RESTORATION OF FIELD EXPERIENCE PRACTICE (RESTORASI PRAKTEK PENGAN LAPANGAN (Studi Inovasi Manajemen Kurikulum PPL melalui Kolaborasi Pendekatan Craft, Competency dan Reflective Model) | Mustaqim | EDUTECH 6782 17093 1 PB

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

RESTORATION OF FIELD EXPERIENCE PRACTICE
RESTORASI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN
Oleh :
Mujahidil Mustaqim
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Email : mujahidil.mustaqim@student.upi.edu

Abstract. This article is based on the fact that until now there has not been any serious attempt to improve field experience practice (PPL). This was indicated by a number of common
problems that occur surrounding fiend experience practice, such as inability to maximally meet the
goals of the program, ambiguity of supervisor teachers’ job description in educating student
teachers, and loose and asymmetrical coordination between teachers college (LPTK) as producer
and schools as industry. Thus, there needs to be restoration of field experience practice which is
initiated by establishing PPL curriculum management which collaborates Craft, Competency and
Reflective Models. This article presents three principal suggestions, which were obtained from
literature study and data collection from observation and interview. First, there should be design
innovation of PPL curriculum management using Craft, Competency and Reflective Models approach by formulating success criteria and instructional plan of the program to be used as guidance of supervisor teachers in educating student teachers. In so doing, there will be change in the
process of educating the students which is usually accidental instead of as planned. Second, it is
important to formulate elaborate job description of supervisor teacher during introduction, training, and evaluation periods based on the common problems that usually occur so that the role of
the supervisor teacher can be optimized, which will impact the students’ teaching competency.

Third, there should be simultaneous, continuous, and intensive coordination between teachers
college (LPTK) and schools in order to create symbiotic relationship in establishing prospective
professional future teachers.
Keywords: field experience practice, curriculum management, teacher education model, Craft,
Competency and Reflective Models
Abstrak. Artikel ini didasari atas seputar distor si praktek pengalaman lapangan (PPL)
namun hingga kini belum benar-benar tersentuh oleh iktikad perbaikan. Hal ini tampak dari seputar realitas lazim antara lain pada beberapa kasus disebutkan bahwa belum maksimalnya pencapaian tujuan PPL, ketaksaan kerangka kerja (job description) guru pamong dalam mendidik mahasiswa PPL, dan koordinasi yang masih dinilai belum erat dan simetris antara Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai produsen dan sekolah sebagai industri. Maka untuk
menangani persoalan ini, maka perlunya restorasi kegiatan PPL sehingga kompetensi lulusan
kegiatan PPL dapat lebih terstandar dari sebelumnya dan tujuan PPL dicapai dengan optimal.
Selain itu, kegiatan PPL dapat memberi makna khusus dan manfaat yang mendalam bagi calon
guru sebelum terjun ke dunia kerja. Sehingga, kesan yang selama ini masih berbekas bahwa guru
baru tidak “well prepared” saat memasuki dunia mengajar tidak lagi muncul. Hal ini dapat tercapai
dengan menginisiasi tiga hal berikut, yaitu: Pertama, perlunya sebuah inovasi yakni mendesain
manajemen kurikulum PPL menggunakan pendekatan craft, competency, dan reflective model melalui perumusan kriteria keberhasilan PPL dan rencana pembelajaran PPL yang dimakudkan menjadi pedoman bagi guru pamong dalam mendidik praktikan. Kedua, pentingnya rumusan deskripsi
lebih lanjut tentang job description guru pamong pada masa pengenalan, pembimbingan dan evaluasi praktikan didasarkan pada persoalan yang kerap terjadi pada kegiatan PPL. Ketiga, perlunya
koordinasi antara LPTK dan sekolah secara simultan, kontinu dan intens dimana saling memberi
hubungan timbal balik dalam upaya membentuk bibit calon guru yang profesional. Artikel ini ditulis dengan menggunakan pendekatan library research dengan menelaah sejumlah literatur.
Kata kunci : Praktek Pengalaman Lapangan, Manajemen Kurikulum, Model Pendidikan
Guru
170 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan


Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

A. PENDAHULUAN

puan-kemampuan

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)
bukanlah hal yang asing didengar dalam

dunia pendidikan. Dari tahun ke tahun

profesionalsiswa

calon guru atau tenaga kependidikan
lainnya.

3. Dilaksanakan, dikelola dan ditata

ribuan calon guru sebelum menerima


secara

kualifikasi

menurut (Hamalik 2009:171)

minimal

guru

yang sah

mengikuti wajib program ini. PPL meru-

terbimbing

dan

terpadu


PPL adalah serangkaian kegiatan

pakan kulminasi dari proses panjang

yang diprogramkan

mencetak calon guru yang profesional

LPTK,

pada tahap pre service education. Semua

mengajar

pembelajaran perkualiahan yang dikemas

mengajar. Kegiatan ini merupakan ajang

dalam bentuk penguasaan akademik sela-


untuk membentuk dan membina kompe-

ma enam atau tujuh semester bermuara

tensi-kompetensi profesional yang dis-

ke program PPL. Menurut Kamus Besar

yaratkan oleh pekerjaan guru atau lem-

Bahasa Indonesia (2005: 892) praktik

baga kependidikan lainnya. Sasaran yang

adalah pelaksanaan secara nyata apa

ingin dicapai adalah kepribadian calon

yang disebut dalam teori. Sedangkan


pendidik yang memiliki seperangkat

menurut Komarudin (2006:200) praktek

pengetahuan, keterampilan, nilai dan si-

merupakan cara melaksanakan dalam

kap peserta pola tingkah laku yang diper-

keadaan nyata apa yang dikemukakan

lukan bagi profesinya serta cakap dan

dalam teori. Dari definisi tersebut dapat

tepat menggunakannya didalam menye-

kita lihat bahwa praktek merupakan sua-


lenggarakan pendidikan dan pengajaran,

tu pelaksanaan dari teori dalam keadaan

baik disekolah maupun diluar sekolah

nyata. Praktek pengalaman lapangan

(Hamalik, 2009:171-172).

yang

bagi

meliputi

maupun

mahasiswa


baik

latihan

latihan

diluar

(PPL) dilaksanakan oleh mahasiswa

Banyak hal yang ingin dibentuk un-

yang mencakup, baik latihan mengajar

tuk dapat disebut sebagai guru profesion-

maupun tugas-tugas kependidikan diluar

al dalam suasana praktikal dari kegiatan


mengajar secara terbimbing dan terpadu

PPL yang hanya berdurasi 3 sampai 4

untuk memenuhi persyaratan pemben-

bulan. Guru profesional adalah guru

tukan profesi pendidikan. Pengalaman

yang mampu menrapkan hubungan yang

lapangan berorientasi pada :

terbentuk multidimensional. Guru yang

1. Beorientasi pada kompetisi

demikian adalah guru yang secara inter-


2. Terarah pada pembentukan kemam-

nal memenuhi kriteria administratif,

171 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

matang. Karena guru bekerja menangani

akademis, dan kepribadian.
Persyaratan akademis adalah persyaratan

yang

harus

dimiliki


oleh

seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan persyaratan legal formal. Persyaratan akademis
adalah persyaratan yang harus dimiliki
seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan kapabilitas dan kualitas intelektual. Persyaratan
kepribadian adalah persyaratan yang harus dimiliki seorang guru yang ingin
menjadi profesional dalam kaitannya
dengan sikap dan perilaku dalam ke-

hidupan sehari-hari. Ketiga kategori ini
tidak

dipahami

secara

parsial

atau

terpisah antara satu dengan yang lainnya,
melainkan harus disinergikan diantara
ketiganya. Artinya lulusan lembaga pendidikan dikatakan berkualitas, bukan

hanya dari segi kognitif, melainkan juga
psikomotor dan afektif (Nurdin, 2008: 23
-25).
Pada masa PPL dilakukan upaya
bagaimana menjadi seorang sosok guru
sejati dimana guru itu bukan ilmuwan

yang hanya menguasai penguasaan akademik semata ataupun bukan karyawan
yang dianggap hanya sibuk dengan praktek rutinitas kerja. Akan tetapi, pekerjaan
guru menuntut hal-hal yang jauh lebih
kompleks yakni penguasaan materi ajar,

ilmu seni mendidik dan kepribadian yang

manusia dengan bukan benda mati.
Dengan demikian, tak boleh salah pe-

nanganan dalam menghadapi peserta
didik. Sanjaya (2008: 277) memandang
bahwa dalam pelaksanaanya diperlukan
sejumlah

keterampilan

khusus

yang

didasarkan pada konsep dan keilmuan
yang spesifik. Artinya setiap keputusan

dalam melaksanakan aktivitas mengajar
bukanlah didasarkan pada pertimbanganpertimbangan subjektif atau tugas yang
dapat dilakukan sekehendak hati. Menjadi seorang guru adalah tugas yang berat. Oleh karenanya, proses pembentukan

guru hendaknya dilalui tidak dalam waktu yang sebentar dan proses pendidikan
yang setimpal dengan bebannya yang
tinggi.
Kegiatan PPL adalah wadah yang
disediakan agar guru benar-benar siap

secara mental menjadi seorang guru karena dihadapkan lansng pada kondisi di
lapangan. Pada tahap inilah, jiwa seorang
guru diuji apakah lulus seleksi alam atau
gugur karena boleh jadi shock ataupun
tak mampu bertahan saat mengetahui

menjadi guru tidaklah gampang. Banyak
kasus yang menyebutkan bahwa setelah
mengikuti PPL dimana tahu real menjadi
seorang guru itu seperti apa, maka tidak
sedikit yang mengubah haluan hidup bergati profesi. Pengalaman empirik penulis

172 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

mengatakan bahwa pada sekolah tertentu

Pada hakikatnya, profesi guru mem-

karena tidak siap secara mental memjadi

butuhkan calon mahasiswa yang juga

seorang guru, setiap guru baru yang

kompeten secara intelektual. Selain itu,

mengajar paling lama hanya bertahan

ada hal lain yang juga penting adalah

dua hari, tidak lebih. Justru yang

benar-benar memiliki minat dan ket-

mengherankan, yang bertahan mendidik

ertarikan untuk mendidik anak. Kunan-

di sekolah tersebut adalah guru lulusan

dar (2007: 54) menegaskan bahwa bakat

hukum (non kependidikan) yang tidak

dan minat menjadi seorang guru adalah

memiliki background kompetensi untuk

hal sangat urgen dan pertimbangan per-

menjadi seorang guru.

tama dalam memasuki dunia profesi

Mengingat

keruwetan kompetensi

keguruan. Profesi guru merupakan bi-

guru yang mesti dikuasai, maka harus

dang

disadari profesi guru bukanlah profesi

aksanakan berdasarkan prinsip sebagai

ecek-ecek atau profesi nomor dua atau

berikut:

ke sekian. Adalah kebenaran yang tak

1. Memiliki bakat, minat, panggilan

bisa dipungkiri bahwa profesi guru ada-

pekerjaan

khusus

yang

dil-

jiwa dan idealisme.

lah bukan pilihan pertama pada saat

2. Memiliki komitmen untuk mening-

pemilihan prodi saat memasuki perguru-

katkan mutu pendidikan, keimanan,

an tinggi. Prodi pendidikan masih diang-

ketaqwaan, dan akhlak mulia.

gap sebelah mata, tidaklah sementereng

3. Memiliki kualifikasi akademik dan

prodi-prodi favorit, seperti kedokteran

latar belakang pendidikan sesuai

dan ilmu science. Namun jika dikaji

dengan bidang tugas.

lebih dalam profesi guru

tidak kalah

rumitnya dengan prodi favorit lainnya.
Siapa yang akan disalahkan jika anak
salah didik atau tidak mendapatkan pe-

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas.
5. Memiliki

tanggungjawab

atas

pelaksanaan tugas keprofesionalan.

nanganan penanganan guru yang tepat.

6. Memperoleh penghasilan yang diten-

Guru adalah orang yang bertanggungja-

tukan sesuai dengan prestasi kerja.

wab seperti halnya dokter. Siapa yang

7. Memiliki

kesempatan

untuk

patut disalahkan jika dokter melakukan

mengembangkan

salah analisis penyakit dimana me-

secara berkelanjutan dengan belajar

nyebabkan pasien malah bertambah sa-

sepanjang hayat.

kit.

Sering kali guru yang tidak memiliki
173 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

keprofesionalan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

tidak memiliki ketahanan dalam men-

sial dan kepribadian (Musfah, 2011:8).

didik sudah tampak pada saat PPL. Prak-

Untuk menghasilkan guru yang jiwa

tikan terlihat cepat jenuh dan complain-

profesional,

ing serta tidak sabar dalam menghadapi

dengan pembekalan kognitif kemudian

seribu satu sikap peserta didik. Hal ini

digiring ke wadah praktikal melalui sim-

disinyalir disebabkan oleh tidak benar-

ulasi, micro teaching dan PPL. Teori

benar memiliki minat, niat, atau iktikad

kognitif mengatakan bahwa belajar ada-

untuk mendidik. Pengalaman empirik

lah pengorganisasian aspek-aspek kogni-

mengatakan bahwa ini kerap terjadi pada

tif dan persepsi untuk memperoleh pem-

mahasiswa yang memilih prodi pendidi-

ahaman. Dalam model ini, tingkah laku

kan bukan pilihan utama. Namun juga

seseorang ditentukan oleh persepsi dan

ditampik bahwa ada juga beberapa kasus

pemahaman. Misalnya anak membawa

yang

se-

beberapa mainan. Karena tidak muat di

baliknya. Maka dari pada itu, hanya guru

tangannya, ia akhirnya melihat sebuah

yang mempunyai tingkat kompetensi

ember dan menggunakannya sebagai wa-

yang memadai yang diyakini dapat mem-

dah untuk membawa semua mainan itu

berikan bimbingan pendidikan dan pem-

(Anwar, 2017: 121-128).

menyebutkan

kenyataan

belajaran untuk anak didik (Saroni,

maka

Demikian

alurnya

juga

halnya

diinisiasi

dengan

Australian

States

mengajar, jika guru merasa mendidik

bahwa

standar

dengan metode tertentu tidak efektif,

profesional guru meliputi penguasaan

maka dapat digunakan metode pembela-

tiga ranah kompetensi, yaitu professional

jaran lainnya yang dinilai efektif dengan

knowledge, professional practice dan

kondisi peserta didik. Tindakan ini be-

professiona engagement -(Agung, 2014:

rasal dari pemahaman guru tentang

65-70).

metode pembelajaran dimana pemaham-

2011:

212).

mengemukakan

Struktur kurikulum yang didesain

an ini didapatkan dari proses kognitif.

Lembaga Pendidikan dan Kependidikan

Dengan demikian, setiap tindakan guru

(LPTK) tidak lain adalah cerminan

dalam

upaya produsen dalam mencetak kompe-

didasari pada tingkat pemahamannya

tensi apa saja yang harus dikuasai

yang utuh terhadap materi kognitif yang

seorang guru. Peran LPTK sejatinya

dipelajari sebelumnya.

mengajar

(profesionalitas)

menghasilkan para guru yang memiliki

Namun yang menjadi persoalan ada-

kompetensi pedagogis, profesional, so-

lah PPL yang merupakan wadah untuk

174 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

menginternalisasikan penguasaan kogni-

selama enam sampai tujuh semester yang

tif/akademik yang telah dipelajari prak-

dilalui sepertinya hanya sampai pada

tikan ke dalam keahlian terapan tidak

penguasaan akademik belum betul-betul

berfungsi optimal. Setumpuk materi kog-

sampai keahlian terapan. Dalam pen-

nitif

untuk

dekatan high order thingking skill dapat

menghadapi real teacher selama enam

dikatakan bahwa peenguasaan baru sam-

sampai tujuh semester tidak mampu

pai pada level memahami, belum sampai

seutuhnya

pada

yang

katakanlah

membentuk

bekal

jiwa

seorang

level

menerapkan

ataupun

guru. Banyak kasus yang menyebutkan

menganalisis dan mengevaluasi (dalam

setelah mengikuti PPL atau lulus dimana

Permendikbud Nomor 65 tahun 2013

mengetahui menjadi seorang guru itu tid-

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar

ak semudah yang dibayangkan maka

dan Menengah).

beralih profesi. Padahal untuk mengem-

Maka kegiatan PPL merupakan

bangkan pola pikir, sikap dan gerak mo-

ajang untuk membentuk dan membina

torik lebih lanjut jika megetahui dan me-

kompetensi-kompetensi profesional yang

mahami informasi (kognitif) terlebih da-

diisyaratkan oleh pekerjaan guru atau

hulu (Kuswana, 2014).

tenaga kependidikan. Selain itu di-

Terdapat gesekan antara teori dan

tunjukan untuk melatih mahasiswa untuk

relitas disini. Praktikan PPL yang men-

menerapkan

galami shock

mengajar dalam skala kecil, bersifat arti-

dengan mendidik itu

teori

simulasi

belajar

bukanlah hal yang mudah, adalah yang

ficial

sangat wajar akan tetapi bukankah materi

mengajar

kognitif yang dipelajari sebelumnya sey-

2009:171). Secara umum PPL program

ogyanya dibekali untuk real teacher. Lalu

studi SI kependidikan bertujuan mem-

bagaimana dengan kasus, guru yang han-

berikan pengalaman pendidikan kepada

ya bertahan dua hari mendidik di sekolah

maha siswa secara nyata di lapangan dan

dan justru guru lulusan hukum yang

sebagai wahana untuk mempersiapkan

mampu bertahan mendidik beberapa ta-

tenaga kependidikan yang profesional.

hun. Kasus ini diyakini kerap terjadi dan

Pengalaman yang dimaksud meliputi

pada sejumlah tempat dan tuturan prakti-

pengalaman untuk mengembangkan kog-

si pendidikan, ini adalah sebuah kebena-

nisi,

ran umum.

(pengetahuan, sikap dan keterampilan)

Pembelajaran beraroma kognitif

sebagai

proses

sesungguhnya

afeksi,

dan

dari

proses

(Hamalik,

psikomotorik

dalam profesi sebagai pendidik pada

175 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

tan tematik dan saintifik (5 M);

tingkat SD, SMP dan SMA serta mampu
menerapkannya dalam penyelenggaraan

c. Pembelajaran Inquiri, Discoveri,

pendidikan dan pengajaran di Sekolah –

pembelajaran berbasis masalah,

sekolah dengan penuh tanggung jawab.

pembelajaran berbasis projek,

Dari program PPL ini diharapkan maha-

cooperative learning, dan pem-

siswa memperoleh pengalaman langsung

belajaran konstektual;

dalam menerapkan dan membentuk kom-

d. Pembelajaran

petenssi sosial, pedagogik, kepribadian

(karakter);

dan profesional sebagai guru yang profe-

practice.
f.

1. Mahasiswa memiliki pengetahuan,

diri

e. Pembelajaran dengan reflective

sional di sekolah. Secara khusus PPL ini
bertujuan agar:

sebagai

Mahasiswa mampu menampilkan

kemampuan

keguruan

keterampilan dan nilai-nilai keguruan

secara utuh dan terpadu secara

sebagai kompetensi guru yang profe-

riil di tempat PPL.
Namun permasalahan PPL berlanjut

sional;

2. Mahasiswa mengenal sekolah secara
nyata

sebagai

dasar

untuk

pada pada belum jelasnya manajemen
kurikulum

PPL

yang

terstruktur.

melaksanakan tugasnya disekolah;

Menurut pengalaman empirik dan ob-

3. Mahasiswa dapat menguasai dan

servasi serta tuturan guru PPL menyebut-

menampilkan kemampuan profesion-

kan bahwa guru pamong di sekolah men-

al secara aplikasi dan mendalam;

galami kataksaan dalam mendidik anak

4. Mahasiswa mampu menintegrasikan

PPL. Hal ini terlihat tidak ada buku pe-

berbagai pengalaman belajar dan

tunjuk PPL bagi guru pamong. Selama

penghayatan

pen-

ini yang ada hanya diperuntukan untuk

capaian kompetensi akademik se-

praktikkan. Akibatnya, guru dalam men-

bagai mana yang telah ditetapkan

didik praktikkan dalam sejumlah tatap

oleh program studi, ditekankan pada

muka pertemuan kelas tidak jarang men-

pencapaian kompetensi atas dasar

galami kebingungan darimana harus mu-

(Pedoman PPL UPI: 2016),:

lai karena tidak ada rambu-rambu yang

a. Pembelajaran

Higher-Ordered

dapat dijadikan pedoman. Selain itu,

Thingking pada peserta didik

kerap juga tidak ada data atau informasi

kelas tinggi;

dari kampus tentang sampai mana kom-

dalam

upaya

b. Pembelajaran deengan pendeka-

petensi praktikan dan ujung-ujungnya

176 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

kopetensi dipukul rata padahal tiap prak-

perkuat maka penulis menyodorkan be-

tikan memiliki penguasaan kompetensi

berapa data hasil wawancara, observasi

yang berbeda.

dan pengalaman empirik. Alur penyusu-

Ditambah lagi, hal yang sering

nan tulisan dimulai dengan mengalisis

terdengar adalah keluhan praktikan ten-

realita persoalan PPL di lapangan.

tang banyak siswa yang menolak ke-

Kemudian atas dasar ini dikemukakan

hadiran mereka dikarenakan sosialisasi

pemikiran pribadi sebagai solusi yang

yang minim. Atau ketidakpercayaan guru

ditawarkan atas persoalan yang terjadi

pamong dalam bentuk tidak pemberian

diaman diperkuat sejumlah pendapat ah-

jam terbang mengajar yang cukup. Masa-

li. Terakhir, dilakukan verifikasi atas tu-

lah lainnya adalah belum kuat alur

lisan guna tidak terjadi perbedaan makna

koordinasi antara LPTK sebagai pro-

antara yang dituliskan dengan yang

dusen dengan sekolah sebagai industri.

dipikirkan.

Maka

B. HASIL TEMUAN DAN PEMBA-

penulis

ingin

mengutarakan

HASAN

pemikiran yang diharapakna mampu

memberi solusi yaitu restorasi PPL beru-

1.

Desain Inovasi Manajemen Ku-

pa studi inovasi manajemen kurikulum

rikulum PPL Berlandaskan Pen-

PPL melalui kolaborasi pendekatan craft,

dekatan Craft, Competency dan

competency dan reflective model. Untuk

Reflective Model

memfokuskan kajian maka ada tiga

Setelah menganalisis realita di lapan-

pokok topik yang dibahas, yakni Pertama

gan dimana menyebutkan bahwa belum

dan Kedua, inovasi manajemen kuriku-

ada manajemen kurikulum yang menga-

lum dan deskripsi lebih lanjut job de-

tur tentang proses mendidik mahasiswa

scription guru pamong dengan ber-

PPL. Hal ini terlihat guru kerap mengala-

landaskan pendekatan craft, competency

mi kebingungan darimana mulai men-

dan reflective model. Ketiga, bentuk pen-

didik praktikan disebabkan tidak ada pe-

guatan koordinasi LPTK dan sekolah da-

doman bagi guru dalam mendidik. Hal

lam membentuk guru yang profesional

ini terlihat dari ketaksaan hal-hal berikut:

secara simultan.

kriteria keberhasilan atau capaian pem-

METODE PENELITIAN

belajaran PPL, rencana pembelajaran se-

Metode penelitian yang digunakan

hingga praktikan setelah PPL benar-

adalah library research dengan menelaah

benar mampu memenuhi kriteria profil

sejumlah literatur. Namun untuk mem-

lulusan guru.

177 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
Kriteria
Keberhasi-

Craft Model
Rencana

Kompetensi yang harus dikuasai
guru
Persoalan guru PPL di lapangan

Bagan 2.1
Desain inovasi manajemen kurikulum PPL

a. Rumusan

Kriteria

Keberhasilan

muskan hal demikian. Perencanaan
sebagai bagian krusial dari sebuah

PPL
dasarnya

konsep manajemen, permumusan

selalu terkait dengan konsep mana-

pedoman PPL bagi guru pamong

jemen. Perencanaan menempati

meliputi rumusan kriteria PPL dan

fungsi pertama dan utama diantara

rencana pembelajaran PPL.

Perencanaan

pada

fungsi-fungsi manajemen lainnya.

Mengingat PPL adalah fase

Para pakar manajemen menya-

terakhir dalam pembentukan profe-

takan bahwa apabila perencanaan

sionalitas guru, maka hendaknya

telah selesai dan dilakukan dengan

harus

benar, sebagian besar telah selesai

mungkin. Karena pada fase inilah

dilaksanakan (Makmun, 2014).

rasa menjadi guru sebenarnya diu-

dimanfaatkan

seoptimal

Merujuk pada pengalaman em-

ji. Penulis memandang ada tiga

pirik didukung beberapa tuturan

tipikal persepsi mahasiswa dalam

guru pamong menyebutkan belum

menjalani masa PPL, yakni Per-

ada pedoman PPL bagi guru

tama, mahasiswa

pamong secara deskriptif dan ter-

benar merasakan PPL adalah wak-

struktur yang didalamnya memuat

tu untuk mengaplikasikan semua

apa, mengapa dan bagaimana serta

mata kulaih yang dipelajari selama

dari mana (what, why, how and

perkuliahan. Mereka menganggap

from where) guru PPL harus

bahwa setumpuk materi kuliah

memulai

praktikan,

yang dipelajari sebelumnya akan

maka artikel ini mencoba meru-

terasa manfaatnya pada masa PPL

mendidik

178 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

yang benar-

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

karena mereka menyadari materi

man yang mengarahkan dan mem-

kuliah tersebut dipersiapkan untuk

beri solusi setiap masalah remaja.

masa PPL ini dan kemudian

Bukan dengan amarah dan emosi

setelah lulus menjalani profesi

yang tinggi yang mampu mem-

guru.

perkeruh psikologi mereka.

Kedua, mahasiswa yang maha-

Ketiga, mahasiswa yang tidak

siswa yang belajar sebaik mungkin

maksimal dalam mengembangkan

pada setiap mata kuliah di perkuli-

kompetensinya di perkuliahan se-

ahan

memahami

hingga mengalami tidak tahu apa,

secara pasti seperti apa kontribusi

mengapa dan bagaimana menjadi

mata kuliah tersebut ketika men-

seorang guru di lapangan alias buta

jalani PPL atau profesi guru. Ma-

arah. Konsekuensi yang harus di-

hasiswa tipikal ini mempunyai

tanggung

nilai akademik yang bagus namun

dengan tipikal ini harus selama

tidak dapat tahu harus bagaimana

PPL

ketika di lapangan karena tidak

pengembangan

mampu

yang

namun

tidak

merefleksikan

materi

adalah

harus
tidak

mahasiswa

memaksimalkan

kompetensi
maksimal

diri

selama

kuliah yang dipelajari ke dalam

perkuliahan. Pada waktu yang ber-

sebuah keterampilan alias hanya

samaan, juga harus mengupayakan

mengetahui

agar tercapai capaian pembelajaran

teorinya

semata.

Misalnya mata kuliah psikologi

kegiatan PPL.

perkembangan dan psikologi pen-

Maka dari pada itu, perlu adan-

didikan yang dipelajari agar paham

ya rumusan kriteria keberhasilan

perkembangan psikologi peserta

PPL. Rumusan kriteria keberhasi-

didik pada tiap fase akan tetapi

lan PPL yang akan dituliskan

iktisar substansi mata kuliah terse-

didasarkan

but tidak mampu dijadikan pijakan

lapangan dan tuntutan yang seha-

dalam sikap mendidik karakter pe-

rusnya dipenuhi setelah menjalani

serta didik. Anak yang dalam fase

kegiatan PPL. Ini berfungsi agar

remaja dengan karakter dan tugas

praktikan mengetahui betul apa

perkembangan yang sulit sehingga

yang harus dikuasai pada saat

berpotensi untuk nakal maka sey-

setelah

ogyanya guru mampu menjadi te-

demikian, praktikan mempersiap-

pada

selesai

179 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

persoalan

PPL.

di

Dengan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

kan diri secara sungguh-sungguh.

perencanaan dalam mendidik prak-

1) Menunjukkan determinasi yang

tikan. Perencaan pembelajaran da-

tinggi, minat dan bakat seorang

lam konteks ini yakni pembelaja-

guru.

ran PPL dibutuhkan dikarenakan

2) Mampu mengembangkan kom-

lima berikut: Pertama, karena pem-

petensi diri sebagai seorang

belajaran adalah proses yang ber-

guru secara utuh.

tujuan. Kedua, karena pembelajapribadi

ran proses kerja sama. Ketiga, ka-

yang guru yang mulia dengan

rena proses pembelajaran adalah

menjunjung tinggi etika profesi

hal yang kompleks. Keempat, ka-

keguruan.

rena proses pembelajaran akan

3) Menampilkan

sosok

efektif

b. Rencana Pembelajaran PPL
Sejauh penulis yang ketahui
melalui observasi dan wawancara
kepada beberapa guru pamong,

manakala

menafaatkan

berbagai sarana dan prasarana
(Sanjaya, 2008: 32-33).
Rencana

pembelajaran

PPL

maka guru pamong tidak mempu-

berikut disusun sebagai jawaban

nyai rencana pembelajaran PPL.

atas sekelumit masalah PPL yang

Alhasil, guru tidak mempunyai

dari tahun ke tahun terus terulang.

pegangan dalam mendidik PPL

Sebagaimana yang telah dijabar-

dan

mendidik

sesuai

dengan

kan di bagian pendahuluan, maka

kehendak

pribadi

rencana perencanaan PPL dapat

yang tidak terstruktur. Padahal

dijadikan tolau ukur dalam menilai

perencanaan merupakan hal sub-

kemampuan apa saja yang telah

stansial dalam sebuah maanjemen

dikuasai praktikan. Sehingga guru

kegiatan. Wina Sanjaya (2008: 30-

pamong mengetahui dengan jelas

31) menegaskan bahawa kalau kita

apa yang hendak dievaluasi dan

percaya bahwa guru sebagai peker-

mempunyai

jaanprofesional maka tentu saja

mana grafik peningkatan kompe-

setiap

akan

tensi praktikan sebagai calon guru

melaksanakan pekerjaanya perlu

yang sah. Rumusan yang ditulis-

melakukan

Tidak

kan berikkut didasarkan pada be-

terkecuali guru pamong dimana

berapa hasil wawancara di lapan-

tentu tidak terlepas memerlukan

gan dengan guru pamong, observa-

subjekstifitas

guru

yang

perencanaan.

180 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

pandangan

sampai

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

si pribadi, dan pengalaman em-

pengajaran di kelas.
Pendekatan competency model

pirik.
Rumusan rencana pembelaja-

merupakan

model

penyeleng-

ran PPL merupakan imovasi mana-

garaan pendidikan guru yang ku-

jemen

rikulumnya

kurikulum

dari

aspek

dikembangkan

perencanaan. Melihat selama ini

dasarkan

belum ada rencana pembelajaran

kecakapan yang harus dikuasai

PPL. Meskipun pada realitanya

oleh lulusan. Definisi lainnya ada-

substansi rumusan ini dilakukan

lah suatu pengembangan program

namun tidak dilakukan secara ter-

yang bermuara pada terwujudnya

struktur alias acak sehhingga di-

kompetensi sebagai ciri khas pen-

perlukan Rencana pembelajaran

didik yang didukung oleh penge-

PPL. Alhasil, praktikan setelah

tahuan, sikap, dan keterampilan

mengikut PPL dapat memenuhi

secara khusus, terukur dan keber-

kriteria keberhasilan PPL secara

hasilannya

efektif dan efisien.

(Hamalik, 2009). Pendekatan re-

Pendekatan craft model meru-

flective

ukuran

ber-

kemampuan/

dapat
model

diamati
didefinisikan

pakan model pengamatan dimana

beranjak dari pertanyaan filosofis

seorang pemula atau trainee belajar

berikut:

dari mengamati cara berbicara

1) Apakah siswa saya memahami

seorang guru yang lebih berpen-

galaman

dan

efektif.

Dengan

apa yang saya jelaskan?

2) Apakah siswa saya senang

demikian, penekanan dari model

dengan cara saya mengajar?

ini adalah pada aspek praktik dari

3) Apakah yang saya lakukan

pengamatan yang nantinya trainee

sesuai dengan rencana yang

mengeksplorasi semua tindakan

sudah saya buat?

dari apa yang sudah diamati.

Menurut

Barnawi

dan

Arifin

4) Apakah

materi

perkenalkan

yang

sudah

saya

sesuai

(2014: 35) model tukang (the craft

dengan tujuan mereka belajar

model) memungkinkan guru pemu-

atau sesuai dengan kebutuhan

la untuk mengamati dan mempela-

mereka?

jari kemampuan atau keahlian guru

5) Apakah sikap dan perilaku saya

ahli (trainer) dalam memberikan

sudah dapat menjadi contoh

181 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

yang baik baik siswa saya?
6) Apakah siswa saya senang
ketika saya mengajar?

keprofesionalan saya setelah
sertifikat

pendidik

saya

peroleh?

7) Masih perlukah saya meningmemperbaharui

Penulis memandang melalui

pengetahun saya tentang materi

ketiga pendekatan ini dapat mem-

yang diajarkan?

beri harmoni yang beda dan kuat

katkan

dan

8) Apa saja yang sudah saya

bagi

kegiatan

PPL.

Praktikan

lakukan dan yang akan saya

memulai

pembelajaran menjadi

lakukan untuk meningkatkan

real teacher dari mengamati guru

Tabel 2.1
Analisis rencana pembelajaran PPL
kolaborasi pendekatan craft, competency dan reflective model
Pertemuan
ke*
1-10

Indikator Capaian Pembelajaran
Praktikan mampu memahami
perencanaan pembelajaran
pada tataran praktikal
Praktikan mampu memahami
implementasi pembelajaran
pada tataran praktikal

Praktikkan mampu memahami
evaluasi pembelajaran pada
tataran praktikal

Bahan Kajian

Pendekatan

Mengamati cara guru membuat Rencana Proses Pembelajaran (RPP).
Mengamati cara guru menyusun silabus.
Mengamati cara guru membuat media pembelajaran
Mengamati cara guru membuka dan menutup pembelajaran
Mengamati cara guru mengelola pembelajaran
Mengamati cara guru membangkitkan motivasi belajar
siswa, misalnya melalui ice breaking
Mengamati teknik mengajar guru yang efektif
Mengamati implementasi model strategi metode pembelajaran guru
Mengamati cara yang dilakukan guru dalam menangani
anak-anak yang bermasalah dengan sikap
Mengamati cara guru mengaplikasikan 8 kemampuan dasar
guru, yaitu kemampuan membuka dna menutup pelajaran,
menjelaskan, bertanya, memberi penguatan, menggunakan
media pengajaran, membimbing diskusi kelompok kecil,
mengelola kelas, kemampuan mengadakan variasi dan
mengajar perorangan atau kelompok kecil.
Mengamati cara guru dalam membangun komunikas yang
harmoni dengan peserta didik
Mengamati cara guru membangun komunikasi yang
kontruktif antar peserta didik, misalnya: peserta didik merasa bertanggungjawab membantu temennya yang lain ketika
tidak memahami mata pelajaran.
Mengamati cara guru membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan interaktif.
Mengamati guru membuat membuat evaluasi pembelajaran
yang tepat dengan materi ajar
Mengamati bagaimana cara guru agar peserta didik dapat
mengerjakan evaluasi pembelajaran dengan jujur dan maksimal

Penerapan
Pendekatan
Craft Model
Melalui Proses
Pengamatan
dan Adaptasi

182 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017
11-25

Praktikan mampu menerjemahkan penguasaan
kognitif yang dipelajari
pada perkualihan ke dalam keahlian terapan
seorang guru.
Praktikkan mampu mencerminkan diri sebagai
sosok guru yang matang
secara kepribadian.
Praktikan dalam mengajar
mampu menggabungkan
penguasaan kognitif
perkuliahan dengan pengalaman mengajar guru di
lapangan

26-30

Praktikan mempunyai rasa
percaya diri dalam
mengajar.

Praktikan mampu mengevaluasi dan memperbaiki
setiap kekurangan dalam
mengajar pada latihan
terbimbing .
Praktikan mampu merefklesikan diri sebagai sosok
guru yang mau terus belajar meningkatkan kompetensi diri.
Praktikan mampu mengajar
secara mandiri

Menyampaikan dengan terstruktur materi ajar dengan
pedadogik yang tepat.
Mengaplikasikan materi-materi
perkuliahan yang telah dipelajari di perkuliahan dalam setiap pengambilan
keputusan mendidik.
Menjadi sosok guru yang digugu
dan ditiru.
Menjalankan berbagai macam
peran guru, diantaranya
motivator, pendamping dan
lain-lain.
Mengkreasikan model atau
strategi atau metode pembelajaran yang secara teoritis dipelajari pada saat praktik mengajar di lapangan.
Pada praktik mengajar di kelas,
juga diharapkan mampu
belajar dari pengalaman
guru-guru yang mapan.
Sudah mulai terbentuk sikap
percaya diri dalam
menghadapi berbagai
macam karakter peserta
didik dan dalam kondisi
tertekan sekalipun.
Sudah mulai merasa senang dalam mengajar.
Mempunyai sikap mau mengevaluasi diri sendiri secara
mandiri
Mempunyai sikap mau menerima kritikan yang membangun dari guru pamong.
Suka membaca
Suka mengeksplor potensi diri
sebagai guru secara kontinu
Tidak pernah bosan dan pas diri
belajar menjadi guru yang
lebih profesional
Mempunyai totalitas sikap totalitas dalam mengajar.
Mempunyai sikap dapat menjaga kepercayaan guru
pamong menggantikan
mengajar dengan memberikan upaya terbaik.

Penerapan
Craft dan Competency
Model Melalui
Latihan Terbimbing

Penerapan
Craft dan Competency
Model dan Reflection Melalui
Latihan Mandiri.

*bersifat kondisional tergantung tingkat kompetensi dan kecepatan belajar praktikan
dalam praktek mengajar

183 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

2.

Rumusan Deskripsi Job Descrip-

selalu keluhan dari praktikan tentang

tion Lebih Lanjut Guru Pamong

guru pamong dalam mendidik. Pertama,

Marujuk

wawancara

acap kali praktikan dapat penolakan dari

penulis dengan beberapa guru pamong

peserta didik karena belum semahir guru

ditemukan bahwa guru pamong tidak

pamong mengajar. Kedua, adanya sikap

mengetahui secara jelas job description

skeptis

saat melakukan tugas mendidik prak-

pamong terhadap kualitas praktikan. Ke-

tikan. Hal ini disebabkan tidak ada

tiga, guru pamong pada beberapa kasus

deskrispi rinci dan tertulis dari pihak

terlihat tidak begitu concern dalam

kampus apa yang harus dilakukan guru

membimbing praktikan dalam praktek

pamong. Selian itu, buku pedoman yang

mengajar. Keempat, evaluasi yang dil-

diberikan pihak kampus itu hanya di-

akukan guru pamong tidak menggam-

peruntukkan bagi praktikan bukan untuk

barkan grafik peningkatan kompetensi

guru pamong. Meskipun diakui, pada

praktikan dimulai dari sebelum, sedang

beberapa LPTK di daialam buku pe-

dan setelah melakukan kegiatan PPL.

doman PPl yang dipeuntukkan maha-

Maka atas realita yang telah disebutkan,

siswa ada deskripsi tugas guru pamong.

maka dianalisis kemudian disusun job

pada

hasil

Sungguhpun demikian, kerap ada
Proses Mendidik Prak-

yang

berlebihan

dari

desncription guru pamong lebih lanjut.
Masa
Pengenal

Masa Pembimbingan

Deskripsi Job
Description
Lebih Lanjut

Masa

Sosialisasi
dan Pen-

guru

LPTK/Dosen

Kepal

Guru

Bagan 2.2
Analisis deskripsi job description guru pamong lebih lanjut
184 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

a. Job Description Guru Pamong
Masa Pengenalan
1) Melakukan sosialisasi pratikan
kepada peserta didik.

2) Mengidentifikasi sejauh mana
tingkat kompetensi praktikan
dalam mengajar
3) Orientasi terhadap pencapaian
pembelajaran peserta didik
4) Orientasi terhadap kultur

sekolah dan karakteristik peserta
didik
5) Orientasi kurikulum yang
digunakan di sekolah meliputi
rencana proses pembelajaran dan
silabus

6) Orientasi jam mengajar guru
pamong
b. Job Description Guru Masa Pembimbingan
1) Menyadari betul bahwa mendidik praktikan bagian dari regenerasisasi bibit calon guru
yang lebih professional
2) Memberi contoh mengajar yang
menyenangkan, inspiratif dan
mudah dimengerti peserta didik
3) Memberi koreksi yang membangun setiap kegiatan praktek
mengajar praktikan
4) Memotivasi praktikan untuk
melakukan kreatifitas dalam
pengajaran
5) Membangun mental praktikan

agar mau terus belajar untuk
memperbaiki dan meningkatkan
kualitas diri dalam praktek

mengajar
6) Sharing idea, pengetahuan dan
pengalaman mendidik
c. Job Description Guru Masa Evaluasi
1) Memberikan evaluasi yang ob-

jektif dan menjunjung tinggi
prinsip-prinsip evaluasi
2) Hasil evaluasi yang dideskripsikan sebaiknya dapat menggambarkan grafik tingkat kompetensi
praktikan sebelum, sedang dan

sesudah mengikuti PPL
3) Evaluasi yang dilakukan hendaknya tidak hanya ditujukan
pada praktikan namun juga
kepada Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK)

sebagai produsen sumber daya
guru.
4) Evaluasi yang dilakukan
hendkanya dapat memberi
“makna” berharga bagi praktikan agar tidak peranh puas ter-

hadap kompetensi dir sebagai
guru yang telah dicapai.
3. Bentuk Penguatan Koordinasi
LPTK dan Sekolah dalam Membentuk Guru Yang Profesional Secara
Simultan

185 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

Merujuk pengalaman pribadi penulis

rat pengantar dari kampus tanpa did-

wawancara

ampingi oleh dosen pembimbing. Ter-

dengan beberapa guru pamong dan ob-

lebih lagi, pada saat penutupan PPL tidak

servasi maka ditemukan bahwa koordi-

ada kegiatan serah terima kembali dari

nasi LPTK dan sekolah dalm kegiatan

dosen pembimbing/pihak kampus ke

PPL tidak begitu harmoni. Ini dapat

sekolah. Hal ini sangat disesalkan meng-

dilihat dari kondisi aktual berikut: Per-

ingat urgensi PPL dan peran LPTK da-

tama, sejumlah kasus yang penulis

lam mengawal upaya pembentukan calon

temukan bahwa pada saat penyerahan

guru yang profesional. Ketiga, pada be-

praktikan ke sekolah oleh dosen pem-

berapa temuan dijelaskan bahwa belum

bimbing tidak disertai dengan penye-

terjalin komunikasi yang hangat dan tim-

rahan data tentang tingkat kompetensi

bal balik antara guru pamong dan dosen

praktikan selama di perkuliahan. Aki-

pembimbing misalnya monitoring seperti

batnya, guru pamong tidak mengetahui

pencapaian kompetensi mengajar prak-

sejauah mana tingkat pencapaian kompe-

tikan. Belum nampak koordinasi yang

tensi praktikan. Mana praktikan yang

kentara antara keduanya.Ini tampak pada

belum

mahir

belum ada rumusan tentang bagaimana

mengajar atau memang sudah mahir

pola kerja sama yang tertulis dan ters-

mengajar. Guru pamong tidak tahu harus

rtuktur dalam mendidik praktikan se-

mulai dari mana mendidik praktikan ka-

hingga kesan yang kerap tampak adalah

rena tidak ada data tersebut. Padahl seha-

koordinasi diantaranya keduanya terjadi

rusnya guru pamong memberikan treat-

secara accidental bukan as a planning.

diperkuat

dengan

mahir,

data

sudah

mulai

ment yang berbeda aats tingkat kompe-

Dengan

demikian,

seharusnya

tensi praktikan yang berbeda. Akhirnya,

koordinasi antara sekolah dan LPTK

proses mendidik dipukul sama rata pa-

ibarat dunia industri dengan produsen

dahal masing-masing praktikan memba-

tenaga kerja. Sekolah sebagai pengguna

wa pencapaian kompetensi mengajar

calon guru profesional melalui kegiatan

yang berbeda.

PPL dapat memberi masukan kepada

Kedua, pada beberapa kasus disebut-

LPTK sebagai pabriknya. Selanjutnya,

kan bahwa sosialiasi dan penguatan job

sebagai respon balik maka masukan ter-

description kegiatan PPL dari LPTK

sebut dapat dijadikan dasar pijakan bagi

dinilai tidak kentara. Praktikan diminta

LPTK dalam memproduksi sumber daya

datang sendiri ke sekolah membawa su-

guru yang lebih profesional yang disebar

186 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

ke berbagai jenis dan jenjang sekolah. Na- mun yang menjadi pertanyaan adalah keLPTK

Sekolah

Bagan 1.3
Hubungan timbal balik antara LPTK dengan sekolah dalam kegiatan PPL
C. SIMPULAN

pamong pada masa pengenalan,

Sejumlah pemikiran dan data doku-

pembimbingan dan evaluasi prak-

men yang telah dijabarkan di atas, maka

tikan didasarkan pada persoalan

perlunya restorasi kegiatan PPL sehingga

yang kerap terjadi pada kegiatan

kompetensi lulusan kegiatan PPL dapat

PPL.

lebih terstandar dari sebelumnya dan

3.

Perlunya koordinasi antara LPTK

tujuan PPL dicapai dengan optimal.

dan sekolah secara simultan, kontinu

Selain itu, kegiatan PPL dapat memberi

dan intens dimana saling memberi

makna khusus dan manfaat yang men-

hubungan timbal balik dalam upaya

dalam bagi calon guru sebelum terjun ke

membentuk bibit calon guru yang

dunia kerja. Sehingga, kesan yang sela-

profesional.

ma ini masih berbekas bahwa guru baru

D. DAFTAR PUSTAKA

tidak well prepared saat memasuki dunia

Agung, Iskandar. dkk. (2014). Mengem-

mengajar tidak lagi muncul. Hal ini dapat

bangkan

tercapai dengan menginisiasi tiga hal

Upaya Meningkatkan sKompetensi

berikut, yaitu:

dan Profesionalisme Guru. Jakar-

1.

Perlunya

sebuah

inovasi

yakni

mendesain manajemen kurikulum
PPL menggunakan pendekatan craft,
competency, dan reflective model
melalui perumusan kriteria keberhasilan PPL dan rencana pembelajaran PPL yang dimakudkan menjadi
pedoman bagi guru pamong dalam
mendidik praktikan .
2.

Pentingnya rumusan deskripsi lebih
lanjut tentang job description guru

Profesionalitas

Guru:

ta: Penerbit Bee Media Pustaka
Anwar, Chairul. (2017). Teori-Teori
Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Ircisod

Barnawi dan M Arifin. (2014). Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan Bagi Guru. Yogyakarta:
Gava Media.
Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:

187 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.2, Juni 2017

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembela-

Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. (2009). Pendidikan
Guru: Berdasarkan Pendekatan

Jakarta:

Kompetensi.

Bumi

Aksara.
Komarudin. (2006). Kamus Istilah Karya
Tulis Ilmiah. Jakarta: PT Bumi

jaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saroni, Muhammad. (2011). Personal
Branding

Guru:

Kualitas

dan

Kunandar. (2007).

Guru Profesional:

Implementasi KTSP dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:

Guru. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Pelaksanaan Praktek Pengalaman
Lapangan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Pt. Raja Grafindo Persada.
Kusnawa, Wowo Sunaryo. (2014). Taksonomi Kognitif: Perkembangan

Ragam Berpikir. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Makmun, U. S. (2014). Perencanaan
Pendidikan:

Suatu

Komprehensif.

Pendekatan

Bandung:

PT.

Remaja Rosdakarya.
Jejen.

Profesionalitas

Tim Penyusun. (2016). Buku Pedoman

Aksara.

Musfah,

Meningkatkan

(2011).

Peningkatan

Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Nurdin, Muhammad. (2008). Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta:
Ar Ruz Media.
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah.
188 Restorasi Praktek Pengalaman Lapangan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25