Analisis Usaha Ternak Domba Rakyat di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan umum Kecamatan Percut Sei Tuan
Kecamatan Percut Sei Tuan dapat digambarkan melalui beberapa
pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :
a. Geografis
Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 km² yang
terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. Pusat Pemerintahannya berkedudukan di
Jalan Medan-Batang Kuis Desa Bandar Klippah. Sebelah utara berbatasan dengan
Selat Malaka, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis danPantai
Labu, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli dan Kota sebelah
selatan berbatasan dengan kota (Badan Pusat Statistik, 2013).
b. Iklim
Kabupaten Deli Serdang beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan yang paling berpengaruh
biasanya berlangsung pada bulan Januari, April, Mei, September, Oktober,
November, dan Desember setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli
Serdang).Lima Desa dari wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan
ketinggian dari permukaan air laut berkisar dari 10-20 m dengan curah hujan ratarata 234 persen (Badan Pusat Statistik, 2013).

Universitas Sumatera Utara


c. Usaha Domba
Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu daerah penyebaran
populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensi baik untuk
dikembangkan populasi ternak domba menjadi lebih baik lagi karena kawasan
tersebut termasuk salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Utara yang
perkembangan populasi ternak dombanya pada tahun 2013 di Kecamatan Sei
Tuan mencapai 5.248 ekor (Badan Pusat Statistik, 2013).
Tabel 1. Populasi ternak domba di Kecamatan Sei Tuan berdasarkan ekor selama
4 tahun (2010-2013).
No. Desa/Kelurahan

Jumlah Domba (ekor)
2010

1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Amplas
211
Kenangan
Tembung
136

Sumber Rejo Timur
296
Sei Rotan
416
Bandar Klippa
364
Bandar Khalipah
54
Medan Estate
Laut Dendang
270
Sampali
327
Bandar Setia
274
Kolam
245
Saentis
347 316
Cinta Rakyat

363
Cinta Damai
209
Pematang Lalang
33
Percut
320
Tanjung Rejo
195
Tanjung Selamat
327
Kenangan Baru
-

2011

84
287
364
288

63
296
369
252
298
345
341
45
231

2012 2013

195
160
- 78
70
264
265
378
370

331
333
20
28
154
156
378
380
1,200
1,209
310
315
346
362
364
245
260
59
61
317

402
218
216
316
315
-

157

261
400
317
-

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2010-2013

Universitas Sumatera Utara

Ternak domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak
ruminansia kecil, dan merupakan hewan mamalia menyusui anaknya. Disamping

penghasil daging yang baik, domba dan kambing juga menghasilkan kulit yang
dapat

di

manfaatkan untuk berbagai

macam

keperluan

industri

kulit

(Cahyono, 1998).
Menurut Murtidjo (1993), potensi ekonomi ternak domba sebagai
lapangan usaha memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ternak besar
lain yakni :



Ternak domba relatif kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak
domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi.



Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaanya
tidak memerlukan lahan yang luas




Investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif kecil
Modal usaha untuk ternak domba lebih cepat berputar dibanding dengan
jenis ternak ruminansia besar yang lain



Domba memiliki sifat suka bergerombol sehingga memudahkan dalam
pemeliharaanya.

Keberhasilan usaha peternakan domba tidak terbatas pada usaha

pengembalaan populasi ternak yang dipelihara. Perawatan dan pengawasan
terhadap kemungkinan serangan penyakit perlu mendapat perhatian yang serius.
Penyakit yang sulit ditanggulangi atau disembuhkan serta berbahaya bagi ternak
yang lain harus dijauhkan. Dari segi ekonomi, apabila biaya pengobatan lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi daripada nilai ternaknya, maka dianjurkan dijual sebagai ternak potong
(Sodiq dan Abidin, 2002).
Usaha Peternakan Rakyat
a. Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan intensif yaitu domba yang dipelihara dilakukan
secara intensif dengan membutuhkan perhatian penuh dari pemiliknya, berupa
kegiatan rutin sehari-hari dan kegiatan insidental. Seumur hidup ternak berada di
kandang dan tidak bisa berkeliaran kemana-mana (Mulyono dan Sarwono, 2007).
Sistem pemeliharaan semi-intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak
domba dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik,
dalam kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh dan baik dalam kondisi

tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak domba yang
dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk
dipotong dengan mengurus ternak domba selama sehari penuh. Dalam hal ini
pemilik sudah mulai menjaga kebersihan kandang memberikan obat-obatan dan
kosentrat sebagai tambahan makanan (Mulyono dan Sarwono, 2007).
Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak domba secara
tradisional yaitu campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir
tidak ada. Domba dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan
pengembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput
dan sumber pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, domba menyukai pakan dari
tanaman di daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

b. Sistem Perkandangan
Kontruksi kandang menurut Sugeng (2000), harus dibangun dengan
perencanaan yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak sebab
bangunan kandang erat hubunganya dengan kehidupan ternak.Sehubungan dengan
kebutuhan hidup ternak untuk beradaptasi, maka perencanaan bangunan kandang
yang perlu diperhatikan adalah: iklim setempat, kontruksi dan bahan pembuatan
bangunan tersebut.
c. Pakan
Kualitas pakan alamidan kosentrat yang diberikan kepada domba harus
diperhatikan. Pastikan bahwa kualitas pakan sesuaidengan kebutuhan domba dan
tidak mengandung bahan yang dapat membahayakan. Pakan alami berupa
rerumputan dapat diberian dalam kondisi segar setelah dicacah terlebih dahulu.
Rumput sebaiknya diambil setiap hari dari lahan agar domba bisa mendapatkan
pakan yang masih segar (Harianto, 2010).
Pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan, pada
umumnya

ternak

hanya

diberikan

makanan

hijauan

dengancara

mengembalakannya dilapangan atau diarit untuk diberikan pada ternaknya. Pada
umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat
pemeliharaan rumput hijauan makanan ternak secara khusus untuk makanan
ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Universitas Sumatera Utara

d. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Penyakit yang sering timbul pada ternak ruminansia biasanya dibagi atas
empat macam yaitu :
1. Eksternal parasit
2. Internal parasit
3. Penyakit Menular
4. Penyakit tidak Menular
Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih penting dari pada
mengobati, oleh karena itu maka parapeternak selalu menjaga kesehatan daripada
mengobatinya melalui sanitasi yang baik, penyemprotan dengan desifektan dan
vaksinasi secara teratur. Ternak-ternak akan mudah tertular penyakit bila
manajemennya kurang baik (Abidin dan Simanjuntak, 1997).
e. Pemasaran
Menjual domba bisa berupa domba hidup, seperti menjual bakalan untuk
penggemukan, bakalan untuk pembibitan, atau domba hasil penggemukan. Bisa
juga menjual dalam bentuk karkas atau daging domba. Dalam praktisnya,
penjualan domba dari peternakan tidak langsung ke konsumen akhir tetapi
melewati beberapa saluran pemasaran (Bagus, 2010).
Penambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan
masyarakat tentang giji berpengaruh terhadap pola komsumsi masyarakat kearah
gizi berimbang sehingga memberikanpeluang pemasaran hasil-hasil peternakan.
Disamping itu, terbukanya perdagangan internasional mengakibatkan
kemungkinan ekspor ternak akan semakin meningkat bila diikuti peningkatan
kualitas (Gunawan et al., 1993

Universitas Sumatera Utara

Pembiayaan Pendapatan dari Usaha Ternak Domba
Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah nilai dari semua pengorbanan ekonoomi yang
diperlukan, yang tidak dapat dihindari, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk
mengasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Biaya produk adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mengasilkan
produk yang dinilai dengan uang atau dengan pengertian lain biaya produksi
adalah besarnya nilai pengeluaran (Siregar, 2009).
Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik
fakto-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani/peternak
dalam proses produksi baik secara tunai maupun tidak tunai (Daniel, 2002).
Rasyaf (1995) biaya produksi dalam usaha peternakan di bagi atas dua bagian
utama yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang
harus dikeluarkan misalnya gaji pegawai bulanan, penyusutan, bunga atas modal,
pajak bumi dan bangunan dan lain-lain.
Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu,
sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah - ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999)

Universitas Sumatera Utara

Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan
selama priode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan
dikurangi dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).
Untuk mempertimbangkan biaya dan pendapatan dalam usahatani
diperlukan beberapa pengertian. Pendapatan kotor atau penerimaan adalah seluruh
pendapatan yang diperolehusahatani selama priode diperhitungkan dari hasil
penjualan dan penaksiran kembali (Hadisapoetra, 1973)
Menurut nuegroho, et al (1991), menyatakan bahwa pendapatan usaha
ternak menggambarkan imbalanyang diperoleh keluarga petani dari penggunaan
faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan kedalam
usaha tersebut. Pendapatan bersih usaha tani merupakan selisih antara pendapatan
kantor dan pengeluaran total tanpa memperhitungkan tenaga kerja keluarga
petani, bunga modal sendiri dan pinjaman. Analisis pendapatan dapat memberikan
bantuan untuk menukur keberhasilan usaha dan dapat digunakanuntuk
mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun.
Analisis Usaha
Analisis usaha ternak merupakan suatu kegiatan yang penting bagi suatu
usaha ternak komersial. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langka pemecahan
berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik
tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat
digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha

Universitas Sumatera Utara

atau memperbesar skala usaha. Hermanto (1996),menyatakan bahwa analisis
usaha yang dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.
Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :
1. arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional
2. neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal
3. pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan labarugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).
Soeharjo dan patong (1973) menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan
diperlukan keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan penegeluaran selama
jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis
pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaaan akan
datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk
mengukur keberhasilan suatu usaha.

Universitas Sumatera Utara