Iklan pada media cetak doc

Pola Ketergantungan Media Cetak Memorandum
Terhadap Iklan
Iklan merupakan bagian dari ekonomi yang kini menjadi salah satu tren yang ada di
industri media terutama pada media cetak, yang pada akhirnya mengarah pada kepemilikan.
Kondisi ini terjadi karena pemilik mempertimbangkan untuk memperluas bisnis media yang
sangat besar dari upaya minimum. Iklan biasanya mengacu pada proses mengatasi kendala
ruang dan waktu, hal ini diartikan media mengembangkan sistem jaringan yang saling
berhubungan. Jaringan tersebut adalah sebuah sistem manajemen dalam industri media
terutama di media cetak.
Hal ini, sering mengandung hiper-komersialisme yang akan menyebabkan
keberagaman konten. Jika dikaitkan dengan berita dan iklan, bisa dikatakan disini, berita
adalah suatu karya dari wartawan untuk menjalankan profesi dalam jurnalistik pada kaidahkaidah jurnalisme, salah satunya mengumpulkan dan mengolah informasi dari sumber yang
terpercaya serta dapat mempertanggungjawabkan terhadap atas apa yang disampaikan kepada
kepentingan umum. Sedangkan iklan atau advertising sebagai bentuk pembayaran oleh
sponsor yang bersifat promosi barang, ide atau jasa layanan.
Dalam perindustrian media cetak, advertising atau iklan adalah bisnis media yang sangat
menguntungkan bahkan salah satu bentuk usaha dalam mengembangkan suatu industri media
pers. Bisnis advertising saat ini pun semakin berkembang, dan tentu saja berdampak pada
kemajuan media pers itu sendiri. Media cetak dalam hal ini berperan dalam melihat peluang
untuk bermain mempromosikan spasial dari perusahaan media cetak itu sendiri.
Ketergantungan media tehadap iklan telah lama menjadi perhatian pakar media, Robert

Mc Chesney. Dalam bukunya The Problem of the Media: US Communication Politics in the
21 Century (2004), ia mengungkapkan bahaya komersialisme berlebihan terhadap jurnalisme
professional. Seperti halnya dalam pusaran system ekonomi pasar bebas yang dianut AS,
industry media menjadi salah satu industri yang penting. Namun tekanan ekonomi dan politik
neoliberal yang cenderung dominan kerap mengalahkan pertimbangan etis yang melandasi
praktek jurnalisme professional.1

1

Dikutip dari blogspot ali sodikin dalam aritikel kapitalis media massa
http://angintimur147.blogspot.com/2012/10/teori-pers.html.

1

Posisi yang tidak biasa dari institusi media berada di pusat tiga kekuatan utama yaitu
politik, ekonomi dan teknologi. Pertama, dalam hal ekonomi, tentunya pemilik media
mengiginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kedua, kekuatan politik yang digunakan
pemilik media untuk memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Dan ketiga, teknologi tentunya
berkaitan dengan produk media yang sekarang ini sudah berkembang semakin pesat dalam
menghasilkan produk media yang praktis.

Maka hal ini menyebabkan industri media bukan lagi menjadi institusi sosial melainkan
sebagai institusi ekonomi yang berkaitan juga dengan politik. Media massa khususnya di
media cetak harus mampu merepresentasikan diri sebagai ruang publik dan turut menentukan
dinamika sosial, politik dan budaya, di tingkat lokal.
Melalui pola kepemilikan dan melalui produk-produk yang disajikan, media tersebut
memperangkatkan ideologis yang mengutarakan pada dominasi modal terhadap publik yang
diperlakukan semata-mata sebagai konsumen dan terhadap pemegang kekuasaan untuk
melahirkan regulasi-regulasi yang pro pasar. pola ketergantungan tersebut terbukti pada
Media Memorandum dimana salah satu media cetak yang lebih mengedepankan
ketergantungan terhadap iklan pada media mereka. Media surat kabar harian ini di identik
dengan pemberitaan kriminal yang sensasional.
Media pers Memo adalah salah satu media cetak yang saat ini sering melakukan
pemanfaatan celah-celah kosong pada halamannya untuk meletakkan iklan pada medianya.
Banyak diantara koran mereka meletakkan iklan dicelah-celah berita di halaman pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya. Semua itu
dibuktikan dengan analisa peneliti yang
menemukan kejanggalan-kejanggalan dari
temuan setiap harinya yang berada di media
cetak tersebut, diantaranya;
Surat kabar harian Memo tanggal 25 November

2013

2

Dapat dilihat dari temuan surat kabar harian memorandum pada tanggal 25 Nopember
2013. Dalam temuan koran tersebut, dimana pada tanggal tersebut tentunya menjelang
pemilihan umum badan legislative tentunya banyak iklan politik. Bahkan dalam setiap
halamannya terdapat beberapa tampilan-tampilan iklan baik iklan politik, produk maupun
iklan layanan kesehatan ataupun masyarakat.
Dan

ini

dapat

juga

dibuktikan pula pada temuan
koran harian pada tanggal 23
Juni 2014. Dalam temuan pada

surat

kabar

harian

memorandum, pada halaman
yang pertama ditemukan ada
dua tampilan iklan sekaligus
yakni di halaman atas terdapat
iklan produk minyak wangi cap
Surat kabar harian Memo tanggal 23 juni 2014

kapak dan halaman dan iklan

politik sedangkan dibawah terdapat iklan produk sepeda motor suzuki. Tidak hanya itu juga,
pada koran harian memorandum yang dimuat tersebut hampir 75% adanya tampilan iklan
setiap harinya baik dari iklan produk maupun iklan politik.
Dari fenomena diatas, Jika dibandingkan dengan media cetak Memorandum dengan
media cetak lain (Koran Surya, Metro, Koran Sindo). Media tersebut lebih jauh daripada

media yang lainnya. Jadi, hal yang membedakannya antara surat kabar harian memo dengan
surat kabar lainnya adalah seberapa besar media tersebut mencari ketergantungan ekonomi
dalam menjalankan usahanya dengan menggunakan iklan. Pada umumnya halaman pertama,
memperoleh biaya dalam peletakan iklan sangat cukup menggiurkan mulai dari satuan
sampai belasan juta harga berdasarkan kolom yang diperlukan. Dengan begitu apa yan
dilakukan perusahaan memo adalah mengeksploitasikan untuk mencari modal dengan
menggunakan iklan.
Kecenderungan yang dilakukan media dari surat kabar harian memo mengekploitasi
iklan sebagai daya keuntungannya. Fenomena tersebut diperkuat dari pendapat-pendapat
wartawan dari surat kabar memo, salah satunya dari wartawan investigasi pada surat kabar
memo. Menurut dia, alasan dari media ini mengeksploitasi iklan pada celah-celah halaman,
3

adalah hanya sekedar untuk mencari sebagai modal untuk membiayai kebutuhan dari industri
media ini, kalau tidak begitu, perusahaan media pers ini akan menjadi bangkrut.
Dalam praktik jurnalistik, berita harus menduduki posisi utama dan hampir seluruh isi
surat kabar adalah berita. Bahkan ada yang menganggap iklan itu juga berita tentang produk
dan jasa. Pada umumnya, industri media boleh mencari keuntungan yang sebesar-besarnya,
akan tetapi bagaimanapun juga media sebagaimana mestinya harus mengutamakan dan
memahami fungsi pers, dimana media harus mempertimbangkan fungsi informasi, fungsi

hiburan, fungsi pendidikan dan kontrol sosial. Dan memperhatikan selalu dalam memberikan
informasi yang akurat dan seimbang dan melayani sepenuhnya kepada masyarakat.
Ketergantungan media cetak memo terhadap iklan merupakan salah satu bentuk cara
mengatasi kemerosotan masalah keuangan pada perusahaan dari media sendiri. Akan tetapi
jika diperhatikan kecenderung ini akan menjadi dampak pada permasalahan keberagaman
berita sendiri. Dengan begitu, keseimbangan antara iklan dan berita dengan kata lain bisnis
dalam periklanan jika memperadukkan dengan berita maka berita yang dimuat menjadi tidak
efektif.
Pada kenyataannya sekalipun isi berita itu ada, namun hal itu dapat menurunkan daya
ketertarikan peminat media cetak itu sendiri. Sementara itu kecenderungan ini juga
mengakibatkan penurunan dari kualitas kepercayaan masyarakat.
Oleh karena itu peneliti juga mewawancarai dari pedagang-pedagang koran yang
berada di lampu merah dan sepanjang jalanan. Sepintas dari pengalaman peneliti di
pelabuhan perak pada saat mencari surat kabar harian memo. Sementara itu peneliti bertanya
kepada si penjual koran “apakah ada koran memo, pak?” seraya menjawab (berhentak)
“adhek mas, soallah lok pajuh, beritanah adhek se eminattin dhe oreng!” (tidak ada mas,
karena itu tidak laku, dan beritanya kurang diminati). Dari fenomena pengalaman ini maka
dapat disimpulkan bahwa ketergantungan terhadap iklan sebagai usaha untuk biaya hidup
perusahaan, mengakibatkan kurangnya peminat dari media tersebut. Hal ini dikarenakan
pemilik media terlalu berlebih dalam menampilkan iklan di halaman dan malah

mengutamakan keuntungan dari pasar iklan daripada isi berita dari media sendiri.

Berdasarkan Peran dan Fungsi Pers
4

Pers bisa dikatakan telah menjadi salah satu industry jika dilihat dari organisasi,
pengelolaan, produksi, pemasaran, dan sasaran atau khalayaknya. Di negara maju media
massa telah masuk dalam kelompok perusahaan industry raksasa dengan sasaran khalayak
yang mendunia pula. Manajemen usaha dan informasi/berita telah menjamah berbagai
kawasan benua dan melampaui batas-batas Negara. Dari sudut pandang inilah pers bisa
dikatakan sebagai dunia pasar gagasan.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 butir 1 UU No 40 tahun 1999 bahwa Pers adalah
lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi baik dalam tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang
tersedia. Dalam hal ini pers dalam fungsi dan perannya yakni sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, dan control sosial dan ekonomi.
Berdasarkan hal diatas, sejauh mana media cetak memorandum dalam UU Pers No 40
tahun 1999 yakni pasal 3, apakah sesuai atau belum dalam pencapaian selama 8 tahun, dan

apakah kebablasan?
Dilihat dari Fungsi Informasi,
Media Cetak Surat Kabar Harian Memo dengan berita-berita yang di muat kepada
khalayak adalah cukup sesuai dengan sebagaimana yang di inginkan dalam pers. Pasalnya
informasi yang di muat oleh media tersebut memuat tentang masalah kriminalitas, hukum dan
politik. Jadi informasi yang diperoleh masyarakat cukup untuk memberikan informasi yang
teratur. Dalam hal ini media tersebut cukup memberikan informatif kepada masyarakat ramai,
sebagaimana dalam menjalankan fungsi pers terhadap apa yang dimuat setiap harinya oleh
media pers tersebut.
Dan dijelaskan pula dalam ketentuan UU No 40 Tahun 1999 pasal 1 bahwa
perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi
perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya
yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

Namun, kadang-kadang informasi yang dimuat hanya sekedar menyampaikan kepada
khalayak saja, akan tetapi tidak lebih memperhatikan apakah informasi tersebut dapat
5

membagun atau tidak untuk khalayak dan oleh karena itu pers menyebutnya sebagai Agent of
Change.

Dilihat dari fungsi Mendidik
Masih sejalan dari segi Informasi, Media cetak Surat Kabar Harian Memo jika
dikaitkan dengan fungsi edukatif, berdasarkan analisa yang ditemukan bahwa surat kabar
harian Memo jarang ditemukannya berita-berita yang dimuat bersifat edukatif dalam
berperilaku sosial. Akan tetapi edukatif yang diterapkan di media tersebut sangatlah tidak
efektif.
Pasalnya berita yang dimuat dalam kesehariannya selalu memberitakan masalah
kriminal yang sensasional sehingga masyarakat menilai bahwa berita yang dimuat bersifat
edukatif yang monoton.
Hal ini dikarenakan bahwa surat kabar harian lebih mengedepankan berita
kriminalitas dan politik. Tak heran dari analisa yang ditemukan khususnya masyarakat,
mereka kurang begitu diminati oleh pembaca . Oleh karena itu, media harus memperhatikan
informasi yang di sampaikan harus benar-benar secara mendidik atau edukatif. Berita-berita
yang dimuat pun kepada khalayak pun harus benar-benar kaya dengan informasi yang
mendidik. Hal itu mampu meningkatkan kecerdasan dan pekerti masyarakat. Sementara itu,
berita-berita yang mengandung adanya fungsi edukatif atau mendidik, di perkaya lagi dengan
ulasan-ulasan seperti berita atau laporan yang mendalam, tajuk rencana, artikel opini, dan
kolom.
Dilihat dari fungsi Menghibur
Dari hasil analisa yang ditemukan di media cetak Surat Kabar Harian Memo, bahwa

media ini di temukannya informasi sebagai hiburan atau entertain. Dalam hal ini di dunia
entertain pemilik media seakan-akan memilih-milah mana yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan. Perusahaan media tersebut meletakkan fungsi hiburannya seakan-akan
untuk lebih mementingkan menjadikan dunia bisnis seperti dunia selebriti. Selain itu, fungsi
dari entertain sendiri adalah sumber dari keterkaitan minat baca seseorang seperti
menampilkan cerpen, cerita, dunia tari, karikatur dan lain-lain sehingga dengan adanya fungsi
tersebut masyarakat dalam membacanya terasa ringan, reflektif, segar, penuh warna, lucu dan
lain sebagainya.

6

Kita perlu tahu bahwa kemuliaan peran media massa yang utama justru terletak pada
kemampuannya

menyajikan

hiburan

yang


sekaligus

mendidik

sehingga

dapat

mengembangkan kebudayaan.
Dilihat dari fungsi kontol
Berdasarkan hasil dari analisa di media cetak Surat Kabar Harian Memo,
pengontrolan pers ini bisa dikatakan adanya keterbukaan. Maksudnya, keterbukaan dari
semua pihak mulai dari adanya pengoreksian, pengawasan, bahkan kritikan pun disampaikan,
dalam arti atas hasil yang diperoleh. Sehingga dengan keterbukaan semua pihak
mengakibatkan informasi yang di peroleh secara jujur, berimbang, dan actual.
Dalam iklim sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu, fungsi dan peran media
tersebut sering menunjukkan perbedaan yang mendasar. Pada masyarakat dan pemerintahan
yang terbuka, peran social control media tersebut lebih sering mengemuka dan laporan
beritanya sangat mengutamakan interpretasi, bahkan permasalahan investigasi sangat
diutamakan oleh pemimpin redaksinya.
Namun media ini kadang menunjukkan peran dan fungsi lainnya seperti
memanfaatkan untuk keperluan propaganda, kampanye serta kegiatan sarana dan persuasi
untuk kegiatan pemasaran produk atau jasa yang semata-mata untuk mencari keuntungan.
Dilihat dari fungsi ekonomi
Media dalam fungsi ekonomi merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan
bisnisnya sebagai profit dari media massa. Salah satunya sebagai contoh yaitu dari Media
Surat Kabar Harian Memo, hal ini dilihat dari hasil terbitan hariannnya mereka lebih
mengutamakan fungsi ekonomi daripada isi beritanya. Mereka lebih melayani dalam sistem
ekonomi melalui ekonomiBahkan mereka memanfaatkan disela-sela halamannya untuk
meletakkan iklan produk dan jasa. Oleh karena itu mereka mengganggap iklan dengan
menduduki posisi teratas daripada isi berita. Sehingga arus peredaran uang dalam industri
perusahaan mereka membuat sebagian orang menyebutnya kehidupan jurnalisme adalah
dunia jual beli berita.
Dari penjelasan di atas, maka peran dan fungsi media dari surat kabar harian memo
ada yang sesuai, belum sesuai dan kebablasan dengan apa yang diharapkan dalam UU UU
Pers No 40 tahun 1999 pasal 3. Pasalnya dari kelima fungsi tersebut, yang sesuai dengan apa
7

yang diharapkan yaitu dari segi informasi. Sedangkan yang belum sesuai adalah dari segi
Hiburan, edukatif dan kontrol sosial.
Bahkan dalam peran dan fungsi dari media ini adanya kebablasan dalam menjalankan
tugasnya sebagai media pers salah satunya yaitu dari segi ekonomi. Bahkan meskipun
perusahaan media tersebut mengedepankan dengan pemberitaan krminal akan tetapi
bagaimanapun juga perusahaan media harus menonjolkan juga dari fungsi hiburan, edukatif,
dan control sosial.
Berdasarkan dari fenomena apa yang dilakukan media tersebut bahwa ideologi pers
media ini adalah ideologi yang menganut sistem liberal. Hal ini didasarkan oleh adanya peran
dan fungsi pers yang sudah di jelaskan. Pada konsep ideologi mempunyai dua pengertian
yang bertolak belakang yaitu secara negative dan positif. Secara negatif, ideologi di persepsi
sebagai suatu pandangan yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk
membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka. Sedangkan secara positif,
ideology dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan
penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial.
Begitulah kesimpulan yang bisa kita peroleh dari Jorge Larrain (1996), ketika berbicara
mengenai konsep ideology (Sunarto, 2001:31).2
Ideology ini dapat diketahui dengan adanya ciri-ciri yang saat ini dijalankan oleh
media cetak tersebut. Dalam hal ini peneliti mecantumkan ciri-dari ideologi liberal atas
fenomena yang terjadi, antara lain;
Pertama, memuja fakta dan obyektivitas sehingga mengabaikan “kearifan” dan harmoni.
Berdasarkan dari fenomena diatas, dapat dilihat bahwa kepemilikan dari media
tersebut dalam peran fungsi pers lebih mengandalkan pemberitaan dengan memujakan fakta.
Maka dari itu hal ini dibuktikan dari surat kabar harian mereka yang lebih mengedepankan
tindak criminal dengan memujakan fakta dan obyektifitas.
Kedua, berpihak pada pasar modal.
Dari ciri-ciri yang kedua, hal ini sudah jelas bahwa media dari surat kabar harian
memo lebih senang mengutamakan bisnis daripada tanggung jawabnya sebagai pers. Dimana
perusahaan media ini mengandalkan pasar modal dalam memperoleh keuntungan yang
sebesa-besarnya.
22 Dikutip dari buku Drs. Alex Sobur, M.Si. 2004. Analisis Teks Media.Bandung.RosdaKarya.hlm61

8

Ketiga, mendorong konsumerisme.
Artinya kepemilikan media hanya menargetkan pada konsumennya saja dengan
mengajak para konsumen untuk bekerja sama dengan pemilik media melalui medianya.
Keempat, tak ada perhatian pada pendidikan dan pelestarian budaya.
Hal ini sudah jelas sebagaimana perusahaan media tersebut di identik dalam pengisian
berita dengan mengutamakan pemberitaan kriminal yang sensasional. Sehingga perhatian dari
pendidikan dan pelestarian budaya jarang ditemukan. Dengan kata lain, perusahaan media
tersebut tidak memperhatikan hal-hal tersebut malahan lebih mementingkan bagaimana
perusahaan tersebut dapat tetap bertahan dan berjalan sesuai apa yang dikehendaki oleh
pemilik media.
Dengan begitu, dari apa yang ditemukan di surat kabar harian memo berdasarkan dari
ciri-ciri diatas maka sudah jelas bahwa mereka menganut ideologi liberal. Hal ini dapat
dilihat dari kecenderungan pemilik media untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
melalui iklan. Bahkan kebabablasan sebagai lembaga ekonomi, membuat isi berita semakin
tidak lagi menjadikan sebagai pers.
Maka atas adanya ide atau pandangan kebebasan membuat dari pemilik media
tersebut secara langsung dan tidak langsung memisahkan dengan isi berita. Dari segi
kepemilikan media, pemilik media cetak tersebut hanya dalam berurusan dengan strategi
bisnis pasar modal saja sedangkan dari segi isi berita, isi berita diserahpasrahkan sebagai
tanggung jawab kepada redaksi.
Tidak adanya campur tangan pemilik media terhadap isi berita baik secara langsung
ataupun tidak langsung justru digunakan sebagi bahan dari pemanfaatan media untuk
kepentingan-kepentingan tertentu. Dengan begitu pemilik media tersebut lebih leluasa
mengutamakan kepentingan bisnis dan politik. Dimana kepentingan tersebut lebih dominan
dalam arti berprioritas kepada pemilik media itu sendiri.
Dalam berpolitik pun keikutcampuran media tersebut dalam mengolah kepentingan
yang berada di media tersebut terutama keikutsertaannya dalam berpartai politik.
Sebagaimana apa yang dimuat dalam media tersebut.
Berikut cuplikan foto yang diambil dalam surat kabar harian memo pada tanggal 23
juni 2013:
9

Dalam cuplikan foto ini dapat disimpulkan Bahwa pemilik media turut ikut campur dalam
permainan politik. Hal ini dikarenakan pemilik media adanya kepentingan-kepentingan yang
ia bawa.
Hal ini di buktikan dengan adanya dukungan dari pemilik media dengan memuat berita
tentang calon presiden Prabowo-Hatta pada bagian halaman pertama. Sedangkan apa yang
Campur tangan pemilik media terhadap politik

dilihat dibagian bawah adalah
masalah berita politik dimana
dalam

tulisan

judul

tersebut

sebagai penguat dari pesan iklan
politik yang dibawanya oleh
pemilik media.
Sebenarnya media pada
umumnya boleh-boleh saja dalam
mengikutcampurkan
politik

ke

medianya

partai
dengan

syarat menjadikan sarana untuk mengontrol politik serta bisa mencerdaskan khalayak. Akan
tetapi ada yang salah dari media surat kabar harian Memo, dari cuplikan diatas pemilik media
seakan-akan memanfaatkan akan moment tersebut demi kepentingan partai politik yang di
bawanya melalui iklan atau berita. Dari fenomena tersebut bukan hanya dari media tersebut
saja tapi media lainnya juga memanfaatkan medianya sebagai alat untuk mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya. Dengan adanya ketergantungan media ini terhadap iklan, membuat
antara isi berita dan iklan tidak selaras dengan apa yang di tentukan oleh UU 40 Pers Tahun
1999 pasal 1.

Landasan Teori
Pers
Guru besar Ilmu Komunikasi FISIP UI Prof. Dr. Muhammad Budyatna mendefinisikan apa
yang dimaksud dengan pers?
10

Pers berasal dari perkataan belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers
merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris yang juga berarti menekan atau
mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi
yang dilakukan dengan perantara barang cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini
digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan
dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh wartwan
media cetak.
Pers
Ideologi
Menurut Karl Max (1818-1883) dan Fredrich Engels (1820-1895) melihat ideology sebagai
fabrikasi atau pemalsuan yang digunakan oleh sekelompok orang tertentu untuk
membenarkan diri mereka sendiri. Karena itu, konsep ideology tersebut jelas sangat subjectif
dan keberadaannya hanya untuk melegitimasi kelas penguasa di tengah masyarakat. Menurut
Marx dan Eangels, ideology atau gagasan politik dominan di setiap masyarakat akan selalu
mencerminkan kepentingan dari kelas yang berkuasa. Hal ini menurut mereka, di dasarkan
pada interpretasi yang tidak benar pada sifat politik.
Sementara itu peneliti melandaskan teori pada buku catatan atas apa yang diperoleh oleh
dosen matakuliah Hukum Media Massa pada fenomena ini.

Daftar Pustaka
Hikmat Kusumanigrat dan Purnama Kusumaningrat. 2012. Jurnalistik Teori dan Praktik.
Bandung. Rosda Karya.
Sedia Willing Barus. 2010. Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta. Erlangga.
Drs. Alex Sobur, M.Si. 2004. Analisis Teks Media. Bandung. Rosda Karya

11

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22