Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK

Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

SKRIPSI

Oleh : RIKI SUHARDA

100304057 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK

Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

SKRIPSI

Oleh : RIKI SUHARDA

100304057 AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Ir.Hj.Lily Fauzia, M.Si Emalisa, S.P., M.Si

NIP : 196308221988032003 NIP : 197211181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

RIKI SUHARDA (100304057) dengan judul skripsi “Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik ( Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Emalisa, S.P, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ketersediaan input produksi usaha ternak itik, mengetahui pendapatan peternak itik serta mengetahui kelayakan usaha ternak itik di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif, analisis pendapatan dan analisis kelayakan dengan menggunakan kriteria R/C ratio, Break Even Point dan Return of Investment. Sampel ditentukan dengan metode sensus yaitu 23 sampel. Lokasi penentuan lokasi penelitan dilakukan secara sengaja (purposive). Dari penelitian diperoleh hasil bahwa input produksi tersedia di daerah penelitian dengan rincian dari segi harga cukup terjangkau, kualitas cukup baik, jumlah cukup memenuhi dan sangat tersedia ketika dibutuhkan, pendapatan rata-rata peternak itik di daerah penelitian dalam satu kali proses produksi (2 tahun) untuk 100 ekor itik adalah Rp 7.360.913, serta usaha ternak layak dilakukan di daerah penelitian karena indikator-indikator kelayakan sudah terpenuhi dengan rincian nilai R/C ratio 1,18, BEP produksi telur 31.712 butir, BEP harga telur Rp 1.179 dan ROI 18%..


(4)

RIWAYAT HIDUP

RIKI SUHARDA dilahirkan di Medan pada tanggal 22 Oktober 1991. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari Bapak Wazirman dan Ibu Nurlina Damanik.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut:

Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 064985 Medan, masuk pada tahun 1997 dan tamat tahun 2003.

Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 18 Medan, masuk pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006.

Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Swasta Kartika 1 Medan, masuk pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009.

Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk tahun 2010 dan tamat pada tahun 2015.

Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Beras Basah, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2014.

Mengadakan penelitian skripsi di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2014.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis penjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya, serta segala kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang telah dianugerahkan-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan skripsi yang berjudul ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan beserta Pembantu Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat universitas dan fakultas.

Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, sebagai ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.

Bapak Dr.Ir Satia Negara Lubis, MS, sebagai sekretaris Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.

Ibu Ir.Hj. Lily Fauzia, M.Si, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Ibu Emalisa, S.P., M.Si, sebagai anggota komisi pembimbing yang juga telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam pengerjaan tugas akhir ini.

Seluruh dosen di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis selama Penulis menjadi mahasiswa.


(6)

Ayahanda tercinta Wazirman dan Ibunda Nurlina Damanik serta abang Seppryalin, yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu seluruh proses administrasi.

Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2010 khususnya teman-teman dengan minat PKP yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Desa Percut dan seluruh sampel peternak itik tempat penulis melakukan penelitian.

Akhirnya penulis mendoakan kiranya Allah SWT menerima seluruh amal dan ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda, semoga segala usah dan niat baik yang kita lakukan mendapat ridha Allah SWT.

Sebagai sebuah karya ilmiah, skripsi ini masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki Penulis. Masukan dan saran akan sangat berarti agar skripsi ini dapat dikembangkan dengan penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2015


(7)

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 13

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

2.4 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 21

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4 Metode Analisis Data ... 24

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 27

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

4.2 Karakteristik Peternak Sampel ... 35

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi ... 37

5.2 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Itik ... 42

5.3 Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik ... 44

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman Tabel 1.1 Populasi Ternak Itik per Kabupaten/Kota di Sumatera

Utara tahun 2013 ... 2 Tabel 1.2 Populasi dan Produksi Ternak Itik Kabupaten Deli Serdang

per Kecamatan Tahun 2013 ... 4

Tabel 3.1 Populasi dan Produksi Ternak Itik Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 22

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 ... 30 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Kelompok Umur

Tahun 2008 ... 31 Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana di Desa Percut ... 34 Tabel 4.6 Karakteristik Peternak Sampel di Daerah Penlitian Tahun 2014 .. 35 Tabel 5.1 Pendapat Peternak Mengenai Harga Input Usaha Ternak Itik di

Daerah Penelitian ... 37

Tabel 5.2 Pendapat Peternak Mengenai Kualitas Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian ... 39

Tabel 5.3 Pendapat Peternak Mengenai Jumlah Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian ... 40

Tabel 5.4 Pendapat Peternak Mengenai Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian berdasarkan Waktu... 41 Tabel 5.5 Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Ternak Itik Per Periode di

Daerah Penelitian untuk 100 Ekor Itik ... 42


(10)

Tabel 5.6 Rata-Rata Total Penerimaan Usaha Ternak Itik per Periode Di

Daerah Penelitian untuk 100 Ekor Itik ... 43 Tabel 5.7 Rata-Rata Total Pendapatan Usaha Ternak Itik per Periode Di

Daerah Penelitian untuk 100 Ekor Itik ... 44 Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Kelayakan Usaha Ternak Itik Tanpa Biaya


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Kurva BEP ... 14 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ... 18


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman Lampiran 1 Karakteristik Peternak Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2014 Lampiran 2 Ketersediaan Input Produksi Menurut Sampel Penelitian

Tahun 2014 ... Lampiran 3 Biaya Bibit Usaha Ternak per Periode (2 tahun) di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 4 Biaya Pakan Usaha Ternak per Periode (2 tahun) di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 5 Biaya Sekam Usaha Ternak per Periode (2 tahun) di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 6 Biaya Obat/Vitamin Usaha Ternak per Periode (2 tahun) di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 7 Biaya Transportasi Usaha Ternak per Periode (2 tahun) di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 8 Biaya Listrik dan Air Usaha Ternak per Periode (2 tahun) di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 9 Biaya Penyusutan Kandang per Periode (2 tahun) di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 10 Rincian Biaya Penyusutan Peralatan per Periode di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 11 Biaya Penyusutan Peralatan per Periode (2 tahun) di Daerah

Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 12 Total Biaya Upah Tenaga Kerja Usaha Ternak Itik per Periode di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 13 Hasil Produksi Telur Usaha Ternak Itik Per Periode di Daerah Penelitian Tahun 2014 ... Lampiran 14 Hasil Produksi Daging Afkir Usaha Ternak Itik Per Periode di Daerah Penelitian Tahun 2014 ...


(13)

DAFTAR SINGKATAN

BPS = Badan Pusat Statistik DOD =

R/C = Revenue/Cost

BEP = Break Event Point

ROI = Return of Investment

SD = Sekolah Dasar

SMP = Sekolah Menengah Pertama SMA = Sekolah Menengah Atas


(14)

ABSTRAK

RIKI SUHARDA (100304057) dengan judul skripsi “Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik ( Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Emalisa, S.P, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ketersediaan input produksi usaha ternak itik, mengetahui pendapatan peternak itik serta mengetahui kelayakan usaha ternak itik di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif, analisis pendapatan dan analisis kelayakan dengan menggunakan kriteria R/C ratio, Break Even Point dan Return of Investment. Sampel ditentukan dengan metode sensus yaitu 23 sampel. Lokasi penentuan lokasi penelitan dilakukan secara sengaja (purposive). Dari penelitian diperoleh hasil bahwa input produksi tersedia di daerah penelitian dengan rincian dari segi harga cukup terjangkau, kualitas cukup baik, jumlah cukup memenuhi dan sangat tersedia ketika dibutuhkan, pendapatan rata-rata peternak itik di daerah penelitian dalam satu kali proses produksi (2 tahun) untuk 100 ekor itik adalah Rp 7.360.913, serta usaha ternak layak dilakukan di daerah penelitian karena indikator-indikator kelayakan sudah terpenuhi dengan rincian nilai R/C ratio 1,18, BEP produksi telur 31.712 butir, BEP harga telur Rp 1.179 dan ROI 18%..


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir usaha peternakan itik semakin banyak diminati sebagai salah satu alternatif usaha peternakan unggas yang menguntungkan. Semakin banyak masyarakat yang memilih itik sebagai sarana investasi dan sumber pendapatan, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai pendapatan utama. Besarnya peluang ternak unggas ini tentu sebagai alasan utamanya, baik beternak itik petelur, pedaging, pembibitan (penetasan), hingga usaha di sisi hilir yaitu pembuatan telur asin.

Sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, usaha pemeliharaan itik telah dikenal di Indonesia untuk diambil telurnya terutama di pedesaan yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Dewasa ini daging itik juga mulai banyak digemari. Banyak rumah makan menyediakan daging itik sebagai menu utamanya. Mulai dari pedagang kaki lima di pinggir jalan sampai hotel-hotel mewah cukup banyak yang menyediakan olahan itik dengan berbagai variasi masakan. Dan peluang ekspor pun terbuka lebar. Permintaan daging itik banyak berasal dari negara-negara Asia seperti Singapura dan Korea. Sementara itu permintaan telur itik datang dari Timur Tengah.

Berdasarkan penelitian oleh Balai Pembibitan Ternak Departemen Pertanian tahun 2008, kebutuhan daging dan telur itik terus meningkat. Pada tahun 2010, kebutuhan daging itik diperkirakan mencapai 14,3 ribu ton. Sementara itu, pasokan dari seluruh peternakan itik hanya 6,4 ribu ton. Sedangkan kebutuhan telur itik pada tahun yang sama mencapai 193 ribu ton sementara pasokannnya hanya 143 ribu ton. Hal ini tentu merupakan sebuah peluang untuk munculnya peternak itik yang baru dan tantangan bagi peternak itik yang sudah ada untuk meningkatkan produksinya (Wakhid, 2010).


(16)

Peluang investasi agribisnis itik ini cukup menarik minat masyarakat untuk membuka usaha ini. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyak dibangunnya usaha ternak itik baik yang peternakan rakyat maupun perusahaan peternakan. Di Sumatera Utara sendiri produksi ternak itik tertinggi adalah di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat di Tabel 1.1 yang merupakan data dari Sensus Pertanian 2013.

Tabel 1.1. Populasi Ternak Itik per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2013

No. Kabupaten/Kota Populasi Ternak (Ekor)

1 Nias 1.710

2 Mandailing Natal 28.334

3 Tapanuli Selatan 19.846

4 Tapanuli Tengah 18.401

5 Tapanuli Utara 24.870

6 Toba Samosir 38.216

7 Labuhan Batu 17.237

8 Asahan 45.334

9 Simalungun 64.891

10 Dairi 9.837

11 Karo 25.259

12 Deli Serdang 319.168

13 Langkat 181.250

14 Nias Selatan 4.481

15 Humbang Hasundutan 10.101

16 Pakpak Bharat 2.124

17 Samosir 4.703

18 Serdang Bedagai 238.901

19 Batu Bara 42.177

Sambungan Tabel 1.1. Populasi Ternak Itik per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2013

No. Kabupaten/Kota Populasi Ternak (Ekor)

20 Batu Bara 42.177

21 Padang Lawas Utara 8.057

22 Padang Lawas 9.037

23 Labuhan Batu Selatan 24.381

24 Labuhan Batu Utara 29.064

25 Nias Utara 524


(17)

27 Kota Sibolga 739

28 Kota Tanjung Balai 6.69

29 Kota Pematang Siantar 3.305

30 Kota Tebing Tinggi 8.146

31 Kota Medan 100.739

32 Kota Binjai 12.911

33 Kota Padangsidimpuan 10.923

34 Kota Gunungsitoli 1.709

Jumlah 1.313.263

Sumber: BPS SUMUT Sensus Pertanian 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah produksi ternak itik di Kabupaten Deli Serdang adalah 319.168 ekor. Jumlah yang cukup besar dibanding dengan wilayah lainnya di Sumatera Utara.

Sementara itu berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan daerah dengan populasi ternak itik terbanyak di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 56.990 ekor.


(18)

Tabel 1.2. Populasi dan Produksi Ternak Itik Kabupaten Deli Serdang per Kecamatan Tahun 2013

No. Kecamatan Populasi Ternak

(Ekor)

Produksi

Daging (Kg) Telur (Butir)

1 Gunung Meriah 2959 195 3579

2 STM Hulu 1987 - 472

3 Sibolangit 18506 4537 50282

4 Kutalimbaru 11999 - 183196

5 Pancur Batu 2827 202 17201

6 Namorambe 30523 6915 8837

7 Biru-Biru 4298 254 -

8 STM Hilir 3512 886 26386

9 Bangun Purba - - -

10 Galang 2779 2097 -

11 Tanjung Morawa 10025 1616 35514

12 Patumbak 5714 - 33307

13 Deli Tua 13668 - 12240

14 Sunggal 1542 119 14862

15 Hamparan Perak

16 Labuhan Deli 16097 3031 998400

17 Percut Sei Tuan 56960 3917 100356

18 Batang Kuis 7696 428 3469

19 Pantai Labu 56271 2033 553947

20 Beringin 38567 2296 13632

21 Lubuk Pakam 2177 1095 473

22 Pagar Merbau 5927 1742 11586

Jumlah 348843 43849 2204884

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

Jumlah populasi itik yang besar mencerminkan usaha peternakan itik ini telah berkembang dengan pesatnya. Fenomena yang terjadi dalam usaha ternak itik secara umum adalah bahwa disamping prospeknya yang cerah tetapi usaha ini juga memerlukan biaya yang tinggi untuk tiap periode produksinya. Biaya yang paling banyak adalah biaya pakan ternak. Karena itu diperlukan biaya investasi yang cukup besar.

Dengan mengetahui adanya biaya investasi yang cukup besar itu, perlu juga diketahui besarnya tingkat keuntungan dari usaha ini. Dengan demikian dapat diketahui layak atau tidaknya usaha ini. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah untuk mengetahui kelayakan usaha ternak itik.


(19)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana ketersediaan input produksi usaha ternak itik di daerah penelitian? Bagaimana pendapatan usaha ternak itik di daerah penelitian?

Bagaimana kelayakan usaha ternak itik di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:

Mengidentifikasi ketersediaan input produksi usaha ternak itik di daerah penelitian. Mengetahui pendapatan usaha ternak itik di daerah penelitian.

Mengetahui kelayakan usaha ternak itik di daerah penelitian.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat/kegunaan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:

Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi pihak yang membutuhkan dalam mengembangkan usaha ternak itik.


(20)

Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait khususnya pemerintah pertanian Kabupaten Deli Serdang, dalam membuat kebijakan-kebijakan baru untuk meningkatkan produksi itik.

Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para akademisi maupun masyarakat umum yang tertarik pada topik ini.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Mengenal Itik

Itik adalah nama umum untuk spesies daripada famili Anatidae dan kelas burung. Itik pada dasarnya adalah burung akuatik, lebih kecil daripada saudaranya yaitu joyinah dan angsa. Habitat itik adalah di darat namun menyukai perairan. Itik dipelihara untuk daging atau telurnya. Kebanyakan itik mempunyai paruh yang rata dan lebar untuk menyudu. Itik makan berbagai jenis makanan seperti rumput, tumbuhan akuatik, ikan, serangga, amfibi kecil, cacing dan moluska kecil (Anonimousa, 2014).

Sedangkan taksonomi itik sendiri dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Anseriformes

Famili : Anatidae

Masyarakat sebenarnya lebih mengenal itik dengan sebutan bebek. Nenek moyangnya merupakan Anas moscha, yakni itik liar yang berasal dari Amerika Utara. Itik pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh orang India pada abad ke-7 terutama di Pulau Jawa melalui jalur perdagangan.


(22)

Selanjutnya, dalam pustaka sejarah tercatat bahwa penyebaran itik berjalan sangat pesat, terutama pada zaman keemasan Majapahit yang kemudian menjadi awal permulaan penyebaran dan pengembangan ternak itik di wilayah lain di Indonesia, seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Bali. Saat ini ternak banyak terpusat dibeberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera (bagian utara dan selatan), Pulau Jawa (Cirebon-Jabar, Brebes, Tegal-Jateng, Mojosari Jawa Tengah), Kalimantan (Alabio HSU-Kalsel), Sulawesi Selatan, dan Bali (Feli dan Harianto, 2012).

Secara keseluruhan tubuh itik berlekuk dan lebar, dan memiliki leher yang relatif panjang, meski tidak sepanjang angsa dan angsa berleher pendek. Bentuk tubuh itik bervariasi dan umumnya

membulat. Paruhnya berbentuk lebar dan mengandung lamallaer yang berguna sebagai

penyaring makanan. Pada spesies penangkap ikan, paruhnya berbentuk lebih panjang dan lebih kuat. Kakinya yang bersisik kuat dan terbentuk dengan baik dan umumnya berada jauh dibelakang tubuh, yang umum terdapat pada burung akuatik. Sayapnya pada umumnya sangat pendek. Penerbangan itik membutuhkan kepakan berkelanjutan sehingga membutuhkan otot sayap yang kuat (Anonimousb, 2014).

Menurut tujuan utama pemeliharannya, ternak itik sebagaimana ternak ayam dibagi dalam menjadi 3 golongan, yaitu:

Itik tipe pedaging Itik tipe penelur

Itik tipe ornamen (hiasan)

Itik yang termasuk dalam golongan tipe pedaging biasanya mempunyai sifat-sifat pertumbuhan yang cepat serta struktur perdagingan yang baik. Bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah:


(23)

Salah satu bangsa itik potong yang paling populer di Inggris. Produksi telurnya rendah hanya mencapai kira-kira 100 butir per tahun. Karena ukuran badannya yang besar maka kemampuannya untuk kawin juga terbatas. Seekor pejantan umumnya hanya untuk 3 ekor betina saja. Itik dewasa jantan dapat mencapai berat badan lebih kurang 10 lbs (4,5 kg), sedangkan betina dewasa mencapai berat 9 lbs (4 kg). Karena berat jantan dan betina hampir sama maka bangsa itik ini cocok sebagai tipe pedaging.

Cayuga

Bangsa itik ini bulunya berwarna hitam dengan kaki berwarna kuning atau coklat. Karena bulunya berwarna hitam, maka karkasnya terkesan kebiruan, sehingga kurang disukai konsumen untuk dimakan. Namun jenis itik terlihat sangat atraktif ketika berada diair karena warnya yang menarik. Berasal dari danau Cayuga, bagian New York, Amerika Serikat. Berat jantan dewas bisa mencapai 7 lbs (3 kg).

Orpingan

Selain sebagai itik pedaging, jenis itik ini juga dikenal sebagai itik penelur yang cukup baik. Produksi telurnya setahun dapat mencapai 240 butir. Berat standar antara jantan dan betina hampir sama yaitu antara 6-7 lbs (2,7-3kg).

Muskovi

Itik ini termasuk golongan unggas air namun kehidupan itik ini lebih bersifat terestrial (di daratan) tidak seperti jenis unggas air yang lain. Badannya termasuk berukuran besar dengan posisi berdiri yang hampir mendatar (horizontal). Pergerakan di darat lamban, tetapi sekali-kali dapat terbang dengan jarak yang cukup jauh.

Peking

Bangsa itik ini berasal dari dataran China dan di Amerika bangsa itik dikembangkan menjadi ternak potong yang sangat populer dan digemari. Itik ini mempunyai kapasitas produksi telur


(24)

antara 110-130 butir pertahun. Dibandingkan dengan jenis itik pedaging yang lain, fertilitas telurnya termasuk cukup baik. Seekor pejantan cocok untuk mengawini kira-kira 6 betina.

Rouen

Bangsa itik ini memiliki bulu dengan warna yang sangat menarik. Itik ini berasal dan dikembangkan di Prancis untuk tujuan produksi daging. Produksi telurnya rendah, demikian pula fertilitasnya tidak terlalu tinggi.

Sementara itu, bangsa-bangsa itik yang termasuk dalam golongan penelur biasanya badannya lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging. Bangsa itik yang termasuk dalam golongan ini adalah:

Campbell

Itik bangsa Campbell termasuk itik yang mempunyai kegunaan ganda yaitu sebagai penghasil telur dan daging. Namun peranannya sebagai itik penelur lebih menonjol. Salah satu varietas itik ini yang paling menonjol adalah itik Khaki Campbell yang beberapa diantaranya mampu memprdouksi telur hingga 365 butir per tahun, dengan rata-rata 300 telur per tahun.

Indian Runner

Bangsa itik ini sangat terkenal sebagai penghasil telur. Dipercaya berasal dari Asia Tenggara. Penyebarannya saat ini cukup luas termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dan terlebih-lebih daerah Indo Cina. Karakteristik yang paling menonjol adalah sikap berdiri yang hampir tegak. Hampir seluruh populasi itik asli Indonesia adalah anggota bangsa Indian Runner, diantaranya yang saat ini sudah populer dan dikenal adalah jenis itik Tegal, itik Alabio dan itik Bali.


(25)

Selain daripada jenis itik diatas ada juga itik yang termasuk dalam golongan itik tipe ornamen atau itik yang dipelihara untuk hiasan karena mempunyai warna bulu yang menarik. Yang termasuk dalam golongan ini adalah:

Calls East India Mallard

Mandarin

Wood duck (Srigandono, 1997). Budidaya Itik di Indonesia

Itik Indonesia terkenal produktif. Walaupun agak lebih rendah dibanding dengan produktifitas itik Khaki Campbell, tetapi lebih baik dari jenis itik lain yang berkembang di banyak negara. Produksi rata-rata itik Indonesia mencapai 250 butir telur/ekor/tahun. Beternak itik ditekankan pada produksi telurnya, sebab secara ekonomis lebih mengungtungkan. Itulah sebabnya selalu diupayakan agar itik mampu bertelur sebanyak-banyaknya. Untuk tujuan tersebut, persyaratan tentang penyediaan bibit, pengelolaan kandang, pemeliharaan, dan pengendalian penyakit harus diperhatikan (Djarijah, 1996).

Selama ini, kebanyakan pola pemeliharaan itik masih terpaku pada cara tradisonal yaitu dengan pengembalaan yang dilakukan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam cara ini kebutuhan pakan sepenuhnya digantungkan pada alam di areal penggembalaan. Lahan yang sering kali digunakan sebagai areal penggembalaan adalah sawah yang baru dipanen. Pola ini sudah lama dilakukan masyarakat secara turun temurun, terutama di daerah pedesaan. Akibatnya hingga kini masih banyak tertanam persepsi-persepsi negatif di masyarakat dan akhirnya memunculkan pemahaman yang keliru mengenai dunia peritikan pada umunya maupun pemeliharaan itik sebagai unit usaha (Agus, 2001).


(26)

Dilihat dari segmentasinya, ragam bisnis itik di Indonesia dapat dibagi menjadi empat golongan besar, yaitu produksi, pasca produksi, jasa pemasaran atau perdagangan, dan prasarana. Keempat segmen bisnis ini dapat menjadi usaha maupun spesialisai. Usaha di bidang produksi diantaranya adalah usaha ternak itik petelur, pedaging, penghasil telur tetas dan DOD. Di bidang pasca produksi seperti usaha telur asin, rumah potong itik dan bulu itik. Di bidang jasa pemasaran seperti usaha perdaganan produk telur dan bibit itik. Sementara di bidang sarana dan prasarana diantaranya adalah usaha pakan (Widjaja, 2003).

Landasan Teori

2.2.1. Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari (Resya, 2011).

Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyek/usaha, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investment Criteria/kriteria kelayakan, seperti:

R/C Ratio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut. (Soekartawi, 2000).


(27)

Break Even Point (BEP)

Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya).

Pada dasarnya, sebuah usaha dinyatakan layak apabila penjualan atau produksi melebihi penjualan atau produksi pada saat mencapai titik impas, maka usaha tersebut telah mendatangkan keuntungan sehingga layak untuk diusahakan (Soekartawi,2000).

Dengan menggunakan kurva, BEP dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kurva BEP

Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa break even adalah titik potong antara jumlah biaya (cost) dengan jumlah penerimaan (income).


(28)

Return of Investment merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. ROI merupakan analisis keuntungan usaha ternak itik petelur berkaitan dengan modal yang telah dikeluarkan. Nilai ROI diperoleh dengan cara keuntungan usaha tani ternak itik selama pemeliharaan dibagi dengan modal yang telah dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dari perputaran modal.

Return of Investment (ROI) adalah kemampuan peternak itik petelur untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan (Harmaizar, 2006).


(29)

2.2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Suci Andanawari A. Setiadi L. D. Mahfud tahun 2013 dengan judul “Analisis Break Even Point (BEP) Usaha Peternakan Itik Di Kota Tegal Dan Kabupaten Brebes” diperoleh kesimpulan bahwa BEP harga untuk usaha peternakan itik di Kota Tegal dan Kabupaten Brebes adalah sebesar Rp 3.260.021,91 per bulan, atau penjualan minimal adalah 99 butir telur per hari, dengan rerata harga telur Rp 1.100,00 per butir. BEP unit usaha peternakan itik di Kota Tegal dan Kabupaten Brebes adalah pemeliharaan 142 ekor itik, dengan persentase produksi telur 70% total pemeliharaan..

Penelitian yang dilakukan oleh Dwianto Andreas tahun 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Teknis Dan Finansial Terhadap Pendirian Usaha Ternak Itik Pedaging Jenis Hibrida Di Kabupaten Malang” diperoleh bahwa berdasarkan studi tentang aspek teknis dan keuangan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peternakan dari 1.000 daging bebek layak untuk diusahakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rumiyadi, Sri Suratiningsih tahun 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Petelur Di Kecamatan Godong” diperoleh bahwa pendapatan usaha ternak itik petelur sebesar Rp.19.928.442,-/satuan ternak/tahun menunjukan usaha ternak itik petelur ini menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Pada analisis kelayakan usaha perolehan hasil analisis usaha ternak itik petelur adalah RCR 2,25 dan BEP (Rp) : Rp. 482,- dengan harga riil Rp.1.100,-, BEP sebesar 11.813 butir telur dengan jumlah riilnya 27.064 butir telur, BEP sebesar Rp 12.994.419,- dengan jumlah riilnya Rp.32.922.862,- dan nilai ROI sebesar 168% pertahun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp.19.928.442,-/satuan ternak/tahun. Analisis usaha ternak itik petelur layak untuk diusahakan.


(30)

2.3. Kerangka Pemikiran

Secara ringkas, dapat digambarkan pada gambar skema berikut ini:

Keterangan:

= Ada Pengaruh

Peneri Usaha

Produ

Petern Input Produksi:

-Bibit

-Pakan

-Obat-Obatan dan Vitamin

-Peralatan dan Perlengkapan

-Listrik dan Air

-Transportasi Tenaga Kerja

Biaya Produ

Har

Pendapatan Usaha Ternak Itik

Analisis Kelayakan

Layak Tidak


(31)

Desa Percut merupakan daerah yang memiliki produksi itik cukup besar di Sumatera Utara. Disini para peternak banyak mengusahakan pemeliharaan ternak itik sebagai penghasil telur dan daging afkir sebagai tambahan pendapatan. Pemilihan pemeliharaan ternak itik didasarkan pada keinginan dan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dan usaha yang dilakukan bisa berkembang dengan baik. Usaha ternak itik dilakukan peternak di daerah penelitian dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan produksi yang diinginkan. Untuk menghasilkan produksi diperlukan sarana, prasarana termasuk modal dan input produksi. Input produksi yang dikeluarkan dalam usaha ternak itik di daerah penelitian meliputi biaya bibit, pakan, peralatan, obat-obatan, listrik, air dan tenaga kerja yang akan mempengaruhi produksi dari usaha ternak itik yang bersangkutan. Ketersediaan input produksi di daerah penelitian dapat dikatakan cukup baik karena letak desa yang cukup dengan kota. Ketersediaan input ini tentu sangat mempengaruhi jumlah produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap jumlah penerimaan yang diperoleh peternak yang dipengaruhi juga oleh harga jual produk dimana penerimaan adalah jumlah produk dikalikan harga jual. Pendapatan yang diterima peternak merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya produksi. Usaha ternak itik dikatakan layak jika melalui analisis ekonomi diperoleh hasil layak. Adapun analisis yang digunakan untuk mengukur kelayakan ternak itik adalah BEP, R/C ratio


(32)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Input produksi untuk usaha ternak itik tersedia di daerah penelitian.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive Sampling, yaitu penentuan secara sengaja di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data Sensus Pertanian 2013, Deli Serdang merupakan Kabupaten dengan populasi ternak itik tertinggi di Sumatera Utara sebesar 319.968 ekor dan Percut Sei Tuan merupakan Kecamatan dengan jumlah populasi ternak itik terbanyak di Kabupaten Deli Serdang yaitu 56.990 ekor.

Pemilihan Desa Percut sendiri juga berlandaskan data statistik Dinas Pertanian Deli Serdang tahun 2013 yang menyebutkan bahwa populasi ternak itik desa tersebut terbesar di Kecamatan Percut Sei Tuan. Berikut ini adalah tabel populasi dan produksi ternak di Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2013.


(34)

Tabel 3.1 Populasi dan Produksi Ternak Itik Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

No. Desa Populasi Ternak (Ekor) Produksi

Jantan Betina Daging (Kg) Telur (Butir)

1 Amplas 306 1095 96 2231

2 Kenangan 495 1774 156 3614

3 Tembung 444 1661 145 3385

4 Sambe Rejo Tim 83 141 15 285

5 Sei Rotan 166 258 30 527

6 Bandar Klippa 22 198 14 404

7 Bandar Khalifah 25 256 20 523

8 Medan Estate 74 195 18 387

9 Laut Dendang 25 266 20 531

10 Sampali 321 2891 223 5972

11 Bandar Setia 10 112 10 264

12 Kolam 25 263 20 536

13 Saentis 121 530 44 1080

14 Civta Rakyat 100 1088 82 2216

15 Cinta Damai 595 1784 163 3635

16 Pematang Lalang 715 1597 159 3255

17 Percut 3315 31522 2399 64301

18 Tanjung Rejo 806 2556 230 5208

19 Tanjung Selamat 87 922 73 1886

20 Kenaga Baru 22 94 - 117

Jumlah 7757 49203 3917 100357

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang

Seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Desa Percut pada tahun 2013 memiliki populasi ternak itik terbesar yaitu 34.867 ekor (penjumlahan jantan dan betina).

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dari penelitian adalah peternak itik yang berada di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei

Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Dari survey yang telah dilakukan diketahui bahwa jumlah

populasi peternak itik di lokasi penelitian adalah 23 KK. Berdasarkan hal tersebut, maka sampel ditentukan dengan metode sensus artinya seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 23 KK.


(35)

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi (pengamatan), daftar pertanyaan dan wawancara secara langsung dengan petani sampel di daerah penelitian, dan data sekunder diperoleh dari lembaga terkait seperti BPS Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Kantor Kepala Desa Percut dan lembaga instansi terkait lainnya.

Penulisan skripsi ini disusun dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam metode. Adapun tahapan yang dilalui adalah sebagai berikut :

Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti dalam hal ini adalah peternak itik di Desa Percut.

Wawancara, yaitu dengan menggunakan kuesioner atau wawancara langsung dengan para peternak itik di Desa Percut.

Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data berupa teori-teori yang diperoleh dari literatur-literatur (referensi) yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

Dokumentasi, penelitian ini juga menggunakan alat pengumpulan data dengan dokumentasi. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian adalah tentang peternak itik

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 (Hipotesis 1) diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input produksi di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah 2 (Hipotesis 2) diuji dengan menggunakan rumus: Pendapatan usaha ternak

Penerimaan Usaha Ternak


(36)

Keterangan:

TR = Total penerimaan (total revenue) (Rp) Y = Total produksi yang diperoleh (Kg) Py = Harga jual (Rp)

Biaya Produksi Usaha Ternak

��

=

��

+

��

Keterangan:

TC = Total biaya (Rp) FC= Biaya tetap (Rp) VC=Biaya variabel (Rp)


(37)

Maka pendapatan usaha ternak dapat dihitung dengan rumus:

��

=

�� − ��

Dimana:

Pd= Pendapatan usaha ternak (Rp)

TR= Total penerimaan (total revenue) (Rp) TC= Total biaya (total cost) (Rp)

Pendapatan usaha ternak dikatakan tinggi apabila pendapatan usaha ternak per hari lebih tinggi dari upah harian rata-rata yang ada di daerah penelitian

(Soekartawi, 2002).

Untuk identifikasi masalah 3 (Hipotesis 2) diuji dengan metode analisis BEP, R/C ratio, dan ROI (Return On Investment) yang mana mengidentifikasi kelayakan usaha ternak itik dilihat dari titik impas, jumlah pendapatan yang diterima, dan tingkat kembalinya modal.

1.BEP (Break Event Point)

BEP merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha mencapai titik impas, yaitu tidak untung dan tidak rugi.

�����������= ������������� (��)

��������� (��)

dan

��������= ������������� (��)


(38)

Kriteria penilaian BEP : Apabila penjualan atau produksi melebihi penjualan atau produksi pada saat mencapai titik impas, maka usaha tersebut telah mendatangkan keuntungan sehingga layak untuk diusahakan (Soekartawi, 2002).

2. R/C ratio

R/C ratio merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat pendapatan usaha terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Dirumuskan sebagai berikut:

�/������ =���������� (��)

���������� (��)

Kriteria uji: Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1). Semakin tinggi nilai R/C tingkat keuntungan suatu usaha semakin tinggi.

3. Return of Investment (ROI)

Fungsi analisis ROI (Return of Investment) adalah mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal yang diinvestasikan pada usaha tani.

��� =�������������ℎ� (��)

��������ℎ� (��) × 100%

Kriteria uji: Suatu usaha semakin layak diusahakan jika nilai ROI semakin mendekati angka 100%.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran penelitian maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :


(39)

Definisi dibuat untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, antara lain :

Peternak itik adalah peternak yang mengusahakan ternak itik di lokasi penelitian.

Produksi adalah semua hasil panen dari ternak itik berupa daging dan telur yang untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri.

Satu periode produksi adalah periode produksi itik selama 2 tahun yang terdiri dari bagian yaitu masa grower (7 bulan) sampai masa produksi atau menghasilkan telur (17 bulan).

Input produksi adalah faktor-faktor yang mendukung pengembangan usaha ternak itik di daerah penelitian seperti bibit, pakan, obat-obatan, peralatan, transportasi, listrik, air dan tenaga kerja. Ketersediaan input adalah kesiapan suatu sarana untuk dapat digunakan atau dioperasikan menurut jumlah, harga, kualitas serta waktu yang telah ditentukan terhadap kebutuhan produksi. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan usaha ternak itik selama masa produksi yang dihitung dalam satuan rupiah.

Biaya produksi adalah biaya yang diperlukan untuk selama proses produksi sampai menghasilkan produk.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi.

Dalam menyelesaikan penelitian ini diperlukan adanya data dan informasi.

Terkait jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan peternak itik dengan menggunakan daftar pertanyaa. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang sudah ada sebelumnya seperti dalam bentuk literatur dokumen maupun penelitian-penelitian sebelumnya.


(40)

3.5.2. Batasan Operasional

Ligkup operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian dilakukan di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Sampel penelitian adalah peternak yang mengusahakan ternak itik di Desa Percut.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Berikut akan diberikan sedikit gambaran tentang Desa Percut yang merupakan daerah penelitian berdasarkan kondisi geografis, kondisi demografis dan kelengkapan sarana dan prasarana:

4.1.1. Kondisi Geografis

Desa Percut merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Secara geografis Desa Percut terletak pada posisi 03o41’33 Lintang Utara dan 98o6’6” Bujur Timur dengan luas wilayah desa 1063 Ha.

Desa Percut berada pada ketinggian dengan kisaran 1-2 meter dari permukaan laut, memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 23oC – 30oC dan curah hujan 0-278 mm/tahun. Topografi desa yaitu dataran rendah dan merupakan daerah pesisir. Batas-batas Desa Percut adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Malaka.

Sebelah Selatan : Desa Cinta Damai.

Sebelah Barat : Desa Tanjung Rejo.

Sebelah Timur : Desa Tanjung Selamat dan Desa Pematang Lalang.

Desa Percut berjarak ±17 km dari pusat pemerintahan kecamatan dan jarak ke ibu kota kabupaten ±32 km dan dari pusat pemerintahan daerah tingkat I/provinsi berjarak ±20 km. Akses transportasi ke lokasi penelitian sangat baik dan jalan sudah di aspal.


(42)

Kondisi masyarakat Desa Percut berdasarkan keadaan demografinya seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, usia, sampai mata pencaharian.

4.1.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data BPS Kabupaten Deli Serdang, pada tahun 2008 Desa Percut memiliki jumlah penduduk 11.010 jiwa dengan jumlah keluarga sebesar 3.141 KK. Perincian keadaan penduduk Desa Percut berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase(%)

1 Laki-Laki 5.632 51,15

2 Perempuan 5.378 48,85

TOTAL 11.010 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki relatif lebih besar yaitu 5.632 jiwa atau 51,15% dibanding jumlah penduduk wanita yang sebesar 5.378 jiwa atau 48,85%.

4.1.2.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Selanjutnya distribusi penduduk menurut kelompok umur di desa dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Kelompok Umur Tahun 2008

No Kelompok Umur

(tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0 – 3 890 8,08

2 4 – 6 910 8,27

3 7 – 12 833 7,56

4 13 – 15 732 6,65

5 16 – 18 1.495 13,58

6 > 19 6.150 55,86

TOTAL 11.010 100,00


(43)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui 19 tahun adalah 6.150 orang atau 55,86 dari keseluruhan populasi.bahwa jumlah penduduk yang berusia diatas

4.1.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk Desa Percut menurut tingkat pendidikan terdiri dari TK, SD, SMP, sampai SMA dan ada juga yang sampai ke jenjang yang perguruan tinggi D3 sampai S1. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Percut dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 TK 123 1,54

2 SD 1.882 23,51

3 SMP 1.618 20,20

4 SMA 3.783 47,23

5 Diploma 25 0,31

6 Sarjana 45 0,56

7 Pendidikan khusus

a. Pondok Pesantren b. Madrasah c. Pendidikan agama d. Kursus/keterampilan

27 450

30 25

0,34 5,62 0,38 0,31

Jumlah 8.009 100,00

Sumber: Profil Desa Percut Tahun 2008

Dapat dilihat data di Tabel 4.3 bahwa sebagian besar penduduk Desa Percut berada pada tingkatan tamat SMA yaitu sebesar 47,23% dari total populasi dan jumlah penduduk desa berdasarkan tingkat pendidikan formal yang terkecil berpendidikan akademik Diploma dan pendidikan kursus/keterampilan yang berjumlah 25 orang atau dengan persentase 0,31 %.

4.1.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa Percut merupakan jenis Desa Pantai karena disebelah utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat Tabel 4.4 berikut:


(44)

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Percut Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (KK) Persentase (%)

1 PNS 126 4,04

2 ABRI 8 0,26

3 Karyawan Swasta 120 3,85

4 Pertanian 610 19,58

5 Perdagangan 725 23,27

6 Buruh Tani 386 12,39

7 Nelayan 713 22,89

8 Konstruksi 365 11,72

9 Jasa 20 0,64

10 Pensiunan 42 1,35

Jumlah 3.115 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dipastikan bahwa sebagian besar penduduk Desa Percut adalah bermata pencaharian dibidang perdagangan yaitu 725 KK atau 23,37% dan sebagai nelayan sebanyak 713 KK atau 22,89% sesuai dengan kondisi geografis Desa Percut yang berdekatan dengan laut. Sementara itu selebihnya bermata pencaharian sebagai karyawan, pertanian, buruh, dan jasa.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu desa. Adanya sarana dan prasaranan yang baik akan mempermudah masyarakat suatu desa untuk melakukan pengembangan terhadap kehidupannya baik dari segi sosial maupun ekonomi. Sarana dan prasarana di Desa Percut sendiri terbilang cukup baik, hal ini dapat terlihat dari kelengkapan jenis-jenis sarana dan prasarana yang ada seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat peribadatan


(45)

yang cukup memadai. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah sarana dan prasarana di Desa Percut dapat dilihat pada Tabel 4.5, berikut:

Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana di Desa Percut tahun 2011

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sarana Pendidikan Formal

a. TK b. SD c. SMP d. SMA 5 10 6 1

2 Sarana Ibadah

a. Mesjid b. Pura c. Gereja d. Kelenteng 5 - 5 1

3 Sarana Olahraga 7

4 Sarana Umum dan Balai Pertemuan 1

5 Sarana Kesehatan

a. Puskesmas Induk b. Puskesmas Pembantu c. Dokter Praktek d. Bidan Praktek e. Balai Pengobatan f. Polindes g. Posyandu - 1 1 6 1 1 6

Jumlah 62

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kelengkapan sarana dan prasarana di Desa Percut sudah cukup baik seperti sarana pendidikan foromal yang sudah ada mulai dari tingkatan TK sampai SMA, sarana ibadah pun demikian terdiri dari mesjid, gereja dan kelenteng untuk memenuhi kebutuhan ibadah masyarakat Desa Percut yang memang terdiri dari beragam agama. Desa Percut juga memiliki 1 unit balai pertemuan dan fasilitas kesehatan yang cukup lengkap teridi dari Puskesmas, dokter praktek, bidan, sampai posyandu.

4.2. Karakteristik Peternak Sampel

Karakterisitik peternak sampel yang dimaksud adalah mengenai jumlah ternak yang diusahakan oleh peternak, umur, pendidikan formal yang dimiliki, pengalaman bertani serta jumlah


(46)

tanggungan keluarga peternak tersebut. Adapun karakteristik peternak sampel di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Karakteristik Peternak Sampel di Daerah Penlitian Tahun 2014

No Uraian Rata-Rata

1 Jumlah ternak (ekor) 984,78

2 Umur (tahun) 40,30

3 Pendidikan (tahun) 9,26

4 Pengalaman beternak (tahun) 6,35

5 Jumlah tanggungan (orang) 2,35

Sumber: Analisis data primer (Lampiran 1) tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat karakteristik peternak itik di daerah penelitian. Seperti jumlah ternak, rata-rata peternak itik di daerah penelitian adalah 984,78 ekor atau dapat dibulatkan 985 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata peternak itik di daerah penelitian sudah memiliki usaha ternak itik yang cukup besar.

Dari segi umur rata-rata peternak adalah berusia 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak itik di daerah penelitian termasuk dalam usaha produktif dan masih memiliki tenaga kerja potensial untuk mengembangkan usaha ternak tersebut.

Menurut tingkat pendidikannya, rata-rata peternak itik di daerah penelitian telah mengecap pendidikan selama 9 tahun atau setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama. Dengan demikian peternak itik di daerah penelitian sudah terbilang cukup memiliki pendidikan setidaknya mengerti untuk baca dan tulis.

Pengalaman beternak rata-rata peternak di daerah penelitian adalah 6 tahun. Lama usaha ternak bagi peternak itik berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian mereka dalam mengatasi permasalahan yang timbul sehingga kemungkinan dapat meningkatkan produksi dimasa yang akan datang.


(47)

Jumlah tanggungan keluarga peternak itik di daerah penelitian adalah rata-rata 2 jiwa, jumlah tanggungan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga untuk membantu dalam kegiatan usaha ternak itik.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi

Ketersediaan faktor-faktor produksi sangat mempengaruhi pengembangan usaha ternak itik. Jika faktor produksi tersedia cukup baik dari segi harga, kualitas, jumlahnya dan waktu dibutuhkan peternak akan lebih mudah dalam mengembangkan usahanya. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di daerah penelitian terhadap 23 peternak itik mengenai ketersediaan beberapa input/faktor produksi diperoleh hasil sebagai berikut:

5.1.1. Ketersediaan Input Berdasarkan Harga

Pendapat peternak itik di daerah penelitian tentang harga input produksi ternak itik diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.1. Pendapat Peternak Mengenai Harga Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian

Uraian Murah Sedang Sangat Mahal Total

A. Bibit

Total (orang) - 19 4 23

Persentase (%) - 82,61 17,39 100

B. Pakan

Total (orang) 1 14 8 23

Persentase (%) 4,35 60,87 34,78 100

C. Obat-Obatan danVitamin

Total (orang) - 20 3 23

Persentase (%) - 86,96 3,04 100

D. Peralatan dan Perlengkapan

Total (orang) - 22 1 23


(49)

37

Sambungan Tabel 5.1. Pendapat Peternak Mengenai Harga Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian

Uraian Murah Sedang Sangat Mahal Total

E. Listrik

Total (orang) 2 16 5 23

Persentase (%) 8,70 69,57 21,74 100

F. Air

Total (orang) 15 8 - 23

Persentase (%) 65,22 34,78 - 100

G. Tenaga Kerja

Total (orang) 12 9 2 23

Persentase (%) 52,17 39,13 8,70 100

Sumber: Diolah dari Data Primer Lampiran 2

Dilihat dari Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa menurut pendapat sebagian besar peternak (diatas 60%) beberapa input seperti harga bibit, pakan, obat-obatan dan vitamin, peralatan dan perlengkapan serta listrik di daerah penelitian harganya sedang atau cukup terjangkau oleh para peternak untuk membelinya.

Sedangkan harga air dan tenaga kerja sebagian besar peternak menganggap harganya cukup murah (lebih dari 50%). Hal ini didukung observasi peneliti bahwa peternak di daerah penelitian menggunakan air yang diperoleh dari sumur-sumur atau air bawah tanah yang kondisinya cukup baik dan melimpah. Sedangkan untuk tenaga kerja sebagian besar merupakan tenaga kerja dalam keluarga sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya.

5.1.2. Ketersediaan Input Berdasarkan Kualitas

Pendapat peternak itik di daerah penelitian mengenai kualitas input produksi ternak itik diperoleh hasil sebagai berikut:


(50)

Tabel 5.2. Pendapat Peternak Mengenai Kualitas Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian

Uraian Baik Cukup Baik Kurang Baik Total

A. Bibit

Total (orang) 5 15 3 23

Persentase (%) 21,74 65,22 13,04 100

B. Pakan

Total (orang) 3 18 2 23

Persentase (%) 13,04 78,26 8,70 100

C. Obat-Obatan danVitamin

Total (orang) 1 20 2 23

Persentase (%) 4,35 86,96 8,70 100

D. Peralatan dan Perlengkapan

Total (orang) 4 17 2 23

Persentase (%) 17,39 73,91 8,70 100

E. Listrik

Total (orang) 2 12 9 23

Persentase (%) 8,70 52,17 39,13 100

F. Air

Total (orang) 10 11 2 23

Persentase (%) 43,48 47,83 8,70 100

G. Tenaga Kerja

Total (orang) 5 15 3 23

Persentase (%) 21,74 65,22 13,04 100

Sumber: Diolah dari Data Primer Lampiran 2

Berdasarkan dari data Tabel 5.2 diketahui bahwa peternak berpendapat kualitas input produksi cukup baik, rinciannya dapat diketahui dari banyaknya jumlah peternak yang menganggap bibit, pakan, obat-obatan dan vitamin, peralatan dan perlengkapan, listrik, air, tenaga kerja berada dalam kondisi cukup baik (berkisar antara 47%-86%. Dan bahkan ada 43,48% peternak menganggap kondisi air sangat baik.


(51)

5.1.3. Ketersediaan Input Berdasarkan Jumlah

Pendapat peternak itik di daerah penelitian mengenai jumlah input produksi ternak itik diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.3. Pendapat Peternak Mengenai Jumlah Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian

Uraian Sangat

Memenuhi Cukup Memenuhi

Tidak

Memenuhi Total

A. Bibit

Total (orang) 7 15 1 23

Persentase (%) 30,43 65,22 4,35 100

B. Pakan

Total (orang) 4 17 2 23

Persentase (%) 13,04 73,91 8,70 100

C. Obat-Obatan danVitamin

Total (orang) 2 19 1 23

Persentase (%) 8.70 82.61 4.35 100

D. Peralatan dan Perlengkapan

Total (orang) 5 17 1 23

Persentase (%) 21.74 73.91 4.35 100

E. Listrik

Total (orang) 4 15 4 23

Persentase (%) 17.39 65.22 17.39 100

F. Air

Total (orang) 3 19 1 23

Persentase (%) 13.04 82.61 4.35 100

G. Tenaga Kerja

Total (orang) 8 13 2 23

Persentase (%) 34.78 56.52 8.70 100

Sumber: Diolah dari Data Primer Lampiran 2

Seperti apa yang terlihat pada Tabel 5.3 diatas dapat disimpulkan bahwa peternak berpendapat bahwa jumlah input yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan usaha ternaknya. Contohnya saja bibit 65,22% peternak mengatakan cukup memenuhi begitu juga pakan 73,91%, obat-obatan dan vitamin 82,61% semuanya berada dalam kondisi cukup memenuhi.


(52)

Pendapat peternak itik di daerah penelitian mengenai ketersediaan input produksi ternak itik berdasarkan waktu dalam pemenuhan kebutuhan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.4. Pendapat Peternak Mengenai Input Usaha Ternak Itik di Daerah Penelitian berdasarkan Waktu Dibutuhkan

Uraian Sangat

Tersedia Cukup Tersedia Tidak Tersedia Total

A. Bibit

Total (orang) 19 4 0 23

Persentase (%) 82,61 17,39 0 100

B. Pakan

Total (orang) 16 7 0 23

Persentase (%) 69,57 30,43 0 100

C. Obat-Obatan danVitamin

Total (orang) 6 14 3 23

Persentase (%) 26.09 60.87 13.04 100

D. Peralatan dan Perlengkapan

Total (orang) 17 5 1 23

Persentase (%) 73.91 21.74 4.35 100

E. Listrik

Total (orang) 21 2 0 23

Persentase (%) 91.30 8.70 0 100

F. Air

Total (orang) 22 1 0 23

Persentase (%) 95.65 4.35 0 100

G. Tenaga Kerja

Total (orang) 11 9 3 23

Persentase (%) 47.83 39.13 13,04 100

Sumber: Diolah dari Data PrimerLampiran 2

Berdasarkan dari data pada Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa input itik berada dalam kondisi yang sangat tersedia artinya peternak dapat memperoleh input tersebut ketika dibutuhkan. Beberapa input yang kondisinya sangat tersedia adalah bibit, pakan, peralatan dan perlengkapan, listrik, air dan tenaga kerja.


(53)

Sumber: Diolah dari Data PrimerLampiran 3 sampai 11

Analisis pendapatan yang dilakukan adalah untuk satu kali periode produksi itik yaitu selama 2 tahun (24 bulan) yang terdiri dari dua fase yaitu masa grower (7 bulan) dan masa produksi (17 bulan). Dan untuk keseragaman, jumlah itik yang dihitung adalah untuk produksi 100 ekor itik tiap sampelnya.

5.2.1. Biaya Produksi Usaha Ternak Itik

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan peternakan itik dalam satu periode produksi (2 tahun) mulai dari bibit sampai peternakan tersebut mendapatkan produk utama berupa telur ataupun daging untuk dipasarkan sehingga peternakan tersebut mendapatkan keuntungan. Biaya produksi peternakan itik menggambarkan besarnya input produksi dan biaya yang yang dikeluarkan selama proses produksi, terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap.

Tabel 5.5.Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Ternak Itik Per Periode Di Daerah Penelitian untuk 100 Ekor Itik

Uraian Masa Grower 7

bulan(Rp)

Masa Produksi 17 bulan(Rp)

Total 24 bulan(Rp)

A. Biaya Tetap

1. Penyusutan Kandang - - 941.848

2. Penyusutan Peralatan - - 120.448

B. Biaya Tidak Tetap

1. Bibit 630.000 - 630.000

2. Biaya Pakan 2.613.466 27.561.106 30.174.572

3. Sekam 121.574 1.202.952 1.324.526

4. Biaya Obat-Obatan Vitamin

47.341 519.978 567.319

5. Transportasi 183.791 447.933 631.724

6. Listrik dan Air 105.987 250.744 356.731

7. Tenaga Kerja - - 6.460.698

8. Biaya Perlengkapan 18.012

Total (Rp) 41.225.878

Seperti yang terlihat pada Tabel 5.5 biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periodenya adalah terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Dan ada perbedaan jumlah biaya yang


(54)

dikeluarkan pada saat masa grower dan masa produksi atau masa menghasilkan telur. Secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak dalam satu kali proses produksi (2 tahun) dengan jumlah ternak 100 ekor di daerah penelitian adalah Rp 41.225.878.

5.2.2. Penerimaan Usaha Ternak Itik

Secara umum di daerah penelitian itik mulai menghasilkan telur dan siap dijual adalah pada saat usia 7 bulan keatas.

Tabel 5.6. Rata-Rata Total Penerimaan Usaha Ternak Itik per Periode Di Daerah Penelitian untuk 100 Ekor Itik

No Uraian Total Penerimaan (24 bulan)

1 Telur 45.443.874

2 Daging Afkir 3.142.917

Total (Rp) 48.586.791

Sumber: Diolah dari Data PrimerLampiran 12 dan 13.

Data di Tabel 5.6 menunjukkan rata-rata total penerimaan yang diperoleh peternak itik di daerah penelitian dalam satu periodeatau 2 tahun dengan jumlah itik 100 ekor adalah Rp 48.586.791.

5.2.3. Pendapatan Usaha Ternak Itik

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dari suatu bentuk kegiatan produksi. Rata-rata besarnya pendapatan yang diperoleh peternak itik di daerah penelitian selama satu periode produksi dilihat secara rinci pada Tabel 5.7 dibawah ini:

Tabel 5.7. Rata-Rata Total Pendapatan Usaha Ternak Itik per Periode Di Daerah Penelitian untuk 100 Ekor Itik

No Uraian Nilai

1 Penerimaan 48.586.791

2 Biaya Produksi 41.225.878

Total Pendapatan (Rp) 7.360.913


(55)

Dari data Tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima peternak itik di daerah penelitian dalam waktu satu periode produksi (2 tahun) untuk 100 ekor itik adalah Rp 7.360.913. Dimana kurun waktu satu periode produksi ini adalah 24 bulan. Artinya untuk satu bulan peternak itik di daerah penelitian memperoleh pendapatan bersih rata-rata Rp 306.705 per 100 ekor itik.

5.3. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik

Analisis kelayakan digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan secara finansial layak untuk dijalankan atau tidak. Beberapa indikator dapat digunakan untuk menilai kelayakan suatu usaha. Dalam penelitian ini sendiri digunakan 3 indikator kelayakan yaituR/C Ratio, Break Even Point dan Return of Investment.

5.3.1. R/C Ratio

Return Cost Ratio(R/C ratio) adalah perbandingan nisbah antara total penerimaan dan total biaya. Berdasar besar penerimaan yang diterima oleh peternak pada akhir periode produksi, dapat dilihat kelayakan usaha ternak itik secara ekonomi. Nilai R/C ratio usaha ternak itik di daerah penelitian dapat dituliskan secara matematika sebagai berikut:

� �⁄ ����� = ���������������

����������

=48.586.791 41.225.878 = 1,18

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa setiap Rp. 1.000 biaya yang dikeluarkan peternak dalam usaha ternak itik maka memberikan penerimaan sebesar Rp. 1.180. Kelayakan suatu usaha diketahui dengan membandingkan nilai R/C ratio dengan nilai konstanta yakni satu. Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu dan jika nilai R/C ratio lebih


(56)

kecil dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak. Sementara dari perhitungan di peroleh nilai R/C ratio di daerah penelitian adalah 1,18 atau lebih besar dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa secara ekonomi usaha peternakan itik di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

5.3.2. Break Even Point (BEP)

BEP (Break Even Point) adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha yang

diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha yang dilakukan tidak mengalami untung dan tidak mengalami kerugian atau mencapai titik impas. BEP terdiri dari 2 jenis yaitu:

1. BEP Produksi Telur

BEP Produksi Telur menggambarkan produksi minimal telur yang harus dihasilkan suatu usaha ternak agar tidak mengalami kerugian. Hal ini didapat dengan membandingkan total biaya rata-rata selama satu periode dengan harga jual telur rata-rata-rata-rata.

�����������= �������������

����������������������

= 41.225.878 1.300 = 31.712 �����

Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai BEP Produksi untuk telur adalah 31.712 butir, yang artinya usaha ternak dikatakan menguntungkan apabila mampu memproduksi jumlah telur diatas angka 31.712 butir dalam satu proses produksi (2 tahun) dengan jumlah ternak 100 ekor. Dan dari perhitungan yang diperoleh rata-rata peternak didaerah penelitian mampu memproduksi 34.957 butir telur dengan jumlah ternak 100 ekor dalam satu periode produksi. Masa ketika itik menghasilkan telur adalah selama 17 bulan. Jika dibagi dengan total produksi maka rata-rata


(57)

produksi telur itik di daerah penelitian adalah 69 butir telur per 100 ekor ternak. Karena angka tersebut sudah memenuhi batas minimum BEP Produksi, maka dapat disimpulkan usaha ternak itik yang dilakukan didaerah penelitian adalah layak secara ekonomi.


(58)

2. BEP Harga Telur

BEP Harga menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga ditingkat peternak lebih rendah dari harga BEP, maka peternak akan mengalami kerugian. Hal ini didapat dengan membandingkan total biaya rata-rata selama satu periode produksi dengan jumlah telur rata-rata. Secara matematika dapat ditulis sebagai berikut:

��������= �������������

�����ℎ�������������

= 41.225.878 34.957 = 1.179

Dari perhitungan diperoleh BEP harga telur adalah sebesar Rp 1.179. Artinya peternak harus menjual telur diatas harga Rp 1.179 per butirnya untuk memperoleh keuntungan. Sementara itu di daerah penelitian sendiri didapat bahwa peternak menjual telur dengan harga rata-rata Rp 1.300 per butir atau diatas BEP harga minimum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha ternak yang dilakukan didaerah penelitian adalah layak secara ekonomi dilihat dari indikator BEP harga.


(59)

5.3.3. Return of Investment

Return of Investment adalah analisis untuk mengetahui keuntungan usaha, berkaitan dengan modal yang telah dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dan perputaran modal. Berikut ini adalah perhitungan ROI untuk usaha ternak itik di daerah penelitian:

��� = ���������������

������������� � 100%

= 7.360.913

41.225.878� 100% = 18%

Dari perhitungan diperoleh hasil nilai ROI sebesar 18%. Nilai ROI yang positif menunjukkan bahwa usaha ternak itik di daerah penelitian adalah layak untuk diusahakan.

5.4 Ringkasan

Secara ringkas hasil dari penelitian adalah sebagai berikut:

Input dari segi harga tersedia dalam artian harganya cukup terjangkau oleh peternak itik di daerah penelitian. Input dari segi kualitas tersedia dalam artian kualitas input produksi di daerah penelitian berada dalam kondisi yang cukup baik. Input dari segi jumlah tersedia dalam artian jumlah input yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan peternak itik di daerah penelitian. Input dari segi waktu tersedia dalam artian peternak dapat memperoleh input produksi setiap saat input produksi itu dibutuhkan.


(60)

Pendapatan rata-rata yang diterima peternak itik dalam satu periode produksi atau 2 tahun adalah Rp 7.360.913 per 100 ekor itik. Artinya pendapatan perbulannya adalah Rp 306.705 per 100 ekor itik.

Nilai R/C ratio dari usaha ternak itik di daerah penelitian adalah 1,18. Sehingga usaha ternak itik tersebut dikatakan layak karena nilai R/C ratio lebih besar dari 1.

BEP produksi telur di daerah penelitian untuk 100 ekor itik adalah 31.712 butir telur. Dikatakan layak karena produksi telur itik di daerah penelitian untuk 100 ekor itik adalah 34.957 atau lebih besar dari nilai BEP produksi.

BEP harga telur di daerah penelitian adalah Rp 1.179, sementara harga telur yang di jual adalah Rp 1.300 sehingga usaha ternak itik di daerah penelitan dikatakan layak.

Nilai Return of Investment didapat sebesar 18%. Usaha ternak itik dikatakan layak karena ROI bernilai positf.


(61)

Pendapatan ini merupakan pendapatan bersih karena biaya tenaga kerja dalam keluarga juga dihitung. Jika biaya tenaga kerja dalam keluarga dikeluarkan maka perhitungan pendapatan peternak menjadi sebagai berikut:

Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Kelayakan Usaha Ternak Itik Tanpa Biaya Tenaga Kerja per 100 Ekor di Daerah Penelitian

Uraian Nilai

Penerimaan Rp 48.586.791

Biaya Produksi Rp 34.765.180

Pendapatan Rp 13.821.611

R/C Ratio 1,40

BEP Produksi Telur 26.743 butir

BEP Harga Rp 995

Return of Investment 40%

Sumber: Diolah dari data primer

Dapat dilihat dari Tabel 5.8 bahwa keuntungan bersih usaha ternak itik jika biaya tenaga kerja tidak dihitung adalah Rp 13.821.611 atau Rp 576.000 perbulan untuk 100 ekor itik.


(1)

Lampiran 13. Rincian Biaya Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga Usaha Ternak Itik Per

Periode di Daerah Penelitian

Sampel

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

Gaji/bulan (Rp)

Gaji/2 tahun (Rp)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

3

6.900.000

165.600.000

10

11

12

13

14

15

16

2

3.600.000

86.400.000

17

18

19

20

21

22

23


(2)

Lampiran 14. Total Biaya Upah Tenaga Kerja Usaha Ternak per Periode di Daerah

Penelitian

Sampel Jumlah Ternak

(Ekor)

TKDK

(Rp)

TKLK

(Rp)

Total Upah

/2 tahun

(Rp)

Total Upah

/2 tahun/100 ekor

(Rp)

1

500

17.412.500

17.412.500

3.482.500

2

600

17.412.500

17.412.500

2.902.083

3

200

9.052.500

9.052.500

4.526.250

4

600

17.287.500

17.287.500

2.881.250

5

1.500

25.125.000

25.125.000

1.675.000

6

250

11.595.000

11.595.000

4.638.000

7

200

12.837.500

12.837.500

6.418.750

8

100

7.792.500

7.792.500

7.792.500

9

6.500

165.600.000

165.600.000

2.547.692

10

2.000

16.380.000

16.380.000

819.000

11

500

10.642.500

10.642.500

2.128.500

12

100

8.315.625

8.315.625

8.315.625

13

400

10.492.500

10.492.500

2.623.125

14

650

12.555.000

12.555.000

1.931.538

15

300

12.167.500

12.167.500

4.055.833

16

2.800

86.400.000

86.400.000

3.085.714

17

100

5.135.000

5.135.000

5.135.000

18

2.300

12.405.000

12.405.000

539.348

19

1.000

12.054.375

12.054.375

1.205.438

20

250

9.412.500

9.412.500

3.765.000

21

500

17.955.000

17.955.000

3.591.000

22

500

10.297.500

10.297.500

2.059.500

23

800

13.787.500

13.787.500

1.723.438

Total

522.115.000

77.842.085


(3)

Lampiran 10. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Ternak Itik per Tahun di Daerah Penelitian

No . Jenis Peralat an Daya Tahan (Tahun ) SAMPEL

1 2 3 4 5 6 7 8

Harg a Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harg a Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp) Harg a Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp) Harg a Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp)

1 Ember 5 75.00

0 15.000 60.000 12.000 30.00

0 6.000 90.000 18.000 45.000 9.000 30.000 6.000

60.00

0 12.000 60.00

0 12.000

2 Tempat

pakan 5

250.0

00 50.000

300.00

0 60.000 125.0

00 25.000

250.00

0 50.000

375.00

0 75.000 100.00

0 20.000 75.00

0 15.000 50.00

0 10.000

3 Tempat

Minum 5

300.0

00 60.000

300.00

0 60.000 125.0

00 25.000

250.00

0 50.000

375.00

0 75.000 100.00

0 20.000 100.0

00 20.000 75.00

0 15.000

4 Palu 5 150.0

00 30.000

150.00

0 30.000 50.00

0 10.000

100.00

0 20.000

150.00

0 30.000 100.00

0 20.000 50.00

0 10.000 50.00

0 10.000

5 Lampu 3 140.0

00 46.667

175.00

0 58.333 105.0

00 35.000

210.00

0 70.000

175.00

0 58.333 70.000 23.333 105.0

00 35.000 70.00

0 23.333

6 Timban

gan 10

300.0

00 30.000

150.00

0 15.000 150.0

00 15.000 0 0

150.00

0 15.000 150.00

0 15.000 150.0

00 15.000 150.0

00 15.000

7 Sapu 3 30.00

0 10.000 30.000 10.000 20.00

0 6.667 30.000 10.000 10.000 3.333 10.000 3.333

30.00

0 10.000 30.00

0 10.000

8 Sekop 10 0 0 0 0 0 0 40.000 4.000 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Cangku

l 10

140.0

00 14.000

140.00

0 14.000 70.00

0 7.000 70.000 7.000 70.000 7.000

140.00

0 14.000 0 0

140.0

00 14.000

10 Alat

Vaksin 3

200.0

00 66.667

100.00

0 33.333 0 0 0 0

100.00

0 33.333 0 0 0 0 0 0

11 Termo

meter 5

50.00

0 10.000 50.000 10.000 0 0 50.000 10.000

100.00

0 20.000 0 0

50.00

0 10.000 0 0

12 Keranja

ng 5

105.0

00 21.000

180.00

0 36.000 75.00

0 15.000

150.00

0 30.000

300.00

0 60.000 75.000 15.000 45.00

0 9.000

45.00

0 9.000

13 Pisau 5 30.00

0 6.000 30.000 6.000 20.00

0 4.000 30.000 6.000 30.000 6.000 20.000 4.000

10.00

0 2.000

30.00

0 6.000

Total (Rp) 1.770.000 359.333 1.665.00

0 344.667 770.00

0 148.667

1.270.00

0 275.000

1.880.00

0 392.000 795.000 140.667

675.00

0 138.000

700.00


(4)

Sambungan Lampiran 10. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Ternak Itik per Tahun di Daerah Penelitian

No . Jenis Peralat an Daya Taha n (Tah un) SAMPEL

9 10 11 12 13 14 15 16

Harga Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harg a Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyus utan (Rp) Harga Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp) Harg a Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp) Harg a Beli (Rp) Biaya Penyusu tan (Rp)

1 Ember 5 300.000 60.000 150.00

0 30.000 120.0

00 24.000 60.000 12.000 75.000 15.000 60.000 12.000 75.00

0 15.000 150.0

00 30.000

2 Tempat

pakan 5 700.000 140.000

750.00

0 150.000 250.0

00 50.000

100.00

0 20.000

250.00

0 50.000 375.00

0 75.000 125.0

00 25.000 500.0

00 100.000

3 Tempat

Minum 5 750.000 150.000

750.00

0 150.000 250.0

00 50.000

100.00

0 20.000

250.00

0 50.000 325.00

0 65.000 125.0

00 25.000 500.0

00 100.000

4 Palu 5 250.000 50.000 150.00

0 30.000 50.00

0 10.000

100.00

0 20.000 50.000 10.000 50.000 10.000 50.00

0 10.000 100.0

00 20.000

5 Lampu 3 525.000 175.000 280.00

0 93.333 175.0

00 58.333

105.00

0 35.000

105.00

0 35.000 175.00

0 58.333 105.0

00 35.000 210.0

00 70.000

6 Timban

gan 10 600.000 60.000

300.00

0 30.000 0 0

150.00

0 15.000 0 0

150.00

0 15.000 0 0

300.0

00 30.000

7 Sapu 3 50.000 16.667 30.000 10.000 20.00

0 6.667 20.000 6.667 10.000 3.333 30.000 10.000 20.00

0 6.667

30.00

0 10.000

8 Sekop 10 90.000 9.000 30.000 3.000 0 0 0 0 50.000 5.000 100.00

0 10.000 0 0

40.00

0 4.000

9 Cangku

l 10 350.000 35.000

210.00

0 21.000 70.00

0 7.000

140.00

0 14.000 70.000 7.000

140.00

0 14.000 140.0

00 14.000 70.00

0 7.000

10 Alat Vaksin 3 300.000 100.000 100.00

0 33.333 100.0

00 33.333

100.00

0 33.333 0 0

100.00

0 33.333 0 0

200.0

00 66.667

11 Termo

meter 5 150.000 30.000 50.000 10.000

50.00

0 10.000 50.000 10.000 50.000 10.000 50.000 10.000 0 0

100.0

00 20.000

12 Keranja

ng 5 750.000 150.000

300.00

0 60.000 150.0

00 30.000 75.000 15.000

150.00

0 30.000 150.00

0 30.000 75.00

0 15.000 150.0

00 30.000

13 Pisau 5 50.000 10.000 30.000 6.000 30.00

0 6.000 20.000 4.000 30.000 6.000 20.000 4.000

20.00

0 4.000

30.00

0 6.000

Total (Rp) 1.770.000 4.865.000 985.667 3.130.00 0

626.66

7 1.265.000 285.333

1.020.00

0 205.000

1.090.00

0 221.333 1.725.000 346.66

7 735.000 149.66


(5)

(6)

Sambungan Lampiran 10. Rincian Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Ternak Itik per Tahun di Daerah Penelitian

No. Jenis Peralat

an

Daya Tahan (Tahun)

SAMPEL

17 18 19 20 21 22 23

Harga Beli (Rp)

Biaya Penyusut

an (Rp)

Harga Beli (Rp)

Biaya Penyusut

an (Rp)

Harga Beli (Rp)

Biaya Penyusuta

n (Rp)

Harga Beli (Rp)

Biaya Penyusut

an (Rp)

Harga Beli (Rp)

Biaya Penyusut

an (Rp)

Harga Beli (Rp)

Biaya Penyusuta

n (Rp)

Harga Beli (Rp)

Biaya Penyusut

an (Rp)

1 Ember 5 45.000 9.000 150.00

0 30.000 150.000 30.000 60.000 12.000 75.000 15.000 90.000 18.000 120.000 24.000

2 Tempat

pakan 5

125.00

0 25.000

375.00

0 75.000 200.000 40.000 50.000 10.000 125.000 25.000 150.000 30.000 250.000 50.000

3 Tempat

Minum 5

125.00

0 25.000

375.00

0 75.000 200.000 40.000 75.000 15.000 125.000 25.000 125.000 25.000 250.000 50.000

4 Palu 5 50.000 10.000 100.00

0 20.000 50.000 10.000 50.000 10.000 50.000 10.000 0 0 50.000 10.000

5 Lampu 3 70.000 23.333 210.00

0 70.000 175.000 58.333 70.000 23.333 105.000 35.000 105.000 35.000 175.000 58.333

6 Timban

gan 10

150.00

0 15.000

150.00

0 15.000 150.000 15.000

150.00

0 15.000 150.000 15.000 150.000 15.000 0 0

7 Sapu 3 10.000 3.333 20.000 6.667 30.000 10.000 30.000 10.000 10.000 3.333 10.000 3.333 20.000 6.667

8 Sekop 10 0 0 100.00

0 10.000 50.000 5.000 0 0 60.000 6.000 30.000 3.000 0 0

9 Cangkul 10 70.000 7.000 140.00

0 14.000

1.400.0

00 140.000

140.00

0 14.000 140.000 14.000 70.000 7.000 70.000 7.000

10 Alat

Vaksin 3 0 0

100.00

0 33.333 0 0 0 0 100.000 33.333 0 0 100.000 33.333

11 Termo

meter 5 50.000 10.000 50.000 10.000 50.000 10.000 0 0 50.000 10.000 0 0 50.000 10.000

12 Keranjang 5 75.000 15.000 150.00

0 30.000 150.000 30.000 45.000 9.000 150.000 30.000 300.000 60.000 150.000 30.000

13 Pisau 5 30.000 6.000 20.000 4.000 20.000 4.000 30.000 6.000 20.000 4.000 10.000 2.000 30.000 6.000

Total (Rp) 800.000 148.667 1.940.00

0 393.000

2.625.00

0 392.333 700.000 124.333

1.160.00

0 225.667

1.040.00