Makalah Diabetes Melitus - Makalah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum
Diabetes mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau
disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina
Farmasi & ALKES, 2005).
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal,
suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai
dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara
umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan
diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007).
Pada beberapa populasi tetapi bukan semuanya, defenisi diabetes oleh
distribusi glukosa adalah pendistribusian glukosa ke seluruh jaringan dimana
berbeda distribusi glukosa pada setiap individual dengan atau tanpa diabetes.
Selain itu distribusi glukosa juga dapat menjadi parameter untuk penyakit diabetes
atau dengan kata lain, nilai defenisi diagnosis untuk diabetes didasarkan pada nilai

distribusi glukosa pada tingkat populasi bukan sering atau tidaknya berolahraga.
Besarnya komplikasi mikrovaskuler pada retina dan ginjal spesifik menuju ke
diabetes. Selain itu terjadinya komplikasi makrovaskuler dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

kematian pada penderita diabetes. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai glukosa yang
tidak normal seharusnya ditemukan sebagai peningkatan cepat dari nilai glukosa,
yang

mana

diapresiasikan

dengan

peningkatan

resiko


penyakit

CVD

(kardiovaskuler) (Mogensen, 2007).

2.2 Gejala Diabetes mellitus
Gejala diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing
terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadangkadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar,
gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh.
Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya
keluhan hingga ada yang bertanya mengapa jadi ribut dengan diabetes? Mereka
mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat check-up ditemukan kadar
glukosa darahnya tinggi. Oleh karena itu dalam rangka penyuluhan kepada pasien
seperti ini, kita sering mendapat hambatan karena sulit memotivasi. Memang saat
ini tidak ada keluhan tetapi mereka harus menyadari bahwa kadar glukosa darah
yang selalu tinggi dalam jangka panjang akan menimbulkan apa yang disebut
komplikasi jangka panjang akibat keracunan glukosa. Pasien dapat terkena
komplikasi pada mata hingga buta atau komplikasi lain seperti kaki busuk
(gangren), komplikasi pada ginjal, jantung, dll (Waspadji, dkk, 2002).

Beberapa faktor yang dapat menunjang timbulnya Diabetes mellitus yaitu
obesitas dan keturunan, sedangkan gejala yang dapat diamati adalah polidipsia,
poliuria, dan polipfagia. Gejala-gejala ini perlu mendapat tanggapan di dalam
penyusunan diet penderita Diabetes mellitus (Tjokroprawiro, dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara

2.3 Patofisiologi
Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi
supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari
bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan
makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan
tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk,
2002).
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi
bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino
dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk

dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat
berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel
supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini
disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin meme peran yang
sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel untuk
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau
hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Waspadji, dkk, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.4 Penggolongan Diabetes
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes
mellitus yaitu:
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM)
adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi
darah akibat rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans
pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga

tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada
tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1
adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan
diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan
pemberian insulin melalui pompa, yang memungkinkan untuk pemberian

Universitas Sumatera Utara

masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga
dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan.

Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled
powder" (Anonima, 2009).
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus,
NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh
rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel
terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta
yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi
gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang
merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari
hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan
terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin.

Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis
dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di

Universitas Sumatera Utara

dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak
remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik
(olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat
pengurangan berat badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan
lisan antidiabetic drugs (Anonima, 2009).
Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM tipe 2 dapat dibagi
menjadi 4 kelompok:
a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal
b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes
Kimia (Chemical Diabetes)
c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa
plasma puasa < 140mg/dl)
d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa

plasma puasa > 140mg/dl) (Ditjen Bina Farmasi dal ALKES, 2005).
3. Diabetes mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk Diabetes Mellitus tipe 2. Sekitar
4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau
setelah trimester kedua (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.5 Diabetes mellitus tipe 2
ADA (American Diabetes Association) menetapkan kriteria diagnostik
diabetes tipe 2 sebagai berikut:
1. Seseorang dengan gejala hiperglikemia dan random plasma glucose(RPG)
atau glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran
terpisah dapat dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau
2. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam
keadaan puasa ≥ 126 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat
dikatakan menderita diabetes tipe 2, atau
3. Seseorang dengan fasting plasma glucose (FPG) atau glukosa plasma dalam
keadaan puasa ≥ 110 mg/dl dari hasil 2 kali pengukuran terpisah dapat

dikatakan beresiko menderita diabetes tipe 2 (Muhammad, 2009).

2.6 Diabetes mellitus tipe 2 pada anak-anak
Selama ini, diabetes mellitus (DM) identik dengan penyakit keturunan dan
hanya menyerang mereka yang telah berusia lanjut. Namun kenyataannya, DM
dapat menyerang siapa saja, tak kenal usia maupun status ekonomi. Lansia, anakanak, kaya, miskin dapat terserang diabetes.
Perubahan gaya hidup adalah salah satu faktor yang menyebabkan
tingginya risiko DM saat ini. Junkfood makanan kemasan yang tidak jelas
komposisinya serta banyak lainnya.
DM tipe 2, Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM, terjadi jika
pasokan insulin di pankreas tidak mencukupi sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan pengiriman glukosa ke seluruh sel tubuh,tapi penderitanya tidak

Universitas Sumatera Utara

tergantung sepenuhnya pada pasokan insulin dari luar. Umumnya DM tipe 2 tidak
disertai dengan gejala yang spesifik, sehingga banyak penderita yang tidak
menyadarinya. Selama ini, banyak yang menganggap bahwa DM tipe 2 hanya
diderita oleh mereka yang berusia lanjut, padahal kini terbukti DM tipe 2 dapat
menyerang kalangan remaja, bahkan anak-anak.

Obesitas dan perubahan gaya hidup menjadi faktor penyebab terjadinya
DM. Penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita DM tipe 2 ternyata
mengalami obesitas. Perlu diketahui, sekitar 80% remaja yang obesitas cenderung
akan menjadi dewasa yang obesitas pula. Sedangkan pada anak-anak yang
menderita obesitas, sekitar 30-40% nya akan menjadi orang dewasa yang juga
obesitas, akibatnya diabetes pun akan semakin mudah menyerang.
Agar anak-anak terhindar dari obesitas yang bisa menyebabkan diabetes:
Menetapkan

menu

seimbang

dengan

variasi

sedemikian

rupa.


1. Memberikan bekal sekolah yang sehat pada anak
2. Memberi pengetahun nutrisi pada anak (seperti fast food) sehingga mereka
mau menghindari makanan tersebut
3. Mengajarkan olahraga secara rutin
4. Menyediakan camilan yang bergizi
5. Membiasakan pola makan yang teratur, 6 kali sehari yaitu 3x makan besar, dan
3x cemilan bergizi (Anonim, 2006).

2.7 Penatalaksanaan Diabetes mellitus tipe 2
Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:
1. Penyuluhan (edukasi)

Universitas Sumatera Utara

2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Obat hipoglikemik
2.7.1 Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi
diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di
samping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan (Waspadji, dkk, 2002).
Edukasi dalam pengertian yang luas yang mendukung rawat kesehatan
diabetes, pada tiap kontak antara diabetisi dan tim rawat kesehatan. Ini
mempersulit pemisahan aspek-aspek edukasi yang terbaik sebagai faktor
penyumbang efektivitas. Pengakuan bahwa 95% dari rawat kesehatan diabetes
disediakan oleh diabetisi sendiri, dan keluarganya, tercermin dalam terminologi
saat ini yaitu program edukasi swa-manajemen diabetes (ESMD). Dengan
pengertian bahwa pengetahuan sendiri tidak cukup untuk memberdayakan orang
untuk mengubah perilaku dan memperbaiki hasil akhir. Dalam laporan teknologi
yang memberitahukan panduannya atas pemakaian model edukasi-pasien, NICE
menyediakan suatu tinjauan, bukan sekedar meta-analisa formal, karena
perbedaan rancangan, durasi, pengukuran hasil akhir dapat mengurangi resiko
penyakit Diabetes mellitus tipe 2 (International Diabetes Federation, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Perencanaan Makanan
Karena penting bagi pasien untuk pemeliharaan pola makan yang teratur,
maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan makanan. Tujuan
perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut :
-

Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal

-

Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu
hamil dan janinnya

-

Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, dkk, 2002).

2.7.3 Latihan Jasmani
Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran
penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada
diabetes adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah
dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan,
meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko
kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).
2.7.4 Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani
teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu
ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral
(OHO) dapat dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida
dan inhibitor glukosidase alfa (Waspadji, dkk, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2.8 Terapi Obat Hipoglikemik
2.8.1 Terapi Insulin
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin
tidak aktif glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada
di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat.
Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak ada sumber energi di
dalam sel. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci
pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan Diabetes mellitus tipe 2 jumlah lubang
kuncinya yang kurang, meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit,
sehingga akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh
darah meningkat (Waspadji, dkk, 2002).

Gambar 1 Kerja Insulin / The Role Insulin

Universitas Sumatera Utara

Ada berbagai jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama
berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan
insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin), disebut juga insulin reguler.
Yang termasuk disini adalah insulin reguler (Crystal Zinc Insulin/CZI). Saat
ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat
yang ada antara lain: Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini
diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1-3 macam dan
efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan
menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara
memperlambat penyerapan insulin kedalam darah.
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH), Monotard,
Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1,5-2,5 jam. Puncaknya tercapai
dalam 4-15 janm dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang.
Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya:
Mixtard 30 / 40
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari
tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24
– 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard (Anonim, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.8.2 Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Untuk sediaan Obat Hipoglikemik Oral terbagi menjadi 3 golongan:
1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin atau merangsang sekresi insulin
di kelenjar pankreas, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin). Contoh-contoh senyawa dari
golongan

ini

adalah

Gliburida/Glibenklamid,

Glipizida,

Glikazida,

Glimepirida, Glikuidon, Repaglinide, Nateglinide.
2. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap
insulin),

meliputi

obat-obat

hipoglikemik

golongan

biguanida

dan

tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin
secara efektif. Contoh-contoh senyawa dari golongan ini adalah Metformin,
Rosiglitazone, Troglitazone, Pioglitazone.
3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain Inhibitor α-glukosidase yang
bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial. Contoh-contoh senyawa dari
golongan ini adalah Acarbose dan Miglitol (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES,
2005).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Obat Hipoglikemik
Oral:
1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan
secara bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat-obat tersebut.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.

Universitas Sumatera Utara

4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi, baru pertimbangkan
untuk beralih pada insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab
itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak
diberikan pada penderita lanjut usia.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita (Ditjen Bina Farmasi dan
ALKES, 2005).
2.8.3 Terapi Kombinasi
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO
atau OHO dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan
sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang
sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja
efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap
sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling
menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini
dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat
bila dipakai sendiri-sendiri (Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2005).

2.9 Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan, untuk itu rekam medis ini harus dijaga
dan dipelihara dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Rekam medis untuk pasien yang rawat inap sekurang-kurangnya harus
membuat data mengenai :
a. Identitas pasien
b. Anamnesis
c. Riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan laboratorium
e. Diagnosis
f. Persetujuan tindakan medis (informed consent)
g. Tindakan / pengobatan
h. Catatan Perawat
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, dan
j. Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Rekam medis pasien ini wajib diisi pada semua tindakan medis yang
diinstruksikan oleh dokter dan juga terhadap semua hasil observasi pada pasien
selama dirawat, mengingat arti pentingnya rekam medis ini maka rekam medis ini
harus dibubuhi tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan kesehatan,
selain itu Permenkes ini juga melarang atau tidak memperbolehkan adanya
penghapusan tulisan dengan cara apapun juga, baik dengan menggunakan karet
penghapus, tip-ex serta alat penghapus lainnya. Cukup dengan pencoretan, yaitu
dengan sebuah garis, baru kemudian diparaf (Iskandar, 1998).

Universitas Sumatera Utara