Gambaran Risiko Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Padang Bulan, Medan Chapter III VI

23

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka
kerangka konsep dalam penelitian “Gambaran Risiko Penderita Diabetes Mellitus
di Puskesmas Padang Bulan, Medan” dapat digambarkan berikut:

Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Obesitas
Riwayat merokok
Riwayat keluarga
Olahraga
Perilaku makan
serat

Pasien Diabetes Mellitus

yang berobat ke Puskesmas
Padang Bulan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional
1. Usia
Definisi Operasional: rentang hidup responden yang sehat baik fisik maupun
mental yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai ulang tahun saat
penelitian dilakukan
Cara Ukur

: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur


: a) < 30
b) 31-34
b) 35-45
c) 46-55
d) >55

Universitas Sumatera Utara

24

Skala Ukur

: Interval

2. Jenis Kelamin
Definisi Operasional

: Responden terdiri dari dua jenis jantina.

Cara Ukur


: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur

: a. Laki-laki
b: Perempuan

Skala Ukur

: Nominal

3. Pendidikan
Definisi Operasional

: Tingkat ilmu pengetahuan responden yang didapat

secara formal.

Cara Ukur

: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur

: a) Tidak/belum pernah sekolah
b) Tidak tamat SD/MI
c) Tamat SD/MI
d) Tamat SLTP
e) Tamat SLTA
f) Tamat D1/D2/D3
g) Tamat PT


Skala Ukur:

Ordinal

4. Riwayat merokok
Definisi Operasional

: Mengetahui apakah responden mempunyai riwayat
merokok

Cara Ukur

: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur


: a) Ya,setiap hari.
b) Ya, kadang-kadang
c) Tidak, namun sebelumnya pernah setiap hari.
d) Tidak, namun sebelumnya pernah kadang-kadang.
e) Tidak pernah.

Universitas Sumatera Utara

25

Skala Ukur

: Ordinal

5. Riwayat Keluarga
Definisi Operasional

: Keluarga responden yang mempunyai riwayat

Diabetes Mellitus sebelumnya.

Cara Ukur

: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur

: a) Ibu.
b) Ayah.
c) Ayah dan Ibu

Skala Ukur

: Ordinal

6. Aktifitas Fisik
Definisi Operasional


: Berapa lama responden melakukan jenis olahraga

pada waktu lapang.
Cara Ukur

: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur

: a) 3x/minggu (30-50 menit)

Skala Ukur

: Nominal.


7. Obesitas
Definisi Operasional

: Mengetahui berat badan responden ideal atau tidak

ideal.
Cara Ukur

: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur

: 1. Berat badan normal ( 18.50-24-99)
2. Berat badan melebihi nilai normal ( >25.00)
3. Pre-obesitas(25.00-29.99)
4. Obesitas (> 30.00)

5.Obesitas Kelas I (30.00-34.99)
6. Obesitas Kelas II ( 35.00-39.99)
7. Obesitas Keals III (>40.00)

Skala Ukkur

: Ordinal

Universitas Sumatera Utara

26

8. Konsumsi Serat
Definis Operasional

: Kebiasaan mengkonsumsi serat per hari yang

terdiri dari buah dan sayur.
Cara Ukur


: Angket

Alat Ukur

: Kuesioner

Hasil Ukur

: 1. 5 porsi/hari

Skala Ukur

: Ordinal

Universitas Sumatera Utara

27

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan potong lintang.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan,Medan. Waktu
penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada periode bulan Juni sampai
September 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Mellitus yang
berobat ke Puskesmas Padang Bulan, Medan.

4.3.2. Sampel
Seluruh populasi yang berkunjung ke Puskesmas Padang Bulan, Medan
dari tanggal 30 Juni 2015 sampai dari 30 September 2015 dijadikan sampel.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Pasien Diabetes Mellitus rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas
Padang Bulan.
b. Bersedia ikut dalam penelitian.
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria esklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Pasien Diabetes Mellitus yang tidak ikut serta dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

28

4.3.3. Jumlah Sampel
Semua penderita Diabetes Mellitus rawat jalan.

4.3.4. Besar Sampel
Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus besar sampel untuk
penelitian belah lintang. Rumus besar sampel adalah sebagai berikut:
Rumus besar sampel deskriptif kategorik:
n = Zα2 x P x Q
d2
Q=1–P
Keterangan:
N

=

Besar sampel



= Nilai Z pada derajat kemaknaan ( 95%=1,96)

P

= Proporsi sesuatu kasus terhadap populasi, bila tidak diketahui
proporsinya, 6,9% (0.069) ( Riskesdas,2013).

d

= Derajat penyimpangan (0.05)

Maka besar sampel adalah:
n = (1.96) X 0,069 X 0.931
(0.05)
= 98.71 (dibulatkan menjadi 99)
Melalui rumus didapati besar sampel minimal yaitu 99 responden. Cara
pemilihan subyek penelitian dilakukan secara non-probability sampling dengan
menggunakan consecutive sampling, dimana seluruh penderita Diabetes Mellitus
yang telah memenuhi kriteria penelitian diikutsertakan dalam penelitian.
4.3.5. Cara Sampling
Teknik sampling penelitian ini adalah consecutive sampling. Consecutive
sampling ini merupakan jenis non-probability sampling yang paling baik dan
sering kali merupakan cara yang termudah. Pada consecutive sampling semua
subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

29

4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
yang dikumpulkan berupa lembar penelitian yang telah diisi oleh responden.

4.5. Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah yaitu: (1) editing,
dilakukan untuk memeriksa ketetapan dan kelengkapan data; (2) coding, data
yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum
diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke dalam program
komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke
dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data;
(5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisa data (Wahyuni,
2008).
Data yang telah dikumpul akan diolah menggunakan program komputer
yaitu Statistical Product and Service Solutions (SPPS) kemudian dianalisis secara
deskriptif menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan data yang
diperoleh sesuai dengan pustaka yang ada. Analisis univariat digunakan.
(Sopiyudin,2013).
Analisis ini mengambarkan masing-masing variabel penelitian. Data yang
diperoleh

akan

ditampilkan

dalam

bentuk

tabel

distribusi

frekuensi.

(Sopiyudin,2013).

4.6. Etika Penelitian
Penelitian dimulai setelah mendapat surat ethical clearance dari Komisi
Etik Penelitian Kesehatan FK USU. Peneliti memulai penelitian di Puskesmas
Padang Bulan, Medan setelah mendapat persetujuan dari pihak Puskesmas Padang
Bulan, Medan. Responden berhak mengikut serta atau tidak ikut serta dalam
penelitian. Responden yang menolak tidak akan mendapat sanksi apapun.
Identitas responden yang ikut serta dalam penelitian dirahasiakan dan tidak
dipublikasi tanpa izin responden. Seluruh biaya yang berhubungan dengan
penelitian ditanggung oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara

30

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, Kompleks
Pamen, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.
Puskesmas Padang Bulan ini dulunya bukan sebuah Puskesmas tetapi sebuah
poliklinik dan rumah dokter. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Pangdam
II/Bukit Barisan Bapak Sarwo Edhi Wibowo (Brigjen TNI) pada tanggal 27 Maret
1968 dan selesai pada tanggal 20 Juli 1968. Pelaksanaannya yaitu Zi Bang RonDIM 0212/MS. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Padang Bulan
melayani 6 Kelurahan yang ada di wilayah kerja Kecamatan Medan Baru dengan
luas 527 hektar. Jumlah penduduk yang dicakup oleh Puskesmas Padang Bulan
menurut jenis kelamin sebanyak 46170 jiwa yang terdiri dari jumlah perempuan
(23.547 jiwa) dan jumlah laki-laki (22.623 jiwa).

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
Pada penelitian ini diperoleh sampel yang diambil per harinya mulai dari
tanggal 26 Oktober 2015 sampai 20 November 2015 didapati sebanyak 100 orang
yang memenuhi kriteria inklusi. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner
kepada seluruh pasien Diabetes Mellitus yang berkunjung ke Puskesmas Padang
Bulan, Medan. Pada penelitian ini yang diteliti adalah profil sampel yang berupa
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, riwayat keluarga dengan
DM, riwayat melahirkan bayi >4kg, perilaku merokok, perilaku makan serat, dan
olahraga.
Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat distribusi karakteristik subjek
penelitian sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

31

5.1.3. Distribusi Data Penelitian
1. Profil Penderita Diabetes Mellitus
Table 5.1. Karakteristik Umum Penderita Diabetes Mellitus
Karakteristik
n
Umur
35-45
15
46-55
47
>55
38
Total
100
Jenis Kelamin
Laki-laki
65
Perempuan
35
Total
100
Pendidikan
Tidak/belum pernah sekolah
30
Tidak tamat SD/MI
35
Tamat SD/MI
27
Tamat SLTP
7
Tamat D1/D2/D3
1
Tamat PT
0
Total
100

%
15.0
47.0
38.0
100.0
65.0
35.0
100.0
30.0
35.0
27.0
7.0
1.0
0.0
100.0

Dari tabel 5.1. mengenai karakteristik umum penderita DM yang pertama
yaitu berdasarkan umur dapat dilihat bahwa kelompok umur terbanyak pasien DM
di Puskesmas Padang Bulan adalah 46-55 tahun yaitu sebanyak 47 orang (47%).
Angka yang paling sedikit adalah kelompok umur 35-45 tahun sebanyak 15 orang
(15%). Jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki dengan persentase 65%
manakala perempuan dengan persentase 35% dan jenis pendidikan yang paling
tinggi adalah tidak tamat SD/MI mencatatkan angka 35 dengan persentase
sebanyak 35% sedangkan yang paling sedikit adalah tamat D1/D2/D3 sebanyak 1
orang (1%).
Tabel 5.2. Distribusi berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Indeks massa
tubuh

Berat badan Normal (18.50-24.99)

n
21

%
21.0

Berat badan melebihi nilai Normal (>25.00)

50

50.0

Obesitas (>30.00)

29

29.0

Total

100 100.0

Universitas Sumatera Utara

32

Dari tabel 5.2. dapat dilihat untuk distribusi proporsi kedua berdasarkan
indeks massa tubuh, bahwa kategori berat badan melebihi nilai normal terbanyak
adalah 50 orang (50%). Lalu diikuti kategori Obesitas sebanyak 29 orang (29%)
sedangkan yang paling sedikit adalah kategori berat badan normal sebanyak 21
orang (21%).
Tabel 5.3. Distribusi Berdasarkan Perilaku merokok
n
Perilaku
merokok

Setiap hari
Kadang-kadang

%
34.0

34
17
8
5
36
100

Tidak, sebelumnya pernah setiap hari
Tidak, pernah kadang-kadang
Tidak pernah
Total

17.0
8.0
5.0
36.0
100.0

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa pasien DM yang mempunyai
perilaku merokok setiap hari sebanyak 34 orang (34%) manakala pasien DM yang
tidak pernah merokok sebanyak 36 orang (36%). Lalu diikuti Kadang-kadang
merokok sebanyak 17 orang (17%), Tidak, sebelumnya pernah setiap hari
sebanyak 8 orang (8%) sedangkan yang paling sedikit adalah tidak pernah namun
kadang-kadang sebanyak 5 orang (5%).
Tabel 5.4. Distribusi berdasarkan Riwayat keluarga dengan Diabetes
Mellitus
Ya
Tidak Tidak Total
Tahu
Riwayat Keluarga
Ayah
DM
Ayah Ibu dan Ibu
Jumlah

32

26

18

6

18

100

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa pasien dengan riwayat keluarga DM
dengan kategori Ayah sebanyak 32 orang manakala Ibu sebanyak 26 orang dan
diikuti dengan Ayah dan Ibu sebanyak 18 orang. Manakala kategori Tidak dan
Tidak tahu masing masing mencatatkan angka sebanyak 6 orang dan 18 orang.

Universitas Sumatera Utara

33

Tabel 5.5. Distribusi Berdasarkan Olahraga dan Perilaku makan serat
%
n
95
95.0
Olahraga
3x/minggu
93
93.0
Perilaku makan serat
5 porsi/hari
100
100.0
Total
Selanjutnya distribusi proporsi kelima yaitu Olahraga dan Perilaku makan
serat, maka dari Tabel 5.5.dapat dilihat bahwa tempoh pasien DM melakukan
olahraga di bawah 3x/minggu mencatatkan sebanyak 95 orang (95%) dan di atas
3x/minggu sebanyak 5 orang (5%) sementara perilaku makan serat pasien DM di
bawah 5 porsi/hari sebanyak 93 orang (93%) manakala perilaku makan serat
pasien DM di atas 5 porsi/hari berjumlah 7 orang (7%).

5.2. Pembahasan
Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran risiko
penderita Diabetes Mellitus di Puskemas Padang Bulan, Medan.
Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden yang
merupakan penderita Diabetes Mellitus adalah antara kelompok usia 46-55 tahun.
Umur minimum dan maksimum adalah 30 dan >55. Menurut Laporan Riskesdas
(2013) penderita Diabetes Mellitus kategori kelompok umur terbanyak pada 45-54
tahun (14.7%) di daerah perkotaan manakala Diabetes Mellitus menduduki
ranking ke-6 yaitu 5,8% di daerah pedesaan sedangkan pada kelompok umur usia
15 tahun ke atas mencatat sebanyak 6.9%. Peningkatan Diabetes risiko Diabetes
seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena
pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses
penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam
memproduksi insulin.
Sebagian besar dari responden (65%) adalah jenis kelamin laki-laki
manakala perempuan mencatatkan persentase (35%). Jenis kelamin merupakan
salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus dimana wanita
yang telah mengalami menopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka

Universitas Sumatera Utara

34

terhadap hormone insulin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2011)
menunjukkan bahwa laki-laki lebih berisiko terkena Diabetes Mellitus
dibandingkan dengan perempuan. Beberapa studi di Augsburg mendapatkan hasil
insidens rate yang distandardiasi menurut umur pada laki-laki sebesar 5,8 per1000/orang-tahun dan 4,0 per-1000/orang-tahun pada perempuan. Diabetes secara
umum untuk laki-laki datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari
diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormone wanita yaitu
estrogen, hormone reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam
tubuh wanita.
Hubungan antara pendidikan dan pola pikir, presepsi dan perilaku
masyarakat memang sangat signifikan dalam arti bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati,2010 menunjukkan pada
kelompok kasus sebagian besar responden yang berpendidikan SMA dan PT
cenderung memeriksakan dirinya ke RSUD Sunan Kalijaga Demak untuk
mencegah faktor risiko Diabetes Mellitus. Dalam hubungan pasien DM dengan
faktor risiko DM didapati bahwa pasien yang berpendidikan tinggi dapat
mengetahui faktor risiko DM dan berupaya untuk mencegahnya. Pada penelitian
ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pasien DM di Puskesmas Padang
Bulan sangatlah rendah karena rata-rata pendidikan terakhir yang paling banyak
adalah tidak tamat SD/MI (35%). Lebih dari responden (30%) yang berkunjung ke
Puskesmas Padang Bulan adalah Ibu Rumah Tangga yang tidak pernah ke
sekolah. Hanya 1% dari reponden telah tamat D1/D2/D3 dan selebihnya pasien
(29%) telah tamat SD/MI.
Sebagian besar dari responden (50%) memiliki berat badan melebihi nilai
normal di Puskesmas Padang Bulan. Manakala hanya (29%) pasien yang obesitas.
Hsil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) menunjukkan
prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar berbanding dengan laki-laki.
Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca menopause yang

Universitas Sumatera Utara

35

membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses
hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita DM Tipe 2.
Dari data yang diperoleh berdasarkan perilaku merokok sejumlah 34 orang
(34%) merokok setiap hari manakala 36 orang (36%) tidak merokok karena angka
ini terdiri dari pasien DM wanita. Sementara kategori Tidak, namun sebelumnya
pernah kadang-kadang menyumbang 5%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Anna et al, yang menunjukkan bahwa merokok merupakan masalah dunia.
Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan terhadap risiko penyakit
dan tingginya angka kematian.( Hariadi S,2008). Begitu pula dengan penelitian
oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih
tinggi untuk terserang DM dibanding dengan yang tidak terpajan. Merokok secara
langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan
glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok.
Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula
darah puasa yang meningkat. (Chiolero, 2008).
Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden memiliki
riwayat keluarga dengan DM adalah orang tua. Kategori yang terbanyak adalah
Ayah menyumbang (32%) manakala Ibu berjumlah (26%). Lalu diikuti Ayah dan
Ibu sebanyak (18%). Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Trisnawati, 2012 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19 95% 1.24614,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Responden
yang memiliki keluarga dengan DM harus berwaspada. Risiko menderita DM bila
salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua
memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%. (Diabetes UK,2010).
Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah
dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih
besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita
DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita DM adalah saudara kembar identik
( Diabetes UK,2010).
Bagi distribusi berdasarkan Olahraga, didapati (95%) pasien DM
melakukan olahraga di bawah 3x/minggu selama 30-50 menit manakala hanya

Universitas Sumatera Utara

36

(5%) pasien DM melakukan olahraga di atas 3x/minggu selama 30-50 menit.
Kurangnya latihan fisik atau olahraga juga merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya DM. Menurut penelitian yang telah dilakukan di Cina beberapa waktu
yang lalu, jika seseorang dalam hidupnya kurang melakukan latihan fisik ataupun
olahraga maka cadangan glikogen ataupun lemak akan tetap tersimpan di dalam
tubuh, hal inilah yang memicu terjadinya berbagai macam penyakit degenratif
salah satu contohnya DM. (Yuni dan Soebardi, 2008). Olahraga adalah latihan
gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan badan seperti bola sepak,
berenang, dan lain-lain. Pengelolaan DM yang meliputi 4 pilar, aktivitas fisik atau
olahraga merupakan salah satu dari keempat pilar tersebut. Laporan Kemenkes
2009 menyatakan semenjak anak-anak dan remaja mengamalkan gaya hidup sehat
dengan kebiasaan olahraga merupakan cara yang baik dalam pencegahan DM.
Faktor diet modern yang sering mengkonsumsi makanan siap saji saat ini
mengakibatkan peningkatan terhadap pengaruh risiko munculnya penyakit DM.
Hasil penelitian terhadap distribusi perilaku makan serat pasien DM di bawah 5
porsi /hari berjumlah 93 orang (93%) sedangkan kategori di atas 5 porsi/hari
menyumbang (7%). Menurut Laporan Riskesdas 2013 sebanyak 53.1% tidak
memakan sayuran dan buahan malah 26.2% penduduk Indonesia mengkonsumsi
makanan/minuman asin lebih dari 1x/hari. Pola makan sayuran dan buahan
merupakan satu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis diet dengan
maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan
seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan sayuran dan buahan setiap
harinya (Handayani,2003). Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola
makan yang tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan serat dari
sayuran berubah menjadi pola makan yang kebarat-baratan yang sangat digemari
oleh masyarakat Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

37

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran faktor risiko penderita
Diabetes Mellitus di Puskesmas Padang Bulan, Medan tahun 2015 dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Mayoritas penderita DM adalah yang berusia antara 46-55 tahun.
2. Rerata penderita DM yang datang adalah dari masyarakat golongan
menengah rendah yang tidak tamat SD/MI dan Jenis kelamin yang
terbanyak adalah laki-laki.
3. Hampir setengah dari jumlah responden mempunyai berat badan melebihi
nilai normal.
4. Pasien DM mempunyai perilaku merokok setiap hari.
5. Riwayat DM dengan keluargan golongan Ayah tertinggi mencatakan nilai
tetinggi.
6. Sebagian besar pasien DM berolahraga di bawah 3x/minggu antara 30-50
menit

sedangkan pasien DM mengamalkan perilaku makan sehat di

bawah 5porsi/hari.

6.2. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih
lengkap.
2. Diperlukan penyuluhan dan konseling terhadap masyarakat untuk
memiliki kebiasaan hidup sehat sejak dini.
3. Perlunya masyarakat untuk melakukan pengontrolan pada perilaku
merokok untuk mencegah terjadinya Diabetes Mellitus.
4. Perlunya dilakukan screening terhadap masyarakat untuk mengetahui lebih
awal kejadian Diabetes Mellitus dan untuk mencegah komplikasi akibat
dari Diabetes Mellitus.

Universitas Sumatera Utara

38

5. Secara dini kepada anggota keluarga lainnya dengan menjauhi faktor
lingkungan yang menjadi faktor pencentus terjadinya Diabetes Mellitus.
6. Deteksi dini Diabetes Mellitus yang difokuskan pada kelompok usia
berisiko tinggi diabetes, yaitu mulai usia 45 tahun ke atas dengan cara
melakukan pemeriksaan gula darah secara gratis pada Hari Diabetes
Internasional.
7. Kegiatan olahraga bersama di tingkat masyarakat. Kegiatan ini dapat
diorganisasi oleh Puskesmas untuk golongan yang tidak bekerja pada usia
pensiun dan berada pada usia produktif.

Universitas Sumatera Utara