Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing

(1)

TESIS

Oleh

SRI YULIATI

117011155/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI YULIATI

117011155/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn


(5)

Nama : SRI YULIATI

Nim : 117011155

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM TENTANG PEMILIKAN SAHAM

PADA PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :SRI YULIATI


(6)

sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan lain-lain. Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal. Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup dapat menarik investor.

Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Pertama, Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Kedua, Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam Negeri. Ketiga, Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia.

Untuk mengkaji hal-hal tersebut diatas, dilakukan penelitian yang bersifat

deskriptif analitis. Lokasi penelitian di kepustakaan (Library Research). Metode pendekatan penelitian adalah pendekatan yuridis normatif. Data primer , selain data primer untuk mendukung penelitian juga digunakan data yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah serta aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan Penanaman Modal asing. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer ,seperti bahan yang diambil dari kepustakaan atau buku-buku lainnya , bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek telaah penelitian dan bahan hukum tersier ,yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder , seperti tulisan-tulisan yang berkaitan dengan hukum yaitu kamus, majalah maupun internet.


(7)

masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Disarankan meskipun kegiatan penanaman modal memberikan sumbangan positif bagi pembangunan nasional, kegiatan tersebut perlu diatur dan diawasi secara seksama karena motif utama para pemilik dana untuk menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan. Motif mencari keuntungan sering menjadikan penanam modal mengabaikan pemenuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modalnya. Khususnya mengatur dan mengawasi tentang divestasi saham.


(8)

with their dollars so that they can finance various projects in Indonesia. The projects invested by the investors will greatly influence various kinds of national and social life, such as workforce, local socio-economy, the increase of regionally generated revenue, the increase of national reserves, and so on. In order to obtain more attractive investment climate, it is very important to implement legal provisions in investment which are stable and complete and to give legal certainty effectively in its implementation. One of the obstacles in investment climate is the incorrect implementation of making the investment policy and regulations so that they will cause worry and uncertainty for investors. It is undeniable that the renewal of legal substance per se is not sufficient enough to attract investors. The government agencies should support it in order to meet the needs of the society. Therefore, one of the important aspects of judicial development is law enforcement, related to the giving of legal security and legal certainty. The problems in this research were as follows: first, how about the regulation of foreign investment ownership in Foreign Capital Investment companies in Indonesia; secondly, what will happen if foreign investors sell their stocks to Indonesian investors; and thirdly, how about the regulation of divestment of capital investment companies in Indonesia.

In order to study these problems, the researcher conducted descriptive analytic and library research method, using judicial normative approach. The primary data comprised literature materials such as scientific knowledge and legal provisions which were related to foreign capital investment. The secondary data comprised some books, personal documents, and legal experts’ opinions which were relevant to the subject matter of the analysis. The tertiary data as the supporting data comprised some writings related to law such as dictionaries, magazines, and internet. The result of the research showed that capital investment should be a part of the national economic implementation and functioned as an effort to increase the national economic growth, to create jobs, to build sustainable economy and the capacity of national technology, to encourage economic populist, and to actualize the people’s welfare in a competitive economic system. Although the activities of foreign investment give positive contribution to the national development, it is recommended that these activities, especially the activities which regulate and control divestment, should be regulated and controlled carefully because the main purpose of the fund owners in investing their capital is to obtain profit. The motive of obtaining profit usually makes them not comply with any legal provisions related to their activities in the capital investment.


(9)

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan yang menguasai segala ilmu pengetahuan dan memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-nya. Tidak ada sebab utama selesainya penulisan tesis ini, kecuali karena ridha Allah SWT semata. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW ketegaran dan kesabaran beliau senantiasa menjadi teladan bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kuliah di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Tesis ini

berjudul “ANALISIS HUKUM TENTANG PEMILIKAN SAHAM PADA

PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING.”

Dalam penulisan tesis ini penulis telah berusaha dengan segala upaya agar tulisan ini dapat selesai dalam susunan yang sempurna. Namun penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat beryukur karena tidak sendiri dalam proses penyelesaian tesis ini. Tesis ini diselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dukungan banyak orang. Karenanya tidak pantas jika penulis tidak memberikan ucapan terima kasih pada kesempatan ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(10)

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas segala waktu, bimbingan, saran, pengarahan dan kesabarannya.

6. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Komisi Pembimbing, atas segala waktu, bimbingan dan sarannya.

7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, selaku Komisi Pembimbing dan, atas segala waktu, bimbingan dan saran untuk memperkaya penulisan tesis ini. 8. Kedua Orang tua penulis, Perkenankan penulis mengenang Bapaknda Drs.

Muhammad Yunus (almarhum) dan Ibunda Astina tersayang. Yang semasa hidup bapaknda berupaya keras ditengah keterbatasan ekonomi mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya.


(11)

perkuliahan ini.

10. Seluruh Dosen di Program Studi Magister Kenotariatan yang telah mendidik penulis.

11. Serta semua pihak yang telah membantu , memberikan data-data, informasi dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang nama-namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Rasanya tidak mungkin penulis membalas semua kebaikan mereka yang disebutkan diatas.

Semoga bantuan dan dukungan serta kebaikan mereka mendapat imbalan dan rahmat dari Allah SWT. Akhirnya Penulis memohon do’a kiranya Allah SWT tetap menunjuki jalan yang benar bagi penulis dalam melaksanakan kewajiban penulis dan diharapkan kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis maupun praktisi dimasa kini dan mendatang.

Medan, Januari 2013 Penulis


(12)

Tempat/tgl lahir : 15 November 1968

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Taman Setia Budi Indah II Blok I Nomor 14 Medan

II. KELUARGA

Nama Ayah : Drs. Muhammad Yunus (Alm)

Nama Ibu : Astina

Nama Suami : H. Muhammad Syafii Lubis

Nama Anak-Anak : 1. Ahmad Ridho Lubis 2. Annisaa’ Lubis

3. Muhammad Fayyadh Lubis 4. Almira Lubis

III. PEKERJAAN

Notaris Kota Medan sejak tahun 2002 sampai sekarang PPAT Kota Medan sejak tahun 2006 sampai sekarang

IV. PENDIDIKAN

SD Swasta Taman Harapan I Medan Tamat Tahun 1981

SLTP Swasta Muhammadiyah I Medan Tamat Tahun 1984

SLTA Swasta YP. Medan Putri Medan Tamat Tahun 1987

S-1 Fakultas Hukum UMSU Tamat Tahun 1992

Program Kekhususan Notariat Fakultas Hukum USU Tamat Tahun 2000 S-2 Program Studi Magister Kenotariatan FH USU Tamat Tahun 2013


(13)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

1. Manfaat Teoritis ... 13

2. Manfaat Praktis ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 15

1. Kerangka Teori ... 15

2. Konsepsi ... 16

G. Metode Penelitian ………. ... 19

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 19

2. Sumber Data ... 20

3. Analisis Data ... 21

BAB II PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING . 22 A. Penanaman Modal Asing ……… 22

A.1.Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 ……… 26


(14)

SAHAMNYA KEPADA PENANAMAN MODAL

DALAM NEGERI ... 84

A. Pengertian Saham ... 84

B. Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal ……… 90

C. Ketentuan Tentang penjualan Saham kepada Penanaman Modal Dalam Negeri ... 101

BAB IV PENGATURAN DIVESTASI SAHAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA ... 111

A. Kedudukan Penanaman Modal Asing Dan Penanaman Modal Dalam Negeri ………. 111

B. Pengertian Divestasi Saham ... 122

C. Ketentuan Divestasi Saham Perusahaan Penanaman Modal Di Indonesia ………... 140

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 146

A. Kesimpulan ... 146

B. Saran ... 147


(15)

sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan lain-lain. Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal. Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup dapat menarik investor.

Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Pertama, Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Kedua, Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam Negeri. Ketiga, Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia.

Untuk mengkaji hal-hal tersebut diatas, dilakukan penelitian yang bersifat

deskriptif analitis. Lokasi penelitian di kepustakaan (Library Research). Metode pendekatan penelitian adalah pendekatan yuridis normatif. Data primer , selain data primer untuk mendukung penelitian juga digunakan data yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah serta aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan Penanaman Modal asing. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer ,seperti bahan yang diambil dari kepustakaan atau buku-buku lainnya , bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek telaah penelitian dan bahan hukum tersier ,yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder , seperti tulisan-tulisan yang berkaitan dengan hukum yaitu kamus, majalah maupun internet.


(16)

masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Disarankan meskipun kegiatan penanaman modal memberikan sumbangan positif bagi pembangunan nasional, kegiatan tersebut perlu diatur dan diawasi secara seksama karena motif utama para pemilik dana untuk menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan. Motif mencari keuntungan sering menjadikan penanam modal mengabaikan pemenuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modalnya. Khususnya mengatur dan mengawasi tentang divestasi saham.


(17)

with their dollars so that they can finance various projects in Indonesia. The projects invested by the investors will greatly influence various kinds of national and social life, such as workforce, local socio-economy, the increase of regionally generated revenue, the increase of national reserves, and so on. In order to obtain more attractive investment climate, it is very important to implement legal provisions in investment which are stable and complete and to give legal certainty effectively in its implementation. One of the obstacles in investment climate is the incorrect implementation of making the investment policy and regulations so that they will cause worry and uncertainty for investors. It is undeniable that the renewal of legal substance per se is not sufficient enough to attract investors. The government agencies should support it in order to meet the needs of the society. Therefore, one of the important aspects of judicial development is law enforcement, related to the giving of legal security and legal certainty. The problems in this research were as follows: first, how about the regulation of foreign investment ownership in Foreign Capital Investment companies in Indonesia; secondly, what will happen if foreign investors sell their stocks to Indonesian investors; and thirdly, how about the regulation of divestment of capital investment companies in Indonesia.

In order to study these problems, the researcher conducted descriptive analytic and library research method, using judicial normative approach. The primary data comprised literature materials such as scientific knowledge and legal provisions which were related to foreign capital investment. The secondary data comprised some books, personal documents, and legal experts’ opinions which were relevant to the subject matter of the analysis. The tertiary data as the supporting data comprised some writings related to law such as dictionaries, magazines, and internet. The result of the research showed that capital investment should be a part of the national economic implementation and functioned as an effort to increase the national economic growth, to create jobs, to build sustainable economy and the capacity of national technology, to encourage economic populist, and to actualize the people’s welfare in a competitive economic system. Although the activities of foreign investment give positive contribution to the national development, it is recommended that these activities, especially the activities which regulate and control divestment, should be regulated and controlled carefully because the main purpose of the fund owners in investing their capital is to obtain profit. The motive of obtaining profit usually makes them not comply with any legal provisions related to their activities in the capital investment.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan berusaha merupakan suatu jenis kegiatan yang sangat kompleks sifatnya, karena meliputi berbagai jenis kegiatan yang melibatkan banyak orang dan pihak, baik pada cakupannya maupun jangka waktunya yang panjang dan terus menerus.

Kegiatan berusaha tersebut dapat dilakukan secara pribadi dengan segala konsekuensinya dan dapat pula dilakukan dalam bentuk kerjasama antar pribadi atau antar kelompok, di samping itu mengenai bentuk usaha yang dipilih pada dasarnya sangat bergantung pada berbagai hal baik faktor internal maupun eksternal dari para pihak yang mendirikan perusahaan. Bentuk badan usaha yang paling banyak dipergunakan dalam dunia usaha adalah Perseroan Terbatas (untuk selanjutnya disingkat dengan PT).

Bertolak dari beberapa nilai lebih yang melekat pada PT, yaitu bahwa PT pada umumnya mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal dan sebagai wahana yang potensial untuk memperoleh keuntungan baik bagi institusinya sendiri maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham). Oleh karena itu bentuk badan usaha ini PT sangat diminati oleh masyarakat.1

1

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2000), hal. 1


(19)

Bentuk Perseroan Terbatas atau PT merupakan bentuk yang lazim dan banyak dipakai dalam dunia usaha di Indonesia karena PT merupakan asosiasi modal dan badan hukum yang mandiri.2

Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze Vennootschap) adalah bentuk yang paling popular dari semua bentuk usaha bisnis.3 Perseroan Terbatas menurut hukum Indonesia adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian melakukan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.4

Lahirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas tidak melepas kaitannya dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi yang tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui globalisasi dan timbulnya perkembangan terhadap kegiatan bisnis internasional.5

Sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dilahirkan, di Negara kita berlaku peraturan Perseroan Terbatas yang berasal dari jaman penjajahan Belanda dahulu. Peraturan tersebut sebagaimana diatur dalam kitab

2

I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas khusus Pemahaman atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2000), hal. 1

3

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis.Menata Bisnis Modern di era Global, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 35

4

Undang-Undang no 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, bab 1 ketentuan umum, pasal 1 ayat 1

5

Bismar Nasution, Makalah; UU No 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Business Judgment Rule,hal 1,disampaikan pada seminar bisnis 46 tahun FE USU:”Pengaruh UU NO.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap iklim usaha di sumatera utaraa’, Aula Fakultas Ekonomi USU, 24 November 2007.


(20)

Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koophandel-Staatsblad 1847-23) dalam Buku Kesatu Titel Ketiga bagian Ketiga pasal 36 sampai dengan pasal 56.6

Dapat dikatakan bahwa hampir semua ketentuan dalam KUHDagang diambil alih sehingga menjadi pasal-pasal dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Bahkan pada prinsipnya pasal-pasal dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas merupakan ketentuan dalam KUHDagang yang telah dikembangkan atau dijabarkan selanjutnya.7

Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1329 menyebutkan bahwa: “Setiap orang berwenang untuk membuat suatu perikatan, kecuali ia dinyatakan tidak cakap untuk itu”. Demikian pula halnya dengan badan hukum, bahwa suatu badan hukum bisa membuat suatu perikatan atau bisa melakukan suatu tindakan hukum atau hubungan hukum, seperti lazimnya manusia atau orang.

Badan hukum bisa mempunyai harta dan juga bisa mempunyai piutang maupun utang seperti halnya manusia atau orang. Bila seseorang sebagai subjek hukum hendak melakukan suatu tindakan hukum atau perikatan , maka ia harus memenuhi suatu syarat yaitu disebut kecakapan (bekwaamheid). Dengan kata lain bahwa subjek hukum harus cakap (bekwaam/ mempunyailegal capacity).8

6

Gatot Supramono,Hukum Perseroan Terbatas,(Jakarta:Penerbit Djambatan,1996),hal 1

7

Munir Fuady,Hukum Perusahaan dalam paradigm hukum bisnis,(Bandung:Pt.Citra Aditya bakti,1999), hal 1

8

I.G.Rai Widjaja, Pedoman Dasar Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1994), hal. 1-2


(21)

Kelahiran perseroan sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal entity), karena dicipta atau diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.9

Keberadaanya sebagai badan hukum dibuktikan berdasar Akta Pendirian yang di dalamnya tercantum Anggaran Dasar Perseroan. Apabila Anggaran dasar telah mendapat pengesahan menteri yaitu dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Perseroan menjadi subjek hukum korporasi (subject to corporation law).10

Oleh karena itu, dalam pergaulan hukum manusia ternyata bukan satu-satunya pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Disamping manusia, masih ada lagi pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dinamakan badan hukum (rechtspersoon) untuk membedakan dengan manusia (naturlijk person). Jadi bentuk badan hukum (rechtsfiguur) yaitu badan hukum yang dapat mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban hukum dan dapat mengadakan hubungan hukum.11

Kata ”perseroan” menunjuk kepada modal yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimiliki.12 Dengan demikian pengertian Perseroan Terbatas itu sendiri dapat diartikan sebagai bentuk usaha yang modalnya terdiri dari saham-saham yang masing-masing pemegangnya

9

M.Yahya Harahap,Hukum Perseroan Terbatas, Cetakan ke 2, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009),

hal. 36

10 Ibid

11

Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,

Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni, 1983), hal.9

12


(22)

atau anggotanya bertanggung jawab terbatas sampai pada nilai saham/modal yang dimilikinya.13Dari pengertian tersebut Perseroan Terbatas sangat jelas sekali sebagai Kumpulan (Akumulasi) modal yang mengandung karakteristik.14

Dibandingkan dengan bentuk usaha badan yang lain maka bentuk PT lebih mudah dalam mengumpulkan dana untuk modal usaha dari bentuk badan usaha yang lain. Hal ini di sebabkan karena pemilik dana (investor) menginginkan resiko dan biaya sekecil mungkin dalam melakukan investasi(risk-averse investor).15

Perseroan Terbatas merupakan asosiasi yang bersifat komersial dan berbadan hukum.16 Perseroan Terbatas merupakan suatu badan usaha yang sempurna baik sebagai kesatuan ekonomi maupun sebagai kesatuan hukum. PT sebagai kesatuan ekonomi ditata oleh pranata hukum agar dapat berfungsi dan bertanggung jawab secara sempurna pula. Sebaliknya PT sebagai kesatuan hukum mempunyai kedudukan sebagai badan hukum yaitu sebagai subjek yang mampu melakukan perbuatan hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban di dalam lalu lintas hukum. Dalam hal ini kedudukannya saling mengisi dan melengkapi tanpa dapat dipisahkan.17

13

R.Murjiyanto,Pengantar Hukum Dagang Aspek-Aspek Hukum Perusahaan dan larangan praktek monopoli,(Yogyakarta:Liberty bekerjasama dengan Badan Penerbitan Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta,2002),hal 17

14

Abdul R.Saliman,Hermansyah,Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus,cetakan ke 4,(Jakarta:Prenada Media Group,2008),hal 115

15

Chatamarrasjid Ais, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate veil) Kapita selekta Hukum Perusahaan,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2000), hal 5

16

Asosiasi adalah suatu wadah kerja sama untuk jangka waktu relatif lama dan berkesinambungan antara dua orang atau lebih dengan maksud agar lebih mudah tercapainya suatu tujuan yang dikehendaki, dengan jalan mendirikan satu badan yang berbadan hukum . Rudhi prasetya,

Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta:Sinar Grafika,2011), hal 6

17


(23)

Perseroan Terbatas adalah perusahaan yang modalnya dibagi-bagi atas saham-saham dengan harga nominal yang sama besarnya dan yang para pemiliknya bertanggung jawab secara terbatas sampai sejumlah modal yang setorkan atau sejumlah saham yang dimiliki.18

Hal ini berarti bahwa PT dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang.19

Perseroan Terbatas adalah badan hukum (rechtspersoon). Sebagai badan hukum, ia oleh hukum diakui sebagai subjek hukum seperti halnya orang (naturlijk

person). Oleh karenanya bukan “orang sungguhan”, maka agar dapat bertindak

seperti “orang sungguhan” diperlukan organ. Organ PT adalah Rapat Umum Pemegang Saham, komisaris dan direksi.20

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Lihat pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Bertitik dari ketentuan pasal 1 ayat 1 UUPT 2007 diatas, elemen pokok yang melahirkan suatu perseroan sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal person, legal entity), didirikan berdasarkan perjanjian.21

18

Wasis,Pengantar Ekonomi Perusahaan,cetakan ke 6, (Bandung:Penerbit Alumni,1997), hal 22

19

C.S.T.Kansil dan Christine.S.T.Kansil,Hukum Perusahaan Indonesia(Aspek Hukum dalam

ekonomi)Bagian I,cetakan ke 7(Jakarta:PT Pradnya paramita,2005), hal 92

20

Nindyo Pramono,Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal 69-70

21


(24)

Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akte notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Yang dimaksud dengan “orang” disini adalah orang perseorangan atau badan hukum.22 Dan didalam Perseroan Terbatas (PT ) ada di kenal dengan PT yang umum atau non fasilitas, PT dengan fasilitas khusus, PT dengan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), PT dengan fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA).

Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.23 Tesis ini membahas tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing.

Di Indonesia, Penanaman Modal Asing pada mulanya diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang diundangkan pada tanggal 10 Januari 1967, pengaturannya diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan, dan kemudian diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang diundangkan pada tanggal 26 April 2007, serta diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang perubahan peraturan atas Persetujuan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dalam

22

I.G.Rai Widjaja,Op.cit,hal 14

23

Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1


(25)

bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal, berkaitan dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan tata cara permohonan Penanaman Modal, dan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar bidang usaha tertutup dan terbuka tentang pasar modal.

Untuk badan usaha yang berstatus sebagai penanaman modal asing , pembentuk undang-undang mensyaratkan badan usahanya berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT).24 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, ada diatur ketentuan hukum tentang penanaman modal asing dan usaha patungan atau kerjasama (Joint Venture), pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa “penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.

Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa “penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”.

Pasal 5 ayat 3 menyebutkan bahwa “Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas” dilakukan dengan:

24

Sentosa Sembiring,Hukum Investasi. Pembahasan dilengkapi dengan Undang-Undang no 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hal. 200


(26)

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; b. Membeli saham; dan

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu syarat dari badan hukum asing untuk menjadi perseroan terbatas adalah badan hukum asing itu harus melakukan kerja sama dengan badan hukum domestik. Kerja sama antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik dituangkan dalam kontrak joint venture. Dalam kontrak ini diatur tentang pembagian saham. Pihak asing dapat memiliki saham maksimal 95% dan domestik minimal 5%. Dari kerja sama ini akan membentuk badan hukum baru, yang merupakan perpaduan antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik.25

Investasi asing sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia karena keberadaan investasi asing memberikan dampak positif dalam pembangunan bangsa dan negara sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat

25

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo, Persada,


(27)

lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan lain-lain.26

Oleh sebab itu penerima modal harus menyiapkan berbagai sarana dalam menarik investor.27Sementara itu selama bertahun-tahun paradigma yang dianut oleh para praktisi pembangunan di Indonesia bahwa, Indonesia kaya akan sumber daya alam (natural resources) dan tenaga kerja (manpower) yang murah.Tentunya pandangan semacam ini, perlu dirumuskan kembali sehingga menarik investor asing. Selain itu berbagai kebijakan ekonomi suatu Negara pun pada saat ini telah mulai mengaitkan antara perdagangan dengan investasi.28

Salah satu konsep dari globalisasi adalah meletakkan segala kegiatan dan hubungan ekonomi pada peran masyarakat. Berdasarkan konsep ini maka kesiapan materi hukum harus disatu pihak diarahkan pada mempersiapkan masyarakat untuk menjadi pelaku ekonomi yang utama termasuk hubungan-hubungan ekonomi global.29

Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang

26

Ibid,hal 216

27

Sentosa Sembiring,Op.cit,hal.97

28

Ibid, hal 98

29

Bagirmanan, Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi Nasional dalam Globalisasi, Makalah dalam Seminar tentang Pendekatan Ekonomi dalam Pengembangan Sistem Hukum Nasional dalam rangka Globalisasi, (Bandung: Penyelenggara Fakultas Hukum UNPAD, 30 april 1998)


(28)

menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal.30

Dalam beberapa tahun terakhir ini, mulai tampak bahwa keinginan pembaharuan hukum melalui perundang-undangan disatu pihak dan kesadaran masyarakat atau nilai-nilai dan kenyataan yang hidup dalam masyarakat harus diperhatikan. Hanya saja dalam hal ini, tidak perlu ada pertentangan antara pembangunan hukum melalui perundang-undangan dengan penyaluran nilai-nilai atau aspirasi yang hidup dalam masyarakat (volksgeist).31

Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup dapat menarik investor. Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum.32

Melihat latar belakang yang tersebut diatas, banyak timbul pertanyaan-pertanyaan tentang bentuk hukum, kepemilikan saham asing dan peraturan-peraturan tentang perseroan terbatas dengan fasilitas penanaman modal asing. Peneliti merasa

30

Sumantoro,Kerja Sama Patungan dengan modal asing, (Bandung: Alumni, 1984), hal. 671

31

Mochtar Kusumaatmadja,Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Lembaga Penelitian

Hukum dan Kriminologi, (Bandung: Fakultas Hukum UNPAD, 1976)

32

Yusril Ihza Mahendra,Perumusan Harmonisasi Hukum Bidang Penanaman Modal,(Jakarta: Badan


(29)

tertarik untuk meneliti mengenai Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini yang perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah:

1. Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia?

2. Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam negeri?

3. Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam negeri.

3. Untuk mengetahui pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia.


(30)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan secara akademis dalam memberikan gambaran terhadap perkembangan mengenai ilmu Hukum Perusahaan khususnya mengenai Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharap dapat memberi masukan serta pertimbangan dalam ilmu pengetahuan bagi kalangan praktisi hukum mengenai Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan sebelumnya pada perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara di Medan, Penelitian tentang “Analisis hukum tentang Pemilikan Saham pada Perusahaan Penanaman Modal Asing” merupakan hal yang baru, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan asli, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya dan kalaupun ada lokasinya berbeda maka keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. Dan juga terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun sehubungan dengan topik


(31)

dan permasalahan dalam penelitian ini. Namun penelitian tentang penanaman modal asing memang sudah ada yang meneliti atau membahas dalam bentuk disertasi, makalah, majalah, arikel, bahan-bahan diskusi , namun dengan pokok permasalahan yang berbeda dengan penelitian ini. Untuk melihat studi terdahulu, ditemukan penelitian yang pernah dilakukan sekaligus menjadikan literatur tersebut sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini, seperti:

1. Budiman Ginting, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan, dengan judul Perlindungan hukum Pemegang saham Minoritas dalam Perusahaan Joint Venture: Studi Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara. 2. Mahmul Siregar, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Medan, dengan judul Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Kesiapan Hukum Di Indonesia Dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman Modal.

Oleh karenanya maka peneliti berkeyakinan bahwa penelitian yang peneliti lakukan ini jelas dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus di junjung tinggi bagi peneliti atau akademis.

Dengan ini peneliti memberikan pernyataan apabila tesis ini kedapatan meniru atau mencuri ide (Plagiat) dari tulisan orang lain maka penulis bersedia mempertanggung jawabkan perbuatannya yang merugikan orang lain.


(32)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.33Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.34

Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum.35

Menurut Radbruch dalam Theo Huijbers adalah hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh sebab kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam Negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, pun pula kalau isinya kurang adil, atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi terdapat kekecualian, yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi begitu besar, sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat tata hukum itu boleh dilepaskan.36

Selanjutnya Sudikno Mertokusumo juga menyatakan bahwa tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati

33W. Friedman,Teori dan Filsafat Umum, (Jakarta:Raja Grafindo, 1996), hal. 2 34Soerjono Soekanto,

Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris,(Jakarta: IND-HILL-CO, 1990), hal. 67

35M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80 36Theo Huijbers,


(33)

peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya adalah demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat“Lex dura, set tamen scripta”(undang-undang itu kejam, tetapi demikianlah bunyinya).37

Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifrestasinya bisa berwujud konkrit. “Suatu ketentuan hukum baru dapat di nilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.38

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.39

Dalam kerangka Konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. Guna menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini. Suatu konsep pada seketika itu membentuk suatu pengertian tertentu di kepala orang yang menangkapnya, oleh karena itulah disebut sebagai “mengandung arti”.

37

Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 58

38

Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra,Hukum Sebagai Suatu Sistem,(Bandung: Remaja Rosdakarya,

1993), hal.79.

39


(34)

Seperti juga dalam artinya sebagai “pengetahuan” tersebut di atas, maka untuk bisa mempunyai arti yang demikian itu, konsep harus bisa dikembalikan kepada empiris atau pengalaman. Pengembalian kepada pengalaman ini merupakan ujian terhadap kebenaran dan konsep tersebut.40yang dimaksud dengan:

1. Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian melakukan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta Peraturan Pelaksanaannya.

2. Badan Hukum adalah suatu badan (entity) yang keberadaannya terjadi karena hukum atau undang-undang.

3. Perusahaan, menurut Molengraaft yang memandang pengertian perusahaan dari sudut ekonomi, bahwa perbuatan yang dilakukan secara terus menerus bertindak keluar untuk memperoleh penghasilan dengan memperniagakan atau menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perniagaan.41

4. Penanaman Modal adalah: Segala bentuk kegiatan menanam modal ,baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha diwilayah Negara Republik Indonesia.

40

Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 312

41

Gatot Supramono,Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di pengadilan,


(35)

5. Penanam Modal adalah: Perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.

6. Penanaman Modal Asing adalah: Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan penanaman modal asing , baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berkepentingan dengan penanaman modal dalam negeri.

7. Penanam Modal Asing adalah: Perseorangan warga Negara asing, Badan usaha asing, dan atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.

8. Joint ventures adalah suatu usaha kerjasama yang dilakukan antara

penanaman modal asing dan nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak belaka (kontraktual), dimana tidak membentuk suatu badan hukum baru seperti halnya pada joint enterprise.42

9. Modal adalah: Aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.

10. Saham adalah: Secarik atau selembar kertas yang sengaja dibuat, dibentuk, dan dicetak dengan indah yang memberikan dua macam bukti kepada pemilik atau pemegangnya.43

42

Aminuddin Ilmar,Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2010), hal 100

43

Anisitus Amanat.SH.CN,Pembahasan undang-undang perseroan terbatas 1995 dan penerapannya


(36)

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun tehnologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.44

Penelitian ini termasuk kategori yang bersifat yuridis normatif. Meneliti pada hakekatnya berarti mencari, yang dicari dalam penelitian hukum adalah kaedah, norma atau Das Sollen, bukan peristiwa, perilaku dalam arti fakta atau Das Sein. Deskriptif artinya mampu memberi gambaran secara jelas dan sistematis tentang masalah yang akan diteliti. Analisis artinya menganalisis secara teliti permasalahan berdasarkan gambaran dan fakta sehingga mampu menjawab permasalahan yang berkaitan dengan Analisis Hukum tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing.

“Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya” untuk mencapainya penelitian ini, sangat ditentukan dengan metode yang dipergunakan dalam memberikan gambaran dan jawaban atas masalah yang dibahas.

44 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji,

Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 1.


(37)

“Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali dan

searchberati mencari). Dengan demikianresearchberarti mencari kembali. Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.”45

Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat “deskriptif analitis, yaitu analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum.”46

2. Sumber Data

Penelitian normatif ini dilakukan dengan batasan studi dokumen atau bahan pustaka saja yaitu berupa data primer. Data sekunder yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan berupa norma dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan dan bahan hukum dari zaman penjajahan hingga kini masih berlaku. Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan berupa buku, makalah, dan hasil penelitian di bidang hukum.

Bahan utama dari penelitian ini adalah Data Primer yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa:

a. Bahan hukum primer yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan objek penelitian.

45

http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script,php/view/metoda-penelitian-sosial,html. Diakses tanggal 12 Mei 2012.

46

Bambang Sunggono,Metedologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hal. 38.


(38)

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain: tulisan atau pendapat para pakar hukum. c. Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif, yaitu penelitian dilakukan dengan menganalisis terhadap data-data. Selanjutnya, ditarik kesimpulan dengan metode deduktif, yakni berfikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif. Analisis data dilakukan setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sehingga memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan penelitian.


(39)

BAB II

PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

A. Penanaman Modal Asing

Isu penanaman modal asing (untuk selanjutnya disingkat dengan PMA) dewasa ini semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin menarik Penanaman Modal Asing ke Indonesia.47

Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, usaha untuk menarik investasi . Beberapa andalan utama yang selama ini menjadi insentif dalam menarik investor asing seperti pasar dalam negeri yang cukup aktif dan berpeluang untuk berkembang pesat, tenaga kerja yang relatif murah, sumber daya alam yang cukup besar dan beraneka ragam, tidak lagi dapat diandalkan dengan sepenuhnya.

Persyaratan-persyaratan tertentu dalam investasi asing bagi negara berkembang bukanlah untuk menghambat kegiatan perdagangan dari perusahaan investasi asing, akan tetapi adalah untuk memastikan kontribusi yang lebih efisien dari modal asing untuk pembangunan ekonomi, untuk mempertinggi dan memaksimalkan peluang kerja, mengurangi kerugian industrial, ekonomi dan sosial dari daerah-daerah tertentu, mengurangi tekanan atas mata uang asing dan membuat

47Pandji Anoraga,


(40)

penggunaan mereka lebih efisien, mempertinggi kontribusi investor asing dalam pengembangan kemampuan tehnologi dalam negeri dan untuk memastikan lebih efisiennya penggunaan sumber daya alam untuk memperluas pasar ekspor.48

Tidak hanya pembenahan infrastruktur sebagai langkah peningkatan investasi asing, kesiapan perangkat hukum sangat menunjang agar calon investor tidak ragu-ragu atau melirik negara lain yang lebih siap. Paket Kebijakan 23 Oktober 1993 (Pakto II), yang mencakup enam bidang usaha, termasuk deregulasi investasi merupakan langkah maju mengikis hambatan-hambatan dibidang investasi. Tinggal bagaimana calon investor khususnya investor asing memanfaatkan setiap peluang bisnis dan investasi yang ditawarkan.49

Pemerintah telah mengeluarkan enam paket deregulasi pada tanggal 23 oktober 1993 (Pakto 1993). Paket deregulasi itu meliputi bidang ekspor- impor, bidang tarif dan tata niaga impor, bidang penanaman modal, bidang perizinan, bidang farmasi dan bidang amdal.50

Berbagai ketentuan yang diatur dalam Pakto ini antar lain adalah sebagai berikut:51

1. Izin investasi langsung dapat diurus di tingkat kabupaten dan kotamadya, tidak perlu melalui instansi di tingkat propinsi. Izin ini meliputi: izin mendirikan bangunan (IMB), izin lokasi, izin Undang-Undang gangguan (HO). Urusan lain

48

Mahmul Siregar, Disertasi Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Kesiapan

Hukum Di Indonesia dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman ModalMedan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2005, hal 158

49

Pandji Anoraga,Op.cit,hal 130

50

Ibid, hal 157

51


(41)

yang berkaitan dengan izin investasi juga ditangani oleh instansi tingkat kabupaten dan kotamadya, seperti sertipikat tanah, Hak guna bangunan. Sedangkan Hak guna usaha tetap harus diselesaikan di instansi pusat dan atau propinsi.

2. Penghapusan surat pencadangan tanah dari gubernur. Sebelumnya surat ini menjadi syarat untuk penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal baik asing (PMA) maupun dalam negeri (PMDN).

3. Penghapusan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) proyek. BKPMD dan instansi lain di daerah tidak perlu lagi melakukannya sebagai syarat bagi penerbitan Izin Usaha Tetap (IUT). Sekarang penerbitan IUT cukup dilampiri Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang di susun oleh setiap pengusaha.

4. Penghapusan permohonan persetujuan penanaman modal, khususnya menyangkut pemilikan saham yang sekarang dibolehkan untuk koperasi.

Latar belakang dikeluarkannya paket deregulasi ini antara lain untuk lebih menggairahkan dan meningkatkan efisiensi kinerja perekonomian nasional. Sebab selama ini prosedur perizinan yang terkait dengan birokrat dirasakan berbelit-belit dan terlalu panjang. Untuk memperoleh izin mendirikan perusahaan misalnya, dibutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan, karena membutuhkan rekomendasi dari berpuluh-puluh instansi. Pemerintah pusat dan


(42)

Pemerintah daerah Tingkat I menjadi mata rantai panjang dalam perizinan untuk investasi.52

Kondisi demikian mendorong para pengusaha melakukan jalan pintas berkolusi dengan oknum pejabat. Akibatnya budaya sogok dan suap merajalela. Hal ini menyebabkan timbulnya ekonomi biaya tinggi, dalam jangka panjang kondisi yang demikian sangat merugikan perekonomian nasional.

Dalam iklim investasi yang tidak kondusif seperti itu, tidak aneh bila para konglomerat melarikan modalnya ke luar negeri.

Paket kebijakan diatas merupakan pengembangan dari peraturan-peraturan bidang penanaman modal sebelumnya seperti : Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24/1986 tentang jangka waktu izin perusahaan PMA, kemudian PP Nomor 24/1987 tentang kegiatan perusahaan PMA dibidang usaha perdagangan ekspor, PP Nomor 15/1990 tentang usaha perikanan yang juga dapat dimasuki PMA, PP Nomor 17/1992 tentang pemilikan saham dalam rangka PMA, Keppres Nomor 34/1992 tentang pemanfaatan tanah HGU dan HGB atas usaha patungan dalam rangka PMA, Keppres Nomor 37/1992 tentang usaha penyediaan listrik oleh swasta.53

Disamping itu beberapa peraturan BKPM tentang PMA juga telah disiapkan untuk meningkatkan arus investasi asing seperti SK BKPM Nomor 5/SK/1987 tentang persyaratan pemilikan saham nasional dalam perusahaan PMA, SK BKPM Nomor 9/SK/1989 tentang persyaratan minimal investasi PMA yang ditetapkan

52 Ibid 53


(43)

minimal US$ 250.000.Dilihat dari segi lokasi, berdasarkan data BKPM, lebih dari 60% nilai PMA dialokasikan ke kawasan Barat Indonesia (KBI), sementara selebihnya ditujukan ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Tahun 1992, nilai total PMA yang disetujui pemerintah di wilayah kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur sebesar Rp.1.869,9 miliar dengan 27 proyek. Sedangkan jumlah PMA yang disetujui pemerintah tahun 1992 di Jawa dan Sumatera masing-masing Rp. 5.992,0 miliar (230 proyek) dan Rp. 2.452,4 miliar (48 proyek).54

Dengan semakin maraknya PMA di Indonesia dan penyebarannya lebih merata di seluruh wilayah jelas akan memberikan kontribusi cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah-daerah, khususnya daerah yang relatif belum berkembang. Manfaat ekonomi lainnya dari investasi asing ini adalah, dimungkinkannya transfer teknologi dari negara asal, peningkatan skala produksi untuk tujuan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, serta mempengaruhi perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.55

Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang penanaman modal asing menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, untuk mendapat perbandingan dengan diberlakukannya undang-undang tersebut.

A.1 Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967.

54Ibid, hal 131 55


(44)

1. Pengertian

Dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (untuk selanjutnya disingkat dengan PMA) hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan UU No. 1 tahun 1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.56

Sedangkan pengertian modal asing disini ialah:

b. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia;

c. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia;

d. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang No 1 tahun 1967 diperkenankan di transfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Istilah penanaman modal asing sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali dipergunakan dalam artian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan istilah investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan.

56I.G.Rai Widjaja,


(45)

2. Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha

Perusahaan PMA yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Pemerintah menetapkan apakah sesuatu perusahaan dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri.57

Pemerintah menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusahaan modal asing di Indonesia dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun ekonomi daerah, macam perusahaan, besarnya penanaman modal dan keinginan pemilik modal asing sesuai dengan rencana pembangunan ekonomi nasional dan daerah.

3. Bidang Usaha Modal Asing

Dalam Undang-undang tentang penanaman modal asing, pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi penanam modal asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Perincian menurut urutan proritas ditetapkan tiap kali pada waktu pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta teknologi.58

57Ibid, hal 30 58I


(46)

1) Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara penguasaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:

a. Pelabuhan-pelabuhan; b. Telekomunikasi; c. Pelayanan; d. Penerbangan; e. Air minum; g. Mass media;

h. Pembangkitan tenaga atom;

i. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum.

2) Bidang-bidang yang menduduki peranan penting dalam pertahanan negara antara lain produksi senjata, mesiu, alat-alat peledak dan peralatan perang dilarang sama sekali bagi modal asing.

Selain yang telah disebutkan diatas, pemerintah dapat menetapkan bidang-bidang usaha tertentu yang tidak boleh lagi di tanam modal asing.

Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerja sama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Sistem kerja sama atas dasar kontrak karya atau dalam bentuk lain dapat dilaksanakan dalam bidang-bidang usaha lain yang akan ditentukan oleh pemerintah.


(47)

4. Tenaga Kerja

Pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk menentukan direksi perusahaan-perusahaan dimana modalnya ditanam.

Perusahaan-perusahaan modal asing:

a. Wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia.

b. Di izinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia.

c. Berkewajiban menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam dan/atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi warga negara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia.

Terhadap penggunaan tenaga kerja warga negara asing tersebut pemerintah mengawasi pelaksanaannya.

5. Pemakaian Tanah

Demi keperluan perusahaan-perusahaan modal asing dapat diberikan tanah dengan Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai menurut peraturan perundangan yang berlaku.

Namun, salah satu hal yang tidak kalah kompleks dalam menarik investor adalah terkait dengan penggunaan tanah. Untuk menggunakan tanah dibutuhkan izin. Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara agraria/Kepala Badan Pertanahan


(48)

Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi. Dalam pasal 1 butir 1 dijelaskan: izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya.59

Dalam bukunya Erman Rajagukguk menjelaskan tentang hak-hak atas tanah bagi investor dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) antara lain menyatakan: “...UUPA Tahun 1960 adalah anti modal asing. Menteri Agraria Mr.Sadjarwo dalam pidatonya tanggal 14 September 1960 mengantarkan jawaban pemerintah atas Pemandangan Umum Anggota DPR-GR mengenai Naskah RUU Pokok Agraria di muka Sidang Pleno DPR-GR antara lain menyatakan:”...Rancangan Undang-Undang ini selain akan menumbangkan puncak kemegahan modal asing yang telah berabad-abad memeras kekayaan dan tenaga bangsa Indonesia, hendaknya akan mengakhiri pertikaian dan sengketa-sengketa tanah antara rakyat dan pemerintah dengan rakyatnya sendiri, yang akibatnya mencetus sebagai peristiwa-peristiwa berdarah dan berkali-kali pentraktoran-pentraktoran yang sangat menyedihkan”.

Selanjutnya ia mengatakan:

“...Kami hanya ingin menambahkan beberapa soal yang belum kami singgung diatas ialah persoalan modal asing. Soal ini dalam pasal-pasal yang bersangkutan serta penjelasannya sudah terang, yaitu pasal-pasal 28,35 dan dalam hubungannya dengan peralihan 55, yang pada pokoknya bahwa modal asing hanya mempunyai sifat

59

Sentosa sembiring,Hukum Investasi: pembahasan Dilengkapi Dengan Undang-Undang Nomor 25


(49)

sementara,sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Pembangunan Semesta Berencana. Yang sudah ada disini mempunyai afloopend karakter (untuk menghabiskan sisa jangka waktunya), dengan maksimum 20 tahun.”

Dalam Sidang terakhir di parlemen mengenai perdebatan tentang UUPA tahun 1960. Menteri Agraria Mr.Sadjarwo menyatakan kembali:

“...dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria ini, kita mengeliminasi investasi asing...”.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, hak atas tanah paling lama 35 tahun dan setelah itu dapat diperpanjang 25 tahun lagi. Jangka waktu ini tidak memadai lagi untuk investor. Dinegara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Vietnam dan Cina hak atas tanah untuk investor berkisar antara 75 tahun sampai dengan 90 tahun.60

Pada masa akhir pemerintahannya, Soekarno berada dibawah tekanan pemerintahan baru dibawah pimpinan Soeharto. Presiden Soekarno menandatangani kelahiran Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Indonesia kembali lagi mengundang investor asing. Periode hak atas tanah bagi investor dianggap tidak lagi memadai. Pada tahun 1996 pemerintah Indonesia berusaha untuk memodifikasi hak atas tanah bagi investor dengan mengeluarkan Peraturan pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.61

60

Erman Rajagukguk,Hukum Investasi Di Indonesia:Anatomi Undang-Undang No.25 Tahun 2007

Tentang Penanaman Modal,(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia,2007), hal 64

61 Ibid


(50)

Didalam Pasal 11, pasal 28,dan pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 ada istilah pembaharuan hak yang tidak didapati dalam Undang-Undang Pokok Agraria tidak bertentangan dengan Undang-Undang Pokok Agraria berdasarkan dua alasan. Pertama, Undang-Undang Pokok Agraria sendiri tidak mengatur apakah yang akan terjadi setelah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan itu berakhir setelah diperpanjang jangka waktunya kecuali menyebutkan bahwa Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan akan dihapus apabila jangka waktu berakhir. Logikanya adalah, dengan hapusnya Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan tersebut, diatas tanah bekas Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan yang statusnya kini menjadi tanah negara dapat diberikan sesuatu hak atas tanah, termasuk kemungkinan diberikan Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan baru, baik kepada pemohon baru, maupun pemohon bekas pemegang hak. Jika pemohonnya adalah bekas pemegang hak hak yang lama yang masih memenuhi persyaratan, maka istilah yang tepat digunakan adalah pembaharuan hak, mengingat bahwa Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan itu tidak dimohon untuk pertama kali, tetapi di mohon menjelang berakhirnya perpanjangan waktu Hak Guna Usaha atau hak Guna Bangunan tersebut. Kedua, penggunaan istilah pembaharuan hak, yang tentunya juga masih membuka kemungkinan untuk diberi perpanjangan apabila syarat-syaratnya dipenuhi.62

62


(51)

6. Perpajakan dan Pungutan Lain

Perusahaan-perusahaan modal asing yang bergerak di berbagai bidang usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diberikan kelonggaran-kelonggaran perpajakan sebagai berikut:63

a. Pembebasan bea materai modal atas penempatan modal yang berasal dari penanaman modal asing.

b. Pembebasan atau keringan bea masuk dan pembebasan pajak penjualan (impor) pada waktu pemasukan barang-barang perlengkapan tetap kedalam wilayah Indonesia seperti mesin-mesin, alat kerja atau pesawat-pesawat yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan itu.

c. Pembebasan bea balik nama atas akte pendaftaran kapal untuk pertama kalinya di Indonesia yang dilakukan dalam masa sampai dua tahun setelah saat mulai berproduksi satu dan lain dengan memperhatikan jenis usahanya.

7. Jangka Waktu PMA, Hak Transfer dan Repatriasi

a. Dalam setiap izin PMA ditentukan jangka waktu berlakunya.

b. Kepada PMA diberikan hak transfer dalam valuta asli dari modal dasar nilai tukar yang berlaku untuk :

1) Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan kewajiban-kewajiban pembayaran lain di Indonesia.

2) Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang diperkerjakan di Indonesia.

63


(52)

3) Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut. 4) Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap. 5) Kompensasi dalam hal nasionalisasi.

c. Transfer yang bersifat repatriasi modal tidak dapat diizinkan selama kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan-pungutan lain tersebut masih berlaku. Pelaksanaan lebih lanjut diatur oleh pemerintah.64

8. Nasionalisasi dan Kompensasi.

Dalam sejarah Indonesia merdeka, Pemerintah pernah dua kali melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing dengan undang-undang.

Pertama, pemerintah mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda pada tahun 1958, berkaitan dengan perjuangan mengembalikan Irian Barat (sekarang Papua), dari pendudukan Belanda. Berkaitan dengan nasionalisasi ini, timbul gugatan perusahaan tembakau belanda di Bremen (German), ketika tembakau dari perkebunan di Deli akan dilelang pada pasar tembakau di Bremen. Kasus ini terkenal dengan kasus tembakau Bremen. Duduk perkaranya bermula dari pengapalan tembakau dari bekas perusahaan Belanda yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Pemilik perusahaan yang dinasionalisasi tersebut mengklaim tembakau tersebut sebagai miliknya. Pengadilan Bremen dalam putusannya, antara lain, menyatakan nasionalisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah hak negara yang berdaulat. Kedua, pemerintah melakukan pengambilalihan perusahaan-perusahaan Inggris dan Amerika, pada waktu Indonesia mengadakan Konfrontasi dengan Malaysia. Pada

64


(53)

tahun 1962 Indonesia menganggap Amerika dan Inggris sebagai pendukung utama pembentukan negara Malaysia, yang oleh pemerintahan Soekarno dianggap sebagai neo kolonialisme dan neo imperialisme.65

Istilah nasionalisasi paling tidak mencakup tiga pengertian “Konfiskasi”. “onteigening” dan “Pencabutan hak”. L.Erades memberikan arti nasionalisasi, yakni suatu peraturan dengan mana pihak penguasa memaksakan semua atau segolongan tertentu untuk menerima(dwingt te godegen), bahwa hak-hak mereka atas semua atau beberapa macam benda tertentu beralih kepada negara. Dengan demikian nasionalisasi adalah suatu cara peralihan hak dari pihak partikelir kepada negara secara paksa.66

Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi/pencabutan hak milik secara menyeluruh atas perusahaan-perusahaan modal asing atau tindakan-tindakan yang mengurangi hak menguasai dan/atau mengurus perusahaan yang bersangkutan, kecuali jika dengan undang-undang dinyatakan kepentingan Negara menghendaki tindakan demikian.

Jikalau diadakan tindakan seperti tersebut maka pemerintah wajib memberikan kompensasi/ganti rugi yang jumlah, macam dan cara pembayarannya disetujui oleh kedua belah pihak sesuai dengan azas-azas hukum internasional yang berlaku.

65Ibid

, Hal 48

66

Budiman Ginting, Hukum Investasi: Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, (Medan: Pustaka Bangsa Press,2007), hal 47


(54)

Apabila antara kedua belah pihak tidak tercapai persetujuan mengenai jumlah, macam dan cara pembayaran kompensasi tersebut, maka akan diadakan arbitrase yang putusannya mengikat kedua belah pihak. Badan arbitrase terdiri dari tiga orang yang dipilih oleh pemerintah dan pemilik modal masing-masing satu orang dan orang ketiga sebagai ketuanya yang dipilih bersama-sama oleh pemerintah dan pemilik modal.67

9. Kerja Sama Modal Asing dan Modal Nasional

Dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing dapat diadakan kerja sama antara modal asing dengan modal nasional dengan mengingat ketentuan mengenai bentuk hukum, kedudukan dan daerah berusaha yang berlaku.

Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara kerja sama antara modal asing dan modal nasional dengan memanfaatkan modal dan keahlian asing dalam bidang ekspor serta produksi barang-barang dan jasa-jasa.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan modal asing sebagai hasil kerja sama antara asing dan modal nasional tersebut, setelah dikurangi pajak-pajak serta kewajiban-kewajiban lain yang dibayar di Indonesia, diizinkan untuk di transfer dalam valuta asing dari modal asing yang bersangkutan seimbang dengan bagian modal asing yang ditanam.

67


(55)

Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai kelonggaran perpajakan dan jaminan terhadap nasionalisasi maupun pemberian konpensasi berlaku pula untuk modal asing tersebut di atas.68

Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu investasi portfolio dan investasi langsung. Investasi portfolio ini di lakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung yang di kenal dengan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan.69

Dibanding dengan investasi portfolio, penanaman modal asing (PMA) atau

Foreign Direct Investment (FDI)lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya permanen/jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam alih tekhnologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting diperhatikan mengingat bahwa masalah menyediakan lapangan kerja merupakan masalah yang cukup memusingkan pemerintah. Sedangkan dalam investasi portfolio, dana yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka lapangan kerja baru.70

A.2 Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

Ditetapkannya ketentuan penanaman modal melalui Undang-undang tentang penanaman modal Nomor 25 Tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor

68

Ibid, hal 34

69

Pandji Anoraga,Op.cit, hal 46

70 Ibid


(56)

1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri telah mengakhiri dualisme pengaturan tentang penanaman modal. Selain itu, kehadiran undang-undang yang baru ini sekaligus mempertegas dan memperjelas kebijakan pengaturan penanaman modal di Indonesia.

Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, penanaman modal menjadi salah satu alternatif yang tersedia untuk pemecahan masalah kesulitan pembiayaan dalam pembangunan nasional. Selain dari itu, penanaman modal juga menyumbang pada perbaikan sarana dan prasarana disekitar lokasi penanaman modal tersebut berada, membantu untuk menciptakan lapangan kerja baik untuk tenaga kerja terampil maupun untuk tenaga kerja yang kurang terampil, membantu untuk perbaikan dan peningkatan teknologi produksi, meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak, meningkatkan penerimaan devisa bagi negara dari penanaman modal yang produksinya berorientasi untuk ekspor, dan mendorong peningkatan efisiensi produksi dan distribusi.71

Sejalan dengan pendapat umum yang menyatakan bahwa penanaman modal akan membantu pembiayaan pembangunan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 menyebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. 2. Menciptakan lapangan kerja.

71Jonker Sihombing,


(57)

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. 4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional. 5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. 6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal,baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri,dan

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Secara sistematika Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terdiri dari 18 bab dan 40 pasal. Sebagaimana lazimnya suatu Undang-undang, dalam undang-undang penanaman modal ini pun dijabarkan beberapa istilah yang digunakan, antara lain disebutkan, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia (pasal 1 butir 1).

Pengertian segala bentuk kegiatan dalam kerangka Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berarti yang dimaksud adalah dalam bentuk penanaman modal secara langsung (direct investment). Demikian juga halnya untuk penanaman modal secara langsung pun ada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pengertian penanaman secara langsung berarti penanam modal (investor) membentuk suatu badan usaha atau perusahaan di Indonesia.


(1)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ais, Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate veil) Kapita selekta Hukum Perusahaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000. Amanat, Anisitus, Pembahasan Undang-undang Perseroan Terbatas 1995 dan

Penerapannya Dalam Akta Notaris, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996. Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Amirizal, Hukum Bisnis: Deregulasi Dan Joint Venture Di Indonesia, Teori Dan Praktik, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1996.

Anoraga, Pandji,Perusahaan Multi Nasional Dan Penanaman Modal Asing, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.

Budi,Hukum Investasi,Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Friedman, W, Teori dan Filsafat Umum,Jakarta: Raja Grafindo, 1996.

Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis. Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

Fuady, Munir, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1999

Ginting, Budiman, Hukum Investasi: Perlindungan Hukum Pemegang saham Minoritas Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, Medan: Pustaka Bangsa Press,2007

Harjono, Dhaniswara K, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2007

Hadhikusuma, R.T Sutantya R. dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia, Cetakan ke 3, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995.


(2)

Harahap, Muhammad Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, Cetakan ke 2, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009.

Hartini, Rahayu, Hukum Komersial, cetakan ke 3,Malang: UMM Press,2010 Hartono,Sri Redjeki,Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Bandung: CV.Mandar

Maju, 2000

Hasyim, Farida,Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

HS, Salim, dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT. Rajagrafindo, Persada, 2008.

HS, H. Salim,Hukum Divestasi Di Indonesia, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010 Huijbers, Theo,Filsafat Dalam Lintas Sejarah,Yogyakarta: Kanisius, 1982.

Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2010.

Kansil, Christine. S.T,Hukum Perusahaan Indonesia, Aspek Hukum dalam ekonomi, Bagian I, cetakan ke 7, Jakarta: PT Pradnya paramita, 2005.

Khairandy, Ridwan,Pengantar Hukum Dagang, Yogyakarta: FH UII Press, 2006. Kusumaatmadja, Mochtar, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional,

Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi, Bandung: Fakultas Hukum Unpad, 1976.

Lubis , M. Solly,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Bandung: Mandar Maju, 1994.

Mahendra, Yusril Ihza, Perumusan Harmonisasi Hukum Bidang Penanaman Modal, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI, Juli 2003.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty, 1988.

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Perseroan Terbatas, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.


(3)

Murjiyanto, R, Pengantar Hukum Dagang Aspek-Aspek Hukum Perusahaan dan larangan praktek monopoli, Yogyakarta:Liberty bekerjasama dengan Badan Penerbitan Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta,2002.

Nadapdap, Binoto,Hukum Perseroan terbatas (berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007), Jakarta: Permata Aksara,2012.

Pramono, Nindyo,Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006. Prasetya, Rudhi ,Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, Jakarta:Sinar Grafika,2011 Purba, Marisi P, Aspek Akuntansi Undang-undang Perseroan Terbatas, Suatu

Pembahasan Kritis Atas Undang-undang no.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Purwosutjipto, H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, Bentuk-bentuk Perusahaan, cetakan ke-12, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2008. Rahardjo, Satjipto,Ilmu Hukum,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

Rajagukguk, Erman,Hukum Investasi Di Indonesia, Anatomi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia,2007

Rasjidi, Lili dan Wyasa Putra, I.B.,Hukum Sebagai Suatu Sistem,Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.

Ridho, Ali, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung: Alumni, 1983.

Saliman, Abdul R., Hermansyah, Ahmad Jalis,Hukum Bisnis Untuk perusahaan, Teori dan Contoh Kasus,cetakan ke 4, Jakarta: Prenada Media Group,2008. Sembiring, Sentosa, Hukum Investasi, Pembahasan dilengkapi dengan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2007

Sembiring, Sentosa, Hukum Investasi, Pembahasan dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Cetakan ke II, Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2010

Sihombing, Jonker, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Bandung: Penerbit PT.Alumni, 2009


(4)

Singaribun, Masri dkk,Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1999.

Soekanto, Soerjono,Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris,Jakarta: IND-HILL-CO, 1990.

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Sumantoro,Kerjasama Patungan dengan Modal Asing, Bandung: Alumni, 1984. Sunggono, Bambang, Metedologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Supramono, Gatot,Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1996. Supramono, Gatot, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata

di pengadilan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2007.

Untung, Hendrik Budi,Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan,cetakan ke 6, Bandung:Penerbit Alumni,1997

Widjaya, I.G. Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas khusus Pemahaman atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995, Jakarta: Kesaint Blanc, 2000.

Widjaja, I.G. Rai, Pedoman Dasar Perseroan Terbatas, Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1994.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003

B. Undang-undang

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman modal asing Undang-Undang No.11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan


(5)

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1992 tentang persyaratan Pemilikan saham dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing

Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara

Peraturan Presiden No.77 tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal Peraturan Presiden No. 111 tahun 2007 tentang perubahan peraturan atas Persetujuan

Presiden No. 77 tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dalam bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar bidang usaha tertutup dan

terbuka tentang pasar modal

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Penanaman Modal.

C. Internet

http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script,php/view/metoda-penelitiansosial,html. Diakses tanggal 12 Mei 2012.

http://tabloidmingguandetak.blogspot.com/2011/03/kontroversi-kebun-plasma-20-persen.html,Tanggal 6-12-2012,Jam 7.50 WIB

http://WWW.lawskripsi.com/index.php?option=com-content&view=article&id=147&itemid=147, tanggal 11 juli 2012

http://WWW.setkab.go.id/berita-3770-pma-mineral-dan-batubara-wajib divestasi saham ke peserta Indonesia, tanggal 13-6-2012, jam 14.07


(6)

Brotosusilo, Agus, Analisis Dampak Yuridis Ratifikasi Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (OPD/WTO), Makalah dalam Seminar tentang “Dampak Yuridis, Sosiologi dan Ekonomis atas Ratifikasi Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia”, Program Pasca Sarjana UI, Jakarta, 6 September, 1995Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Manan, Bagir, Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi Nasional dalam Globalisasi, Makalah dalam Seminar tentang Pendekatan Ekonomi dalam Pengembangan Sistem Hukum Nasional dalam Rangka Globalisasi, Bandung: Penyelenggara Fakultas Hukum Unpad, 30 April 1998.

Nasution,Bismar, Makalah;UU No 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis Pembelaan Direksi Melalui Prinsip Business Judgment Rule,,disampaikan pada seminar bisnis 46 tahun FE USU:”Pengaruh UU NO.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap iklim usaha di sumatera utaraa’, Aula Fakultas Ekonomi USU, 24 November 2007.

Nasution,Bismar, makalah Aspek Hukum Tanggung Jawab sosial Perusahaan,Disampaikan pada semiloka peran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lokal wilayah Operasional Perusahaan Perspektif hak asasi Manusia, diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Riau PekanBaru, Tanggal 23 Februari 2008.

Pakpahan, Normin S., Pengarah Perjanjian WTO pada Pembentukan Hukum Ekonomi Nasional, Artikel dalam Jurnal Hukum Bisnis, Volume 3, 1998. Siregar, Mahmul, Disertasi Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan

Terhadap Kesiapan Hukum Di Indonesia Dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman Modal, Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara,2005. Susanto,Hadi, Tesis pemegang saham nominee dalam Perseroan Terbatas, Medan:

MKN Fakultas Hukum USU, 2004.

Tjong,Henry, Tesis Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan), Medan: Fakultas Hukum Sekolah pasca sarjana Megister Kenotariatan USU, 2006.