DASAR DASAR ILMU POLITIK docx

DASAR-DASAR ILMU POLITIK
25 Januari 2010 oleh ghostrazieneramochin

DASAR-DASAR ILMU POLITIK
BAB I PENDAHULUAN
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penyusunan makalah dengan judul Dasar-dasar Ilmu Politik dapat berjalan tanpa halangan yang
berarti, dari awal sampai selesai.
Penulisan makalah ini berdasarkan literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang
sangat terbatas sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun makalah
yang disajikan sedikit banyak bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa lain pada
umumnya.
Dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih atas bimbingan, bantuan serta saran dari berbagai
pihak.
Ilmu politik merupakan salah satu ilmu tertua dari berbagai ilmu yang ada. Meskipun beberapa cabang
ilmu pengetahuan yang ada telah mencoba melacak asal-usul keberadaannya hingga zaman yunani
kuno, akan tetapi hasil yang dicapai tidak segemilang apa yang telah sicapai oleh ilmu politik. Ketika
kita menggunakan istilah ideology baik dalam bahasa social, politik maupun wacana kehidupan seharihari, berarti kita menggambarkan sebuah konsep yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Dalam
makalah kami akan memaparkan tentang dasar-dasar ilmu politik.
A. Latar belakang
Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari proses demokratisasi.

Keinginan ini menjadi sangat penting bagi masyarakat dalam proses pembangunan politik bagi
negara-negara berkembang, karena di dalamnya ada hak dan kewajiban masyarakat yang dapat
dilakukan salah satunya adalah berlangsung dimana proses pemilihan kepala negara sampai dengan
pemilihan walikota dan bupati dilakukan secara langsung. Sistem ini membuka ruang dan membawa
masyarkat untuk terlibat langsung dalam proses tersebut.
Di Indonesia pemilihan kepala daerah langsung merupakan sejarah terhadap proses demokratisasi
yang berlangsung setelah adanya reformasi. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan titik
awal yang bagus bagi terciptanya proses demokratisasi di negara kita, karena sistem ini sangat
menghargai partisipasi politik masyarakat. Dalam sistem poitik kita hari ini yang sedang berlansung
dimana proses pemilihan kepala negara (presiden) sampai dengan pemilihan walikota dan bupati di

lakukan secara langsung, sistem ini membuka ruang dan membawa masyarakat untuk terlibat
langsung dalam proses tersebut.
B. Tujuan
Untuk menciptakan modernisasi politik maka dibutuhkan partisipasi politik masyarakat. Apalagi
Indonesia saat ini sedang melakukan pembangunan politiknya sesuai dengan nilai-nilai demokrasi baik
sistemnya maupun manusianya. Partisipasi politik masyarakat sangat berpengaruh atas hasil-hasil
yang akan di capai dalam proses pemilihan. Partisipasi menurut Samuel P. Hutington dan Jean Nelson
adalah
“…kegiatan yang dilakukan oleh para warga negara, individu-individu dengan tujuan mempengaruhi

pengambilan keputusan pemerintah…”
Partisipasi masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
terlihat jelas peran serta dan partisipasi masyarakat dalam proses politik. Untuk itu partisipasi dan
pembangunan politik dari masyarakat merupakan prasyarat terhadap proses demokratisasi. Dukungan
yang efektif bagi suatu pergeseran yang besar dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi atau
sosial biasanya berasal dari partisipasi kolektif yang terorganisasi yang dapat tampil dalam berbagai
bentuk.
Pertama, ia mencakup kegiatan-kegiatan akan tetapi bukan sikap-sikap atau perilaku politik yang
biasanya dipengaruhi oleh orientasi nilai individu dan sebagainya.
Kedua, kegiatan politik warga negara perorangan-perorangan dalam peranan mereka sebagai warga
negara preman. Partisipasi politik mencakup kegiatan pejabat-pejabat pemerintah, pejabat-pejabat
partai, calon-calon politik, dan looblyst profesional yang bertindak di dalam peranan-pernan itu.
Ketiga, kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.
Kegiatan yang demikian difokuskan terhadap pejabat-pejabat umum, mereka yang pada umumnya
diakui mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan yang final mengenai pengalokasian nilainilai secara otoritatif di dalm pengelolaan sebuan perusahaan swasta agar menaikan tingkat upah
maksimum merupakan partisipasi politik.
Di Indonesia masyarakat hari ini mempunyai peran dan fungsi yang besar dalam melakukan proses
demokratisasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lucian Pye bahwa

“salah satu unsur pembangunan politik dalam negara berkembang harus adanya partisipasi dan

ketertiban masyarakat dalam politik, baik dalam proses pengambilan kebijakan maupun dalam proses
politik yang lain”.
Partisipasi politik itu sendiri akan mendukung proses demokratisasi sesuai dengan nilai-nilai demokrasi
yaitu adanya keterbukaan, adanya kebebasan dan adanya aturan main.
Dalam hal ini masyarakat seolah diberikan kebebasan dalam proses partisipasi politik, maka untuk
mewujudkan negara yang demokratis aakn semakin mudah karena masyarakat akan semakin paham
dan mengerti atas hak dan kewajiban politiknya yang kemudian muncuk kemandirian dan
pembangunan politik yang sehat di negara berkembang, karena sesungguhnya negara berkembang
harus bisa memberikan pelajaran kepada masyarakat tentang partisipasi politik dalam keranga
pembangunan politik untuk menciptakan domokratisasi sesuai dengan cita-cita masyarakat.
Pengaruh yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah bahwa dengan partisipasi politik
masyarakat juga akan mendorong kesadaran berpolitik masyarakat, yang lebih penting bagi kehidupan
politiknya adalah masyarakat akan menjadi lebih cerdas dan terlatid dengan polihan-pilihan politiknya
sesuai dengan kepentingannya.
Proses-proses demokrasi dalam konteks ini seperti partisipasi lokal sangat penting untuk mewujudkan
pemerintahan daerah yang dinamis, damai sejahtera dan mampu menyerap kepentingan masyarakat
bawah.
C. Manfaat
Makalah ini di buat bertujuan untuk memperkenalkan Ilmu Politik secara menyeluruh dan memberikan
pemahaman dasar-dasar ilmu politik serta berbagai masalah yang erat kaitannya dengan ilmu

tersebut.
Memberikan kemampuan untuk mengenali dan memahami keadaan sosial dan politik Indonesia yang
ruang lingkupnya dimulai dengan munculnya zaman modern. Masuknya paham liberal ke Indonesia
mengubah struktur sosial ekonomi dan politik bangsa Indonesia.
Untuk memberikan kerangka berpikir teoritis dalam memahami poiltik internasional sebagai salah satu
bagian terpenting dalam studi hubungan internasional, tradisi-tradisi filosofis yang mendasari teoriteori besar politik internasional saat ini, aspek power dan ekonomi politik dalam hubungan
internasional, termasuk di dalamnya adalah pembahasan mengenai berbagai macam pandangan

teoritis terhadap peranan ekonomi politik dalam hubungan internasional, perusahaan-perusahaan
multinasional (MNCs), masalah-masalah politik lingkungan hidup global dalam hubungan internasional.
Untuk memahami ide-ide politik atau pemikiran politik secara umum yang ada pada jaman klasik,
jaman baru, sampai pada pemikiran politik dewasa ini. Setiap pemikir politik dan ide pemikirannya
dikupas dan dihubungkan dengan pemikiran politik dewasa ini.
BAB II TOTAL SINOPSIS
Sebelum mendefinisikan apa itu ilmu politik, maka perlu diketahui lebih dulu apa itu politik. Secara
etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani ”polis” yang berarti kota yang berstatus negara. Secara
umum istilah politik dapat diartikan berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut
proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha
menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang

Yunani Kuno terutama Plato danAristoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.
Apabila ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang
memiliki dasar, rangka, fokus, dan ruang lingkup yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu politik
masih muda usianya karena baru lahir pada akhir abad ke-19. Pada tahap itu ilmu politik berkembang
secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya,
sepertisosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi, dan dalam perkembangan ini mereka saling
mempengaruhi.
Akan tetapi, apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas, yaitu sebagai pembahasan
secara rasional dari berbagai aspek negara dan kehidupan politik, maka ilmu politik dapat dikatakan
jauh lebih tua umurnya. Bahkan ia sering dinamakan ilmu sosial yang tertua di dunia. Pada taraf
perkembangan itu ilmu politik banyak bersandar pada sejarah dan filsafat.
Di Indonesia kita mendapati beberapa karya tulis yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan,
seperti misalnya Negarakertagama yang ditulis pada masa Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke-15
Masehi dan Babad Tanah Jawi. Sayangnya di negara-negara Asia tersebut kesusastraan yang
mencakup politik mulai akhir abad ke-19 telah mengalami kemunduran karena terdesak oleh
pemikiran Barat yang dibawa oleh negara-negara seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan
Belanda dalam rangka imperialisme.

Di negara-negara benua Eropa seperti Jerman, Austria, dan Prancis bahasan mengenai politik dalam
abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah

negara semata-mata. Bahasan mengenai negara termasuk kurikulum Fakultas Hukum sebagai mata
kuliah Ilmu Negara (Staatslehre). Di Inggris permasalahan politik dianggap termasuk filsafat, terutama
moral philosophy, dan bahasannya dianggap tidak dapat terlepas dari sejarah. Akan tetapi dengan
didirikannya Ecole Libredes Sciances Politiques di Paris (1870) dan London School of Economics and
Political Science (1985) , ilmu politik untuk pertama kali di negara-negara tersebut dianggap sebagai
disiplin tersendiri yang patut mendapat tempat dalam kurikulum perguruan tinggi. Namun demikian,
pengaruh dari ilmu hukum, filsafat dan sejarah sampai perang dunia II masih tetap terasa.
Menurut Miriam Budiardjo dalam buku ”Dasar-dasar Ilmu Politik”, ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari tentang perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan
yang baik. Orang Yunani seperti Plato dan Aristoteles menyebutnya sebagai en dam onia atau the
good life (kehidupan yang baik).
Menurut Goodin dalam buku “A New Handbook of Political Science”, politik dapat diartikan sebagai
penggunaan kekuasaan social secara paksa. Jadi, ilmu politik dapat diartikan sebagai sifat dan sumber
paksaan itu serta cara menggunakan kekuasaan social dengan paksaan tersebut.
Beberapa definisi berbeda juga diberikan oleh para ahli , misalnya:


Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari lingkungan kenegaraan.




Menurut Seely dan Stephen Leacock, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam
menangani pemerintahan.



Dilain pihak pemikir Prancis seperti Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu yang
mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan, Pendapat ini
didukung juga oleh R.N. Gilchrist.
Ilmu politik secara teoritis terbagi kepada dua yaitu :



Valuational artinya ilmu politik berdasarkan moral dan norma politik. Teori valuational ini
terdiri dari filsafat politik, ideologi dan politik sistematis.



Non valuational artinya ilmu politik hanya sekedar mendeskripsikan dan mengkomparasikan

satu peristiwa dengan peristiwa lain tanpa mengaitkannya dengan moral atau norma.
Perkembangan Ilmu Politik
Ilmu politik adalah salah satu ilmu tertua dari berbagai cabang ilmu yang ada. Sejak orang mulai hidup
bersama, masalah tentang pengaturan dan pengawasan dimulai. Sejak itu para pemikir politik mulai
membahas masalah-masalah yang menyangkut batasan penerapan kekuasaan, hubungan antara yang

memerintah serta yang diperintah, serta sistem apa yang paling baik menjamin adanya pemenuhan
kebutuhan tentang pengaturan dan pengawasan.
Ilmu politik diawali dengan baik pada masa Yunani Kuno, membuat peningkatan pada masa Romawi,
tidak terlalu berkembang di Zaman Pertengahan, sedikit berkembang pada Zaman Renaissance dan
Penerangan, membuat beberapa perkembangan substansial pada abad 19, dan kemudian berkembang
sangat pesat pada abad 20 karena ilmu politik mendapatkan karakteristik tersendiri.
Ilmu politik sebagai pemikiran mengenai Negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M. seperti dalam
karya Herodotus, Plato, Aristoteles, dan lainnya. Di beberapa pusat kebudayaan Asia seperti India dan
Cina, telah terkumpul beberapa karya tulis bermutu. Tulisan-tulisan dari India terkumpul dalam
kesusasteraan Dharmasatra dan Arthasastra, berasal kira-kira dari tahun 500 S.M. Di antara filsuf Cina
terkenal, ada Konfusius, Mencius, dan Shan Yang(±350 S.M.).
Di Indonesia sendiri ada beberapa karya tulis tentang kenegaraan, misalnya Negarakertagama sekitar
abad 13 dan Babad Tanah Jawi. Kesusasteraan di Negara-negara Asia mulai mengalami kemunduran
karena terdesak oleh pemikiran Barat yang dibawa oleh Negara-negara penjajah dari Barat.

Di Negara-negara benua Eropa sendiri bahasan mengenai politik pada abad ke-18 dan ke-19 banyak
dipengaruhi oleh ilmu hukum, karena itu ilmu politik hanya berfokus pada negara. Selain ilmu hukum,
pengaruh ilmu sejarah dan filsafat pada ilmu politik masih terasa sampai perang Dunia II.
Di Amerika Serikat terjadi perkembangan berbeda, karena ada keinginan untuk membebaskan diri dari
tekanan yuridis, dan lebih mendasarkan diri pada pengumpulan data empiris. Perkembangan
selanjutnya bersamaan dengan perkembangan sosiologi dan psikologi, sehingga dua cabang ilmu
tersebut sangat mempengaruhi ilmu politik. Perkembangan selanjutnya berjalan dengan cepat, dapat
dilihat dengan didirikannya American Political Science Association pada 1904.
Perkembangan ilmu politik setelah Perang Dunia II berkembang lebih pesat, misalnya di Amsterdam,
Belanda didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, walaupun penelitian tentang negara di Belanda
masih didominasi oleh Fakultas Hukum. Di Indonesia sendiri didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, seperti di Universitas Riau. Perkembangan awal ilmu politik di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh ilmu hukum, karena pendidikan tinggi ilmu hukum sangat maju pada saat itu.Sekarang, konsepkonsep ilmu politik yang baru sudah mulai diterima oleh masyarakat.
Di negara-negara Eropa Timur, pendekatan tradisional dari segi sejarah, filsafat, dan hukum masih
berlaku hingga saat ini. Sesudah keruntuhan komunisme, ilmu politik berkembang pesat, bisa dilihat

dengan ditambahnya pendekatan-pendekatan yang tengah berkembang di negara-negara barat pada
pendekatan tradisional.
Perkembangan ilmu politik juga disebabkan oleh dorongan kuat beberapa badan internasional, seperti
UNESCO. Karena adanya perbedaan dalam metodologi dan terminologi dalam ilmu politik, maka

UNESCO pada tahun1948 melakukan survei mengenai ilmu politik di kira-kira 30 negara. Kemudian,
proyek ini dibahas beberapa ahli di Prancis, dan menghasilkan buku Contemporary Political Science
pada tahun 1948. Selanjutnya UNESCO bersama International Political Science Association (IPSA) yang
mencakup kira-kira ssepuluh negara, diantaranya negara Barat, di samping India, Meksiko, dan
Polandia. Pada tahun 1952 hasil penelitian ini dibahas di suatu konferensi di Cambridge, Inggris dan
hasilnya disusun oleh W. A. Robson dari London School of Economics and Political Science dalam buku
The University Teaching of Political Science. Buku ini diterbitkan oleh UNESCO untuk pengajaran
beberapa ilmu sosial(termasuk ekonomi, antropologi budaya, dan kriminologi) di perguruan tinggi.
Kedua karya ini ditujukan untuk membina perkembangan ilmu politik dan mempertemukan pandangan
yang berbeda-beda.
Pada masa-masa berikutnya ilmu-ilmu sosial banyak memanfaatkan penemuan-penemuan dari
antropologi, sosiologi, psikologi, dan ekonomi, dan dengan demikian ilmu politik dapat meningkatkan
mutunya dengan banyak mengambil model dari cabang ilmu sosial lainnya. Berkat hal ini, wajah ilmu
politik telah banyak berubah dan ilmu politik menjadi ilmu yang penting dipelajari untuk mengerti
tentang politik.
Ilmu politik memiliki beberapa konsep. Konsep-konsep ini merupakan hal-hal yang ingin dicapai dalam
politik. Pada paper ini akan dibahas tentang konsep-konsep tersebut, sumber kekuasaan, serta
perbedaan antara kekuasaan dan kewenangan, dengan beberapa sumber seperti buku dan internet.
Berikut pembahasannya secara ringkas.
1. Power (Kekuasaan)

Power sering diartikan sebagai kekuasaan. Sering juga diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki
oleh suatu pihak yang digunakan untuk memengaruhi pihak lain, untuk mencapai apa yang diinginkan
oleh pemegang kekuasaan. Max Weber dalam bukunya Wirtschaft und Gesselshaft menyatakan,
kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri
meskipun mengalami perlawanan. Pernyataan ini menjadi rujukan banyak ahli, seperti yang
dinyatakan Harold D. Laswell dan A. Kaplan,” Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang

atau kelompok dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak
pertama.”
Kekuasaan merupakan konsep politik yang paling banyak dibahas, bahkan kekuasaan dianggap identik
dengan politik. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “Ilmu politik mempelajari
pembentukan dan pembagian kekuasaan.”
2. Authority (Kewenangan)
Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Kewenangan biasanya
dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan kewenangan secara bijaksana merupakan faktor kritis
bagi efektevitas organisasi.
Kewenangan digunakan untuk mencapai tujuan pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan
biasanya dikaitkan dengan kekuasaan. Robert Bierstedt menyatakan dalam bukunya an analysis of
social power , bahwa kewenangan merupakan kekuasaan yang dilembagakan. Seseorang yang
memiliki kewenangan berhak membuat peraturan dan mengharapkan kepatuhan terhadap
peraturannya.
3. Influence (Pengaruh)
Norman Barry, seorang ahli, menyatakan bahwa pengaruh adala suatu tipe kekuasaan, yang jika
seorang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak
demikian, sekalipun ancaman sanksi terbuka bukan merupakan motivasi pendorongnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan pengaruh tidak bersifat terikat untuk mencapai sebuah tujuan.
Pengaruh biasanya bukan faktor satu-satunya yang menentukan tindakan pelakunya, dan masih
bersaing dengan faktor lainnya. Bagi pelaku masih ada faktor lain yang menentukannya bertindak.
Walaupun pengaruh sering kurang efektif dibandingkan kekuasaan, pengaruh lebih unggul karena
terkadang ia memiliki unsur psikologis dan menyentuh hati, dan karena itu sering berhasil.
4. Persuasion (Ajakan)
Persuasi adalah kemampuan untuk mengajak orang lain agar mengubah sikap dengan argumentasi,
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan orang yang mengajak. Dalam politik, persuasi
diperlukan untuk memperoleh dukungan. Persuasi disini dilakukan untuk ikut serta dalam suatu
komunitas dan mencapai tujuan komunitas tersebut. Persuasi bersifat tidak memaksa dan tidak

mengharuskan ikut serta, tapi lebih kepada gagasan untuk melakukan sesuatu. Gagasan ini
dinyatakan dalam argumen untuk memengaruhi orang atau kelompok lain.
5. Coercion (Paksaan)
Paksaan merupakan cara yang mengharuskan seseorang atau kelompok untuk mematuhi suatu
keputusan. Peragaan kekuasaan atau ancaman berupa paksaan yang dilakukan seseorang atau
kelompok terhadap pihak lain agar bersikap dan berperilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan
pemilik kekuasaan.
Dalam masyarakat yang bersifat homogen ada konsensus nasional yang kuat untuk mencapai tujuantujuan bersama. Paksaan tidak selalu memengaruhi dan tidak tampak. Dengan demikian, di negara
demokratis tetap disadari bahwa paksaan hendaknya digunakan seminimal mungkin dan hanya
digunakan untuk meyakinkan suatu pihak.
Contoh dari paksaan yang diberlakukan sekarang adalah sistem ketentuan pajak. Sifat pajak ini
memaksa wajib pajak untuk menaati semua yang diberlakukan dan apabila melanggar akan dikenai
sanksi.
6. Acquiescence (Perjanjian)
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana satu pihak membuat janji kepada pihak lain untuk
melaksanakan satu hal. Oleh karena itu, perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang
melakukan perjanjian. Perjanjian dilaksanakan dalam bentuk lisan atau tulisan. Acquiescence diartikan
sebagai perjanjian yang disetujui tanpa protes.
Sumber-sumber Kekuasaan
Seorang yang memiliki sesuatu, tentu mempunyai sumber darimana ia mendapatkan sesuatu
tersebut. Demikian halnya dengan kekuasaan. Kekuasaan datang dari berbagai sumber, diantaranya
kedudukan, kekayaan, dan kepercayaan. Seorang atasan dapat memerintahkan bawahannya agar
melakukan sesuatu. Jika bawahan melanggar perintah atasan, maka bawahan bisa dikenai sanksi.
Seseorang yang memiliki kekayaan dapat memiliki kekuasaan. Misalnya seorang konglomerat dapat
menguasai suatu pihak yang didanainya. Kepercayaan atau agama juga merupakan sumber
kekuasaan. Misalnya di Indonesia, alim ulama banyak dituruti dan dipatuhi masyarakat. Alim ulama
bertindak sebagai pemimpin informal umat, maka ia perlu diperhitungkan dalam proses pengambilan
keputusan di tempat umatnya.

Jack H. Nagel dalam bukunya The Descriptive Analysis of Power yang juga terdapat dalam buku Dasardasar Ilmu Politik, perlu dibedakan antara scope of power dan domain of power (wilayah kekuasaan).
Cakupan kekuasaan (scope of power) menunjuk kepada perilaku, serta sikap dan keputusan yang
menjadi subyek dari kekuasaan. Misalnya, seorang direktur bisa memecat seorang karyawan, tetapi
direktur tersebut tidak mempunyai kuasa apa-apa terhadap karyawan diluar hubungan pekerjaan.
Wilayah kekuasaan (domain of power) menjelaskan siapa-siapa saja yang dikuasai oleh orang atau
kelompok yang berkuasa, jadi menunjuk pada pelaku organisasi, atau kolektivitas yang kena
kekuasaan. Misalnya seorang direktur memiliki kekuasaan di perusahaannya, baik itu di pusat ataupun
di cabang-cabangnya.
Dalam suatu hubungan kekuasaan(power relationship) selalu ada pihak yang lebih kuat daripada pihak
lain. Hal ini menyebabkan hubungan tidak seimbang(asimetris), dan ketergantungan satu pihak
dengan pihak lain. Semakin timpang hubungan ini, maka makin kuat ketergantungannya. Hal ini
disebut hegemoni, dominasi, atau penundukan oleh pemikir abad 20.
Perbedaan Power (Kekuasaan) dan Authority (Kewenangan)
Dalam pembahasan sebelumnya dinyatakan bahwa kewenangan berhubungan dengan kekuasaan, tapi
dari segi lain, ada perbedaan mendasar antara keduanya. Salah satunya, kewenangan adalah
kekuasaan secara formal yang diberikan oleh organisasi, sedangkan kekuasaan berada diluar
formalitas. Kewenangan adalah salah satu cara bagi seseorang untuk memperkuat kekuasaannya.
Kewenangan adalah kekuasaan namun kekuasaan tidak terlalu berupa kewenangan. Kewenangan
merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan ( legitimate power ), sedangkan kekuasaan tidak
selalu memiliki keabsahan. Apabila kekuasaan politik di rumuskan sebgai kemampuan menggunakan
sumber-sumber untuk memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, maka
kewenangan merupakan hak moral sesuai dengan nilai-nilai dan norma masyarakat, termasuk
peratuaran perundang-undangan.
Kewenangan merupakan hak berkuasa yang di tetapkan dalam struktur organisasi sosial guna
melaksanakan kebijakan yang di perlukan.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan merupakan konsep yang paling banyak
dibahas dalam ilmu politik, selain konsep lainnya. Kekuasaan berasal dari beberapa sumber, misalnya
kekayaan, kedudukan, dan kepercayaan. Kekuasaan dan kewenangan adalah konsep yang
berhubungan, tetapi keduanya berbeda. Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang diberikan
oleh organisasi, sedangkan kekuasaan berada diluar formalitas.

Negara
Negara adalah integrasi dari kekuasaan politik, dan merupakan organisasi pokok dari kekuasaan
politik. Boleh dikatakan Negara mempunyai dua tugas :
1.

Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni yang
bertentangan satu sama lain, suapaya tidak menjadi antagonisme yang membahayakan.

2.

Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kea rah
tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana
kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan
kepada tujuan nasinal.

Definisi-definisi mengenai Negara, antara lain adalah :
1.

Roger H. Soltau, “Negara adalah alat (agency atau wewenang (authority) yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas masyarakat (The state is
an agency or authority managing or controlling these (common) affairs on behalf of and in
the name of the community).

2.

Harold J. Laski, “Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa yang secara sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu (The state is a society
which is integrated by possessing a coercive authority legally supreme over any individual
or group which is part of the society).

3.

Max Weber, “Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah (The state is a human society
that (successfully) claims the monopoly of the legitimate use of physical force within a given
territory)

4.

Robert M. Maciver, “Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di
dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan
memaksa (The sate is an association which, acting through law as promulgated by a
government endowed to this end with coercive power, maintains within a community
territorially demarcated the external conditions of oreder).

J. Barents dalam “Ilmu Politika” (1965) Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara
yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat: ilmu politik mempelajari negara-negara itu
melakukan tugas-tugasnya. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Soceity, “ilmu politik
mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, prose-proses, ruang lingkup dan
hasil-hasil”.
Dan beberapa pendekatan dalam Ilmu Politik antara lain :
a)

Pendekatan Institusional

Pendekatan filsafat politik menekankan pada ide-ide dasar seputar dari mana kekuasaan berasal,
bagaimana kekuasaan dijalankan, serta untuk apa kekuasaan diselenggarakan. Pendekatan

institusional menekankan pada penciptaan lembaga-lembaga untuk mengaplikasikan ide-ide ke alam
kenyataan. Kekuasaan (asal-usul, pemegang, dan cara penyelenggaraannya) dimuat dalam konstitusi.
Obyek konstitusi adalah menyediakan UUD bagi setiap rezim pemerintahan. Konstitusi menetapkan
kerangka filosofis dan organisasi, membagi tanggung jawab para penyelenggara negara, bagaimana
membuat dan melaksanakan kebijaksanaan umum.
Dalam konstitusi dikemukakan apakah negara berbentuk federal atau kesatuan, sistem
pemerintahannya berjenis parlementer atau presidensil. Negara federal adalah negara di mana
otoritas dan kekuasaan pemeritah pusat dibagi ke dalam beberapa negara bagian. Negara kesatuan
adalah negara di mana otoritas dan kekuasaan pemerintah pusat disentralisir. Badan pembuat UU
(legislatif) berfungsi mengawasi penyelenggaraan negara oleh eksekutif. Anggota badan ini berasal
dari anggota partai yang dipilih rakyat lewat pemilihan umum.
Badan eksekutif sistem pemerintahan parlementer dikepalai Perdana menteri, sementara di sistem
presidensil oleh presiden. Para menteri di sistem parlementer dipilih perdana menteri dari
keanggotaan legislatif, sementara di sistem presidensil dipilih secara prerogatif oleh presiden.
Badan Yudikatif melakukan pengawasan atas kinerja seluruh lembaga negara (legislatif maupun
eksekutif). Lembaga ini melakukan penafsiran atas konstitusi jika terjadi persengketaan antara
legislatif versus eksekutif.
Lembaga asal-muasal pemerintahan adalah partai politik. Partai politik menghubungkan antara
kepentingan masyarakat umum dengan pemerintah via pemilihan umum. Di samping partai, terdapat
kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang mampu mempengaruhi keputusan politik tanpa ikut ambil
bagian dalam sistem pemerintahan. Terdapat juga kelompok penekan, yaitu suatu kelompok yang
secara khusus dibentuk untuk mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan umum di tingkat parlemen.
Dalam menjalankan fungsinya, eksekutif ditopang oleh (administrasi negara). Ia terdiri atas birokrasibirokrasi sipil yang fungsinya elakukan pelayanan publik.
b)

Pendekatan Perilaku

Esensi kekuasaan adalah untuk kebijakan umum. tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga
formal karena bahasan itu tidak banyak memberi informasi mengenai proses politik yang sebenarnya.
Lebih bermanfaat bagi peneliti dan pemerhati politik untuk mempelajari manusia itu sendiri serta
perilaku politiknya, sebagai gejala-gejala yang benar-benar dapat diamati. Perilaku politik
menampilkan regularities (keteraturan)

c)

Neo-Marxis

Menekankan pada aspek komunisme tanpa kekerasan dan juga tidak mendukung kapitalisme. Neo
Marxis membuat beberapa Negara sadar akan pentingnya persamaan tanpa kekerasan, akan tetapi
komunisme sulit dijalankan di beberapa Negara karena komunisme identik dengan kekerasan dan
kekejaman walaupun pada intinya adalah untuk menyamakan persamaan warga negaranya di suatu
Negara sehingga tidak ada yang ditindas dan menindas terlebih lagi dalam bidang ekonomi.
Neo-Marxis juga menginginkan tidak adanya kapitalisme yang sering dilakukan Negara Barat dalam
hal ini Negara maju, karena kapitalisme hanya mementingkan keuntungan yang sebesar-besarnya
sehingga sering kali “menyengsarakan” rakyat pribumi karena orang-orang pribumi sering kali hanya
menjadi penonton atau pun menjadi korban dari kapitalisme ini. Walaupun kapitalisme berhubungan
dengan bidang ekonomi tetapi kapitalisme juga berpengaruh dalam hal kebijakan politik yang dibuat
oleh Negara-negara maju terhadap Negara-negara berkembang yang sering dijadikan sasaran
kapitalisme besar-besaran seperti Indonesia.
d)

Ketergantungan

Memposisikan hubungan antar negara besar dan kecil. Pendekatan ini mengedepankan
ketergantungan antara Negara besar dan Negara kecil yang saling keterkaitan sehingga satu sama lain
saling bergantung, jadi Negara besar bergantung pada Negara kecil baik dalam hal politik, ekonomi
dan dalam hubungan internasional dan sebaliknya sehingga satu sama lain mempunyai posisi yang
sama.
e)

Pendekatan Pilihan Nasional

Pilihan-pilihan yang rasional dalam pembuatan keputusan politik. Pendekatan pilihan nasional ini
menekan kan bahwa pengambil kebijakan atau pembuatan keputusan dilihat dari rasionalitas yang
ada di Negara tersebut agar bisa dijalankan oleh Negara dan tentu identitas social-politik sangat
diperlukan. Terdapatnya identitas sosial-politik disebabkan adanya prilaku politik identitas guna
mengembangkan kelompok-kelompok. Prilaku ini seiring bertumbuh-kembangnya eksplorasi
kebudayaan di setiap kelompok guna “menemukan” kembali dan atau melestarikan solidaritas
identitas yang dimiliki. Eksplorasi tersebut sangat bermanfaat bagi eksistensi kelompok identitas yang
memiliki jumlah besar (mayoritas).
BAB III KERANGKA KONSEP
1.


A. Sifat, Arti, dan Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan lainnya.
Perkembangan dan definisi ilmu Politik

Apabila ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang
memiliki dasar, rangka, fokus, dan ruang lingkup yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu politik
masih muda usianya karena baru lahir pada akhir abad ke-19. Pada tahap itu ilmu politik berkembang
secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya,
sepertisosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi, dan dalam perkembangan ini mereka saling
mempengaruhi.
Akan tetapi, apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas, yaitu sebagai pembahasan
secara rasional dari berbagai aspek negara dan kehidupan politik, maka ilmu politik dapat dikatakan
jauh lebih tua umurnya. Bahkan ia sering dinamakan ilmu sosial yang tertua di dunia. Pada taraf
perkembangan itu ilmu politik banyak bersandar pada sejarah dan filsafat.
Di Indonesia kita mendapati beberapa karya tulis yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan,
seperti misalnya Negarakertagama yang ditulis pada masa Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke-15
Masehi dan Babad Tanah Jawi. Sayangnya di negara-negara Asia tersebut kesusastraan yang
mencakup politik mulai akhir abad ke-19 telah mengalami kemunduran karena terdesak oleh
pemikiran Barat yang dibawa oleh negara-negara seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan
Belanda dalam rangka imperialisme.
Di negara-negara benua Eropa seperti Jerman, Austria, dan Prancis bahasan mengenai politik dalam
abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah
negara semata-mata. Bahasan mengenai negara termasuk kurikulum Fakultas Hukum sebagai mata
kuliah Ilmu Negara (Staatslehre). Di Inggris permasalahan politik dianggap termasuk filsafat, terutama
moral philosophy, dan bahasannya dianggap tidak dapat terlepas dari sejarah. Akan tetapi dengan
didirikannya Ecole Libredes Sciances Politiques di Paris (1870) dan London School of Economics and
Political Science (1985) , ilmu politik untuk pertama kali di negara-negara tersebut dianggap sebagai
disiplin tersendiri yang patut mendapat tempat dalam kurikulum perguruan tinggi. Namun demikian,
pengaruh dari ilmu hukum, filsafat dan sejarah sampai perang dunia II masih tetap terasa.
• Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)
Adakalanya dipersoalkan apakah ilmu politik merupakan suatu ilmu pengetahuan (science) atau tidak,
dan disangsikan apakah ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan. Soal ini
menimbulkan pertanyaan: apakah yang dinamakan ilmu pengetahuan (science) itu? Karakteristik ilmu
pengetahuan (science) ialah tantangan untuk menguji hipotesis melalui eksperimen yang dapat
dilakukan dalam keadaan terkontrol (controlled circumstances) misalnya laboratorium. Berdasarkan

eksperimen-eksperimen itu ilmu-ilmu eksakta dapat menemukan hukum-hukum yang dapat diuji
kebenarannya.
Jika definisi ini dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya belum
memenuhi syarat, karena sampai sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu.
Mengapa demikian? Oleh karena yang diteliti adalah manusia dan manusia itu adalah makhluk yang
kreatif, yang selalu didasarkan atas pertimbangan rasional dan logis, sehingga mempersukar usaha
untuk mengadakan perhitungan serta proyeksi untuk masa depan. Dengan kata lain perilaku manusia
tidak dapat diamati dalam keadaan terkontrol.
• Definisi Ilmu Politik
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha
menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang
Yunani Kuno terutama Plato danAristoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.
Mengapa politik dalam arti ini begitu penting? Karena sejak dahulu kala masyarakat mengatur
kehidupan kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber daya
alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber daya agar semua warga merasa bahagia dan puas.
Ini adalah politik.
Bagaimana caranya mencapai tujuan dengan berbagai cara, yang kadang-kadang bertentangan
dengan satu sama lainnya. Akan tetapi semua pengamat setuju bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai
jika memiliki kekuasaan suatu wilayah tertentu (negara atau sistem politik). Kekuasaan itu perlu
dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari
sumber daya yang ada.
Dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa politik dalam suatu negara (state) berkaitan
dengan masalah kekuasaan (power) pengambilan keputusan (decision making), kebijakan
publik (public policy), dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution). Politik adalah
perebutan kekuasaan, kedudukan, dan harta (Politics at its worst is a selfish grab for power, glory and
riches).
Di bawah ini ada dua sarjana yang menguraikan definisi politik yang berkaitan dengan masalah konflik
dan konsensus.
1.

Menurut Rod Hague et al.: “politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana
kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat
melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya.

2.

Menurut Andrew Heywood: “Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk
membuat, mempertahankan , dan mengamandemenkan peraturan-peraturan umum yang

mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja
sama.
Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana meneropong
hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini diperlukannya sebagai konsep pokok yang akan
dipakainya untuk meneropong unsur-unsur lain.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa konsep-konsep itu adalah:
1. Negara (state)
2. Kekuasaan (power)
3. Pengambilan keputusan (decision making)
4. Kebijakan (policy, beleid)
5. Pembagian (distribution)
• Bidang-bidang Ilmu Politik
Dalam contemporary Political Science, terbitan Unesco 1950, ilmu politik dibagi menjadi empat bidang.
1. Teori Politik

2. Lembaga-lembaga politik

3. Partai-partai, golongan-golongan (groups), dan pendapat umum

4. Hubungan internasional
• Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain
- Sejarah
Seperti diterangkan di atas, sejak dahulu kala ilmu politik erat hubuganya dengan sejarah dan filsafat.
Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu
data dan fakta dari masa lampau, untuk diolah lebih lanjut.
- Filsafat
Ilmu pengetahuan lain yang erat sekali hubungannya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat ialah
usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas persoalanpersoalan yang menyangkut alam semesta (universe) dan kehidupan manusia.
- Sosiologi
Di antara ilmu-ilmu sosial, sosiologi-lah yang paling pokok dan umum sifatnya. Sosiologi membantu
sarjana ilmu politik dalam usahanya memahami latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial
dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat.

- Antropologi
Apabila jasa sosiologi terhadap perkembangan ilmu politik adalah terutama dalam memberikan
analisis terhadap kehidupan sosial secara umum dan menyeluruh, maka antrophology menyumbang
pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran berbagai satuan sosial-budaya yang lebih kecil
dan sederhana.
- Ilmu Ekonomi
Pada masa silam ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan bidang ilmu tersendiri yang dikenal sebagai
ekonomi politik (political economy), yaitu pemikiran dan analisis kebijakan yang hendak digunakan
untuk memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara Inggris dalam menghadapi saingannya seperti
Portugis, Spanyol, Prancis, dan Jerman, pada abad ke-18 dan ke-19.
- Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara
manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam
ikatan kelompok sosial, bidang psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan
perorangan.
- Geografi
Faktor-faktor yang berdasarkan geografi, seperti perbatasan strategis, desakan penduduk, daerah
pengaruh mempengaruhi politik.
- Ilmu Hukum
Terutama negara-negara Benua Eropa, ilmu hukum sejak dulu kala erat hubungannya dengan ilmu
politik, karena mengatur dan melaksanakan undang-undang merupakan salah satu kewajiban negara
yang penting. Cabang-cabang ilmu hukum yang khususnya meneropong negara ialah hukum tatanegara (dan ilmu negara).
B. KONSEP-KONSEP POLITIK
Teori Politik



Konsep politik lahir dalam pikiran (mind) manusia dan bersifat abstrak. Konsep digunakan dalam
menyusun generalisasi abstrak mengenai beberapa phenomena, yang disebut sebagai teori.
Berdasarkan pengertiannya, teori politik bisa dikatakan sebagai bahasan dan generalisasi dari
phenomena yang bersifat politik.
Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory, teori politik dibedakan menjadi dua,
yaitu :

a. Norms for political behavior, yaitu teori-teori yang mempunyai dasar moril dan norma-norma politik.
Teori ini dinamakan valuational (mengandung nilai). Yang termasuk golongan antara lain filsafat politk,
teori politik sistematis, ideologi, dan sebagainya.
b. Teori-teori politik yang menggambarkan dan membahas phenomena dan fakta-fakta politk dengan
tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai (non valuational), atau biasa dipakai istilah “value free”
(bebas nilai). Biasanya bersifat deskriptif dan berusaha membahas fakta-fakta politk sedemikian rupa
sehingga dapat disistematisir dan disimpulkan dalam generalisasi-generalisasi.
Teori-teori kelompok (a) dibagi menjadi tiga golongan :
1.

Filsafat politik (political philosophy), yaitu mencari penjelasan berdasarkan ratio. Pokok
pikiran dari filsafat politik ialah persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta harus
dipecahkan dulu sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat
ditanggulangi.

2.

Teori politik sistematis (systematic political theory), yaitu mendasarkan diri atas
pandangan-pandangan yang sudah lazim diterima pada masanya. Dengan kata lain teori ini
hanya mencoba merealisasikan norma-norma dalam suatu program politik.

1.

Ideologi politik (political ideology), yaitu himpunan nilai-nilai, ide, norma, kepercayaan
dan keyakinan, yang dimiliki seorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia
menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politk yang dihadapinya dan yang
menentukan tingkah lakunya.

II. Masyarakat
Manusia mempunyai naluri untuk hidup bersama orang lain secara bergotong-royong. Manusia
memilih jalan untuk mengorganisir bermacam-macam kelompok dan asosiasi untuk memenuhi
keperluan dan kepentingan-kepentingan fisik maupun mental yang sukar dipenuhi sendiri. Dan dalam
kehidupan berkelompok ini, pada dasarnya manusia menginginkan nilai-nilai.
Dalam mengamati masyarakat, khususnya masyarakat Barat, Harold Laswellmemperinci delapan
nilai, yaitu :
1.

Kekuasaan

2.

Pendidikan/Penerangan (enlightenment)

3.

Kekayaan (wealth)

4.

Kesehatan (Well-being)

5.

Keterampilan (Skill)

6.

Kasih Sayang (affection)

7.

Kejujuran (rectitude) dan Keadilan (rechtschapenheid)

8.

Keseganan (respect).

Masyarakat, menurut Robert Maciver, adalah suatu system hubungan-hubungan yang ditertibkan
(Society means a system of ordered relations). Menurut Harold J. Laski dari London School of

Economics and Political Science, masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan
bekerjasama untuk mencapai keinginan-keinginan mereka bersama (A society is a group of human
beings living together and working together for the satisfaction of their mutual wants).
III. Negara
Negara adalah integrasi dari kekuasaan politik, dan merupakan organisasi pokok dari kekuasaan
politik. Boleh dikatakan Negara mempunyai dua tugas :
1.

Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni yang
bertentangan satu sama lain, suapaya tidak menjadi antagonisme yang membahayakan.

2.

Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kea rah
tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana
kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan
kepada tujuan nasinal.

Definisi-definisi mengenai Negara, antara lain adalah :
1.

Roger H. Soltau, “Negara adalah alat (agency atau wewenang (authority) yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas masyarakat (The state is
an agency or authority managing or controlling these (common) affairs on behalf of and in
the name of the community).

2.

Harold J. Laski, “Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa yang secara sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu (The state is a society
which is integrated by possessing a coercive authority legally supreme over any individual
or group which is part of the society).

3.

Max Weber, “Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah (The state is a human society
that (successfully) claims the monopoly of the legitimate use of physical force within a given
territory)

4.

Robert M. Maciver, “Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di
dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan
memaksa (The sate is an association which, acting through law as promulgated by a
government endowed to this end with coercive power, maintains within a community
territorially demarcated the external conditions of oreder).

Negara mempunyai sifat-sifat, antara lain adalah :
a) Sifat Memaksa,
b) Sifat Monopli,
c) Sifat mencakup semua
Unsur-unsur Negara, antara lain adalah :

a) Wilayah
b) Penduduk
c) Pemerintah
Menurut Roger H. Saltau, tujuan Negara ialah memungkinan rakyatnya berkembang serta
menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (the freest possible development and creative
self-expression of its members). Dan menurut Harold J. Laski, tujuan Negara ialah menciptakan
keadaan di mana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal
(creation of those conditions under which the members of the state may attain the maximum
satisfaction of their desire).
Tujuan dan fungsi Negara
Tujuan Negara R.I sebagai tercantum dalam UUD 1945 : Untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadialn social.
Terlepas dari ideologinya, Negara menyelenggarakan beberapa minimum fungsi yang mutlak perlu,
yaitu :
1.

Melaksanakan penertiban (law and order)

2.

Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

3.

Pertahanan

4.

Menegakkan keadilan

Charles E. Merriam menyebutkan lima fungsi Negara, yaitu : Keamanan ekstern, Ketertiban intern,
Keadilan, Kesejahteraan umum, dan Kebebasan.
IV. Kekuasaan
Kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-laku sesorang atau
kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan
dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.
Kekuasaan social menurut Ossip K. Flechtheim adalah keseluruah dari kemampuan, hubunganhubungan dan proses-proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang
ditetapkan oleh pemegang kekuasaan (Social power is the sum total of all the capacities, relationship,
and process by which compliance of others is secured for ends determinded by the power holder).
Ossip K. Flechtheim membedakan dua macam kekuasaan politik, yakni :

1.

bagian dari kekuasaan sosial yang terwujud dalam Negara (state power), seperti
lembaga-lembaga pemerintahan DPR, Presiden, dan sebagainya.

2.

bagian dari kekuasaan sosial yang ditujukan kepada Negara.

Definisi yang dieberikan oleh Robert M. Maciver : Kekuasaan social adalah kemampuan untuk
mengendalikan tingakah-laku orang lain, baik dengan cara langsung dengan memberi perintah,
mamupun tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia (Social power is
the capacity to control the behavior of others either directly by fiat or indirectly by manipulation of
available means).
Robert M. Maciber mengemukakan bahwa kekuasaan dalam suatu masyarakat berbentuk piramida.
Ini terjadi karena kenyataan bahwa kekuasaan yang satu membuktikandirinya lebih unggul dari pada
yang lain, yang berarti bahwa kekuasaan yang satu itu lebih kuat dengan jalan mengkoordinasi
keuasaan yang lain.
Kekuasaan yang paling penting adalah kekuasaan politik. Pengertian kekuasaan politik adalah
kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun
akibat-akibatnya sesuai dengan tujun-tujuan pemegang kekuasaan sendiri.
Referensi
http://manshurzikri.wordpress.com/2009/11/27/konsep-konsep-politik/
C. Berbagai pendekatan dalam Ilmu politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara (Wikipedia, 2009). Politik adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut (Rahmadani Yusran, ). Roger F.
Soltau dalam “Introduction to Politic” (1961) Ilmu Politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara
dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan antara negara dengan
warga negaranya serta dengan negara-negara lain.
J. Barents dalam “Ilmu Politika” (1965) Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara
yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat: ilmu politik mempelajari negara-negara itu
melakukan tugas-tugasnya. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Soceity, “ilmu politik
mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, prose-proses, ruang lingkup dan
hasil-hasil”.
Dan beberapa pendekatan dalam Ilmu Politik antara lain :
a)

Pendekatan Institusional

Pendekatan filsafat politik menekankan pada ide-ide dasar seputar dari mana ke