Makalah Diabetes Melitus - Makalah

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat,
jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang
atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif
(Sarwono, 2006).
WHO menyatakan Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol dan menurut American Diabetes Association (ADA) Diabetes mellitus
merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

7

Universitas Sumatera Utara

8

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Diabetes
Mellitus adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah
yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan berkembang menjadi gangguan
multisistem karena keterbatasan insulin di dalam tubuh seseorang.
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Diabetes Mellitus
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan
memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita
penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes
mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel
beta yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta
dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang
yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan
dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang
jumlahnya atau tidak diproduksi.


Universitas Sumatera Utara

9

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
American Diabetes

Assosiation (2005)

dalam

Aru

Sudoyo

(2006)

mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1

Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui
sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena
terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic
terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
4) Diabetes mellitus tipe lain :
a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism,
sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

10


c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro
kalkulus, dan lainnya.
d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
e) Karena obat atau zat kimia :

vacor, pentamidin, asam nikotinat,

glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid,
dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor
insulin, dan lainnya.
h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom
turner, sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington,
sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom
pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus


Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit
diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :

1) Diabetes Tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara

11

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).


2) Diabetes Tipe II

Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula
darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak
untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu
tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria
sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan
semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus
meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan
lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan.
Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar
gula darah semakin bertambah berat.

Universitas Sumatera Utara

12

3) Diabetes Gestasional


Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes
gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).

2.1.5 Gejala
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan
sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut

diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi

Universitas Sumatera Utara

13

keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun,
sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia). Penyandang
diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai
keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus
sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan
daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak
sembuh (Sarwono, 2006).
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis diabetes dipastikan bila terdapat keluhan khas diabetes ( poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
) disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal ( glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl ).
Selain itu terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan

tidak khas ( lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae)
disertai dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal ( glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari
yang berbeda ( Suyono, 2005 ).

Universitas Sumatera Utara

14

2.1.7 Komplikasi kronis diabetes mellitus antara lain :
1). Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan
saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya
terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan
menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka
yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke
saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic
neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau

menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim.
Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.
2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah
kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang
tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam
sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh
tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan,
sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lama

Universitas Sumatera Utara

15

seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka
penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita
diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab
utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes,

yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler
yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah
retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh
sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya
glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak
saraf mata.
4). Penyakit jantung
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan
lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai
darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian
mendadak bisa terjadi.

Universitas Sumatera Utara

16

5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat
hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal,
atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila
penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan
prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita
diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali.
Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat
mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan
saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah
mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.
7). Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula
bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat
penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes,
penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C.
Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena

Universitas Sumatera Utara

17

mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis
kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang
hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita
diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada
penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa
merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
8). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi
cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan
menaikkan glukosa darah.
9). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol
glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran
pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi,
gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi
yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan
menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan
saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-obatan yang diminum.

Universitas Sumatera Utara

18

10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena
infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit,
kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak
sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
2.2 Kadar Gula Darah
2.2.1 Pengertian

Kadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula
darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang
dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh (Wikipedia,
2012).

2.2.2 Mekanisme Pengaturan Gula Darah

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Kadar glukosa di dalam darah dimonitor oleh
pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan
sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa
(proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga
meningkatkan kadar gula darah. Apabila kadar gula darah meningkat baik karena

Universitas Sumatera Utara

19

perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan
dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin,
menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen ( proses ini
disebut glikogenosis), yang mengurangi kadar gula darah ( Wikipedia, 2012 ).

Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosa DM (mg/dL)

Bukan DM

Belum pasti
DM

DM

Plasma vena

< 100

100-199

≥ 200

Darah kapiler

< 90

90-199

≥ 200