Wisata Kuliner dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Nasution (2003: 5)
penelitian kualitatif adalah mengamati seseorang dalam suatu lingkungan, berinteraksi
dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang kawasan sekitar. Hal yang senada
dengan pendapat Nasution bahwa menurut Sukmadinata (2005:60) menyatakan penenelitian
kualitatif suatu penelitian yang ditujukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan suatu
peristiwa, fenomena serta pemikiran orang secara individu maupun kelompok.
. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Moleong
(2007:11) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif menekankan pada data berupa katakata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti. Pengambilan sampel atau sumber data pada penelitian ini dilakukan
secara puposive dan untuk ukuran sampel tersebut ditentukan secara snowball, taknik
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisa data bersifat kualitatif dan hasil
penelitian menekankan makna generalisasi.
Dasar pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan hasil
dari penelitian ini hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-wawancara
mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas
Universitas Sumatera Utara
mengenai pemahaman peneliti yang ingin mengetahui perubahan sosial apa yang terjadi pada
masyarakat terkait keberadaan wisata kuliner Desa Bagan Percut. Karena pada hakikatnya
dengan metode penelitian kualitatif informasi yang didapat berupa keterangan-keterangan
dan terjadi secara fakta alamiah yang terjadi di lapangan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang yang berada di sekitaran kawasan wisata kuliner serta rumah
pendududuk masyarakat sekitar.
3.1 Unit Analisis dan Informan
3.3.1 Unit Analisis
Menurut Yin (1997 : 30) unit analisis dibedakan dalam dua bagian yaitu
individu meliputi orang-orang dan non individu meliputi organisasi atau lembaga. Unit
analisis
sebagai
pedoman
definisi
dikaitkan
dengan
cara
penentuan pertanyaan-
pertanyaan awal penelitian. Berdasarkan definisi diatas, maka yang menjadi unit aalisis
individu adalah informan kunci dan informan serta yang menjadi unit analisis kajiannya
adalah masyarakat sekitar yang berada di kawasan wisata kuliner di Desa Bagan Percut.
3.3.2 Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara.
Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun
fakta dari suatu penelitian (Bungin, 2007:111). Adapun informan dalam penenlitian ialah:
•
Tokoh masyarakat yang terdiri 2 informan
Universitas Sumatera Utara
•
Pelaku wisata wisata yang terdiri 1 informan
•
Pelaku bisnis yang terdiri 1 informan
•
Masyarakat sekitar yang terdiri 6 informan
3.4 Teknik Pengumpulan data
Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian dilapangan, maka diperlukan
adanya alat pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan
yang bersangkutan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
menggunakan teknik pengumpulan data primer dan skunder:
3.4.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan langsung ke
lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap
infroman. Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:
1.
Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Oberservasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pengindera
mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya (Bungin, 2007:118). Dengan menggunakan
metode observasi ini penelitian dapat mengamati masyarakat yang melakukan aktivitas
wisata, ada beberpa aktivitas wisata yang di Desa Bagan Percut seperti nelayan, tempat
pelelangan ikan dan masyarakat yang bekerja sebagai tukang parkir serta pelayan dan juru
Universitas Sumatera Utara
masak yang ikut terlibat dapat diamati secara keseluruhan. Peneliti juga mengamati aktivitas
masyarakat bagaimana kehidupannya dan bagaimana pola interaksi yang terjadi pada
individunya serta peneliti megamati gaya hidup masyarakat Bagan Percut terkait keberadaan
wisata kuliner. Observasi untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat di
Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan tidak hanya mengamati dari masyarakat yang
terlibat dalam aktivitas wisata melainkan juga dari masyarakat yang tidak terlibat. Observasi
ini betujuan untuk mengambil perubahan sosial yang terjadi berdasarkan pengamatan lalu
mencocokkan pengamatan dengan hasil wawancara, dan selain itu juga mengungkapkan
kenyataan yang tidak terdapat dalam wawancara.
2.
Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan
informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin 2007:111). Adapun aspek-aspek yang mau
diwawancarai agar mengetahui perubahan sosial wisata kuliner yaitu mewawancarai
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata ataupun masyarakat yang tidak terlibat dan
mewawancarai dan melihat pemaknaan dari masing-masing informan tentang apa yang
dirasakan, dialami serta mewawancarai lebih mendalam tentang presepsi masyarakat sekitar
sejak keberadaan wisata kuliner di Bagan Percut yang sebelumnya sudah testruktur dalam
draft wawancara yang telah dipersiapkan peneliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian.
Pengumpulan data sekuder dalam penelitian ini melalui penelitian studi kepustakaan yang
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk mendukung data, diperoleh oleh buku-buku ilmiah, laporan penelitian
ilmiah, dokumen, jurnal, skripsi, dan foto yang dianggap relavan dengan masalah yang
diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan upaya memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam
dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian
dilakukan dengan meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang akurat yang
diperoleh dari lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat mengumpulkan banyak
data baik dari hasil wawancara, observasi maupun dari dokumentasi. Data tersebut semua
umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan. Oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat
katagori-katagori. Data yang telah diperoleh dari hasil studi kepustakaan juga terlebih dahulu
dievaluasikan dan data dikelompokkan menjadi data yang dapat dikelola. Sedangkan hasi
observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Ahir dari semua proses dinarasikan
sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau
penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam
pengambilan kesimpulan-kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1
Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis Dan Deskripsi Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Secara geografis Kecamatan Percut Sei Tuan berada di Kabupaten Deli Serdang dan
batas administratif wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan berbatasan dengan beberapa
kecamatan yang ada di Kota Medan dan berbatasan juga dengan Kecamatan Labuhan Deli
dan Kecamatan Batang Kuis. Adapun mengenai batas administrasi Kecamatan Percut Sei
Tuan adalah sebagai berikut :
•
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Medan.
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Pantai
Labu.
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Medan dan Kecamatan Labuhan Deli.
Luas wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan adalah 190,79 Km2 yang terdiri dari 18
desa, 2 Kelurahan, 230 dusun, dan 24 lingkungan dengan ibukota kecamatan adalah Desa
Tembung. Dusun Bagan berada di desa Percut
Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan
Percut Sei Tuan. Menurut sejarah nama Percut diambil dari nama panggilan untuk
wanita Aceh. Dimana wilayah ini pada masa penjajahan kolonial Belanda terjadi
perlawanan rakyat Percut untuk mengusir penjajah yang dipimpin seorang wanita
bersuku Aceh yang dipanggil “cut”. Maka nama Percut sendiri merupakan singkatan
dari kalimat “perjuangan cut” yang bertujuan untuk mengenang dan menggambarkan
betapa gigihnya perjuangan seorang cut untuk membebaskan wilayah ini dari penjajahan
Universitas Sumatera Utara
Belanda Kecamatan Percut Sei Tuan ini mempunyai luas 190,79 Km² yang terdiri dari 18
desa dan 2 kelurahan. Lima desa dari wilayah kecamatan merupakan desa pantai
dengan ketinggian dari permukaan air laut dengan berkisar dari 10-20 m dengan curah
hujan rata-rata 24 persen. Salah satunya adalah
Desa Percut yang terletak dengan jarak
dari desa ke ibukota kecamatan Percut Sei Tuan (Tembung)
adalah 15 Km dan jarak
ke ibukota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) kurang lebih 35 Km. Dan kurang
lebih 20 Km jarak ke ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan).
Desa Percut terdiri dari 18 lingkungan/dusun yang masing-masing dipimpin oleh
seorang kepala lingkungan, pada tahun 1980 di Kecamatan Percut Sei Tuan dihuni
oleh
kurang
lebih
272.000 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantau
yang datang ke daerah ini. Penduduk di desa ini terdiri dari berbagai suku bangsa
namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai suku asli yang mendiami
daerah ini. Selain itu juga terdapat penduduk dari suku Batak Toba, Mandailing, Jawa,
Karo dan Simalungun.
4.1.2 Sejarah Perkembangan Wisata Kuliner Bagan Percut
Bagan Percut merupakan daerah pesisir pantai yang kaya akan sumber daya alam dan
perikanan. Hal yang sama Menurut Bengen (2000) wilayah pesisir produktif baik bagi
sumber pariwisata. Dengan demikian, berdasarkan hasil dari penenlitian munculnya wisata
kuliner pada saat ini merupakan suatu perubahan yang baik bagi masyarakat sekitar akan
tetapi, pesatnya wisata kuliner tidak berjalan begitu saja melainkan adanya sejarah yang
terjadi pada wisata kuliner Bagan Percut. Pada awalnya daerah Bagan Percut ini tidak
dijuluki sebagai tempat wisata karena masih belum terpikirkan oleh masyarakat sekitar dan
belum menyadari potensi-potensi wisata yang dapat menarik wisatawan. Seperti yang
dikatakan oleh informan Pohan :
Universitas Sumatera Utara
“...Dulu Bagan Percut ini dikenal karena ada TPI aja untuk
tempattempat wisata mana ada dulu, paling cuma rumah makan kecil itu pun tidak
terlibatnya masyarakat disini jadi gak ada sampai ramai seperti wisata kuliner
saat ini.”(Wawancara: 15- Juni-2017)
Dari wawancara informan diketahui bahwa Bagan Percut hanya dikenal dengan
adanya tempat pelelangan ikan (TPI). Pada tahun 1997 berdirinya rumah makan kecil yang
bernama rumah makan Ibu Rabu akan tetapi rumah makan tersebut tidak membawa
perubahan bagi masyarakat sekitar. Tidak berkembangnya rumah makan Ibu Rabu
diakibatkan tidak ikut sertanya masyarakat sekitar dalam mengelola ataupun bekerja sama .
Pada saat itu juga belum munculnya teknologi serta media sosial sehingga sulit dalam
berkembangnya rumah makan tersebut dan tidak berpengaruh pada masyarakat sekitar dalam
perubahan sosial. Informan Bustambi mengatakan bahwa:
“...Rumah makan Ibu Rabu pertama kali berdiri di Bagan Percut dan enggak
lama kemudian sudah hancur di terjang ombak malam. Tetapi, tempat
pelelalangan ikan tetap ada. (Wawancara: 18 Juni 2017)”
Seperti yang dikatakan oleh informan bahwa pertama kali muncul rumah makan di
Bagan Percut yaitu rumah makan Ibu Rabu dan tidak berlangsung lama berdirinya rumah
makan tersebut hanya sebentar karena hancur akibat di terjang ombak malam. Dengan
demikian, rumah makan yang hancur tersebut digantikan oleh anaknya dari Ibu Rabu. Seperti
yang dikatakan oleh informan Aran bahwa:
“Ibu Rabu itu ibu kandung saya, jadi setelah hancur rumah makanya
istilahnya saya menggantikan buka usaha dan terpikirkan untuk membuka
usaha Restoran Terapung pada tahun 2012 jadi, saya bukan meneruskan
usaha Ibu Rabu. Saya berinisiatif untuk membangun wisata yang menarik
dan mengajak warga dalam membangun Restoran Terapung. (Wawancara:
15 Juli 2017)”
Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada tahun 2012 berdirinya Restoran Terapung
yang didirikan oleh Aran. Berdirinya Restoran Terapung melibatkan masyarakat sekitar
dalam membantu membangun dan mengembangkan Restoran Terapung. Dari beberapa
gagasan-gagasan masyarakat maka terlibatnya TPI (Tempat Pelelalangan Ikan) dan nelayan
Universitas Sumatera Utara
dalam kehadiran Restoran Terapung. Setelah munculnya Restoran Terapung muncul tidak
lama kemudian muncul rumah makan Cahaya Putri dan rumah makan Aceh Timur lalu di
bangun kembali rumah makan Ibu Rabu dan diikuti oleh rumah makan lainnya. Pada tahun
2013 keberadaan wisata kuliner di Bagan Percut mulai memesat dan menjadi tempat favorit
dalam wisata kuliner yang memiliki ciri khas makanan laut.
.
Ada 5 tempat wisata kuliner di Bagan Percut dan pada saat ini sudah bermunculan
tempat wisata yang baru. Seperti yang dikatakan informan Bustambi bahwa:
“Sekarang satu restoran yang ramai semua pada ikutan buka mulai
dari satu dua yang buka restoran sekarang sudah 5 dan ini mau dibangun
lagi tempat wisata kolam pancing, lalu dibangun lagi rumah makan yang
bisa mancing. Nanti tahun berikutnya sudah siap makin ramailah lagi wisata
disini.”(Wawancara:18-Juni-2017)
Pelaku bisnis baru mulai muncul untuk mendirikan tempat wisata lainnya, besarnya
peluang karena di akibatkan pesatnya pengunjung. Pesatnya pengunjung tentunya ada hal-hal
yang membuat pengunjung dapat tertarik dalam berwisata kuliner ke Bagan Percut. Seperti
yang di katakan informan Manal bahwa:
“Tidak ada wisata kuliner khusus seafood yang tempatnya ada karokean,
bisa naik kapal, belanja sendiri seperti dipajak, jadi orang Medan gak
pernah bosan untuk makan disini apalagi kalau rame-rame. (Wawancara: 08
Juli 2017)”.
Daya tarik wisata merupakan hal yang penting diperhatikan oleh masyarakat ataupun
pelaku bisnis karena daya tarik wisata menjadi salah satu penyebab perkembangan wisata.
Berdasarkan hasil dari penelitian adapun yang membuat wisata kuliner Bagan Percut dapat
berkembang hingga saat ini dengan adanya daya tarik wisata Bagan Percut ini yaitu:
1.Memiliki Makanan Khas
Desa Bagan Percut merupakan wilayah pesisir yang kaya akan sumber daya
perikanan, tentunya wisata kuliner yang terletak di Desa Bagan Percut memiliki makanan
Universitas Sumatera Utara
yang khas dari hasil sumber daya laut. Memiliki makanan yang khas merupakan suatu
keunikan bagi pengunjung terutama makanan khas hasil dari laut tersebut langsung dari
tangkapan nelayan lalu hasilnya di distribusikan kepada pedagang TPI (Tempat Pelelalangan
Ikan). Memiliki makanan khas hasil laut yang segar menjadi salah satu daya tarik pengunjung
wisata. Desa Bagan Percut yang terkenal dengan adanya TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan
memiliki sumber perikanan yang kaya menjadi salah satu sumber penarikan bagi wisata
kuliner Bagan Percut. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri karena hasil tangkapan
nelayan tersebut langsung di distribusikan dan di dagangkan oleh TPI. Jadi, pengunjung dapat
membeli makanan khas seafood yang baru dan masih segar dengan harga yang terjangkau.
2. Kawasan Menarik Dan Unik
Kawasan yang menarik dan unik adalah kawasan wisata yang di cari oleh pengunjung
wisata, kawasan yang menarik tidak hanya dari sebuah sumber daya alam saja akan tetapi
bisa melalui dari hasil buatan manusia. Setiap tempat wisata tentunya memiliki kawasan yang
menarik tersendiri, kawasan yang menarik tersebut bisa dituangkan oleh-oleh masyarakat
yang memiliki ide-ide kreatif dari pelaku bisnis ataupun masyarakat. Seperti halnya Desa
Bagan Percut yang memiliki TPI (tempat pelalangan ikan) dapat membantu keteretarikan
kawasan wisata Bagan Percut. Hal yang menariknya adalah biasanya wisata kuliner atau
tempat makan tidak melibatkan untuk berbelanja dahulu, jadi Bagan Percut ini memiliki
keunikan dengan para pengunjung sebelum memasuki rumah makan harus berbelanja bahan
pokok hasil dari laut yang di tangkap oleh nelayan. Hal yang menariknya lagi adalah
pengunjung bisa merasakan kapal boat untuk keliling pantai, tidak hanya itu saja yang
menjadi kawasan yang menarik dan unik di Desa Bagan Percut tetapi dengan fasilitasfasilitas seperti musik atau wahana permainan anak menambah kawasan Began Percut
memiliki keunikan tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
3. Suasana Kekeluargaan
Suasana keluarga merupakan motiv utama yang muncul pada setiap manusia yang
ingin melakukan wisata, suasana keluarga tentunya menjadi salah satu daya tarik bagi
pengunjung karena keluarga tidak akan pernah lepas dalam masanya untuk berwisata. Hal
yang utama dalam beriwsata yaitu keluarga, bagaimana keluarga bisa berkumpul dalam suatu
tempat wisata dengan hiburan-hiburan atau fasilitas dan keunikan tempat wisata tersebut.
Desa Bagan Percut yang situasi fasilitas dan kondisinya merupakan suasana kekeluargan
dengan memiliki makanan khas yang bisa di kosumsi oleh banyak orang serta memiliki
suasana tempat kekeluargaan dengan menyediakan tempat lesehan serta failitas musik yang
dapat
menghibur
menambahkan
suasana
kekeluargaan
wisata
kuliner
Bagan
Percut.Berdasarkan dari hasil lapangan pengunjung yang data ke Bagan Percut lebih dominan
pendatang dengan membawa keluarganya serta teman sekelompok yang bisa dibilang
bahwasanya wisata kuliner tersebut menjadi daya tarik karena suasana kekeluargaanya.
4. Pelayanan Yang Baik
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
langsung (Moenir, 1992:16). Pelayanan dapat terjadi antara seseoarang dengan seseorang,
seseorang dengan kelompok. Seperti halnya adanya kegiatan wisata maka ada pula terdapat
pelayan di wisata kuliner Bagan Percut. Pelayan melakukan tugasnya dengan baik agar suatu
tujuanya dapat tercapai, dengan adanya pelayanan yang baik akan menambah daya daya tarik
bagi wisata kuliner. Jika dikaitkan dengan masalah penelitian ini maka dapat dilihat peran
dan fungsi pelayan dalam menjalankan setiap kegiatanya dengan baik agar tercapainya
tujuan. Pelayan wisata kuliner Bagan Percut mempunyai sifat yang ramah, santun dan giat
dalam bekerja. Dengan demikian, apabila kinerja pelayanan yang baik maka para pengunjung
juga merasa puas dengan kata lain maka pelayanan yang baik dikatagorikan sebagai penarik
pengunjung yang datang.
Universitas Sumatera Utara
5. Peluang Bersosialisasi
Adanya suatu kegiatan wisata maka tidak lepas adanya suatu interaksi yang terjadi,
kegiatan wisata yang saling berhubungan anatara individu dengan individu atau individu
dengan kelompok dapat memicunya adanya sosialisasi. Dengan demikian hal tersebut
menjadikan adanya peluang bersosialisasi terutama munculnya masyarakat dari luar
menyebabkan adanya hubungan antara pengunjung dan masyarakat sekitar menyebabkan
peluang bersosialisasi.
4.2
Profil Informan
Informan pada penelitian ini adalah masyarakat sekitar Desa bagan Percut yang
terkait dengan keberadaan wisata kuliner termasuk pelaku wisata dan pelaku bisnis. Masingmasing masyarakat mempunyai perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupannya terkait
keberadaan wisata kuliner. Informan pada peneliti ini sebanyak 10 informan yang terdiri dari
2 orang tokoh masyarakat, 1 orang pelaku wisata, 1 orang pelaku bisnis, 6 orang masyarakat
sekitar Bagan Percut. Berikut merupakan profil informan dalam penenlitian ini.
1. Informan Pertama
Nama
: Irwansyah Pohan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Profesi
: Kepala Dusun
Pendidikan
: SMA
Bapak Pohan yang berumur 45 tahun ini merupakan kepala dusun Bagan Percut
Ujung yang menjabat sebagai kepala dusun sudah genap mencapai 2 tahun. Bapak Pohan
Universitas Sumatera Utara
berkediaman tepat disekitaran wisata kuliner Rumah Makan yang terdapat tempat pelelangan
ikan yaitu selang sekitar kurang lebih 3 meter dari rumahnya. Selain berprofesi sebagai
kepala dusun informan juga bekerja sebagai pedagang, sebelum adanya wisata kuliner beliau
berdagang di pasar dekat dengan kediamanya. Setelah ada wisata kuliner Bagan Percut beliau
ikut serta dalam berdagang bahkan informan berdiam diri saja dirumah lalu para pedagang
TPI dan masyarakat lain sudah memesan daganganya. Jenis dagangan informan tersebut yaitu
kerang tidak banyak yang berdagang kerang maka dari itu informan tidak perlu lagi untuk
berdagang keluar melainkan sudah ada pemesan dari pedagang TPI ataupun pelaku bisni
untuk didagangkan pada pengunjung wisata kuliner Bagan Percut. Informan merupakan
sebagai pengikut dalam memajukan wisata kuliner Bagan Percut beliau juga menjadi salah
satu orang untuk mengadakan setiap musyawarah antara masyarakat dan pelaku bisnis agar
saling menguntungkan dan tidak terjadi konflik satu dengan yang lainnya. Jadi, informan
sangat berperan aktif dalam keberadaan wisata kuliner Bagan Percut.
Kegiatan Bapak Pohan dan keluarga tentunya bertambah dengan adanya aktivitasaktivitas wisata kuliner dan seiring berjalan aktivitas tersebut Bapak Pohan dan Keluarga
mengalami perubahan sosial akibat dari keberadaan wisata kuliner Bagan Percut.
2. Informan Kedua
Nama
: Bustambi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Pedagang
Pendidikan
: SMP
Bapak Bustambi yang berumur 54 tahun merupakan sebagai tokoh masyarakat yang
dituakan dan disegani oleh masyarakat sekitar Desa Bagan Percut. Informan yang berfrofesi
sebagai pedagang juga ikut andil dan menjadi suatu penggerak dalam membantu keberadaan
wisata kuliner dalam bekerja sama dengan pelaku bisnis. Informan mengajak masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dalam membantu keberadaan wisata kuliner sehingga terlibatnya campur tangan masyarakat
sekitar yang dalam kemajuan wisata kuliner dan informan jugalah yang mengkoordinasikan
semua masyarakat. Sebelum pesatnya pengunjung sampai pada saat ini informan ikut andil
dan sudah kenal lama sama pelaku bisnis. Informan memiliki banyak hubungan saudara sama
masyarakat sekitar dan mempunyai hubungan sosial yang baik dikalangan masyarakat.
Informan yang memiliki hubungan sosial yang baik menjadi hal yang mudah untuk mengjak
pemuda-pemudi yang pengangguran di Desa Bagan Percut tersebut. Dengan demikian
informan turun tangan dalam mengatur masyarakat sekitar dan berkat beliau juga para
pemuda-pemuda yang berpengangguran ikut serta dalam aktivitas wisata. Bapak Bustami
sangat berperan dalam aktivtas wisata kuliner sehingga Bapak Bustami banyak mengeluarkan
saran-saran kepada masyarakat sekitar yang ikut terlibat dalam aktvitas wisata kuliner.
3. Informan Ketiga
Nama
: Aran
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Pemilik Usaha Restoran Terapug
Pendidikan
: SMA
Informan yang terkenal dipanggil Bang Aran ini berumur 39 tahun yang merupakan
pemilik Restoran Terapung. Bang Aran merupakan asli penduduk Desa Bagan Percut yang
membuka usaha restoranya mulai dari tahun 2012, informan dengan tekad yang kuat
membuka usaha Restoran Terapung dengan menjual rumah dan kendaraanya yang bermodal
tidak sedikit. Dengan demikian, sikap keberanian informan sampai informan tinggal disebuah
gubuk demi membangun Restoran Terapung dan atas kerja sama oleh masyarakat sekitar
Restoran Terapung membawa kemajuan pada tahun 2013 yang diakibatkan tersebarnya
Universitas Sumatera Utara
wisata kuliner. Informan tersebut merupakan anak dari Ibu Rabu Ah yang memiliki Rumah
Makan Ibu Rabu yang pada tahun 1995 sudah berdiri sendiri rumah makan kecil lalu di ikuti
oleh anaknya untuk membuka Restoran terapung sehingga maraknya sampai saat ini.
Informan merupakan bukan seorang pengusaha dan pada awalnya informan hanya seorang
pedagang, sampai informan terpikirkan untuk membuka usaha rumah makan yang melihat
dari jejak Ibunya, tak tanggung-tanggung sampai menjual apa pun dari harta dan bendanya.
Sampai saat ini berkembangnya wisata kuliner Bagan Percut mengakibatkan sukses informan
sampai memiliki 3 rumah di sekitaran Desa Bagan Percut. Bang Aran yang memiliki 3 orang
anak ini merupakan asli penduduk Desa Bagan Percut dengan demikian mempermudah akses
dalam membangun wisata kuliner yang melibatkan masyarakat sekitar sehingga sukses
sampai saat ini.
4. Informan Keempat
Nama
: Manal
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: Pelajar
Pendidikan
: Mahasiswi
Manal merupakan salah satu pengunjung wisata kuliner Bagan Percut, Manal berumur
20 tahun ini sudah berkunjung kurang lebih 5 kali. Kunjungan Manal di Bagan Percut lebih
kepada acara perkumpulan teman pada saat ultah serta pernah juga berkunjung bersama acara
keluarga dan reunian. Beliau mengetahui wisata kuliner Bagan Percut melalui media sosial
yang lagi trend dengan wisata Bagan Percut yang merupakan makanan khas seafood yang
tempat dan wilayahnya juga saat unik. Pada awalnya beliau berkunjung untuk pertama
kalinya bersama teman, setelah itu manal mengajak keluarganya untuk berkunjung ke wisata
Universitas Sumatera Utara
kuliner Bagan Percut dan mulai beruntun seterusnya. Keluarga beliau juga suka berkunjung
ke wisata kuliner Bagan Percut dilanjuti oleh keluarganya mengajak teman-teman orang
tuanya untuk mengadakan arisan di Bagan Percut.
5. Informan Keenam
Nama
: Leman
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Nelayan
Pendidikan
: SMA
Bapak Leman yang berumur 41 tahun memiliki pendidikan terakhir SMA ini sudah
lama bergabung didalam aktivitas wisata kuliner Bagan Percut. Informan bekerja sebagai
nelayan kurang lebih sudah 20 tahun, informan sudah berkeluarga dan memiliki 3 orang
anak. Informan juga merasakan perubahan sosial yang terjadi semenjak adanya wisata kuliner
Bagan Percut. Semenjak adanya wisata kuliner pekerjaan sebagai nelayan sudah ada yang
distribusikan dan para pelelangan ikan tidak sungkan-sungkan untuk membeli hasil
tangkapan nelayan karena sudah ada wisata kuliner yang mempermudah dalam berdagang.
Terlibatnya Bapak Leman dalam keberadaan wisata kuliner bukan melalui dari siapapun
melainkan teribatnya sendiri dari keinginan sendiri dan kebetulan tidak ada syarat atau
batasan dalam menjual hasil tangkapan, melainkan dari relasi pertemanan yang sudah
terpercaya dan saling membutuhkan.
6. Informan Keenam
Nama
: Safii Manulang
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Pengelola TPI
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan
: SMA
Bapak Safii yang berumur 47 tahun ini merupakan seorang yang berperan di dalam
TPI (Tempat Pelalangan Ikan), beliau salah satu toke yang ada di TPI tersebut. Sebelum
berdiri wisata kuliner dengan pesat beliau juga sudah bekerja sebagai pengelola TPI ( Tempat
Pelelangan Ikan) sudah hampir 25 tahun beliau bekerja di TPI sampai saat ini. Beliau
merupakan asli warga penduduk Bagan Percut dan memiliki 4 orang anak yang pada saat ini
semua anak beliau duduk dibangku pelajar. Keberadaan wisata kuliner yang berkembang
membawa perubahan bagi beliau karena beliau merasakan sendiri sebelum dan sesudah
adanya wisata kuliner Bagan Percut. Beliau yang menduduki sebagai pengelola TPI sangat
berperan penting di tempat pelalangan ikan, karena beliau bisa mengkoordinasikan TPI.
Salah satu yang menjadi keunikan wisata kuliner yaitu dengan adanya TPI maka pelaku
wisata dapat membeli hasil tangkapan nelayan yang segar untuk di kosumsi, maka dengan
demikian TPI sangat berperan dalam wisata kuliner.
7. Informan Ketujuh
Nama
: Marlia
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: IRT
Pendidikan
: SMP
Ibu Marlia yang berumur 46 tahun ini berkediaman di sekitaran wisata kuliner Bagan
Percut turut ikut serta dalam aktivitas wisata. Informan mempunyai seorang suami sebagai
pedagang dan memiliki 4 orang anak. Walaupun informan perempuan tetapi informan ikut
serta dalam penjaga parkir yang salah satu aktivitas wisata kuliner Bagan Percut. Terlibatnya
informan dalam penjaga parkir dikarenakan kediaman informan memiliki tanah kosong yang
Universitas Sumatera Utara
tepat untuk dijadikan tempat parkir kendaraan sepeda motor, karena itulah informan terlibat
dalam penjaga parkir. Karena pengunjung yang pesat maka kendaraan pengunjung wisata
kuliner sampai parkir di depan rumah informan. Maka dari itu kendaraan yang sekitaran
rumahnya dipakai untuk parkir maka secara tidak langsung ia ikut andil dalam aktivitas
wisata tersebut. Jarak rumah beliau dengan rumah makan tepat di depan rumah makan
tersebut, setiap hari libur Marlia berubah profesi menjadi tukang parkir. Pada awalnya
informan merupakan seorang ibu rumah tangga dengan keberadaan wisata kuliner maka
terlibatnya informan. Terlibatnya informan dalam aktivitas wisata sejak pesatnya pengunjung
pada tahun 2013 dikarenakan kendaraan pengunjung sampai pada sekitaran rumahnya, hal
tersebut menjadikan ibu Marlia terlibat dalam aktivitas wisata.
8. Informan Kedelapan
Nama
: Suciyati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: IRT
Pendidikan
: SMP
Ibu Suciyati seorang ibu rumah tangga yang berumur 39 tahun, ibu Suciyati tersebut
memiliki 2 orang anak yang sedang duduk dibangku sekolah. Informan tersebut memiliki
suami yang bekerja sebagai supir di salah satu perusahaan rokok. Informan bertempat tinggal
yang kediamanya jauh dari pusat wisata kuliner. Keluarga informan tersebut tidak terlibat
dalam aktivitas wisata, walaupun kediaman informan dekat dari wisata tersebut tidak menjadi
patokan dalam terlibatnya aktivitas wisata. Tidak terlibatnya keluarga ibu Suciyati bukan
karena tidak kuatnya hubungan antara warga setempat melainkankan tidak diberi izin oleh
pihak suami. Akan tetapi, informan sering berkumpul dengan ibu-ibu yang sedang
Universitas Sumatera Utara
berkegiatan mengelola daganganya dan ikut dalam membantu. Walaupun informan tidak
terlibat akan tetapi berpengaruh oleh informan karena adanya hubungan kontak sosial secara
tidak langsung.
9.
Informan Kesembilan
Nama
: Ida wahyuni
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: Pelayan Restoran
Pendidikan
: SMA
Ida wahyuni yang berusia 22 tahun merupakan pelayan RM. Cahaya Putri yang sudah
bekerja selama 3 tahun. Ida Wahyuni merupakan pelayan yang mengantar pesanan para
pengunjung yang sudah siap saji, maka secara langsung informan berinteraksi langsung
dengan pengunjung wisata kuliner. Informan memiliki keluarga yang bekerja sebagai nelayan
serta ibu informan sebagai IRT. Terlibatnya informan dalam aktivitas wisata disebabkan oleh
kurangnya karyawan sejak pesatnya pengunjung dan sebelumnya informan bekerja di pabrik
roti yang letaknya sangat jauh dari kediamannya, dengan demikian informan memutuskan
untuk bekerja sebagai pelayan di RM. Cahaya Putri.
10. Informan Kesepuluh
Nama
: Yudi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Penjaga parkir dan nelayan
Pendidikan
: SMP
Universitas Sumatera Utara
Yudi yang berusia 23 tahun merupakan penjaga parkir wisata kuliner Bagan Percut,
Yudi yang sudah tamat sekolah dan tidak melanjutkan kuliah lebih memilih bekerja di wisata
kuliner Bagan Percut. Yudi juga merupakan anggota gapertif, gapertif (Gabungan Pemuda
Kreatif) ialah suatu organisasi yang dibentuk oleh pemuda setempat dalam memajukan wisata
kuliner Bagan Percut untuk pusat informasi wisata Bagan Percut. Informan merupakan
tangan kanan dari ketua organisasi gapertif selain itu beliau juga bekerja sebagai penjaga
parkir dan nelayan. Setiap hari Senin sampai Kamis informan berprofesi sebagai nelayan
karena setip hari biasa pengunjung tidak begitu ramai sehingga informan lebih memilih
nelayan. Dengan demikian setiap hari Jum’at sampai Minggu informan berkerja sebagai
penjaga parkir. Informan lebih nyaman bekerja sebagai penjaga parkir selain hasil yang
memuaskan pekerjaanya juga tidak berat. Informan yang belum bekeluarga ini biasanya
sebelum adanya wisata kuliner lebih banyak menghabiskan waktu di warung dan semenjak
adanya wisata kuliner informan lebih giat dalam mencari penghasilan.
Tabel 4.1
Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Status, Profesi dan Pendidikan
Terakhir
No
Nama
Jenis
Usia
Status
Profesi
Pend.
Kelamin
Terakhi
r
1
Irwansyah
L
Pohan
2
Bustambi
45
Menikah
Tahun
L
54
Kepala
SMA
Dusun
Menikah
Pedagang
SMP
Menikah
Pemilik
SMA
Tahun
3
Aran
L
39
Tahun
4
Manal
P
20
Restoran
Belum
Mahasiswa
SMA
Universitas Sumatera Utara
5
Suciyati
P
Tahun
Menikah
39
Menikah
IRT
SMA
Menikah
Pengelola
SMA
Tahun
6
7
Safii
L
47
Manulang
Thaun
Marlia
42
TPI
Menikah
IRT
SMP
Menikah
Nelayan
SMP
22
Belum
Pelayan
SMA
Tahun
Menikah
Resoran
24
Belum
Penjaga
Tahun
Menikah
Parkir
Tahun
8
Leman
L
36
Tahun
9
10
Ida Wahyuni
Yudi
P
L
SMP
Sumber: Olahan Peneliti 2017
4.3
Interpretasi Data
4.3.1 Perubahan Sosial Yang Terjadi Pada Masyarakat Desa Bagan Percut
Keberadaan wisata kuliner Bagan Percut menjadi peluang bagi masyarakat dalam
mengalami suatu perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala
kehidupan sosial, perubahan sosial tidak dapat dipandang hanya pada satu sisi saja sebab
perubahan ini mengakibatkan perubahan pada sektor-sektor lain. Perubahan tersebut pasti
dirasakan oleh masyarakat sekitar, secara garis besar perubahan tersebut berupa sistem sosial
masyarakat, pola prilaku, kelembagaan dan gaya hidup. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya perubahan sosial masyarakat Desa Bagan Percut antara lain: 1.
Azazsberdasarkan kepentingan 2. Munculnya Konflik
3.Perubahan pada perilaku sosial
masyarakat menjadi lebih giat 4. Perubahan pola perilaku masyarakat menjadi lebih
individual 5. Munculnya organisasi baru 6. Perubahan gaya busana 7. Masyarakat lebih
Universitas Sumatera Utara
mengetahui merk dan tempat rekreasi. Berikut dibawah ini adalah penjelasan dari ke tujuh
perubahan sosial yang terjadi di Desa Bagan Percut.
4.3.1.1 Sistem Soial: Hubungan Sosial berdasarkan Azas Kepentingan
Hubungan sosial ialah hubungan antara satu perorangan dengan perorangan yang lain
atau antara perseorangan dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok, yang saling
mempengaruhi dan juga didasarkan oleh kesadaran untuk saling membantu dan memiliki
tujuan masing-masing. Dalam menjalankan kehidupan bersama, berbagai etnik yang berbeda
latar belakang kebudayaan tersebut akan terlibat dalam suatu hubungan timbal balik yang
disebut interaksi sosial yang pada gilirannya akan berkembang kepada interalasi sosial.
Interaksi sosial merupakan syarat mutlak bagi terjadinya suatu aktivitas wisata karena
banyaknya melibatkan masyarakat Desa Bagan Percut, mulai dari profesi sebagai nelayan,
pedang TPI maupun masyarakat lainnya sebagai pelayan dan penjaga parkir. Dalam aktifitas
wisata terjadi hubungan sosial timbal balik (social interrelationship) yang dinamik antara
orang dengan orang, orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Manusia
sebagai makhluk sosial
dalam kehidupannya pada dasarnya dalam bentuk memenuhi
kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya membutuhkan manusia lain di
sekelilingnya. Atau dengan kata lain bahwa dalam hidupnya manusia tidak terlepas
hubungannya dengan manusia lainnya, sehingga hubungan antar manusia tersebut merupakan
kebutuhan objektif.
Berdasarkan penjelasan diatas informan Leman mengatakan:
“Kami disini banyak yang ikut terlibat dek semua masyarakat disini boleh
ikut bergabung jadi disini saling terkait semua dek mulai dari nelayan,
pedagang, pihak pemilik jadi ya... hubungan kami harus terjalin bagusbaguslah karena kan disini kami masing-masing punya tujuan yang sama
semua.”(Wawancara: 15-Juli-2017)
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara terhadap informan yang bekerja sebagai nelayan menunjukkan
bahwa masyarakat yang terlibat dalam aktivitas wisata kuliner Bagan Percut memiliki
hubungan timbal balik. Hal yang sama Menurut Robert (1985), bahwa inti dari setiap sistem
sosial adalah selalu ada hubungan timbal balik yang artinya apa yang terjadi kemarin
merupakan perualangan dan yang sebelumnya dan besok akan diulang kembali dengan cara
yang sama. Semua elemen-elemen yang ikut aktivitas wisata saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Aktivitas wisata merupakan hal yang pertama bagi masyarakat Desa Bagan
Percut. Jika di kaitkan dengan teori evolusi dengan demikian, masyarakat berusaha untuk
menyesuaikan diri dalam suatu keadaan dan kondisi baru yang sebelumnya tidak ada aktivitas
wisata dan sekarang sudah
beralih adanya aktivtas baru. Usaha tersebut merupakan
perubahan sosial yang di rencakan karna keinginan untuk berkembang dan jika di kaitkan
teori sudah masuk ke masa transisi untuk menjadi masyarakat modren waulaupun perubahan
tersebut memiliki waktu lama. Adapun beberapa hal yang terjadi pada masyarakat bagaimana
usaha-usaha masyarakat dan terlibatnya dalam aktivitas baru wisata kuliner Bagan Percut.
Seperti yang dikatakan informan Yudi bahwasanya :
“Aku kak karena pandai bergaul orangnya kak terus banyak juga aku
kenal-kenal bapak-bapak yang awalnya kenal di warung-warung aja.
Sebelum ada restoran suka duduk-duduk sama di warung jadi, semenjak ada
restoran ini mulai aku dekat-dekati kak dan ikut-ikut rapat gabung-gabung
sampai aku masuk jadi penjaga parkir dan masuk organisasi. (Wawancara:
2-Juli-2017)”
Hal yang diungkapkan oleh informan bahwa adanya usaha-usaha yang dilakukan
informan agar tercapainya suatu keinginan agar dapat memenuhi segala tujuanya sehingga
dapat menyesuaikan keadaan dilingkunganya. Adapun hal yang berbeda terhadap informan
Marlia bahwasanya:
“Gak ada Ibu berusaha untuk minta-minta ikut serta di wisata kuliner ini,
tapi karena di depan Ibu sampai ada orng-orang parkir
jadi Ibu ikutlah
jadi penjaga parkir gak mungkinlah ibu diam
walaupun
Ibu
perempuan tidak cocok jadi penjaga parkir ngatur-ngatur kendaraan tapi
cemana kalau di depan mata ada pekerjaan”(Wawancara: 08 Juli 2017)
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan akan membawa masyarakat Desa
Bagan Percut mengalami perkembangan. Adapun beberapa profesi dalam aktivitas wisata
kuliner diantaranya nelayan, pedagang TPI, penjaga parkir, organisasi yang dibentuk, pelayan
dll. Semua yang terlibat saling berhubungan dan tidak lepas dari adanya saling interaksi,
maka adanya sistem kerja sama dan menjaga hubungan baik dapat terjalin kerjasama yang
baik agar tercapainya suatu tujuan dan orientasi masa depan dapat terwujud sehingga unsurunsur dari sistem sosial bahwasanya timbul kepercayaan, peraturan dapat diikuti dalam
terjalinnya pencapaian tersebut. Adanya aktivitas wisata maka akan terjalinya hubungan
sosial yang terjadi didalam suatu lingkungan wisata kuliner tentunya membawa perbedaan
terhadap masyarakat sebelum dan sesudah keberadaan wisata kuliner Bagan Percut. Seperti
yang dikatakan informan Safii bahwasanya:
“Dulu sebelum ada wisata kuliner ini warga disini hubungannya bisa
dikatakan kuat karena tidak ada yang berlomba-lomba, rebut-rebutan jadi
kami dulu bergantung pada nasib aja rezekinya bagaimana. Sekarang
semenjak ada wisata kuliner masing-masing setiap orang-orang yang
berdagang ini berebut mengambil hasil laut yang banyak disukai
pengunjung restoran ini dek, jadi anggota-anggota ini banyak dekat-dekati
bapak untuk perlunya saja dek biar nanti dia mengambil dagangan
yang banyak disukai.Tapi disini belum pernah kami ada masalah begadohbegadoh cuma tau sendirilah dek kalau ada perlunya aja cakap-cakap
ketawa-ketawa besoknya minta sesuatu. (Wawancara: 15-Juni-2017)”
Hal yang senada diungkapkan informan Pohan ialah:
“Warga disini dahulunya sebelum ada wisata kuliner mereka saling peduli
dalam hal mencari nafkah saling solid walaupun ibaratnya mereka juga
sama-sama cari nafkah. Semenjak ada wisata kuliner gak ada lagi saling
peduli itu, mereka ngomong kalau mereka dirugikan nah jadi kalau untung
diam-diam aja gitu. Banyak ini disini saling kerja sama semua mulai dari
tukang parkir TPI, nelayan semualah namanya juga ada maksudnya kalau
gak saling bersama gak bisa juga”. (Wawancara: 15 Juni 2017)
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan, bahwa masyarakat Desa
Bagan Percut memiliki hubungan sosial yang erat hanya dalam kepentingan pekerjaan saja.
Kerjasama yang baik hanya menjadikan hubungan antara masyarakat lebih di dasarkan pada
kepentingan dan keuntungan pribadi. Akan tetapi, didalam suatu hubungan sosial yang erat
Universitas Sumatera Utara
tersebut hanya berdasarkan kepentingan-kepentingan dan memiliki tujuan masing-masing
dari setiap hubungan. Namun, didalam sistem sosial terdapat prinsip-prinsip agar terjalinnya
sistem sosial yang baik termasuk adanya suatu norma, keyakinan, perasaan, serta tujuan agar
terjalin baik dalam suatu aktivitas wisata. Maka, untuk tertibnya hubungan-hubungan antar
manusia diperlukan pengaturan agar kehidupan bersama dapat tentram, damai dan harmonis.
Sebab dalam hubungan sosial tersebut akan terjadi aksi dan reaksi yang tidak selalu harmonis
tetapi dapat juga terjadi pertentangan-pertentangan. Seperti yang diungkapkan informan
Bustambi yaitu:
“Sekarang semenjak ada wisata kuliner ini kami lebih saling berhubungan
dalam pekerjaan semenjak ada wisata inilah, banyak kami disini yang
terlibat nak jadi semua masing-masing ada bagian-bagianya. Jadi namanya
semua butuh semua ingin maju jadi apa yang di depan mata sumber uang
siapa yang enggak mau kan. Jadi pernah lah warga disini mengadakan
musyawarah nak, karena tidak cocok lah cara kerjanya jadi kalau gak ada
musyawarah kacau penduduk sini. Ini rumah makan Cahaya Putri ini
awalnsya bahan bakunya dari mereka sendiri jadi para pedagang ngeluh lah
tidak mengalami keuntungan. Mulai dari permasalahan itu lah kami
mengadakan musyawarah sampai saat ini kalau ada yang tidak cocok kami
adakan musyawarah. (Wawancara: 18-Juni-2017)”
Berdasarkan wawancara terhadap informan Persaingan dan kompetisi masyarakat
Desa Bagan Percut mulai muncul, hal itu terjadi karena adanya suatu perubahan sosial dari
setiap masyarakat sebab evolusi masyarakat terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru. Masyarakat Desa
Bagan Percut juga selalu melakukan kegiatan musyawarah pada setiap masyarakat yang
terlibat dalam aktivias wisata. Dengan demikian perubahan sosial masyarakat Desa Bagan
Percut yang seperti dikatakan informan Safii bahwasanya dahulu sebelum adanya wisata
kuliner kehidupan masyarakat Desa Bagan Percut beranggapan bahwa nasib dan rezeki itu
sudah diatur sehingga tidak adanya persaingan dan kompetisi. Desa pesisir yang familiar
dengan kata keeratan dalam bermasyarakat tersebut hanya tampak dari luar saja. Keberadaan
wisata kuliner yang melibatkan berbagai profesi pekerjaan masyarakat dapat terjalinya
Universitas Sumatera Utara
hubungan sosial yang masing-masing saling berinteraksi, karena memiliki tujuan yang sama
dan kepentingan yang sama maka mereka menjaga suatu hubungan diantaranya terutama
anatara nelayan dengan pedagang TPI maupun dari pihak pelaku bisnis. Jadi, bertemunya
orang perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu
kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang perorang atau
kelompok-kelompok manusia saling bekerjasama, berbicara dan seterusnya untuk mencapai
tujuan bersama. Maka, dengan demikian perubahan dan perkembangan hubungan sosial
masyarakat Desa Bagan Percut yang semakin erat berdasarkan kepentingan disebabkan
karena masyarakatnya membentuk pola hubungan sosial dengan sistem kerjasama dengan
tujuan pencapaian secara invididual.
Berdasarkan jurnal penelitian Ali (2000) dengan judul Hubungan Sosial Masyarakat
Pendatang Parawisata dengan Masyarakat Tempatan di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII
Koto Kampar Kabupaten Kampar bahwa keberadaan parawisata membawa hubungan sosial
yang erat antara masyarakat pendatang dengan masyarakat tempatan Desa tersebut. Akibat
dari parawisata masyarakat pendatang dapat berhubungan dengan masyarakat Desa dan juga
sama halnya dengan penelitian ini bahwasanya kegiatan wisata tidak lepas dari suatu interaksi
dan adanya hubungan sosial karena manusia didalam menjalankan kehidupannya
membutuhkan manusia lain, karena sejak manusia lahir telah memiliki naluri untuk bergaul
dengan sesama, dimana setiap individu mempunyai ketergantungan satu sama lainnya,
ketergantungan tersebut di manifestasikan kedalam wujud interaksi sosial, yaitu saling tukar
menukar aktivitas sesama anggota. Karena interaksi sosial adalah kunci dari semua
kehidupan sosial dan tanpa interaksi sosial tak akan ada kehidupan bersama.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1.2 Sistem Sosial: Munculnya Konflik
Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul di dalam kehidupan sosial,
karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial. Menurut Ramlan
Surbakti (1992:149) menyebutkan pengertian konflik yaitu “benturan”, seperti perbedaan
pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan
kelompok, indivudu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok. Pembangunan wisata
kuliner maka adanya aktivitas wisata yang dijalankan oleh masyarakat, aktivitas wisata
memicu adanya suatu konflik bagi masyarakat. Pertentangan dan perbedaan serta persaingan
kerap terjadi dalam masyarakat Desa Bagan Percut. Seperti yang di ungkapkan oleh Yudi:
“Semenjak ada wisata kuliner disini banyak yang jadi bahan ributan
antara warga sini kak, gak semuanya juga cocok-cocokan pasti ada konflik
kak.” (Wawancara: 2 Juli 2017)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan bahwa keberadaan wisata kuliner
juga memicu adanya konflik pada masyarakat Desa Bagan Percut namun, konflik tersebut
tidak membawa permasalahan yang besar sampai ke ranah tindakan kekerasan. Konflik
terjadi antara individu atau anatra kelompok karena adanya perebutan dan keinginan yang
sama. Seperti yang dikatakan informan Bustambi:
“Kalau adek lihat parkiran yang rumah-rumah disana itu sering itu ribut
perkara perebutan parkir. Jadi pengunjung-pengunjung yang parkir pas di
depan rumah warga jadi, otomatis setiap yang parkir depan rumahnya itu
hak dia gitu dek. Jadi, ributnya itu kalau parkiranya itu setengah dirumah si
Anu setengah mobil lagi dirumah si Anu. Di situlah mereka saling ribut
dek.” (Wawancara: 18 Juni 2017)
Adanya perebutan parkir yang memicu keributan seperti yang dikatakan oleh
informan Bustami bahwa masyarakat Desa Bagan Percut dapat dikatakan telah mengalami
suatu perubahan sosial. Faktor yang terjadi yaitu setiap masyarakat berorientasi untuk masa
depan dan elemen-elemen masyarakat yang saling bersangkutan memiliki suatu tujuan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, Masyarakat saling berusaha agar tercapainya suatu tujuan seperti halnya
menurut teori evolusi jika di kaitkan dapat disimpulkan manusia-manusia yang enerjik dan
yang berusaha akan memenangkan perjuangan hidupnya. Konflik sangat tidak mungkin
untuk di hindari dalam perubahan sosial. Cara menangani konflik adalah persoalan kebiasaan
dan pilihan. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflic), yaitu makhluk yang selalu
terlibat dalam perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa.
Seperti yang diungkapkan Informan Pohan:
“Warga disini banyak yang bertentangan tapi setiap masyarakat yang ribut
gak pernah berkepanjangan pasti selalu diselesakan pada saat itu walau pun
esoknya ribut lagi dan ada lagi masalah.” (Wawancara: 15 Juni 2017)
Berdasarkan dari hasil wawancara bahwa wisata kuliner membawa pertentangan bagi
beberapa masyarakat Desa Bagan Percut. Aktivitas wisata mendorong pada perebutan
keuntunga, masyarakat saling berusaha ingin mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga
berarah kepada adanya suatu perebutan dan adanya suatu tindakan apabila masyarakat
tersebut mengalami benturan. Hal yang senada dengan penelitian Isnaini (2015) dengan judul
“pengaruh keberadaan desa wisata Samiran terhadap Perubahan lahan, ekonomi, sosial, dan
lingkungan” dapat di simpulkan kehadiran desa wisata membawa pengaruh perubahan lahan,
ekonomi dan juga sosial. Munculnya pembangunan desa wisata mengakibatkan adanya suatu
konflik perebutan lahan demi mencapai perubahan ekonomi yang meningkat. Hadirnya Desa
Samiran maka adanya kesempatan kerja bagi masyarakat dan berubahnya jenis pekerjaan
masyarakat timbulnya konflik yaitu masyarakat merebutkan dan berlomba dalam kesempatan
kerja dan perebutan lahan yang dijadikan dan dibangun warung. Pertikaian sebagai gejala
ketidaksesuaian yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan sosial masyarakat dilihatnya
sebagai gejala yang mencakup berbagai proses yang tidak mungkin terpisah-pisahkan, namun
dapat dibedakan dalam analisis. Dengan demikian, masyarakat cenderung mengalami
Universitas Sumatera Utara
hambatan-hambatan yang terjadi pada daerah yang baru muncul tempat wisata. Beberapa dari
elemen-elemen masyarakat yang ikut andil dalam aktivitas wisata dapat menyesuaikan diri
terhadap peran yang di jalankanya Seperti yang di katakan informan Yudi:
“Adanya kegiatan-kegiatan yang menyangkut wisata ini baru untuk kami
jadi payah untuk menyocokkanya belum lagi pertama kali orang-orang di
sini mau menang sendiri banyak mancing keributan” (Wawancara: 2 Juli
2017)
Hal yang sama di katakan informan Marlia:
“Ibu ajalah contohnya karena ibu di sini perempuan jadi Ibu merasa seperti
di bodoh-bodohi. Ibu disini gak pegang hasil jadi Ibu sama orang sebelah
hasilnya di
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Nasution (2003: 5)
penelitian kualitatif adalah mengamati seseorang dalam suatu lingkungan, berinteraksi
dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang kawasan sekitar. Hal yang senada
dengan pendapat Nasution bahwa menurut Sukmadinata (2005:60) menyatakan penenelitian
kualitatif suatu penelitian yang ditujukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan suatu
peristiwa, fenomena serta pemikiran orang secara individu maupun kelompok.
. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Moleong
(2007:11) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif menekankan pada data berupa katakata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti. Pengambilan sampel atau sumber data pada penelitian ini dilakukan
secara puposive dan untuk ukuran sampel tersebut ditentukan secara snowball, taknik
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisa data bersifat kualitatif dan hasil
penelitian menekankan makna generalisasi.
Dasar pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan hasil
dari penelitian ini hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-wawancara
mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas
Universitas Sumatera Utara
mengenai pemahaman peneliti yang ingin mengetahui perubahan sosial apa yang terjadi pada
masyarakat terkait keberadaan wisata kuliner Desa Bagan Percut. Karena pada hakikatnya
dengan metode penelitian kualitatif informasi yang didapat berupa keterangan-keterangan
dan terjadi secara fakta alamiah yang terjadi di lapangan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang yang berada di sekitaran kawasan wisata kuliner serta rumah
pendududuk masyarakat sekitar.
3.1 Unit Analisis dan Informan
3.3.1 Unit Analisis
Menurut Yin (1997 : 30) unit analisis dibedakan dalam dua bagian yaitu
individu meliputi orang-orang dan non individu meliputi organisasi atau lembaga. Unit
analisis
sebagai
pedoman
definisi
dikaitkan
dengan
cara
penentuan pertanyaan-
pertanyaan awal penelitian. Berdasarkan definisi diatas, maka yang menjadi unit aalisis
individu adalah informan kunci dan informan serta yang menjadi unit analisis kajiannya
adalah masyarakat sekitar yang berada di kawasan wisata kuliner di Desa Bagan Percut.
3.3.2 Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara.
Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun
fakta dari suatu penelitian (Bungin, 2007:111). Adapun informan dalam penenlitian ialah:
•
Tokoh masyarakat yang terdiri 2 informan
Universitas Sumatera Utara
•
Pelaku wisata wisata yang terdiri 1 informan
•
Pelaku bisnis yang terdiri 1 informan
•
Masyarakat sekitar yang terdiri 6 informan
3.4 Teknik Pengumpulan data
Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian dilapangan, maka diperlukan
adanya alat pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan
yang bersangkutan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
menggunakan teknik pengumpulan data primer dan skunder:
3.4.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan langsung ke
lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap
infroman. Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:
1.
Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Oberservasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja pengindera
mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya (Bungin, 2007:118). Dengan menggunakan
metode observasi ini penelitian dapat mengamati masyarakat yang melakukan aktivitas
wisata, ada beberpa aktivitas wisata yang di Desa Bagan Percut seperti nelayan, tempat
pelelangan ikan dan masyarakat yang bekerja sebagai tukang parkir serta pelayan dan juru
Universitas Sumatera Utara
masak yang ikut terlibat dapat diamati secara keseluruhan. Peneliti juga mengamati aktivitas
masyarakat bagaimana kehidupannya dan bagaimana pola interaksi yang terjadi pada
individunya serta peneliti megamati gaya hidup masyarakat Bagan Percut terkait keberadaan
wisata kuliner. Observasi untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat di
Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan tidak hanya mengamati dari masyarakat yang
terlibat dalam aktivitas wisata melainkan juga dari masyarakat yang tidak terlibat. Observasi
ini betujuan untuk mengambil perubahan sosial yang terjadi berdasarkan pengamatan lalu
mencocokkan pengamatan dengan hasil wawancara, dan selain itu juga mengungkapkan
kenyataan yang tidak terdapat dalam wawancara.
2.
Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan
informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin 2007:111). Adapun aspek-aspek yang mau
diwawancarai agar mengetahui perubahan sosial wisata kuliner yaitu mewawancarai
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata ataupun masyarakat yang tidak terlibat dan
mewawancarai dan melihat pemaknaan dari masing-masing informan tentang apa yang
dirasakan, dialami serta mewawancarai lebih mendalam tentang presepsi masyarakat sekitar
sejak keberadaan wisata kuliner di Bagan Percut yang sebelumnya sudah testruktur dalam
draft wawancara yang telah dipersiapkan peneliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian.
Pengumpulan data sekuder dalam penelitian ini melalui penelitian studi kepustakaan yang
Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk mendukung data, diperoleh oleh buku-buku ilmiah, laporan penelitian
ilmiah, dokumen, jurnal, skripsi, dan foto yang dianggap relavan dengan masalah yang
diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan upaya memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam
dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian
dilakukan dengan meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang akurat yang
diperoleh dari lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat mengumpulkan banyak
data baik dari hasil wawancara, observasi maupun dari dokumentasi. Data tersebut semua
umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan. Oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat
katagori-katagori. Data yang telah diperoleh dari hasil studi kepustakaan juga terlebih dahulu
dievaluasikan dan data dikelompokkan menjadi data yang dapat dikelola. Sedangkan hasi
observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Ahir dari semua proses dinarasikan
sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau
penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam
pengambilan kesimpulan-kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1
Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis Dan Deskripsi Desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Secara geografis Kecamatan Percut Sei Tuan berada di Kabupaten Deli Serdang dan
batas administratif wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan berbatasan dengan beberapa
kecamatan yang ada di Kota Medan dan berbatasan juga dengan Kecamatan Labuhan Deli
dan Kecamatan Batang Kuis. Adapun mengenai batas administrasi Kecamatan Percut Sei
Tuan adalah sebagai berikut :
•
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Medan.
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Pantai
Labu.
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Medan dan Kecamatan Labuhan Deli.
Luas wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan adalah 190,79 Km2 yang terdiri dari 18
desa, 2 Kelurahan, 230 dusun, dan 24 lingkungan dengan ibukota kecamatan adalah Desa
Tembung. Dusun Bagan berada di desa Percut
Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan
Percut Sei Tuan. Menurut sejarah nama Percut diambil dari nama panggilan untuk
wanita Aceh. Dimana wilayah ini pada masa penjajahan kolonial Belanda terjadi
perlawanan rakyat Percut untuk mengusir penjajah yang dipimpin seorang wanita
bersuku Aceh yang dipanggil “cut”. Maka nama Percut sendiri merupakan singkatan
dari kalimat “perjuangan cut” yang bertujuan untuk mengenang dan menggambarkan
betapa gigihnya perjuangan seorang cut untuk membebaskan wilayah ini dari penjajahan
Universitas Sumatera Utara
Belanda Kecamatan Percut Sei Tuan ini mempunyai luas 190,79 Km² yang terdiri dari 18
desa dan 2 kelurahan. Lima desa dari wilayah kecamatan merupakan desa pantai
dengan ketinggian dari permukaan air laut dengan berkisar dari 10-20 m dengan curah
hujan rata-rata 24 persen. Salah satunya adalah
Desa Percut yang terletak dengan jarak
dari desa ke ibukota kecamatan Percut Sei Tuan (Tembung)
adalah 15 Km dan jarak
ke ibukota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam) kurang lebih 35 Km. Dan kurang
lebih 20 Km jarak ke ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan).
Desa Percut terdiri dari 18 lingkungan/dusun yang masing-masing dipimpin oleh
seorang kepala lingkungan, pada tahun 1980 di Kecamatan Percut Sei Tuan dihuni
oleh
kurang
lebih
272.000 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya penduduk perantau
yang datang ke daerah ini. Penduduk di desa ini terdiri dari berbagai suku bangsa
namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai suku asli yang mendiami
daerah ini. Selain itu juga terdapat penduduk dari suku Batak Toba, Mandailing, Jawa,
Karo dan Simalungun.
4.1.2 Sejarah Perkembangan Wisata Kuliner Bagan Percut
Bagan Percut merupakan daerah pesisir pantai yang kaya akan sumber daya alam dan
perikanan. Hal yang sama Menurut Bengen (2000) wilayah pesisir produktif baik bagi
sumber pariwisata. Dengan demikian, berdasarkan hasil dari penenlitian munculnya wisata
kuliner pada saat ini merupakan suatu perubahan yang baik bagi masyarakat sekitar akan
tetapi, pesatnya wisata kuliner tidak berjalan begitu saja melainkan adanya sejarah yang
terjadi pada wisata kuliner Bagan Percut. Pada awalnya daerah Bagan Percut ini tidak
dijuluki sebagai tempat wisata karena masih belum terpikirkan oleh masyarakat sekitar dan
belum menyadari potensi-potensi wisata yang dapat menarik wisatawan. Seperti yang
dikatakan oleh informan Pohan :
Universitas Sumatera Utara
“...Dulu Bagan Percut ini dikenal karena ada TPI aja untuk
tempattempat wisata mana ada dulu, paling cuma rumah makan kecil itu pun tidak
terlibatnya masyarakat disini jadi gak ada sampai ramai seperti wisata kuliner
saat ini.”(Wawancara: 15- Juni-2017)
Dari wawancara informan diketahui bahwa Bagan Percut hanya dikenal dengan
adanya tempat pelelangan ikan (TPI). Pada tahun 1997 berdirinya rumah makan kecil yang
bernama rumah makan Ibu Rabu akan tetapi rumah makan tersebut tidak membawa
perubahan bagi masyarakat sekitar. Tidak berkembangnya rumah makan Ibu Rabu
diakibatkan tidak ikut sertanya masyarakat sekitar dalam mengelola ataupun bekerja sama .
Pada saat itu juga belum munculnya teknologi serta media sosial sehingga sulit dalam
berkembangnya rumah makan tersebut dan tidak berpengaruh pada masyarakat sekitar dalam
perubahan sosial. Informan Bustambi mengatakan bahwa:
“...Rumah makan Ibu Rabu pertama kali berdiri di Bagan Percut dan enggak
lama kemudian sudah hancur di terjang ombak malam. Tetapi, tempat
pelelalangan ikan tetap ada. (Wawancara: 18 Juni 2017)”
Seperti yang dikatakan oleh informan bahwa pertama kali muncul rumah makan di
Bagan Percut yaitu rumah makan Ibu Rabu dan tidak berlangsung lama berdirinya rumah
makan tersebut hanya sebentar karena hancur akibat di terjang ombak malam. Dengan
demikian, rumah makan yang hancur tersebut digantikan oleh anaknya dari Ibu Rabu. Seperti
yang dikatakan oleh informan Aran bahwa:
“Ibu Rabu itu ibu kandung saya, jadi setelah hancur rumah makanya
istilahnya saya menggantikan buka usaha dan terpikirkan untuk membuka
usaha Restoran Terapung pada tahun 2012 jadi, saya bukan meneruskan
usaha Ibu Rabu. Saya berinisiatif untuk membangun wisata yang menarik
dan mengajak warga dalam membangun Restoran Terapung. (Wawancara:
15 Juli 2017)”
Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada tahun 2012 berdirinya Restoran Terapung
yang didirikan oleh Aran. Berdirinya Restoran Terapung melibatkan masyarakat sekitar
dalam membantu membangun dan mengembangkan Restoran Terapung. Dari beberapa
gagasan-gagasan masyarakat maka terlibatnya TPI (Tempat Pelelalangan Ikan) dan nelayan
Universitas Sumatera Utara
dalam kehadiran Restoran Terapung. Setelah munculnya Restoran Terapung muncul tidak
lama kemudian muncul rumah makan Cahaya Putri dan rumah makan Aceh Timur lalu di
bangun kembali rumah makan Ibu Rabu dan diikuti oleh rumah makan lainnya. Pada tahun
2013 keberadaan wisata kuliner di Bagan Percut mulai memesat dan menjadi tempat favorit
dalam wisata kuliner yang memiliki ciri khas makanan laut.
.
Ada 5 tempat wisata kuliner di Bagan Percut dan pada saat ini sudah bermunculan
tempat wisata yang baru. Seperti yang dikatakan informan Bustambi bahwa:
“Sekarang satu restoran yang ramai semua pada ikutan buka mulai
dari satu dua yang buka restoran sekarang sudah 5 dan ini mau dibangun
lagi tempat wisata kolam pancing, lalu dibangun lagi rumah makan yang
bisa mancing. Nanti tahun berikutnya sudah siap makin ramailah lagi wisata
disini.”(Wawancara:18-Juni-2017)
Pelaku bisnis baru mulai muncul untuk mendirikan tempat wisata lainnya, besarnya
peluang karena di akibatkan pesatnya pengunjung. Pesatnya pengunjung tentunya ada hal-hal
yang membuat pengunjung dapat tertarik dalam berwisata kuliner ke Bagan Percut. Seperti
yang di katakan informan Manal bahwa:
“Tidak ada wisata kuliner khusus seafood yang tempatnya ada karokean,
bisa naik kapal, belanja sendiri seperti dipajak, jadi orang Medan gak
pernah bosan untuk makan disini apalagi kalau rame-rame. (Wawancara: 08
Juli 2017)”.
Daya tarik wisata merupakan hal yang penting diperhatikan oleh masyarakat ataupun
pelaku bisnis karena daya tarik wisata menjadi salah satu penyebab perkembangan wisata.
Berdasarkan hasil dari penelitian adapun yang membuat wisata kuliner Bagan Percut dapat
berkembang hingga saat ini dengan adanya daya tarik wisata Bagan Percut ini yaitu:
1.Memiliki Makanan Khas
Desa Bagan Percut merupakan wilayah pesisir yang kaya akan sumber daya
perikanan, tentunya wisata kuliner yang terletak di Desa Bagan Percut memiliki makanan
Universitas Sumatera Utara
yang khas dari hasil sumber daya laut. Memiliki makanan yang khas merupakan suatu
keunikan bagi pengunjung terutama makanan khas hasil dari laut tersebut langsung dari
tangkapan nelayan lalu hasilnya di distribusikan kepada pedagang TPI (Tempat Pelelalangan
Ikan). Memiliki makanan khas hasil laut yang segar menjadi salah satu daya tarik pengunjung
wisata. Desa Bagan Percut yang terkenal dengan adanya TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan
memiliki sumber perikanan yang kaya menjadi salah satu sumber penarikan bagi wisata
kuliner Bagan Percut. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri karena hasil tangkapan
nelayan tersebut langsung di distribusikan dan di dagangkan oleh TPI. Jadi, pengunjung dapat
membeli makanan khas seafood yang baru dan masih segar dengan harga yang terjangkau.
2. Kawasan Menarik Dan Unik
Kawasan yang menarik dan unik adalah kawasan wisata yang di cari oleh pengunjung
wisata, kawasan yang menarik tidak hanya dari sebuah sumber daya alam saja akan tetapi
bisa melalui dari hasil buatan manusia. Setiap tempat wisata tentunya memiliki kawasan yang
menarik tersendiri, kawasan yang menarik tersebut bisa dituangkan oleh-oleh masyarakat
yang memiliki ide-ide kreatif dari pelaku bisnis ataupun masyarakat. Seperti halnya Desa
Bagan Percut yang memiliki TPI (tempat pelalangan ikan) dapat membantu keteretarikan
kawasan wisata Bagan Percut. Hal yang menariknya adalah biasanya wisata kuliner atau
tempat makan tidak melibatkan untuk berbelanja dahulu, jadi Bagan Percut ini memiliki
keunikan dengan para pengunjung sebelum memasuki rumah makan harus berbelanja bahan
pokok hasil dari laut yang di tangkap oleh nelayan. Hal yang menariknya lagi adalah
pengunjung bisa merasakan kapal boat untuk keliling pantai, tidak hanya itu saja yang
menjadi kawasan yang menarik dan unik di Desa Bagan Percut tetapi dengan fasilitasfasilitas seperti musik atau wahana permainan anak menambah kawasan Began Percut
memiliki keunikan tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
3. Suasana Kekeluargaan
Suasana keluarga merupakan motiv utama yang muncul pada setiap manusia yang
ingin melakukan wisata, suasana keluarga tentunya menjadi salah satu daya tarik bagi
pengunjung karena keluarga tidak akan pernah lepas dalam masanya untuk berwisata. Hal
yang utama dalam beriwsata yaitu keluarga, bagaimana keluarga bisa berkumpul dalam suatu
tempat wisata dengan hiburan-hiburan atau fasilitas dan keunikan tempat wisata tersebut.
Desa Bagan Percut yang situasi fasilitas dan kondisinya merupakan suasana kekeluargan
dengan memiliki makanan khas yang bisa di kosumsi oleh banyak orang serta memiliki
suasana tempat kekeluargaan dengan menyediakan tempat lesehan serta failitas musik yang
dapat
menghibur
menambahkan
suasana
kekeluargaan
wisata
kuliner
Bagan
Percut.Berdasarkan dari hasil lapangan pengunjung yang data ke Bagan Percut lebih dominan
pendatang dengan membawa keluarganya serta teman sekelompok yang bisa dibilang
bahwasanya wisata kuliner tersebut menjadi daya tarik karena suasana kekeluargaanya.
4. Pelayanan Yang Baik
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
langsung (Moenir, 1992:16). Pelayanan dapat terjadi antara seseoarang dengan seseorang,
seseorang dengan kelompok. Seperti halnya adanya kegiatan wisata maka ada pula terdapat
pelayan di wisata kuliner Bagan Percut. Pelayan melakukan tugasnya dengan baik agar suatu
tujuanya dapat tercapai, dengan adanya pelayanan yang baik akan menambah daya daya tarik
bagi wisata kuliner. Jika dikaitkan dengan masalah penelitian ini maka dapat dilihat peran
dan fungsi pelayan dalam menjalankan setiap kegiatanya dengan baik agar tercapainya
tujuan. Pelayan wisata kuliner Bagan Percut mempunyai sifat yang ramah, santun dan giat
dalam bekerja. Dengan demikian, apabila kinerja pelayanan yang baik maka para pengunjung
juga merasa puas dengan kata lain maka pelayanan yang baik dikatagorikan sebagai penarik
pengunjung yang datang.
Universitas Sumatera Utara
5. Peluang Bersosialisasi
Adanya suatu kegiatan wisata maka tidak lepas adanya suatu interaksi yang terjadi,
kegiatan wisata yang saling berhubungan anatara individu dengan individu atau individu
dengan kelompok dapat memicunya adanya sosialisasi. Dengan demikian hal tersebut
menjadikan adanya peluang bersosialisasi terutama munculnya masyarakat dari luar
menyebabkan adanya hubungan antara pengunjung dan masyarakat sekitar menyebabkan
peluang bersosialisasi.
4.2
Profil Informan
Informan pada penelitian ini adalah masyarakat sekitar Desa bagan Percut yang
terkait dengan keberadaan wisata kuliner termasuk pelaku wisata dan pelaku bisnis. Masingmasing masyarakat mempunyai perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupannya terkait
keberadaan wisata kuliner. Informan pada peneliti ini sebanyak 10 informan yang terdiri dari
2 orang tokoh masyarakat, 1 orang pelaku wisata, 1 orang pelaku bisnis, 6 orang masyarakat
sekitar Bagan Percut. Berikut merupakan profil informan dalam penenlitian ini.
1. Informan Pertama
Nama
: Irwansyah Pohan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Profesi
: Kepala Dusun
Pendidikan
: SMA
Bapak Pohan yang berumur 45 tahun ini merupakan kepala dusun Bagan Percut
Ujung yang menjabat sebagai kepala dusun sudah genap mencapai 2 tahun. Bapak Pohan
Universitas Sumatera Utara
berkediaman tepat disekitaran wisata kuliner Rumah Makan yang terdapat tempat pelelangan
ikan yaitu selang sekitar kurang lebih 3 meter dari rumahnya. Selain berprofesi sebagai
kepala dusun informan juga bekerja sebagai pedagang, sebelum adanya wisata kuliner beliau
berdagang di pasar dekat dengan kediamanya. Setelah ada wisata kuliner Bagan Percut beliau
ikut serta dalam berdagang bahkan informan berdiam diri saja dirumah lalu para pedagang
TPI dan masyarakat lain sudah memesan daganganya. Jenis dagangan informan tersebut yaitu
kerang tidak banyak yang berdagang kerang maka dari itu informan tidak perlu lagi untuk
berdagang keluar melainkan sudah ada pemesan dari pedagang TPI ataupun pelaku bisni
untuk didagangkan pada pengunjung wisata kuliner Bagan Percut. Informan merupakan
sebagai pengikut dalam memajukan wisata kuliner Bagan Percut beliau juga menjadi salah
satu orang untuk mengadakan setiap musyawarah antara masyarakat dan pelaku bisnis agar
saling menguntungkan dan tidak terjadi konflik satu dengan yang lainnya. Jadi, informan
sangat berperan aktif dalam keberadaan wisata kuliner Bagan Percut.
Kegiatan Bapak Pohan dan keluarga tentunya bertambah dengan adanya aktivitasaktivitas wisata kuliner dan seiring berjalan aktivitas tersebut Bapak Pohan dan Keluarga
mengalami perubahan sosial akibat dari keberadaan wisata kuliner Bagan Percut.
2. Informan Kedua
Nama
: Bustambi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Pedagang
Pendidikan
: SMP
Bapak Bustambi yang berumur 54 tahun merupakan sebagai tokoh masyarakat yang
dituakan dan disegani oleh masyarakat sekitar Desa Bagan Percut. Informan yang berfrofesi
sebagai pedagang juga ikut andil dan menjadi suatu penggerak dalam membantu keberadaan
wisata kuliner dalam bekerja sama dengan pelaku bisnis. Informan mengajak masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dalam membantu keberadaan wisata kuliner sehingga terlibatnya campur tangan masyarakat
sekitar yang dalam kemajuan wisata kuliner dan informan jugalah yang mengkoordinasikan
semua masyarakat. Sebelum pesatnya pengunjung sampai pada saat ini informan ikut andil
dan sudah kenal lama sama pelaku bisnis. Informan memiliki banyak hubungan saudara sama
masyarakat sekitar dan mempunyai hubungan sosial yang baik dikalangan masyarakat.
Informan yang memiliki hubungan sosial yang baik menjadi hal yang mudah untuk mengjak
pemuda-pemudi yang pengangguran di Desa Bagan Percut tersebut. Dengan demikian
informan turun tangan dalam mengatur masyarakat sekitar dan berkat beliau juga para
pemuda-pemuda yang berpengangguran ikut serta dalam aktivitas wisata. Bapak Bustami
sangat berperan dalam aktivtas wisata kuliner sehingga Bapak Bustami banyak mengeluarkan
saran-saran kepada masyarakat sekitar yang ikut terlibat dalam aktvitas wisata kuliner.
3. Informan Ketiga
Nama
: Aran
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Pemilik Usaha Restoran Terapug
Pendidikan
: SMA
Informan yang terkenal dipanggil Bang Aran ini berumur 39 tahun yang merupakan
pemilik Restoran Terapung. Bang Aran merupakan asli penduduk Desa Bagan Percut yang
membuka usaha restoranya mulai dari tahun 2012, informan dengan tekad yang kuat
membuka usaha Restoran Terapung dengan menjual rumah dan kendaraanya yang bermodal
tidak sedikit. Dengan demikian, sikap keberanian informan sampai informan tinggal disebuah
gubuk demi membangun Restoran Terapung dan atas kerja sama oleh masyarakat sekitar
Restoran Terapung membawa kemajuan pada tahun 2013 yang diakibatkan tersebarnya
Universitas Sumatera Utara
wisata kuliner. Informan tersebut merupakan anak dari Ibu Rabu Ah yang memiliki Rumah
Makan Ibu Rabu yang pada tahun 1995 sudah berdiri sendiri rumah makan kecil lalu di ikuti
oleh anaknya untuk membuka Restoran terapung sehingga maraknya sampai saat ini.
Informan merupakan bukan seorang pengusaha dan pada awalnya informan hanya seorang
pedagang, sampai informan terpikirkan untuk membuka usaha rumah makan yang melihat
dari jejak Ibunya, tak tanggung-tanggung sampai menjual apa pun dari harta dan bendanya.
Sampai saat ini berkembangnya wisata kuliner Bagan Percut mengakibatkan sukses informan
sampai memiliki 3 rumah di sekitaran Desa Bagan Percut. Bang Aran yang memiliki 3 orang
anak ini merupakan asli penduduk Desa Bagan Percut dengan demikian mempermudah akses
dalam membangun wisata kuliner yang melibatkan masyarakat sekitar sehingga sukses
sampai saat ini.
4. Informan Keempat
Nama
: Manal
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: Pelajar
Pendidikan
: Mahasiswi
Manal merupakan salah satu pengunjung wisata kuliner Bagan Percut, Manal berumur
20 tahun ini sudah berkunjung kurang lebih 5 kali. Kunjungan Manal di Bagan Percut lebih
kepada acara perkumpulan teman pada saat ultah serta pernah juga berkunjung bersama acara
keluarga dan reunian. Beliau mengetahui wisata kuliner Bagan Percut melalui media sosial
yang lagi trend dengan wisata Bagan Percut yang merupakan makanan khas seafood yang
tempat dan wilayahnya juga saat unik. Pada awalnya beliau berkunjung untuk pertama
kalinya bersama teman, setelah itu manal mengajak keluarganya untuk berkunjung ke wisata
Universitas Sumatera Utara
kuliner Bagan Percut dan mulai beruntun seterusnya. Keluarga beliau juga suka berkunjung
ke wisata kuliner Bagan Percut dilanjuti oleh keluarganya mengajak teman-teman orang
tuanya untuk mengadakan arisan di Bagan Percut.
5. Informan Keenam
Nama
: Leman
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Nelayan
Pendidikan
: SMA
Bapak Leman yang berumur 41 tahun memiliki pendidikan terakhir SMA ini sudah
lama bergabung didalam aktivitas wisata kuliner Bagan Percut. Informan bekerja sebagai
nelayan kurang lebih sudah 20 tahun, informan sudah berkeluarga dan memiliki 3 orang
anak. Informan juga merasakan perubahan sosial yang terjadi semenjak adanya wisata kuliner
Bagan Percut. Semenjak adanya wisata kuliner pekerjaan sebagai nelayan sudah ada yang
distribusikan dan para pelelangan ikan tidak sungkan-sungkan untuk membeli hasil
tangkapan nelayan karena sudah ada wisata kuliner yang mempermudah dalam berdagang.
Terlibatnya Bapak Leman dalam keberadaan wisata kuliner bukan melalui dari siapapun
melainkan teribatnya sendiri dari keinginan sendiri dan kebetulan tidak ada syarat atau
batasan dalam menjual hasil tangkapan, melainkan dari relasi pertemanan yang sudah
terpercaya dan saling membutuhkan.
6. Informan Keenam
Nama
: Safii Manulang
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Pengelola TPI
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan
: SMA
Bapak Safii yang berumur 47 tahun ini merupakan seorang yang berperan di dalam
TPI (Tempat Pelalangan Ikan), beliau salah satu toke yang ada di TPI tersebut. Sebelum
berdiri wisata kuliner dengan pesat beliau juga sudah bekerja sebagai pengelola TPI ( Tempat
Pelelangan Ikan) sudah hampir 25 tahun beliau bekerja di TPI sampai saat ini. Beliau
merupakan asli warga penduduk Bagan Percut dan memiliki 4 orang anak yang pada saat ini
semua anak beliau duduk dibangku pelajar. Keberadaan wisata kuliner yang berkembang
membawa perubahan bagi beliau karena beliau merasakan sendiri sebelum dan sesudah
adanya wisata kuliner Bagan Percut. Beliau yang menduduki sebagai pengelola TPI sangat
berperan penting di tempat pelalangan ikan, karena beliau bisa mengkoordinasikan TPI.
Salah satu yang menjadi keunikan wisata kuliner yaitu dengan adanya TPI maka pelaku
wisata dapat membeli hasil tangkapan nelayan yang segar untuk di kosumsi, maka dengan
demikian TPI sangat berperan dalam wisata kuliner.
7. Informan Ketujuh
Nama
: Marlia
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: IRT
Pendidikan
: SMP
Ibu Marlia yang berumur 46 tahun ini berkediaman di sekitaran wisata kuliner Bagan
Percut turut ikut serta dalam aktivitas wisata. Informan mempunyai seorang suami sebagai
pedagang dan memiliki 4 orang anak. Walaupun informan perempuan tetapi informan ikut
serta dalam penjaga parkir yang salah satu aktivitas wisata kuliner Bagan Percut. Terlibatnya
informan dalam penjaga parkir dikarenakan kediaman informan memiliki tanah kosong yang
Universitas Sumatera Utara
tepat untuk dijadikan tempat parkir kendaraan sepeda motor, karena itulah informan terlibat
dalam penjaga parkir. Karena pengunjung yang pesat maka kendaraan pengunjung wisata
kuliner sampai parkir di depan rumah informan. Maka dari itu kendaraan yang sekitaran
rumahnya dipakai untuk parkir maka secara tidak langsung ia ikut andil dalam aktivitas
wisata tersebut. Jarak rumah beliau dengan rumah makan tepat di depan rumah makan
tersebut, setiap hari libur Marlia berubah profesi menjadi tukang parkir. Pada awalnya
informan merupakan seorang ibu rumah tangga dengan keberadaan wisata kuliner maka
terlibatnya informan. Terlibatnya informan dalam aktivitas wisata sejak pesatnya pengunjung
pada tahun 2013 dikarenakan kendaraan pengunjung sampai pada sekitaran rumahnya, hal
tersebut menjadikan ibu Marlia terlibat dalam aktivitas wisata.
8. Informan Kedelapan
Nama
: Suciyati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: IRT
Pendidikan
: SMP
Ibu Suciyati seorang ibu rumah tangga yang berumur 39 tahun, ibu Suciyati tersebut
memiliki 2 orang anak yang sedang duduk dibangku sekolah. Informan tersebut memiliki
suami yang bekerja sebagai supir di salah satu perusahaan rokok. Informan bertempat tinggal
yang kediamanya jauh dari pusat wisata kuliner. Keluarga informan tersebut tidak terlibat
dalam aktivitas wisata, walaupun kediaman informan dekat dari wisata tersebut tidak menjadi
patokan dalam terlibatnya aktivitas wisata. Tidak terlibatnya keluarga ibu Suciyati bukan
karena tidak kuatnya hubungan antara warga setempat melainkankan tidak diberi izin oleh
pihak suami. Akan tetapi, informan sering berkumpul dengan ibu-ibu yang sedang
Universitas Sumatera Utara
berkegiatan mengelola daganganya dan ikut dalam membantu. Walaupun informan tidak
terlibat akan tetapi berpengaruh oleh informan karena adanya hubungan kontak sosial secara
tidak langsung.
9.
Informan Kesembilan
Nama
: Ida wahyuni
Jenis Kelamin
: Perempuan
Profesi
: Pelayan Restoran
Pendidikan
: SMA
Ida wahyuni yang berusia 22 tahun merupakan pelayan RM. Cahaya Putri yang sudah
bekerja selama 3 tahun. Ida Wahyuni merupakan pelayan yang mengantar pesanan para
pengunjung yang sudah siap saji, maka secara langsung informan berinteraksi langsung
dengan pengunjung wisata kuliner. Informan memiliki keluarga yang bekerja sebagai nelayan
serta ibu informan sebagai IRT. Terlibatnya informan dalam aktivitas wisata disebabkan oleh
kurangnya karyawan sejak pesatnya pengunjung dan sebelumnya informan bekerja di pabrik
roti yang letaknya sangat jauh dari kediamannya, dengan demikian informan memutuskan
untuk bekerja sebagai pelayan di RM. Cahaya Putri.
10. Informan Kesepuluh
Nama
: Yudi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Profesi
: Penjaga parkir dan nelayan
Pendidikan
: SMP
Universitas Sumatera Utara
Yudi yang berusia 23 tahun merupakan penjaga parkir wisata kuliner Bagan Percut,
Yudi yang sudah tamat sekolah dan tidak melanjutkan kuliah lebih memilih bekerja di wisata
kuliner Bagan Percut. Yudi juga merupakan anggota gapertif, gapertif (Gabungan Pemuda
Kreatif) ialah suatu organisasi yang dibentuk oleh pemuda setempat dalam memajukan wisata
kuliner Bagan Percut untuk pusat informasi wisata Bagan Percut. Informan merupakan
tangan kanan dari ketua organisasi gapertif selain itu beliau juga bekerja sebagai penjaga
parkir dan nelayan. Setiap hari Senin sampai Kamis informan berprofesi sebagai nelayan
karena setip hari biasa pengunjung tidak begitu ramai sehingga informan lebih memilih
nelayan. Dengan demikian setiap hari Jum’at sampai Minggu informan berkerja sebagai
penjaga parkir. Informan lebih nyaman bekerja sebagai penjaga parkir selain hasil yang
memuaskan pekerjaanya juga tidak berat. Informan yang belum bekeluarga ini biasanya
sebelum adanya wisata kuliner lebih banyak menghabiskan waktu di warung dan semenjak
adanya wisata kuliner informan lebih giat dalam mencari penghasilan.
Tabel 4.1
Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Status, Profesi dan Pendidikan
Terakhir
No
Nama
Jenis
Usia
Status
Profesi
Pend.
Kelamin
Terakhi
r
1
Irwansyah
L
Pohan
2
Bustambi
45
Menikah
Tahun
L
54
Kepala
SMA
Dusun
Menikah
Pedagang
SMP
Menikah
Pemilik
SMA
Tahun
3
Aran
L
39
Tahun
4
Manal
P
20
Restoran
Belum
Mahasiswa
SMA
Universitas Sumatera Utara
5
Suciyati
P
Tahun
Menikah
39
Menikah
IRT
SMA
Menikah
Pengelola
SMA
Tahun
6
7
Safii
L
47
Manulang
Thaun
Marlia
42
TPI
Menikah
IRT
SMP
Menikah
Nelayan
SMP
22
Belum
Pelayan
SMA
Tahun
Menikah
Resoran
24
Belum
Penjaga
Tahun
Menikah
Parkir
Tahun
8
Leman
L
36
Tahun
9
10
Ida Wahyuni
Yudi
P
L
SMP
Sumber: Olahan Peneliti 2017
4.3
Interpretasi Data
4.3.1 Perubahan Sosial Yang Terjadi Pada Masyarakat Desa Bagan Percut
Keberadaan wisata kuliner Bagan Percut menjadi peluang bagi masyarakat dalam
mengalami suatu perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala
kehidupan sosial, perubahan sosial tidak dapat dipandang hanya pada satu sisi saja sebab
perubahan ini mengakibatkan perubahan pada sektor-sektor lain. Perubahan tersebut pasti
dirasakan oleh masyarakat sekitar, secara garis besar perubahan tersebut berupa sistem sosial
masyarakat, pola prilaku, kelembagaan dan gaya hidup. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya perubahan sosial masyarakat Desa Bagan Percut antara lain: 1.
Azazsberdasarkan kepentingan 2. Munculnya Konflik
3.Perubahan pada perilaku sosial
masyarakat menjadi lebih giat 4. Perubahan pola perilaku masyarakat menjadi lebih
individual 5. Munculnya organisasi baru 6. Perubahan gaya busana 7. Masyarakat lebih
Universitas Sumatera Utara
mengetahui merk dan tempat rekreasi. Berikut dibawah ini adalah penjelasan dari ke tujuh
perubahan sosial yang terjadi di Desa Bagan Percut.
4.3.1.1 Sistem Soial: Hubungan Sosial berdasarkan Azas Kepentingan
Hubungan sosial ialah hubungan antara satu perorangan dengan perorangan yang lain
atau antara perseorangan dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok, yang saling
mempengaruhi dan juga didasarkan oleh kesadaran untuk saling membantu dan memiliki
tujuan masing-masing. Dalam menjalankan kehidupan bersama, berbagai etnik yang berbeda
latar belakang kebudayaan tersebut akan terlibat dalam suatu hubungan timbal balik yang
disebut interaksi sosial yang pada gilirannya akan berkembang kepada interalasi sosial.
Interaksi sosial merupakan syarat mutlak bagi terjadinya suatu aktivitas wisata karena
banyaknya melibatkan masyarakat Desa Bagan Percut, mulai dari profesi sebagai nelayan,
pedang TPI maupun masyarakat lainnya sebagai pelayan dan penjaga parkir. Dalam aktifitas
wisata terjadi hubungan sosial timbal balik (social interrelationship) yang dinamik antara
orang dengan orang, orang dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Manusia
sebagai makhluk sosial
dalam kehidupannya pada dasarnya dalam bentuk memenuhi
kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya membutuhkan manusia lain di
sekelilingnya. Atau dengan kata lain bahwa dalam hidupnya manusia tidak terlepas
hubungannya dengan manusia lainnya, sehingga hubungan antar manusia tersebut merupakan
kebutuhan objektif.
Berdasarkan penjelasan diatas informan Leman mengatakan:
“Kami disini banyak yang ikut terlibat dek semua masyarakat disini boleh
ikut bergabung jadi disini saling terkait semua dek mulai dari nelayan,
pedagang, pihak pemilik jadi ya... hubungan kami harus terjalin bagusbaguslah karena kan disini kami masing-masing punya tujuan yang sama
semua.”(Wawancara: 15-Juli-2017)
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara terhadap informan yang bekerja sebagai nelayan menunjukkan
bahwa masyarakat yang terlibat dalam aktivitas wisata kuliner Bagan Percut memiliki
hubungan timbal balik. Hal yang sama Menurut Robert (1985), bahwa inti dari setiap sistem
sosial adalah selalu ada hubungan timbal balik yang artinya apa yang terjadi kemarin
merupakan perualangan dan yang sebelumnya dan besok akan diulang kembali dengan cara
yang sama. Semua elemen-elemen yang ikut aktivitas wisata saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Aktivitas wisata merupakan hal yang pertama bagi masyarakat Desa Bagan
Percut. Jika di kaitkan dengan teori evolusi dengan demikian, masyarakat berusaha untuk
menyesuaikan diri dalam suatu keadaan dan kondisi baru yang sebelumnya tidak ada aktivitas
wisata dan sekarang sudah
beralih adanya aktivtas baru. Usaha tersebut merupakan
perubahan sosial yang di rencakan karna keinginan untuk berkembang dan jika di kaitkan
teori sudah masuk ke masa transisi untuk menjadi masyarakat modren waulaupun perubahan
tersebut memiliki waktu lama. Adapun beberapa hal yang terjadi pada masyarakat bagaimana
usaha-usaha masyarakat dan terlibatnya dalam aktivitas baru wisata kuliner Bagan Percut.
Seperti yang dikatakan informan Yudi bahwasanya :
“Aku kak karena pandai bergaul orangnya kak terus banyak juga aku
kenal-kenal bapak-bapak yang awalnya kenal di warung-warung aja.
Sebelum ada restoran suka duduk-duduk sama di warung jadi, semenjak ada
restoran ini mulai aku dekat-dekati kak dan ikut-ikut rapat gabung-gabung
sampai aku masuk jadi penjaga parkir dan masuk organisasi. (Wawancara:
2-Juli-2017)”
Hal yang diungkapkan oleh informan bahwa adanya usaha-usaha yang dilakukan
informan agar tercapainya suatu keinginan agar dapat memenuhi segala tujuanya sehingga
dapat menyesuaikan keadaan dilingkunganya. Adapun hal yang berbeda terhadap informan
Marlia bahwasanya:
“Gak ada Ibu berusaha untuk minta-minta ikut serta di wisata kuliner ini,
tapi karena di depan Ibu sampai ada orng-orang parkir
jadi Ibu ikutlah
jadi penjaga parkir gak mungkinlah ibu diam
walaupun
Ibu
perempuan tidak cocok jadi penjaga parkir ngatur-ngatur kendaraan tapi
cemana kalau di depan mata ada pekerjaan”(Wawancara: 08 Juli 2017)
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan akan membawa masyarakat Desa
Bagan Percut mengalami perkembangan. Adapun beberapa profesi dalam aktivitas wisata
kuliner diantaranya nelayan, pedagang TPI, penjaga parkir, organisasi yang dibentuk, pelayan
dll. Semua yang terlibat saling berhubungan dan tidak lepas dari adanya saling interaksi,
maka adanya sistem kerja sama dan menjaga hubungan baik dapat terjalin kerjasama yang
baik agar tercapainya suatu tujuan dan orientasi masa depan dapat terwujud sehingga unsurunsur dari sistem sosial bahwasanya timbul kepercayaan, peraturan dapat diikuti dalam
terjalinnya pencapaian tersebut. Adanya aktivitas wisata maka akan terjalinya hubungan
sosial yang terjadi didalam suatu lingkungan wisata kuliner tentunya membawa perbedaan
terhadap masyarakat sebelum dan sesudah keberadaan wisata kuliner Bagan Percut. Seperti
yang dikatakan informan Safii bahwasanya:
“Dulu sebelum ada wisata kuliner ini warga disini hubungannya bisa
dikatakan kuat karena tidak ada yang berlomba-lomba, rebut-rebutan jadi
kami dulu bergantung pada nasib aja rezekinya bagaimana. Sekarang
semenjak ada wisata kuliner masing-masing setiap orang-orang yang
berdagang ini berebut mengambil hasil laut yang banyak disukai
pengunjung restoran ini dek, jadi anggota-anggota ini banyak dekat-dekati
bapak untuk perlunya saja dek biar nanti dia mengambil dagangan
yang banyak disukai.Tapi disini belum pernah kami ada masalah begadohbegadoh cuma tau sendirilah dek kalau ada perlunya aja cakap-cakap
ketawa-ketawa besoknya minta sesuatu. (Wawancara: 15-Juni-2017)”
Hal yang senada diungkapkan informan Pohan ialah:
“Warga disini dahulunya sebelum ada wisata kuliner mereka saling peduli
dalam hal mencari nafkah saling solid walaupun ibaratnya mereka juga
sama-sama cari nafkah. Semenjak ada wisata kuliner gak ada lagi saling
peduli itu, mereka ngomong kalau mereka dirugikan nah jadi kalau untung
diam-diam aja gitu. Banyak ini disini saling kerja sama semua mulai dari
tukang parkir TPI, nelayan semualah namanya juga ada maksudnya kalau
gak saling bersama gak bisa juga”. (Wawancara: 15 Juni 2017)
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan, bahwa masyarakat Desa
Bagan Percut memiliki hubungan sosial yang erat hanya dalam kepentingan pekerjaan saja.
Kerjasama yang baik hanya menjadikan hubungan antara masyarakat lebih di dasarkan pada
kepentingan dan keuntungan pribadi. Akan tetapi, didalam suatu hubungan sosial yang erat
Universitas Sumatera Utara
tersebut hanya berdasarkan kepentingan-kepentingan dan memiliki tujuan masing-masing
dari setiap hubungan. Namun, didalam sistem sosial terdapat prinsip-prinsip agar terjalinnya
sistem sosial yang baik termasuk adanya suatu norma, keyakinan, perasaan, serta tujuan agar
terjalin baik dalam suatu aktivitas wisata. Maka, untuk tertibnya hubungan-hubungan antar
manusia diperlukan pengaturan agar kehidupan bersama dapat tentram, damai dan harmonis.
Sebab dalam hubungan sosial tersebut akan terjadi aksi dan reaksi yang tidak selalu harmonis
tetapi dapat juga terjadi pertentangan-pertentangan. Seperti yang diungkapkan informan
Bustambi yaitu:
“Sekarang semenjak ada wisata kuliner ini kami lebih saling berhubungan
dalam pekerjaan semenjak ada wisata inilah, banyak kami disini yang
terlibat nak jadi semua masing-masing ada bagian-bagianya. Jadi namanya
semua butuh semua ingin maju jadi apa yang di depan mata sumber uang
siapa yang enggak mau kan. Jadi pernah lah warga disini mengadakan
musyawarah nak, karena tidak cocok lah cara kerjanya jadi kalau gak ada
musyawarah kacau penduduk sini. Ini rumah makan Cahaya Putri ini
awalnsya bahan bakunya dari mereka sendiri jadi para pedagang ngeluh lah
tidak mengalami keuntungan. Mulai dari permasalahan itu lah kami
mengadakan musyawarah sampai saat ini kalau ada yang tidak cocok kami
adakan musyawarah. (Wawancara: 18-Juni-2017)”
Berdasarkan wawancara terhadap informan Persaingan dan kompetisi masyarakat
Desa Bagan Percut mulai muncul, hal itu terjadi karena adanya suatu perubahan sosial dari
setiap masyarakat sebab evolusi masyarakat terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru. Masyarakat Desa
Bagan Percut juga selalu melakukan kegiatan musyawarah pada setiap masyarakat yang
terlibat dalam aktivias wisata. Dengan demikian perubahan sosial masyarakat Desa Bagan
Percut yang seperti dikatakan informan Safii bahwasanya dahulu sebelum adanya wisata
kuliner kehidupan masyarakat Desa Bagan Percut beranggapan bahwa nasib dan rezeki itu
sudah diatur sehingga tidak adanya persaingan dan kompetisi. Desa pesisir yang familiar
dengan kata keeratan dalam bermasyarakat tersebut hanya tampak dari luar saja. Keberadaan
wisata kuliner yang melibatkan berbagai profesi pekerjaan masyarakat dapat terjalinya
Universitas Sumatera Utara
hubungan sosial yang masing-masing saling berinteraksi, karena memiliki tujuan yang sama
dan kepentingan yang sama maka mereka menjaga suatu hubungan diantaranya terutama
anatara nelayan dengan pedagang TPI maupun dari pihak pelaku bisnis. Jadi, bertemunya
orang perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu
kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang perorang atau
kelompok-kelompok manusia saling bekerjasama, berbicara dan seterusnya untuk mencapai
tujuan bersama. Maka, dengan demikian perubahan dan perkembangan hubungan sosial
masyarakat Desa Bagan Percut yang semakin erat berdasarkan kepentingan disebabkan
karena masyarakatnya membentuk pola hubungan sosial dengan sistem kerjasama dengan
tujuan pencapaian secara invididual.
Berdasarkan jurnal penelitian Ali (2000) dengan judul Hubungan Sosial Masyarakat
Pendatang Parawisata dengan Masyarakat Tempatan di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII
Koto Kampar Kabupaten Kampar bahwa keberadaan parawisata membawa hubungan sosial
yang erat antara masyarakat pendatang dengan masyarakat tempatan Desa tersebut. Akibat
dari parawisata masyarakat pendatang dapat berhubungan dengan masyarakat Desa dan juga
sama halnya dengan penelitian ini bahwasanya kegiatan wisata tidak lepas dari suatu interaksi
dan adanya hubungan sosial karena manusia didalam menjalankan kehidupannya
membutuhkan manusia lain, karena sejak manusia lahir telah memiliki naluri untuk bergaul
dengan sesama, dimana setiap individu mempunyai ketergantungan satu sama lainnya,
ketergantungan tersebut di manifestasikan kedalam wujud interaksi sosial, yaitu saling tukar
menukar aktivitas sesama anggota. Karena interaksi sosial adalah kunci dari semua
kehidupan sosial dan tanpa interaksi sosial tak akan ada kehidupan bersama.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1.2 Sistem Sosial: Munculnya Konflik
Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul di dalam kehidupan sosial,
karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial. Menurut Ramlan
Surbakti (1992:149) menyebutkan pengertian konflik yaitu “benturan”, seperti perbedaan
pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan
kelompok, indivudu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok. Pembangunan wisata
kuliner maka adanya aktivitas wisata yang dijalankan oleh masyarakat, aktivitas wisata
memicu adanya suatu konflik bagi masyarakat. Pertentangan dan perbedaan serta persaingan
kerap terjadi dalam masyarakat Desa Bagan Percut. Seperti yang di ungkapkan oleh Yudi:
“Semenjak ada wisata kuliner disini banyak yang jadi bahan ributan
antara warga sini kak, gak semuanya juga cocok-cocokan pasti ada konflik
kak.” (Wawancara: 2 Juli 2017)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan bahwa keberadaan wisata kuliner
juga memicu adanya konflik pada masyarakat Desa Bagan Percut namun, konflik tersebut
tidak membawa permasalahan yang besar sampai ke ranah tindakan kekerasan. Konflik
terjadi antara individu atau anatra kelompok karena adanya perebutan dan keinginan yang
sama. Seperti yang dikatakan informan Bustambi:
“Kalau adek lihat parkiran yang rumah-rumah disana itu sering itu ribut
perkara perebutan parkir. Jadi pengunjung-pengunjung yang parkir pas di
depan rumah warga jadi, otomatis setiap yang parkir depan rumahnya itu
hak dia gitu dek. Jadi, ributnya itu kalau parkiranya itu setengah dirumah si
Anu setengah mobil lagi dirumah si Anu. Di situlah mereka saling ribut
dek.” (Wawancara: 18 Juni 2017)
Adanya perebutan parkir yang memicu keributan seperti yang dikatakan oleh
informan Bustami bahwa masyarakat Desa Bagan Percut dapat dikatakan telah mengalami
suatu perubahan sosial. Faktor yang terjadi yaitu setiap masyarakat berorientasi untuk masa
depan dan elemen-elemen masyarakat yang saling bersangkutan memiliki suatu tujuan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, Masyarakat saling berusaha agar tercapainya suatu tujuan seperti halnya
menurut teori evolusi jika di kaitkan dapat disimpulkan manusia-manusia yang enerjik dan
yang berusaha akan memenangkan perjuangan hidupnya. Konflik sangat tidak mungkin
untuk di hindari dalam perubahan sosial. Cara menangani konflik adalah persoalan kebiasaan
dan pilihan. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflic), yaitu makhluk yang selalu
terlibat dalam perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa.
Seperti yang diungkapkan Informan Pohan:
“Warga disini banyak yang bertentangan tapi setiap masyarakat yang ribut
gak pernah berkepanjangan pasti selalu diselesakan pada saat itu walau pun
esoknya ribut lagi dan ada lagi masalah.” (Wawancara: 15 Juni 2017)
Berdasarkan dari hasil wawancara bahwa wisata kuliner membawa pertentangan bagi
beberapa masyarakat Desa Bagan Percut. Aktivitas wisata mendorong pada perebutan
keuntunga, masyarakat saling berusaha ingin mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga
berarah kepada adanya suatu perebutan dan adanya suatu tindakan apabila masyarakat
tersebut mengalami benturan. Hal yang senada dengan penelitian Isnaini (2015) dengan judul
“pengaruh keberadaan desa wisata Samiran terhadap Perubahan lahan, ekonomi, sosial, dan
lingkungan” dapat di simpulkan kehadiran desa wisata membawa pengaruh perubahan lahan,
ekonomi dan juga sosial. Munculnya pembangunan desa wisata mengakibatkan adanya suatu
konflik perebutan lahan demi mencapai perubahan ekonomi yang meningkat. Hadirnya Desa
Samiran maka adanya kesempatan kerja bagi masyarakat dan berubahnya jenis pekerjaan
masyarakat timbulnya konflik yaitu masyarakat merebutkan dan berlomba dalam kesempatan
kerja dan perebutan lahan yang dijadikan dan dibangun warung. Pertikaian sebagai gejala
ketidaksesuaian yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan sosial masyarakat dilihatnya
sebagai gejala yang mencakup berbagai proses yang tidak mungkin terpisah-pisahkan, namun
dapat dibedakan dalam analisis. Dengan demikian, masyarakat cenderung mengalami
Universitas Sumatera Utara
hambatan-hambatan yang terjadi pada daerah yang baru muncul tempat wisata. Beberapa dari
elemen-elemen masyarakat yang ikut andil dalam aktivitas wisata dapat menyesuaikan diri
terhadap peran yang di jalankanya Seperti yang di katakan informan Yudi:
“Adanya kegiatan-kegiatan yang menyangkut wisata ini baru untuk kami
jadi payah untuk menyocokkanya belum lagi pertama kali orang-orang di
sini mau menang sendiri banyak mancing keributan” (Wawancara: 2 Juli
2017)
Hal yang sama di katakan informan Marlia:
“Ibu ajalah contohnya karena ibu di sini perempuan jadi Ibu merasa seperti
di bodoh-bodohi. Ibu disini gak pegang hasil jadi Ibu sama orang sebelah
hasilnya di