Karakteristik Penderita Trauma Mata Usia Dewasa Di Rsup.H Adam Malik Medan

(1)

KARAKTERISTIK TRAUMA MATA USIA DEWASA DI

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 – 2012

TESIS

Oleh

CHITRA WULANDARI

NIM : 107110008

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KARAKTERISTIK TRAUMA MATA USIA DEWASA DI

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 – 2012

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Master Kedokteran Mata Program Studi Ilmu Kesehatan Mata pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHITRA WULANDARI

NIM : 107110008

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis

:

Nama : Chitra Wulandari

NIM : 107110008

Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata

Telah disetujui :

Dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M Ked(Oph).Sp.M Pembimbing

Dr. Hj. Nurhaida Djamil, Sp.M Pembimbing

Dr. Aryani A. Amra, Sp. M, MKed(Oph) Ketua Program Studi

Dr. Delfi, Sp. M(K), M. Ked(Oph) Ketua Departemen

Tanggal lulus : 19 Oktober 2013

KARAKTERISTIK TRAUMA MATA USIA DEWASA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 – 2012


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Erma Dardanella Nasution

NIM : 107110008


(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Chitra Wulandari

NIM : 107110008

Program studi : Ilmu Kesehatan Mata Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalti Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

“KARAKTERISTIK TRAUMA MATA USIA DEWASA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 – 2012”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan memplubikasikan tesis saya tanpa izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 19 Oktober 2013

Yang menyatakan


(6)

ABSTRAK

Tujuan : Untuk menegtahui karakteristik penderita trauma mata usia dewasa di RSUP.H Adam Malik Medan

Metode : Seluruh data kasus trauma mata dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dikumpulkan dari Januari 2011- Desember 2012 secara retrospektif kemudian dikelompokkan menjadi trauma mata terbuka dan trauma mata tertutup.Data yang diperoleh di telaah sesuai usia, jenis kelamin, pekerjaan, jenis trauma dan penyebab traumanya klasifikasi jenis trauma berdasarkan American Academy of Ophthalmology (AAO). Kami juga merujuk pembagian trauma berdasarkan Birmingham Eye Study (BETT) dan Ocular Trauma Classification System (OTCS)

Hasil Penelitian : Dari data yang dikumpulkan diperoleh 141 kasus trauma mata dengan usia rata – rata 26-33 tahun berkisar (24,8%). Laki – laki penderita terbanyak trauma mata (76,6%) bila dibandigkan dengan perempuan (23,4%). Jenis trauma terbanyak adalah trauma tumpul dan trauma perforating dengan Grenda merupakan penyebab trauma terbanyak. Tajam penglihatan penderita trauma mata > 6/18 (44,7%), 6/18-6/60 (24,1%) dan light perception (2,8%). Trauma mata paling banyak terjadi pada mata kanan sebesar (51,1%) dan komplikasi akibat trauma mata paling banyak terjadi dikornea (41,8%).

Kesimpulan : Penelitian ini menilai karakteristik penderita trauma mata usia dewasa. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa trauma mata penyebab yang signifikan hilangnya tajam penglihatan pada masyarakat.

Kata Kunci : trauma mata, trauma terbuka, trauma tertutup, trauma tumpul trauma perforating.


(7)

ABSTRACT

Purpose: To determine the characteristics of patients adulthood with ocular trauma in hospital H.Adam Malik

Methods : All cases of ocular trauma admitted to Department of Ophthalmology Faculty of Medicine North Sumatera University,from January 2011-December2012 were retrospectively reviewed for open or closed globe injury (OGI or CGI). Data extracted included age, sex,residence, the type , cause of injury,visual acuity,The injuries were classifed by American Academy of Ophthalmology. We also reffered to the Birmingham Eye Trauma Terminology(BETT) and Ocular Trauma Classification System(OCTS).

Results: 141 eyes of incident ocular trauma were reported,with a mean age of 26-33 years (24,8%). Most injuries occured in men (76,6%) vs 23,4% for women.The most common types of injury were blunt and perforating, with Grenda was common cause of injury.44,7% patients had a visual acuity >6/18, 24,1% 6/18-6/60 and 2,8% light perception.Ocular trauma mostly happened on right eye (51,1%)and most complication happened in cornea (41,8%)

Conclusion: This analysis provides insight into the characteristic of patients adulthood for ocular trauma. The finding indicate that ocular trauma is a significant cause of visual loss in this population.

Keyword: ocular trauma,open globe injury, closed globe injury, blunt trauma , perforating trauma


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis pada Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Delfi, SpM (K), M. Ked (Oph), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis.

2. Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, SpM, Mked (Oph) dan Dr. Bobby R Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph) selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah sangat banyak membantu, membimbing dan mengarahkan penulis menjadi dokter Spesialis Mata yang siap mengamalkan spesialisasi tersebut kepada masyarakat.

3. DR.dr.Hj.Rodiah Rahmawaty Lubis, Sp.M, M.Ked (Oph) dan dr Hj.Nurhaida Djamil, Sp.M, sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi sehingga memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Para Guru-guru, Prof. Dr. H. Aslim D Sihotang, SpM (KVR), Dr. H. Mohd. Dien Mahmud, SpM, Dr. H. Chairul Bahri AD, SpM, Dr.


(9)

H. Azman Tanjung, SpM, Dr. Masang Sitepu, SpM, Dr. Suratmin, SpM (K), Dr. H.Bachtiar, SpM (K), (Alm) Dr. H. Abdul Gani, SpM, Dr. Hj. Adelina Hasibuan SpM, Dr. Hj. Nurhaida Djamil, SpM, Dr. Beby Parwis, SpM, Dr. Syaiful Bahri, SpM, Dr. Riza Fatmi SpM, Dr. Pinto Y Pulungan, SpM (K), Dr. Hj.Heriyanti Harahap, SpM, Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra,SpM, M.Ked (Oph), Dr. Delfi, , SpM SpM (K), M.Ked (Oph), Dr.H. Hasmui,SpM, Dr. Nurchaliza H Siregar, M.Ked (Oph), Dr.dr. Masitha Dewi Sari, SpM, M.Ked (Oph) Dr. Zaldi SpM, Dr, Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph), Dr. T. Siti Harilza Zubaidah, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Vanda Virgayanti, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Ruly Hidayat SpM, M.Ked (Oph), Dr. Fithria Aldy SpM, M.Ked (Oph), Dr. Marina Albar, SpM, M.Ked (Oph), penulis haturkan hormat dan terimakasih yang tak terhingga atas perhatian, kesabaran, bimbingan, dan kesediaan berbagi pengalaman selama mendidik penulis di bagian Ilmu Kesehatan Mata.

5. Drs. Abdul Djalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu dalam diskusi dan pengolahan data penelitian ini.

6. Keluarga besar Perdami Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan pada penulis menjadi bagian dari keluarga besar Perdami dan membantu dalam meningkatkan keahlian di bidang kesehatan mata.

7. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan.

8. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program


(10)

Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

9. PPDS Ilmu Kesehatan Mata (Teman-teman dan adik-adik semua) yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat, sekaligus mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan, kerjasama, keceriaan dan kekompakan dalam menjalani kehidupan sebagai residen.

10. Seluruh perawat/paramedik di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi Medan dan di berbagai tempat di mana penulis pernah bertugas selama pendidikan, dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

11. Para pasien yang telah tercatat dalam penelitian ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.

Rasa hormat dan terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua penulis tercinta, ayahanda DR.H.Triono Eddy,SH,M.Hum dan ibunda Hj Fathila,SH,MKn, tak terbalaskan segala doa, kebaikan, kasih sayang dan pengorbanan, hanya doa tulus dari ananda agar Allah SWT membalas kebaikan ayah dan ibunda dengan Ridha Nya. Kepada suami tercinta, Louvti Rodney Sidabalok,SE,MSM terimakasih tak terhingga atas pengertian, kesabaran, kasih sayang, doa dan motivasi yang menjadi semangat penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Rasa terimakasih kepada kedua mertua tersayang, ayahanda

H.Alimuddin Sidabalok,MBA dan ibunda Hj.Jamilah Lubis

Rasa terimakasih tak terhingga kepada saudari kandung penulis tercinta, Inggrid Kesuma Dewi, SH,MKn dan Tri Ayu Arimbi,S.Psi atas


(11)

Akhirnya kepada semua yang telah berpartisipasi tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih setulus-tulusnya, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan.Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2014


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Trauma Mata ... 4

2.2. Trauma Tertutup ... 5

2.3. Trauma Terbuka ... 7

2.4. Trauma Kimia ... 11

2.5. Trauma Termal ... 13

2.6 Trauma Radiasi. ... 14

2.7. Trauma Elektrik ... 15

2.8. Trauma Akibat Tumbuhan (Animal & Plant Substance) ... 16

BAB III. KERANGKA KONSEP ... 17

3.1. Kerangka Konsepsional ... 17

3.2. Definisi Operasional ... 18

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 19

4.1. Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Pemilihan Tempat & Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi Penelitian ... 19

4.4. Sampel Penelitian ... 19


(13)

4.6.. Identifikasi Variabel ... 20

4.7. Bahan dan alat. ... 20

4.8. Cara Kerja ... 21

4.9. Analisis Data... ... 21

4.10. Biaya Penelitian... 21

4.11. Pertimbangan Etika ... 21

BAB V. HASIL PENELITIAN ... 22

BAB VI. PEMBAHASAN ... 29

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

7.1.Kesimpulan ... 35

7.2. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 41

1. Surat Persetujuan Komite Etika ... 41


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 5.1.1 Proporsi kasus trauma mata pasien dewasa

menurut kelompok umur ... 22 Tabel 5.1.2 Proporsi kasus trauma mata pada pasien dewasa

berdasarkan jenis kelamin ... 23 Tabel 5.1.3. Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan

visus pada mata yang terkena trauma ... 23 Tabel 5.1.4 Proporsi kasus trauma mata pada usia dewasa

berdasarkan benda ataupun alat penyebab trauma ... 24 Tabel 5.1.5 Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan

jenis trauma ... 25 Tabel 5.1.6. Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan

Pekerjaan ... 26 Tabel 5.1.7 Distribusi jenis trauma dengan tingkatan visus

Penderita ... 26 Tabel 5.1.8 Proporsi trauma mata untuk mata yang terlibat ... 27 Tabel 5.1.9 Distribusi penyakit mata disebabkan trauma ... 28


(15)

ABSTRAK

Tujuan : Untuk menegtahui karakteristik penderita trauma mata usia dewasa di RSUP.H Adam Malik Medan

Metode : Seluruh data kasus trauma mata dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dikumpulkan dari Januari 2011- Desember 2012 secara retrospektif kemudian dikelompokkan menjadi trauma mata terbuka dan trauma mata tertutup.Data yang diperoleh di telaah sesuai usia, jenis kelamin, pekerjaan, jenis trauma dan penyebab traumanya klasifikasi jenis trauma berdasarkan American Academy of Ophthalmology (AAO). Kami juga merujuk pembagian trauma berdasarkan Birmingham Eye Study (BETT) dan Ocular Trauma Classification System (OTCS)

Hasil Penelitian : Dari data yang dikumpulkan diperoleh 141 kasus trauma mata dengan usia rata – rata 26-33 tahun berkisar (24,8%). Laki – laki penderita terbanyak trauma mata (76,6%) bila dibandigkan dengan perempuan (23,4%). Jenis trauma terbanyak adalah trauma tumpul dan trauma perforating dengan Grenda merupakan penyebab trauma terbanyak. Tajam penglihatan penderita trauma mata > 6/18 (44,7%), 6/18-6/60 (24,1%) dan light perception (2,8%). Trauma mata paling banyak terjadi pada mata kanan sebesar (51,1%) dan komplikasi akibat trauma mata paling banyak terjadi dikornea (41,8%).

Kesimpulan : Penelitian ini menilai karakteristik penderita trauma mata usia dewasa. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa trauma mata penyebab yang signifikan hilangnya tajam penglihatan pada masyarakat.

Kata Kunci : trauma mata, trauma terbuka, trauma tertutup, trauma tumpul trauma perforating.


(16)

ABSTRACT

Purpose: To determine the characteristics of patients adulthood with ocular trauma in hospital H.Adam Malik

Methods : All cases of ocular trauma admitted to Department of Ophthalmology Faculty of Medicine North Sumatera University,from January 2011-December2012 were retrospectively reviewed for open or closed globe injury (OGI or CGI). Data extracted included age, sex,residence, the type , cause of injury,visual acuity,The injuries were classifed by American Academy of Ophthalmology. We also reffered to the Birmingham Eye Trauma Terminology(BETT) and Ocular Trauma Classification System(OCTS).

Results: 141 eyes of incident ocular trauma were reported,with a mean age of 26-33 years (24,8%). Most injuries occured in men (76,6%) vs 23,4% for women.The most common types of injury were blunt and perforating, with Grenda was common cause of injury.44,7% patients had a visual acuity >6/18, 24,1% 6/18-6/60 and 2,8% light perception.Ocular trauma mostly happened on right eye (51,1%)and most complication happened in cornea (41,8%)

Conclusion: This analysis provides insight into the characteristic of patients adulthood for ocular trauma. The finding indicate that ocular trauma is a significant cause of visual loss in this population.

Keyword: ocular trauma,open globe injury, closed globe injury, blunt trauma , perforating trauma


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Trauma mata merupakan penyebab terganggunya tajam penglihatan monokular dan dapat mengancam kebutaan diseluruh dunia. Berbagai penelitian mendokumentasikan tingginya prevalensi trauma mata pada kelompok usia produktif.(Vanath M.1997)

Berdasarkan National Programme for Control of Blindness (NPCB) 1992, kebutaan akibat trauma menempati urutan ke – 6 setelah katarak, kelainan retina, kelainan kornea, glaukoma, optik atropi dan trauma. Sementara kebutaan akibat trauma berdasarkan NPCB meliputi sekitar 1,9 %.(Skuta GL.2010-2011), ( Aldy F.2009)

Pada penelitian yang dilakukan di USA dari tahun 1999 sampai 2001 oleh NCHS (Nationale Centre for Health Statistic) ditemukan sekitar 2 juta mata mengalami trauma mata yang mana 4 ribu mengalami gangguan tajam penglihatan yang menetap. Selama periode ini trauma mata berkisar antara 8,2 sampai 13,0 dalam 1000 populasi penduduk yang dihiberdasarkan usia, jenis kelamin dan ras. Usia yang paling sering mengalami trauma mata 19 – 39 tahun dan laki – laki lebih sering dibandingkan perempuan.(McGan Gerald et all.2005), ( Kuhn F.,Pieranice D. 2002)


(18)

Di Nepal trauma dan ulserasi pada kornea penyebab kebutaan kedua setelah katarak. Pengumpulan data yang ideal pada kasus trauma mata meliputi : lokasi populasi, data demografi dan anamnesis kejadian trauma mata, penegakan diagnosis dan tajam penglihatan serta hasil akhir setelah dilakukan penanganan dengan follow up yang intensif. (Khatry SK and Lewis AE.2003)

Prevalensi trauma mata dan kebutaan akibat trauma secara nasional belum di ketahui secara pasti, namun demikian pada Survey Indera Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1993 – 1996, trauma mata dimasukkan dalam kelompok penyebab kebutaan lain – lain dan di dapatkan prevalensinya sekitar 0,15 % dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5 %.(Aldy F.2009)

Kurangnya data – data yang lengkap serta informasi tentang trauma mata di provinsi Sumatera Utara khususnya di rumah sakit rujukan H.Adam Malik yang menjadi latar belakang peneliti untuk mengetahui karakteristik trauma mata di rumah sakit H.Adam Malik Medan.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah karakteristik penderita trauma mata di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan


(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui karakteristik penderita trauma mata di rumah sakit H.Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui jenis – jenis trauma mata yang terjadi di rumah sakit H.Adam Malik Medan

2. Mengetahui penyebab trauma mata di rumah sakit H.Adam Malik Medan

3. Mengetahui gambaran visus penderita trauma mata di rumah sakit H Adam Malik Medan

4. Mengetahui gambaran sosio-demografi penderita trauma mata di rumah sakit H.Adam Malik Medan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat berguna sebagai informasi karakteristik penderita trauma mata di rumah sakit H.Adam Malik Medan

2. Data – data yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya


(20)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Trauma Mata

Berbagai studi penelitian menemukan tingginya prevalensi trauma mata pada usia – usia produktif, terutama pada kelompok – kelompok penduduk yang perekonomiannya kurang sehingga akses ke rumah sakit sulit.(Vanath M.1997)

Tajam penglihatan akhir pada kasus trauma mata dipengaruhi oleh multifaktor, antara lain : penyebab trauma, akibat langsung pada jaringan ikat bola mata yang terkena, ada atau tidaknya benda asing yang tertahan di dalam bola mata dan ada atau tidaknya infeksi. Tindakan perbaikan anatomi bola mata yang segera pada kasus trauma, dapat mencegah terjadinya post traumatic endopthalmitis. Olehkarena itu, managemen trauma mata membutuhkan pendekatan multidisiplin dengan rancangan penanganan yang prioritas.(Vanath M.1997)

Evaluasi pada pasien trauma mata meliputi:

1. Evaluasi menyeluruh pada bola mata dan adnexa mata

Tujuan utama pada evaluasi ini untuk mencari informasi apakah pasien mengalami keadaan sistemik darurat yang membutuhkan penanganan segera atau keadaan darurat mata yang juga menentukan tindakan yang akan dilakukan pada matanya.


(21)

2. Evaluasi sistemik

Pemeriksa mengevaluasi pada pasien apakah ada tanda – tanda cedera kepala seperti: kesadaran menurun, muntah yang proyektil dan nyeri kepala hebat. Anamnesis yang lengkap mengenai penyakit penyerta seperti diabetes melitus, hipertensi, asma bronkial dapat mempengaruhi penanganan trauma mata. Riwayat alergi obat sebelumnya, keterangan sudah mendapat penanganan di tempat lain sebelumnya ( pemberian anti tetanus ), waktu terakhir makan dan minum alkohol juga perlu ditanyakan kepada pasien.

Klassifikasi trauma mata berdasarkan American Academy of Ophthalmology (AAO)

2.2 Trauma Tertutup

A. Contussive trauma( trauma tumpul)

Trauma tumpul adalah trauma tertutup yang berasal dari benda tumpul seperti pukulan,bola tenis dan bola kriket. Trauma tertutup adalah luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea) dan tidak merusak bagian intraokular. Trauma tumpul itu sendiri juga dapat menyebabkan kerusakan pada kornea seperti abrasi,edema,laserasi korneoskleral dan robekan pada membran descement.gambaran lingkaran putih karena sel – sel endotel yang edema akan muncul setelah beberapa jam akibat trauma dan menghilang setelah beberapa hari.


(22)

Yang termasuk trauma tumpul, antara lain :

- Konjungtival hemorrhage

- Kelainan kornea ( abrasi , edema, robekan membran descement, laserasi korneoskleral)

- Midriasis dan miosis traumatik - Iritis traumatik

- Iridodyalisis dan cyclodialisis - Hifema traumatik

Traumatik midriasis dan miosis yang terjadi setelah trauma tumpul sering diakibatkan robekan pada sfingter iris yang dapat menyebabkan perubahan bentuk pupil yang permanen. Siklopegia penting diberikan untuk mencegah sinekia posterior.

B. Nonperforating Mechanical Trauma

Trauma jenis ini sering disebabkan oleh benda – benda asing pada kornea ataupun konjungtiva. Benda asing pada konjungtiva memerlukan pemeriksaan dengan slitlamp . Evaluasi dengan mengeversikan palpebra superior dan irigasi untuk membersihkan daerah fornik. Bila ada benda asing pada kornea, jika dicurigai anterior chamber terlibat, evakuasi benda tersebut harus dikamar operasi yang steril dan dilengkapi dengan mikroskop. Bila terjadi laserasi konjungtiva harus dipastikan bahwa struktur bola mata lain tidak ada yang terlibat dan tidak ada benda asing yang tertinggal.


(23)

Yang termasuk nonperforating trauma, antara lain :

- Laserasi konjungtival

- Benda asing konjungtiva ( conjuntival foreign body) - Benda asing kornea (corneal foreign body)

- Abrasi kornea

- Posttraumatic recurrent corneal erosion -

2.3 Trauma Terbuka

A. Perforating mechanical trauma

Trauma terbuka adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai seluruh dinding bola mata (sklera dan kornea). Penting untuk dibedakan trauma penetrating dengan trauma perforating. Trauma penetrating jika cedera melukai kedalam jaringan bola mata, sedangkan trauma perforating menembus melewati jaringan bola mata. Untuk mendiagnosis trauma perforating harus diketahui riwayat trauma dengan jelas dan jenis benda yang mengenainya karena akan berpengaruh terhadap tindakan yang

akan dilakukan

Evaluasi pada penderita trauma mata yang dicurigai mengalami cedera perforating meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan ophthalmikus (status mata)


(24)

Pemeriksaan trauma mata penetrating / perforating Riwayat trauma mata

• Apakah Trauma yang mengancam nyawa • Waktu terkenanya trauma

• Kecurigaan adanya benda asing intraokuli (intraocular foreign body) seperti : besi, timah,tumbuh- tumbuhan, kontaminasi minyak

• Apakah menggunakan pelindung mata

• Penanganan sebelumnya saat terjadinya trauma

Pemeriksaan setelah terjadinya trauma mata

• Status refraksi • Penyakit mata

• Obat – obatan yang digunakan • Riwayat operasi sebelumnya

Riwayat pengobatan

• Diagnosis

• Obat – obat yang sedang dikonsumsi • Alergi obat

• Faktor resiko HIV/hepatitis • Riwayat operasi


(25)

Yang termasuk terjadinya trauma mata perforating (perforating mechanical trauma), antara lain :

Trauma jenis ini lebih sering tiga kali terjadi pada pria dibandingkan perempuan, tipikalnya pada kelompok usia muda (50 %) 15 – 34 tahun. Penyebab terseringnya kekerasan,kecelakaan kerja dan olahraga.

Tanda – tanda Diagnostik

Laserasi palpebra yang luas Uvea,vitreous,retina terekspos dengan dunia

Luar

Kemosis orbital Seidel tes positive Laserasi konjungtival/

hemorrhage

Ada tampak intraocular foreign body (benda asing intraokuli)

Adhesi focal iris-kornea Tampak intraocular foreign body pada pemeriksaan radiologi X-ray atau ultrasonografi

Defek iris Hipotoni

Defek kapsul lensa Lens opacity

Retinal


(26)

Luasnya jaringan yang terkena di sesuaikan dengan ukuran benda ( objek) yang menyebabkannya.(Kanski,JJ.)

Trauma ini merupakan trauma tembus yang termasuk emergensi medis yang akan mengancam visus karena terbukanya dinding bola mata merupakan pintu masuk infeksi.Penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi.

Klassifikasi lain trauma mata terbuka berdasarkan BETT (Birmingham Eye Trauma Terminology)

Tipe atau jenis mekanisme trauma

a. Ruptur b. Penetrating c. IOFB d. Campuran Tingkatan trauma

berdasarkan hasil tajam penglihatan

1. ≥20/40

2. 20/50 sampai 20/100 3. 19/100 sampai 5/200

4. 4/200 sampai light perception 5. NLP

Pupil a. Positif, Relative Afferent Pupillary Defect b. Negatif Relative Afferent Pupillary


(27)

Zona I. Kornea dan limbus

II. Sklera posterior dari limbus ke pars plana kira – kira 5 mm posterior limbus III. Melibatkan ketebalan seluruh sklera

pada daerah > 5 mm ke arah posterior limbus

2.4 Trauma Kimia (chemical trauma)

Trauma kimia pada mata bervariasi, dari tingkat ringan samp ai menyebabkan kerusakan berat pada mata. Kebanyakan trauma kimia disebabkan oleh bahan alkali (basa) dan bahan asam. Prognosis jenis trauma ini dipengarui oleh beberapa faktor, antara lain :

- Kuatnya penetrasi bahan kimia tersebut - Konsentrasi bahan kimia

- Volume solusinya - Durasi tereksposnya

Umumnya trauma ini terkena di tempat kerja, dengan mayoritas pada usia 16 – 45 tahun.Trauma kimia asam lebih sering dua kali bila dibandingkan dengan trauma kimia basa.

Bahan kimia basa cenderung penetrasi lebih dalam dibandingkan bahan asam , dengan mengkoagulasikan permukaan protein membentuk barier proteksi. Bahan kimia basa yang paling sering adalah amonia dan


(28)

sodium hidroksi (sering pada pembersih pakaian). Bahan ini berpotensial menyebabkan kerusakan yang berat dengan penetrasi yang cepat dan mencapai bilik mata depan dalam hitungan 1 menit . Kerusakan yang terjadi disebabkan karena proses saponifikasi dan perubahan asam lemak di membran sel yang pada akhirnya meyebabkan kematian sel. Proses ini mengenai jaringan lain pada mata seperti konjungtiva, pembuluh darah, saraf , endotelium dan keratosit dengan mekanisme yang sama. Rasa nyeri yang hebat disebabkan karena agen kimia tersebut menstimulasi ujung – ujung persarafan di konjungtiva dan kornea. Pengaruh terhadap sel goblet masih dalam penelitian sedangkan untuk struktur intraokuli seperti iris, badan siliar, trabekular meshwork dapat mengalami kerusakan juga tergantung pada penetrasi dan kadar pH dari aquous humor. Ulserasi pada stromal kornea dapat terjadi . faktor yang mempengaruhinya antara lain defek di kornea, epitelium, inflamasi, pelepasan enzim proteolitik, defisiensi air mata dan sintesis kolagenase.(Skuta GL.2006)

Bahan kimia asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfur dan asam hidrofluorik. Bahan ini sering terdapat pada pembersih, baterai mobil. Ion hidrogen yang terdapat pada bahan asam ini, menyebabkan nekrosis seluler, denaturasi protein dan presipitasi. Presipitasi protein ini sebenarnya akan membentuk barier yang dapat memproteksi mata setelah terkena asam. Barier ini dapat memproteksi untuk asam – asam lemah sedangkan untuk asam kuat prosesnya berlanjut menjadi penetrasi yang dalam. Kornea itu sendiri dapat berfungsi sebagai barier


(29)

buffer . pH kornea menjadi netral antara 15 menit sampai 1 jam.(Vanath M.1997)

Derajat keparahan trauma kimia pada mata berdasarkan Hughes-Roper-Hall

Derajat Perubahan yang terjadi Prognosis

I Epitel kornea rusak, iskemia limbal belum dijumpai

Baik

II Kornea keruh tetapi iris masih bisa terlihat. Iskemia 1/3 limbus

Baik

III Epitel kornea seluruhnya rusak, stromal keruh, iris sulit dinilai, iskemia 1/3-1/2 limbus

Tidak bisa dinilai

IV Kornea opak, iris dan pupil sulit dinilai, iskemia lebih

Buruk

2.5 Trauma Termal

Umumnya trauma termal dibagi menjadi 2 kategori : luka bakar karena uap panas, luka bakar karena kontak langsung. Trauma karena uapnya merupakan sekunder dari api nya sedangkan kontak langsung karena terekspos dari larutan panas ataupun benda yang panas. Penelitian yang dilakukan selama periode 3 tahun ditemukan 47 % mengalami luka bakar pada wajah, 27 % mengenai kelopak mata dan bagian dalam mata, 11 % dirujuk kedokter spesialis mata. Dari 54 pasien


(30)

dengan trauma mata, 50% terbakar pada kelopak mata, 17 pasien mengenai kornea. Rendahnya insiden kornea terlibat karena adanya reflex kedip dan Bell’s phenomen. Penyebab utama dari penelitian ini adalah karena terekspos pada gas.

Derajat keparahan pada trauma termal ini bergantung pada 1. Temperatur dari objek

2. Luas area yang terkena suhu panas 3. Lamanya durasi kontak

Kebanyakan trauma termal mengenai permukaan superfisial dari epitelium kornea dan konjungtiva. Luka bakar pada superfisial cenderung mneyebabkan kornea keabuan-abuan dan opasifikasi Adanya nekrosis jaringan di debridement dengan perlahan. Pemberian siklopegik dan patching penting. Antibiotik tetes diberikan jika ada abrasi pada kornea. Umumnya luka bakar superfisial penyembuhan pada 24-48 jam tanpa sequele. Trauma yang berat dapat menyebabkan nekrosis kornea dan perforasi. Intervensi keratoplasti dan transplantasi stem sel limbal dapat dipertimbangkan,(Khurana AK et al)

2.6 Trauma Radiasi

Epitel kornea rentan cedera dengan radiasi sinar ultraviolet. Awalnya tidak menimbulkan keluhan, pasien mulai mengeluhkan setelah beberapa jam terekspos sinar UV.Akibatnya epitel kornea mengalami


(31)

erosi. Walaupun kondisi menimbulkan rasa nyeri, tetapi bersifal self limited dalam 24 jam.

Penyebab tersering adalah karena tidak terlindunginya mata dengan eksposure sinar matahari, uap las dan terlalu lama berada dibawah sinar matahari. Terpapar sinar radiasi/ion sangat berhubungan dengan ledakan nuklir, X-ray dan radioisotope. Sinar X dan sinar laser dapat menyebabkan makulopati seperti sinar las dan sinar matahari. Radiasi ion pada mata dapat menyebabkan oedem, kemosis pada konjungtiva, kornea (keratokonjungtivitis radiasi), dermatitis radiasi pada kelopak mata, berkurangnya produksi air mata dan pada tahap lanjut dapat juga menyebabkan katarak radiasi Penanganannya adalah dengan patching (menutup) untuk mengurangi ketidaknyamanan dari kedipan palpebra, antibiotik topikal dan siklopegia.(Vanath M.1997)

2.7 Trauma Elektrik

Jenis trauma ini adalah karena adanya daya listrik atau elektrik yang mengenai mata. Penyebab terseringnya karena ada hantaran listrik dari dua arah. Akan ada ditemukan titik masuknya dan keluarnya dan hantaran ini yang menyebabkan spasme pada otot – otot yang terkena. Pada titik masuk, tipikalnya terdapat tanda nekrosis tanpa hiperemis pada sekitarnya. Trauma karena elektrik berbeda dengan trauma thermal , pada elektrik tidak menimbulkan nyeri, kering dan asepsis, seringnya berbentuk


(32)

lingkaran dihubungkan dengan temperatur yang sangat tinggi dan durasi yang pendek.

Pada kornea bentuk yang paling sering muncul opasitas interstitial yang bisa berbentuk pungtata, stria dan difus. Kekeruhan kornea ini biasanya hilang dalam beberapa hari. Bila destruktif pada kornea berlanjut, maka epitel kornea menjadi nekrotik dan eksfoliasi. Sensasi nyerinya berkurang sehingga bisa menyebabkan terbentuk ulkus yang pada akhirnya menjadi skar yang menetap.Trauma elektrik ini juga dapat menimbulkan katarak yang melibatkan kapsul anterior dan posterior.(Scuta GL.2006)

2.8 Trauma akibat tumbuhan (animal & plant subtance)

Hal penting yang harus diperhatikan dalam terjadinya trauma mata adanya komplikasi yang disebabkan oleh material – material vegetatif. Keadaan ini sering ditemukan di negara – negara yang berdaerah agraris atau pertanian seperti negara – negara Asia Tenggara dan negara Afrika yang dikenal sebagai “rice harvesting keratitis” Sikatriks kornea merupakan salah satu komplikasi yang mengenai kornea.

Pada penelitian yang dilakukan Aravind Eye Hospital di India terdapat sekitar 56% trauma mata yang disebabkan oleh padi dan tebu. Selanjutnya pada penelitian yang berbeda ditemukan kultur yang positif pada ulkus kornea dengan spesimen yang ditemukan berupa golongan bakteri dan jamur.(Skuta GL.2011)


(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP

TRAUMA MATA

PENYEBAB JENIS- JENIS

VISUS SOSIO – DEMOGRAFI

1. Jenis kelamin 2. Umur

3. pekerjaan

Mata Yang Terlibat : - Kanan

- Kiri

- Kedua mata


(34)

III.1 Definisi Operasional

• Trauma mata adalah : cedera yang mengenai mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata.

• Sosio -Demografi adalah : ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat

berdasarkan usia, jenis kelamin,pekerjaan

• Visus adalah :ketajaman atau kejernihan penglihatan

Jenis – jenis trauma mata : cedera pada mata yang dibagi berdasarkan penyebab yang mengenai matanya, seperti bahan kimia, benda tajam, benda tumpul, elektrik.

• Penyebab trauma mata : benda – benda ataupun bahan kimia yang bisa menyebabkan trauma mata

• Mata yang terlibat : mata yang terkena trauma, apakah sebelah kanan, kiri ataupun kedua mata


(35)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif observasional yang retrospektif dengan menggunakan catatan rekam medis poliklinik rawat jalan mata sub bagian Trauma dan Rekonstruksi tahun 2011-2012

IV.2 Pemilihan Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di poliklinik mata sub bagian Trauma dan Rekonstruksi rumah sakit H. Adam Malik Medan.

IV.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien trauma mata yang datang ke poliklinik rawat jalan di rumah sakit H.Adam Malik Medan periode 2011-2012

IV.4 Sampel Penelitian

Besar sampel ditentukan dengan metode consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang berusia > 18 tahun selama periode 2011-2012


(36)

IV.5 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

Kriteria Inklusi

• Semua penderita trauma mata yang berusia >18 tahun yang berobat ke poli Trauma dan Rekonstruksi

Kriteria Eksklusi

• Data rekam medis yang tidak lengkap

IV.6 Identifikasi Variabel

1.Variabel terikat adalah : pasien trauma mata

2. Variabel bebas adalah : - visus pasien trauma mata

- jenis trauma mata

- penyebab trauma mata

- mata yang terlibat

- sosio –demografi

IV.7 Bahan Dan Alat

• Pensil • Penghapus • Pulpen • Kertas


(37)

IV.8 Cara Kerja

Data penderita trauma mata diambil dari bagian rekam medik RSUP.H. Adam Malik Medan selama 2 tahun ( periode 2011-2012). Data dikumpulkan meliputi umur, jenis kelamin,, pekerjaan, penyebab trauma, jenis trauma dan visus.

IV.9 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam tabulasi data.

IV.10. Biaya Penelitian

Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri

IV.11 Pertimbangan Etika

Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian Ilmu Kesehatan Mata FK – USU/RSUP H.Adam Malik Medan. Penelitian ini kemudian di ajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(38)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dimana pengambilan data dari Bagian Rekam Medik Ilmu Kesehatan Mata RSUP H.Adam Malik Medan. Data penelitian adalah seluruh kasus trauma mata pada orang dewasa yang datang berobat kepoli mata divisi Trauma dan Rekonstruksi sejak 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2012 yang berjumlah 141 kasus trauma mata.

5.1 Analisis Data

Tabel 5.1.1 Proporsi kasus trauma mata pasien dewasa menurut kelompok umur

Kelompok Umur f(%)

18-25 tahun 29 ( 20,6)

26-33 tahun 35 (24,8)

34-41 tahun 31 ( 22,0)

42-49 tahun 22 (15,6)

50-57 tahun 13 ( 9,2 )

>58 tahun 11 (7,8)

Jumlah 141 (100)

Proporsi tertinggi kasus terdapat pada trauma mata pasien dewasa pada kelompok umur 26-33 tahun sebanyak 35 penderita (24,8%). Dan terendah pada kelompok usia >58 tahun sebanyak 11 penderita (7,8%)


(39)

Tabel 5.1.2 Proporsi kasus trauma mata pada usia dewasa berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin f (%)

Laki – laki 108(76,6)

Perempuan 33(23,4)

Jumlah (%) 141(100)

Proporsi tertinggi kasus trauma mata pada usia dewasa terdapat pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 108 penderita(76,6%) dan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 penderita (23,4%)

Tabel 5.1.3 Proporsi kasus trauma mata pada usia dewasa berdasarkan visus pada mata yang terkena trauma

Visus f(%)

>6/18 63(44,7)

6/18-6/60 34(24,1)

5/60-3/60 27(19,1)

Light perception 4(2,8)

No light perception 13(9,2)

JUMLAH 141(100)

Proporsi tertinggi visus pada kasus trauma mata usia dewasa dengan visus >6/18 yaitu terbanyak 63(44,7%) dan terendah pada visus light perception yaitu 4 penderita (2,8 %).


(40)

Tabel 5.1.4 Proporsi kasus trauma mata pada usia dewasa berdasarkan benda ataupun alat penyebab trauma

Penyebab (f %)

Grenda 57(40,4)

Kayu 7(5,0)

Batu 7(5,0)

Soda api 2(1,4)

Air keras 4(2,8)

Tumbuh – tumbuhan 10(7,1)

Pukulan 16( 11,3)

Kecelakaan lalu lintas 22(15,6)

Lain – lain 16(11,3)

Jumlah 141(100)

Proporsi terbanyak benda ataupun alat yang dapat menyebabkan trauma mata adalah grenda sebanyak 57 (40,4%)


(41)

Tabel 5.1.5 Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan jenis trauma

Jenis Trauma f(%)

Tertutup

- Contussive trauma 38 (27)

- Nonperforating mechanical trauma

54(38,3)

Terbuka

- Perforating mechanical trauma 30(21,3)

Thermal trauma 2(1,4)

Chemical trauma 7 (5,0)

Animal & plant substance trauma 10(7,1)

Jumlah 141(100)

Proporsi kasus trauma mata pada usia dewasa berdasarkan jenis trauma terbanyak dijumpai pada trauma tertutup non perforating mechanical trauma sebanyak 54 penderita (38,3%) dan contussive trauma sebanyak 38 penderita (27 %)


(42)

Tabel 5.1.6 Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan f(%)

Petani 20 (14,2)

Pekerja pabrik 22 (15,6)

Pegawai negri 23 (16,3)

Wiraswasta 67 (47,5)

Ibu Rumah tangga 8 (5,7)

Jumlah 141 (100)

Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan pekerjaan yang paling banyak dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 67 penderita (47,5%),

Tabel 5.1.7 Distribusi jenis trauma dengan tingkatan visus penderita

Jenis trauma Visus Total

>6/18 6/18-6/60

5/60-3/60

LP NLP

Contussive trauma 21 10 5 0 2 38

Nonperforating mechanical trauma

33 17 4 0 0 54

Perforating

mechanical trauma

1 3 16 3 7 30

Thermal trauma 2 0 0 0 0 2

Chemical trauma 0 1 2 0 4 7

Animal & plant substance

6 3 0 1 0 10

Jumlah 63 34 27 4 13 141

Dari tabel diatas diketahui bahwa visus >6/18 banyak terdapat pada non-perforating mechanical trauma sebanyak 33 penderita dikuti dengan


(43)

contussive mechanical trauma sebanyak 21 penderita. Untuk perforating mechanical trauma terbanyak pada tingkatan visus 5/60-3/60 yaitu sebanyak 16 penderita

Tabel 5.1.8 Proporsi trauma mata untuk mata yang terlibat

Mata yang terlibat f(%)

Kanan 72 (51,1)

Kiri 38(26,1)

Kedua mata 31(22,1)

Jumlah 141(100)

Dari tabel diatas diketahui mata kanan(51,1%) lebih banyak mengalami trauma dibandingkan mata kiri (26,1%) sedangkan pasien yang mengalami trauma mata pada kedua mata sebanyak 22,1%.

Tabel 5.1.9 Distribusi penyakit mata disebabkan trauma

Jenis kelainan pada mata f(%)

Kelainan pada palpebra 17 (12,1)

Kelainan pada konjungtiva 35(24,8)

Kelainan pada kornea 59(41,8)

Perforasi kornea/sklera 10(7,1)

Kelainan pada kamera okuli anterior 2(1,4)

Iridodialisa 2(1,4)

Kelainan pada segmen posterior 9(6,3)

Kelainan lainnya 7(4,9)


(44)

Trauma mata yang paling banyak menimbulkan kelainan pada kornea yaitu sebesar 41,8%,diikuti oleh kelainan pada konjungtiva sebesar 24,8% dan palpebra sebesar 12,1%.


(45)

BAB VI PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU. Dari Rekam Medik RSUP H.Adam Malik didapatkan kasus trauma mata pada usia dewasa pada tahun 2011-2012 sebanyak 141 kasus

. Proporsi tertinggi kasus terdapat pada trauma mata pasien dewasa pada kelompok umur 26-33 tahun sebanyak 35 penderita (24,8%). Dan terendah pada kelompok usia >58 tahun sebanyak 11 penderita (2,8%).Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh USEIR (United State Of Eye Injury Registry) dimana usia rata-rata yang mengalami trauma mata pada usia 33 tahun berkisar 57% dan penelitian yang dilakukan oleh HEIR (Hungarian Eye Injury Registry) pada usia 29 tahun berkisar 42 % .(Kuhn F.2005)

Ada juga penelitian yang dilakukan di Universitas Palermo Italia, usia rata – rata penderita trauma mata 33 tahun dan terbanyak pada laki – laki. Begitu juga dengan penelitian di Nepal dari tahun 1995-2000 usia rata – rata penderita trauma usia 28 tahun.Hal ini mungkin disebabkan karena usia tersebut masih usia produktif dalam melakukan aktivitas fisik. (Djelantik S,Ari A and Gede R.2010)

Proporsi tertinggi kasus mata pada usia dewasa terbanyak pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 108 penderita (76,6%) sedangkan perempuan sebanyak 33 penderita (23,4%).Hal ini sesuai dengan


(46)

penelitian oleh USEIR dan HEIRS yang menyatakan bahwa kasus trauma pada pria mencapai 80% dimana perbandingan pria:wanita oleh USEIR 4,6:1 dan oleh HEIR 4,3:1.(Kuhn F,Robert M and Witherspoon.2005), (Sharath,Raja and Dante.2005)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Salvatore Cilino, Allesandra Casuccio et al Universitas Palermo di Italia tahun 2007 kebanyak kasus trauma dialami oleh pria 84%,Kemungkinan penyebabnya karena laki – laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan perempuan. Selain itu laki – laki umumnya melakukan kegiatan/pekerjaan yang lebih berisiko untuk terkena trauma dibandingkan perempuan.(McGan G, Tyler A,Aiyuan X,Cynthia O) ,( Ciliano S,Casuccio A.2008).et al

Proporsi tertinggi kasus mata pada usia dewasa dengan visus > 6/18 sebanyak 63 orang (44,7%) ,6/18-6/60 34 orang (24,1%),5/60-3/60 27 orang (19,1%), LP 4 orang Hal ini sesuai dengan penelitian Salvatore Cilino, Allesandra Casuccio et all di Italia tahun 2001-2005 dari 298 kasus trauma Tajam penglihatan yang terbaik 20/40 (6/12) sebanyak 144 kasus (48,3%), 20/40-20/200(6/12-6/60) sebanyak 90 kasus6.Pada penelitian Rumah Sakit Umum Sanglah sebagian besar mata yang mengalami trauma mata memiliki tajam penglihatan >6/18 yaitu 64,4% dan 12,2% memiliki tajam penglihatan <3/60. (Djelantik S,Ari A and Gede R.2010) Pada penelitian ini didapatkan bahwa jenis trauma mata yang paling banyak datang ke poli mata RSUHAM adalah trauma tertutup


(47)

dengan nonperforating mechanical trauma sebesar 38,3% diikuti oleh contussive trauma sebesar 27 % dan perforating mechanical trauma sebesar 21,3%.

Berdasarkan penyebab terjadinya trauma mata didapatkan proporsi terbesar penyebab trauma mata adalah gram grenda sebanyak 57 kasus (40,3%).N. Bangun mendapatkan agen penyebab trauma mata pada usia dewasa adalah gram grenda14 berbeda sedikit di Amerika benda penyebab trauma tersering adalah, batu, bola, rempahan kayu dan tutup botol sampanye. Pada beberapa penelitian sebelumnya disebutkan bahwa trauma mata pada usia dewasa terutama usia produktif banyak disebabkan oleh tereksposnya oleh benda-benda dilingkungan pekerjaan. Dan kelalaian dengan tidak menggunakan pelindung mata saat bekerja sering menyebabkan terjadinya trauma mata( Kuhn F, Joseph and Emanueela.2005) and (Khatry SK and Lewis AE.2003)

Berdasarkan jenis trauma , proporsi tertinggi trauma tertutup non perforating mechanical trauma sebanyak 54 kasus (38,3%) .Prevalensi trauma mata berdasarkan Department of Ophthalmology Universitas Palermo, Itali dari Januari 2001 – Desember 2005 dtemukan dari 298 mata, 146 trauma mata terbuka dan 152 trauma mata tertutup Insidensi trauma mata pertahunnya 4,9 dalam 100.000 populasi. Tajam penglihatan akhir 20/40 pada 144 mata,20/40-20/200 pada 90 mata, (30,2%) <20/200 pada 46 mata (15,5%), 1/300 pada 220 mata (86,6%),18 mata (16%) no light perception (NLP). Lokasi tersering terjadinya trauma mata pada pria


(48)

di lingkungan pekerjaan sedangkan pada perempuan akibat pekerjaan rumah tangga (McGan G, Tyler A,Aiyuan X,Cynthia O) (Ciliano S,Casuccio A.2008).

Dilihat dari jenis pekerjaan sebagai resiko lingkungan penyebab trauma mata didapati wiraswasta sebanyak 67 orang (47,5%) . Studi yang dilakukan oleh Nirmalam dan Krisnainah menyatakan kebanyakan trauma mata terjadi di tempat kerja masing – masing sebesar 41,7% dan 55,9%. Yu juga mendapatkan bahwa kebanyakan trauma mata di Hongkong terjadi di tempat kerja, karena rendahnya tingkat keamanan pekerja di daerah industri dan rendahnya kedisplinan pekerja dalam menggunakan kaca mata selama bekerja.Perumahan telah dikenal sejak lama sebagai tempat terjadinya trauma yang paling sering dengan penyebab yang tidak diketahui. Sedangkan adanya informasi pencegahan yang efektif dalam praktik kerja dapat menurunkan kejadian trauma mata di tempat kerja. (McGan G, Tyler A,Aiyuan X,Cynthia O) , (Khatry SK and Lewis AE.2003)

Dari penelitian ini diketahui bahwa visus >6/18 banyak terdapat pada non-perforating mechanical trauma sebanyak 33 penderita dikuti dengan contussive mechanical trauma sebanyak 21 penderita. Untuk perforating mechanical trauma terbanyak pada tingkatan visus 5/60-3/60 yaitu sebanyak 16 penderita. Yang mana sesuai dengen beberapa penelitian sebelumnya bahwa trauma tutup memiliki prognosis visus yang lebih baik bila dibandingan dengan trauma terbuka (Djelantik S,Ari A and Gede R.2010)


(49)

Trauma mata umumnya mengenai satu mata tetapi keterlibatan kedua mata mungkin saja terjadi.Pada penelitian ini didapatkan mata kanan(51,1%) lebih banyak mengalami trauma dibandingkan mata kiri (26,1%) sedangkan pasien yang mengalami trauma mata pada kedua mata sebanyak 22,1%. Wong melaporkan 72,2% trauma mata mengenai mata kanan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kebanyak penderita lebih dominasi menggunakan tangan kanan daripada tangan kiri dalam melakukan aktivitas fisik. (Djelantik S,Ari A and Gede R.2010)

Jenis trauma memiliki kaitan erat dengan jenis komplikasi yang terjadi. Trauma terbuka banyak menimbulkan komplikasi yang lebih banyak dibandingkan trauma lainnya dan dapat mengenai multiorgan, sedangkan trauma tertutup dapat menimbulkan komplikasi yang lebih berat seperti perdarahan vitreus,perdarahan retrobulbar,fraktur orbita, hingga blow out fracture.Menurut Katz dan McCarty mendapatkan bahwa trauma kimia dan trauma fisik lebih banyak menimbulkan kelainan pada kornea dan konjungtiva. Kenyataan ini sesuai dengan data yang didapatkan di penelitian ini yaitu bahwa kelainan yang diakibatkan oleh trauma kimia dan fisik lebih banyak pada kornea sebanyak 41,8%. Penelitian oleh Vatz di India memperlihatkan kelainan di kornea masih merupakan kelainan yang paling banyak yaitu sebesar 41,8%.Begitu juga dengan penelitian Koval mendapatkan bahwa 44,4% merupakan kelainan dari kornea. (Djelantik S,Ari A and Gede R.2010)


(50)

Dari penelitian ini masih banyak dijumpai keterbatasan antara lain tidak dapat dihitung angka kejadian kasus trauma mata pada usia dewasa dikarenakan tidak terdapatnya data jumlah pasien mata usia dewasa yang berobat kepoli RS H Adam Malik Medan. Selain itu belum dapat dilakukan analisis terhadap letak lesi serta evaluasi visus tersebut dikarenakan tidak lengkapnya data rekam medis.


(51)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1 Kesimpulan

1. Usia rata – rata kasus trauma mata pasien dewasa pada kelompok umur 26-33 tahun sebanyak 35 penderita (24,8%).

2. Proporsi kasus trauma mata pada usia dewasa terdapat pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 108 penderita(76,6%)

3. Kasus trauma mata usia dewasa dengan visus > 6/18 yaitu sebanyak 63(44,7%)

4. Benda ataupun alat yang dapat menyebabkan trauma mata adalah grenda sebanyak 57kasus (40,4%)

5. Kasus trauma mata pada usia dewasa berdasarkan jenis trauma terbanyak dijumpai pada nonmechanical perforating trauma sebanyak 54 penderita (38,3%)

6. Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan pekerjaan yang paling banyak dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 67 penderita (47,5%),

7. Proporsi mata yang paling banyak terkena trauma adalah mata kanan sebesar 51,1 %

8. Jenis komplikasi yang mengenai mata yang terkena trauma paling banyak pada kornea sebesar 41,8%


(52)

VII.2 Saran

1. Perlu pemberian informasi kepada para pekerja agar selalu memakai alat pelindung diri (APD) selama berada dilingkungan pekerjaan dan penanganan segera ke rumah sakit terdekat bila ada nya keluhan akibat trauma mata

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut pada kasus trauma mata mnengenai lokasi lesi, evaluasi visus, komplikasi selama perawatan sehingga memerlukan data rekam medis yang lengkap.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Aldy, F. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2009, Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU Medan, C Sharath, Raja and Dante, Classification of Ocular Trauma Injury

Epidemiology and Prevention of Ophthalmic Injury, page 6-8

Ciliano S,Casuccio A.(2008).A Five Year Retrospective Study Of The Epidemiological Characteristic and Visual Outcomes of Patients Hospitalized or Ocular Trauma in A Mediterranean Area, B Ophthalmology

Djelantik S,Ari A and Gede R.2010.The Relationship of Onset of Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient.Jurnal Oftalmologi Indonesia.volume 7. Departement of Ophthalmology Faculty of Medicine Udayana University,Sanglah General Hospital

Edward H., Mark JM.Ocular Surface Disease Medical and Surgical Management,Chemical and Thermal Injuries to The Ocular Surface:100-110

Joseph and Emmanuella BS. 1992.Predictors of Blinding or Serious Eye Injury in Blunt Trauma, Journal of Trauma and Acute Care Surgery Kanski, JJ, (2005) Trauma in Clinical Opthalmology,Seventh

Edition.Chapter 21:Page 877-878

Khatry SK and Lewis AE.(2003). The Epidemiology of Ocular Trauma In Rural Nepal

Khurana.AK. (2007).Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmolopy, Chapter 20: 443-451

Kuhn F., Morris R.,Viktoria M et al.(2008).Ocular Traumatology. Terminology of Mechanical Injuries.The Birmingham Eye Trauma Terminology(BETT):3-8

Kuhn F.,Mester V.,Manin L et al.(2002).Ocular Trauma Principles and Practice.Eye Injury Epidemiology and Prevention of Ophthalmic Injury:14-16


(54)

Kumpulan Makalah Kongres Nasional VI . Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia (PERDAMI), Semarang 4-6 Juli 1988

McGan G, Tyler A,Aiyuan X,Cynthia O(2005).Trend in Eye Injury in The United States.1992-2001

Pavan D and Langston.Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, sixth edition:36

Poon, Fraco Alexander Eye Injuries in Patients With Major Trauma, The Journal of Trauma:Injury,Infection,and Critical Care, March 1999 Sastroasmoro S., Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi ke

3:88-92

Skuta GL,Cantor LB,Weiss JS (2006).American Academy of Ophthalmology.2005-2006.Prevalence and Common Cause of

Vision Impairment in Adults. International Ophthalmology.section 13:139-151

Skuta GL,Cantor LB,Weiss JS (2011).American Academy of Ophthalmology.2010-2011.External Disease and Cornea. Basic and

Clinical Course section 8:351-358

The Wills Eye Manual, Office and Emergy Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease.fourth edition:14-38

Vanath M, Postgraduate Ophthalmology.Injury of The Eye.Volume 2:2103 Vaughan and Asbury.Oftalmologi Umum.Edisi 17:372-380

Wang DJ and Xu Liang.(2012). Prevalence and Incidence of Ocular Trauma in North China:the Beijing Eye Study.Acta Ophthalmologica Wilianto W dan Rahmania D.Trauma Tumpul Pada Mata yang

Menyebabkan Kebutaan,Departemen Ilmi Kedokteran Forensik FK Unair-RSUD Dr Soetomo Surabaya.


(55)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : dr. Chitra Wulandari

Tempat/Tgl Lahir : Medan / 31 Desember 1985 Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Karya Komplek Pondok Surya Blok IV no.119, Medan

II. Keluarga

Suami : Louvti Rodney Sidabalok, SE,MSM

III. Pendidikan

• SDN Ikal Medan, Tamat Tahun 1997

• SLTPN 7,Medan Tamat Tahun 2000

• SMU 4 Medan, Tamat Tahun 2003

• Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Tamat Tahun 2009

IV. Riwayat Pekerjaan -

V. Perkumpulan Profesi

Anggota Muda Perdami Cabang Sumatera Utara

VI. Partisipasi Dalam Kegiatan Ilmiah

- Peserta The 9th Sumatera Ophthalmologist Meeting, Palembang, 9th-11th March 2012

- Peserta In the Workshop “Impact Of Glaucoma: Challenge That Needs To Be Incorporated” at Sumatera Eye Center Convention Hall,Medan on March 23-24,2013

- Peserta Daily Practice In Pediatric Ophthalmology 25 Mei 2013,Medan,Indonesia.

- Peserta At The National Congress and Annual Meeting of PERDAMI 29-31 August,2013.Palembang,Indonesia.


(1)

Dari penelitian ini masih banyak dijumpai keterbatasan antara lain tidak dapat dihitung angka kejadian kasus trauma mata pada usia dewasa dikarenakan tidak terdapatnya data jumlah pasien mata usia dewasa yang berobat kepoli RS H Adam Malik Medan. Selain itu belum dapat dilakukan analisis terhadap letak lesi serta evaluasi visus tersebut dikarenakan tidak lengkapnya data rekam medis.


(2)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1 Kesimpulan

1. Usia rata – rata kasus trauma mata pasien dewasa pada kelompok umur 26-33 tahun sebanyak 35 penderita (24,8%).

2. Proporsi kasus trauma mata pada usia dewasa terdapat pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 108 penderita(76,6%)

3. Kasus trauma mata usia dewasa dengan visus > 6/18 yaitu sebanyak 63(44,7%)

4. Benda ataupun alat yang dapat menyebabkan trauma mata adalah grenda sebanyak 57kasus (40,4%)

5. Kasus trauma mata pada usia dewasa berdasarkan jenis trauma terbanyak dijumpai pada nonmechanical perforating trauma sebanyak 54 penderita (38,3%)

6. Proporsi kasus trauma mata usia dewasa berdasarkan pekerjaan yang paling banyak dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 67 penderita (47,5%),

7. Proporsi mata yang paling banyak terkena trauma adalah mata kanan sebesar 51,1 %

8. Jenis komplikasi yang mengenai mata yang terkena trauma paling banyak pada kornea sebesar 41,8%


(3)

VII.2 Saran

1. Perlu pemberian informasi kepada para pekerja agar selalu memakai alat pelindung diri (APD) selama berada dilingkungan pekerjaan dan penanganan segera ke rumah sakit terdekat bila ada nya keluhan akibat trauma mata

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut pada kasus trauma mata mnengenai lokasi lesi, evaluasi visus, komplikasi selama perawatan sehingga memerlukan data rekam medis yang lengkap.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aldy, F. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2009, Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU Medan, C Sharath, Raja and Dante, Classification of Ocular Trauma Injury

Epidemiology and Prevention of Ophthalmic Injury, page 6-8

Ciliano S,Casuccio A.(2008).A Five Year Retrospective Study Of The Epidemiological Characteristic and Visual Outcomes of Patients Hospitalized or Ocular Trauma in A Mediterranean Area, B Ophthalmology

Djelantik S,Ari A and Gede R.2010.The Relationship of Onset of Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient.Jurnal Oftalmologi Indonesia.volume 7. Departement of Ophthalmology Faculty of Medicine Udayana University,Sanglah General Hospital

Edward H., Mark JM.Ocular Surface Disease Medical and Surgical Management,Chemical and Thermal Injuries to The Ocular Surface:100-110

Joseph and Emmanuella BS. 1992.Predictors of Blinding or Serious Eye Injury in Blunt Trauma, Journal of Trauma and Acute Care Surgery Kanski, JJ, (2005) Trauma in Clinical Opthalmology,Seventh

Edition.Chapter 21:Page 877-878

Khatry SK and Lewis AE.(2003). The Epidemiology of Ocular Trauma In Rural Nepal

Khurana.AK. (2007).Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmolopy, Chapter 20: 443-451

Kuhn F., Morris R.,Viktoria M et al.(2008).Ocular Traumatology. Terminology of Mechanical Injuries.The Birmingham Eye Trauma Terminology(BETT):3-8

Kuhn F.,Mester V.,Manin L et al.(2002).Ocular Trauma Principles and Practice.Eye Injury Epidemiology and Prevention of Ophthalmic Injury:14-16


(5)

Kumpulan Makalah Kongres Nasional VI . Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia (PERDAMI), Semarang 4-6 Juli 1988

McGan G, Tyler A,Aiyuan X,Cynthia O(2005).Trend in Eye Injury in The United States.1992-2001

Pavan D and Langston.Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, sixth edition:36

Poon, Fraco Alexander Eye Injuries in Patients With Major Trauma, The Journal of Trauma:Injury,Infection,and Critical Care, March 1999 Sastroasmoro S., Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi ke

3:88-92

Skuta GL,Cantor LB,Weiss JS (2006).American Academy of Ophthalmology.2005-2006.Prevalence and Common Cause of

Vision Impairment in Adults. International Ophthalmology.section 13:139-151

Skuta GL,Cantor LB,Weiss JS (2011).American Academy of Ophthalmology.2010-2011.External Disease and Cornea. Basic and

Clinical Course section 8:351-358

The Wills Eye Manual, Office and Emergy Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease.fourth edition:14-38

Vanath M, Postgraduate Ophthalmology.Injury of The Eye.Volume 2:2103 Vaughan and Asbury.Oftalmologi Umum.Edisi 17:372-380

Wang DJ and Xu Liang.(2012). Prevalence and Incidence of Ocular Trauma in North China:the Beijing Eye Study.Acta Ophthalmologica Wilianto W dan Rahmania D.Trauma Tumpul Pada Mata yang

Menyebabkan Kebutaan,Departemen Ilmi Kedokteran Forensik FK Unair-RSUD Dr Soetomo Surabaya.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : dr. Chitra Wulandari

Tempat/Tgl Lahir : Medan / 31 Desember 1985

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Karya Komplek Pondok Surya

Blok IV no.119, Medan II. Keluarga

Suami : Louvti Rodney Sidabalok, SE,MSM

III. Pendidikan

• SDN Ikal Medan, Tamat Tahun 1997

• SLTPN 7,Medan Tamat Tahun 2000

• SMU 4 Medan, Tamat Tahun 2003

• Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Tamat Tahun 2009

IV. Riwayat Pekerjaan -

V. Perkumpulan Profesi

Anggota Muda Perdami Cabang Sumatera Utara VI. Partisipasi Dalam Kegiatan Ilmiah

- Peserta The 9th Sumatera Ophthalmologist Meeting, Palembang, 9th-11th March 2012

- Peserta In the Workshop “Impact Of Glaucoma: Challenge That Needs To Be Incorporated” at Sumatera Eye Center Convention Hall,Medan on March 23-24,2013

- Peserta Daily Practice In Pediatric Ophthalmology 25 Mei 2013,Medan,Indonesia.

- Peserta At The National Congress and Annual Meeting of PERDAMI 29-31 August,2013.Palembang,Indonesia.