Model Pembelajaran Saintifik Geografi. docx

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat kemurahan-Nya naskahPendukung pembelajaran Kurikulum 2013 ini
dapat

diselesaikan.Naskah

ini

kami

beri

judul

“Pembelajaran

Berbasis

Kompetensi Mata Pelajaran dengan Pendekatan Saintifik”. Hal ini disesuaikan

dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang

menekankan pada pembelajaran

dengan pendekatan ilmiah (saintifik) dan penilaian autentik.
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang
belajar. Pelaksanaan pembelajaran akan berjalan efektif apabila didahului
dengan

penyiapan

rencana

pelaksanaan

pembelajaran

(RPP)


yang

dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus. Sehubungan hal tersebut, maka naskah ini disusun
dalam rangka memenuhi kebutuhan guru yang terkait dengan pengembangan
persiapan pembelajaran.
Semoga naskah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,

untuk

memfasilitasi guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakan pembelajaran
dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata
pelajaran yang diampunya.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan naskah ini, yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah saudara-saudara sekalian.
Dalam penyusunan naskah ini, kami akui masih jauh dari sempurna. Untuk itu
saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan naskah Pendukung

pembelajaran Kurikulum 2013 ini kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirnya, mudah-mudahan naskah ini dapat berguna dan membantu siapa
saja yang membaca dan membutuhkan khususnya guru mata pelajaran dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran.

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

I
ii

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................
2. Tujuan..........................................................

3. Ruang Lingkup.............................................
4. Landasan Hukum....... .................................

1
2
3
3

BAB II

PEMBELAJARAN KOMPETENSI
1. Pendekatan Pembelajaran Saintifik.............
2. Penilaian Autentik........................................

5
22

BAB III

ANALISIS KOMPETENSI

1. Prosedur Analisis.. .........................................
2. Hasil Analisis Kompetensi..............................

BAB IV

30
36
72

PENUTUP

74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

2

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan

terencana

untuk

mewujudkan

suasana

belajar

dan

proses


pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional, terdiri atas:
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana
prasarana,

standar

pendidik

dan

tenaga

kependidikan,


standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada
satuan pendidikan

berkewajiban

menyusun

rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung

secara interaktif,

inspiratif,


menyenangkan,

menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A
Tahun

2013

Pembelajaran,

tentang


Implementasi

menyebutkan

Kurikulum

bahwa

Strategi

Pedoman

Umum

pembelajaran

sangat

diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat

dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan
kepada

peserta

bagaimana

apa

didik,
yang

sedangkan
diajarkan

pembelajaran

bisa

dikuasai

merupakan

oleh

peserta

cara
didik.
1

Pelaksanaan

pembelajaran

didahului

dengan

penyiapan

RPP

yang

dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus.
Sedangkan Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam
mengembangkan pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil belajar
dengan pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan para pendidik
mampu menerapkan program remedial bagi peserta didik yang tergolong
pebelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang
termasuk kategori pebelajar cepat.
Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan kurikulum 2013 secara terbatas
pada 1.270 SMA di 33 provinsi pada 295 kabupaten/kota mulai tahun
pelajaran 2013/2014 untuk kelas X. Untuk mendukung implementasi
pelaksanaan kurikulum tersebut pemerintah telah melatih instruktur
nasional (master teacher), guru inti dan guru sasaran serta menyediakan
silabus, buku guru, dan buku siswa untuk mata pelajaran Matematika,
Bahasa Indonesia, dan Sejarah. Sedangkan untuk mata pelajaran lainnya
diharapkan dapat memanfaatkan buku-buku yang ada (dari kurikulum 2006
dan buku sebelumnya),mulai menerapkan kurikulum 2013 mengacu pada
silabus yang telah disediakan.
Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran

saintifik

serta

melakukan

penilaiain

autentik

dan

menggunakan silabus sebagai acuan, perlu penjabaran operasional antara
lain

dalam

mengembangkan

materi

pembelajaran,

mengembangkan

langkah pembelajaran serta merancang dan melaksanakan penilaian
autentik. Oleh karena itu diperlukan rambu-rambu yang bisa memfasilitasi
guru

secara

individual

dan

kelompok

dalam

mengembangkan

dan

melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model
untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya.

B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
pelajaran

dalam

mengimplementasikan

kurikulum

2013

dengan

memafaatkan buku sumber yang ada. Secara khusus naskah ini bertujuan:

2

Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti
dan kompetensi dasar
1. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari
silabus mata pelajaran
2. Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
3. Mengembangkan indikator pencapaian dan penilaian
4. Merancang penilaian autentik
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup naskah ini terdiri atas:
1. Penjelasan dan langkah-langkah pembelajaran saintifik
2. Langkah-langkah analisis kompetensi;
3. Penilaian autentik; dan
4. Hasil analisis kompetensi untuk membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang
Implementasi Kurikulum
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor …. Tentang
Silabus

3

BAB II
PEMBELAJARAN KOMPETENSI

Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan
memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi

sikap,

pengetahuan

dan

keterampilan.

Penguatan

proses

pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang
mendorong

siswa

lebih

mampu

mencoba/mengumpulkan

data,

dalam

mengamati,

menanya,

mengasosiasi/menalar,

dan

mengomunikasikan.
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat
pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi
Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran
yang

harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang

kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi
dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan

ranah

sikap,

pengetahuan,

dan

dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga
tersebut memiliki lintasan
Sikap

diperoleh

melalui

keterampilan
ranah

yang

kompetensi

perolehan (proses psikologis) yang berbeda.
aktivitas

menerima,menjalankan,

menghargai,

menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuandiperoleh melalui aktivitas
mengingat,

memahami,

menerapkan,

menganalisis,

mengevaluasi,

dan

mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,
mencoba,
beserta

menalar,

menyaji,

dan mencipta. Karaktersitik

perbedaan

lintasan

perolehan turut

karakteristik

standar

proses.

kompetensi

serta

mempengaruhi

Penguatan pendekatan

saintifik perlu

diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya
4

kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan

pembelajaran

yang

menghasilkan

karya

berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Prinsip

pembelajaran

pada

kurikulum

2013

menekankan

perubahan

paradigma: (1) pesertadidik diberi tahu menjadi pesertadidik mencari tahu; (2)
guru sebagai satu-satunya sumberbelajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; (3) pendekatan
sebagai
berbasis

tekstual

menjadi pendekatan

proses

penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
konten

menjadi

pembelajaran

berbasis kompetensi; (5)

pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya

multi

dimensi;

keterampilan

aplikatif;

keterampilan

fisikal

pembelajaran

(8)

(7)

pembelajaran

peningkatan

dan

verbalisme

menjadi

keseimbangan

antara

(hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9)

yang

mengutamakan

pembudayaan danpemberdayaan

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang
menerapkan

nilai-nilai

dengan

tulodo), membangun kemauan

memberi keteladanan(ing
(ing

madyo mangun

ngarso

sung

karso),

dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa
saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan

teknologi

informasi

dan

komunikasi

untuk

meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan
individualdan latar belakang budaya peserta didik.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan siswa, serta proses dan hasil belajar secara
utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output)
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta
didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional
effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

A. Pendekatan Pembelajaran saintifik
5

Pembelajaran

saintifik

merupakan

pembelajaran

yang

mengadopsi

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah.Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of
inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh
peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara
akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena
itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model
pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah
model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke
dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer
pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.
Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian
pengetahuan

berkenaan

dengan

materi

pelajaran

melalui

berbagai

aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist)
dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian
peserta

didik

membangun

diarahkan
konsep,

untuk

dan

menemukan

nilai-nilai

baru

sendiri
yang

berbagai

fakta,

diperlukan

untuk

kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan
keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan
(Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan
struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar
bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta
didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan
6

atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi,
sehingga

lebih

memberikan

kesempatan

bagi

berkembangnya

keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan demikian
peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus
berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan
guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model

pembelajaran

membangun
keterampilan

berbasis

kompetensi
proses

keterampilan

dasar

sains,

hidup

sikap

siswa

ilmiah,

proses

sains

melalui
dan

berpotensi

pengembangan

proses

konstruksi

pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya
adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu
kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap
individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
1. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Ilmu-ilmu sosial
(social science)
Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah (scientific), perlu
dipahami

terlebih dahulu mengenai metode ilmiah. Pada umumnya

seseorang selalu ingin memperoleh pengetahuan. Pengetahuan dapat
merupakan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak ilmiah.
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik)
dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada
simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam
rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari
objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsipprinsip penalaran yang spesifik.
Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau
fakta melalui observasi dan eksperimen, kemudian memformulasi dan
menguji hipotesis. Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan
metode ilmiah merujuk pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas
prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Selanjutnya
secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau
mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang
didasarkan pada suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan
7

pendekatan

ilmiah

sebagai

mekanisme

untuk

memperoleh

pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah
ini memerlukan langkah-langkah pokok:
a)
b)
c)
d)
e)

Mengamati
Menanya
Menalar
Mencoba
Membentuk jejaring

Langkah-langkah di atas boleh dikatakan sebagai pembelajaran
terhadap

pengetahuan

ilmiah

yang

diatur

oleh

pertimbangan-

pertimbangan logis dalam ilmu-ilmu sosial. Karena yang dikehendaki
adalah jawaban mengenai fakta-fakta sosial, maka pendekatan dengan
langkah-langkah tersebut dikatakan sangat erat dengan metode
ilmiah.
Prosespembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan
pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran
berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah
keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Hasil

akhirnya

adalah

peningkatan

dan

keseimbangan

antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia
yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak
(hard skills)dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.

8

1)

Mengamati
Metode

mengamati

pembelajaran
keunggulan
nyata,

mengutamakan

(meaningfull

kebermaknaan

learning).

Metode

ini

proses
memiliki

tertentu, seperti menyajikan media obyek secara

peserta

pelaksanaannya.

didik

senang

Dalam

dan

tertantang,

pembelajaran

dan

mudah

ilmu-ilmu

sosial,

pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal sebagai berikut,
contoh:




Proses terbentuknya negara
interaksi sosial
Situs sejarah

Sedangkandalam

pembelajaran

di

kelas,

mengamati

dapat

dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa,
misalnya: video, gambar, grafik, bagan, dsb.
Kegiatan

mengamati

dalam

pembelajaran

dilakukan

dengan

menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
9




Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek



yang akan diobservasi
Menentukan
secara




diobservasi, baik primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan



untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil

jelas

data-data

apa

yang

perlu

observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape
recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam
melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala
rentang (rating scale), catatan anekdot (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat
berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau
faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat
untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya.
Catatan anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh peserta
didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang
ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanik
dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk
memotret

atau

merekam

peristiwa-peristiwa

tertentu

yang

ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.

2)

Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula
dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan
baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu
pula

dia

mendorong

siswa

untuk

menjadi

penyimak

dan

pembelajar yang baik. Artinya guru dapat menumbuhkan sikap
ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan.
Misalnya: Mengapa terjadi kasus pelanggaran HAM? Apakah seni
bangun candi itu asli Indonesia atau ada pengaruh dari luar?
10

Dalam hukum permintaan dinyatakan ketika harga naik maka
jumlah barang yang diminta akan turun, namun kenyataannya
setiap menjelang hari raya walaupun harga cenderung naik tetapi
permintaan juga ikut naik. Mengapa demikian?, dsb. Diusahakan
setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang
bertanya peserta didik. Berikut manfaat / fungsi bertanya:


Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta



didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya



sendiri.
Mendiagnosis



menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan

kesulitan

belajar

peserta

didik

sekaligus

kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan,
dan


pemahamannya

atas

substansi

pembelajaran

yang

diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,



sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Mendorong
partisipasipeserta
didik
dalam
berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir,



dan

menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata,
serta

mengembangkan

toleransi

sosial

dalam

hidup



berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta



sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain.

Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang
lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.

11

Tingkatan
Kognitif yang
lebih rendah

Subtingkatan
 Pengetahuan
(knowledge)

Kata-kata kunci
pertanyaan
 Apa...
 Siapa...
 Kapan...
 Di mana...
 Sebutkan...
 Jodohkan atau
pasangkan...
 Persamaan kata...
 Golongkan...
 Berilah nama...
 Dll.

 Pemahaman
(comprehension)

 Terangkahlah...
 Bedakanlah...
 Terjemahkanlah...
 Simpulkan...
 Bandingkan...
 Ubahlah...
 Berikanlah interpretasi...

 Penerapan
(application

 Gunakanlah...
 Tunjukkanlah...
 Buatlah...
 Demonstrasikanlah...
 Carilah hubungan...
 Tulislah contoh...
 Siapkanlah...
 Klasifikasikanlah...

Kognitif yang
lebih tinggi

 Analisis
(analysis)

 Analisislah...
 Kemukakan bukti-bukti…
 Mengapa…
 Identifikasikan…
 Tunjukkanlah
sebabnya…
 Berilah alasan-alasan…

12

Tingkatan

Subtingkatan
 Sintesis
(synthesis)

Kata-kata kunci
pertanyaan
 Ramalkanlah…
 Bentuk…
 Ciptakanlah…
 Susunlah…
 Rancanglah...
 Tulislah…
 Bagaimanakita dapat
memecahkan…
 Apa yang terjadi
seaindainya…
 Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
 Kembangkan…

 Evaluasi
(evaluation)

 Berilah pendapat…
 Alternatif mana yang
lebih baik…
 Setujukah anda…
 Kritiklah…
 Berilah alasan…
 Nilailah…
 Bandingkan…
 Bedakanlah…

3)

Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta
didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses
berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang
dapat

diobservasi

untuk

memperoleh

simpulan

berupa
13

pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,

meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

3.1 Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif
merupakan cara menalardengan menarik simpulan dari fenomena
atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.
Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat
umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran
deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara
deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme
hipotesis, silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat
premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu

langsung dan tidak

langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis,
sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh:
 Akuntan publik adalah akuntan yang kegiatannya memberikan
jasa

untuk

kepentingan

perusahaan

dengan

sejumlah

pembayaran tertentu, atau disebut juga akuntan ekstern.
 Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja sebagai
pemeriksa atau auditor untuk pemerintah atau negara.
 Akuntan pendidik adalah akuntan yang bekerja sebagai pengajar
atau dosen di perguruan tinggi.

14

 Akuntan Intern atau Akuntan Perusahaan adalah akuntan yang
bekerja dalam perusahaan dan bertugas khusus di bidang
akuntansi intern untuk membantu pengelola perusahaan.
 Simpulan

Akuntan

publik,

Akuntan

pemerintah,

Akuntan

pendidik, Akuntan Intern merupakan jabatan-jabatan dalam
lapangan akuntansi pada berbagai lingkup kegiatan dan bidang
garapannya.

3.2 Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali
menemukan

fenomena

yang

bersifat

analog

atau

memiliki

persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalanya
menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran
dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial
yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran ilmu-ilmu
sosial, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik.
Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu
analogi induktif dan analogi deklaratif. Kedua analogi itu dijelaskan
berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada
dua fenomena atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau
fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua.
Analogi induktif merupakan suatu “metode menalar” yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima
berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua
fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan
Contoh:
Hakekat Pergerakan Nasional bagi peserta didik adalah jiwa
nasionalisme dan ketekunan dalam belajar. Peserta didik adalah
generasi muda yang harus memiliki jiwa nasionalisme dan harus
giat belajar.
15

Analogi deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk
menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide
baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima
apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah diketahui secara
nyata dan dipercayai.
Contoh:
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dilaksanakan
karena adanya sinergitas, saling menghargai, sikap pantang
menyerah antara golongan muda dan golongan tua. Begitu pula
tercapainya suatu prestasi disekolah tidak terlepas dari sinergitas,
saling menghargai, sikap pantang menyerah dari dewan guru,
peserta didik, dan seluruh stake holder sekolah.

3.3 Hubungan Antarfenomena
Seperti

halnya

penalaran

dan

analogi,

kemampuan

menghubungkan antarfenomena atau gejala sangat penting dalam
proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar
peserta didik. Disinilah esensi bahwa guru dan peserta didik
dituntut mampu memaknai hubungan antarfenomena atau gejala,
khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau
beberapa fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang
lain.Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa
fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa
fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif,
yang disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran
induktif sebab akibat terdiri dari tiga jenis.
Hubungansebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat,
hal-hal

yang

menjadi

sebab

dikemukakan

terlebih

dahulu,

kemudian ditarik simpulan yang berupa akibat.
16

Contoh:
 Sehubungan adanya pembuatan jalan oleh Belanda yang
melewati makam leluhur Diponegoro, maka pecahlah perang
Diponegoro melawan Belanda 1825 – 1830 (mapel Sejarah).
 Nilaisuatubarangditentukanjumlahbiaya
yangdikeluarkanuntukmenghasilkanbarangitukembali(biayarepr
oduksi).Olehkarenauntukmenentukannilaisuatubarangtidakberas
alpadabiayaproduksiyangpertamakali,tetapipadabiayaproduksiya
ngdikeluarkansekarang (mapel Ekonomi).
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab,
hal-hal

yang

menjadi

akibat

dikemukakan

terlebih

dahulu,

selanjutnya ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh (Mata pelajaran Sejarah):
 Perang Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda, sampaisampai

Belanda

mengalami

kerugian

besar,

dan

nyaris

dikalahkan, disebabkan Belanda membuat jalan yang melewati
makam leluhur Diponegoro.
 Perjuang bangsa Indonesia

melalui

Pergerakan

Nasional,

mengakibatkan diproklasikan kemerdekaan. Akibat proklamasi
kemerdekaan datanglah Sekutu yaitu Inggris dan Belanda
datang ke Indonesia . Kedatangan Sekutu yang berkeinginan
menjaga status quo, tentu tidak diharapkan oleh pemuda
Indonesia, terjadilah perang.
Contoh (Mata pelajaranEkonomi)
 Nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan oleh produsen untuk membuat barang tersebut.
Semakin tinggi nilai pakai suatu barang, nilai tukarnya akan
semakin tinggi.
 Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi.
Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk
melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan
keluarga

yang

menyebabkan

akut.

Kemiskinan

anak-anak

mereka

keluarga
tidak

yang

akut

berkesempatan

menempuh pendidikan yang baik. Dampak lanjutannya, bukan
tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus berlangsung secara
siklikal.
17

Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan
sebab-akibat 1 –akibat 2, suatu

penyebab dapat menimbulkan

serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab,
sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi
penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.

3.4 Mencoba/mengeksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang
digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan
yang menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran
yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin
baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang
dapat peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana cara
mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk
menggambarkan kegiatan ini adalah “explorative learning”.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada
bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan
interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu
materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada
keterlibatan peserta didik untuk memperluas, memperdalam, atau
menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini peserta didik
menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan
belajar. Peta Konsep yang dikembangkan menunjukan kompleksitas
kegiatan

eksplorasi

dalam

proses

pembelajaran

yang

mengharuskan adanya proses dialog yang : (1) interaktif (2)
adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat
penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan
yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan
tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna.
Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor

yang

menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna,
yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar
autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa
pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman
belajar dari pada pada materi pelajaran.
18

Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses
belajar peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik
menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman
belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam
untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana
membedakan

peran

masing-masing

dalam

kegiatan

belajar

bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas
merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan
respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu peserta didik
menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan
hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan
hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram
serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan mencoba/eksplorasi pada mata pelajaran
ilmu-ilmu sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam
kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya peserta didik
dalam menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan
masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan
ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui

kegiatan

mencoba/eksplorasi

peserta

didik

dapat

mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan
ilmu-ilmu sosial, serta menerapkannya untuk menjawab fenomena
yang ada. Peserta didik juga dapat mengeksploitasi informasi
untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
3.5 Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih
dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi
esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia
yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi

yang

dirancang

secara

baik

dan

disengaja

untuk

memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif

kewenangan guru lebih bersifat

direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang
harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai
19

satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi
dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta
didik

berinteraksi

dengan

empati,

saling

menghormati,

dan

menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan
cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin
peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar
secara bersama-sama.
Tantangan

baru

dinamika

kehidupan

yang

makin

kompleks

menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta
dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu
menjangkau pada situasi baru yang tak terduga.Dengan dukungan
kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong
kemampuan berpikir siswa hingga situasi baru yang tak terduga.
Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan
keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
1. Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau
fenomena baik secara langsung dan/ atau rekonstruksi
sehingga

siswa

mencari

informasi,

membaca,

melihat,

mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut
2. Memfasilitasi diskusi dan Tanya jawab dalam menemukan
konsep, prinsip, hukum,dan teori
3. Mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan eksperimen
4. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah
data, mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena
5. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam
presentasi dengan aplikasi baru yang terduga sampai tak
terduga
Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif
Banyak metode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas
kolaboratif. Beberapa di antaranya dijelaskan berikut ini:


JP = Jigsaw Proscedure.
Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai
anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda
20

mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing peserta
didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan,
tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian
didasari pada rata-rata skor tes kelompok.


STAD = Student Team Achievement Divisions.
Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok

kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok

bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan
seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok
dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh
terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian
didasari pada pencapaian hasil belajar individual maupun
kelompok peserta didik


CI = Complex Instruction
Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang
berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains,
matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Fokusnya adalah
menumbuhkembangkan

ketertarikan

semua

peserta

didiksebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan.
Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang
bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara
para peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari
pada proses dan hasil kerja kelompok.


TAI = Team Accelerated Instruction.
Metodeini

merupakan

kombinasi

antara

pembelajaran

kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota kelompok diberi
soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu.
Setelah

itu

dilaksanakan

penilaian

bersama-sama

dalam

kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan
benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya.
Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan
soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal
lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun
21

berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada
hasil belajar individual maupun kelompok.


CLS = Cooperative Learning Stuctures.
Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok
dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan).
Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus
dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh
poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam
selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua
peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.



LT = Learning Together.
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan
peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu
set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja
kelompok.



TGT = Teams-Games-Tournament.
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri,
para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota
kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masingmasing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh
kelompok peserta didik.



GI = Group Investigation.
Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk
merencanakan

suatu

penelitian

beserta

perencanaan

pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan
apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya

berikut

bagaimana

perencanaan

penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada
proses dan hasil kerja kelompok.


AC = Academic-Constructive Controversy.
22

Pada

metode

ini

setiap

anggota

kelompok

dituntut

kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual
yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing,
baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota
kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan
pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah,
pemikiran

kritis,

pertimbangan,

hubungan

antarpribadi,

kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada
kemampuan

setiap

anggota

maupun

kelompok

mempertahankan posisi yang dipilihnya.


CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.
Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode
pembelajaran

ini

menekankan

pembelajaran

membaca,

menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta
didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata
bahasa,

baik

secara

tertulis

maupun

membentuk

jejaring

yang

lisan

di

dalam

kelompoknya
Siswa

dapat

lebih

luas

dengan

menginformasikan/ berbagi tentang hasil penugasan, proyek atau
makalah melalui berbagai media.

B. Penilaian Autentik
Penilaian autentik (authentic assessment) menurut beberapa sumber
sebagaimana tertulis dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum
2013

adalah

sebagai

berikut:(1)

American

Library

Association

mendefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran; (2) Newton Public School, mengartikan penilaian autentik
sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan
pengalaman

kehidupan

nyata

peserta

didik;

dan

(3)

Wiggins

mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan
dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi

23

dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa,
berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan sebagainya.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
(scientific

approach)

dalam

pembelajaran

sesuai

dengan

tuntutan

Kurikulum 2013.Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.Penilaian autentik
cenderung

fokus

pada

tugas-tugas

kompleks

atau

kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang
meliputi

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan.Karenanya,

penilaian

autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
di SMA.
Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen asesmen yang
memberikan

kesempatan

yang

luas

kepada

peserta

didik

untuk

menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya
dalam

bentuk

tugas:

membaca

dan

meringkasnya,

eksperimen,

mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat
karangan, dan diskusi kelas.
Penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian
portofolio dan penilaian projek. Penilaian autentik disebut juga penilaian
responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta
didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami
kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius.
Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti
seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya
pada proses dan hasil pembelajaran.
Hasil

penilaian

autentik

dapat

digunakan

oleh

pendidik

untuk

merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment),
atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian

autentik

merupakan

penilaian

yang

dilakukan

secara

komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan
24

menggunakan jurnal, penilaian diri, dan/atau penilaian antar teman.
Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan/atau penugasan.
Penilaian keterampilan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian
portofolio.
1.

Pengamatan Sikap
Penilaian

sikap

melalui

pengamatan

dapat

menggunakan

jurnal,

penilaian diri, dan penilaian antar teman. Jurnal adalah catatan
pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian
siswa terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria penilaian
jurnal adalah sbb:


Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.



Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.



Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.



Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara
kronologis.



Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis,
jelas dan komunikatif.



Format

pencatatan

memudahkan

dalam

pemaknaan

terhadap

tampilan sikap peserta didik


menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
peserta didik.

Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian
kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta
didik

diminta

untuk

menilai

dirinya

sendiri

berkaitan

dengan

status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya
dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan
untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian
ranah sikap Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau
acuan

yang

telah

Misalnya, peserta

didik

disiapkan;
diminta

Penilaian
untuk

ranah

menilai

keterampilan

kecakapan

atau

keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria
atau

acuan

yang

telah

disiapkan;

Penilaian

ranah
25

pengetahuan Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu
mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif.
Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta
didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong,
membiasakan, dan melatih peserta didik

berperilaku jujur. Keempat,

menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
Penilaian antar teman adalah penilaian yang dilakukan terhadap
sikap seorang peserta didik oleh seorang (atau lebih) peserta didik
lainnya dalam suatu kelas atau rombongan belajar. Penilaian ini
merupakan bentuk penilaian untuk melatih peserta didik penilai menjadi
pembelajar yang baik.Instrumen sesuai dengan kompetensi

dan

indikator yang akan diukur. Kriteria penilaian antar teman adalah sbb:


Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik



Kriteria penilaian dirumuskan secara simpel atau sederhana



Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik



Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah digunakan
oleh peserta didik



Kriteria penilaian yang digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda/berbeda



Indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata
atau sebenarnya



Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur
(valid)



memuat

indikator

kunci

atau

esensial

yang

menunjukkan

penguasaan satu kompetensi peserta didik


Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur



Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level
terendah sampai kemampuan tertinggi.

2.

Tes tertulis.
Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes
tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih
jawaban terdiri dari

pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,
26

menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian
atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat,

memahami,

mengorganisasikan,

menerapkan,

menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri
yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada

tes

tertulis

memberikan

berbentuk

jawabannya

esai,

sendiri

peserta

yang

didik

berbeda

berkesempatan
dengan

teman-

temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes
tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu
jawaban

terbuka

(extended-response)

atau

jawaban

terbatas

(restricted-response). Hal