Pengaruh Penyimpanan terhadap Viabilitas dan Aktivitas Antibakteri Bakteriosin dari Bakteri Asam Laktat (BAL) pada Sediaan Probiotik

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS
DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI BAKTERIOSIN
DARI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL)
PADA SEDIAAN PROBIOTIK
ABSTRAK
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek
menguntungkan bagi kesehatan inang jika diberikan dalam jumlah yang cukup
(107 CFU/hari). Golongan bakteri asam laktat (BAL) seperti Lactobacillus,
Streptococcus dan bakteri Bifidobacterium paling umum digunakan sebagai
bakteri probiotik guna memelihara ekologi mikroflora saluran pencernaan dengan
menghambat laju pertumbuhan mikroflora yang tidak diinginkan seperti bakteri
Staphylococcus aureus (S. aureus) dan bakteri Escherichia coli (E. coli). Efek
tersebut disebabkan oleh kemampuan bakteri dalam menghasilkan asam laktat
serta substansi penghambat spesifik seperti bakteriosin yang memiliki aktivitas
antibakteri luas terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan
terhadap viabilitas dan aktivitas antibakteri bakteriosin dari bakteri asam laktat
(BAL) pada sediaan probiotik terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.
Sediaan probiotik yang digunakan adalah A (Lacto B), B (Rillus),
C (Interlac) dan D (Lacbon) masing-masing mengandung BAL tunggal maupun
campuran. Uji viabilitas BAL dilakukan dengan menghitung koloni bakteri yang

tumbuh pada media MRSA dan menguji aktivitas antibakterinya pada setiap uji
viabilitas. Uji aktivitas antibakteri bakteriosin dari BAL dilakukan terhadap bakteri
S. aureus dan E. coli pada media MHA menggunakan cakram kertas berdiameter 6
mm dengan Tetrasiklin HCl 30 µg sebagai kontrol positif dan akuades sebagai
kontrol negatif. Pengujian dilakukan setiap 7 hari dimulai hari ke-0 dan sesudah
penyimpanan pada suhu 4oC dan 28oC selama 28 hari.
Penelitian menunjukkan bahwa viabilitas BAL A tidak sesuai label
(5,04 x 107 CFU/sachet), sedangkan viabilitas BAL B, C dan D sesuai label.
Penyimpanan pada suhu 28oC selama 28 hari menyebabkan penurunan signifikan
pada viabilitas BAL C (P < 0,05) meskipun seluruh BAL tetap menunjukkan
adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli pada tiap uji
viabilitas. Penyimpanan pada suhu 28oC selama 28 hari menyebabkan penurunan
aktivitas antibakteri bakteriosin yang signifikan dari BAL A terhadap bakteri
S. aureus dan E. coli dan BAL B terhadap bakteri E. coli (P < 0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini sebaiknya melakukan penyimpanan pada
suhu 4oC guna mempertahankan viabilitas dan aktivitas antibakteri bakteriosin dari
BAL pada sediaan probiotik.

Kata kunci: Probiotik, Viabilitas, Antibakteri, Bakteriosin, Penyimpanan.


Universitas Sumatera Utara

THE EFFECT OF STORAGE ON VIABILITY AND
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF BACTERIOCIN
FROM LACTIC ACID BACTERIA (LAB)
IN PROBIOTIC PREPARATIONS
ABSTRACT
Probiotic is living microorganism that confer a health benefit on the host
when it is administered in adequate (107 CFU/day). Group of lactic acid bacteria
(LAB) such as Lactobacillus, Streptococcus and Bifidobacterium bacteria most
commonly used as probiotic bacteria to preserve ecology of digestive tract
microflora that inhibit the growth of unwanted microflora such as Staphylococcus
aureus (S. aureus) and Escherichia coli (E. coli). The effect is caused by ability of
bacteria to produce lactic acid like bacteriocin that have broad antibacterial activity
against Gram positive and Gram negative bacteria.
The objective was to determine the effect of storage on the viability and the
antibacterial activity of bacteriocin from lactic acid bacteria (LAB) in probiotic
preparations against S. aureus and E. coli.
Four different of probiotic preparations was used A (Lacto B), B (Rillus),
C (Interlac) and D (Lacbon) each contains single or mixed LAB. Viability test of

LAB was done by counting number of colony bacteria that live on MRSA medium
and then test of antibacterial activity of LAB was usually after viability test. Test
of antibacterial activity bacteriocin of LAB against S. aureus and E. coli on media
MHA using paper disc of diameter 6 mm, Tetracycline HCl 30 µg as positive
control and distilled water as negative control. Observation was done every 7 days
started on day 0 and after storage at temperature 4oC and 28oC for 28 days.
The result show that counts of the colonies from LAB A was less on the
label (5,04 x 107 CFU/sachet), whereas viability of B, C and D as a lable. Storage
at temperature of 28oC for 28 days counts significant loss of viability from LAB C
(P < 0.05) although LAB still inhibit zone against S. aureus and E. coli in each test
viability. Storage at temperature of 28oC for 28 days decrease significantly on the
antibacterial activity LAB of bacteriocin for sample A against S. aureus bacteria
and E. coli and LAB B against E. coli bacteria (P < 0.05).
Conclucions from this study suggest that storage at temperature of 4°C
for 28 days maintain viability and antibacterial activity bacteriocin LAB in
probiotic preparations.

Key words: Probiotic, Viability, Antibacterial, Bacteriocin, Storage.

Universitas Sumatera Utara