Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Gangguan Imobilisasi di RSUP. H Adam Malik Medan
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1
Konsep Dasar Imobilisasi
2.1.1
Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap
orang
butuh
untuk
bergerak.
Kehilangan
kemampuan
untuk
bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit- khususnya penyakit degeneratif, dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). (Wahit, 2008).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu
tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasan dilakukan
imobilisasi:
•
Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi.
Misalnya pada klien yang menjalani pembedahan atau yang
•
•
2.1.2
mengalami cedera pada tungkai dan lengan.
Keharusan
(tidak
terelakkan).
Ini
biasanya
disebabkan
oleh
ketidakmampuan primer, seperti penderita paralisis.
Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.
Jenis Imobilitas
Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain:
1.
Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
5
Universitas Sumatera Utara
2.
Imobilitas Intelektual
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3.
Imobilitas Emosional
Kondisi ini dapat terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4.
Imobilitas Sosial
Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
2.1.3
Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan
penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah, dan
perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Sistem musculoskeletal
Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah , seperti
osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi.
b. Elliminasi urin
Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi adalah
stasis urine, batu ginjal, retensi urine, infeksi perkemihan.
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti,
digesti dan eleminasi.
6
Universitas Sumatera Utara
d. Respirasi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan, penumpukan
secret, atelektasis.
e. Sistem kardiovaskular
Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan
thrombus, edema dependen.
f. Metabolisme dan nutrisi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan laju metabolisme, balans
nitrogen negative, anoreksia.
g. sistem integument
Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit.
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik,
menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah
bingung. (Wahid, 2008)
2.1.4
Tingkatan Imobilitas
Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah:
1. Imobilitas komplit.
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan
tingkat kesadaran,
2. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya
fraktur ekstremitas bawah (kaki).
3. Imobilitas karena alasan pengobatan
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan
pernafasan (misalkan sesak nafas) atau pada penderita penyakit jantung.
7
Universitas Sumatera Utara
Pada kondisi tirah baring (bedrest) total, klien tidak boleh bergerak dari
tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk
dikursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien masih
diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan kekamar
mandi atau duduk dikursi. Keuntungan dari tirah baring antara lain
mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh, menyalurkan sumber
energi untuk proses penyembuhan, dan dapat mengurangi respon nyeri.
2.2
Proses Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Saat mengkaji data tentang masalah imobilitas, perawat menggunakan
metode pengkajian inspeksi, palpasi dan auskultasi. Selain itu perawat
juga memeriksa hasil tes laboratorium serta mengukur berat badan, asupan
cairan, dan haluaran cairan klien. Karena tujuan intervensi keperawatan
adalah untuk mencegah komplikasi imobilitas, maka perawat perlu
mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami komplikasi. Ini termasuk
klien yang mengalami (a) gizi buruk; (b) penurunan sensitivitas terhadap
nyeri, temperatur atau tekanan; (c) masalah kardiovaskuler, paru, dan
neuromuscular; serta (d) perubahan tingkat kesadaran. (wahid, 2008).
Perawat mengkaji klien mobilisasi dengan melakukan pemeriksaan
fisik dari ujung kepala sampai keujung kaki. Selain itu pengkajian
keperawatan harus berfokus pada area fsikologis, sama seperti aspek
psikososial dan perkembangan klien.
Sistem
metabolic.
Ketika
mengkaji
sistem
metabolic,
perawat
menggunakan pengukuran antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot,
menggunakan pencatat asupan dan haluaran saerta data laboratorium untuk
mengevaluasi status cairan, elektrolit maupun kadar serum protein,
mengkaji penyembuhan luka untuk mengevaluasi perubahan transport
nutrein,
mengkaji
asupan
makanan
dan
pola
eliminasi
klien
untukmenentukan perubahan fungsi gastrointestinal.
8
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran asupan dan haluaran membantu perawat untuk menentukan
apakah terjadi ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi dan edema dapat
meningkatkan laju kerusakan kulit pada klien imobilisasi. Pengukuran
laboratoriumterhadap kadar elektrolit darah juga mengindikasikan
ketidakseimbangan elektrolit.
Apabila klien imobilisasi mempunyai luka, maka kecepatan penyembuhan
menunjukan indikasi nutrein yang di bawa kejaringan. Kemajuan
penyembuhan yang normal mengindikasikan kebutuhan metabolic
jaringan luka terpenuhi.
Sistem respiratori. Pengkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal
setiap 2 jam pada klien yang mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat
menginspeksi pergerakan dinding dada selama siklus inspirasi-ekspirasi
penuh. Jika klien yang mengalami etelektasis, gerakan dadanya menjadi
asimetris. Selain itu, perawat mengauskultasi seluruh area paru-paru untuk
mengidentifikasi gangguan suara nafas, crackles, atau mengi. Auskultasi
harus berfokus pada area paru-paru yang tergantung pada sekresi paru
cenderung menumpuk di area bagian bawah. Pengkajian sistem respiratori
lengkap mengidentifikasi adanya sekresi dan menentukan tindakan
keperawtan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori.
Sistem kardiovaskuler. Pengkajian keperawatan kardiovaskuler pada
klien imobilisasi termasuk memantau tekanan darah, mengevaluasi nadi
apeks maupun perifer, mengobservasi tanda-tanda
adanay stasis vena
(mis. edema dan penyembuuhan luka yang buruk). Tekanan darah klien
harus di ukur, terutama jika berubah dari berbaring ke duduk atau berdiri
akibat risiko terjadi hipotensi ortostatik. Dengan cara ini, kemampuan
mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji sebelum klien meninggalkan
pengaman tempat tidur.
Sistem
musculoskeletal.
Kelainan
musculoskeletal
utama
dapat
diidentifikasi selama pengkajian keperawatan meliputi penurunan tonus
otot, kehilangan masa otot, dan kontraktur. Gambaran pengukura
antropometrik sebelumnya mengidentifikasikan kehilangan tonus dan
masa otot.
9
Universitas Sumatera Utara
Pengkajian rentang gerak adalah penting sebagai data dasar yang mana
hasil pengukuran nantinya dibandingkan untuk mengevaluasi terjadi
kehilangan mobilisasi sendi. Rentang gerak di ukur dengan goniometri.
Sistem integument. Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien
terhadap tanda-tanda kerusakan. Kulit harus diobsevasi ketika klien
bergerak, diperhatikan higienisnya, atau di penuhi kebutuhan eliminasinya.
Pengkajian minimalharus dilakukan minimal 2 jam.
Sistem eliminasi. Status eliminnasi klien harus dievaluasi setiap 24 jam.
Perawat harus menentukan bahwa klien menerima jumlah dan jenis cairan
melalui oral atau parenteral dengan benar. Tidak adekuat asupan dan
haluaran atau ketidakseimbangancairan dan elektrolit meningkatkan risiko
yang gangguan sistem ginjal, bergeser dari infeksi berulang menjadi gagal
ginjal. Dehidrasi juga meningkatkan risiko kerusakan kulit, pembentukan
thrombus, infeksi pernafasan, konstipasi. Komplikasi fisik dapat
menurunkan keseluruhan tingkat mobilisasi dan meningkatkan lama dan
biaya perawatan.(potter & perry, 2006).
2.2.2
Analisa Data
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada
atau risiko terjadi masalah. (lihat kotak diagnosa di bawah)
-
Contoh Diagnosa keperawatan NANDA untuk ketidaktepatan
Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :
-
Kesejajaran tubuh yang buruk
-
Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
-
Ketidaktepatan mekanika tubuh
-
Ketidaktepatan posisi
-
Ketidak tepatan tekhnik pemindahan
10
Universitas Sumatera Utara
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
-
Penurunan rentang gerak
-
Tirah baring
-
Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan :
-
Stasis sekresi paru
-
Ketidaktetapan posisi tubuh
Ketidakefektiifan pola nafas yang berhubungan dengan :
-
Penurunan pengembangan paru
-
Penumpukan sekresi paru
-
Ketidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
-
Pola nafas ridak simetris
-
Penurunan pengembangan paru
-
Penumpukan sekresi paru
Gangguan intergritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan :
-
Keterbatasan mobilisasi
-
Tekanan permukaan kulit
-
Gaya gesek
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
-
Risiko infeksi
-
Keterbatasan mobilisasi
-
Retensi urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
-
Perubahan pola eliminasi
-
Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
-
Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
-
Pengurangan tingkat aktivitas
-
Isolasi sosial
11
Universitas Sumatera Utara
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
-
Keterbatasan mobilisasi
-
Ketidaknyamanan
Perubahan kesejajaran tubuh diakibatkan perbuhan perkembangan,
kelainan postur, kelainan pembentukan tulang, gangguan perkembangan otot,
kerusakan sistem muskuluskeletal. Pengkajiann data harus berisi karakteristik
yang bermakna dan tepat untuk mendukung penamaan diagnostik.
Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saliang berhubungan. Seseorang yang
menpuyai
kesejajaran
tubuh
buruk
mengurangi
mobilisasi.
Saat
mengidentifikasidiagnosa keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan
untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh
buruk atau gangguan mobilisasi.
Aspek fisiologis sering hanya berfokus pada asuhan keperawatan klien
gangguan mobilisasi. Sedangkan aspek psikososial dan perkembangan diabaikan.
Padahal aspek psikososial tersebut penting untuk kesehatan. Contoh, selama
imobilisasi, interaksi sosial dan stimulus di kurangi. Sehingga klien terisolasi,
menarik diri dan bosan. Klien seperti itu sering menggunakan bel pemanggil
perawat untuk meminta sedikit perhatian, apabila kebutuhan sosialisasi mereka
lebih besar. (potter & perry, 2006).
12
Universitas Sumatera Utara
Bahan Kimia
Biologi
Termis
Radiasi
Luka Bakar
Psikologis
Pada wajah
Diruang tertutup
Kerusakan kulit
Kerusakan
mukosa
Keracunan
gas CO
Penguapan
meningkat
Oedema laring
Co mengikat HB
Peningkatan pemb.
darah kapiler
Obstruksi jalan
nafas
HB tidak mampu
mengikat O2
Ekstervasi cairan
(H2O, elektrolit,
protein)
Gagal nafas
Hipoxia otak
Tekanan onotik
menurun
Masalah kep.
Jalan nafas tidak
efektif
Listrik / Petir
Masalah Keperawatan
• Resiko fungsi
terhadap infeksi
• Gangguan rasa
nyaman
• Gangguan aktivitas /
mobilisasi
• Kerusakan integritas
kulit
Masalah Keperawatan
• Gangguan konsep
duri
• Kurang pengetahuan
• Anxietas
Cairan intra vaskuler
menurun
13
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Rumusan masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa
pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut
NANDA, label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan
Mobilitas Fisik atau Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis
dengan masalah mobilisasi sebagai etiologi bergantung pada area fungsi
atau sistem yang dipengaruhi. (wahid, 2008).
2.2.4
Perencanaan
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami
gangguan mobilisasi bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan
karakteristik masing-masing individu. Menurut Koizier (2004), beberapa
tujuan umumm untuk klien yang mengalami, atau berpotensi mengalami,
masalah mobilisasi adalah sebagai berikut:
•
•
Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik.
•
bergerak/atau berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.
•
mekanika tubuh yang salah.
•
Mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilitas.
•
Mengembalikan
atau
memulihkan
kemampuannya
untuk
Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat penggunaan
Meningkatkan kebugaran fisik.
Meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional, dan intelektual.
(Wahid, 2008).
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien
yang bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasiyang aktual maupun
beresiko. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien,
dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien,
tingkat kesehatan, dan gaya hidup.
Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting di pertimbangkan
dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan atau meningkatkan
kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Perencanaan perawatan juga termasuk
14
Universitas Sumatera Utara
pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungssi motorik dan
kemandirian. Perawat dank lien untuk mempertahankan keterlibatan klien
dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi
yang optimal dimana klien berbeda di rumah sakit ataupun di rumah.
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan
gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung
melalui pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan
mobilisasi. Ahli terapi fisik merupakan sumber paling tepat bagi perawat
dalam memilih jenis latihan rentang gerak. Rencana keperawatan di dasari
oleh satu atau lebih tujuan berikut ini :
1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat.
2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada
tingkat optimal.
3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari
ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran.
4. Mencapai ROM penuh atau optimal.
5. Mmencegah kontraktur.
6. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
7. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal.
8. Memobilisasi sekresi jalan nafas.
9. Mempertahankan pola tidur normal.
10. Meningkatkan toleransi aktivitas.
11. Mencapai pola eliminasi normal.
12. Mempertahankan pola tidur normal.
13. Mencapai sosialisasi.
14. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri.
15. Mencapai stimulasi fisik dan mental.
Mempertahankan kesejajaran tubuh merupakan hal penting khususnya
pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi actual maupun
potensial. Misalnya pada klien koma, harus diposisikan dengan
penggunaan bantaldan diubah posisinya sesering untukk mengurangi
15
Universitas Sumatera Utara
risiko kesejajaran buruk dan cedera sistem kulit maupun musculoskeletal.
Frekuensi perubahan berdasarkan pengkajian klien terhadap risiko
perkembangan dekubitus (Potter & Perry, 2006).
Sasaran. Tujuan utama bagi pasien dapat mencakup pemulihan
keseimbangan cairan yang normal : tidak adanya ifeksi :tercapainya status
anabolic dan berat badan yang normal : membaiknya integritas kulit ;
pengurangan rasa nyeri serta ketidaknyamanan ; mobilitas fisik yang
optimal ; kemampuan koping pasien serta keluarga yang adekuat ;
pengetahuan pasien serta keluarga yang adekuat tentang penanganan luka
bakar ; dan tidak adanya komplikasi. Pencapaian semua tujuan ini
memerlukan pendekatan kolaboratif antardisiplin dalam penatalaksanaan
pasien. ( Suzanne & Smeltzer, 2001).
16
Universitas Sumatera Utara
2.3
Asuhan Keperawatan Kasus
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
1. Pengkajian
BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. I
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 21 tahun
Statur Perkawinan
: Belum menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Desa Mancang Tenteng Kec. Seles
Tanggal Masuk RS
: 14 April 2013
No.Register
: 55.53.53
Ruangan/Kamar
: RB2B / III7
Golongan darah
:-
Tanggal pengkajian
: 18 Juni 2013
Tanggal operasi
: 24 Mei 2013
Diagnosa Medis
: Electrical Burn 27 %
17
Universitas Sumatera Utara
I.
KELUHAN UTAMA :
Tn. I mengeluh sulit melakukan aktifitas karena luka bakar yang
terdapat pada tangan dan paha kanannya. Semua kegiatan tidak dapat
dilakukannya secara mandiri.
II.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Tn.
I mengatakan penyebabnya di karenakan tersetrum saat
memperbaiki saklar di rumahnya
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Tn. I mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah saat di berikan
obat dan istirahat.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Tn. I mengatakan nyeri pada daerah luka seperti rasa terbakar di sertai
dengan gatal pada daerah luka tersebut dan oleh sebab itu pasien sulit
untuk melakukan aktifitas.
2. Bagaimana dilihat
Tn. I terlihat cemas dengan keadaannya dilihat dari raut wajah dan
konsentrasi menjawab pertanyaan dan terlihat lemah diatas tempat
tidur.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Luka berada di paha dan tangan sebelah kanan.
2. Apakah menyebar
Tidak adanya penyebaran luka bakar yang dialami.
D. Severity
Tn. I mengatakan keadaan yang sekarang sangat mengganggu
kebiasaannya sehari-hari. Karena sulit untuk melakukan aktifitas.
E. Time
Saat ingin melakukan perggerakkan / aktifitas.
18
Universitas Sumatera Utara
III.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Demam, diare.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Tn. I mengatakan jika sakit Tn.I pergi ke puskesmas di sekitar rumah.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Tn. I mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi.
D. Lama dirawat
Tn. I mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
E. Alergi
Tn. I tidak mengalami riwayat alergi.
F. Imunisasi
Menurt dari keterangan keluarga Tn. I (ibu) Tn. I mendapatkan imunisasi
lengkap.
IV.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Orang Tua
Orang tua Tn. I tidak ada mengalami penyakit yg berarti
B. Saudara Kandung
Saudara kandung Tn. I tidak ada mengalami penyakit yg berarti
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Tn. I
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan/perawatan : tidak ada
E. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
F. Penyebab meninggal
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
19
Universitas Sumatera Utara
V.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOLOGI
A. Persepsi Pasien tentang penyakitnya
Tn. I mengatakan keadaan sekarang adalah akibat kelalaiannya.
B. Konsep Diri
-
Gambaran Diri
:
pasien
mengatakan
sedih
dengan
keadaan
tubuhnya yang sekarang
-
Ideal Diri
: pasien mengatakan tamat SMA langsung berkerja
-
Harga Diri
: pasien merasa dirinya kurang diterima oleh orang
disekelilingnya karena luka bakar yang dialaminya
-
Peran Diri
: pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
-
Identitas
: pasien ingin cepat sembuh dan segera pulang
C. Keadaan Emosi
Keadaan emosi masih dapat terkontrol.
D. Hubungan Sosial
-
Orang yang berarti :
Tn. I mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya
-
Hubungan dengan keluarga :
Tn. I menjalin hubungan baik dengan keluarga
-
Hubungan dengan orang lain :
Tn. I dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya
-
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam berhubungan.
E. Spiritual
-
Nilai dan keyakinan
Tn. I memeluk agama Islam dan percaya dengan Tuhannya.
-
Kegiatan ibadah
Tn. I beribadah sesuai ketentuan agamanya, dan sering melakukan
sholat berjamaah di dekat rumahnya
20
Universitas Sumatera Utara
VI.
STATUS MENTAL
-
Tingkat Kesadaran
:Supor
-
Penampilan
:Rapi
-
Pembicaraan
:sesuai
-
Alam kesadaran
:Lesu
-
Afek
: Sesuai
-
Interaksi selama wawancara
: kooperatif dan Kontak mata ada
-
Persepsi
: Tidak ada
-
Proses pikir
: Sesuai pembicaraan
-
Isi pikir
: Pasien tidak menunjukan gejala-
gejala diatas
-
Waham
: Tidak ada waham
-
Memori
: Masih dapat mengingat kejadian
dulu dan sekarang
VII.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Baik, luka yang di alami masih tertutup perban
B. Tanda-tanda vital
-
Suhu tubuh
: 37,5 C
-
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
-
Nadi
: 84x/menit
-
Pernafasan
: 20x/menit
-
Skala nyeri
:5
-
TB
: 168 cm
-
BB
: 54 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
-
Bentuk
: Simetris
-
Ubun-ubun
: Simetris
-
Kulit kepala
: Bersih
21
Universitas Sumatera Utara
Rambut
-
Penebaran dan keadaan rambut
: rambut bersih dan rapi
-
Bau
: tidak ada bau
-
Warna kulit
: hitam
Wajah
-
Warna kulit
: sawo matang
-
Struktur wajah
: lengkap
Mata
-
Kelengkapan dan kesimetrisan
: lengkap dan simetris
-
Palpebra
: normal
-
Konjungtiva dan sclera
: konjungtiva tidak pucat dan skelra
berwarna
-
Pupil
: ukuran pupil kiri/karan : +/- 3/3 mm
-
Kornea dan iris
:transparan,halus, bersih dan jernih
-
Visus
:pasien masih dapat membaca dalam
jaram +/- 3 meter
-
Tekanan bola mata
: tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
-
Tulang hidung dan posisi septum nasi
:simetris dan tidak ada
kelainan
-
Lubang hidung cuping hidung
: ukuran normal
-
Cuping hidung
: tidak ada tanda kelainan
Telinga
-
Bentuk telinga
: Normal, simetris
-
Ukuran telinga
: Normal
-
Lubang tlinga
: bersih, tidak ada kotoran
-
Ketajaman pendengaran
: normal
22
Universitas Sumatera Utara
Mulut dan faring
-
Keadaan bibir
: Kering
-
Keadaan gusi dan gigi
: Bersih
-
Keadaan lidah
: berwarna merah muda
Leher
-
Posisi tracheathyroid
: normal, teraba pada kedua
sisi
-
Suara
: normal
-
Kelenjar limfa
:tidak ada pembesaran
kelelenjar getah bening
-
Vena jugularis
:tampak ketika berbicara
-
Denyut nadi karotis
:teraba
Pemeriksaan integument
-
Kebersihan
: kulit bersh
-
Kehangatan
: 37,50C
-
Warna
: sawo matang
-
Turgor
: kembali cepat < 2 detik
-
Kelembaban
: keadaan kulit lembab
-
Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada
-
Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail
chest, kifos koliasis) : normal
-
Pernafasa (frekwensi, irama)
:frekwensi 24x/menit, irama
vesikuler
-
Tanda kesulitan bernafas
: tidak ada tanda kelainan
Pemeriksaan abdomen
-
Inspeksi (bentuk, benjolan)
: bentuk normal dan tidak ada terlihat
kelainan
23
Universitas Sumatera Utara
-
Auskultasi
: peristaltic normal
-
Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : terdapat
lubang anus dan tidak ada kelainan
-
Perkusi (suara abdomen)
: suara tympani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
-
Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : terdapat rambut pubis dan
lubang uretara dan tidak ada kelainan
-
Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):
normal, terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan
-
Pada ibu nifas (kondisi lochea; jumlah, konsistensi, warna, bau.
kondisi perineum; episiotomy ada/tidak, REEDA)
VIII.
I.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Pola makan dan minum
-
Frekuensi makan/hari
: 3 kali / hari
-
Nafsu/selera makan
: pasien mengatakan selera makan seperti
biasa
-
Nyeri ulu hati
: tidak ada nyeri uluu hati
-
Alergi
: tidak ada alergi makanan
-
mual dan muntah
: tiadak ada mual dan muntah
-
Nampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa)
-
Waktu pemberian makanan
: 08.00 wib, 14.00 wib, 19.00 wib
-
Jumlah dan jenis makanan
: nasi, sayur, lauk, buah
-
Waktu pemberian cairan/minuman : pasien terpasang cairan infuse RL
20 tetes / menit, minum apabila haus
-
Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :
Tidak ada kesulitan untuk mkan
II.
Perawatan diri/personal hygiene
-
Kebersihan tubuh : pasien selama mengalami luka bakar hanya di lap
oleh orang tua
-
Kebersihan gigi dan mulut
: bersih
24
Universitas Sumatera Utara
III.
Kebersihan kuku kaki dan tangan
: bersih
Pola kegiatan/aktivitas
-
Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total :
Saat ini pasien dalam melakukan kegiatan membutuhkan bantuan
-
Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Untuk saat ini pasien tidak ada melakukan kegiatan ibadah
IV.
Pola eliminasi
1. BAB
-
Pola BAB
: 1-2 kali / hari
-
Karakter feses
: normal
-
Riwayat perdarahan
: tidak ada pendarahan
-
BAB terakhir
: sore
-
Diare
: tidak ada diare
-
Penggunaan laksatif
: tidak ada penggunaan laksatif
2. BAK
V.
-
Pola BAK
: 2-3 kali / hari
-
Karakter urine
: normal
-
nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK
-
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
-
Penggunaan diuretic
-
Upaya mengatasi masalah : tidak ada
: tidak ada penggunaan diuretik
Mekanisme koping
-
Adaptif
Bicara dengan orang lain
Teknik relaksasi
-
Maladaptif
Minum alkohol
25
Universitas Sumatera Utara
2. ANALISA DATA
No.
1
Data
DS:
Klien mengatakan tidak
mampu memenuhi
kebutuhan aktivitas secara
mandiri
DO :
- klien bedrest di atas
tempat tidur
- Klien terlihat lemah
- Aktivitas di Bantu oleh
keluarga dan perawat
2.
DS :
Klien mengatakan panas,
kebas, dan bau di daerah
luka bakar
DO:
- Luka di kaki dan tangan
tampak merah, masih
ber air dan kotor
- Skala nyeri 4-6
- TD 110/80 mmHg
- Team 37oc
- Luas luka 27 %
Etiologi
Masalah
Luka bakar / sengatan
listrik
Gangguan
mobilisasi
Kerusakan jaringan kulit
Gangguan
neuromuskuler
Gangguan mobilisasi
Luka bakar
Risiko tinggi
infeksi
Nyeri, ber air / kotor
Masuknya mikro
organisme
Pertahanan primer tidak
adekuat
Resiko terjadi infeksi
3.
DS:
Klien mengatakan nyeri di
daerah luka bakar dan
berdenyut.
Luka bakar/sengatan
listrik
DO :
- Klien terlihat gelisah
- Klien meringis
kesakitan,
- TD 110/70 mmHg
- Team 370c
- Pols 85 x/i
- RR 20 x/I
- Skala nyeri 4-6
Luas luka 27 %.
Kerusakan jaringan kulit
/ saraf / kematian
jaringan.
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Di amputasi ektremitas
atas
Nyeri
26
Universitas Sumatera Utara
3. RUMUSAN MASALAH
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilisasi
2. Risiko tinggi infeksi
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan luka bakar di tandai dengan
pasien tampak cemas dan terdapat luka pada paha dan tangan kanan.
27
Universitas Sumatera Utara
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/
No.
Perencanaan Tindakan
Tanggal Dx
Selasa/
18-06-
Tujuan dan kriteria hasil:
1.
2013
1. mencapai mobilisasi di tempat tidur.
2. mendemonstrasikan mobilitas.
3. menunjukan tekhnik / perilaku yang
memampukan melakukan aktivitas.
4. mempertahankan posisi fungsi di
buktikan oleh tidak adanya kontraktur.
2.
1. faktor risiko infeksi akan hilang.
2. pasien akan memperlihatkan
pengendalian resiko.
3. mencapai penyembuhan luka tepat
waktu. bebas eksudatpurulen dan tidak
demam.
3.
1. memperlihatkan pengendalian nyeri.
2. melaporkan nyeri berkurang /
terkontrol.
3. menunjukan ekspresi wajah / postur
tubuh rileks.
4. berpartisipasi dalamm aktivitas dan
tidur / istirahat dengan tepat.
Rencana Tindakan
1
1. Pengaturan posisi.
Rasional
1. mengatur
penempatan pasien
atau bagian tubuh
pasien secara hatihati untuk
28
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan
kesejahteraan
fisiologis dan
psikologis.
2. perawatan tirah baring.
2. meningkatkan
kenyamanan dan
keamanan serta
pencegahan
komplikasi untuk
pasien yang tidak
mampu bangun dari
tempat tidur.
3.dorong dukungan dan bantuan
3. mengajak orang
keluarga / orang terdekat pada pelatihan
terdekat untuk aktif
rentang gerak.
dalam perawatan
pasien dan
memberikaan terapi
lebih konstan /
konsisten
4.lakukan latihan rentang gerak secara
4.mencegah secara
konsisten, diawali dengan pasif
progresif
kemudian aktif.
mengencangkan
jaringan parut dan
kontraktur,
meningkatkan
pemeliharaan fungsi
otot / sendi dan
menurunkan
kehilangan kalsium
29
Universitas Sumatera Utara
dari tuulang.
5. dorong partisipasi pasien dalam
5. meningkatkan
semmua aktifitas sesuai kemampuan
kemandirian.
individual.
Meningkatkan arga
diri, dan membantu
proses perbaikan.
2.
1.tekankan pentingnya cuci tangan yang
1.mencegah
baik untuk semua individu yang dating
kontaminasi silang :
kontak dengan pasien.
menurunkan risiko
infeksi
2. gunakan tekhnik steril dalam
2. mencegah agar
perawatan luka.
luka tidak terinfeksi
lebih.
3.observasi vital sign
3.indikator sepsis
sering terjadi pada
luka bakar.
4.observasi luka bakar, perhatikan
4.mengetahui
perubahan luka.
perkembangan
penyembuhan luka.
3.
1.tinngkatkan periode tidur tanpa
1.kekurangan tidur
gangguan.
dapat miningkatkan
nyeri / kemampuan
koping menurun
2. melakukan tinndakan manajemen
2. meringankan atau
30
Universitas Sumatera Utara
nyeri.
mengurangi nyeri
sampai pada tingkat
kenyamanan yang
dapat di terima oleh
pasien.
3.lakukan penggantian balutan dan
3.menurunkan
debridemen setelah pasien diberi obat.
terjadinya distress
fisik dan emosi
sehubungan dengan
penggantian baluutan
dan debridemen
4. dorong ekspresi perasaan tentang
4. pernyataan
nyeri.
memungkinkan
pengungkapan
emosidan dapat
meningkatkan
mekanisme koping.
5. untuk
5.kolaborasikan dalam pemberian
menghilangkan /
analgetik
mengurangi nyeri.
31
Universitas Sumatera Utara
5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/
No.
Tanggal
Dx
Selasa/18
1.
Evaluasi
Implementasi keperawatan
-
juni 2013
(SOAP)
Mempertahankan posisi tubuh S:
tepat
khususnya
untuk
Klien
luka
masih
bakar di atas sendi
-
-
nyeri
bila
dilakukan pergerakan
Melakukan latihan rentang gerak O : klien terlihat tidur
secara konsisten di awali dengan
terlentang dan semua
pasif kemudian aktif .
kebutuhan dibantu
Mendorong
parstisipasi
pada
oleh keluarga dan
perawat
dalam semua aktivitas sesuai
kemampuan
-
mengatakan
Mendorong
A : Masalah belum
dukungan
teratasi
dan
- Klien masih
bantuan keluarga pada latihan
merasakan nyeri
rentang gerak
bila melakukan
pergerakan
P : intervensi dilanjutkan
- Kaji kemampuan
mobilitas fisik
- Lakukan latihan
gerak pasif
2.
-
dan S: klien mengatakan
Mengajarkan
pentingnya merasa nyeri dengan skala
mengingatkan
4-6
cuci tangan
-
-
tekhnik
steril O: luas luka bakar 27%
dalam perawatan luka
dan luka masih tampak
Melakukan vital sign:
kemerahan
TD : 120 / 70 mmHg
A: masalah belum teratasi
HR : 86 kali / menit
P: rencana tindakan
Melakukan
32
Universitas Sumatera Utara
RR :24 kali / menit
dilanjutkan
0
TEMP : 37,6 C
-
Mengkaji luka, apakah ada
tanda-tanda infeksi
-
Observasi
perkembangan
luka
3.
-
Mengkaji skala nyeri 4-6
-
Mengukur vital sign :
S: klien mengatakan
nyeri pada daerah luka
dan jika dilakukan
TD : 120 / 70 mmHg
pergerakan
HR : 86 kali / menit
O: klien tampak
RR : 24 kali / menit
meringis dengan skala
0
TEMP : 37.6 C
nyeri 4-6, diberikan
-
Merubah posisi semi fowler
A: masalah belum
-
Mengajarkan tekhnik nafas
teratasi sebagian
dalam
P: rencana tindakan
Melakukan kolaborasi dalam
dilanjutkan
-
pemberian analgetik :
injeksi ketorolac 30mg/8 jam
ranitidine 50mg/12 jam
ceftriaxone 1gr/12 jam
33
Universitas Sumatera Utara
PENGELOLAAN KASUS
2.1
Konsep Dasar Imobilisasi
2.1.1
Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap
orang
butuh
untuk
bergerak.
Kehilangan
kemampuan
untuk
bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit- khususnya penyakit degeneratif, dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). (Wahit, 2008).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu
tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasan dilakukan
imobilisasi:
•
Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi.
Misalnya pada klien yang menjalani pembedahan atau yang
•
•
2.1.2
mengalami cedera pada tungkai dan lengan.
Keharusan
(tidak
terelakkan).
Ini
biasanya
disebabkan
oleh
ketidakmampuan primer, seperti penderita paralisis.
Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.
Jenis Imobilitas
Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain:
1.
Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
5
Universitas Sumatera Utara
2.
Imobilitas Intelektual
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3.
Imobilitas Emosional
Kondisi ini dapat terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4.
Imobilitas Sosial
Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
2.1.3
Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan
penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah, dan
perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Sistem musculoskeletal
Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah , seperti
osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi.
b. Elliminasi urin
Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi adalah
stasis urine, batu ginjal, retensi urine, infeksi perkemihan.
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti,
digesti dan eleminasi.
6
Universitas Sumatera Utara
d. Respirasi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan, penumpukan
secret, atelektasis.
e. Sistem kardiovaskular
Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan
thrombus, edema dependen.
f. Metabolisme dan nutrisi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan laju metabolisme, balans
nitrogen negative, anoreksia.
g. sistem integument
Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit.
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik,
menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah
bingung. (Wahid, 2008)
2.1.4
Tingkatan Imobilitas
Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah:
1. Imobilitas komplit.
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan
tingkat kesadaran,
2. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya
fraktur ekstremitas bawah (kaki).
3. Imobilitas karena alasan pengobatan
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan
pernafasan (misalkan sesak nafas) atau pada penderita penyakit jantung.
7
Universitas Sumatera Utara
Pada kondisi tirah baring (bedrest) total, klien tidak boleh bergerak dari
tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk
dikursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien masih
diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan kekamar
mandi atau duduk dikursi. Keuntungan dari tirah baring antara lain
mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh, menyalurkan sumber
energi untuk proses penyembuhan, dan dapat mengurangi respon nyeri.
2.2
Proses Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Saat mengkaji data tentang masalah imobilitas, perawat menggunakan
metode pengkajian inspeksi, palpasi dan auskultasi. Selain itu perawat
juga memeriksa hasil tes laboratorium serta mengukur berat badan, asupan
cairan, dan haluaran cairan klien. Karena tujuan intervensi keperawatan
adalah untuk mencegah komplikasi imobilitas, maka perawat perlu
mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami komplikasi. Ini termasuk
klien yang mengalami (a) gizi buruk; (b) penurunan sensitivitas terhadap
nyeri, temperatur atau tekanan; (c) masalah kardiovaskuler, paru, dan
neuromuscular; serta (d) perubahan tingkat kesadaran. (wahid, 2008).
Perawat mengkaji klien mobilisasi dengan melakukan pemeriksaan
fisik dari ujung kepala sampai keujung kaki. Selain itu pengkajian
keperawatan harus berfokus pada area fsikologis, sama seperti aspek
psikososial dan perkembangan klien.
Sistem
metabolic.
Ketika
mengkaji
sistem
metabolic,
perawat
menggunakan pengukuran antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot,
menggunakan pencatat asupan dan haluaran saerta data laboratorium untuk
mengevaluasi status cairan, elektrolit maupun kadar serum protein,
mengkaji penyembuhan luka untuk mengevaluasi perubahan transport
nutrein,
mengkaji
asupan
makanan
dan
pola
eliminasi
klien
untukmenentukan perubahan fungsi gastrointestinal.
8
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran asupan dan haluaran membantu perawat untuk menentukan
apakah terjadi ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi dan edema dapat
meningkatkan laju kerusakan kulit pada klien imobilisasi. Pengukuran
laboratoriumterhadap kadar elektrolit darah juga mengindikasikan
ketidakseimbangan elektrolit.
Apabila klien imobilisasi mempunyai luka, maka kecepatan penyembuhan
menunjukan indikasi nutrein yang di bawa kejaringan. Kemajuan
penyembuhan yang normal mengindikasikan kebutuhan metabolic
jaringan luka terpenuhi.
Sistem respiratori. Pengkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal
setiap 2 jam pada klien yang mengalami keterbatasan aktivitas. Perawat
menginspeksi pergerakan dinding dada selama siklus inspirasi-ekspirasi
penuh. Jika klien yang mengalami etelektasis, gerakan dadanya menjadi
asimetris. Selain itu, perawat mengauskultasi seluruh area paru-paru untuk
mengidentifikasi gangguan suara nafas, crackles, atau mengi. Auskultasi
harus berfokus pada area paru-paru yang tergantung pada sekresi paru
cenderung menumpuk di area bagian bawah. Pengkajian sistem respiratori
lengkap mengidentifikasi adanya sekresi dan menentukan tindakan
keperawtan yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan fungsi respiratori.
Sistem kardiovaskuler. Pengkajian keperawatan kardiovaskuler pada
klien imobilisasi termasuk memantau tekanan darah, mengevaluasi nadi
apeks maupun perifer, mengobservasi tanda-tanda
adanay stasis vena
(mis. edema dan penyembuuhan luka yang buruk). Tekanan darah klien
harus di ukur, terutama jika berubah dari berbaring ke duduk atau berdiri
akibat risiko terjadi hipotensi ortostatik. Dengan cara ini, kemampuan
mentoleransi perubahan posisi dapat dikaji sebelum klien meninggalkan
pengaman tempat tidur.
Sistem
musculoskeletal.
Kelainan
musculoskeletal
utama
dapat
diidentifikasi selama pengkajian keperawatan meliputi penurunan tonus
otot, kehilangan masa otot, dan kontraktur. Gambaran pengukura
antropometrik sebelumnya mengidentifikasikan kehilangan tonus dan
masa otot.
9
Universitas Sumatera Utara
Pengkajian rentang gerak adalah penting sebagai data dasar yang mana
hasil pengukuran nantinya dibandingkan untuk mengevaluasi terjadi
kehilangan mobilisasi sendi. Rentang gerak di ukur dengan goniometri.
Sistem integument. Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien
terhadap tanda-tanda kerusakan. Kulit harus diobsevasi ketika klien
bergerak, diperhatikan higienisnya, atau di penuhi kebutuhan eliminasinya.
Pengkajian minimalharus dilakukan minimal 2 jam.
Sistem eliminasi. Status eliminnasi klien harus dievaluasi setiap 24 jam.
Perawat harus menentukan bahwa klien menerima jumlah dan jenis cairan
melalui oral atau parenteral dengan benar. Tidak adekuat asupan dan
haluaran atau ketidakseimbangancairan dan elektrolit meningkatkan risiko
yang gangguan sistem ginjal, bergeser dari infeksi berulang menjadi gagal
ginjal. Dehidrasi juga meningkatkan risiko kerusakan kulit, pembentukan
thrombus, infeksi pernafasan, konstipasi. Komplikasi fisik dapat
menurunkan keseluruhan tingkat mobilisasi dan meningkatkan lama dan
biaya perawatan.(potter & perry, 2006).
2.2.2
Analisa Data
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada
atau risiko terjadi masalah. (lihat kotak diagnosa di bawah)
-
Contoh Diagnosa keperawatan NANDA untuk ketidaktepatan
Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :
-
Kesejajaran tubuh yang buruk
-
Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
-
Ketidaktepatan mekanika tubuh
-
Ketidaktepatan posisi
-
Ketidak tepatan tekhnik pemindahan
10
Universitas Sumatera Utara
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
-
Penurunan rentang gerak
-
Tirah baring
-
Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan :
-
Stasis sekresi paru
-
Ketidaktetapan posisi tubuh
Ketidakefektiifan pola nafas yang berhubungan dengan :
-
Penurunan pengembangan paru
-
Penumpukan sekresi paru
-
Ketidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
-
Pola nafas ridak simetris
-
Penurunan pengembangan paru
-
Penumpukan sekresi paru
Gangguan intergritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan :
-
Keterbatasan mobilisasi
-
Tekanan permukaan kulit
-
Gaya gesek
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
-
Risiko infeksi
-
Keterbatasan mobilisasi
-
Retensi urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
-
Perubahan pola eliminasi
-
Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
-
Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
-
Pengurangan tingkat aktivitas
-
Isolasi sosial
11
Universitas Sumatera Utara
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
-
Keterbatasan mobilisasi
-
Ketidaknyamanan
Perubahan kesejajaran tubuh diakibatkan perbuhan perkembangan,
kelainan postur, kelainan pembentukan tulang, gangguan perkembangan otot,
kerusakan sistem muskuluskeletal. Pengkajiann data harus berisi karakteristik
yang bermakna dan tepat untuk mendukung penamaan diagnostik.
Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saliang berhubungan. Seseorang yang
menpuyai
kesejajaran
tubuh
buruk
mengurangi
mobilisasi.
Saat
mengidentifikasidiagnosa keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan
untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh
buruk atau gangguan mobilisasi.
Aspek fisiologis sering hanya berfokus pada asuhan keperawatan klien
gangguan mobilisasi. Sedangkan aspek psikososial dan perkembangan diabaikan.
Padahal aspek psikososial tersebut penting untuk kesehatan. Contoh, selama
imobilisasi, interaksi sosial dan stimulus di kurangi. Sehingga klien terisolasi,
menarik diri dan bosan. Klien seperti itu sering menggunakan bel pemanggil
perawat untuk meminta sedikit perhatian, apabila kebutuhan sosialisasi mereka
lebih besar. (potter & perry, 2006).
12
Universitas Sumatera Utara
Bahan Kimia
Biologi
Termis
Radiasi
Luka Bakar
Psikologis
Pada wajah
Diruang tertutup
Kerusakan kulit
Kerusakan
mukosa
Keracunan
gas CO
Penguapan
meningkat
Oedema laring
Co mengikat HB
Peningkatan pemb.
darah kapiler
Obstruksi jalan
nafas
HB tidak mampu
mengikat O2
Ekstervasi cairan
(H2O, elektrolit,
protein)
Gagal nafas
Hipoxia otak
Tekanan onotik
menurun
Masalah kep.
Jalan nafas tidak
efektif
Listrik / Petir
Masalah Keperawatan
• Resiko fungsi
terhadap infeksi
• Gangguan rasa
nyaman
• Gangguan aktivitas /
mobilisasi
• Kerusakan integritas
kulit
Masalah Keperawatan
• Gangguan konsep
duri
• Kurang pengetahuan
• Anxietas
Cairan intra vaskuler
menurun
13
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Rumusan masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa
pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut
NANDA, label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan
Mobilitas Fisik atau Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis
dengan masalah mobilisasi sebagai etiologi bergantung pada area fungsi
atau sistem yang dipengaruhi. (wahid, 2008).
2.2.4
Perencanaan
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami
gangguan mobilisasi bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan
karakteristik masing-masing individu. Menurut Koizier (2004), beberapa
tujuan umumm untuk klien yang mengalami, atau berpotensi mengalami,
masalah mobilisasi adalah sebagai berikut:
•
•
Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik.
•
bergerak/atau berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.
•
mekanika tubuh yang salah.
•
Mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilitas.
•
Mengembalikan
atau
memulihkan
kemampuannya
untuk
Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat penggunaan
Meningkatkan kebugaran fisik.
Meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional, dan intelektual.
(Wahid, 2008).
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien
yang bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasiyang aktual maupun
beresiko. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien,
dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien,
tingkat kesehatan, dan gaya hidup.
Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting di pertimbangkan
dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan atau meningkatkan
kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Perencanaan perawatan juga termasuk
14
Universitas Sumatera Utara
pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungssi motorik dan
kemandirian. Perawat dank lien untuk mempertahankan keterlibatan klien
dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi
yang optimal dimana klien berbeda di rumah sakit ataupun di rumah.
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan
gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung
melalui pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan
mobilisasi. Ahli terapi fisik merupakan sumber paling tepat bagi perawat
dalam memilih jenis latihan rentang gerak. Rencana keperawatan di dasari
oleh satu atau lebih tujuan berikut ini :
1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat.
2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada
tingkat optimal.
3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari
ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran.
4. Mencapai ROM penuh atau optimal.
5. Mmencegah kontraktur.
6. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
7. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal.
8. Memobilisasi sekresi jalan nafas.
9. Mempertahankan pola tidur normal.
10. Meningkatkan toleransi aktivitas.
11. Mencapai pola eliminasi normal.
12. Mempertahankan pola tidur normal.
13. Mencapai sosialisasi.
14. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri.
15. Mencapai stimulasi fisik dan mental.
Mempertahankan kesejajaran tubuh merupakan hal penting khususnya
pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi actual maupun
potensial. Misalnya pada klien koma, harus diposisikan dengan
penggunaan bantaldan diubah posisinya sesering untukk mengurangi
15
Universitas Sumatera Utara
risiko kesejajaran buruk dan cedera sistem kulit maupun musculoskeletal.
Frekuensi perubahan berdasarkan pengkajian klien terhadap risiko
perkembangan dekubitus (Potter & Perry, 2006).
Sasaran. Tujuan utama bagi pasien dapat mencakup pemulihan
keseimbangan cairan yang normal : tidak adanya ifeksi :tercapainya status
anabolic dan berat badan yang normal : membaiknya integritas kulit ;
pengurangan rasa nyeri serta ketidaknyamanan ; mobilitas fisik yang
optimal ; kemampuan koping pasien serta keluarga yang adekuat ;
pengetahuan pasien serta keluarga yang adekuat tentang penanganan luka
bakar ; dan tidak adanya komplikasi. Pencapaian semua tujuan ini
memerlukan pendekatan kolaboratif antardisiplin dalam penatalaksanaan
pasien. ( Suzanne & Smeltzer, 2001).
16
Universitas Sumatera Utara
2.3
Asuhan Keperawatan Kasus
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
1. Pengkajian
BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. I
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 21 tahun
Statur Perkawinan
: Belum menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Desa Mancang Tenteng Kec. Seles
Tanggal Masuk RS
: 14 April 2013
No.Register
: 55.53.53
Ruangan/Kamar
: RB2B / III7
Golongan darah
:-
Tanggal pengkajian
: 18 Juni 2013
Tanggal operasi
: 24 Mei 2013
Diagnosa Medis
: Electrical Burn 27 %
17
Universitas Sumatera Utara
I.
KELUHAN UTAMA :
Tn. I mengeluh sulit melakukan aktifitas karena luka bakar yang
terdapat pada tangan dan paha kanannya. Semua kegiatan tidak dapat
dilakukannya secara mandiri.
II.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Tn.
I mengatakan penyebabnya di karenakan tersetrum saat
memperbaiki saklar di rumahnya
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Tn. I mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah saat di berikan
obat dan istirahat.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Tn. I mengatakan nyeri pada daerah luka seperti rasa terbakar di sertai
dengan gatal pada daerah luka tersebut dan oleh sebab itu pasien sulit
untuk melakukan aktifitas.
2. Bagaimana dilihat
Tn. I terlihat cemas dengan keadaannya dilihat dari raut wajah dan
konsentrasi menjawab pertanyaan dan terlihat lemah diatas tempat
tidur.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Luka berada di paha dan tangan sebelah kanan.
2. Apakah menyebar
Tidak adanya penyebaran luka bakar yang dialami.
D. Severity
Tn. I mengatakan keadaan yang sekarang sangat mengganggu
kebiasaannya sehari-hari. Karena sulit untuk melakukan aktifitas.
E. Time
Saat ingin melakukan perggerakkan / aktifitas.
18
Universitas Sumatera Utara
III.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Demam, diare.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Tn. I mengatakan jika sakit Tn.I pergi ke puskesmas di sekitar rumah.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Tn. I mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi.
D. Lama dirawat
Tn. I mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
E. Alergi
Tn. I tidak mengalami riwayat alergi.
F. Imunisasi
Menurt dari keterangan keluarga Tn. I (ibu) Tn. I mendapatkan imunisasi
lengkap.
IV.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Orang Tua
Orang tua Tn. I tidak ada mengalami penyakit yg berarti
B. Saudara Kandung
Saudara kandung Tn. I tidak ada mengalami penyakit yg berarti
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Tn. I
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan/perawatan : tidak ada
E. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
F. Penyebab meninggal
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
19
Universitas Sumatera Utara
V.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOLOGI
A. Persepsi Pasien tentang penyakitnya
Tn. I mengatakan keadaan sekarang adalah akibat kelalaiannya.
B. Konsep Diri
-
Gambaran Diri
:
pasien
mengatakan
sedih
dengan
keadaan
tubuhnya yang sekarang
-
Ideal Diri
: pasien mengatakan tamat SMA langsung berkerja
-
Harga Diri
: pasien merasa dirinya kurang diterima oleh orang
disekelilingnya karena luka bakar yang dialaminya
-
Peran Diri
: pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
-
Identitas
: pasien ingin cepat sembuh dan segera pulang
C. Keadaan Emosi
Keadaan emosi masih dapat terkontrol.
D. Hubungan Sosial
-
Orang yang berarti :
Tn. I mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya
-
Hubungan dengan keluarga :
Tn. I menjalin hubungan baik dengan keluarga
-
Hubungan dengan orang lain :
Tn. I dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya
-
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam berhubungan.
E. Spiritual
-
Nilai dan keyakinan
Tn. I memeluk agama Islam dan percaya dengan Tuhannya.
-
Kegiatan ibadah
Tn. I beribadah sesuai ketentuan agamanya, dan sering melakukan
sholat berjamaah di dekat rumahnya
20
Universitas Sumatera Utara
VI.
STATUS MENTAL
-
Tingkat Kesadaran
:Supor
-
Penampilan
:Rapi
-
Pembicaraan
:sesuai
-
Alam kesadaran
:Lesu
-
Afek
: Sesuai
-
Interaksi selama wawancara
: kooperatif dan Kontak mata ada
-
Persepsi
: Tidak ada
-
Proses pikir
: Sesuai pembicaraan
-
Isi pikir
: Pasien tidak menunjukan gejala-
gejala diatas
-
Waham
: Tidak ada waham
-
Memori
: Masih dapat mengingat kejadian
dulu dan sekarang
VII.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Baik, luka yang di alami masih tertutup perban
B. Tanda-tanda vital
-
Suhu tubuh
: 37,5 C
-
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
-
Nadi
: 84x/menit
-
Pernafasan
: 20x/menit
-
Skala nyeri
:5
-
TB
: 168 cm
-
BB
: 54 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
-
Bentuk
: Simetris
-
Ubun-ubun
: Simetris
-
Kulit kepala
: Bersih
21
Universitas Sumatera Utara
Rambut
-
Penebaran dan keadaan rambut
: rambut bersih dan rapi
-
Bau
: tidak ada bau
-
Warna kulit
: hitam
Wajah
-
Warna kulit
: sawo matang
-
Struktur wajah
: lengkap
Mata
-
Kelengkapan dan kesimetrisan
: lengkap dan simetris
-
Palpebra
: normal
-
Konjungtiva dan sclera
: konjungtiva tidak pucat dan skelra
berwarna
-
Pupil
: ukuran pupil kiri/karan : +/- 3/3 mm
-
Kornea dan iris
:transparan,halus, bersih dan jernih
-
Visus
:pasien masih dapat membaca dalam
jaram +/- 3 meter
-
Tekanan bola mata
: tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
-
Tulang hidung dan posisi septum nasi
:simetris dan tidak ada
kelainan
-
Lubang hidung cuping hidung
: ukuran normal
-
Cuping hidung
: tidak ada tanda kelainan
Telinga
-
Bentuk telinga
: Normal, simetris
-
Ukuran telinga
: Normal
-
Lubang tlinga
: bersih, tidak ada kotoran
-
Ketajaman pendengaran
: normal
22
Universitas Sumatera Utara
Mulut dan faring
-
Keadaan bibir
: Kering
-
Keadaan gusi dan gigi
: Bersih
-
Keadaan lidah
: berwarna merah muda
Leher
-
Posisi tracheathyroid
: normal, teraba pada kedua
sisi
-
Suara
: normal
-
Kelenjar limfa
:tidak ada pembesaran
kelelenjar getah bening
-
Vena jugularis
:tampak ketika berbicara
-
Denyut nadi karotis
:teraba
Pemeriksaan integument
-
Kebersihan
: kulit bersh
-
Kehangatan
: 37,50C
-
Warna
: sawo matang
-
Turgor
: kembali cepat < 2 detik
-
Kelembaban
: keadaan kulit lembab
-
Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada
-
Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail
chest, kifos koliasis) : normal
-
Pernafasa (frekwensi, irama)
:frekwensi 24x/menit, irama
vesikuler
-
Tanda kesulitan bernafas
: tidak ada tanda kelainan
Pemeriksaan abdomen
-
Inspeksi (bentuk, benjolan)
: bentuk normal dan tidak ada terlihat
kelainan
23
Universitas Sumatera Utara
-
Auskultasi
: peristaltic normal
-
Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : terdapat
lubang anus dan tidak ada kelainan
-
Perkusi (suara abdomen)
: suara tympani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
-
Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : terdapat rambut pubis dan
lubang uretara dan tidak ada kelainan
-
Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):
normal, terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan
-
Pada ibu nifas (kondisi lochea; jumlah, konsistensi, warna, bau.
kondisi perineum; episiotomy ada/tidak, REEDA)
VIII.
I.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Pola makan dan minum
-
Frekuensi makan/hari
: 3 kali / hari
-
Nafsu/selera makan
: pasien mengatakan selera makan seperti
biasa
-
Nyeri ulu hati
: tidak ada nyeri uluu hati
-
Alergi
: tidak ada alergi makanan
-
mual dan muntah
: tiadak ada mual dan muntah
-
Nampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa)
-
Waktu pemberian makanan
: 08.00 wib, 14.00 wib, 19.00 wib
-
Jumlah dan jenis makanan
: nasi, sayur, lauk, buah
-
Waktu pemberian cairan/minuman : pasien terpasang cairan infuse RL
20 tetes / menit, minum apabila haus
-
Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :
Tidak ada kesulitan untuk mkan
II.
Perawatan diri/personal hygiene
-
Kebersihan tubuh : pasien selama mengalami luka bakar hanya di lap
oleh orang tua
-
Kebersihan gigi dan mulut
: bersih
24
Universitas Sumatera Utara
III.
Kebersihan kuku kaki dan tangan
: bersih
Pola kegiatan/aktivitas
-
Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total :
Saat ini pasien dalam melakukan kegiatan membutuhkan bantuan
-
Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Untuk saat ini pasien tidak ada melakukan kegiatan ibadah
IV.
Pola eliminasi
1. BAB
-
Pola BAB
: 1-2 kali / hari
-
Karakter feses
: normal
-
Riwayat perdarahan
: tidak ada pendarahan
-
BAB terakhir
: sore
-
Diare
: tidak ada diare
-
Penggunaan laksatif
: tidak ada penggunaan laksatif
2. BAK
V.
-
Pola BAK
: 2-3 kali / hari
-
Karakter urine
: normal
-
nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK
-
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
-
Penggunaan diuretic
-
Upaya mengatasi masalah : tidak ada
: tidak ada penggunaan diuretik
Mekanisme koping
-
Adaptif
Bicara dengan orang lain
Teknik relaksasi
-
Maladaptif
Minum alkohol
25
Universitas Sumatera Utara
2. ANALISA DATA
No.
1
Data
DS:
Klien mengatakan tidak
mampu memenuhi
kebutuhan aktivitas secara
mandiri
DO :
- klien bedrest di atas
tempat tidur
- Klien terlihat lemah
- Aktivitas di Bantu oleh
keluarga dan perawat
2.
DS :
Klien mengatakan panas,
kebas, dan bau di daerah
luka bakar
DO:
- Luka di kaki dan tangan
tampak merah, masih
ber air dan kotor
- Skala nyeri 4-6
- TD 110/80 mmHg
- Team 37oc
- Luas luka 27 %
Etiologi
Masalah
Luka bakar / sengatan
listrik
Gangguan
mobilisasi
Kerusakan jaringan kulit
Gangguan
neuromuskuler
Gangguan mobilisasi
Luka bakar
Risiko tinggi
infeksi
Nyeri, ber air / kotor
Masuknya mikro
organisme
Pertahanan primer tidak
adekuat
Resiko terjadi infeksi
3.
DS:
Klien mengatakan nyeri di
daerah luka bakar dan
berdenyut.
Luka bakar/sengatan
listrik
DO :
- Klien terlihat gelisah
- Klien meringis
kesakitan,
- TD 110/70 mmHg
- Team 370c
- Pols 85 x/i
- RR 20 x/I
- Skala nyeri 4-6
Luas luka 27 %.
Kerusakan jaringan kulit
/ saraf / kematian
jaringan.
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Di amputasi ektremitas
atas
Nyeri
26
Universitas Sumatera Utara
3. RUMUSAN MASALAH
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilisasi
2. Risiko tinggi infeksi
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan luka bakar di tandai dengan
pasien tampak cemas dan terdapat luka pada paha dan tangan kanan.
27
Universitas Sumatera Utara
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/
No.
Perencanaan Tindakan
Tanggal Dx
Selasa/
18-06-
Tujuan dan kriteria hasil:
1.
2013
1. mencapai mobilisasi di tempat tidur.
2. mendemonstrasikan mobilitas.
3. menunjukan tekhnik / perilaku yang
memampukan melakukan aktivitas.
4. mempertahankan posisi fungsi di
buktikan oleh tidak adanya kontraktur.
2.
1. faktor risiko infeksi akan hilang.
2. pasien akan memperlihatkan
pengendalian resiko.
3. mencapai penyembuhan luka tepat
waktu. bebas eksudatpurulen dan tidak
demam.
3.
1. memperlihatkan pengendalian nyeri.
2. melaporkan nyeri berkurang /
terkontrol.
3. menunjukan ekspresi wajah / postur
tubuh rileks.
4. berpartisipasi dalamm aktivitas dan
tidur / istirahat dengan tepat.
Rencana Tindakan
1
1. Pengaturan posisi.
Rasional
1. mengatur
penempatan pasien
atau bagian tubuh
pasien secara hatihati untuk
28
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan
kesejahteraan
fisiologis dan
psikologis.
2. perawatan tirah baring.
2. meningkatkan
kenyamanan dan
keamanan serta
pencegahan
komplikasi untuk
pasien yang tidak
mampu bangun dari
tempat tidur.
3.dorong dukungan dan bantuan
3. mengajak orang
keluarga / orang terdekat pada pelatihan
terdekat untuk aktif
rentang gerak.
dalam perawatan
pasien dan
memberikaan terapi
lebih konstan /
konsisten
4.lakukan latihan rentang gerak secara
4.mencegah secara
konsisten, diawali dengan pasif
progresif
kemudian aktif.
mengencangkan
jaringan parut dan
kontraktur,
meningkatkan
pemeliharaan fungsi
otot / sendi dan
menurunkan
kehilangan kalsium
29
Universitas Sumatera Utara
dari tuulang.
5. dorong partisipasi pasien dalam
5. meningkatkan
semmua aktifitas sesuai kemampuan
kemandirian.
individual.
Meningkatkan arga
diri, dan membantu
proses perbaikan.
2.
1.tekankan pentingnya cuci tangan yang
1.mencegah
baik untuk semua individu yang dating
kontaminasi silang :
kontak dengan pasien.
menurunkan risiko
infeksi
2. gunakan tekhnik steril dalam
2. mencegah agar
perawatan luka.
luka tidak terinfeksi
lebih.
3.observasi vital sign
3.indikator sepsis
sering terjadi pada
luka bakar.
4.observasi luka bakar, perhatikan
4.mengetahui
perubahan luka.
perkembangan
penyembuhan luka.
3.
1.tinngkatkan periode tidur tanpa
1.kekurangan tidur
gangguan.
dapat miningkatkan
nyeri / kemampuan
koping menurun
2. melakukan tinndakan manajemen
2. meringankan atau
30
Universitas Sumatera Utara
nyeri.
mengurangi nyeri
sampai pada tingkat
kenyamanan yang
dapat di terima oleh
pasien.
3.lakukan penggantian balutan dan
3.menurunkan
debridemen setelah pasien diberi obat.
terjadinya distress
fisik dan emosi
sehubungan dengan
penggantian baluutan
dan debridemen
4. dorong ekspresi perasaan tentang
4. pernyataan
nyeri.
memungkinkan
pengungkapan
emosidan dapat
meningkatkan
mekanisme koping.
5. untuk
5.kolaborasikan dalam pemberian
menghilangkan /
analgetik
mengurangi nyeri.
31
Universitas Sumatera Utara
5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/
No.
Tanggal
Dx
Selasa/18
1.
Evaluasi
Implementasi keperawatan
-
juni 2013
(SOAP)
Mempertahankan posisi tubuh S:
tepat
khususnya
untuk
Klien
luka
masih
bakar di atas sendi
-
-
nyeri
bila
dilakukan pergerakan
Melakukan latihan rentang gerak O : klien terlihat tidur
secara konsisten di awali dengan
terlentang dan semua
pasif kemudian aktif .
kebutuhan dibantu
Mendorong
parstisipasi
pada
oleh keluarga dan
perawat
dalam semua aktivitas sesuai
kemampuan
-
mengatakan
Mendorong
A : Masalah belum
dukungan
teratasi
dan
- Klien masih
bantuan keluarga pada latihan
merasakan nyeri
rentang gerak
bila melakukan
pergerakan
P : intervensi dilanjutkan
- Kaji kemampuan
mobilitas fisik
- Lakukan latihan
gerak pasif
2.
-
dan S: klien mengatakan
Mengajarkan
pentingnya merasa nyeri dengan skala
mengingatkan
4-6
cuci tangan
-
-
tekhnik
steril O: luas luka bakar 27%
dalam perawatan luka
dan luka masih tampak
Melakukan vital sign:
kemerahan
TD : 120 / 70 mmHg
A: masalah belum teratasi
HR : 86 kali / menit
P: rencana tindakan
Melakukan
32
Universitas Sumatera Utara
RR :24 kali / menit
dilanjutkan
0
TEMP : 37,6 C
-
Mengkaji luka, apakah ada
tanda-tanda infeksi
-
Observasi
perkembangan
luka
3.
-
Mengkaji skala nyeri 4-6
-
Mengukur vital sign :
S: klien mengatakan
nyeri pada daerah luka
dan jika dilakukan
TD : 120 / 70 mmHg
pergerakan
HR : 86 kali / menit
O: klien tampak
RR : 24 kali / menit
meringis dengan skala
0
TEMP : 37.6 C
nyeri 4-6, diberikan
-
Merubah posisi semi fowler
A: masalah belum
-
Mengajarkan tekhnik nafas
teratasi sebagian
dalam
P: rencana tindakan
Melakukan kolaborasi dalam
dilanjutkan
-
pemberian analgetik :
injeksi ketorolac 30mg/8 jam
ranitidine 50mg/12 jam
ceftriaxone 1gr/12 jam
33
Universitas Sumatera Utara