Uni Eropa Paska Brexit Bubar atau Bertah

Uni Eropa Paska Brexit: Bubar atau Bertahan?

Keputusan Pemerintah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa dilakukan berdasarkan hasil
referendum British Exit (Brexit) pada 23 Juni 2016. Di mana referendum ini dimenangkan
oleh pihak Brexit atau kelompok Leave dengan kemenangan suara mencapai 52 %,
sedangkan kelompok Remain hanya memperoleh suara 48 % (BBC, 2016). Dengan keluarnya
Inggris dari Uni Eropa ini menimbulkan pertanyaan, yaitu apakah solidaritas negara-negara
anggota Uni Eropa akan runtuh paska keputusan Inggris tersebut? Pertanyaan ini dapat
dijawab bergantung pada prespektif yang digunakan.
Jika menggunakan prespektif Hegemonic Stability (HS) yang dijelaskan oleh Charles P.
Kindleberger, menyatakan bahwa harus ada hegemoni power atau satu kekuatan dominan
dalam sistem internasional untuk memastikan kestabilan politik dan ekonomi internasional.
(Kindleberger, 1981, dalam Yazid, 2015). Prespektif ini kembali diperkuat oleh Robert Gilpin
yang menjelaskan bahwa posisi negara dalam ekonomi internasional berdasarkan pada
kekuatan ekonomi-politiknya dan kekuatan politik-militernya. Sehingga Gilpin menekankan
bahwa semakin besar kuantitas ekonomi, politik dan militer negara, maka semakin besar
pengaruhnya terhadap rezim ekonomi internasional (Gilpin, 1971, dalam Yazid, 2015).
Berdasarkan prespektif HS, maka Uni Eropa tidak akan dibubarkan paska keluarnya
Inggris. Hal ini disebabkan oleh kekuatan ekonomi Jerman. Di mana IMF dan World Bank
mencatat bahwa pada tahun 2015 Jerman adalah negara keempat GDP terbesar di dunia
setelah Amerika Serikat, China dan Jepang (IMF, 2015; World Bank, 2015). Posisi Jerman

tersebut di atas Perancis dan Inggris, pesaing terbesarnya di Uni Eropa. Sehingga Jerman
menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Uni Eropa. Apalagi Jerman juga memilki hak 29 suara
dalam Qualified Majority Voting di Uni Eropa (European Union, 2015a). Hak suara ini
termasuk yang terbesar di Uni Eropa. Sehingga karena kekuatan ekonomi dan politik Jerman
di Uni Eropa tersebut, menurut HS, telah menjadikan Jerman negara hegemon di Uni Eropa.
Dengan hegemoni Jerman ini, organisasi Uni Eropa akan tetap stabil. Oleh karenanya
kepergian Inggris tidak akan berdampak pada pembubaran Uni Eropa.
Selain itu, prespektif HS dapat digunakan untuk menganalisis WTO, IMF dan World
Bank. Ketiga organisasi ini menurut HS, dihegemoni oleh AS. Sebab hingga saat ini AS masih

menjadi kekuatan ekonomi, politik dan militer yang menghegemoni dunia. Dengan
demikian, AS mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh ketiga
organisasi tersebut. Meskipun tampaknya negatif, HS menekankan hegemoni AS tersebut
penting demi keberlangsungan dan kestabilan sistem ekonomi dan politik internasional,
seperti hegemoni penggunaan dolar AS untuk kestabilan perdagangan internasional.
Alat analisis selanjutnya adalah penggunaan konsep Relative Gains (RG) yang
merupakan turunan prespektif Neo-Realisme. Robert Powell berpendapat bahwa pada
dasarnya sistem anarki adalah konflik, tetapi jika terjadi kerja sama antar negara dalam
sistem anarki hanya akan menimbulkan relative gains. Di mana masing-masing negara
mengejar keuntungan atau kepentingannya masing-masing yang lebih besar dari mitra kerja

sama mereka (Powell, 1991).
Konsep RG menjelaskan bahwa setiap negara-negara anggota Uni Eropa mengejar
keuntungannya masing-masing di organisasi ini. Sehingga mereka bergabung dengan Uni
Eropa hanya untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya. Melalui konsep ini perpisahan
Inggris dari Uni Eropa tidaklah membuat lembaga ini dibubarkan, selama negara anggota
Uni Eropa masih mendapatkan kepentingannya masing-masing. Seperti halnya Jerman yang
mendapatkan kepentingan nasionalnya dari Eurozone di Uni Eropa. Hal ini dijelaskan oleh
Palvos Eleftheriadis selaku Asosiasi Profesor Hukum di Fakultas Mansfield di Universitas
Oxford, bahwa Jerman telah lama menikmati kebijakan zona ekonomi Uni Eropa untuk
memperluas kepentingannya di atas kelemahan negara-negara tetangganya (Eleftheriadis,
2014). Kebijaka

i i di a aka

de ga

egga th

eigh ou s , aitu ke ijaka


a g

memperkaya atau menguntungkan satu negara dengan membahayakan kepentingan
ekonomi mitra kerja sama negaranya (Business Dictionary, 2016). Kebijakan Jerman ini
merupakan refleksi pengejaran kepentingan nasional Jerman di Uni Eropa.
Selain itu, dari sisi negara-negara berkembang yang menjadi anggota Uni Eropa, Uni
Eropa dibutuhkan oleh mereka untuk mendapatkan bantuan finansial. Bantuan ini melalui
program European Financial Stabilisation Mechanism dan European Financial Stability
Facility. Kedua program ini telah diberlakukan untuk Siprus, Yunani, Hungaria, Irlandia,
Latvia, Portugal, Rumania dan Spanyol (European Commission, 2016). Kemudian negaranegara berkembang juga mendapatkan keuntungan dari kebebasan perpindahan pekerja ke
setiap negara-negara anggota Uni Eropa yang diatur dalam Pasal 45 Traktat Lisbon
(European Parliamentary Group, 2009), sehingga masyarakat negara-negara berkembang

Uni Eropa bisa mendapatkan pekerjaan lebih baik di negara maju seperti Jerman dan
Perancis, daripada bekerja di negaranya. Dengan demikian menurut konsep RG, negara
berkembang juga hanya mengejar kepentingannya masing-masing dalam bergabungnya ke
Uni Eropa.
Bahkan Neo-Realisme juga berpendapat bahwa keluarnya Inggris mengalami kerugian
akibat relative gains dalam kerja sama Uni Eropa. Hal ini dinyatakan oleh Richard V. Reevis
pengamat dari Institut Brooking yang menyatakan bahwa salah satu konsen utama dalam

referendum Brexit adalah persoalan imigran (Reevis, 2016). Berdasarkan laporan UK
Independent Factchecking Charity (UK IFC) bahwa net migration yang berasal dari negaranegara anggota Uni Eropa ke Inggris sekitar 60.000 orang pada tahun 2009, dan meningkat
secara pesat menjadi 185.000 orang pada tahun 2015 (UK IFC, 2016). Reevis menyatakan
bahwa Perdana Menteri David Cameron telah gagal merealisasikan janji kampanyenya pada
tahun 2010 dalam mengatasi permasalahan imigran di negaranya, di mana Cameron berjanji
akan secara bertahap mengurangi imigran di Inggris setidaknya kurang dari 100.000 orang
(Reevis, 2016). Hal ini menjadi salah satu penyebab Inggris menarik diri dari Uni Eropa sejak
bergabungnya pada tahun 1973, karena kepentingan nasionalnya tidak didapatkan lagi di
Uni Eropa, justru membahayakan perekonomiannya dengan banyaknya kedatangan imigran
dari negara anggota Uni Eropa. Dengan demikian, bagi Neo-Realisme, jika negara-negara
anggota Uni Eropa tidak mendapatkan kepentingannya masing-masing, maka negara-negara
tersebut akan keluar dari Uni Eropa dan Uni Eropa juga pasti akan dibubarkan.
Kemudian dampak dari keluarnya Inggris bagi keberlangsungan Uni Eropa juga dapat
dijelaskan oleh Konstruktivis. Alexander Wendt yang menyatakan asumsi utama
Konstruktivisme di antaranya adalah identitas dan kepentingan yang dikonstruksi oleh
struktur sosial (Wendt, 1995, dalam Bahravesh, 2011). Hal ini juga dijelaskan oleh Jeffrey T.
Checkel berpendapat bahwa argumen utama prespektif Konstruktivisme di antaranya
adalah norma dan identitas (Checkel, 2008, dalam Bahravesh, 2011). Bagi Konstruktivis,
selama negara-negara anggota Uni Eropa memiliki identitas dan norma yang sama, Uni
Eropa tidak akan dibubarkan. Di mana dalam Traktat Maatstricht, Amsterdam, Nice dan

Lisbon, menekankan bahwa Uni Eropa didirikan berdasarkan norma demokrasi dan
menjunjung tinggi HAM yang terkandung dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM) (Syarief, 2016). Selain itu, Uni Eropa juga memiliki kesamaan identitas agama
yaitu mayoritas masyarakatnya beragama Kristiani dan Katolik (The Economist, 2013).

Dengan demikian kesamaan norma dan identitas tersebut menyatukan kepentingan negaranegara anggota Uni Eropa, sehingga lembaga ini tetap akan bertahan.
Prespektif Neo-Liberal Institusional juga dapat menjelaskan apakah Uni Eropa akan
bubar paska keluarnya Inggris. Bagi Neo-Liberal Institusional, kerja sama institusi akan
memberikan absolute gains (keuntungan bersama), sehingga akan menciptakan saling
ketergantungan (Keohane & Nye, 2001, dalam Whyte, 2012). Berdasarkan prespektif ini,
keluarnya Inggris akan membuat gejolak Uni Eropa karena Inggris merupakan salah satu
negara yang saling bergantung dengan negara anggota Uni Eropa lainnya. Tetapi organisasi
ini tetap akan bertahan, selama memiliki aturan institusi, yang di antaranya adalah melalui
prinsip pasar tunggal yang diatur dalam Traktat Uni Eropa, seperti membebaskan
pergerakan orang, jasa, barang dan modal bagi negara-negara anggotanya, serta
penggunaan mata uang euro (European Union, 2015b). Maka meskipun Inggris keluar dari
Uni Eropa, prinsip pasar tunggal tersebut masih membuat berlanjutnya saling
ketergantungan di internal Uni Eropa yang berdampak pada tidak dibubarkannya lembaga
ini.
Labib Syarief, S.Sos

Sarjana Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta

KEPUSTAKAAN

BBC.

. B e it: Da id Ca e o to uit afte UK otes to lea e EU BBC. Diakses pada 14
Juli 2016 (http://www.bbc.com/news/uk-politics-36615028)

Business Di tio a .
Defi ito of Begga Th Neigh o Poli
Business Dictionary.
Diakses pada 14 Juli 2016 (http://www.businessdictionary.com/definition/beggar-thyneighbor-policy.html)
Che kel, Jeff e T.
. Co st u ti is a d Fo eig Poli
i Foreign Policy Theories
Actos, Cases ed Steve Smith, Amelia Hadfield and Tim Dunne. Oxford: Oxford
U i e sit P ess, dikutip oleh Ma sa
Beh a esh dala

Co st uti is
A
I t odu tio .
Diakses
pada
14
Juli
2016
(http://www.eir.info/2011/02/03/constructivism-an-introduction/)
Elefthe iadis, Pal os. Wh Ge a is The Eu ozo e Biggest F ee Ride ? Fortune. Diakses
pada 14 Juli 2016 (http://fortune.com/2014/10/22/why-germany-is-the-eurozonesbiggest-free-rider/)
Eu opea Co
issio .
. Assista e of Eu opea U io
European Commission.
Diakses
pada
14
Juli
2016

(http://ec.europa.eu/economy_finance/assistance_eu_ms/index_en.htm)
European Parliamentary Group. 2008. Consilidated Reader-Friendly of the TEU and the TFEU
as amanded by the The Lisbon Treaty. Notat Grafisk: Foundation for EU Democracy.
European Union. 2015a. Qualified Majority Voting. European Union Voting. Diakses pada 14
Juli 2016 (http://www.consilium.europa.eu/en/council-eu/voting-system/qualifiedmajority/)
Eu opea U io .
. The Histo of Eu opea U io :
About European
Union. Diakses pada 14 Juli 2016 (http://europa.eu/about-eu/eu-history/19901999/index_en.htm)
Gilpi , Ro e t.
. The Politi s of T a s- atio al E o o i Relatio s, International
Organisation,
. Dikutip oleh P of. D . Mohd Noo Mat Yazid dala The Theory Of
Hegemoni “ta ilit , Hege o i Po e A d I te atio al Politi al E o o i “ta ilit
3(6):67-79, 2015.
International Monetary Fund.
G oss Do esti P odu ts of Cou t ies IMF. Diakses
pada 14 Juli 2016 (http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2016/01/weodata)
Keohane, Robert O. dan Joseph Nye. 2001. Power and Interdependence. New York:
Lo g a . dala Ale a de Wh te Neo ealis a d Neoli e al I stitutio alis Bo

of the “a e App oa h . Diakses pada 14 Juli 2016 (http://www.eir.info/2012/06/11/neorealism-and-neoliberal-institutionalism-born-of-the-sameapproach/)
Kindleberger, Charles. P. 1981. Do i a e a d Leade ship i The I te atio al E o o :
Exploitation, Public Goods and Free Rides International Studies Quarterly, (25).
Dikutip oleh P of. D . Mohd Noo Mat Yazid dala
The Theory Of Hegemonic
“ta ilit , Hege o i Po e A d I te atio al Politi al E o o i “ta ilit
: -79,
2015.

Ree is, Ri ha d V.
B e it: B itish Ide titiy Politics Immigration and David Camerons
U doi g
The Wall Street Journal. Diakses pada 14 Juli 2016.
(http://blogs.wsj.com/washwire/2016/06/24/brexit-british-identity-politicsimmigration-and-david-camerons-undoing/)
Syarief, Labib. 2016. Keputusan Uni Eropa Mencabut Sanksi Ekonomi dan Politik Terhadap
Myanmar Tahun 2013. Jakarta: UIN Jakarta.
The E o o ist.
. EU a d Faith: A Religious Poli
“tealth The E o o ist. Diakses
pada 14 Juli 2016 (http://www.economist.com/blogs/erasmus/2013/07/eu-and-faith)

UK Independent Factchecking Charity.
. EU Mig atio a d UK UK IFC. Diakses pada 14
Juli 2016 (https://fullfact.org/immigration/eu-migration-and-uk/)
We dt, Ale a de .
. Colle ti e Ide tit Fo atio a d The I te atio al “tate
American Political Science Review. 88, dan Alexander Wendt. 1999. Social Theory of
International Politics. Cambridge: Cambridge University Press, dikutip oleh Maysam
Beh a esh dala
Co st uti is A I t odu tio . Diakses pada 14 Juli 2016
(http://www.e-ir.info/2011/02/03/constructivism-an-introduction/)
World Bank.
Gross Domestic Products of Cou t ies World Bank. Diakses pada 14 Juli
2016 (http://www.databank.worldbank.org/data/download/GDP.pdf)