Akibat Hukum Pembelian Saham Perusahaan Bukan Penanaman Modal Asing Oleh Warga Negara Asing Atau Badan Hukum Asing

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing
(PMA) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang
sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pembangunan. Sebagai salah satu komponen aliran modal, David Kairupan
mengatakan:
PMA dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dibandingkan
dengan aliran modal lainnya, misalnya investasi portofolio maupun utang
luar negeri. Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah
Indonesia untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadikan masyarakat
Indonesia sejahtera dengan perekonomian yang ada saat ini, salah satu
caranya yaitu dengan investasi (penanaman modal) baik yang dilakukan
oleh investor domestik maupun investor Asing. 1
Kerjasama antara modal asing dan nasional dapat diadakan dalam bidang
usaha yang terbuka bagi modal asing. Kerjasama ini cenderung menggunakan bentuk
perusahaan joint venture. Kesepakatan antara investor asing dan nasional dituangkan
dalam perjanjian joint venture, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
membuat anggaran dasar perusahaan joint venture. 2


1

David Kairupan, Aspek Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta: Kharisma Putra Utama,
2013), hal. 15.
2
Budiman Ginting, Hukum Investasi: Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas dalam
Perusahaan Penanaman Modal Asing. (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2007), hal. 1.

1
Universitas Sumatera Utara

Secara teoritis dapat dikemukakan kehadiran investor asing disuatu negara
mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud
yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja dinegara penerima
modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku,
menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah
penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology)
maupun alih pengetahuan (transfer of know how). 3
Pentingnya peranan penanaman modal asing dalam pembangunan ekonomi

Indonesia terefleksi dalam tujuan yang tertera dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal sebagai landasan hukum positif bagi kegiatan
penanaman modal di Indonesia. Pasal 3 Ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal menyebutkan tujuan penyelenggaraan penanaman modal,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
Menciptakan lapangan kerja
Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hal. 23-24.

Universitas Sumatera Utara

Keberadaan penanaman modal asing di Indonesia sangat penting dan strategis
dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan
pembangunan nasional Indonesia memerlukan pendanaan yang sangat besar untuk
dapat menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Kebutuhan
pendanaan tersebut tidak hanya dapat diperoleh dari sumber-sumber pendanaan
dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Hal itu menyebabkan penanaman modal
asing menjadi salah satu sumber pendanaan luar negeri yang strategis dalam
menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam pengembangan sektor riil yang
pada gilirannya diharapkan berdampak pada pembukaan lapangan kerja secara luas. 4
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal mengartikan penanaman modal adalah “segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia”. Kemudian pada Pasal 1
angka 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur
para pihak yang ikut serta dalam Penanam modal yaitu “perseorangan atau badan
usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam
negeri dan penanam modal asing”.
Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan
keadaan bagi ekonomi maupun politik Indonesia, dimana investasi melalui modal
asing secara langsung lebih baik dari pada penarikan dana melalui pinjaman luar
negeri sebab melalui penanaman modal asing secara langsung, pertumbuhan ekonomi
4

Ibid., hal. 15.

Universitas Sumatera Utara

Indonesia dapat dikontrol lebih mudah karena para investor asing tunduk pada
ketentuan hukum di Indonesia, sedangkan pinjaman luar negeri Indonesia akan
dikenai aturan-aturan yang berasal dari pihak pemberi pinjaman.

Diketahui pula bahwa penanaman modal asing secara langsung adalah
merupakan suatu fenomena yang riil dalam konteks pembangunan di negara-negara
berkembang salah satunya Indonesia, selain menghasilkan devisa secara langsung
bagi negara, kegiatan penanaman modal secara langsung menghasilkan manfaat yang
sangat berpengaruh dalam peningkatan perekonomian domestik Indonesia, sebab
tujuan penanaman modal dengan sifat yang permanen/ jangka panjang menciptakan
lapangan

kerja,

meningkatkan

pembangunan

ekonomi

yang

berkelanjutan,


meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional dan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.
Selain penanaman modal asing, terdapat pula Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) yang pada dasarnya juga memberikan efek positif terhadap
perekonomian bangsa. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri adalah
“kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh Penanam Modal Dalam Negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri”.
Mekanisme penanaman modal asing di Indonesia berdasarkan UndangUndang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu; melalui pendirian perusahaan PMA, melalui pembelian saham dan

Universitas Sumatera Utara

melalui restrukturisasi. Dari ketiga mekanisme tersebut, pada kenyataannya yang
sering timbul permasalahan adalah dalam hal pembelian saham.
Pembelian saham atas suatu perusahaan bukan PMA atau perseroan terbatas
oleh pihak asing atau perusahaan PMA dapat mengakibatkan status perusahaan target
yang sahamnya dibeli tersebut berubah menjadi PMA. Jual beli saham tersebut
tentunya melalui proses tertentu sesuai dengan peraturan yang ada.

Proses masuknya modal asing melalui pembelian saham suatu perusahaan
perseroan terbatas secara umum haruslah memenuhi ketentuan Pasal 58 dan Pasal 59
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 58
menyebutkan Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual
menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu
atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu tiga puluh hari terhitung sejak
tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut tidak membeli,
pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak
ketiga. Sedangkan Pasal 59 menyebutkan Pemberian persetujuan pemindahan hak
atas saham yang memerlukan persetujuan Organ Perseroan atau penolakannya harus
diberikan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama sembilan puluh hari
terhitung sejak tanggal Organ Perseroan menerima permintaan persetujuan
pemindahan hak tersebut.
Pada sisi lain pembelian saham oleh pihak asing juga tidak dapat dilalukan
sembarangan karena menyangkut dengan bidang-bidang usaha yang diperbolehkan
untuk dijalankan. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang

Universitas Sumatera Utara

Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal membatasi bidang usaha-usaha tertentu bagi kegiatan penanaman
modal asing. Perpres tersebut juga mengatur mengenai pembatasan kepemilikan asing
dalam perusahaan di Indonesia.
Terbukanya kesempatan pihak asing untuk membeli saham perusahaan
PMDN tidak dapat dilepaskan dengan ketentuan bidang usaha apa yang
diperbolehkan untuk dijalankan. Apabila terdapat ketentuan berapa persen perusahaan
PMA boleh memiliki saham di bidang usaha tersebut, maka tidak seluruh saham
dapat dijual kepada pihak asing khususnya PMA.
Permasalahan lain yang timbul dari pembelian saham atas perusahaan PMDN
tersebut adalah terkait dengan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas.
Hak suara yang dimiliki seorang pemegang saham minoritas tentu saja tidak
sebanding dengan pemegang saham mayoritas. Tidak selalu pemegang saham
minoritas memiliki kepentingan yang sama dengan pemegang saham mayoritas,
namun dikarenakan kepemilikan saham yang kecil pemegang saham minoritas selalu
disisihkan atas hak suara yang dimilikinya.
Masalah-masalah yang muncul atas pembelian saham perusahaan PMDN oleh
pihak asing tentu saja menjadi kajian yang menarik sehingga dalam hal ini sangat
perlu dan penting untuk diteliti untuk melihat sejauh mana peraturan-peraturan yang
ada dapat memberikan kepastian hukum dalam proses jual beli saham suatu
perusahaan PMDN oleh pihak asing dan juga sejauh mana peraturan-peraturan yang


Universitas Sumatera Utara

ada dapat memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas
dalam menjaga hak suaranya atas suatu perusahaan PMDN.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan 3 (tiga) permasalahan yang akan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana pembelian saham secara akuisisi pada perusahaan bukan PMA
oleh warga negara asing atau badan hukum asing?
2. Bagaimana kedudukan hukum perusahaan bukan PMA setelah sahamnya
dibeli (diakuisisi) oleh warga negara asing atau badan hukum asing?
3. Bagaimana pengendalian dan pengawasan pemerintah terhadap pembelian
saham (akuisisi) bukan PMA oleh warga negara asing atau badan hukum
asing?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan di Indonesia berkaitan
dengan pembelian saham secara akuisisi pada perusahaan bukan PMA oleh

warga negara asing atau badan hukum asing.
2. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan di Indonesia berkaitan
dengan kedudukan hukum perusahaan bukan PMA setelah sahamnya dibeli
(diakuisisi) oleh warga negara asing atau badan hukum asing.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan di Indonesia berkaitan
dengan pengendalian dan pengawasan pemerintah terhadap pembelian
saham (akuisisi) bukan PMA oleh warga negara asing atau badan hukum
asing.
D. Manfaat Penelitian
Adapun dilakukan penelitian untuk memberikan manfaat kepada semua,
berikut manfaatnya:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat/ kontribusi terhadap para
akademisi maupun masyarakat umumnya serta dapat menambah khasanah
ilmu hukum Penanaman Modal di Indonesia.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini memberikan informasi kepada praktisi hukum, perusahaan,

maupun masyarakat mengenai kegiatan pembelian saham perusahaan
bukan PMA maupun PMA baik masyarakat Indonesia atau pihak asing di
Indonesia.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan data yang ada dan melalui penelusuran yang telah dilakukan di
kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan kepustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara maka penelitian yang berkenaan dengan judul “Akibat
Hukum Pembelian Saham Perusahaan Bukan Penanaman Modal Asing Oleh Warga

Universitas Sumatera Utara

Negara Asing atau Badan Hukum Asing” belum pernah di angkat sebagai judul
penulisan tesis. Namun demikian terdapat beberapa penelitian yang menyangkut
kepemilikan saham asing sebagai berikut:
1. Analisis Hukum Terhadap pembelian kembali saham Sebagai Bentuk
Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan oleh Fitri
Wahyuni (077005097)
2. Kepemilikan Saham Asing dan Pengaturannya Pada Perbankan Nasional
oleh Annur Parlindungan (097005076)
3. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Dalam Pelaksanaan Tender
Offer oleh Suhatma Arsyad (027005055)
Dari beberapa tulisan yang pernah ditulis tersebut diatas, secara umum
pembahasan yang akan ditulis tidaklah memiliki kesamaan. Namun kesamaan bisa
saja timbul akibat sumber kutipan atau buku-buku yang menjadi sumber metode
penulisan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara
ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun dan apabila
dikemudian hari ternyata penelitian ini melanggar asas-asas keilmuan tersebut maka
peneliti bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Penelitian tesis ini menggunakan teori hukum perjanjian. Teori ini
dipergunakan karena pada dasarnya pengalihan hak atas saham kepada Warga Negara
Asing atau Badan Hukum Asing didasarkan pada hubungan hukum perjanjian antara
para pihak. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

Universitas Sumatera Utara

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lebih 5 dalam karangan memiliki arti
persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masingmasing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu 6. Sedangkan
menurut Pakar Hukum Perjanjian R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 7 Pengertian perjanjian menurut Sudikno
Mertokusumo adalah hubungan hukum antara kedua orang yang bersepakat untuk
menimbulkan akibat hokum, dua pihak sepakat untuk menentukan peraturan atau
kaedah atau hak-hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati atau
dijalankan 8. Pasal 1313 KUHPerdata mengartikan suatu perjanjian adalah perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.
Tiap-tiap perjanjian mempunyai dasar pembentukannya, Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata menguraikan mengenai empat unsur pokok yang
harus ada agar suatu perbuatan hukum dapat disebut dengan perjanjian yang sah,
yaitu kesepakatan, kecakapan, obyeknya tertentu dan sebab yang halal. Keempat
unsur tersebut selanjutnya oleh ilmu hukum digolongkan ke dalam dua unsur pokok

5

Guse Prayudi, Seluk Beluk Perjanjian Yang Penting Untuk Diketahui: Mulai Dari A-Z,
(Yogyakarta: Pustaka Pena, 2007), hal. 1.
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa), hal. 580.
7
Op. Cit, hal. 1.
8
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty, 2003), hal.
34.

Universitas Sumatera Utara

yang menyangkut unsur subjektif yaitu kesepakatan dan kecakapan dan unsur objektif
yaitu obyeknya tertentu dan sebab yang halal.
Selanjutnya, didalam KUHPerdata memberikan hak kepada para pihak untuk
membuat dan melakukan kesepakatan apa saja dengan siapa saja, selama mereka
memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yang dimuat dalam Pasal 1320
KUHPerdata tersebut. Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama
memenuhi syarat sahnya perjanjian dan tidak melanggar hukum, kesusilaan, serta
ketertiban umum. Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, “semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
“Semua perjanjian” berarti perjanjian apapun, diantara siapapun. Dalam Pasal 1338
KUHPerdata pada intinya memberikan kebebasan bagi tiap-tiap subjek hukum untuk
melakukan kontrak dengan muatan materi yang disepakati oleh kedua belah pihak,
kebebasan tersebut meliputi isi, bentuk maupun hukumnya.
Hukum kontrak mengenal asas kebebasan berkontrak (the principle of
freedom of the parties), kebebasan berkontrak merupakan alasan yang ideal bagi
keseimbangan bergaining power di antara pihak-pihak yang melakukan kontrak,
tidak adanya perbuatan yang tidak adil yang dilakukan terhadap sebagian besar
kepentingan ekonomi masyarakat. 9
Kontrak yang dilakukan para pihak meskipun adanya suatu kebebasan dalam
hal materi kontraknya, namun harus adanya suatu batas-batas yang melekat
didalamnya. Dengan kata lain penerapan terhadap asas kebebasan berkontrak
9

A.G.Guest, Law of Contract, (Oxford University Press, London, 1979), hal. 3-4.

Universitas Sumatera Utara

mempunyai konsekuensi yang sah sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban
umum (public policy), kepatutan serta kesusilaan atau tidak melanggar itikad baik
serta undang-undang.
Pembelian saham yang merupakan perbuatan ekonomis bagi para pihak, dan
menimbulkan aturan serta menciptakan hak dan kewajiban tersebut selanjutnya juga
tidak terlepas dari peraturan yang bersifat khusus, dimana untuk melakukan jual beli
saham tidak terlepas dari aturan jual beli saham dalam sebuah perusahaan.
Pembelian saham perusahaan bukan PMA, merupakan suatu sistem jual beli
yang harus memperhatikan beberapa peraturan perundang-undangan yang ada tentang
penjualan, pembelian maupun penanaman modal baik Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Pasal 5 Ayat (3) UndangUndang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menjelaskan bahwa penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan penanaman modal
dalam bentuk Perseoran Terbatas dilakukan dengan membeli saham. Aturan jual beli
saham ini tidak dapat dilepaskan dengan syarat sahnya perjanjian yang disesuaikan
dengan Pasal 1320 KUHPerdata.
Benda bergerak memiliki pengertian benda-benda yang karena sifatnya atau
karena penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak, misalnya
kendaraan, surat-surat berharga dan sebagainya. Dengan demikian kebendaan
bergerak ini sifatnya adalah kebendaan yang dapat berpindah atau dipindahkan. 10

10

P.N.H Simanjuntak.Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia. (Jakarta: Penerbit Djambatan),

hal. 206.

Universitas Sumatera Utara

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan pengertian dari benda
bergerak itu yaitu suatu barang bergerak yang dapat berpindah sendiri atau karena
dipindahkan. 11 Mengenai jenis dari benda bergerak tersebut, telah dirangkum dengan
jelas dalam Pasal 510 sampai dengan Pasal 518 KUHPerdata, yaitu:
1.

Contoh barang-barang bergerak seperti kapal, perahu, sampan tambang dan
tempat penimbunan kayu, Pasal 510 KUHPerdata.

2.

Yang dianggap sebagai barang bergerak seperti hak pakai hasil dan hak pakai
barang bergerak, hak atas bunga, perikatan dan tuntutan, bukti saham atau saham,
Pasal 511 KUHPerdata.

3.

Barang

bergerak

bersyarat

dalam

arti

apabila

dalam

undang-undang

dipergunakan alam istilah barang bergerak, maka benda-benda yang disebutkan
dalam pasal ini adalah dianggap sebagai barang bergerak, Pasal 512 KUHPerdata
4.

Semua dianggap barang bergarak selama menurut ketentuan disebut sebagai
barang bergerak, Pasal 514 KUHPerdata.

5.

Istilah mebel atau perabotan rumah tangga meliputi segala sesuatu yang menurut
Pasal sebelumnya termasuk istilah perkakas rumah, Pasal 515 KUHPerdata.

6.

Semua istilah rumah yang ada didalam rumah disebut sebagai benda bergerak,
Pasal 516 KUHPerdata.

7.

Segala perhiasan rumah disebut sebagai benda bergarak, Pasal 517 KUHPerdata.

8.

Istilah 'rumah yang bermebel’ atau 'rumah beserta mebelnya’ hanya meliputi
perhiasan rumah.
11

Pasal 509 KUHPerdata.

Universitas Sumatera Utara

Peralihan benda bergerak menurut KUHPerdata adalah suatu hal yang dapat
dilakukan mengingat benda memiliki ciri cara pemindahan yang berlainan. 12 Menurut
Subekti, bahwa benda memiliki sifat melekat, yaitu mengikuti benda bila ini
dipindahtangankan (droit de suite) 13.
Berdasarkan azasnya, benda bergerak dapat dialihkan kepada pihak lain,
karena benda: 14
1. Dapat dipindahkan
Semua hak kebendaaan dapat dipindahkantangankan, kecuali hak pakai dan
hak mendiami. Jadi orang yang berhak tidak dapat menentukan bahwa tidak dapat
dipindahtangankan. Namun orang yang berhak juga dapat menyanggupi bahwa ia
tidak akan memperlainkan barangnya. Akan tetapi, berlakunya oleh Pasal 1337
KUHPerdata yaitu tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan.
2. Asas individualiteit
Objek dari hak kebendaan selalu suatu barang yang dapat ditentukan. Artinya
orang hanya dapat sebagai pemilik barang yang berwujud yang merupakan kesatuan:
rumah, meubel, hewan. Jadi orang tidak dapat mempunyai hak kebendaan di atas
barang-barang yang ditentukan menurut jenis dan jumlahnya.

Benda bergerak memiliki makna bahwa benda tersebut dapat berpindah atau
dapat dipindahkan. Berpindah atau dapat dipindahkan memiliki arti bahwa benda
tersebut berpindah atau dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa
mengubah wujud dari benda tersebut. Berbeda dengan peralihan benda bergerak yang
memiliki arti berpindahnya kepemilikan atas benda tersebut. Peralihan kepemilikan

12

P.N.H Simanjuntak. Op. Cit., hal. 211.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1987), hal. 87.
14
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. Hukum Perdata: Hukum Benda, (Yogyakarta: Liberty,
1981), hal. 36-40.
13

Universitas Sumatera Utara

bermakna kepemilikan suatu benda telah berpindah karena adanya perjanjian,
kewarisan atau karena undang-undang seperti pailit.
Diberikannya kebebasan dalam menentukan suatu perjanjian yang tersebut
dalam Pasal 1338 KUHPerdata, memberikan peluang yang besar bagi setiap orang
untuk menentukan jenis perjanjian termasuk dalam perjanjian jual beli saham
tersebut. Dengan kata lain, perjanjian jual beli saham telah dilindungi oleh
KUHPerdata khususnya dalam Pasal 1338, akan tetapi tetap saja tidak dapat keluar
dari syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata.
Menurut Pasal 60 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas menentukan bahwa saham merupakan benda bergerak dan dapat
memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya. Sebagaimana ditentukan dalam
penjelasan pasal yang sama disebutkan kepemilikan atas saham sebagai benda
bergerak memberikan hak kebendaan terhadap pemegangnya, hak tersebut dapat
dipertahankan terhadap setiap orang. Karena saham tergolong sebagai benda bergerak
dari kekayaan suatup erseroan, maka saham dapat dipakai sebagai jaminan
kebendaan. Dimana pada prinsipnya sistem hukum jaminan terdiri dari jaminan
kebendaan (zakelijke zekerheids) dan jaminan perorangan (persoonlijke zekerheids).
Bila dikaitkan dengan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal bahwa prinsip kebebasan berkontrak berlaku dalam penanaman modal di
Indonesia, dimana setiap orang atau badan hukum, warga negara dalam negeri juga
warga negara asing dapat menanamkan modalnya baik secara langsung maupun tidak

Universitas Sumatera Utara

langsung, mendirikan badan hukum atau dengan cara membeli saham atau dengan
cara lain yang ditentukan oleh undang undang.
Sedangkan

adanya

pembatasan

dalam

kontrak

sebagaimana

yang

dimaksudkan adalah dengan adanya batasan dari bentuk-bentuk usaha yang terbuka
dan boleh untuk dijalankan bagi warga negara dalam negeri atau yang terbuka untuk
luar negeri.
Prinsip perlindungan hukum bersumber dari konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari Barat,
lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban
masyarakat dan pemerintah.
Aspek dominan dalam konsep barat tentang hak asasi manusia menekankan
eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya
sebagai individu, hak tersebut berada diatas negara dan diatas semua organisasi
politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep ini,
maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi
manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak-hak
sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural, terdapat kecenderungan mulai
melunturnya sifat indivudualistik dari konsep Barat. 15

15

Ibid., hal. 41.

Universitas Sumatera Utara

Dalam merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia,
landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi
perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep rechtstaat
dan ”rule of the law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka
berpikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia
adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia
yang bersumber pada Pancasila.
Philipus

M

Hadjon

mengemukakan

bahwa

perlindungan

hukum

menitikberatkan kepada sarana perlindungan hukum yang represif, seperti
penanganan perlindungan hukum di lingkungan Peradilan Umum. Ini berarti bahwa
perlindungan hukum baru diberikan ketika masalah atau sengketa sudah terjadi,
sehingga perlindungan hukum yang diberikan oleh Peradilan Umum bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa. Begitu juga dengan teori-teori lain yang menyinggung
tentang perlindungan hukum juga membahas sarana perlindungan hukum yang
bersifat represif. 16
Perwujudan sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif dapat dilihat
dalam peraturan mengenai, perlindungan hukum terhadap pemilik saham minoritas
dalam sebuah perusahaan bukan PMA yang sahamnya dibeli oleh warga negara asing
atau badan hukum asing, contohnya Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Perlindungan hukum yang diberikan berkaitan dengan direksi

16

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), hal. 38.

Universitas Sumatera Utara

ataupun komisaris yang melanggar fiduciary duty, sehingga merugikan pemegang
saham minoritas dalam sebuah perusahaan bukan PMA yang sahamnya dibeli oleh
warga Negara asing atau badan hukum asing.

2. Kerangka Konsep
Pentingnya suatu kerangka konsep dalam sebuah tulisan karya ilmiah agar
menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran yang ganda, sehingga dengan
adanya konsep sebuah tujuan tulisan dapat tersusun baik sehingga memungkinkan
untuk memperjelas istilah yang nantinya akan dipakai dan ditulis. Kerangka konsep
juga dapat diartikan dengan defenisi operasional, yang menerangkan dan
mengantarkan sebuah pengertian-pengertian, yang bertujuan meluruskan tulisantulisan yang dipergunakan.
Dalam menjawab permasalahan maka tesis ini menggunakan pengertian atau
istilah operasional adalah sebagai berikut:
a. Saham adalah instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam
suatu perseroan, serta bukti kepemilikan seseorang terhadap sebuah
perusahaan. 17
b. Pembelian saham adalah semua perbuatan hukum yang menyebabkan
peralihan hak atas saham. 18

17

M. Irsan Hasanuddin, & Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada,
2006), hal. 188.
18
Iswi Hariyani, Sefianto, cita yustisia, Marger, Konsolidasi, Akuisisi, & Pemisahan Perusahaan,
(Jakarta: Transmedia Pustaka, 2011), hal. 173.

Universitas Sumatera Utara

c. Pembelian saham secara langsung adalah pembelian saham yang
dilakukan tidak melalui bursa efek. 19
d. Akuisisi

adalah

pengambilalihan

suatu

kepentingan

pengendalian

perusahaan oleh suatu perusahaan lain. 20
e. Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan dengan cara
memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian
perdagangan. 21
f. Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri. 22
g. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri. 23

19

Ibid.
20

Munir Fuady, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO (Berdasarkan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti:2008), hal. 3.
21
Molengraaff dalam buku, Sudaryat Permana, Bikin Perusahaan Itu Gampang, (Yogyakarta:
MedPress, 2009), hal. 2.
22
Pasal 1 angka 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal, Ketentuan Umum.
23
Pasal 1 angka 3Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal, Ketentuan Umum.

Universitas Sumatera Utara

h. Pihak asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan
warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing dan bukan
warga Indonesia. 24
i. Perusahaan bukan PMA adalah perusahaan yang tidak mendapatkan
fasilitas atau perusahaan penanaman modal dalam negeri.
j. Badan Hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yangdapat memiliki
hak dan melakukan perbuatan seperti manusia, serta memiliki kekayaan
sendiri. 25

G. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu mengumpulkan data mengenai
akibat pembelian saham suatu perusahaan bukan PMA oleh pihak asing serta
prosedur dalam pembelian saham tersebut, dengan demikian diperoleh jawaban bagi
permasalahan yang sedang diteliti. Suatu penelitian tidak dapat dikatakan penelitian
apabila tidak memiliki metode penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk
mengungkapkan suatu kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.26
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode penelitian yang dikenal dalam
penelitan hukum.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
24

http://dkbuisness.blogspot.com.
R. Subekti
26
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum cetakan ke-3, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2011),
hal. 17.
25

Universitas Sumatera Utara

1. Jenis dan sifat penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang digunakan untuk
mengkaji penerapan kaedah-kaedah atau norma-norma hukum, 27 dikatakan juga
analisis yuridis normatif pada hakekatnya menekankan pada metode deduktif sebagai
pegangan utama, yaitu proses berpikir mulai dari pernyataan yang umum menuju
peryataan yang khusus (spesifik) dengan menggunakan logika yang dapat diterima.28
Dengan demikian, penggunaan jenis penelitian ini akan menghasilkan jawabanjawaban terkait dengan akibat hukum pembelian saham suatu perusahaan bukan
PMA oleh pihak asing. Jenis metode penelitian hukum normatif sering juga disebut
dengan penelitian hukum kepustakaan yang mana bahan pustaka atau data sekunder
menjadi bahan sumber data utama 29.
Sifat dari penelitian tesis ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang
menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum30
dalam hal ini yang berkaitan dengan pembelian saham suatu perusahaan bukan PMA
oleh pihak asing.
Dalam penelitian yuridis normatif ini menggunakan pendekatan Undangundang (statute approach) yaitu dilakukan dengan mengkaji semua Undang-undang

27

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia,
2008), hal. 282.
28
Moh. Mahfud MD, ‎Taufiq Ismail, ‎Sri Sultan Hamengkubuwana X, Prosiding Kongres
Pancasila IV, Yogyakarta: 2012, hal. 232.
29
Soerjono Seokanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat
cetakan ke-13, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), hal. 13-14.
30
Soerjono Seokanto. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 63.

Universitas Sumatera Utara

dan pengaturan yang bersangkutpaut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
Pendekatan Perundang-undangan ini misalnya dilakukan dengan mempelajari
konsistensi atau kesesuaian antara Undang-Undang Dasar dengan Undang-Undang,
atau antara Undang-Undang yang satu dengan Undang-Undang yang lain dan
seterusnya. Oleh karena penelitian tesis ini didasarkan pada pendekatan undangundang (statute approach) maka materi yang digunakan untuk penelitian lebih lanjut
bersumber dari peraturan perundang-undangan.

2. Sumber data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitan ini maka
dipergunakan data sekunder yang mana sumber data hukum sekunder ini terdiri dari
bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Sebagai berikut penjelasannya:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer dari penilitian ini terdiri dari Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2009
tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal,
Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM No. 5 Tahun 2013
tentang Pedoman dan Tatacara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman
Modal.

Universitas Sumatera Utara

b. Bahan hukum sekunder
Merupakan data yang diperoleh dengan mengumpulkan bahan-bahan
kepustakaan hukum yang terdiri dari buku-buku, makalah, majalah di
bidang hukum dan artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian
ini.
c. Bahan hukum tersier dalam penelitian ini diperoleh dari Kamus Hukum,
Kamus Bahasa Indonesia dan encyclopedia hukum serta bahan yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder.

3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data sekunder pada penelitian tesis ini menggunakan
studi pustaka yang memiliki arti bahwa data yang diperoleh melalui penelusuran
kepustakaan berupa data skunder yang ditabulasi kemudian disistemasikan dengan
memilih perangkat-perangkat hukum yang relevan dengan objek penelitian.
Keseluruhan data ini kemudian digunakan untuk mendapatkan landasan teoritis
berupa bahan hukum positif, pendapat-pendapat atau tulisan para ahli atau pihak lain
berupa informasi baik dalam bentuk formal maupun melalui naskah resmi.

4. Analisis data
Pengolahan sumber bahan hukum hakikatnya kegiatan untuk mengadakan
sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat

Universitas Sumatera Utara

klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan
pekerjaan penafsiran dan konstruksi. 31 Data yang diperoleh dari hasil penelitian
dikelompokkan menurut permasalahan yang selanjutnya dilakukan analisis secara
kualitatif. Analisa secara kualitatif dimaksudkan untuk menganalisa dengan
penjelasan dalam bentuk interpretasi yang dituangkan dalam suatu kalimat atau teks
sehingga memberikan penjelasan yang mempresentasikan hasil dari data yang
diperoleh.
Berdasarkan analisa terhadap substansi pembahasan dalam penulisan ini,
maka dapat dilakukan penfasiran dengan metode interpretasi yang dikenal dalam ilmu
hukum. Hasil dari interpretasi yuridis ini diharapkan dapat menjawab segala
permasalahan hukum yang diajukan dalam penulisan ini secara lengkap.

31

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hal. 195.

Universitas Sumatera Utara