

Universitas Sumatera Utara

Perawat sebagai seorang tenaga profesional dalam bidang pelayanan
kesehatan yang dihadapinya adalah manusia, sehingga dalam hal ini empati mutlak
harus dimiliki oleh seorang perawat. Dengan empati, seorang perawat akan mampu
mengerti, memahami dan ikut merasakan apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan
dan apa yang diinginkan pasien.
Seorang perawat, untuk dapat memberikan pelayanan yang prima harus peka
dalam memahami alur pikiran dan perasaan pasien serta bersedia mendengarkan
keluhan pasien tentang penyakitnya. Dengan demikian perawat dapat mengerti bahwa
apa yang dikeluhkan merupakan kondisi yang sebenarnya, sehingga respon yang
diberikan terasa tepat dan benar bagi pasien.
Perawat juga sangat besar peranannya dalam mengurangi buruknya kondisi
psikologis pasien yang muncul sebagai akibat penyakit yang dideritanya seperti
cemas, takut, stress sampai depresi. Dalam hal ini perawat berperan dalam
menciptakan suasana psikologis yang kondusif bagi usaha penyembuhan yang
optimal yaitu dengan memberikan pelayanan prima (Taylor, 1995).

2.5 Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/Menkes/Per/II/1988
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapt dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh (integral) dari organisasi sosial
dan medis, berfungsi memberikan pelayan kesehatan yang lengkap kepada
masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif dimana pelayanan keluarnya
menjangkau keluarga dan lingkungan, dan rumah sakit juga merupakan pusat untuk
latihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian bio sosial (Depkes, 1998).
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan rujukan medik spesialistik dan
subspesialistik dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Sesuai
dengan fungsi utamanya tersebut, perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga rumah
sakit mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan lebih berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) (Ilyas, 2001).
Untuk dapat menyelenggarakan upaya–upaya tersebut dan mengelola rumah
sakit agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis,
maka setiap komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari : (Depkes RI, 2009)
1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang
profesional dalam bidangnya baik dokter umum maupun dokter spesialis.
2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis
terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat sesuai aturan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

3. Pelayanan penunjang medik ialah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap
pasien, seperti : pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan
lain-lain.
4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain salah
satunya adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis, dan
kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya
rawat jalan dan rawat inap pasien.
Depkes RI (1998), berdasarkan pembedaan tingkatan menurut kemampuan
unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, ketenagaan, fisik dan peralatan,
maka rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan
subspesialistik terbatas.
3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.
4. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis dasar.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis pengaruh motivasi dan
kemampuan terhadap kinerja perawat pelaksana adalah teori Gibson et.al (1996),
bahwa kinerja dipengaruhi : variabel individual, variabel psikologis dan variabel
organisasi, seperti pada skema di bawah ini.
Variabel Individu
-Kemampuan dan
keterampilan
- Mental
- Fisik
- Latar belakang :
- Individu
- Tingkat sosial
- Pengalaman
- Demografi
- Umur
- Etnis
- Jenis Kelamin
Kinerja

Variabel Organisasi
- Sumber

daya
- Kepemimpinan
- Imbalan
- Supervisi
- Sarana kerja
Variabel Psikologis
- Persepsi
- Sikap
- Kepribadian
- Pembelajaran
- Motivasi

Gambar 2.1 Landasan Teori
Sumber : Gibson et.al (1996)

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep
Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Karakteristik Perawat
a. Lama kerja
b. Status perkawinan
c. Pelatihan

MOTIVASI
a. Intrinsik
- Tanggung jawab
- Prestasi yang diraih
- Kengakuan hasil kerja
- Kemungkinan pengembangan
- Kemajuan
b. Ekstrinsik
- Imbalan
- Kondisi kerja
- Hubungan kerja
- Prosedur kerja

KINERJA
PERAWAT
a. Pengkajian
b. Diagnosis
c. Rencana Tindakan
d. Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
e. Evaluasi Tindakan
Keperawatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Sumber : Gibson et.al (1996) dan Hidayat (2004)

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Dalam Pengaturan Pola Makan Tahun 2011

13 74 151

PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN TERHADAP LAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU

0 9 61

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 6 14

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional Di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

0 0 18

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Pengguna Jaminan Kesehatan Daerah Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012

0 0 18

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Pengguna Jaminan Kesehatan Daerah Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Pengguna Jaminan Kesehatan Daerah Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012

0 0 11

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Pengguna Jaminan Kesehatan Daerah Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012 Chapter III VI

0 0 52

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Pengguna Jaminan Kesehatan Daerah Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012

0 0 5

PENGARUH STRESS DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMATANGSIANTAR

0 0 18