BAB III Kerangka ekonomi makro

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

BAB III
KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Kondisi perekonomian Provinsi Gorontalo tahun 2015 berikut karakteristiknya serta
proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan melalui Rancangan Kerangka
Ekonomi Daerah yang juga merupakan penjelasan atas analisis statistik perekonomian
daerah.
Untuk memperoleh gambaran kerangka ekonomi daerah tersebut, maka disusun berbagai
prioritas pembangunan, pengambilan kebijakan untuk menghadapi tantangan dan
penyelesaian masalah pembangunan agar arah pembangunan daerah tahun 2016 dapat
dicapai sesuai dengan sasaran program dan kegiatan yang ditetapkan. Pada sisi yang lain,
perkiraan sumber-sumber pendapatan dan besaran pendapatan dari sektor-sektor
potensial merupakan dasar kebijakan anggaran untuk mengalokasikan perencanaan
anggaran berbasis kinerja secara efektif dan efisien.
3.1.1 Kondisi Ekonomi Makro Provinsi Gorontalo
Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari indicator ekonomi makro
serta perekonomian daerah. Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas
dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian
global. Ada faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah

seperti yang menyangkut kebijakan pemerintah pusat menyangkut sektor moneter
maupun sektor riil. Kemudian juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh
naik turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing, dan yang
terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang telah berdampak pada
meningkatnya pemutusan hubungan kerja dan kelesuan pasar ekspor.
Perekonomian Gorontalo pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 7,74%,
lebih lambat bila dibandingkan tahun 2013 yang tumbuh sebesar 7,76%. Nilai PDRB
ADHK pada tahun 2014 mencapai Rp3.928 milyar, sedangkan pada tahun 2013
sebesar Rp3.646 milyar. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB mengalami
kenaikan dari Rp11.752 milyar pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp13.378 milyar
pada tahun 2014.
Di

tahun

2014,

semua

sektor


ekonomi

mengalami

pertumbuhan

positif.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
mencapai 11,21%, diikuti oleh sektor konstruksi 10,06% dan sektor industri
pengolahan serta sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan masing-masing
sebesar 9,12% dan 8,01%. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan
terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh hanya sebesar
5,54%. Peningkatan sektor ekonomi selengkapnya terlihat pada tabel 3.1 dibawah
ini.

III-1

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016


Tabel 3.1
Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2013 & 2014 (Tahun Dasar 2000)
Atas Dasar Harga
Berlaku
(Milyar Rupiah)
2013
2014

LAPANGAN USAHA

(1)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate dan
Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
PDRB

Atas Dasar Harga
Konstan 2000
(Milyar Rupiah)
2013
2014

Laju
Pertumbuhan
(Persen)
2013
2014


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

3.290,93

3.705,77

990,91

1.047,47


5,90

5,71

132,75

167,52

39,54

41,73

4,80

5,54

600,84
62,79
833,54


713,90
73,16
961,45

293,76
21,06
340,28

320,54
22,64
374,51

9,54
8,10
9,24

9,12
7,52
10,06


1.363,32

1.596,30

570,49

634,43

11,12

11,21

1.072,51

1.218,15

399,95

430,63


8,71

7,67

1.346,35

1.540,19

331,84

358,41

9,18

8,01

3.049,17
11.752,20

3.401,52

13.377,95

658,73
3.646,55

698,45
3.928,45

5,23
7,76

6,03
7,74

Sumber: Badan Pusat Statistik Gorontalo

Sisi lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing
sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 2014 yang
dalam sumber pertumbuhan. Sektor-sektor ekonomi yang nilai nominalnya besar
memiliki


kecenderungan

menjadi

penyumbang

terbesar

bagi

pertumbuhan,

walaupun pertumbuhan sektor bersangkutan relatif kecil (Grafik 1). Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu
11,21% memberikan kontribusi sebesar 1,81% terhadap total pertumbuhan ekonomi
yang sebesar 7,74%. Sementara itu sektor pertanian, walaupun pertumbuhannya
tidak sebesar pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, namun namun
memberikan kontribusi relatif besar yaitu 1,52% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sumber-sumber pertumbuhan secara lengkap dapat dilihat pada Grafik 1 dibawah
ini.
Grafik 3.1
Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Tahun 2014
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen)

III-2

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Secara total, nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan IV-2014 mencapai
Rp3.497 milyar, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai
Rp1.004 milyar. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan IV-2014 tersebut
lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai pada triwulan sebelumnya yaitu
Rp3.444 milyar. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan triwulan IV-2014
lebih besar dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1.006 milyar. Pada
triwulan IV-2014 ini, nilai PDRB tercatat paling tinggi berasal dari sektor pertanian
sebesar Rp934 milyar (ADHB) dan Rp257 milyar (ADHK). Nilai tersebut diikuti oleh
sektor jasa-jasa sebesar Rp901 milyar (ADHB) dan Rp181 milyar (ADHK). Nilai
sektor-sektor lainnya disajikan lengkap pada Tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2
Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga
Konstan 2000 (Milyar Rupiah)
Harga Berlaku
LAPANGAN USAHA

Trw III
2014

(1)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Konstruksi/Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan
9. Jasa-jasa
PDRB

Trw IV
2014

Harga Konstan
2000
Trw III
Trw IV
2014
2014

(2)

(3)

(4)

(5)

953,00
43,67
182,85
18,61
244,08
408,28
309,00
394,94

933,65
45,38
188,87
19,28
258,40
421,74
322,81
406,01

269,59
10,61
81,46
5,72
95,35
161,78
109,43
91,05

257,43
10,77
83,22
5,76
97,83
165,09
110,71
92,43

900,90
3.497,04

180,94
1.005,91

181,19
1.004,42

889,50
3.443,93
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo

Kinerja perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2014 atas dasar harga konstan
turun sebesar 0,15 dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q). Pertumbuhan negatif
pada triwulan IV-2014 ini terutama karena sektor pertanian mengalami penurunan
cukup signifikan, yaitu 4,51%. Hal ini didorong oleh efek musiman beberapa
komoditi pertanian seperti padi yang memasuki musim tanam serta beberapa
komoditi perkebunan lain yang telah melewati musim panen. Sementara itu, sektorsektor

lainnya

selama

triwulan

IV-2014

mengalami

pertumbuhan

positif.

Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar 2,60%,
diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 2,16%.
Selanjutnya, perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2014 bila dibandingkan
dengan triwulan IV-203 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 8,08%. Semua
sektor mengalami pertumbuhan yang positif. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 11,67%, diikuti sektor
konstruksi/ bangunan yang tumbuh sebesar 8,50% dan sektor industri pengolahan
yang tumbuh sebesar 8,30%. Pertumbuhan terendah dialami oleh sektor listrik, gas
dan air bersih yang tumbuh hanya sebesar 6,04%.

III-3

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Tabel 3.3
Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Menurut Lapangan Usaha

LAPANGAN USAHA

Trw III-2013
terhadap
Trw II-2013

Trw IV2013
terhadap
Trw III 2013

Triw IV 2013
terhadap
Trw IV-2012

(q-to-q)
(2)

(q-to-q)
(3)

(y-on-y)
(4)

5,88
2,44
2,47
0,91
2,68
3,43
2,94
2,31

-4,51
1,53
2,16
0,76
2,60
2,05
1,17
1,51

7,28
6,07
8,30
6,04
8,50
11,67
6,40
7,37

6,17
4,23

0,14
-0,15

7,35
8,08

(1)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Konstruksi/Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan
9. Jasa-jasa
PDRB

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo

Kemudian bila dilihat dari distribusi PDRB menurut sektor ADHB menunjukkan
peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama
yaitu sektor pertanian, jasa-jasa, dan perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun
2014 mempunyai peranan masing-masing sebesar 27,70%; 25,43%; dan 11,93%.
Sektor yang memberikan kontribusi terendah adalah sektor listrik, gas, dan air bersih
yaitu hanya 0,55% sebagaimana diuraikan pada tabel dibawah ini.
Pada tahun 2014 terjadi beberapa perubahan peranan pada beberapa sektor
ekonomi yang menyebabkan pergeseran struktur yaitu kenaikan peranan pada
sektor perdagangan, hotel, dan restoran dari 11,60% pada tahun 2013 menjadi
11,93%. Begitu juga dengan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan
mengalami kenaikan dalam memberikan kontribusi terhadap total PDRB dari sebesar
11,46% pada tahun 2013 menjadi sebesar 11,51% pada tahun 2014. Sementara itu,
sektor-sektor lainnya walaupun mengalami perubahan dalam peranannya namun
tidak menggeser struktur perekonomian.
Tabel 3.4
Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha 2013-2014
(Persen)
Triwulan III

Lapangan Usaha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

III-4

2013
28,00
1,13
5,11
0,53
7,09
11,60
9,13
11,46
25,95
100,00

2014
27,70
1,25
5,34
0,55
7,19
11,93
9,11
11,51
25,43
100,00

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Kemakmuran masyarakat Gorontalo secara makro dapat digambarkan dengan
indikator pendapatan per kapita atau percapita income. Semakin tinggi pendapatan
yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka tingkat kesejahteraan di wilayah
yang bersangkutan bertambah baik. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor
produksi dan transfer yang mengalir keluar sama dengan pendapatan faktor
produksi dan transfer yang masuk, maka pendapatan regional sama besar dengan
PDRB perkapita. Asumsi ini, digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data
pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk dan keluar. Namun
peningkatan

PDRB

perkapita

sebagaimana

tabel

3.5

dibawah

belum

menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Gorontalo secara umum.
Hal ini disebabkan karena PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas
dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi.
Tabel 3.5
PDRB Perkapita Gorontalo
PDRB Perkapita

2013

2014

Atas Dasar Harga Berlaku
(Rupiah)

10.703.375,26

11.991.349,31

Sumber: Bappeda Provinsi Gorontalo

Penetapan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di minggu ke-3 November
2014, mengakibatkan kenaikan harga pada beberapa kelompok, terutama kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS
Provinsi Gorontalo, pada bulan Desember 2014 terjadi Inflasi sebesar 4,12%, atau
terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 110,70 pada bulan November
2014 menjadi 115,26 pada bulan Desember 2014. Laju inflasi tahun kalender 2014
sebesar 6,14% dan inflasi “year on year” (Desember 2014 terhadap Desember 2013)
sebesar 6,14%.
Penghitungan inflasi Provinsi Gorontalo diwakili oleh Inflasi yang terjadi di Kota
Gorontalo. Inflasi di kota Gorontalo terjadi karena adanya kenaikan harga yang
ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 8,48%,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 0,51%, kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 1,52%, kelompok kesehatan
sebesar 0,09%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,10%, dan
kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 9,00%. Sedangkan
kelompok sandang mengalami penurunan indeks sebesar 0,01%.
Selain pendapatan perkapita dan perubahan inflasi, saat ini Indeks Gini atau Gini

Ratio telah menjadi salah satu aspek yang bisa menunjukkan tingkat kemakmuran
masyarakat. Indeks Gini adalah indikator yang mengindikasikan berapa besar tingkat
ketimpangan pendapatan masyarakat. Indeks Gini Provinsi Gorontalo yang ditahun
tahun 2013 berdasarkan perhitungan BPS berada di angka 0,43 bisa ditekan hingga

III-5

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

turun pada angka 0,40 di tahun 2014. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesenjangan
pendapatan antara lapisan penduduk di Gorontalo sudah mulai dapat diminimalisir.
Capaian ketenagakerjaan dan kemiskinan yang menjadi gambaran kondisi sosial
juga menunjukkan hasil yang cukup baik. Pada bulan Agustus 2014 partisipasi
angkatan kerja di Provinsi Gorontalo sebesar 62,84%, mengalami penurunan
dibandingkan

keadaan

Februari

2014

sebesar

66,25%,

namun

meningkat

dibandingkan Agustus 2013 sebesar 61,46%.
Peningkatan TPAK dari Agustus 2013 - Agustus 2014 ini disebabkan proporsi
penduduk usia kerja yang masuk ke pasar kerja mengalami kenaikan. Selama
setahun terakhir (Agustus 2013 - Agustus 2014), jumlah penduduk yang masuk
angkatan kerja naik sebesar 21.243 orang. Sedangkan pada periode yang sama
penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja justru mengalami penurunan.
Penduduk bukan angkatan kerja pada Agustus 2014 sebesar 295.761 orang, turun
sebesar 4.505 orang dari keadaan Agustus 2013 sebesar 300.266 orang.
Tabel 3.6
Penduduk usia 15 tahun keatas menurut kegiatan
Agustus
2013

Jenis Kegiatan

(1)
Bekerja
Pengangguran
Angkatan Kerja
Sekolah
Mengurus Rumah Tangga
Lainnya
Bukan Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK)
Pekerja Tidak Penuh
Setengah Penganggur
Paruh Waktu

Februari
2014

Agustus
2014

(2)

(3)

(4)

458.930
19.883
478.813
76.509
182.719
41.038
300.266

507.939
12.704
520.643
80.375
148.680
36.225
265.280

479.137
20.919
500.056
84.448
174.438
36.875
295.761

4.15

2.44

4.18

61.46

66.25

62.84

152.130
31.403
120.727

152.028
49.524
102.504

138.891
46.082
92.809

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, meningkatnya proporsi penduduk yang masuk ke
dalam pasar kerja ini mempengaruhi kesempatan kerja dan pengangguran. Pada
Agustus 2014 jumlah penduduk yang bekerja sebesar 479.137 orang, berkurang
28.802 orang dari keadaan Februari 2014 sebesar 507.939 orang, namun bertambah
20.207 orang dari keadaan Agustus 2013 sebesar 458.930 orang. Sedangkan jumlah
penganggur pada Agustus 2014 sebesar 20.919 orang, bertambah 8.215 orang dari
keadaan Februari 2014 sebesar 12.704 orang, atau bertambah 1.036 orang dari
keadaan Agustus 2013 sebesar 19.883 orang.
Dilihat dari lapangan usaha, maka sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja di
sektor pertanian. Pada bulan Agustus 2014, tercatat penduduk 15 tahun ke atas

III-6

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 39,24% dari total penduduk yang
bekerja. Sedangkan 60,76% lainnya terdistribusi ke sektor industri 8,59%,
perdagangan 17,56%, jasa kemasyarakatan 17,76% dan sektor lainnya 16,85%.
Selama setahun terakhir (Agustus 2013-Februari 2014), sektor yang mengalami
penurunan pekerja adalah sektor jasa kemasyarakatan dan sektor lainnya, dengan
penurunan jumlah pekerja masing-masing sebesar 5.645 orang (6,22%) dan 4.774
orang (5,58%).
Tabel 3.7
Penduduk usia 15 tahun yang bekerja menurut
lapangan pekerjaan utama
Lapangan Pekerjaan
Utama

(1)

Agustus 2013
Jumlah
Persen

(2)

Pertanian
169.416
Industri
35.129
Perdagangan
78.174
Jasa Kemasyarakatan
90.725
Lainnya
85.486
Total
458.930
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Februari 2014
Jumlah
Persen

Agustus 2014
Jumlah
Persen

(3)

(4)

(5)

(6)

36,92
7,65
17,03
19,77
18,63
100,00

169.345
19.196
104.106
104.443
110.849
507.939

33,34
3,78
20,50
20,56
21,82
100,00

188.033
41.165
84.147
85.080
80.712
479.137

(7)
39,24
8,59
17,56
17,76
16,85
100,00

Dalam hal jenjang pendidikan, pada bulan Agustus 2014, pekerja pada jenjang
pendidikan SD ke bawah masih tetap tinggi yaitu sekitar 300.343 orang (62,68%),
sedangkan jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja
dengan pendidikan SMP-SMU hanya sebesar 132.851 orang (27,73%) dan pekerja
dengan pendidikan Diploma-Universitas hanya sebesar 45.943 orang (9,59%).
Tabel 3.8
Penduduk Usia 15 Tahun Yang Bekerja
Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Pendidikan
Tertinggi Yang
Ditamatkan

(1)

Agustus 2013
Jumlah

(2)

SD Kebawah
281.336
SMP - SMU
134.075
Universitas
43.519
Total
458.930
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Persen

Februari 2014
Jumlah

Persen

Agustus 2014
Jumlah

Persen

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

61,30
29,21
9,48
100,00

311.270
142.556
54.113
507.939

61,28
28,07
10,65
100,00

300.343
132.851
45.943
479.137

62,68
27,73
9,59
100,00

Berdasarkan survei pada September 2014, persentase penduduk miskin di Provinsi
Gorontalo September 2014 sebesar 17,41%. Dibandingkan persentase penduduk
miskin Maret 2014 sebesar 17,44%, berarti terjadi penurunan sebesar 0,03%.
Jumlah penduduk miskin September 2014 di Provinsi Gorontalo sebanyak 195.096
jiwa, sementara jumlah penduduk miskin Maret 2014 sebanyak 194.169 jiwa.
Dengan demikian jumlah penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo selama periode
Maret 2014-September 2014 bertambah sebanyak 927 jiwa. Pada periode ini, jumlah
penduduk miskin di perkotaan mengalami penurunan, sedangkan di perdesaan
mengalami kenaikan. Penurunan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai

III-7

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

1.331 jiwa (0,36%), sedangkan kenaikan jumlah penduduk miskin di perdesaan
sebesar 2.258 jiwa (0,11%).
Penduduk miskin di Provinsi Gorontalo masih sebagian besar tinggal di perdesaan
yaitu sebesar 87,76% dan sisanya 12,24% tinggal di wilayah perkotaan dari total
jumlah penduduk miskin.
Tabel 3.9
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo
Tahun 2014
Rincian

Persentase Penduduk
Miskin/P0 (%)

Indikator
Jumlah Penduduk Miskin
(Jiwa)

(1)

(2)

(3)

6,60
6,24
-0,36

25.207
23.876
-1.331

23,10
23,21
0,11

168.962
171.220
2.258

17,44
17,41
-0,03

194.169
195.096
927

Perkotaan
Maret 2014
September 2014
Perubahan
Perdesaan
Maret 2014
September 2014
Perubahan
Kota+Desa
Maret 2014
September 2014
Perubahan
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Ukuran kemiskinan dalam bentuk persentase dan jumlah penduduk miskin sudah
sering dijadikan dasar pengukuran kemiskinan. Namun, sebenarnya terdapat dimensi
lain atau indikator lain dari kemiskinan itu sendiri, yaitu Tingkat Kedalaman
Kemiskinan dan Tingkat Keparahan Kemiskinan yang disajikan dalam bentuk Indeks.
Periode Maret 2014-September 2014 terjadi penurunan persentase penduduk miskin
dari 17,44% menjadi 17,41%, meskipun secara absolut jumlah penduduk miskin
mengalami kenaikan. Penurunan ini juga diikuti oleh semakin kecilnya jarak antara
rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dapat dilihat
bahwa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) berubah dari 3,287 pada Maret 2014
menjadi 3,128 pada September 2014. Kondisi ini menggambarkan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin semakin dekat selisihnya dengan garis kemiskinan.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Gorontalo juga mengalami penurunan
dari 0,896 pada Maret 2014 menjadi 0,832 pada September 2014. Hal ini
menandakan bahwa ketimpangan (gap) pengeluaran antara penduduk miskin itu
sendiri semakin kecil.
Tabel 3.10
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Provinsi Gorontalo tahun 2014

Indikator

Indikator

Maret 2014

September 2014

Perubahan

(1)

(2)

(3)

(4)

3,287

3,128

-0,159

Kedalaman

III-8

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Kemisikinan (P1)
Indikator Keparahan Kemiskinan
(P2)

0,896

0,832

-0,064

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Garis Kemiskinan sangat menentukan besar kecil jumlah penduduk miskin, karena
penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) itu sendiri terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan yang disebut
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo pada Maret 2014 sebesar Rp243.547 per kapita
per bulan dan pada September 2014 menjadi Rp247.611 per kapita per bulan, yang
berarti naik sebesar Rp4.064 per kapita per bulan atau naik sebesar 1,67%.
Pada September 2014, GKM untuk wilayah perkotaan sebesar Rp183.548 dan
perdesaan sebesar Rp194.814. Di sini terlihat bahwa pola konsumsi makanan di
perdesaan jauh lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sedangkan bila diperhatikan
GKNM untuk wilayah perkotaan sebesar Rp66.609 dan perdesaan sebesar Rp51.476
maka terlihat bahwa di perkotaan GKNM cenderung lebih tinggi, artinya penduduk
perkotaan mempunyai pola konsumsi non makanan jauh lebih tinggi daripada
penduduk perdesaan. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kebutuhan non makanan di
perkotaan seperti perumahan, kesehatan, pakaian, perlengkapan serta jasa lebih
banyak dan harganya lebih di atas dibandingkan wilayah perdesaan.
Bila dibedakan Garis Kemiskinan daerah perkotaan dan perdesaan, maka Garis
Kemiskinan di perkotaan September 2014 sebesar Rp250.157 per kapita per bulan
dan Garis Kemiskinan di perdesaan sebesar Rp246.290 per kapita per bulan.
Berdasarkan kondisi perekonomian Gorontalo ditahun 2014 yang cukup baik
peningkatannya, maka perkiraan kondisi indikator perekonomian Gorontalo pada
tahun 2015 diuraikan dalam tabel 3.11 dibawah ini.
Tabel 3.11
Perkiraan Indikator Ekonomi Makro Gorontalo Tahun 2015
No

Indikator

1.

Pertumbuhan Ekonomi

2.

Inflasi

3.

Penduduk miskin

4.

Tingkat pengangguran terbuka

Perkiraan capaian tahun 2015
7.7 – 8.1%
4 -7 %
15,5 - 14%
4,00%

5.
PDRB per kapita ADHB (Rp)
Sumber : RPJMD 2012 - 2017 Provinsi Gorontalo

11.709.103

3.1.2 TANTANGAN DAN PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 2016 DAN TAHUN 2017
Tantangan yang diperkirakan dapat berpengaruh pada perekonomian Gorontalo
adalah lingkungan perekonomian global, nasional, maupun lingkungan regional
Gorontalo sendiri.

III-9

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Global, Krisis keuangan Eropa yang masih berlanjut dengan tidak adanya kepastian
penyelesaian utang, pemulihan ekonomi AS yang masih lambat, serta mulai
menurunnya

kemampuan

negara-negara

Asia

untuk

menjadi

penopang

perekonomian dunia telah meningkatkan resiko ekonomi dunia. Pada tahun 2013,
kondisi perekonomian dunia secara perlahan membaik yang disebabkan oleh mulai
pulihnya perekonomian negara-negara maju. Namun, ketidakpastian kondisi
ekonomi dunia diprediksikan akan masih tetap tinggi hingga tahun 2014 yang
berdampak pada pelemahan perdagangan dunia sehingga mendorong penurunan
harga komoditi dunia, termasuk harga minyak mentah dunia.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara regional Asia terkendala oleh masih lambatnya
perekonomian Cina dan India. Selama tahun 2013, PDB Cina tumbuh 7,6 persen,
terendah sejak tahun 1999. Perlambatan ini merupakan dampak dari reformasi
struktural yang dijalankan pemerintah Cina. Cina saat ini sedang memprioritaskan
kestabilan ekonomi dibandingkan pertumbuhan yang cepat. Cina akan mengurangi
ketergantungan pertumbuhan pada kinerja ekspor dan investasi dan lebih fokus
pada target belanja konsumen dalam negeri dan jasa. Di sisi lain, inflasi yang tinggi
di India, pertumbuhan ekonomi yang masih lemah, kenaikan defisit fiskal,
ketidakseimbangan dalam neraca transaksi berjalan, dan kondisi politik yang tidak
stabil, menjadikan tahun 2013 menjadi tahun terberat bagi India.
Secara keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi dunia melambat menjadi 3,0
persen. Pada tahun 2014, perekonomian dunia diperkirakan membaik didukung oleh
pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang bertahap, upaya penyelesaian krisis Eropa
yang terarah, serta kemampuan ekonomi Cina yang membaik. Dengan demikian,
perekonomian dunia pada tahun 2014 diperkirakan IMF tumbuh sebesar 3,6 persen.

Perekonomian Nasional, upaya keras pemerintah dengan berbagai kebijakan dan
reformasi struktural ekonomi paska Krisis Asia tahun 1997/98 telah membawa
perekonomian nasional pada kondisi: (i) terus menguat yang ditandai dengan ratarata pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir mencapai hampir 6 persen;
(ii) secara fundamental mampu dan kokoh menghadapi tekanan krisis ekonomi
global, yang dimulai dengan Krisis Keuangan Lehman Brothers (tahun 2009 ekonomi
masih tumbuh tinggi sebesar 4,6 persen) dan krisis utang pemerintah di Kawasan
Eropa (tahun 2013 ekonomi masih tumbuh tinggi sebesar 5,8 persen).
Tercapainya pertumbuhan ekonomi mendekati 6 persen membutuhkan dorongan
impor barang modal dan jasa yang cukup besar. Sementara itu melambatnya
pertumbuhan ekspor barang dan jasa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
disebabkan oleh: (i) melemahnya permintaan dunia yang ditunjukkan oleh
melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia; dan (ii) melemahnya harga komoditi
internasional, dimana komposisi ekspor nasional masih didominasi oleh barang
komoditi. Kondisi ini mendorong terjadinya ketidakseimbangan eksternal, yang
ditunjukkan oleh defisit neraca transaksi berjalan yang melemah dalam beberapa

III-10

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

tahun terakhir, yaitu dari surplus sebesar 0,3 persen per PDB pada Triwulan III
tahun 2011 hingga mencapai defisit sebesar 3,9 persen per PDB pada
Untuk

menyelesaikan

ketidakseimbangan

eksternal

ini,

pemerintah

telah

meluncurkan Paket 23 Agustus 2013 dengan empat pilar kebijakan. Pertama,
mendorong foreign direct investment (FDI) dengan kebijakan mengurangi hambatan
investasi; penyederhanaan prosedur, dan melakukan revisi terhadap daftar investasi
negatif.

Kedua,

memperbaiki

neraca

transaksi

berjalan,

dengan

kebijakan

keringanan pajak untuk produk berorientasi ekspor; memberlakukan pajak untuk
impor barang mewah; serta meningkatkan produk domestik untuk kebutuhan
biodiesel dalam upaya mengurangi impor. Ketiga, mendorong kesempatan kerja
dengan kebijakan keringanan pajak untuk sektor labor intensive, mengurangi
hambatan pada lokasi kawasan khusus, dan melakukan revisi terkait penetapan
kebijakan upah minimum. Keempat, mengurangi inflasi, terutama terkait dengan
kebijakan penggantian pembatasan impor, terutama untuk produk daging dan
holtikultura.
Tantangan perekonomian nasional kedepan adalah Integrasi perekonomian global,
terutama sekali adalah akan diberlakukannya The ASEAN Community di tahun 2015.
Peningkatan integrasi ini di satu pihak akan menciptakan peluang yang lebih besar
bagi perekonomian nasional, tetapi di lain pihak juga menuntut daya saing
perekonomian nasional yang lebih tinggi. Sementara itu, pengaruh eksternal bagi
perekonomian nasional antara lain berasal dari: (a) perekonomian Amerika Serikat,
Kawasan Eropa, dan negara industri paling maju lainnya yang diperkirakan masih
tetap menjadi penggerak perekonomian dunia dan pasar dari ekspor negara
berkembang, termasuk Indonesia (b) perekonomian Asia yang diperkirakan tetap
menjadi kawasan dinamis dengan motor penggerak perekonomian Cina dan negaranegara industri di Asia lainnya, baik sebagai negara tujuan ekspor maupun sebagai
kawasan yang menarik bagi penanaman modal baik untuk jangka panjang maupun
jangka pendek.
Terdapat tiga perkembangan global yang perlu dicermati dalam tahun 2015, yaitu:
(a) krisis di kawasan eropa masih belum pulih (mild recovery) sehingga
dikhawatirkan belum mampu meningkatkan permintaan dunia, yang pada akhirnya
akan menyulitkan ekspor Indonesia tumbuh lebih cepat; (b) harga komoditas dunia
masih masih melanjutkan tren penurunan ataupun flat dan adanya indikasi
berakhirnya era supercycle juga akan mempengaruhi ekspor dan investasi
Indonesia; (c) rencana akan berakhirnya stimulus moneter (tapering off) di AS
sampai di akhir tahun 2014 dan kemungkinan akan diberlakukannya kebijakan uang
ketat di Amerika Serikat dan juga negara maju lainnya akan mendorong naiknya
biaya untuk mengakses modal internasional.
Menghadapi kondisi ini, langkah yang akan dilakukan pemerintah pusat, antara lain:
(i) penguatan ekonomi domestik melalui investasi agar daya beli meningkat; (ii)

III-11

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

meningkatkan efektivitas belanja negara, baik dari arah belanja negara tersebut
maupun dari penyerapannya, terutama yang terkait dengan prioritas belanja negara
infrastruktur; serta (iii) peningkatan efektivitas penerimaan negara dengan sekaligus
pengurangan defisit anggaran. Dengan langkah-langkah ini, secara keseluruhan
momentum

pembangunan

yang

sudah

dicapai

pada

tahun

2014

dapat

dipertahankan di tahun 2015, dan dapat ditingkatkan pada tahun 2016.

Perekonomian Gorontalo, Terjadinya efek musiman seperti Hari Raya Idul Adha,
Hari Raya Natal, menjelang tahun baru, serta even tahunan Provinsi antara lain
Festival Karawo 2015, perayaan hari ulang tahun provinsi Gorontalo yang
dirangkaikan dengan hari patriotik 23 Januari diperkirakan memberikan dampak
positif terhadap konsumsi rumah tangga yang akan mendorong peningkatan
pertumbuhan perekonomian di tahun 2015. Selain itu, faktor peningkatan dari sisi
konsumsi pemerintah seiring dengan meningkatnya alokasi anggaran (APBD)
Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten dan Kota serta kucuran anggaran dari
Pemerintah Pusat (APBN) untuk membiayai berbagai kegiatan didaerah yang jika
diupayakan

dapat

memenuhi

target

realisasi

anggaran

menjelang

hingga

berakhirnya tahun 2015 diyakini memberikan dampak yang besar terhadap
pembentukan ekonomi Gorontalo. Disamping itu, dengan kondisi dan dinamika
nasional yang diyakini makin kuat serta mulai membaiknya perekonomian global
beberapa tahun terakhir ini, secara makro pada tahun 2016 - 2017 prospek
pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo di prediksi masih dalam kondisi baik,
berdasarkan hal tersebut, maka indikator makro ekonomi Gorontalo diproyeksikan
sebagai berikut :
Tabel. 3.12
Proyeksi Indikator Makro Provinsi Gorontalo 2016 - 2017
Proyeksi

Indikator

2016

2017

Pertumbuhan Ekonomi

7.8 - 8.3%

7.8 - 8.5

Kemiskinan

14,5 - 12%

13-10

3,75%

3.5%

Tingkat Pengangguran Terbuka
PDRB Perkapita

12.509.103

Inflasi

5 - 6,5 %

13.309.103
5 - 8%

Sumber : RPJMD Provinsi Gorontalo 2012 - 2017 (diolah)

Dalam mengupayakan tercapainya proyeksi perkonomian tersebut, tantangan yang
harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah meningkatkan kesempatan kerja
yang banyak, terutama yang bersifat padat karya, lebih menguatkan pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang efektif dengan program "Membangun Desa Dari
Gorontalo", mengimplementasikan lebih konkrit dan tepat sasaran untuk programprogram pengentasan kemiskinan diantaranya program perlindungan sosial,
meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar (seperti akses terhadap pendidikan,

III-12

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

kesehatan, air bersih, sanitasi dan sebagainya) serta upaya penciptaan program
pembangunan yang inklusif, yang dilaksanakan melalui empat jalur strategi, yaitu
pertumbuhan (pro-growth), kesempatan kerja (pro-job), pengentasan kemiskinan
(pro-poor) dan pelestarian lingkungan hidup (pro-environment) yang diartikan
sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat
kepada seluruh masyarakat.
Perekonomian Gorontalo kedepan akan terus dipengaruhi oleh perkembangan
lingkungan eksternal dan internal. Untuk lingkungan eksternal akan lebih diakibatkan
oleh perkembangan perekonomian global yang semakin meningkatkan integrasi
perekonomian regional seperti menyatunya pasar Asia tenggara (AFTA) melalui
pelaksanaan MEA tahun 2015 dan pelaksanaan perdagangan bebas antara ASEAN
dan China (FTA). Keadaan ini disatu pihak akan menciptakan peluang yang lebih
besar bagi perekonomian daerah, tetapi disisi lain menuntut daya saing
perekonomian yang lebih tinggi. Dorongan eksternal bagi perekonomian tersebut
antara lain berasal dari perekonomian nasional terutama dari daerah di Pulau Jawa,
Makassar dan Manado, yang diperkirakan masih tetap menjadi pasar bagi produkproduk pertanian, perkebunan dan kehutanan yang dihasilkan dan dalam kerangka
negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka perekonomian daerah seperti
Gorontalo sangat tergantung pada perekonomian nasional.
Perekonomian Gorontalo dilihat dari perkiraan kondisi internal yang

akan

berpengaruh positif dalam kurun waktu dua tahun mendatang adalah situasi daerah
yang kondusif, yang dibarengi peningkatan kemampuan untuk menegakkan
keamanan

dan

ketertiban

serta

pelaksanaan

hukum,

termasuk

dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi, meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap

berbagai

pelaksanaan

program

pembangunan

terutama

program

pendidikan dan kesehatan gratis yang telah berdampak pada peningkatan partisipasi
masyakakat dan dengan sendirinya dapat mendorong kegiatan ekonomi dan
sumberdaya alam yang belum dieksploitasi secara maksimal. Disamping itu, adanya
lahan yang cukup luas dan belum dimanfaatkan dengan baik dan berkelanjutan,
diharapkan kedepan dapat mulai dimanfaatkan sehingga dapat menjadi motor
penggerak perekonomian Gorontalo kedepan.
Selain tantangan diatas, kedepan tantangan ekonomi Gorontalo masih cukup tinggi,
bila dilihat dari beberapa hal dibawah ini :


Struktur ekonomi Provinsi Gorontalo masih didominasi sektor primer dan belum
ada indikasi akan bergeser ke sektor sekunder;



Investasi

pemerintah

masih

mendominasi

pembentukan

perekonomian

dibandingkan swasta;


Keterbatasa Infrastruktur dan energi yang masih menjadi kendala saat ini;



Dukungan perbankan yang difasilitasi melalui mekanisme KUR belum cukup
meningkatkan pembiayaan sektor UMKM;

III-13

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016



Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada kecenderungan
menurun tetapi pada beberapa tahun kedepan diperkirakan masih relatif besar,
sehingga program program pembangunan yang berdampak langsung ke
masyarakat dan penciptaan lapangan kerja harus tetap menjadi prioritas.



Perubahan iklim yang ekstrem tetap menjadi hal yang patut dikhawatirkan akan
menggangu produksi pangan. Peningkatan produksi pangan melalui perbaikan
sistem perbenihan, intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitasi sarana
produksi akan menjadi langkah yang tepat untuk mengantisipasi.



Pada tahun 2016 kemungkinan akan dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah
secara serentak dan Provinsi Gorontalo salah satu wilayah yang akan
melaksanakannya. Perlu penciptaan stabilitas politik dan keamanan.



Dibidang teknologi, Peran Perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam
pemacuan inovasi untuk pembangunan masih relative rendah, sehingga perlu
adanya upaya peningkatan Peran Perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam
pemacuan inovasi untuk pembangunan Provinsi Gorontalo.

Pengembangan ekonomi Provinsi Gorontalo Tahun 2016 juga akan didukung oleh
prioritas pembangunan nasional yang ada dalam 9 (sembilan) Nawa Cita,
diantaranya yaitu, Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan, Akan meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia melalui: Indonesia Pintar, Indonesia Sehat,
Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera serta Mewujudkan kemandirian ekonomi dg
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi dasar perumusan
kebijakan keuangan daaerah, berbagai peraturan tersebut adalah Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah serta lebih teknis mengacu pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang
direvisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, dan revisi kedua
menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.
Sebagai implementasi dari arah kebijakan keuangan daerah tersebut dituangkan dalam
APBD dan merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah serta pembiayaan daerah.

III-14

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Untuk pendapatan daerah akan bersumber dari: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan milik Daerah dan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah; 2) Dana Perimbangan yang Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum,
dan Dana Alokasi Khusus; 3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi
Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Pemerintah Provinsi, Dana
Penyesuaian. Selanjutnya untuk pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain dana dari penerimaan daerah
tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana
dekonsentrasi, dana tugas pembantuan dan urusan bersama, yang dialokasikan untuk
menunjang program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan berdasarkan prioritas dan
bersifat penugasan kepada perangkat daerah.
Efektivitas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam RKPD
Tahun 2015 sebagai pelaksanaan agenda RPJMD tahun 2012-2017 di tahun ketiga, tidak
terlepas dari kapasitas anggaran yang dapat terkelola oleh pemerintah daerah. Untuk itu,
kebutuhan belanja pembangunan daerah akan selalu mempertimbangkan kapasitas fiskal
daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam implementasi RKPD, yang akan selalu
berdampingan dengan sumber-sumber pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana
kemitraan swasta, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate

Social Resposibility (CSR).
Selain hal tersebut arah kebijakan keuangan daerah tetap mengacu pada visi, misi dan
program prioritas sebagaimana yang terkandung didalam RPJMD Provinsi Gorontalo Tahun
2012-2017. Kebijakan anggaran belanja Tahun Anggaran 2016 diupayakan dengan
pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efesien dan efektif. Kebijakan dalam
penyusunan belanja daerah Provinsi Gorontalo berdasarkan pendekatan anggaran kinerja
(berorientasi pada hasil), untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran dan kinerja
dirumuskan pada tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD guna peningkatan kinerja
pelayanan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, pada prinsipnya bahwa setiap peningkatan alokasi belanja yang
direncanakan oleh setiap pengguna anggaran harus diikuti dengan peningkatan kinerja
pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan belanja daerah
Provinsi Gorontalo tahun 2014 sebagaimana digariskan dalam RPJMD Provinsi Gorontalo
2012‐2017,

mengacu

kepada

visi

”Terwujudnya

Percepatan

Pembangunan

Berbagai Bidang serta Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang Berkeadilan di
Provinsi Gorontalo” dan program Kepala Daerah yang pengelolaannya akan didasarkan
pada prioritas sebagai berikut:
1.

Peningkatan Sumber Daya Manusia yang dititikberatkan pada sektor:

III-15

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016



Pendidikan,

diarahkan

pada

peningkatan

pelayanan

pendidikan

dasar,

menengah dan atas, serta memberikan subsidi pendidikan (pendidikan gratis)
untuk memastikan anak usia sekolah dapat melanjutkan pendidikannya dan
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan di seluruh Desa dengan fasilitas dan
jumlah guru yang memadai.



Kesehatan, diarahkan pada pemberian jaminan pelayanan kesehatan gratis bagi
masyarakat miskin, peningkatan pelayanan pos pelayanan terpadu, pusat
kesehatan masyarakat pembantu, dan pusat kesehatan masyarakat di tingkat
distrik, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam peningkatan
pelayanan pos kesehatan di tingkat Desa.

2.

Percepatan

pembangunan

infrastruktur,

diprioritaskan

pada

pembangunan

infrastruktur dasar, dukungan pelayanan transportasi terpadu, energi, penataan
permukiman, air bersih dan sanitasi dan persampahan.
3.

Pengembangan Ekonomi Kerakyatan.

3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
a.

Realisasi dan Target Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun
2013-2015
Pada

tahun

2013

realisasi

pendapatan

daerah

sebesar

Rp1,052,555,928,696.13,

tahun 2014 (sebelum audit BPK RI) sebesar

Rp1,207,338,807,294.53

dan

Rp1,419,850,510,742.25

yang

tahun
terdiri

2015
dari

ditargetkan
PAD

sebesar

sebesar

Rp.

280.209.528.070,53, Dana Perimbangan sebesar Rp. 800.313.828.654,00, dan
komponen lainnya yang bersumber dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
dengan realisasi sebesar Rp. 126.815.450.570,00.
Perkembangan realisasi pendapatan daerah dari PAD, Dana Perimbangan dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.

III-16

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Tabel 3.13
Realisasi dan Target Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo
Tahun 2013 S/D 2015
No

(RP)

+

(RP)

+

Kenaikan

PAD

214.614.527.481,13

280.209.528.070,53

30,56

318.172.267.527,25

13,55

22,06

Pajak Daerah

200.883.464.795,00

246.727.108.410,00

22,82

298.220.945.780,25

20,87

21,85

571.212.007,00

1.064.721.893,00

86,40

2.175.000.000,00

104,28

95,34

-

1.946.292.181,00

-

13.159.850.679,13

30.471.405.586,53

131,55

13.776.321.747,00

(54,79)

38,38

722.098.488.898,00

800.313.828.654,00

10,83

936.274.443.215,00

16,99

13,91

26.800.697.898,00

23.660.330.654,00

(11,72)

30.535.792.215,00

29,06

8,67

DAU

652.284.261.000,00

734.279.438.000,00

12,57

845.395.651.000,00

15,13

13,85

DAK

43.013.530.000,00

42.374.060.000,00

(1,49)

60.343.000.000,00

42,41

20,46

115.842.912.317,00

126.815.450.570,00

9,47

165.403.800.000,00

30,43

19,95

453.872.317,00

513.944.633,00

13,24

375.000.000,00

(27,03)

(6,90)

115.389.040.000,00

126.301.505.937,00

9,46

165.028.800.000,00

30,66

20,06

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.1.4

Lain-lain PAD yang sah

1.2

Dana Perimbangan

Dana Bagi Hasil Pajak /
1.2.1 bagi hasil bukan pajak

Lain-lain Pendapatan
Daerah yg Sah
Hibah

1.3.5

Dana penyesuaian dan
otonomi khusus
Bantuan keuangan dari
provinsi atau Pemda
Lainnya
Dana penguatan
infrastruktur dan prasana
daerah
Dana tambahan
penghasilan bagi GURU
PNSD

1.3.6

Pendapatan dana darurat

1.3.4

(RP)

16,15

Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
Keuangan Daerah yg
1.1.3 dipisahkan

1.3.3

Rata2

17,60

1.1.2

1.3.2

%

1.419.850.510.742,25

1.1.1

1.3.1

Target 2015

14,71

1.1

1.3

%

1.207.338.807.294,53

PENDAPATAN

1.2.3

Realisasi 2014 (sebelum Audit BPK)

1.052.555.928.696,13

1

1.2.2

Realisasi 2013
Uraian

4.000.000.000,00 -

-

Sumber : LRA Tahun 2013-2015 (Tahun 2014 sebelum audit BPK)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa, meskipun pada tahun 2015
pendapatan daerah mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding tahun
2013 dan tahun 2014 yaitu sebesar 17,60% dengan kenaikan rata-rata
sebesar

16,15%,

namun

peningkatan

tersebut

lebih

banyak

dipengaruhi/disumbangkan oleh dana transfer pemerintah pusat yaitu dana
perimbangan dan dana BOS. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan dana
perimbangan pada tahun 2015 sebesar 16,99% sedangkan dana BOS tahun
2015 meningkat sebesar 30,66%.
Hal sebaliknya terjadi pada pendapatan asli daerah, dimana pada tahun 2015
ditargetkan naik sebesar 13,55% dibanding realisasi tahun 2014 (sebelum
audit BPK-RI) atau lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan realisasi antara
tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 30,56%. Hal tersebut disebabkan antara
lain oleh prosentase realisasi tahun 2014 yaitu sebesar 96,26%, situasi
perekonomian daerah, perekonomian nasional, adanya kenaikan harga BBM,
pengalihan wajib pajak kendaraan bermotor khususnya kerndaraan truck/ pick
up, dari kendaraan pribadi menjadi kendaraan umum (plat hitam ke plat
kuning) dan beberapa penyebab lain yang tidak dapat diperkirakan pada waktu
penetapan target pendapatan.

Selengkapnya realisasi pendapatan daerah

tahun 2014 (sebelum audit BPK-RI) dapat dilihat pada Tabel 3.14 dibawah ini.

III-17

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Tabel 3.14
Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2014
(Sebelum Pemeriksaan BPK RI)
REALISASI
ANGGARAN

s/d

PERIODE

PERIODE LALU
PENDAPATAN

INI

%

LEBIH/

TOTAL

(KURANG)

1.218.762.778.436,41

0,00

1.207.338.807.294,53

11.423.971.141,88

99,06

PENDAPATAN ASLI DAERAH

291.096.154.035,41

0,00

280.209.528.070,53

10.886.625.964,88

96,26

Pajak Daerah

259.943.069.515,65

0,00

246.727.108.410,00

13.215.961.105,65

94,92

Retribusi Daerah

1.629.000.000,00

0,00

1.064.721.893,00

564.278.107,00

65,36

Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan

4.000.000.000,00

0,00

1.946.292.181,00

2.053.707.819,00

48,66

25.524.084.519,76

0,00

30.471.405.586,53

4.947.321.066,77

119,38

800.445.594.401,00

0,00

800.313.828.654,00

131.765.747,00

99,98

23.792.096.401,00

0,00

23.660.330.654,00

131.765.747,00

99,45

734.279.438.000,00

0,00

734.279.438.000,00

0,00

100,00
100,00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

42.374.060.000,00

0,00

42.374.060.000,00

0,00

127.221.030.000,00

0,00

126.815.450.570,00

405.579.430,00

99,68

375.000.000,00

0,00

513.944.633,00

138.944.633,00

137,05

126.846.030.000,00

0,00

126.301.505.937,00

544.524.063,00

99,57

Pendapatan Hibah
Dana Penyesuaian dan Otomatis Khusus

Sumber : LRA tahun 2014 (sebelum audit BPK-RI)

b. Kapasitas Riil (Proyeksi) Kemampuan Keuangan Daerah Untuk
Pendanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun
2016-2017
Penghitungan kerangka pendanaan tetap berlandaskan pada Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah Permendagri Nomor 54 Tahun 2010.
Pada bagian ini akan dikemukakan kerangka pendanaan, khususnya kapasitas
riil untuk menentukan arah kebijakan umum pendapatan dan belanja daerah
tahun 2016 dan 2017 berdasarkan proyeksi/target yang telah direncanakan
pada RPJMD Tahun 2012-2017. Kapasitas rill Kemampuan Keuangan Daerah
Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 3.15 dibawah ini.
Tabel 3.15
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Untuk Mendanai Pembangunan Daerah Provinsi Gorontalo 2016-2017
(Sesuai RPJMD)
Proyeksi (Rp. Milyar)
No
1
2
3

Uraian
Pendapatan
Pencairan Dana Cadangan (sesuai
Perda)
Sisa Lebih Riil Perhitungan
Anggaran
Total Penerimaan

2016

2017

1.402.315.291.454,31

1.537.181.549.971,56
-

21.328.190.318,56

17.062.552.254,85

1.423.643.481.772,87

1.554.244.102.226,41

711.369.766.635,79

792.681.108.217,22

Dikurangi
4

Belanja
dan
Pengeluaran
Pembiayaan yang Wajib dan
Mengikat serta Prioritas Utama

7

Kapasitas Riil

712.273.715.137,07

Sumber: RPJMD Provinsi Gorontalo 2012 – 2017

III-18

761.562.994.009,19

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

Berdasarkan tabel tersebut, pendapatan daerah Tahun 2016 diprediksi sebesar
Rp1.402.315.291.454,31 dan pada tahun 2017 diharapkan menjadi sebesar
Rp1.537.181.549.971,56. Pendapatan tersebut ditambah dengan sisa lebih
riil perhitungan anggaran, sehingga menghasilkan total penerimaan daerah
Tahun 2016 sebesar Rp1.423.643.481.772,87 dan diharapkan mencapai
sebesar Rp1.554.244.102.226,41 pada Tahun 2017.
Realisasi dan prediksi total penerimaan ini sebagian akan digunakan untuk
belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas
utama. Selisihnya akan menjadi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah,
dimana pada Tahun 2016 sebesar Rp712.273.715.137,07 dan diharapkan
mencapai sebesar Rp761.562.994.009,19 pada Tahun 2017. Rincian
Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas
Utama akan diuraikan pada Tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.16
Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib
dan Mengikat serta Prioritas Utama
No

Proyeksi

Uraian
2016 (Rp)

2017 (Rp)

A

Belanja Tidak Langsung

667,347,672,934.47

745,333,016,662,73

1

Belanja Pegawai

336,770,583,197.41

377,183,053,181,10

2

Belanja Subsidi

1,528,818,014.05

1,534,408,248,97

3

Belanja Hibah (data diolah)

156,916,551,128.47

158,956,466,293,14

4

Belanja Bansos

2,678,551,520.79

4,075,045,894,20

5

Belanja bagi hasil Kab/Kota

116,488,523,272.69

135,558,016,752,91

6

Bantuan Keuangan (data diolah)

47,964,645,801.07

63,026,026,292,42

7

Belanja Tidak Terduga (antisipasi bencana)

5,000,000,000.00

5,000,000,000,00

B

Belanja Langsung
Belanja honorarium PNS khusus untuk guru
dan tenaga medis. (hanya Guru)
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS
Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan bulanan
kantor seperti listrik, air, telepon dan
sejenisnya )
Belanja sewa gedung kantor( yang telah ada
kontrak jangka panjangnya)
Belanja sewa perlengkapan dan peralatan
kantor ( yang telah ada kontrak jangka
panjangnya)
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Pembayaran pokok utang
Penyertaan Modal Pada PT bank Sulut
TOTAL BELANJA WAJIB