PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Zaman terus berkembang seiring dengan kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam proses perubahan tersebut pendidikan
memegang peranan sangat penting sebagai wahana untuk mempersiapkan
siswa menghadapi dunianya dimasa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh
kedepan dan memikirkan apa yang dihadapi siswa yang akan datang. 1
Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Pendidikan ini tidak
hanya terbatas pada pendidikan sekolah saja tetapi juga termasuk dalam
pendidikan pada keluarga dan masyarakat sekitar. Setiap manusia yang hidup,
dituntut untuk mengikuti pendidikan.
Secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang
terbentuk dari kata pains yang berarti anak dan again yang berarti bimbingan.3
Dan dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan
1Ahmad Nasriful Mustofa, Pengaruh Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap
prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII Pada Pokok Bahasan Segi Empat dan Segi Tiga di

MTs Negeri Pucanglkaban. (Tulungagung: Tidak Diterbitkan, 2012), hal. 1
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hal.10
3 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001),
hal. 69

1

2

kepada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak tersebut menjadi
dewasa. Education and Sociologi mengatakan bahwa pendidikan merupakan
produk manusia yang menerapkan kelanggengan kehidupan manusia yang
menetapkan kelanggengan manusia itu sendiri, yaitu mampu hidup konsisten
mengatasi ancaman dan tantangan masa depan.4 Pendidikan dapat dibatasi
dalam pengertiannya secara sempit dan luas. Secara sempit pendidikan adalah
sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang
diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap

hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Sedangkan dalam arti luas
pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah
segala situasi yang mempengaruhi individu.5 Surat At-Taubah ayat 122 Allah
ta’ala menyampaikan sebuah arti penting kedudukan pendidikan bagi manusia,
ayat tersebut berbunyi:









    


















4 Khoirun Rosyadi, Pendidikan Profetik. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), hal. 136137
5 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 1

3

   
  

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.
Pada ayat ini Allah ta’ala memerintahkan agar senantiasa ada
sekelompok manusia yang memperdalam ilmu pengetahuan meski sedang ada
perintah jihad. Hal ini menunjukkan, “kebutuhan suatu bangsa terhadap jihad
dan para muhajid sama seperti kebutuhan bangsa terhadap pendidikan.
Pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan
pendidikan. Pendidikan professional menekankan ada aplikasi teori-teori yang
telah ada.6 Supaya tujuan pendidikan bisa tercapai dan terlaksana dengan
maksimal diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.7 Pendidikan yang
berkualitas akan menghasilkan generasi penerus yang bermutu dan memiliki
kompetensi.

6 Made Pidarta, Landasan Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 53
7 Fatimah, Pengaruh Model Pembelajaran Creatif Problem Solving (CPS) terhadap

Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Bendungan.
(Tulungagung: Tidak Diterbitkan, 2014), hal. 1

4

Kualitas pendidikan sangat bergantung pada profesionalitas dan
kreativitas tenaga pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Tenaga
pendidik yang profesional memiliki tanggung jawab untuk membuat
pembelajaran itu mencapai hasil yang maksimal.
Tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar harus mengalami
perkembangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan seperti tenaga
pendidik merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan, tenaga
pendidik merupakan alat mencapai tujuan, yang di dukung oleh alat-alat bantu
mengajar, dan tenaga pendidik merupakan kebulatan dari suatu sistem
pendidikan. 8
Salah satu komponen keterampilan dan keahlian yang harus dikuasai
tenaga pendidik atau calon tenaga pendidik dalam kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan
menyampaikan


mutu

pendidikan

pesan-pesan

adalah

kemampuan

pembelajaran

kepada

tenaga

pendidik

siswa.


Dalam

menyampaiakan pesan-pesan serta memberikan sejumlah mata pelajaran dan
input kepada siswa, seorang tenaga pendidik dituntut untuk pandai melakukan
perananya dalam membawa siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.9
Tenaga pendidik yang memiliki daya kreativitas yang tinggi, akan
menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Dengan tercapainya tujuan
8 Dyah Ayu Stiyorini, Korelasi Problem Posing terhadap Problem Solving dalam
Penbelajaran Matematika pada Siswa SMP Negeri 1 Boyolangu. (Tulungagung: Tidak
Diterbitkan, 2013), hal. 1
9 Ibid., hal. 2

5

pembelajaran yang maksimal maka generasi penerus yang dihasilkan akan
memiliki kualitas yang bagus. Salah satu yang menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran adalah ketepatan dalam memilih metode pembelajaran. Metode
memiliki andil yang cukup besar dalam proses belajar mengajar. 10 Metode
mengajar yang baik dan serasi terhadap materi pelajaran adalah suatu hal yang

sangat penting dilakukan oleh pendidik di dalam tiap-tiap situasi penyajian
pengajaran di dalam kelas, sebab hal tersebut merupakan kebutuhan dalam
proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana yang membuat anak didik
mampu mencapai tujuan pendidikan yang dituntut.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran,11 hal tersebut menyebabkan rendahnya
mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Tapi masalah tersebut pasti ada cara
yang mudah agar proses pembelajaran tidak lemah lagi. Sebagaimana
diterangkan pada surat Alam Nsyrah ayat 5 di bawah ini berbunyi:

    
Artinya : Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa setiap kesulitan itu pasti ada
kemudahan dengan jalan yang berbeda-beda. Jadi untuk meningkatkan mutu
pendidikan tersebut maka diperlukan peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang intelektual dan diperlukan suatu proses yaitu belajar.

10 Dyah Ayu Stiyorini, Korelasi Problem . . . , hal. 2
11 Fatimah, Pengaruh Model . . . , hal. 2


6

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.12 Adapun tujuan belajar yang utama adalah
melakukan suatu perubahan yang nantinya akan berguna dan bermanfaat serta
dapat membantu belajar dengan cara yang lebih mudah dan dapat dipahami dan
akan meningkatkan hasil belajar.
Tujuan belajar matematika adalah untuk mempersiapkan anak didik agar
bisa menghadapi perubahan kehidupan dan dunia yang selalu berkembang dan
syarat perubahan, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional
dan kritis.13 Selain itu juga untuk mempersiapkan anak didik agar dapat
menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari juga dapat mempelajari
ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan baik.
Proses pendidikan dapat dilakukan dengan belajar. Belajar bukan hanya
untuk mengetahui jawaban-jawaban dan pengalaman dari suatu batang tubuh
pengetahuan, bukan hanya diukur dari indeks prestasi dan nilai ujian. Belajar
adalah petualangan seumur hidup, merubah tingkah laku dan meningkatkan
amal ibadah. Tempat belajar itu bermacam-macam seperti halnya di sekolah.
Belajar


disekolah

dituntut

untuk

menguasai

bidang

tertentu

seperti

matematika.14

12 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), hal. 2
13 Fatimah, Pengaruh Model . . . , hal. 3

14 Qurrotul A’yuni, Penerapan Pembelajaran Pemecahan Masalah Dengan Media
Visual Model Poyla Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII H SMPN 2
Sumbergempol Tulungagung, (Tulungagung: Tidak Diterbitkan, 2013), hal. 1

7

Matematika merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia yang
mempunyai fungsi sebagai alat bantu komunikasi, serta sebagai ilmu bagi
ilmuan. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan berfikir.
Matematika berkaitan dengan gagasan berstruktur yang hubunganya diatur
secara logis. Walaupun tidak didefinisikan ada definisi yang tunggal tentang
matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika. Karena obyek
penelaahanya telah diketahui, sehingga dapat diketahui pula bagaimana cara
berfikir matematika tersebut.15
Berfikir matematika merupakan kemampuan yang penting untuk
dikembangkan oleh setiap siswa. Kemampuan berfikir matematika yaitu dapat
menghubungkan permasalahan-permasalahan kedalam suatu ide atau gagasan
sehingga dapat menyelesaikan permasalahan matematika.16 Mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis,
sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi
tersebut

diperlukan

agar

peserta

didik

dapat

memiliki

kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
untuk keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetetif. Salah satu
kegiatan matematika adalah kalkulasi atau menghitung, sehingga tidak salah
jika ada yang menyebut matematika adalah ilmu hitung atau ilmu al-hisab.

15 Zaenal Arifin, Membangun Kompetensi Pedagogis Guru Matematika. (Surabaya:
Lentera Cendekia, 2009), hal. 10
16 Erik Santoso, “Berfikir dan Proses Berfikir Matematika” dalam
http://navelmangelep.wordpress.com/2015/03/03/hakikat-berfikir-kritis-dan-implementasinyadalam-pembelajaran-matematika, diakses 3 Maret 2015 18.45

8

Dalam al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 202, disebutkan bahwa Allah sangat
cepat dalam menghitung, ayat tersebut berbunyi:









    


Artinya : Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Surat tersebut menjelaskan bahwa dalam urusan menghitung ini, Allah
SWT adalah ahlinya. Allah SWT sangat cepat dalam menghitung dan sangat
teliti. Maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa alam semesta.
Namun, pada kenyataanya masih banyak dikalangan umat islam sendiri yang
membenci matematika dan menyatakan matematika ilmu kafir. Sungguh
fenomena yang aneh. Dzat yang disembah menyukai matematika, sedangkan
penyembahnya justru membenci matematika.17
Matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan bagi
siswa disekolah yang hanya berisi rumus-rumus, seolah mengawang jauh dan
tidak bersinggungan dengan realita kehidupan siswa. Kenyataan sekarang ini
menunjukkan bahwa banyak siswa menganggap matematika merupakan
pelajaran yang sulit. Matematika menjadi hal yang menakutkan bagi siswa
terutama disaat ulangan maupun ujian sekolah, dengan banyaknya angka serta

17 Abdussakir, “Pentinya Matematika dalam Pemikiran Islam” dalam
http://abdussakir.wordpress.com/artikel/, diakses 5 Maret 2015 21.08

9

rumus-rumus abstrak yang harus dikuasai membuat siswa menjadi tidak
tertarik dengan pelajaran matematika.
Hal ini seperti yang dialami oleh siswa SMPN 2 Ngunut. Semenjak
peneliti bersekolah SMP disana sampai saudara peneliti bersekolah disana
sekarang matematika masih saja tetap di anggap hal yang sulit dan menakutkan
serta mengakibatkan hasil belajar pada SMP tersebut belum mengalami
perubahan yang lebih baik. Dan permasalahan pembelajaran matematika
disekolah ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika.
Peneliti memilih SMPN 2 Ngunut sebagai tempat penelitian dikarenakan
melihat kondisi hasil belajar siswa yang relatif rendah dan cara mengajar yang
masih menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan informasi yang
didapat dari guru matematika, peneliti memperoleh informasi bahwa
kemampuan akademik siswa masih heterogen. Selain itu siswa masih kesulitan
dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear
satu variabel. Misalnya tentang menentukan penyelesaian dari pertidaksamaan
linear satu variabel.
Faktor penyebabnya adalah penyampaian materi pelajaran yang kurang
menarik dan bervariasi, banyak guru yang masih menggunakan metode
konvensional dan tidak tersedianya media pembelajaran. Menurut Hartoto
bahwa, “rendahnya pemerolehan hasil belajar siswa secara umum disebabkan
oleh metode mengajar yang digunakan gurunya“.18 Jadi, salah satu penyebab
18 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 39

10

rendanya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika adalah
dikarenakan salahnya pengggunaan metode mengajar. Dan diperlukan adanya
banyak model pembelajaran agar tidak jenuh dalam pembelajaran matematika,
selain itu bisa memahami matematika dengan baik, tidak beranggapan lagi
bahwa matematika itu sulit dan bisa meningkatkan hasil belajar matematika.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah
kurang perhatianya siswa saat guru menyampaikan materi dan suka bermain
dikelas

setelah

materi

disampaikan.

Waktu

yang

digunakan

untuk

menyelesaikan tugas tidak digunakan secara optimal. Hal ini ditandai dengan
menunggu siswa lain untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan tidak
berusaha mengerjakan sendiri. Apabila ada pekerjaan rumah siswa kurang
merespon. Beberapa siswa justru lebih sering menunda menyelesaikan
pekerjaan rumah dan dikerjakan di sekolah, bersamaan dengan hasil jawaban
siswa lain yang tertuliskan dipapan tulis pada waktu dikoreksi guru bersama
siswa. Peran orang tua dalam memfasilitasi belajar matematika anak di rumah
masih sangat kurang. Ketika siswa sudah berada dirumah kurang mendapat
perhatian orang tua dalam hal belajarnya. Beberapa orang tua siswa hanya
menyerahkan pendidikan sepenuhnya di sekolah. Padahal peran orang tua
dalam mendukung dan memfasilitasi belajar matematika sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Noehi Nasution, dan kawan kawan mengemukakan berbagai
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar secara lebih luas. 19 Adapun
19 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal. 176

11

faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor luar
dan faktor dalam. Faktor luar yaitu lingkungan (alami, sosial budaya) dan
instrumental (kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru), sedangkan faktor
dalam yang mempengaruhi roses dan hasil belajar adalah fisologis (kondisi
fisiologis, kondisi panca indra) dan psikogis (minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, kemampuan kognitif ).20 Dan kebanyakan faktor yang dihadapi dalam
meningkatkan hasil belajar adalah berada pada faktor proses belajar. Pada ayat
Al Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11 dijelaskan pula bahwa Allah tidak akan
merubah sesuatu jika kita tidak merubahnya sendiri. Ayat tersebut berbunyi:















    
     
    








      

    

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri, dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
20 Ibid., hal. 177

12

kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
Untuk menggulangi hal tersebut guru perlu menerapkan pendekatan
pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, agar siswa lebih tertarik dalam
mengikuti proses pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran yang
digunakan haruslah lebih berorientasi siswa. Yakni peran guru bergeser dari
menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalaman belajar siswa. Proses interaksi yang terjadi dalam
pembelajaran banyak bergantung pada pendekatan pembelajaran yang dipakai.
Salah satu diantaranya adalah pendekatan pemecahan masalah (problem
solving).
Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk
merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau
metode jawaban belum tampak jelas.21 Berbicara tentang pemecahan masalah
tidak bisa dilepaskan dari tokoh utamanya, yaitu George Polya. Menurut Polya,
dalam pemecahan masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:
1.
2.
3.
4.

Memahami masalah
Merencanakan pemecahan masalah
Melaksanakan pemecahan masalah yang telah direncanakan, dan
Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).22

21Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfuikir Kreatif. (Surabaya: Unesa
University Press, 2008), hal. 35
22 Zaenal Arifin, Membangun Kompetensi . . . , hal. 113

13

Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu
kesatuan yang penting untuk dikembangkan. Salah satu cara untuk
mengembangkanya dengan cara mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa.
Sehingga guru dituntut untuk memahami kemapuan edukatif siswanya. Dalam
hal ini pendekatan pemecahan masalah diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada materi pertidaksamaan linear satu variabel.
Pada materi pertidaksamaan linear satu variabel yang sering di sajikan
dalam bentuk soal cerita seringkali membuat peserta didik kesulitan untuk
menemukan kesulitanya, terutama karena materi pertidaksamaan linear satu
variabel tidak hanya terkait dalam teori dan pada umunya peserta didik sulit
menerjemahkan hasinya. Memilih soal cerita karena soal cerita menuntut siswa
untuk menganalisis, mengorganisir, menginterpretasikan dan menghubungkan
pengertian-pengertian yang dimiliki. Dan biasanya dalam pertidaksamaan
linear satu variabel bentuk soal cerita penyangkut kehidupan atau masalah yang
ada di sekitar. Dalam materi ini pemahaman dan responsibility peserta didik di
tuntut untuk meluas kepada persoalan-persoalan kehidupan disekitar mereka di
samping juga rumus-rumus yang berkaitan tentunya dan menyelesaikanya
melalui beberapa tahapan atau proses.
Dalam mengatasi masalah tersebut penulis tertarik untuk menggunakan
model pembelajaran problem solving dalam materi pertidaksamaan linear satu
variabel, yang lebih menuntut peserta didik untuk teliti, kreatif dan mandiri
dalam menemukan suatu jawaban. Peserta didik dapat merangkai sendiri
modelnya dan memasukkan ke dalam rumus, bila tidak cocok peserta didik

14

bisa mengganti dengan yang lain. Pembelajaran model ini mengarahkan peserta
didik untuk lebih mandiri dan kreatif dan menemukan jawaban dari berbagai
persoalan. Ada sejumlah alasan mengapa problem solving dipergunakan:
1. Berharap agar matematika lebih dapat diterapkan dalam kehidupan
2. Memberi kesempatan dan dapat mendorong peseta didik untuk berdiskusi
dengan peserta didik lain dalam menemukan jawaban dari permasalahan
3. Problem solving dapat mendorong peserta didik untuk menyusun teorinya
sendiri,

mengujinya,

menguji

teori

temanya

atau

bahkan

tidak

mengggunakan tersebut bila tidak konsisten dan mencoba lainya.23
Oleh karena itu peneliti tertarik menggunakan pendekatan problem
solving untuk mengetahui hasil belajar siswa. Adapun pendekatan problem
solving merupakan proses untuk menerima tantangan untuk menjawab
masalah. Karena itu mengajar bagaimana menyelesaikan masalah merupakan
kegiatan pengajar untuk memberikan motivasi kepada peserta didik agar
peserta didik bersedia menerima pertanyaan yang menantang itu dan apabila
pengajar membimbingnya sampai peserta didik dapat menyelesaikan masalah
tersebut.24 Dengan menggunakan pendekatan problem solving diharapkan siswa
dapat memperoleh manfaaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil
belajarnya. Terutama dalam materi pertidaksamaan linear satu variabel pada
kelas VII sangat diperlukan adanya kekreatifan dalam memecahkan masalah.

23 Eni Rahmawati, Evektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Di Kelas VIII MTsN Tanjung Tani Primbon Nganjuk Tahun
Pelajaran 2009 / 2010. (Nganjuk: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2010), hal. 71-72
24 Musrikah, Ta’alum Jurnal Pendidikan Matematika. (Tulungagung: STAIN
Tulungagung, 2010), hal. 63

15

Agar siswa dapat mudah memahami materi dan bisa memecahkan masalah
tersebut dengan benar dan tidak ada kesulitan.
Alasan dipilihnya pendekatan pemecahan masalah (problem solving)
adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yenita Nugraini Program
Studi SI TMT STAIN Tulungagung, dengan judul Pengaruh Pemecahan
Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Segi Empat
(Persegi dan Persegi Panjang) Siswa Kelas VII SMPN 2 Sumbergempol
menyimpulkan bahwa, ada pengaruh pemecahan masalah terhadap hasil belajar
matematika pokok bahasan segi empat (persegi dan persegi panjang) siswa
kelas VII SMPN 2 sumbergempol berinterpretasi rendah.
Hasil

penelitian

terhahulu

yang

lain

dengan

judul

penerapan

pembelajaran pemecahan masalah dengan media visual model Polya untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII H SMPN 2
Sumbergempol Tulungagung ini ditulis oleh Qurrotul A’yuni Program Studi SI
TMT STAIN Tulungagung. Berdasarkan pada proses penerapan pembelajaran
pemecahan masalah tahap-tahap dalam pembelajaran maka didapat hasil
belajar siswa dengan penerapan pembelajaran pemecahan masalah dengan
media visual menunjukkan adanya peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran pemecahan masalah dengan
media visual model Polya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas VIII H SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung tahun ajaran 2012/2013.

16

Hal tersebut didukung pula oleh Dyah Ayu Stiyorini, yang telah
melakukan penelitian Korelasi Problem Posing terhadap Problem Solving
dalam pembelajaran matematika pada siswa SMP Negeri 1 Boyolangu.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus Product Moment
disimpulkan bahwa korelasi yang telah terjadi antara problem posing dan
problem solving dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII-B SMP
Negeri 1 Boyolangu adalah korelasi positif kuat. Sehingga kemapuan siswa
dalam membuat soal berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah atau soal.
Ketiga penelitian terdahulu tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda,
namun penelitian tersebut meliliki kesamaan, kesamaanya adalah untuk
meningkatakan hasil belajar matematika siswa. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk melihat apakah ada pengaruh problem solving terhadap hasil belajar
siswa kelas VII SMPN 2 Ngunut. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Problem Solving Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel Kelas VII SMPN 2 Ngunut Tulungagung Semester Genap Tahun
Pelajaran 2014/2015“.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah:

17

“Apakah problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa
pada materi pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII SMPN 2 Ngunut
Tulungagung semester genap?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa pada materi pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII
SMPN 2 Ngunut Tulungagung semester genap.”

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis memiliki peran yang sangat besar dalam penelitian ilmiah.
Hipotesis memungkinkan menghubungkan teori dan pengamatan. Hipotesis
digunakan sebagai upaya membangun pengetahuan, yang dilakukan dengan
induktif melalui pengamatan dan deduktif dengan penalaran yang logis.
Hipotesis yang diperoleh secara induktif dari mengamati tingkah laku individu
dimana hipotesis induktif. Hipotesis yang diperoleh dari teori atau hasil
penelitian sebelumnya dinamakan hipotesis deduktif.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk
memecahkan masalah atau untuk menerangkan suatu gejala. Hipotesis

18

memgemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan
antara variabel-variabel di dalam suatu masalah.25
Dari uraian diatas maka hipotesisnya adalalah “Penerapan problem
solving berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi
pertidaksamaan linear satu variabel kelas VII SMPN 2 Ngunut Tulungagung
semester genap.”

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain
sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembangan
ilmu pengetahuan dan khazanah ilmiah tentang pengaruh problem solving
terhadap hasil belajar matematika.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat mengikuti pelajaran matematika dengan pendekatan
pemecahan masalah. Dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah ini siswa dituntut untuk aktif.
b. Bagi Guru

25 Tatag Eko Yuli Siswono, Penelitian Pendidikan Matematika. (Surabaya: Unesa
University, 2010), hal. 53-54

19

Agar para siswa semangat untuk selalu belajar dengan giat maka
guru seharusnya berusaha untuk meningkatkan khazanah keilmuanya.
Yaitu

dengan

membaca

buku-buku

yang

berhubungan

dengan

peningkatan minat, keaktifan, kekreatifan belajar serta perolehan hasil
belajar bidang studi matematika bagi siswa
c. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya
meningkatkan pendidikan di bidang matematika sehingga dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar yang akhirnya dapat meningkatkan
mutu sekolah.
d. Bagi Peneliti Lain
Dari hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam melakukan
penelitian lebih lanjut.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitan
Dalam penelitian tentang pengaruh problem soving terhadap hasil belajar
matematika siswa ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah problem soving,
sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika
siswa.
Sedangkan pembatasan penelitianya adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberi perlakuan dengan
menggunakan problem soving dengan metode belajar konvensional.

20

2. Penelitian dilakukan pada kelas VII D dan VII E SMPN 2 Ngunut
Tulungagung.
3. Penelitian dilakukan pada materi pertidaksamaan linear satu variabel pada
semester genap.

G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran
suatu istilah dalam judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istilahistilah yang penting dalam judul ini:
1. Secara Konseptual
a. Pengaruh : daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)yang
ikut membentu watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.26
b. Problem solving : suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau
mengatasai halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode
jawaban belum tampak jelas.27
c. Hasil belajar : perubahan perilaku pelajar akibat belajar. Perubahan
perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasan atas sejumlah bahan
yang diberikan dalam proses belajar mengajar.28
d. Matematika : ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
mengenai bilangan.29
e. Pertidaksamaan linear satu variabel adalah pertidaksamaan yang hanya
mempunyai satu varibel dan berpangkat satu (linear).30
26 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Kamus Besar Bahasa
Indonesi. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 849
27 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran . . . , hal. 35
28Purwanto, Evaluasi Hasil . . . , hal. 46
29 Tim Redaksi Kamus . . . , hal. 849
30 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, Matematika Konsep dan Aplikasinya, (BSE). hal.
115

21

2. Secara Operasional
Di dalam penelitian ini akan dilihat ada dan tidanya pengaruh problem
solving terhadap hasil belajar matematika siswa. Terlebih dahulu peneliti akan
memberi perlakuan berbeda. Satu kelas yang diajar dengan menggunakan
problem solving sedangkan kelas lain diajar dengan mengunakan metode
konvensional. Kemudian kedua kelas tersebut akan diberi soal tes yang sama.
Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan dan dicari hubunganya dengan
menggunakan uji-t atau t-test.

H. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika

pembahasan

dibuat

guna

mempermudah

penulisan

dilapangan, sehingga akan mendapat hasil akhir yang utuh dan sistematik yang
menjadi bagian-bagian yang saling terkait satu sama lain dan saling
melengkapi. Sistem penelitian yang akan dipakai dalam penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Bagian Awal
Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul, halaman persetujuan,
halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak .
2. Bagian Inti

22

Bab I Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan tentang: (a) latar
belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) hipotesis
penelitian (e) kegunaan penelitian, (f) ruang lingkup dan keterbatasan
penelitian, (g) definisi operasional, dan (h) sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan tentang: (a)
hakekat matematika, (b) proses belajar mengajar matematia, (c) hasil belajar
matematika, (d) problem solving, (e) implementasi problem solving terhadap
hasil belajar matematika pada materi pertidaksamaan linear satu variabel, (f)
materi pertidaksamaan linear satu variabel, (g) kajian penelitian terdahulu,
dan (g) kerangka berfikir penelitian.
Bab III Metode Penelitian, pada bab ini akan diuraikan tentang: (a)
rancangan penelitian, (b) populasi, sampling dan sampel penelitan, (c) data,
sumber data, variabel dan skala pengukuran, (d) teknik pengumpul data dan
instrument penelitian, (e) teknik analisis data, dan (f) prosedur penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini akan diuraikan
tentang: (a) penyajian data penelitian, (b) analisis data dan pengujian
hipotesis, dan (c) rekapitulasi dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V penutup, pada bab ini akan diuraikan tentang: (a) kesimpulan,
dan (b) saran/rekomendasi.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir, terdiri dari: (a) daftar rujukan, (b) lampiran-lampiran, (c)
surat pernyataan keaslian tulisan, dan (d) biografi penulis.

23

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA ASSESSMENT BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA ASSESSMENT BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SISWA KELAS VIII-G SMPN 1 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010 2011 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

SCAFFOLDING PADA PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 3 KEDUNGWARU TAHUN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 3

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 5

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 30

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 48

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SISWA KELAS VIII-G SMPN 1 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010 2011 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 12