Kadar Kortisol Saliva Sebagai Penanda Derajat Sindroma Premenstruasi Pada Remaja Chapter III VI

"
.
"

/"

.

--

0"

/" ". *

- .

0
-.

Stresor Psikososial


'

Adrenal Stress Questionnaire

showed greater binding of ligands targeting
ng
either mineralocorticoid receptor and
glucocorticoid.Hippocampus, amygdala (Lymbic
mbic
system)
mediator by neurotransmitter : GABA
ABA,
katekolamin, 5HT, dopamine
hypothalamic PVN
CRH ,GnRH,
xis
Specificity of hormonal changes. HPA axis
activation on modification of hippocampal
al
outputs raises the‘

problem
lem,
and amygdala act synergistically with
hippocampal produce emotional
disturbance.

General Adaptation Syndrome (GAS)

Homeostasis

Intercelluler signaling in
Neuroendocrine System

CORTISOL

(Medchrome 2011)

SINDR
NDROMA
PREMEN

ENSTRUASI

PREMENSTR
STRUAL
SYMPTOM SCRE
SCREENING

Universitas Sumatera Utara

2

3

3

4

Sindroma Premenstruasi merupakan penyakit dengan etiologi
beragam


"

). Sindroma premenstruasi didahului

oleh induksi dari stresor psikososial yang dipengaruhi oleh genetik,
pola aktivitas, lingkungan, dan lain'lain. Stres merupakan suatu hal
yang bersifat sangat subjektif dan bersifat kualitatif, sehingga untuk
mengukur/menilainya perlu suatu alat ukur yang valid dan reliabel,
dalam hal ini digunakan “

” untuk menilai

F

keterlibatan kelenjar adrenal akibat pengaruh stres untuk mensekresi
hormon

kortisol.

Stimulus


stres

yang

diterima

menimbulkan reaksi GAS (

tubuh

akan

) agar tubuh

mencapai homeostatis (keseimbangan). Dalam proses homeostatis,
sel yang merupakan unit terkecil dari tubuh memiliki membran sel
yang melakukan '

$


$ apabila menerima stimulus

tertentu. Stimulus akan melibatkan sistem neurohormonal, di mana
hormon untuk menghasilkan efek sistemik Hormon steroid berdifusi
melalui membran seluntuk masuk ke dalam sel. Hormon berikatan
dengan reseptor intraseluler sendiri, sehingga terjadi suatu kompleks
hormon dan reseptor memasuki inti sel dan, kompleks hormon dan
reseptor akan berikatan dengan reseptor pada DNA (Hormon respon
element), kemudian terjadi transkripsi DNA yang mengubah mRNA,
kemudian terjadi translasi oleh mRNA dan akan terbentuk suatu
protein. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya aksi hormonal
pada sel.
Seluruh stimulus seperti stres, oleh tubuh diterima pada SSP.
Organ/sistem

ini

disebut


“Sistem

Limbik”

yang

terdiri

dari:

Hipokampus, Amigdala, Korteks Limbik. Impuls ini mengaktifkan
neurotransmitter khusus yang terlibat dalam hal emosi/psikologis yaitu
GABA (

), Serotonin, Katekolamin,

Dopamin. Neurotransmitter ini akan membantu infus saraf ini
diteruskan dari presinaps ke postsinaps untuk berkomunikasi dengan

Universitas Sumatera Utara


sistem hormonal, yang akhirnya menjadi sistem neuroendokrin
(Sekresi

hormon

yang

melibatkan

sistem

saraf

otonom:

simpatis/parasimpatis) agar hormon dapat bersirkulasi di dalam sistem
peredaran darah. Dari sistem limbik, impuls diteruskan ke hipotalamus
khususnya di


,

(PVN), untuk menyekresikan

2

#G3 < A melalui sistem portal di Median Eminens. Sekresi hormon
tersebut sampai ke Hipofisis anterior dan menyekresikan ACTH.
Akhirnya kelenjar Adrenal yang mempunyai reseptor Glukokortikoid
menyekresikan “Kortisol”, untuk beredar secara sistemik dan feedback
kembali ke SSP dan HPO Axis. Kortisol terbentuk dari bahan dasar
kolesterol

dengan

molekul

prekursornya

Pregnenolon


dan

Hidroksiprogesteron. Hormon'hormon yang bergantung pada proses
steroidogenik juga steroid Gonad: DHEA, Progesteron, Estrogen,
akibatnya terjadi kompetisi terhadap pregnenolon yang digunakan
untuk membentuk kortisol dalam jumlah besar, sehingga DHEA,
Androstenedion, Testosteron, Estradiol, Progesteron akan menurun
pada fase luteal. Kortisol terbentuk dari bahan dasar kolesterol,
molekul prekursornya Pregnenolon dan Hidroksiprogesteron. Hormon
hormon yang bergantung pada proses steroidogenik adalah juga
steroid Gonad: DHEA, Progesteron, Estrogen akibatnya terjadi
kompetisi terhadap pregnenolon yang digunakan untuk membentuk
kortisol dalam jumlah besar, sehingga DHEA, Androstenedion,
Testosteron, Estradiol, Progesteron akan menurun pada fase luteal.
Manifestasi gejala'gejala Sindroma Premenstruasi dari proses ini
adalah: ketidakseimbangan hormon & aktivasi neurotransmitter yang
berlebihan akibat stimulus stres yang diterima SSP. Pada Sindroma
premenstruasi, progesteron (


$

) menurun pada fase

luteal, menyebabkan ketidakmampuan meningkatkan neurotransmitter
GABA dalam SSP yang dibutuhkan selama terjadi stimulus stres,
sehingga terjadi ketidakstabilan emosional; cemas, tegang, depresi.
Estrogen menurun dan berkorelasi dengan sensitifitas serotonin yang

Universitas Sumatera Utara

meningkat. Serotonin bekerja pada pada seluruh otot polos & sistem
saraf otonom, berhubungan dengan peningkatan tekanan darah,
pusing, mudah marah. Aldosteron juga dibentuk oleh molekul
prekursor pregnenolon terpakai untuk pembentukan Kortisol yang
meningkat, aldosteron jadi turun sehingga terjadi retensi cairan, timbul
gejala hiperhidrasi (oedema) pada sindroma premenstruasi.
"

"'

(

$

!

!
"

$

#

!
"

$

#

!

Universitas Sumatera Utara

Stres

sebagai

$$

terjadinya

sindroma

premenstruasi

dipengaruhi oleh stressor psikososial yang dinilai dengan
stressor psikososial merupakan variable; independen yang

-

mempengaruhi derajat sindroma premenstruasi yang merupakan variabel
perantara. Derajat sindroma premenstruasi bermanifestasi terhadap
perubahan kadar kortisol saliva, yang pada penelitian ini merupakan
variabel dependen.
('
Ada hubungan kadar kortisol saliva perempuan remaja dengan
derajat sindroma premenstruasi..
! Ada hubungan stresor psikososial yang dinilai dari derajat
dengan kadar kortisol saliva dari perempuan
remaja yang mengalami sindroma premenstruasi.
&

.(

'

- %'
Definisi : Gejala siklik dari satu atau lebih dari banyak gejala
(lebih

dari

100)

sebelum

terjadinya

menstruasi,

yang

mempengaruhi pola hidup atau aktivitas, diikuti dengan periode
bebas dari gejala (Speroff & Fritz, 2010). Diagnosis sindroma
premenstruasi berdasarkan kriteria diagnosis yang ditetapkan
ACOG (2006).
# Alat ukur : Premenstrual Symptoms Screening Tool (PSST)
sebagai reference standard.
$ Cara ukur : Penilaian PSST berdasarkan gejala'gejala dari
sindroma premenstruasi yaitu: tidak ada gejala, gejala ringan,
gejala sedang'berat yang dinilai dari 14 (empat belas)
pertanyaan tentang gejala sindroma premenstruasi dan 5 (lima)
pertanyaan tentang aktivitas sehari'hari..
% Skala ukur : Derajat sindroma premenstruasi dikategorikan
menjadi : sindroma premenstruasi ringan, sedang sampai berat

Universitas Sumatera Utara

dan

!

PMDD

!

+Skala

Ordinal/Variabel Kategorik) (Steiner et al, 2003).

!

'

- %'

"
"
$

"

1 $

& "

""

,

"4

!
$

&

5
'

&

#

"
1

&

1

&

$

3
1

$ " 5
,

1

"

1

64
&
$

$

"

$

&
&

""

"

$

" &

"

,

$

"

"
Menurut
dapat

2

dikatakan

'
mengalami

"
sindroma

3

#

seseorang

premenstruasi

apabila

Universitas Sumatera Utara

mengalami 1 dari 6 gejala gangguan afektif dan 1 dari 4 gangguan
somatik yang ditetapkan oleh ACOG (2006).

3 -

'

' '

Adalah keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan
pada kehidupan seseorang, baik perubahan gejala fisik maupun jiwa,
sehingga

seseorang

terpaksa

mengadakan

adaptasi

atau

penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Stresor Psikososial (skala
nominal/varibel kategorik), meliputi: (Hawari , 2006).
a. Hubungan interpersonal (baik atau tidak baik)
b. Lingkungan (baik atau tidak baik)
c. Keuangan (cukup atau tidak cukup)
d. Perkembangan fisik dan mental setiap periode kehidupan
(normal /tidak normal)
e. Keadaan keluarga (harmonis atau tidak harmonis)
f. Trauma (ada atau tidak ada)

8

'

>

%

%

" #%

meliputi jenjang/tingkat

pendidikan di akademi kebidanan dan jumlah jadwal jaga per
minggu, ini merupakan stresor psikososial (Skala ordinal/variabel
kategorik)
a. Definisi : Perubahan kelenjar adrenal dalam mensekresi kortisol
akibat stresor psikososial
b. Alat ukur : Kuesioner Adrenal Stress Questionnaire (Hompes,
2009)
c. Cara ukur :
Adrenal Stress Questionnaire merupakan kuesioner untuk
menilai perubahan kelenjar adrenal untuk mensekresi kortisol
akibat stresor psikososial, terdiri dari 20 butir pertanyaan,
dimana setiap pertanyaan diisi dengan skor 0 untuk jawaban

Universitas Sumatera Utara

“tidak benar”, skor 3 untuk jawaban “ragu'ragu” dan skor 5
untuk jawaban “sangat benar”.
d. Total skor dari penilaian kuesioner menunjukkan interpretasi
sebagai berikut (Hompes, 2009) :
0 – 30

kesehatan baik

>30 – 40 mengalami sedikit stres
>40 – 50 kelenjar

adrenal

cenderung

akan

mengalami

mengalami

peningkatan

peningkatan sekresi kortisol
>50 – 60 kelenjar

adrenal

sudah

sekresi kortisol
>60

kelenjar

adrenal

menyekresikan

kortisol

secara

berlebihan
adalah usia yang dihitung dari tahun kelahiran dalam satuan

9
tahun.
2

%

>

'

meliputi: kesadaran compos mentis, tekanan

darah (120/80 mmHg atau MAP 70'100 mmHg, nadi (80'120
kali/menit), pernafasan (16'24 kali/menit), dan suhu (36'37 0 C).
7

$

adalah usia saat seorang perempuan mendapat

haid pertama kali dinilai

dalam tahun (Skala rasio/variabel

numerik).
@ -

adalah panjang siklus haid 24'35 hari (Speroff

%

& Fritz, 2010).
6

% '

adalah 3'5 hari, ada yang 1'2 hari diikuti darah

sedikit'sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7'8 hari (Hanafiah,
2008), dan jumlah darah haid tidak lebih dari 3 kali ganti
pembalut/hari (Janssen, Scholten, Heintz, 1995).
1

%

% %

! #

(

berarti panjang siklus haid pada 2 bulan pengamatan tidak berada
dalam rentang 24'35 hari setiap bulannya.
%

(
'

=

(
' (

'

'

0
&

$
0

Universitas Sumatera Utara

% #

0 (

' %0 %

diketahui

( ('

berdasarkan anamnesis/wawancara tentang riwayat penyakit dan
gejala'gejala

yang

patognomonis

berdasarkan

pedoman

wawancara terstruktur yang disusun oleh peneliti berdasarkan
pedoman pengisian kuesioner, riset kesehatan dasar Depkes RI,
2007 dan pemeriksaan fisik apabila diperlukan (Depkes RI, 2007b).
!

%

#

) dihitung sebagai berat badan dalam

+

satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter
dikuadratkan (m2). Klasifikasi IMT berdasarkan kriteria WHO untuk
regio Asia'Pasifik tahun 2000 adalah sebagai berikut:

o J

1 $

o 2

G

< 18,5
$

18,5 – 22,9
23 – 24,9

o %, 1 $

(

o %&

'

25 – 29,9

o %&

''

> 30

3

a. Definisi:

bagian

dari

4
skala
' ,

validitas

MMPI

(

) untuk menilai kejujuran.

Karena instrumen'instrumen penelitian bersifat*

"

$+

validitas penelitian sangat dipengaruhi kejujuran responden.
b. Alat ukur : Kuesioner Skala L'MMPI
c. Cara ukur : Skala ini terdiri dari 15 butir pertanyaan yang harus
dijawab ”Ya” atau ”Tidak”
“G 1

” diambil dari jumlah jawaban ”tidak” yang paling

banyak adalah 5 berarti responden

tersebut cenderung tidak jujur dalam menjawab pertanyaan
instumen yang diberikan (Gordon RM, 2011).
d. Skala ukur : Subyek jujur atau tidak jujur. (lihat lampiran 2)
8 "'

' adalah hormon sebagai produk dari glukokortioid korteks

adrenal yang disintesis pada zona fasikulata yang dapat
mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid serta

Universitas Sumatera Utara

berbagai fungsi fisiologis lainnya. Pada tahap selanjutnya akan
berpengaruh

terhadap

keseimbangan

metabolisme

tubuh

seluruhnya, satuan kadar kortisol adalah Qg/dl (Barrett

,

2010).
9 " %

"'

' -

>

a. Definisi : konsentrasi hormon kortisol di dalam saliva yang
diperiksa dengan kit (alat) Salimetrics dengan satuan Qg/dl.
Pengukuran kadar kortisol saliva pada penelitian ini hanya
dilakukan pada pagi hari 08.00–12.00 wib.
b. Alat ukur : ELISA READER
c. Cara ukur : Metode 0 D
(
%

#
#

; (

(
#

(ELISA).

'
>

%

#

(

C

1). Sebelumnya, hindari pengambilan spesimen ludah di bawah
60 menit setelah makan/ sarapan terakhir dan sebelum 12
jam pemakaian alkohol. Cuci mulut (kumur'kumur) selama
10 menit.
2). Kemudian ambil minimal 1,5 cc saliva dari subyek dengan
cara subyek menundukkan kepala dan membiarkan saliva
mengalir sendiri masuk ke dalam tabung poli propilene.
3). SEGERA, aliquot saliva dimasukkan ke dalam 3 sampel
cup, masing'masing 0,5 cc saliva.
4). SEGERA, beri identitas dan jenis pemeriksaan, dan simpan
di '200C (selama pengukuran dan sebelum dibekukan,
sampel harus disimpan di dalam lemari pendingin dengan
suhu 20' 80C, untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
d. Skala ukur : Kadar kortisol saliva diukur dalam satuan Qg/dl
(Skala Ratio/Variabel Numerik).

Universitas Sumatera Utara

D
.
$
Penelitian ini

menggunakan rancangan

dan uji

)

diagnostik. Analisis variabel dilakukan dalam bentuk univariat, bivariat
dan multivariat, menggunakan analisis komparatif dan korelatif.

(

%

E

Penelitian

ini

dilakukan

di

akademi

kebidanan

di

Medan.

$ untuk menghindari bias pengukuran dari

Diupayakan proses &

sampel penelitian. Waktu penelitian dimulai bulan Juli tahun 2011
sampai bulan Februari tahun 2012 dengan jumlah sampel minimal 77
terpenuhi.

'(

%

-

(

Populasi target

adalah remaja kategori remaja akhir (

) berusia 17 – 21 tahun yang sekolah dan tinggal di
asrama. Populasi terjangkau adalah remaja kategori
(

remaja

akhir

) berusia 17 – 21 tahun pada akademi kebidanan.

Sampel penelitian adalah perempuan remaja kategori remaja akhir
(

) berusia 17 – 21 tahun pada akademi kebidanan

yang mengalami sindroma premenstruasi. Pengambilan sampel
dengan cara

,

$ harus memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. (lihat lampiran 3)

Universitas Sumatera Utara

"

-

(

"
Perempuan usia 17'21 tahun dengan tanda vital normal
#

Sudah

$

Tidak mempunyai riwayat penyakit tumor otak

%

Tidak menderita #

dengan siklus haid teratur

$

Tidak menderita
&

Tidak mempunyai riwayat gangguan fungsi hati
Tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus
Tidak mempunyai riwayat penyakit tiroid
Tidak menderita hiperprolaktinemia
Tidak sedang dalam terapi hormonal
Tidak sedang menggunakan obat'obatan kortikosteroid
Tidak mempunyai kebiasaan minum alkohol
Bersedia ikut serta dalam penelitian
Sudah melalui instrumen penyaring Skala'L MMPI dengan
+< 5, dan subyek dianggap jujur untuk mengisi

*G 1

instrumen'instrumen penelitian
'

Mempunyai riwayat sindroma premenstruasi selama 2 (dua)
siklus haid yang dinilai berdasarkankriteria diagnosis sindroma
premenstruasi berdasarkan

#

$

%&

$ (2006) selama 2 bulan pengamatan.

! "
Terjadi gangguan siklus haid dalam 2 bulan pengamatan.

3

-

(

Rumus
hipotesis

besar

pada

sampel

penelitian

yang

digunakan

untuk

ini berdasarkan
,

uji
D

.

WHO

Universitas Sumatera Utara

(Lwaga & Lemeshow, 1998) dengan uji hipotesis dua arah satu
proporsi populasi.
Dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :
n

=

%

&

Zα √ Po (1'Po) + Z1'β√ Pa (1'Pa)
Besar sampel

Z1'α/2 =

Derifat baku alfa, kesalahan tipe I sebesar 5 %, hipotesis
dua arah

Z1'β

=

Derifat baku beta, power penelitian sebesar 90 %, hipotesis
dua arah

Po

=

Proporsi populasi penelitian penderita sindroma
premenstruasi, 80% (0,8)
(Freeman, 2003; ACOG, 2006; Knaapen & Weisz, 2008).

Pa

=

Proporsi populasi penelitian yang diharapkan dari penelitian
ini 60% (0,6)

Besar sampel pada penelitian

n = 50 orang.

Rumus besar sampel untuk penelitian diagnostik yang mempunyai
keluaran

%

J

# , (AUC) adalah sebagai berikut :

Zα √ 2 V1

+ Zβ√ V1+V2

θ

&

θ

Dimana :
n

= Besar sampel



= Derivat baku alpha (α = 5%, hipotesis dua arah



= Derivat baku beta ((β = 10%, power penelitian sebesar 90%

1,96)

,hipotesis dua arah)
(θ1 – θ2)

= Selisih minimal AUC antara AUC1 dan AUC2 (15%)

θ1 = AUC1 = AUC dari indeks yang diteliti
θ2 = AUC2 = AUC dari indeks yang sudah diketahui
V1 = Q11 + Q21 ' 2θ12

Universitas Sumatera Utara

V2 = Q12 + Q22 ' 2θ22
Q11 = Nilai Q1 dari indeks yang diteliti = θ1 : (2 ' (θ1)
Q21 = Nilai Q2 dari indeks yang diteliti = 2θ12 : (1 + θ1)
Q12 = Nilai Q1 dari indeks yang telah ada = θ2 : (2 ' (θ2)
Q22 = Nilai Q2 dari indeks yang telah ada = 2θ22 : (1 + θ2)
Berdasarkan Buku Penelitian Diagnostik oleh Dahlan tahun 2009,
bahwa perhitungan besar sampel dengan rumus tersebut telah disajikan
dalam suatu bentuk tabel untuk nilai AUC kesalahan Tipe I dan Tipe II
tertentu. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa selisih minimal AUC
sebesar 15 % ( AUC1 = 80%, AUC2 = 95%) dengan kesalahan tipe I (α =
5%) dan kesalahan tipe II (β = 10%), sehingga, besar sampel n = 77
orang. Dari kedua cara perhitungan besar sampel dalam penelitian ini,
maka digunakan besar sampel yang terbesar yaitu sebanyak

n = 77

orang.

"$
4

(

+-

)

Skala L'MMPI adalah bagian dari skala validitas MMPI (
' ,

) untuk menilai kejujuran. Skala ini

terdiri dari 15 butir pertanyaan yang harus dijawab “Ya” atau “Tidak”.
“G 1

” diambil dari jumlah jawaban ”tidak” yang harus < 5. Bila

”G 1

” >5 berarti responden cenderung tidak jujur. Sehingga

responden yang tidak dapat dipercaya, tidak diikut'sertakan dalam
penelitian.Skala L'MMPI telah dipakai dan dipublikasikan secara
internasional. Pada penelitian ini diperlukan, karena instrumen'
instrumen penelitian yang digunakan bersifat “

"

$” sehingga

validitas penelitian ini sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam
mengisi instrumen penelitian yang diberikan (Gordon , 2011). (Lihat
lampiran 2)

Universitas Sumatera Utara

!

"

#

+ -- )

PSST mencerminkan dan menerjemahkan kriteriaDSM'IV dalam
menilai derajat keparahan dari sindroma premenstruasi. Penilaian
PSST berdasarkan gejala'gejala sindroma premenstruasi yaitu: tidak
ada gejala, gejala ringan, dan gejala sedang sampai berat, terhadap
14 butir pertanyaan tentang gejala sindroma premenstruasi dan 5 butir
pertanyaan tentang aktivitas sehari'hari. PSST dianggap sebagai
yang sesuai dengan DSM IV dan ICD'10. Derajat

"
sindroma

premenstruasi

dikategorikan

menjadi:

sindroma

premenstruasi ringan, sedang sampai berat dan
!

PMDD (Steiner , Macdougall , Brown , 2003).

!

(Lihat Lampiran 8)
3

.
Suatu pendapat yang dinyatakan Hompes, seorang ahli ginekologi

Inggris tahun 2009 menjelaskan tentang keterlibatan
akibat stress fisik, emosional dan lingkungan yang dialami oleh
seseorang. Hompes menyusun suatu alat ukur berupa
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk

-

menilai keterlibatan kelenjar adrenal akibat pengaruh stres.
-

terdiri dari 20 butir pertanyaan,

dimana setiap pertanyaan diisi dengani skor 0 untuk jawaban “tidak
benar”, skor 3 untuk jawaban “ragu'ragu” dan skor 5 untuk jawaban
“sangat benar”. Total skor dari penilaian terhadap kuesioner
menunjukkan derajat

berupa perubahan kelenjar

adrenal dalam menyekresikan kortisol (Hompes, 2009), yaitu:
0 – 30

kesehatan baik

>30 – 40

mengalami sedikit stres

>40 – 50

kelenjar adrenal cenderung mengalami peningkatan
sekresi kortisol

Universitas Sumatera Utara

>50 – 60

kelenjar

adrenal

sudah

mengalami

peningkatan

sekresi kortisol
>60

kelenjar

adrenal

menyekresikan

kortisol

secara

berlebihan
(lihat lampiran 7)

*
Untuk izin penelitian, persetujuannya diperoleh dari subyek
penelitian dan Komite Etik FK'USU yang akan melakukan penilaian
kelayakan proposal penelitian.

/
Subyek penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Selanjutnya dilakukan

"

bahwa subyek secara

sukarela ikut dalam penelitian. (lihat lampiran 1) Proses pengambilan
sampel melalui pedoman wawancara dan instrumen penyaring
kejujuran dengan kuesioner Skala L'MMPI, karena pada penelitian ini,
terdapat instrumen'instrumen penelitian yang sifatnya

")

$. (lihat

lampiran 2) Apabila subyek cenderung tidak jujur dari hasil penilaian
kuesioner Skala L'MMPI, maka subyek tidak diikut'sertakan dalam
penelitian, dan peneliti akan merekrut subyek yang lain. Kemudian
dilakukan observasi terhadap subyek pada bulan ke'1 dan ke'2 untuk
menilai gejala'gejala sindroma premenstruasi selama 2 siklus
menstruasinya berdasarkan kriteria diagnosis sindroma premenstruasi
dari ACOG (2006) sampai jumlah sampel minimal terpenuhi sebanyak
77 orang. (lihat lampiran 3)
Selanjutnya, sampel yang telah diperoleh, diminta mencatat tanggal
hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk dapat diestimasi tanggal haid
pada bulan berikutnya. Pada bulan ke'3 tepatnya pada hari ke'7
sebelum tanggal menstruasi pada siklus haid bulan ke'3, subyek
diminta mengisi kuesioner (

-

) untuk

Universitas Sumatera Utara

menilai derajat

akibat pengaruh stres fisik, emosi dan

lingkungan. (lihat lampiran 7) Selanjutnya pada hari yang sama,
dilakukan pemeriksaan kadar kortisol saliva dari subyek, kemudian
spesimen langsung dikirim ke Laboratorium Prodia Medan. Pada hari
yang sama juga setelah pengambilan spesimen saliva, selanjutnya
peneliti

melakukan

premenstruasi

dari

penilaian
subyek

derajat

penelitian
$

sebagai

"

keparahan
dengan

sindroma

menggunakan

(PSST), yang dianggap

pada Konsensus Montreal tahun 2010

dan sesuai dengan kriteria DSM IV dan ICD'10. (lihat lampiran 8)
Setelah seluruh data terkumpul, kemudian dilakukan analisis statistik.

Universitas Sumatera Utara

+ ) !
* ' #

)

,-.

!

'(

!
!

!
"

*

!

'&

#

$%&

''(

"
!

'/

+

.

*

/

"

,+

-

/

0

#

)

Universitas Sumatera Utara

Analisis

data

menggunakan

analisis

univariat,

bivariat

dan

multivariat. Analisis univariat untuk data deskriptif. Analisis bivariat
adalah analisis variabel: pola aktivitas di akademi kebidanan sebagai
stresor

psikososial

terhadap

variabel

derajat

mempengaruhi kelenjar adrenal (

stres

yang

) yang dinilai dari

. Analisis statistik menggunakan uji

-

, . Kemudian, dilakukan analisis komparatif antara variabel

1

derajat stres yang mempengaruhi kelenjar adrenal/
(variabel kategorik) terhadap variabel kadar kortisol saliva (variabel
numerik) (Sastroasmoro, 2008; Dahlan, 2009).
Analisis multivariat menggunakan uji korelasi
untuk menganalisis hubungan antar variabel numerik.
Selanjutnya

akan diperoleh koefisien

korelasi

antara

variabel

independen dan variabel dependen. Kuat lemah hubungan diukur
diantara jarak (

$ ) 0 sampai dengan 1. Korelasi searah jika nilai

koefisien korelasi ditemukan positif, sebaliknya jika nilai koefisien
korelasi negatif, korelasi tidak searah. Koefisien korelasi adalah suatu
pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel atau
lebih. Jika koefisien korelasi ditemukan tidak sama dengan nol (0),
maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika
koefisien korelasi ditemukan +1 maka hubungan tersebut disebut
sebagai korelasi sempurna atau hubungan linier sempurna dengan
kemiringan (

) positif. Jika koefisien korelasi ('1), maka hubungan

tersebut disebut sebagai korelasi sempurna dengan kemiringan
(

) negatif.
Stresor psikososial yang meliputi kehidupan sosial subyek dan pola

aktivitas

di

akademi

kebidanan

(variabel

kategorik)

yang

mempengaruhi kadar kortisolnya dinilai dengan derajat
(variabel kategorik) memakai

-

.

Universitas Sumatera Utara

Pada analisis korelasi regresi linier ini dilakukan pengontrolan
(

) terhadap faktor perancu (

7

"

)

$ "

yang

mempengaruhi kadar kortisol saliva yaitu faktor'faktor karakteristik
subyek yang meliputi: variabel umur, indeks massa tubuh (IMT), lama
.

haid, dan usia

Derajat sindroma premenstruasi adalah sebagai variabel perantara
pada penelitian ini, dinilai dengan
(PSTT) yang merupakan

$
berdasarkan

"

ketetapan ISPMD ('

!

) pada

Konsensus Montreal tahun 2010 yang menyatakan bahwa PSTT
sesuai dengan kriteria sindroma premenstruasi pada DSM IV dan ICD'
10.
Uji diagnostik dilakukan untuk menentukan nilai titik potong (
,

""

/, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi

negatif, akurasi, serta
saliva

(variabel

premenstruasi

numerik)
(variabel

,
sebagai
kategorik)

(AUC) dari kadar kortisol

penanda
yang

derajat

merupakan

sindroma
variabel

dependen.

Universitas Sumatera Utara

D
-

-

Penelitian kadar kortisol saliva sebagai penanda derajat
sindroma premenstruasi pada remaja ini dimulai sejak 28 Juli 2011
setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bidang
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Proses
penyaringan sampel melalui pedoman wawancara dan instrumen
penyaring kejujuran dengan kuesioner Skala L'MMPI, karena pada
penelitian ini terdapat instrumen'instrumen penelitian yang sifatnya
")

$. Skala L'MMPI adalah

(

bagian dari skala validitas MMPI
' ,

) untuk menilai kejujuran.

Apabila subyek cenderung tidak jujur dari hasil penilaian kuesioner
Skala L'MMPI, maka subyek tidak diikut'sertakan dalam penelitian,
dan peneliti akan merekrut subyek yang lain. Kemudian dilakukan
observasi terhadap subyek pada bulan ke'1 dan ke'2 untuk menilai
gejala'gejala sindroma premenstruasi selama 2 siklus menstruasinya
berdasarkan kriteria diagnosis sindroma premenstruasi dari ACOG
(2006) sampai jumlah sampel minimal terpenuhi sebanyak 77 orang.
Kategori sampel diambil berdasarkan pembagian yang ada
pada

"

2010

yaitu

sesuai dengan konsensus Montreal
sindroma

premenstruasi

ringan

dan

sindroma

premenstruasi sedang'berat, tidak dijumpai PMDD pada penelitian ini.
Dari sampel tersebut didapatkan masing'masing 34 orang
untuk sindroma premenstruasi ringan dan 43 orang sindroma
premenstruasi sedang'berat, kemudian dilakukan analisis statistik
untuk semua data yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :

"

+ %

#

)0

% %

$

#

@

#

"

+ %

#

)0

$ -

%%

,
"
-

"

.
"-

- "
-

--

F

+

)G

J

1 $

10

12,9

2

1 $

52

67,5

10

12,9

I – II

5

6,4

3 s/d 7 hari

75

97,4

Selain 3 s/d 7 hari

2

2,6

%, 1 $
%&
GG

-

/, + &/

22



,

" D

- %'

%

%

" #%

'

)

- %'

(

"

%
- '
1431

)

+
- '
H31481

- '
H81491

F

- '
H91421

F

66

== ?

4

46

6

=

Mahasiswi Tingkat II
Mahasiswi Tingkat III

4
?

6 4
44 4

6 K
6K

=

=
4 K

4
4

6K K
6K K

Jadwal Jaga 1x/minggu

6=

?=

? 6

=

=

6

=

Jadwal Jaga 2x/minggu
Jadwal Jaga 3x/minggu

L
6 4

4

66 6
6 K

4

4

46
4 K

4
4

6K K
6K K

6

6

?

6

64

6

6=

6

6

6

?

6

64

6

6=

6

6

6

?

6

64

6

6=

6

6K

"

F

/
"
Mahasiswi Tingkat I

/

10 37

10281

-.

Baik
Tidak baik
/"

+ '

%

F
,

' '

)

(

>

-

+

' '

-

%

/
Baik
Tidak baik
/

"

Cukup
Tidak cukup
"

/

*-"

-

.

"

Universitas Sumatera Utara

Normal
Tidak Normal
"

"
Harmonis

6

6

?

6

64

6

6=

6

6

6

?

6

66

K =

6=

6

4
64

6K K
K6

4

/

Tidak harmonis

6

101 @

E J
Ada
Tidak ada
9J7 % B

=
6

K=
?6

4

66 6
KK L

4
6

46
?= L

108@6

,

Pada tabel 11 tersebut, terlihat bahwa mahasiswa tingkat 1
merupakan sampel yang dominan pada setiap kelompok adrenal stres
kecuali kelompok >40'50. Jumlah mahasiswa tingkat 1 terbanyak ada
pada kelompok adrenal stress >30'40, dan yang paling sedikit pada
kelompok >40'50 sebanyak 3 responden. Dari tabel tersebur juga
didapatkan bahwa terdapat 3 faktor stressor psikososial yang tidak dapat
diuji hubungannya dengan kelompok adrenal stres pada responden
dikarenakan kondisi responden yang konstan (sama baik, dan sama
cukup) untuk setiap faktor tersebut. Ketiga faktor tersebut adalah
hubungan interpersonal, kondisi lingkungan, dan kondisi keuangan.
Untuk faktor keadaan keluarga responden, ternyata terbukti
signifikan memiliki hubungan terhadap kelompok adrenal stres. Hal ini
dapat dilihat pada angka

),

yang bernilai 0,018 ( +K A% )

- %'

-

69 F

(4>

G

- '
' 0'30

66L

664

' >30'40

6=L=

6 L6

66K

' >40'50

4

6 K4?

6

6??

6 K4

' >50'60
9J7 %

B

=

=??

4

6? K
=
4 6?

101!!

4 ?

,

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa kadar kortisol saliva rata'rata
paling tinggi adalah 0,2526 berada pada kelompok responden yang
memiliki skor

>50'60, sedangkan rata'rata terendah 0,1192

ada pada kelompok responden yang memiliki skor
Pengujian

1

,

0'30.

di atas bertujuan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan kadar kortisol saliva rata'rata pada setiap kelompok
skor
nilai

. Dengan menggunakan uji
),

sebesar 0,022. Karena

),

1

, didapatkan

< dari alpha (0,05) maka

peneliti dapat menolak H0 sehingga diperoleh kesimpulan dengan tingkat
kepercayaan 95% bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata'rata
kadar kortisol saliva pada kelima kelompok skor

.

Universitas Sumatera Utara

Untuk nilai

"

,

95% kadar kortisol saliva rata'rata

dari setiap kelompok dapat dilihat bahwa kelompok skor
>50'60 memiliki interval yang paling lebar (0,1583 s.d. 0,3470).
Kadar kortisol saliva rata'rata tersempit yaitu 0,0677 s.d. 0,1708 ada pada
0'30.

kelompok
Pengujian

, tersebut dapat dilanjutkan dengan

1

untuk mengetahui rata'rata kortisol kelompok mana saja
yang signifikan berbeda.

#

3

"

"

A

'

'

>

4

( %

' ('
Kortisol
LSD
95% Confidence Interval

Mean
(I)

(J)

Difference

Std.

Lower

Upper

(I'J)

Error

Sig.

Bound

Bound

>30'40

'.05032

.04064

.220

'.1313

.0307

>40'50

'.11276*

.04929

.025

'.2110

'.0145

>50'60

'.13339*

.04635

.005

'.2258

'.0410

0'30

.05032

.04064

.220

'.0307

.1313

>40'50

'.06244

.04715

.190

'.1564

.0315

>50'60

'.08307

.04407

.063

'.1709

.0048

0'30

.11276*

.04929

.025

.0145

.2110

>30'40

.06244

.04715

.190

'.0315

.1564

>50'60

'.02063

.05215

.694

'.1246

.0833

0'30

.13339*

.04635

.005

.0410

.2258

>30'40

.08307

.04407

.063

'.0048

.1709

>40'50

.02063

.05215

.694

'.0833

.1246

adrenal adrenal
0'30

>30'40

>40'50

>50'60

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Universitas Sumatera Utara

Pada tabel 13, dengan memperhatikan nilai signifikansi ( ),
dari

)

tersebut dapat dilihat bahwa rata'rata skor

kortisol tidak signifikan berbeda pada semua kelompok adrenal stres.
Perbedaan rata'rata skor kortisol terbesar ada pada antara kelompok
adrenal stres 0'30 dan >50'60 sebesar 0,13339. Perbedaan rata'rata skor
kortisol terkecil ada pada kelompok adrenal stres >40'50 dan >50'60
sebesar 0,02063. Kelompok kortisol yang memiliki perbedaan rata'rata
kortisol yang signifikan dibawah alpha 5% adalah antara kelompok
adrenal (0'30) dan (>40'50) dengan

= 0,025; serta antara

),

kelompok adrenal (0'30) dan (>50'60) dengan

= 0,005. Antara

),

kelompok adrenal (>30'40) dan (>50'60) terdapat perbedaan yang
signifikan dibawah alpha 10%.

2

#

D
-

0

+ %

%

#

#
-

$
)

0

0

% (" %

"'

% %
' -

- %'

8

#

D

#

0

% %
" %

"'

'

-

+ %
>

4

$

0

0
)

%
0- %

"' &
%

D

0- %

-

( %

> ( %

% (
- %'

4
'
'

'

% (
> 5
D

'
'
'

$
%

#

+

)

%
'

-

+ %

)

0,105

0,363

'0,006

0,956

'0,039

0,736

0,118

0,309

0,380

0,001

9J7 M

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 14 tersebut, adanya hubungan antar variabel yang
diduga memiliki pengaruh terhadap kadar kortisol saliva dapat dilihat dari
untuk variabel umur, usia menarche,

besarnya koefisien korelasi

dan IMT (variabel rasio) serta lama haid dan derajat stres (variabel
nominal dan ordinal) diukur dengan korelasi

. Data dari 77

sampel yang diteliti pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa hubungan
umur mereka terhadap kadar kortisol adalah 0,105.
Hubungan ini memiliki arah yang positif sama halnya dengan lama
haid dari responden namun tidak signifikan. Lemahnya hubungan ini
diduga kerena umur dari sampel penelitian ini hanya berkisar 18'22 tahun
dan haid yang hanya terdiri atas 2 kategori. Usia

, dan Indeks

Massa Tubuh sama'sama memiliki hubungan negatif yang lemah
terhadap kadar kortisol salivanya. Besarnya korelasi antrara kedua
variabel ini adalah '0,039 dan '0,006. Korelasi yang paling kuat ada pada
hubungan antara derajat stres dan kortisol saliva sebesar 0,380 dengan )
,

0,001. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua

variabel ini, koefisien yang positif memiliki makna ketika skor adrenal stres
mengalami peningkatan maka kortisol saliva juga akan mengalami
kenaikan yang signifikan.

7 " %

#

"'

'

-

9 " %

>

"'

4

'

-

%

>

- % '

4

%

- %'
" %
-

.

-

-

"'
-

- %'

' -

> +

A% )

69 F

(4 >

6'6768 6'69:; 6'6;9; 6'

$
" %

- %'

"

$

"'

'

- %'

Universitas Sumatera Utara

1.2
1
0.8

series
"specificity"
point 30

0.6

Series1
Series2

0.4
0.2
0
1 4 7 1013161922252831343740434649525558616467

/

#

!

$
+

Dari Gambar 12 tersebut didapatkan nilai titik potong (

"" ,

)

berada pada koordinat 30, dengan nilai kadar kortisol saliva pada
koordinat tersebut sebesar 0,116 ug/dl (lihat juga lampiran 9: luaran SPSS
untuk nilai cut off value kadar kortisol saliva untuk sindroma premenstruasi
ringan).
Untuk Sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi
negatif sindroma premenstruasi ringan pada koordinat tersebut dapat kita
lihat seperti berikut ini :
#

9 -

>
%

0 -(

&

0

%

'

&0 %

&- % '
- %'

"'
-

Ringan

Selain Ringan

>0.116 ug/dl

3

41


"'

- %

.
'

-

++

"

>

% (

- %

' -

>

4

$
- %'

4

Universitas Sumatera Utara

Nilai

# , (AUC) merupakan nilai untuk menjelaska
elaskan suatu

J

uji diagnostik dianggap
ggap memuaskan atau tidak, jika dibandingkan
gkan dengan
kurva ROC yang
g pertama
pe
(sindroma premenstruasi ringan)
ingan), maka
prosedur diagnostik
tik ya
yang lebih baik adalah kurva ROC yang
ang kkedua ini
(sindroma premenstrua
nstruasi sedang'berat) dengan nilai Area
a Un
Under the
Curve sebesar 0,945.
,945.(lihat lampiran 9 Area Under the Curve
Curv untuk
Sindroma Premenstrua
struasi Sedang'Berat)

1.2
1
0.8

Series "specificity"
point 30

Series1

0.6

Series2
0.4
0.2
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67

/

#

8

$
A

Dari Gambar 14 tersebu
ersebut didapatkan nilai titik potong (

) berada

"" ,

pada koordinat 30,
0, de
dengan nilai kadar kortisol saliva pada
da kkoordinat
tersebut sebesar 0,11
0,116 ug/dl . (lihat lampiran 9 Nilai #

%
%"" A

kadarkortisol saliva untuk
untu Sindroma Premenstruasi Sedang'Berat
erat)
Untuk Sensitivita
sitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi
negatif sindroma premenstruasi
prem
sedang'berat pada koordinat
inat tersebut
dapat kita lihat seperti
perti berikut
b
ini :

Universitas Sumatera Utara

#

2 -

>

0 -( &
0
&- % '

%

%

' &0 %
- %
4

- %'
Sedang'berat Selain Sedang'Berat

"'

' -

>

>0.116 ug/dl