Makalah Dasar Dasar Ilmu Pendidikan

Makalah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan
Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan

Nama Kelompok VII
Ali Amran (16087006)
Resi Gustari (16046135)
Syilvia Wulandari (16029035)

MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat
menentukan nasib bangsa.
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika
manusia dan masyarakat. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu
selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan

perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu
disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal
hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi
muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari tuannya.
Didalm berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran
tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini (seperti : Ulich,
1950)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran klasik yang menyatakan tentang pendidikan ?
2. Apa saja menurut pemikiran baru tentang pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi ?
4. Bagaimana dengan implementasi pemikiran baru tentang pendidikan ?
5. Bagaimana dengan implikasi pemikiran Klasik, dan pemikiran baru dalam
pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui beberapa pemikiran tentang pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran klasik tentang pendidikan tersebut.
3. Untuk mengetahui pemikiran baru tentang pendidikan.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemikiran inklusi.
5. Untuk mengetahui imlementasi pemikiran baru tentang pendidikan.

6. Untuk mengetahui implikasi dari pemikiran klasik dan pemikran baru dalam
pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Beberapa pemikiran tentang Pendidikan
1. Pemikiran klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme,
nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut
masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
a. Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan
menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa
stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh

perintisnya adalah John Locke.
b. Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan
termasuk

faktor

pendidikan,

kurang

berpengaruh

terhadap

perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang
berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c. Naturalisme

Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat
bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK.
Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan.
Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak
pembawaan baik anak itu.
d. Konvergensi
Aliran

Konvergensi

dipelopori

oleh Wlliam

Stern,

ia

berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai
pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan


anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama
mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
2. Pemikiran baru tentang Pendidikan
a. Pengajaran Alam Semesta
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya
adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr.
A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda
dengan Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly
dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping
pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua
pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran,
yaitu:Metode Global dan Centre d’interet.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi
dari


pandangan-pandangan

yang

mementingkan

pendidikan

keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar
pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H.
Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran
di sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode
mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek,
pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa
pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang
dan


memecahkan

multidisiplin

persoalan

tersebut

makin

secara
lama

konprehensif.
makin

penting,

Pendekatan
utamanya


masyarakat maju.
e. Home Schooling
Homeschooling adalah sebuah system pendidikan alternatif
untuk anak selain di sekolah. Dimana saat ini mulai perkembang di
Indonesia , dan keberadaanya sah dan dijamin undang - undang.
Homeschooling mulai menjadi pilihan masyarakat sebagai alternatif
metode pendidikan karena beberapa hal, misalnya karena adanya

keinginan masyarakat untuk lebih fleksibel dalam mendidik anak,
menyediakan

system

pendidikan

yang

lebih


ramah

terhadap

perkembangan anak, maupun menjamin bahwa proses belajar mengajar
anak bisa terlaksana secara maksimal.
Hal ini terjadi karena adanya keinginan para orang tua untuk
memberikan pendidikan terhadap anak yang lebih sesuai dengan bakat
dan minat sang anak, maupun karena disebabkan adanya kondisi di
system pendidikan konvensional yang tidak bisa memuaskan kehendak
orang tua untuk mendidik anaknya, misalnya terjadi kasus kekerasan
terhadap anak, maupun system pendidikan masal yang mengakibatkan
potensi anak kurang tergali secara maksimal.
f. Sekolah Alam
Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang
tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu
pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu sekolah alternatif
yang kini banyak diminati ialah sekolah alam.
Konseptor sekolah alam Ir Lendo Novo menjelaskan, sekolah
alam yang dia pelopori merupakan suatu reaksi dari kegagalan

pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan Indonesia masih jauh dari
negara-negara lain, bahkan masih di bawah Vietnam. Ini berarti ada
yang salah dengan sistem pendidikan di negara ini, ujar Lendo Novo di
Jakarta, baru-baru ini.
Lebih dari 1.000 sekolah alam kini telah tumbuh di Indonesia.
Di kawasan Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi (Jabodetabek)
saja kini telah berdiri lebih dari 50 sekolah. Sekolah alam, menurut dia,
merupakan sekolah yang mengedepankan pembentukan akhlak dan
mental siswa dengan konsep mendekatkan diri pada alam. Metode
pembelajaran yang diterapkan juga berbeda.
Kami berusaha menciptakan suasana

belajar

yang

menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa
belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan, bukan sesuatu yang
membosankan dan harus dipaksakan, jelas Ketua Litbang Sekolah
Alam Indonesia Ciganjur, Novi Hardian.

Hampir seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama
yaitu upaya memaksimalkan potensi anak untuk tumbuh menjadi
manusia yang berkarakter, berakhlak mulia, berwawasan ilmu

pengetahuan dan siap menjadi pemimpin. Metode pengajaran sekolah
alam juga membuat bersekolah lebih menyenangkan dan anak tidak
merasa terpenjara.
Sekolah alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan
bukan semata-mata mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di
Sekolah Alam Indonesia, Ciganjur, misalnya, proses belajar lebih
banyak dilakukan melalui diskusi dan permainan.
Ilmu tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif
bereksplorasi. Ini melatih keberanian mengungkapkan pendapat, jelas
Novi. Konsep Tematik Hal serupa juga dilakukan oleh Sekolah Alam
Depok di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Sekolah yang memiliki
jenjang pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu juga mendorong
siswanya untuk aktif menemukan sendiri jawaban atas berbagai hal
melalui buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber lain.
Menurut Pendiri Sekolah Alam Depok Edi F Rizal Darma,
lahirnya sekolah alam adalah karena ingin menciptakan hubungan
belajar tanpa sekat antara guru dan murid. Selama ini kan arah belajar
di sekolah selalu dari guru ke murid, sehingga ada jarak antara mereka.
Sekolah alam ini muncul sebagai sekolah yang non-classical dan tanpa
sekat, jelas Edi.
Sekolah alam pada umumnya menggunakan konsep tematik.
Setiap tema dibahas dari berbagai sisi akhlak, seni, bahasa,
kepemimpinan, dan ilmu pengetahuan. Tiap tingkatan memiliki
sejumlah tema pembahasan yang berbeda-beda.
Selain memiliki metode dan visi yang berbeda dari sekolah pada
umumnya, sesuai dengan namanya, suasana yang disuguhkan pun
membuat siswa dekat dengan alam. Rimbunnya pepohonan, lahan
untuk berkebun, bahkan sejumlah hewan ternak seperti angsa dan
bebek menjadi bagian dari suasana alami yang ada di sekolah alam.
Ruang kelas berupa bangunan semen dan bersekat-sekat tidak ada di
sekolah alam, yang ada hanyalah saung-saung belajar yang terbuat dari
kayu berukuran 5 x 5 meter dan beratap rumbia.
Menurut Edi, saung sebagai tempat belajar selain dapat lebih
dekat dengan alam, juga sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Selain itu,
pembuatan saung juga lebih murah dibanding dengan membangun
ruangan beton yang berpendingin udara.

Lendo Novo menjelaskan, konsep sekolah alam dengan saung
memang cocok untuk Indonesia, yang beriklim tropis. Sekolah kan
tidak harus di kelas. Justru dengan belajar di saung yang tanpa meja
dan kursi akan menimbulkan suasana yang lebih bebas bagi siswanya,
katanya.
Namun, proses belajar siswa tidak hanya dilakukan di saung,
tapi juga di kebun atau belajar keluar, dengan mengunjungi sejumlah
tempat yang terkait dengan tema pembelajaran. Anak-anak belajar
Fisika, Biologi, Matematika dan mata pelajaran lainnya langsung
dengan mempraktikkannya dari alam. Dengan menggunakan sistem
learning by doing, penyerapan materi oleh siswa bisa mencapai 90
persen, jelas Lendo Novo.
Hal senada juga diungkapkan Novi. Menurut dia, dengan
berhubungan dekat dengan alam, siswa akan lebih bijak karena
semakin menghargai alam dan mendekatkan diri dengan Sang
Pencipta. Diharapkan lulusan sekolah kami dapat menjadi anak yang
ramah terhadap lingkungan dan tidak ada lagi yang menebang pohon
sembarangan, jelasnya.
Pelajaran di sekolah alam juga padat dengan materi keagamaan.
Di Sekolah Alam Depok, pada pagi hari dan sebelum pulang sekolah,
siswa melakukan tahfidz, yaitu melancarkan hapalan Al-Quran.
Menurut Edi, berbagai keunggulan itulah yang menyebabkan banyak
orang tua yang mempercayakan anak mereka bersekolah di sekolah
alam.
g. Pedidikan Berasrama (Boarding School)
Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para orang
tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam
anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola,
guru, dan pengasuh di seklolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul
dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang
cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya
dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk
memasuki dan manaklukan dunia ini. Di sekolah berasrama anak
dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi
kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan

keluarganya tapi juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh
sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai citacita tersebut.
h. Pesantren Modern
Menurut Zamakhsyari Dhofier menjelaskan secara etimologi
pesantren berasal dari pesantrian yang berarti tempat santri. Mastuhu
menambahkan, pesantren adalah pendidikan tradisional Islam untuk
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup
masyarakat sehari-hari.
Menurut Dr. Ziemek ada tiga ciri-ciri pesantren:
a) Kyai sebagai pendiri, pelaksana dan guru;
b) Pelajar (santri) secara pribadi diajari berdasarkan naskahnaskah Arab klasik tentang pengajaran, paham dan akidah
keislaman;
c) Kyai dan santri tinggal bersama-sama untuk waktu yang lama
membentuk satu komunitas seperti asrama (pondok).
Selain itu, dalam lembaga pendidikan pesantren biasanya
terdapat 5 elemen dasar yang tidak terpisahkan, yaitu pondok, masjid,
santri, pengajaran kitab-kitab klasik dan kyai.
Sebagai suatu sistem pendidikan, pesantren telah banyak
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bangsa Indonesia.
Abdurrahman Wahid menjelaskan bahwa peran itu dapat dikategorikan
menjadi peran yang murni keagamaan dan peran yang tidak hanya
bersifat keagamaan belaka (kultural sosial – ekonomis – politik).
3. Pendidikan Inklusi
Istilah pendidikan inklusi atau inklusif, mulai mengemuka semenjak
tahun 1990, ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang
diteruskan dengan pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusif pada
tahun 1994.
Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi
solusi, adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama
bagi anak-anak penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan

inklusi

memiliki

prinsip

dasar

bahwa

selama

memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa
memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak
secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan
layanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta
didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi
sosial,

kemampuan

ekonomi,

politik,

keluarga,

bahasa,

geografis

(keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi
fisik atau mental.
Sementara itu Sapon-Shevin ( O Neil, 1995 ) menyatakan bahwa
pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan
agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat. Melalui
pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak
lainnya ( normal ) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya ( Freiberg,
1995 ) . hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat
terdapat anak normal dan anak tidak normal ( berkebutuhan khusus ) yang
tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas sosial
Dalam rencana aksi nasional, difabel telah dicanangkan mulai tahun
2003, yang salah satu butir dari rencana aksi nasional difabel adalah
pendidikan inklusi. Yang dimaksud dengan pendidikan inklusi tau inklusif
adalag pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua orang dan tanggap
terhadap semua peserta didik termasuk difabel secara invidual.
Landasan hukum inklusi
Pendidikan inklusi telah menjadi perhatian masyarakat dunia.
Beberapa pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan
yang berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusi. Landasan
hukum dan landasan konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju
pendidikan inklusif. Termasuk Indonesia, diantaranya adalah
a) deklarasi hak asasi manusia, 1948
b) konveksi hak anak, 1989
c) konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, 1990
d) persamaan kesempatan bagi orang berkelainan, 1993
e) pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994

1.
2.
3.
1.

f) komitmen dasar mengenai pendidikan untuk semua, 2000
g) deklarasi Bandung tahun 2004
Dengan komitmen “indonesia menuju pendidikan inklusif”
Pendidikan inklusi
inklusi tuna netra
inklusi tuna rungu
inklusi tuna ddaksa
Inklusi tunanetra adalah pendidikan inklusi bagi anak yang mengalami
gangguan penglihatan atau rusak penglihatannya ( buta total ) . pendidikan
inklusi tunanetra ini peserta didik diberi alat bantu software JOS yang di
install pada PC atau laptop, sehingga semua tulisan dapat diubah menjadi

bunyi oleh software tersebut.
2. Inklusi tunarungu adalah pendidikan inklusi untuk anak yang kehilangan
seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami
gangguan berkomunikasi secara verbal. Untuk alat bantu yang digunakan
adalah menggunakan bahasa mimik atau bahasa isyarat
3. Inklusi tunadiaksa adalah pendidikan inklusi untuk anak yang mengalami
cacat fisik berupa tidak memiliki anggota tubuh ( tangan dan kaki )
ataupun jika punya kaki maupun tangannya tidak dapat berfungsi secara
baik
Manfaat pendidikan inklusi
Pelaksanaan pendidikan inklusi akan mampu mendorong terjadinya
perubahan sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan
melalui pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada
akhirnya akan mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang
tidak diskriminatif dan bahkan menjadi akomodatif terhadap semua orang
Beberapa manfaat yang diperoleh dari pelaksaan pendidikan
inklusi adalah
1. bagi siswa
1) sejak dini siswa memiliki pemahamanyang baik terhadap
perbedaan dan keberagaman
2) munculnya sikap empati pada siswa secara alamiah.
3) munculnya budaya saling menghargai dan menghormati antar
siswa.
4) menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua anak,
khusunya pada anak berkebutuhan khusus dan penyandang
cacat.
5) timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa
sehingga memungkinkan adanya saling bantu antar satu dengan
yang lainnya

2. bagi guru
1) lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode
pembelajaran.
2) bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang
keberagaman siswa termasuk keunikan, karakteristik, dan
sekaligus kebutuhannya.
3) Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan antar
guru dan guru ahli bidang lain.
4) menumbuhkembangkan sikap empati guru terhadao siswa
termasuk siswa penyandang cacat / siswa berkebutuhan khusus
3. bagi sekolah
1) memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib
belajar.
2) memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi
semua kelompok masyarakat
3) menggunakan biaya yang relatif lebih efisien
4) mengakomodasi kebutuhan masyarakat
5) meningkatkan kualitas layanan pendidikan
4. Implementasi Pemikiran Baru Tentang Pendidikan
Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap
Pelaksanaan di Indonesia
Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya adalah
upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa
komponen saja dimana antar komponen saling mempengaruhi.
Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada
perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada
sistem persekolahan, seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat
perhatian,sekolah kerja, pengajaran proyek, dan sebagainya.
a.
Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan
sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis
gerakan ini antara lain: Fr. A. Finger (1808-1888) di Jerman
dengan heimatkunde (pengajaran alam sekitar), dan J. Lightart
(1859-1916) di belanda dengan Het Volle Leven (kehidupan
senyatanya). Beberapa prinsip pergerakan hemaitkunde adalah:
1)
Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat
meragakan secara langsung.

2)

Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan yang

sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya
duduk, dengar, atau catat saja.
3)
Pengajaran alam sekitar

memungkinkan

untuk

memberikan pengajaran totalitas.
4)
Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan
apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang
dimaksud dengan apersepsi intelektual adalah segala sesuatu
yang baru masuk di dalam intelek anak.
5)
Pengajaran alam sekitar memberikan

apersepsi

emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional
dengan anak.
Sedangkan J. Lightart mengemukakan pegangan dalam Het
Volle Leven sebagai berikut:
1)
Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu
sebelum mendengar namanya, tidak kebalikannya, sebab kata
itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu.
2)
Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada
pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus
dipusatkan atas pengajaran itu.
3)
Haruslah diadakan perjalanan

memasuki

hidup

senyatanya kesemua jurusan, agar murid faham akan hubungan
antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya (pengajaran
alam sekitar).
Dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar,
anak akan lebih menghargai, mencintai, dan melestarikan
b.

lingkungannya.
Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat
(1871-1932) dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat
(centres d’interet), disamping pendapatnya tentang pengajaran
global.

Pendidikan

menurut

Decroly

berdasar

pada

semboyan :Ecole pour la vie, par la vie (sekolah untuk hidup
dan oleh hidup). Anak harus didik untuk dapat hidup dalam
masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus
diarahkan
masyarakat.

kepada
Dari

pembentukan
penelitian

individu
secara

dan

tekun,

anggota
Decroly

menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi
pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas
dari Declory, yaitu:
1)
Metode global (keseluruhan). Hal ini berdasar atas prinsip
psikologi Gestalt. Methode ini bersifat video visual sebab arti
sesuatu kata yang diajarkan itu selalu di asosiasikan dengan
tanda atau tulisan, atau suatu gambar yang dapat dilihat.
2)
Centre d’ interet (pusat-pusat minat). Pengajaran harus
disesuaikan dengan minat-minat spontan masing-masing anak.
Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri
dan minat tersebut dapat dibedakan menjadi:
(a) Dorongan mempertahankan diri
(b) Dorongan mencari makan dan minum
(c) Dorongan memelihara diri
Sedangkan minat terhadap masyarakat (biososial) adalah:
(a) Dorongan sibuk bermain-main
(b) Dorongan meniru orang lain
Pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan
pusat-pusat minat tersebut. Pemusatan perhatian dalam
pengajaran biasanya dilakukan bukan hanya pada pembukaan
pengajaran, tetapi juga pada setiap kali akan membahas sub
c.

topik baru.
Sekolah Kerja
J.A Comenius

menekankan

mengembangkan fikiran, ingatan,
(keterampilan, kerja tangan).

agar

pendidiakn

bahasa, dan tangan,

Perlu dikemukakan bahwa

sekolah kerja itu bertolak dari pandangan bahwa pendidikan
tidak hanya kepentingan bagi individu tetapi juga demi
kepentingan masyarakat.
Menurut G. Kerschensteiner tujuan sekolah adalah:
(1) Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang
didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari
pengalaman sendiri.
(2) Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran
tertentu.
(3) Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan
jabatan dalam mengabdi negara.

Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban sekolah adalah
mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Oleh karena
itu, sekolah kerja dibagi menjadi tiga golongan besar:
(1) Sekolah-sekolah perindustrian (tukang cukur, tukang
cetak, tukang kayu, tukang daging, masinis, dan lain-lain).
(2) Sekolah-sekolah perdagangan (makanan, pakaian, bank,
asuransi, pemegang buku, porselin, pisau, dan gunting dari
besi, dan lain-lain).
(3) Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para
calon ibu yang diharapkan akan mengahsilkan warga negara
yang baik.
Pengikut Kerschensteiner antara lain ialah Leo De Paeuw. Leo
membuka lima macam sekolah kerja yaitu:
(1) Sekolah teknik kerajinan,
(2) Sekolah pertanian bagi anak laki-laki,
(3) Sekolah dagang,
(4) Sekolah rumah tangga kota,
(5) Sekolah rumah tangga desa.
Gagasan sekolah kerja sangat mendorong berkembangnya
d.

sekolah kejuruan di setiap negara, termasuk di indonesia.
Pengajaran Proyek
Dasar filosifis dan pedagogis dari pengajaranpengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey (1859-1952).
Dewey

menegaskan

bahwa

sekolah

haruslah

sebagai

mikrokosmos dari masyarakat,oleh karena itu pendidikan
adalah suatu proses kehidupan itu sendiri dan bukannya
penyiapan untuk kehidupan di masa depan.
Dalam pengajran proyek anak bebas menetukan
pilihannya

(terhadap

pekerjaan),

merancang,

serta

memimpinnya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran
proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara komperehensif; dengan kata
lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara
5.

multidisiplin.
Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap

Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia
Gerakan-gerakan baru tidak diadopsi seutuhnya di suatu
masyarakat atau negara tertentu, namun asas pokoknya

menjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam masyarakat
atau negara trsebut.
Kajian tentang pemikiran-pemikiran pendidikan pada
masa lalu akan sangat bermanfaat untuk

memperluas

pemahaman tentang seluk-beluk pendidikan, serta memupuk
wawasan hitoris dari setiap tenaga kependidikan.
5. Implikasi pemikiran klasik dan pemikiran baru dalam pendidikan
Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan peraktek
pendidikan di Indonesia.
Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan
potensi lainnya dari anak, namun upaya penciptaan lingkungan untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula secara
optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empirisme
dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu
dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima sesuai
dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang
konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah.
Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya
kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia (Sulo lipu la sulo,
1981: 30-46).
Gerakan baru dalam pendidikan dan pengaruhnya terhadap
pelaksanaan pendidikan di Indonesia
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntun
pengangan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat
menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja. Gerakangerakan baru dalam pendidikan anak harus bersifat subjektif dan
objektif.
Pengaruh

gerakan

baru

dalam

penyelengaraan pendidikan di Indonesia

pendidikan

terhadap

Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan
tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan berlajar mengajar di
sekolah; namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua
segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional.
Perlu ditekankan lagi bahwa tentang pemikiran-pemikiran
pendidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluas
pemahaman tentang seluk beluk pendidikan serta memupuk wawasan
historis dari setiap tenaga kependidikan.

DAFTAR PUSTAKA
(ant-45)Sumber: Suaramerdeka.Com
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta