Analisa Rantai Makanan di Pasir Pantai d
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
Analisa Rantai Makanan di Pasir Pantai dan Batu Karang
di Pantai Pasir Padi , Kota Pangkal Pinang,
Kepulauan Bangka Belitung
Drs.Hanifa Marisa,M.S., Jayansyah*, Devi Fitri Yanti, Dwi Anggraini.
Department of Biology, Sriwijaya University
Jl. Raya Palembang -Prabumulih KM 32
*[email protected]
ABSTRACT
This study titled " Food Chain Analysis in Sand Beach and Coral in Pasir
Padi kepulau Bangka " aims to determine the food chain in the sand beaches and
coral reefs in the Pacific Islands Pasir Padi . This practicum held on Wednesday
until Friday , 8th samapai by October 10, 2014 , 08.00 to 10.00 . Located at Pasir
Padi beach , Pangkal Pinang , Bangka Belitung Islands . The tools used are
stationery , stakes , ropes , and the camera. The materials needed are species that
are around sand beaches and coral reefs. The results are in experimental ecology
field course include Acititis hypoleucos, Scopimera sp. Penaeus sp.Stomorhina sp.
Anadara granosa, Nassarius reticulate . The conclusion is that the Pasir padi
beach is a beach a lot of ups and downs seen Penaeus sp., Were stranded and
some animal feed
Keywords : Food Chain, Pasir Padi beach, Consumer
I. PENDAHULUAN
Perairan Bangka - Belitung
merupakan bagian paling selatan dari
Laut Cina Selatan yang berbatasan
langsung dengan bagian barat laut
Jawa. Perairan Laut Cina Selatan
dikenal sebagai kawasan yang kaya
ikan. Penambangan timah di pulau
Bangka merupakan salah satu faktor
yang
berpengaruh
terhadap
lingkungan perairan di sekitarnya.
Faktor-faktor lain yang turut
berperan adalah pola arus di sekitar
Pulau Bangka dan tumpahan air
sungai dari daratan Pulau Bangka
dan Pulau Sumatera. Air sungai ini
membawa berbagai macam zat dan
cemaran yang dapat memberikan
dampak positif dan negatif terhadap
lingkungan laut. Dari sisi nutrisi air
laut bagi kebutuhan organisme
didalamnya,
perairan
BangkaBelitung dan Laut Cina Selatan
masih baik kualitasnya
(Firdaus et al,. 2010.)
Pantai
pasir
padi
kota
Pangkalpinang, daerah ini berada
pada garis 106° 4´ sampai dengan
106° 7´ Bujur Timur dan garis
2° 4´ sampai dengan 2° 10°
Lintang Selatan dengan luas daerah
Sriwijaya University|1
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
seluruhnya 118,40 KMÂ, Pantai
Pasir Padi berjarak 7 Km dari
Pangkal
pinang
,memiliki
karakteristik pantai berpasir putih
dengan laut biru tenang memiliki
garis pantai sepanjang kuang lebih
400 hektar pantai. Pantai yang
mengalami pasang surut ini banyak
terlihat burung-burng pemangsa
menurut (Ucu, 2008) jenis burung
pantai
telah
dapat
dipetakan
sebarannya, baik pada tingkat negara
maupun tingkat geografis yang lebih
sempit. mencari makan pada saat
tertentu, yaitu pada saat air surut.
Untuk mengatasi berbagai halangan
yang ditimbulkan oleh keadaan
tersebut, burung pantai memiliki
strategi khususnya dalam mencari
makan.
Ekosistem pantai mempunyai
sebuah interaksi antar makhluk yang
hidup pada sebuah rantai makanan,
umumnya sebuah rantai makanan
(food chain) memiliki produsen,
konsumen,
serta
decomposer
(pengurai). Pada rantai makanan
(food chain) di ekosistem terumbu
karang
terdapat
produsen
(penghasil/pembuat makanan) yaitu
produsen utama, atau tumbuhan
autotrof(penghasil makanan sendiri),
produsen merupakan dasar dari
semua rantai makanan (Ambalika,
2012).
Rantai
makanan
adalah
perpindahan energi makanan dari
sumberdaya tumbuhan melalui seri
organisme atau melalui jenjang
makan
(tumbuhan-herbivoracarnivora)Pada
setiap
tahap
pemindahan
energi,
80%–90%
energi potensial hilang sebagai
panas, karena itu langkah-langkah
dalam rantai makanan terbatas 4-5
langkah saja. Dengan perkataan lain,
semakin pendek rantai makanan
semakin besar pula energi yang
tersedia
( Sukarno, 1983).
Pada
konsumen
tingkat
pertama merupakan hewan herbivora
yakni pemakan tumbuh- tumbuhan
yang berasal dari produsen seperti
alga, rumput laut (sea weed),
fitoplankton, serta zooxanthalae.
Organisme pada konsumen tingkat
pertama yaitu : Zooplankton, larva
inverterbarta, bivalves, gastropods,
tunicita, spons, ikan kecil, serta
landak laut. Para organisme ini
memanfaatkan
dari
tumbuhtumbuhan yang hidup di laut maupun
zooxanthalae untuk menjadi bahanbahan makanannya. Pada konsumen
tingkat kedua merupakan hewan
karnivora yakni pemakan hewan atau
daging,
biasanya
memangsa
konsumen tingkat pertama seperti
zooplankton,
larva
invertebrate
(larva udang), dll. Organisme pada
konsumen tingkat kedua yaitu :
Moluska, krustacea,
(Wibisono, 2005).
Pada konsumen tingkat ketiga
merupakan hewan tingkat tertinggi
dalam rantai makanan, biasanya
memangsa konsumen tingkat kedua.
Pada konsumen tingkat ketiga
terdapat organisme seperti : Ikan
Hiu, dan ikan – ikan karnivor
lainnya. Semua organisme baik itu
produsen, konsumen tingkat pertama,
kedua, dan ketiga apabila mati akan
terurai oleh decomposer ( bakteri dan
fungi). Serta decomposer akan
menghasilkan
nutrient
yang
diperlukan oleh produsen dan akan
membentuk rantai makanan kembali
(Victoryus,2008).
Sriwijaya University|2
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
II METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
hari Kamis, tanggal 9 Oktober 2014,
pukul 08.00 sampai dengan pukul
13.30 WIB. Bertempat di Pantai
Pasir Padi Bangka Belitung. Dapat
dilihat di gambar 1.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini Alat yang
digunakan berupa alat tulis, kamera,
patok, dan tali plastik. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan berupa
spesies yang ada di pesisir pantai dan
bebatuan pantai.
3.3 Cara Kerja
Pertama amati dan pilih lahan
yang ingin dijadikan
tempat
pengamatan spesies. Lalu buat
metode
transek
dengan
plot
berukuran 5m x 5m dengan ulangan
3 kali di daerah pasir pantai dan di
daerah batuan pantai . Selanjutnya
amati rantai makanan yang ada di
sekitar transek. Lalu dokumentasikan
dan tentukan rantai makanannya
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan kuliah lapangan
yang telah di lakukan di dapatkan
hasil Acititis hypoleucos, Scopimera
sp.,
Penaeus sp., Stomorhina
sp.,
Anadara
granosa
Nassarius
reticulate, Chelonia mydas, Larus sp.
.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Spesies
Actitis hypoleucos
Scopimera sp.
Cyclops *
Stigeoclonium , Anabaena *
Penaeus sp.
Stomorhina sp.
Anadara granosa
Nassarius reticulatu
Pinularia *
Diatoma *
Larus sp.
Chelonia mydas
Status
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Produsen
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Produsen
Produsen
Konsumen
Konsumen
* Data kelompok 1 dan 4
Sriwijaya University|3
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
Stigeoclonium , Anabaena , Pinularia, Diatoma
Scopimera sp .
Penaeus sp. Anadara granosa
Actitis hypoleucos
Cyclops
Nassarius reticulatu
Larus sp.
Stomorhina sp.
Chelonia mydas
‘
1.1.Bagan Rantai makanan di pantai pasir padi
Penaeus sp.
Scopimera sp.
Stomorhina sp.
1.2 Bagan Rantai makanan di Bebatuan pantai pasir padi
PEMBAHASAN
Hasil yang di dapatkan pada
kuliah
lapangan
ekologi
eksperimental diantaranya Acititis
hypoleucos,Scopimera sp., Penaeus
sp., Stomorhina sp., Anadara
granosa,
Nassarius
reticulate
dimana dilapangan terlihat bahwa
brung spesies Acititis hypoleucos
berperilaku mematuk-matuk lubang
yang ada di pantai pasir padi setelah
di telurusi ternyata lubang tersebut
adalah lubang yang di buat oleh
Scopimera sp.,Menurut (Ambalika,
2012). Krustasea yang hidup di
kawasan
pasang
surut,
telah
mengalami
penyesuaian
diri
(adaptasi) dan berkembang dengan
baik untuk menghindarkan diri dari
burung pantai. Beberapa jenis di
antara krustasea tersebut, akan segera
menguburkan diri ke dalam substrat
pada saat burung pantai datang
mendekat. Sementara beberapa jenis
mangsa lainnya justru hanya akan
berdiam diri untuk menghindari
burung pantai, sampai waktu burung
pantai tersebut meninggalkannya
Pantai pasir padi yang yang
merupakan pantai yeng mengalami
pasang surut banyak sekali terlihat
Penaeus sp., yang terdampar dan
menjadi makanan beberapa hewan
yaitu Acititis hypoleucos dan
serangga Stomorhina sp., menurut
(Holmes et al., 2003). Beberapa jenis
krustasea yang paling banyak
dikonsumsi oleh burung pantai
adalah jenis-jenis dari Decapoda
Sriwijaya University|4
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
(Scopimera sp., Macrophthalmus sp.,
Uca sp., Ocypode sp., Portunus sp.,
Penaeus sp., Callianassa sp., dan
Corophiumsp.),Stomatopoda(Oratos
quilla
sp.)
serta
Amphipoda
(Gammarus sp.). Di samping itu,
jenis-jenis
krustasea
yang
dikonsumsi
lainnya
adalah
tergantung dari jenis burung pantai
yang memangsanya..
Hewan pada jenis krustasea
seperti Scopimera sp., Penaeus,
memangsa
zooplankton
yang
terbawah pada saat pasang surut,
scopimera sp yang membuat lubang
dengan tujuan untuk menangkap
mangsa nya Menurut (Sunarto,2008)
organisme bentik adalah organisme
dengan pergerakan yang sangat
terbatas dan oleh karena itu
organisme ini banyak terdapat pada
daerah bentik (dasar perairan).
Organisme bentik umumnya dari
jenis
organisme
yang
hidup
menancap,
membuat
lubang
(burrowing) atau merayap didasar
perairan. Beberapa contoh organisme
menancap misalnya lamun, karang,
teritip, tiram dan remis. Contoh
organisme pembuat lubang antara
lain cacing, kima, kerang, dan keong.
Beberapa jenis crustacean seperti
udang dan kepiting merupakan
organisme yang hidup merayap.
IV KESIMPULAN
Berdasarkan kuliah lapangan
yang telah dilakukan didapatkan
beberapa
kesimpulan
sebagai
berikut:
1. Hasil yang di dapatkan pada
kuliah
lapangan
ekologi
eksperimental
diantaranya
Acititis hypoleucos, Scopimera
sp., Penaeus sp., Stomorhina sp.,
Anadara granosa, Nassarius
reticulate.
2. Krustasea yang hidup di
kawasan pasang surut, telah
mengalami penyesuaian diri
(adaptasi) dan berkembang
dengan
baik
untuk
3.
4.
5.
menghindarkan diri dari burung
pantai.
Pantai pasir padi yang yang
merupakan
pantai
yeng
mengalami pasang surut banyak
sekali terlihat Penaeus sp. yang
terdampar dan menjadi makanan
beberapa hewan.
Organisme bentik umumnya dari
jenis organisme yang hidup
menancap, membuat lubang
(burrowing)
atau
merayap
didasar perairan.
Acititis hypoleucos berperilaku
mematuk-matuk lubang yang
ada di pantai pasir padi setelah
di telurusi ternyata lubang
tersebut adalah lubang yang di
buat oleh Scopimera sp.
DAFTAR PUSTAKA
Ambalika, I, K. Muslih, H. Sodikin,
Hanafi, J. Aqobah, S. Jurna, R.
Kurnia, E. Chandra, D,
Septiawan dan Herpin. 2010.
Eksplorasi terumbu karang
(laporan tahunan 2010).
Universitas Bangka Belitung,
/bangka. 14hlm.
Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar
Ekologi. Diterjemahkan oleh
T./samingan. Gajah Mada
University press: Yogyakarta.
Sriwijaya University|5
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
Firdaus, F. R,. R. Hardika, D.
Syahputra, R. Oktavian dan
Helfinalis. 2010. Karekteristik
endapan sedimen laut total
suspended solid (TSS) di
perairan Bangka . Dalam: R.
Nuchsin (ed.).Perairan Provinsi
Kepulauan Bangka /Belitung
sumber
daya
laut
dan
oseanografi. Lipi Press, Jakart.
125-135pp.
Holmes, j.; d. Bakewell and Y.R.
NOOR 2003. Panduan Studi
Burung
Pantai.Wetlands
International-Indonesia
Programme. Bogor: 327 pp.
Sukarno,
M.
Hutomo,
M.K.
Moosadan P. Darsono. 1983.
Terumbu karang di Indonesia:
Sumberdaya, Permasalahan,
dan Pengelolaannya . Lembaga
Oseanologi
Nasional-LIPI,
Jakarta : 109 hal.
Sunarto. 2008. Karakteristik biologi
dan peranan plankton bagi
ekosistem laut: Universitas
Padjajaran.
Ucu Yanu Arbi . 2008 .Burung
Pantai Pemangsa Krustasea
:Oseana, Volume XXXIII,
Victoryus, A. 2008. Korelasi antara
Densitas Diadema setosum dan
Tutupan Karang di Perairan
Pantai Pasir Putih, Kec
Bungatan,
Situbondo-jawa
Timur . Skripsi. Program
Studi Biologi FMIPA ITS.
Surabaya.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar
Ilmu Kelautan. PT. Gramedia
Widiasarana
Indonesia:
Jakarta.
Sriwijaya University|6
Analisa Rantai Makanan di Pasir Pantai dan Batu Karang
di Pantai Pasir Padi , Kota Pangkal Pinang,
Kepulauan Bangka Belitung
Drs.Hanifa Marisa,M.S., Jayansyah*, Devi Fitri Yanti, Dwi Anggraini.
Department of Biology, Sriwijaya University
Jl. Raya Palembang -Prabumulih KM 32
*[email protected]
ABSTRACT
This study titled " Food Chain Analysis in Sand Beach and Coral in Pasir
Padi kepulau Bangka " aims to determine the food chain in the sand beaches and
coral reefs in the Pacific Islands Pasir Padi . This practicum held on Wednesday
until Friday , 8th samapai by October 10, 2014 , 08.00 to 10.00 . Located at Pasir
Padi beach , Pangkal Pinang , Bangka Belitung Islands . The tools used are
stationery , stakes , ropes , and the camera. The materials needed are species that
are around sand beaches and coral reefs. The results are in experimental ecology
field course include Acititis hypoleucos, Scopimera sp. Penaeus sp.Stomorhina sp.
Anadara granosa, Nassarius reticulate . The conclusion is that the Pasir padi
beach is a beach a lot of ups and downs seen Penaeus sp., Were stranded and
some animal feed
Keywords : Food Chain, Pasir Padi beach, Consumer
I. PENDAHULUAN
Perairan Bangka - Belitung
merupakan bagian paling selatan dari
Laut Cina Selatan yang berbatasan
langsung dengan bagian barat laut
Jawa. Perairan Laut Cina Selatan
dikenal sebagai kawasan yang kaya
ikan. Penambangan timah di pulau
Bangka merupakan salah satu faktor
yang
berpengaruh
terhadap
lingkungan perairan di sekitarnya.
Faktor-faktor lain yang turut
berperan adalah pola arus di sekitar
Pulau Bangka dan tumpahan air
sungai dari daratan Pulau Bangka
dan Pulau Sumatera. Air sungai ini
membawa berbagai macam zat dan
cemaran yang dapat memberikan
dampak positif dan negatif terhadap
lingkungan laut. Dari sisi nutrisi air
laut bagi kebutuhan organisme
didalamnya,
perairan
BangkaBelitung dan Laut Cina Selatan
masih baik kualitasnya
(Firdaus et al,. 2010.)
Pantai
pasir
padi
kota
Pangkalpinang, daerah ini berada
pada garis 106° 4´ sampai dengan
106° 7´ Bujur Timur dan garis
2° 4´ sampai dengan 2° 10°
Lintang Selatan dengan luas daerah
Sriwijaya University|1
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
seluruhnya 118,40 KMÂ, Pantai
Pasir Padi berjarak 7 Km dari
Pangkal
pinang
,memiliki
karakteristik pantai berpasir putih
dengan laut biru tenang memiliki
garis pantai sepanjang kuang lebih
400 hektar pantai. Pantai yang
mengalami pasang surut ini banyak
terlihat burung-burng pemangsa
menurut (Ucu, 2008) jenis burung
pantai
telah
dapat
dipetakan
sebarannya, baik pada tingkat negara
maupun tingkat geografis yang lebih
sempit. mencari makan pada saat
tertentu, yaitu pada saat air surut.
Untuk mengatasi berbagai halangan
yang ditimbulkan oleh keadaan
tersebut, burung pantai memiliki
strategi khususnya dalam mencari
makan.
Ekosistem pantai mempunyai
sebuah interaksi antar makhluk yang
hidup pada sebuah rantai makanan,
umumnya sebuah rantai makanan
(food chain) memiliki produsen,
konsumen,
serta
decomposer
(pengurai). Pada rantai makanan
(food chain) di ekosistem terumbu
karang
terdapat
produsen
(penghasil/pembuat makanan) yaitu
produsen utama, atau tumbuhan
autotrof(penghasil makanan sendiri),
produsen merupakan dasar dari
semua rantai makanan (Ambalika,
2012).
Rantai
makanan
adalah
perpindahan energi makanan dari
sumberdaya tumbuhan melalui seri
organisme atau melalui jenjang
makan
(tumbuhan-herbivoracarnivora)Pada
setiap
tahap
pemindahan
energi,
80%–90%
energi potensial hilang sebagai
panas, karena itu langkah-langkah
dalam rantai makanan terbatas 4-5
langkah saja. Dengan perkataan lain,
semakin pendek rantai makanan
semakin besar pula energi yang
tersedia
( Sukarno, 1983).
Pada
konsumen
tingkat
pertama merupakan hewan herbivora
yakni pemakan tumbuh- tumbuhan
yang berasal dari produsen seperti
alga, rumput laut (sea weed),
fitoplankton, serta zooxanthalae.
Organisme pada konsumen tingkat
pertama yaitu : Zooplankton, larva
inverterbarta, bivalves, gastropods,
tunicita, spons, ikan kecil, serta
landak laut. Para organisme ini
memanfaatkan
dari
tumbuhtumbuhan yang hidup di laut maupun
zooxanthalae untuk menjadi bahanbahan makanannya. Pada konsumen
tingkat kedua merupakan hewan
karnivora yakni pemakan hewan atau
daging,
biasanya
memangsa
konsumen tingkat pertama seperti
zooplankton,
larva
invertebrate
(larva udang), dll. Organisme pada
konsumen tingkat kedua yaitu :
Moluska, krustacea,
(Wibisono, 2005).
Pada konsumen tingkat ketiga
merupakan hewan tingkat tertinggi
dalam rantai makanan, biasanya
memangsa konsumen tingkat kedua.
Pada konsumen tingkat ketiga
terdapat organisme seperti : Ikan
Hiu, dan ikan – ikan karnivor
lainnya. Semua organisme baik itu
produsen, konsumen tingkat pertama,
kedua, dan ketiga apabila mati akan
terurai oleh decomposer ( bakteri dan
fungi). Serta decomposer akan
menghasilkan
nutrient
yang
diperlukan oleh produsen dan akan
membentuk rantai makanan kembali
(Victoryus,2008).
Sriwijaya University|2
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
II METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
hari Kamis, tanggal 9 Oktober 2014,
pukul 08.00 sampai dengan pukul
13.30 WIB. Bertempat di Pantai
Pasir Padi Bangka Belitung. Dapat
dilihat di gambar 1.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini Alat yang
digunakan berupa alat tulis, kamera,
patok, dan tali plastik. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan berupa
spesies yang ada di pesisir pantai dan
bebatuan pantai.
3.3 Cara Kerja
Pertama amati dan pilih lahan
yang ingin dijadikan
tempat
pengamatan spesies. Lalu buat
metode
transek
dengan
plot
berukuran 5m x 5m dengan ulangan
3 kali di daerah pasir pantai dan di
daerah batuan pantai . Selanjutnya
amati rantai makanan yang ada di
sekitar transek. Lalu dokumentasikan
dan tentukan rantai makanannya
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan kuliah lapangan
yang telah di lakukan di dapatkan
hasil Acititis hypoleucos, Scopimera
sp.,
Penaeus sp., Stomorhina
sp.,
Anadara
granosa
Nassarius
reticulate, Chelonia mydas, Larus sp.
.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Spesies
Actitis hypoleucos
Scopimera sp.
Cyclops *
Stigeoclonium , Anabaena *
Penaeus sp.
Stomorhina sp.
Anadara granosa
Nassarius reticulatu
Pinularia *
Diatoma *
Larus sp.
Chelonia mydas
Status
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Produsen
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Produsen
Produsen
Konsumen
Konsumen
* Data kelompok 1 dan 4
Sriwijaya University|3
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
Stigeoclonium , Anabaena , Pinularia, Diatoma
Scopimera sp .
Penaeus sp. Anadara granosa
Actitis hypoleucos
Cyclops
Nassarius reticulatu
Larus sp.
Stomorhina sp.
Chelonia mydas
‘
1.1.Bagan Rantai makanan di pantai pasir padi
Penaeus sp.
Scopimera sp.
Stomorhina sp.
1.2 Bagan Rantai makanan di Bebatuan pantai pasir padi
PEMBAHASAN
Hasil yang di dapatkan pada
kuliah
lapangan
ekologi
eksperimental diantaranya Acititis
hypoleucos,Scopimera sp., Penaeus
sp., Stomorhina sp., Anadara
granosa,
Nassarius
reticulate
dimana dilapangan terlihat bahwa
brung spesies Acititis hypoleucos
berperilaku mematuk-matuk lubang
yang ada di pantai pasir padi setelah
di telurusi ternyata lubang tersebut
adalah lubang yang di buat oleh
Scopimera sp.,Menurut (Ambalika,
2012). Krustasea yang hidup di
kawasan
pasang
surut,
telah
mengalami
penyesuaian
diri
(adaptasi) dan berkembang dengan
baik untuk menghindarkan diri dari
burung pantai. Beberapa jenis di
antara krustasea tersebut, akan segera
menguburkan diri ke dalam substrat
pada saat burung pantai datang
mendekat. Sementara beberapa jenis
mangsa lainnya justru hanya akan
berdiam diri untuk menghindari
burung pantai, sampai waktu burung
pantai tersebut meninggalkannya
Pantai pasir padi yang yang
merupakan pantai yeng mengalami
pasang surut banyak sekali terlihat
Penaeus sp., yang terdampar dan
menjadi makanan beberapa hewan
yaitu Acititis hypoleucos dan
serangga Stomorhina sp., menurut
(Holmes et al., 2003). Beberapa jenis
krustasea yang paling banyak
dikonsumsi oleh burung pantai
adalah jenis-jenis dari Decapoda
Sriwijaya University|4
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
(Scopimera sp., Macrophthalmus sp.,
Uca sp., Ocypode sp., Portunus sp.,
Penaeus sp., Callianassa sp., dan
Corophiumsp.),Stomatopoda(Oratos
quilla
sp.)
serta
Amphipoda
(Gammarus sp.). Di samping itu,
jenis-jenis
krustasea
yang
dikonsumsi
lainnya
adalah
tergantung dari jenis burung pantai
yang memangsanya..
Hewan pada jenis krustasea
seperti Scopimera sp., Penaeus,
memangsa
zooplankton
yang
terbawah pada saat pasang surut,
scopimera sp yang membuat lubang
dengan tujuan untuk menangkap
mangsa nya Menurut (Sunarto,2008)
organisme bentik adalah organisme
dengan pergerakan yang sangat
terbatas dan oleh karena itu
organisme ini banyak terdapat pada
daerah bentik (dasar perairan).
Organisme bentik umumnya dari
jenis
organisme
yang
hidup
menancap,
membuat
lubang
(burrowing) atau merayap didasar
perairan. Beberapa contoh organisme
menancap misalnya lamun, karang,
teritip, tiram dan remis. Contoh
organisme pembuat lubang antara
lain cacing, kima, kerang, dan keong.
Beberapa jenis crustacean seperti
udang dan kepiting merupakan
organisme yang hidup merayap.
IV KESIMPULAN
Berdasarkan kuliah lapangan
yang telah dilakukan didapatkan
beberapa
kesimpulan
sebagai
berikut:
1. Hasil yang di dapatkan pada
kuliah
lapangan
ekologi
eksperimental
diantaranya
Acititis hypoleucos, Scopimera
sp., Penaeus sp., Stomorhina sp.,
Anadara granosa, Nassarius
reticulate.
2. Krustasea yang hidup di
kawasan pasang surut, telah
mengalami penyesuaian diri
(adaptasi) dan berkembang
dengan
baik
untuk
3.
4.
5.
menghindarkan diri dari burung
pantai.
Pantai pasir padi yang yang
merupakan
pantai
yeng
mengalami pasang surut banyak
sekali terlihat Penaeus sp. yang
terdampar dan menjadi makanan
beberapa hewan.
Organisme bentik umumnya dari
jenis organisme yang hidup
menancap, membuat lubang
(burrowing)
atau
merayap
didasar perairan.
Acititis hypoleucos berperilaku
mematuk-matuk lubang yang
ada di pantai pasir padi setelah
di telurusi ternyata lubang
tersebut adalah lubang yang di
buat oleh Scopimera sp.
DAFTAR PUSTAKA
Ambalika, I, K. Muslih, H. Sodikin,
Hanafi, J. Aqobah, S. Jurna, R.
Kurnia, E. Chandra, D,
Septiawan dan Herpin. 2010.
Eksplorasi terumbu karang
(laporan tahunan 2010).
Universitas Bangka Belitung,
/bangka. 14hlm.
Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar
Ekologi. Diterjemahkan oleh
T./samingan. Gajah Mada
University press: Yogyakarta.
Sriwijaya University|5
Jurnal Ekologi Eskperimental [Oktober,2014) Vol 01.NO.1:1-6
Firdaus, F. R,. R. Hardika, D.
Syahputra, R. Oktavian dan
Helfinalis. 2010. Karekteristik
endapan sedimen laut total
suspended solid (TSS) di
perairan Bangka . Dalam: R.
Nuchsin (ed.).Perairan Provinsi
Kepulauan Bangka /Belitung
sumber
daya
laut
dan
oseanografi. Lipi Press, Jakart.
125-135pp.
Holmes, j.; d. Bakewell and Y.R.
NOOR 2003. Panduan Studi
Burung
Pantai.Wetlands
International-Indonesia
Programme. Bogor: 327 pp.
Sukarno,
M.
Hutomo,
M.K.
Moosadan P. Darsono. 1983.
Terumbu karang di Indonesia:
Sumberdaya, Permasalahan,
dan Pengelolaannya . Lembaga
Oseanologi
Nasional-LIPI,
Jakarta : 109 hal.
Sunarto. 2008. Karakteristik biologi
dan peranan plankton bagi
ekosistem laut: Universitas
Padjajaran.
Ucu Yanu Arbi . 2008 .Burung
Pantai Pemangsa Krustasea
:Oseana, Volume XXXIII,
Victoryus, A. 2008. Korelasi antara
Densitas Diadema setosum dan
Tutupan Karang di Perairan
Pantai Pasir Putih, Kec
Bungatan,
Situbondo-jawa
Timur . Skripsi. Program
Studi Biologi FMIPA ITS.
Surabaya.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar
Ilmu Kelautan. PT. Gramedia
Widiasarana
Indonesia:
Jakarta.
Sriwijaya University|6