BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

(1)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 27

BAB. III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

1. Kondisi Ekonomi daerah Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun berjalan 2015

A.Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Palopo relatif tinggi dan juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Pertumbuhan ekonomi Kota Palopo selama periode tahun 2011 - 2013 menunjukkan angka di atas 8 persen, bahkan ditahun 2013 telah menembus angka 8,99 persen.

Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Palopo periode tahun 2011 - 2013 yakni mencapai 9,26 persen per tahun. Hal ini menandakan bahwa kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Kinerja tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Kota Palopo dari tahun ke tahun semakin membaik.

B.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sampai dengan tahun 2013, perekonomian Kota Palopo terus menunjukkan perkembangan yang positif dengan indikasi perkembangan produk demostik regional bruto (PDRB). Tercatat pada tahun 2013, pertumbuhan hanya mencapai Rp.2,657,681.55 atau sebesar 16,62 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 menembus angka 1,163,862.23 rupiah atau sebesar 8,16 persen, sebagaimana grafik di bawah ini :


(2)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 28 2011

2013

2,284,801.89 2,471,241.72

2,657,681.55 1,000,569.31

1,087,419.80 1,163,862.23

Sumber : Data BPS Kota Palopo 2014

C. Struktur Perekonomian

Ada 4 sektor pendukung utama perekonomian di Kota Palopo pada tahun 2013 yaitu : sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi terhadap pembentukan PDRB sebesar 23,64 persen, lalu kemudian diikuti oleh sektor Jasa sebesar 19,42 persen, sektor Pertanian 15,86 persen dan sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan 15,70 persen. Disamping itu, dua sektor lain dengan kontribusi yang cukup signifikan adalah sektor Bangunan 10,74 persen dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi 9,33 persen.

Sumber: BPS Kota Palopo Tahun 2014

D.Pertumbuhan Menurut Sektor

Sektor keuangan serta sektor listrik, gas dan air bersih menjadi sektor dengan pertumbuhan yang paling tinggi pada tahun 2013 yang


(3)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 29

mencapai 17,12 dan 10,97 persen. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara tingginya permintaan akan sektor Perdagangan dan jasa.

Sektor keuangan memberikan sumbangan sebesar 17,12 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan sektor ini sudah berlangsung sejak tahun 2008 dan memperlihatkan trend yang stabil.

Sektor keuangan, persewaan, pertambangan dan listrik dalam 3 (tiga) tahun terakhir memperlihatkan pertumbuhan yang semakin meningkat. Tahun 2011 sektor ini mencatat pertumbuhan sebesar 15,85 persen kemudian meningkat menjadi 16,40 persen pada tahun 2012 dan tahun 2013 tetap meningkat menjadi 17,12 persen. Peningkatan ini menandakan semakin banyaknya lembaga-lembaga pembiayaan untuk membiayai aktivitas perekonomian masyarakat.

Sektor-sektor yang tumbuh di bawah 10 persen antara lain sektor industri dan sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik dan air bersih dan jasa. Sektor industri tumbuh sebesar 6,17 persen dan sektor pertambangan tumbuh sebesar 5,59 persen pada tahun 2013. E.PDRB Perkapita

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa PDRB per kapita Kota Palopo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, PDRB per kapita Kota Palopo adalah sebesar Rp. 15.291.036,- yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo selama setahun adalah Rp. 15.291.036,- atau sebesar Rp. 1.274.253,- per bulan. Angka ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan PDRB perkapita Sulawesi Selatan sebesar Rp. 10,825,425,- selama setahun atau Rp. 902,118 perbulan. Pada tahun 2012 PDRB per kapita Kota Palopo bertambah menjadi Rp. 17.272.388, yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo selama setahun adalah Rp. 17.272.388,- atau sebesar Rp. 1.439.366,- per bulan.


(4)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 30

Pada tahun 2013 PDRB per kapita di Kota Palopo mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB per kapita mencapai Rp. 19,162,176,- selama setahun atau Rp. 1,596,848,- per bulan. Persentase peningkatannya hingga 15,35

persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Namun secara keseluruhan, PDRB per kapita Kota Palopo masih lebih rendah jika dibandingkan dengan PDRB per kapita Sulawesi Selatan.

Untuk meningkatkan pendapatan per kapita maka laju pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan dan sebaliknya laju pertumbuhan penduduk perlu dikendalikan. Hal ini disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk yang cepat harus diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai.

F. Tingkat Inflasi.

Inflasi dapat menjadi salah satu indikator untuk mengukur kestabilan ekonomi suatu daerah. Inflasi merupakan harga yang terjadi di masyarakat yang merupakan hasil dari interaksi antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) barang dan jasa yang beredar di masyarakat sehingga perlu dipantau perkembangannya untuk menentukan kebijakan pemerintah. Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan harga berbagai barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dari waktu ke waktu dilakukan dengan menghitung indeks harganya.

Perkembangan Inflasi Kota Palopo 2011 - 2013

Inflasi / Tahun

TAHUN

2011 2012 2013


(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 31

G. Paritas Daya Beli

Pada tahun 2013, kemampuan daya beli penduduk Kota Palopo berada pada kisaran Rp. 643,940, mengalami pertumbuhan bila dibandingkan dengan PDB Tahun 2012, yaitu Rp. 640,300 lebih besar dari Propinsi Sulawesi Selatan yang sebesar Rp. 636,600. Angka ini meningkat sedikit dari tahun 2010 yang berada di kisaran Rp.634.170. Relatif lambatnya pertumbuhan kemampuan daya beli masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu kondisi perekonomian regional, nasional maupun global. Pada tahun 2012 dan 2013, daya beli masyarakat diharapkan tetap terus meningkat.

2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015

Di tahun mendatang, diperkirakan perkembangan ekonomi Palopo masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari dinamika internal maupun lingkungan perekonomian global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Beragam tantangan dimaksud perlu disikapi secara arif dan komprehensif serta dengan langkah-langkah yang lebih nyata. Tantangan dimaksud antara lain :

1. Pentingnya mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih berimbang, bertumpu pada optimalisasi sumber daya lokal, terjaganya stabilitas wilayah serta adanya kemudahan perizinan. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dalam hal ini perlu prioritas pengembangan pada sektor-sektor yang mempunyai efek pengganda dalam menciptakan kesempatan kerja.

2. Meningkatnya harga-harga barang akibat naiknya Tarif Dasar Listrik, Rencana kenaikan Tarif Dasar Air minum oleh PDAM, dikhawatirkan


(6)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 32

akan memicu inflasi sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Hal ini harus disikapi dengan meluncurkan program-program pro rakyat, dalam bentuk program padat karya, program pemberdayaan masyarakat, bantuan peralatan kerja, bimbingan teknis serta pengawasan terhadap peredaran kebutuhan pokok masyarakat agar hidup normal.

3. Penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif, merupakan tantangan yang cukup besar bagi pemerintah daerah. Komitmen perbaikan iklim investasi tersebut telah dilakukan dengan mengadakan perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan, pelayanan, dan penyederhanaan prosedur termasuk penyederhanaan birokrasi melalui terbentuknya KPT.

4. Penyediaan infrastruktur yang cukup dan berkualitas, terutama infrastruktur jalan dan daya dukungnya, termasuk ketersediaan pasokan listrik dan air bersih. Hal ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi.

5. Peningkatan daya saing jasa dan produk, untuk mencapai peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tingginya pertumbuhan usaha jasa dan industri, khususnya industri rumah tangga diperlukan tidak saja sebagai penopang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan juga untuk merangsang penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dan bermutu

6. Peningkatan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta (public-private partnership). Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasi dan berkualitas.


(7)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 33

7. Membangun landasan yang kokoh bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa-masa yang akan datang. Oleh karena itu, tantangan tersebut harus dapat diatasi secara tepat dan proporsional melalui upaya-upaya sebagai berikut:

- Meningkatkan pertumbuhan dan sekaligus pemerataan hasil pembangunan ekonomi.

- Penanganan masalah dan dampak arus urbanisasi penduduk.

- Memantapkan kembali kinerja perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. Walaupun perekonomian Palopo telah menunjukkan hasil yang cukup baik, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian yang telah berhasil dicapai, agar terus diikuti dengan upaya pemberdayaan masyarakat secara lebih memadai.

- Meningkatkan pemberdayaan kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan perekonomian Kota, dan mampu memperbesar daya serapnya terhadap tenaga kerja.

- Menciptakan iklim kondusif bagi perekonomian daerah, sebagai salah satu prasyarat terciptanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan (terpercaya, memiliki kemudahan, dan efisien).

- Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban, dalam upaya menjaga kelancaran kegiatan ekonomi, transaksi bisnis, dan investasi.

- Menyediakan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian daerah termasuk didalamnya adalah peningkatan efisiensi distribusi barang dan jasa. Infrastruktur jalan raya perlu ditingkatkan baik volume maupun kualitasnya.

3. Arah Kebijakan Ekonomi Tahun 2015

Fokus kebijakan ekonomi makro Kota Palopo tahun 2014 - 2015 adalah pemantapan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan utama


(8)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 34

menciptakan kesempatan kerja, mengurangi penduduk miskin, meningkatkan mutu pelayanan publik dan mengelola arus urbanisasi penduduk.

Adanya situasi keterbatasan keuangan negara dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Pemerintah Kota Palopo dituntut mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah.

Berkaitan dengan kondisi yang digambarkan di atas maka usaha-usaha yang harus dilakukan dalam pemantapan ekonomi daerah yaitu :

a. menciptakan stabilitas ekonomi tahun 2015 dan menciptakan ketenteraman dan ketertiban sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh daerah.

b. Memantapkan dan terus mengevaluasi prosedur perijinan usaha. c. menyediakan infrastruktur kota untuk menunjang pertumbuhan dan

distribusi perkembangan ekonomi daerah.

d. pemberdayaan UMKM dan masyarakat miskin dengan meningkatkan koordinasi berbagai institusi melalui jaringan sistem keuangan mikro. e. memperbaiki modal sosial khususnya etos kerja dalam rangka

peningkatan produktivitas kerja.

f. efisiensi alokasi sumber daya dan dana dalam perekonomian daerah. 4. Prospek Perekonomian Daerah tahun 2015

Perekonomian Kota palopo pada tahun 2015 tidak dapat dipisahkan dari pengaruh perekonomian, global, nasional, maupun regional Sulawesi Selatan. Berdasarkan pada kondisi perekonomian tahun 2012 dan perkembangan hingga tahun 2013 serta tantangan yang dihadapi pada tahun mendatang maka prospek perekonomian pada tahun 2014 diharapkan sebagai berikut :


(9)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 35

a.Pertumbuhan Ekonomi bertahan di atas 8% b.Inflasi tidak mencapai 5%

c. PDRB atas Harga Berlaku mencapai Rp 2.500.000,- d.PDRB atas Harga Konstan Rp .1.200.000,-

e.PDRB Perkapita mencapai Rp.17.000.000,- f. Daya beli masyarakat mencapai Rp.700.000.-

Potensi tambahan terkait dengan PAD, dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009, khususnya Pasal 2, ayat (2) telah dijelaskan bahwa jenis Pajak Daerah kabupaten/kota terdiri atas: (i) Pajak Hotel; (ii) Pajak Restoran; (iii) Pajak Hiburan; (iv) Pajak Reklame; (v) Pajak Penerangan Jalan; (vi) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; (vii) Pajak Parkir; (viii) Pajak Air Tanah; (ix) Pajak Sarang Burung Walet; (x) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan (xi) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Hal ini memberikan pemahaman kepada daerah, bahwa daerah diberi kewenangan dan hak untuk merancang dan mempersiapkan peraturan daerah yang terkait dengan peraturan perundangan tersebut. Kewenangan daerah mengenai pajak tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan PAD, khususnya pada sektor hotel, restoran, tempat hiburan, reklame, dan sebagainya.

5. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Tahun 2015

Fokus kebijakan ekonomi makro Kota Palopo tahun 2014-2015 adalah pemantapan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan utama menciptakan kesempatan kerja, mengurangi penduduk miskin, meningkatkan mutu pelayanan publik dan mengelola migrasi masuk.

Adanya situasi keterbatasan keuangan negara dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Pemerintah Kota Palopo dituntut mampu meningkatkan Pendapatan Asli


(10)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 36

Daerah (PAD) dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah.

Berkaitan dengan kondisi yang digambarkan di atas maka usaha-usaha yang harus dilakukan dalam pemantapan ekonomi daerah yaitu :

a. Tetap menciptakan stabilitas ekonomi tahun 2015 agar terjaga baik dan ketenteraman ketertiban sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh daerah.

b. Memantapkan dan terus mengevaluasi prosedur perijinan usaha. c. Menyediakan infrastruktur kota untuk menunjang pertumbuhan dan

distribusi ekonomi daerah.

d. Pemberdayaan UMKM dan masyarakat miskin dengan meningkatkan koordinasi berbagai institusi melalui jaringan sistem keuangan mikro. e. Memperbaiki modal sosial khususnya etos kerja dalam rangka

peningkatan produktivitas kerja.

f. Efisiensi alokasi sumber daya dan dana dalam perekonomian daerah. g. Melakukan stimulasi kepada usaha mikro, kecil, dan menengah melalui

bantuan permodalan, peralatan, fasilitas kerja dan ruang usaha.

Berdasarkan kondisi riil perekonomian Kota Palopo Tahun 2013 dan perkiraan 2014, maka prospek perekonomian tahun 2014-2015 dapat diuraikan sebagai berikut :

- Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan akan tetap stabil setelah pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Dengan kinerja yang tetap solid, pada tahun 2015 perekonomian diharapkan dapat kembali tumbuh diatas 8 persen.

- Inflasi tahun 2014 diperkirakan lebih besar dari tahun 2013 (4,36 persen). Hal ini disebabkan terutama oleh adanya kenaikan Tarif dasar listrik dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan memicu kenaikan harga-harga barang secara umum.


(11)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 37

- Selain itu, momentum politik, yaitu pemilu 2015 ini diperkirakan pula akan memicu peredaran uang cukup signifikan sehingga akan berpengaruh pada harga beberapa produk. Pada tahun 2015 inflasi diharapkan tetap normal pada kisaran 4,1 – 4,5 persen.

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang pada dasarnya keuangan daerah meliputi komponen pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah yang harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan tetap memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Dengan demikian, arah kebijakan Keuangan Daerah akan diuraikan pada masing-masing komponen Keuangan Daerah tersebut. Secara umum arah kebijakan keuangan daerah tetap mengacu pada Ketentuan Perundangan yang berlaku saat ini antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka Arah kebijakan keuangan daerah dalam RKPD Kota Palopo pada tahun 2016 bertujuan untuk :

1. Menopang proses pembangunan daerah yang berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi daerah;

2. Menjamin ketersediaan pendanaan pelayanan dasar secara memadai bagi kesejahteraan masyarakat;

3. Meminimalkan resiko fiskal sehingga dapat menjamin kesinambungan anggaran pembangunan daerah;

4. Kesinambungan anggaran dengan merujuk kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 terkait dengan batas defisit anggaran dan batas pinjaman/utang; dan


(12)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 38

5. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta peningkatan partisipasi masyarakat.

Kebijakan keuangan daerah juga tergantung pada capaian proyeksi pertumbuhan ekonomi, dan realisasi investasi serta kemampuan pengeluaran investasi oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan stabilitas politik dan keamanan baik nasional maupun tingkat daerah. Beberapa masalah strategis pada bidang Ekonomi Keuangan di Kota Palopo adalah (1) masih terbatasnya kemampuan daerah dalam peningkatan PAD, (2) diperlukan revitalisasi sektor jasa, pertanian, perkebunan dan peternakan, (3) rendahnya nilai investasi untuk mendorong aktivitas ekonomi produktif (4) belum optimalnya pemanfaatan sektor perikanan dan kelautan di beberapa wilayah potensial yang menjadi sektor unggulan, (5) rendahnya kreatifitas, inovasi dan etos kerja.

Dalam upaya mewujudkan visi daerah dengan mengacu pada Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Palopo yaitu “Akselerasi Potensi Daerah Guna Mendukung Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat “, sumber pembiayaan perlu lebih dioptimalkan tidak hanya melalui mobilisasi sumber pendapatan, tetapi juga melalui upaya penggalian sumber pembiayaan antara lain dari pinjaman dan obligasi daerah, serta dengan melakukan efisiensi dan efektifitas belanja.

Berikut ini adalah gambaran mengenai rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah di Kota Palopo :


(13)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 39

Tabel 3.4

Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010 s.d tahun 2014

1.1 Pendapatan asli daerah 28,219,019,906 35,703,421,516 36,214,002,329 51,663,729,162 81,649,676,136 32.16% 1.1.1 Pajak daerah 4,999,701,535 6,744,238,945 8,988,020,185 10,891,944,547 16,506,779,127 35.22% 1.1.2 Retribusi daerah 20,117,286,411 24,926,169,006 22,179,408,576 6,754,632,850 6,289,042,223 -15.89%

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan 924,062,689 1,546,938,361 1,814,389,095 2,245,115,692 2,753,845,224 32.77%

1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah 2,177,969,271 2,486,075,204 3,232,184,473 31,772,036,073 56,100,009,562 250.93% 1.2 Dana perimbangan 323,691,890,222 347,878,995,204 421,381,856,521 466,847,147,647 503,736,332,803 11.82%

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil

bukan pajak 23,223,903,622 21,790,808,204 21,997,841,521 19,076,226,647 18,012,902,803 -6.02% 1.2.2 Dana alokasi umum 278,587,486,600 297,920,487,000 361,383,685,000 408,527,791,000 449,242,430,000 12.81% 1.2.3 Dana alokasi khusus 21,880,500,000 28,167,700,000 38,000,330,000 39,243,130,000 36,481,000,000 14.97%

1.3 Lain-lain pendapatan daerah

yang sah 61,784,211,688 123,163,602,825 67,926,027,106 85,899,053,789 118,853,416,251 29.83% 1.3.1 Hibah - 1,150,000,000 - - 5,000,000,000 0.00% 1.3.2 Dana darurat - - - - - 0.00%

1.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan

dari pemerintah daerah lainnya 13,912,668,050 16,948,191,255 19,403,580,516 22,538,534,749 30,722,408,291 22.19%

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus 42,624,274,038 98,634,121,850 39,581,860,000 51,921,459,000 72,797,661,000 35.73%

1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi

pemerintah daerah lainnya**) 5,247,269,600 6,431,289,720 8,940,586,590 11,439,060,040 10,333,346,960 19.97% NO Uraian Jumlah Rata-Rata Pertumbuhan Pendapatan (%) Realisasi Tahun 2010 Realisasi Tahun 2011 Realisasi Tahun 2012 Realisasi Tahun 2013 *Realisasi Tahun 2014

604,409,930,599 704,239,425,190 14.43% JUMLAH PENDAPATAN

DAERAH 413,695,121,816 506,746,019,545 525,521,885,956

Sumber data : DPPKAD (Laporan Kuangan Kota Palopo 2010-2013 dan *)LRA TA 2014 Unaudited)

Berdasarkan pertumbuhan realisasi pendapatan, secara keseluruhan pendapatan daerah mengalami peningkatan dengan persentase kenaikan berfluktuatif. Secara persentase dan nominal pendapatan daerah keseluruhan mengalami rata-rata kenaikan pertumbuhan selama tahun 2010 sampai dengan 2014 sebesar 14.43%.

Berikut ini gambaran realisasi Belanja Daerah Kota palopo dari Tahun 2010 sampai dengan 2014 :


(14)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 40

Tabel 3.5

Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2010 s.d tahun 2014

-1 -2 -3 -4 -5

A JUMLAH BELANJA TIDAK

LANGSUNG 221,894,100,476 267,656,811,446 302,926,390,833 322,641,107,284 359,429,802,077 12.93% 2.1.1 Belanja pegawai 204,349,352,234 255,050,457,237 278,968,180,054 306,504,980,741 346,068,475,052 14.24% 2.1.2 Belanja bunga 61,875,000 1,038,058,299 3,000,000,000 4,473,037,265 7,521,308,867 470.98% 2.1.3 Belanja subsidi - - - - - 0.00% 2.1.4 Belanja hibah 10,927,371,000 9,639,373,000 14,987,955,000 10,650,791,993 4,844,630,000 -9.94% 2.1.5 Belanja bantuan sosial 4,876,669,010 1,401,258,910 3,813,726,000 497,125,000 448,675,000 1.05%

2.1.6

Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kota/kota dan Pemerintah Desa*

- - - - - 0.00%

2.1.7

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kota/Partai Politik

579,255,000 - 559,899,910 515,172,285 546,713,158 -52.00%

2.1.8 Belanja tidak terduga 1,099,578,232 527,664,000 1,596,629,869 - - 12.64%

B JUMLAH BELANJA

LANGSUNG 161,769,485,639 230,746,646,591 222,853,439,165 258,727,442,397 289,034,011,096 16.76%

C TOTAL JUMLAH BELANJA

(A+B) 383,663,586,115 498,403,458,037 525,779,829,998 581,368,549,681 648,463,813,173 14.38% NO Uraian Jumlah Rata-Rata Pertumbuhan Belanja (%) Realisasi Tahun 2010 Realisasi Tahun 2011 Realisasi Tahun 2012 Realisasi Tahun 2013 *Realisasi Tahun 2014

Sumber data : DPPKAD (Laporan Kuangan Kota Palopo 2010-2013 dan *)LRA TA 2014 Unaudited)

Dari tabel diatas rata-rata pertumbuhan realisasi belanja dari tahun 2010 sampai dengan 2014 sebesar 14.38%. Pertumbuhan belanja daerah secara garis besar kurang lebih seiring dengan pertumbuhan pendapatan daerah yaitu sebesar kurang lebih 14,43%.

2. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah melalui pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada dengan memperhatikan aspek keadilan, kepentingan umum dan kemampuan masyarakat, efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan


(15)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 41

daerah, serta memperhatikan kinerja tahun-tahun sebelumnya. Secara umum, arah kebijakan pendapatan daerah adalah sebagai berikut:

1. Rasionalisasi dalam penetapan target pendapatan daerah berdasarkan potensi dan mempertimbangkan kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun sebelumnya dan tahun berjalan serta melakukan evaluasi terhadap realisasi penerimaan pendapatan tahun sebelumnya;

2. Peningkatan pendapatan daerah melalui optimalisasi pengelolaan sumber-sumber pendapatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pendapatan Domestik Regional Bruto. Untuk mencapai hal tersebut Pertama dilakukan Intensifikasi meliputi peningkatan pelayanan pajak, pembinaan sumber daya manusia dan administrasi, peningkatan warga binaan, Sosialisasi perpajakan, dan koordinasi lintas pemda/sektor/SKPD. Kedua dilakukan Ekstensifikasi dengan pemberlakuan Perda, Pengembangan jenis dan obyek pajak; dan

3. Mengoptimalkan dan mendayagunakan kekayaan dan aset daerah.

Dengan arah kebijakan Pendapatan diatas diharapkan dapat mendorong peningkatan Pendapatan Daerah Kota Palopo sehingga dapat mendukung program-program prioritas pemerintah daerah dalam mensejahterahkan masyarakat Kota Palopo.

Berdasarkan kondisi dan kinerja ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek perekonomian daerah, maka proyeksi sumber pendapatan daerah dituangkan pada tabel Realisasi dan Targe/Proyeksi Pendapatan Daerah berikut ini:


(16)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 42

Tabel 3.6

Proyeksi/Target Pendapatan Kota Palopo Tahun 2014 s.d tahun 2016

1.1 Pendapatan asli daerah 81,649,676,136 Rp 76,227,150,900 Rp 86,224,380,625 1.1.1 Pajak daerah 16,506,779,127 Rp 16,003,178,000 Rp 17,603,495,800 1.1.2 Retribusi daerah 6,289,042,223 Rp 4,987,300,000 Rp 5,242,188,000

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan 2,753,845,224 Rp 2,748,560,200 Rp 3,023,416,220

1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 56,100,009,562 Rp 52,488,112,700 Rp 60,355,280,605

1.2 Dana perimbangan 503,736,332,803 Rp 544,436,159,000 Rp 573,837,360,190

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan

pajak 18,012,902,803 Rp 16,333,795,000 Rp 17,150,484,750 1.2.2 Dana alokasi umum 449,242,430,000 Rp 476,408,524,000 Rp 504,993,035,440 1.2.3 Dana alokasi khusus 36,481,000,000 Rp 51,693,840,000 Rp 51,693,840,000

1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 118,853,416,251 Rp 120,524,086,700 Rp 113,845,743,780

1.3.1 Hibah 5,000,000,000 Rp 9,000,000,000 Rp - 1.3.2 Dana darurat - Rp - Rp -

1.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari

pemerintah daerah lainnya 30,722,408,291 Rp 29,666,447,800 Rp 31,149,770,190

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 72,797,661,000 Rp 73,474,292,000 Rp 73,474,292,000

1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi

pemerintah daerah lainnya**) 10,333,346,960 Rp 8,383,346,900 Rp 9,221,681,590 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 704,239,425,190 Rp 741,187,396,600 Rp 773,907,484,595

NO Uraian

JUMLAH

*Realisasi Tahun 2014

Target Tahun 2015

Proyeksi Tahun 2016

Sumber : DPPKAD Kota Palopo (Perda APBD TA 2015) dan Bappeda (RPJMD Kota Palopo Tahun 2013-2018)

Pendapatan daerah Kota Palopo sampai dengan Tahun 2014 mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada Tahun 2014 total realisasi pendapatan daerah Kota Palopo mencapai Rp. 704.239.425.190,- dan tahun 2015 Pendapatan daerah Kota Palopo di targetkan mencapai Rp.741.239.425.190,-. Melihat trend peningkatan pendapatan daerah setiap tahunnya serta kebijakan pemerintah pusat maka diproyeksikan pendapatan daerah pada Tahun 2016 juga akan meningkat berkisar Rp.773.907.484.595,- atau sekitar 4,41% dari tahun sebelumnya. Peningkatan Pendapatan Daerah pada Tahun 2016 diharapkan berasal dari PAD yang diperkirakan naik


(17)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 43

sebesar Rp. 9,9 Milyar sedangkan dari Dana Perimbangan khususnya DAU diproyeksikan naik sekitar 6% atau Rp. 28,5 Milyar dari Target Tahun 2015 dan Kenaikan DBH diproyeksikan sekitar 5%. Untuk Dana Alokasi Khusus diproyeksikan tidak mengalami peningkatan karena Alokasi DAK merupakan kebijakan dari Pemerintah Pusat. Untuk Lain-lain Pendapatan daerah yang sah diperkirakan akan mengalami penurunan mengingat pada Tahun Anggaran 2016 Pemerintah Kota Palopo belum mendapat kepastian terhadap pelaksanaan program lanjutan penerusan Hibah pemerintah Australia kepada

Pemerintah Indonesia untuk peningkatan capaian MDG’s yang digunakan

Pemerintah Kota Palopo dalam melakukan penyertaan modal pada PDAM Kota Palopo.

Peningkatan pendapatan daerah Kota Palopo Sangat dipengaruhi oleh Dana Perimbangan yang memiliki persentase rata-rata sekitar 80% dan Lain-lain Pendapatan daerah yang sah dari keseluruhan Pendapatan Daerah Kota Palopo setiap tahunnya. Fluktuasi Pendapatan dari dana perimbangan sebenarnya berada di luar kendali pemerintah daerah karena alokasi dana tersebut ditentukan oleh pemerintah pusat dan Provinsi berdasarkan formula yang telah ditetapkan dan peningkatan penerimaan Negara dari sektor pajak/ non pajak serta adanya rencana perubahan kebijakan pemerintah terhadap alokasi dana transfer ke daerah melalui rancangan Revisi Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antar Pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dalam mengoptimalkan PAD Kota Palopo masih banyak Permasalahan yang dihadapi sampai saat ini, mulai dari lemahnya sanksi pelanggaran terhadap wajib pajak dan retribusi, pembatasan kewenangan pengelolaan PDRB, pendapatan dari bagi hasil belum optimal, pemberdayaan aset daerah belum optimal, sistem Waskat dan Wasdal masih lemah, Perusda/BUMD belum maksimal sebagai penghasil PAD, serta masih kurangnya partisipasi Swasta/BUMN dalam pembangunan daerah.


(18)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 44

Untuk pencapaian target dan solusi permasalahan, maka Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran Pendapatan Daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui:

a. meningkatkan kualitas pengelolaan pendapatan daerah melalui kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan yang dilaksanakan secara hati-hati dan bijaksana dengan memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat;

b. melakukan upaya penyederhanaan sistem dan prosedur pengelolaan administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, serta meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan PAD;

c. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan mampu memberikan dukungan yang optimal dalam menunjang kebutuhan dana melalui upaya mencari potensi sumber pendapatan daerah secara optimal berdasarkan kewenangan dan potensi yang dimiliki dengan mengutamakan peningkatan pelayanan serta mempertimbangkan kemampuan masyarakat; dan

d. meningkatkan koordinasi antar SKPD, Pemerintah Kota dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga) dalam rangka peningkatan pendapatan daerah.

3. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan dan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Perencanaan dan pelaksanaan belanja daerah dilakukan berdasarkan kemampuan dan kapasitas fiskal daerah karena setiap kebutuhan belanja daerah harus didukung oleh ketersediaan dana. Belanja daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja daerah terlebih dahulu diprioritaskan pada pos yang wajib


(19)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 45

dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan, belanja hibah, belanja sosial, dan belanja bantuan keuangan kepada Partai Politik, serta belanja tidak terduga. Sementara Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai visi dan Misi RPJMD Kota Palopo Tahun 2013-2018. Alokasi belanja daerah dilakukan secara rasional dan dengan memperhatikan aspek pemerataan agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dan untuk mendorong peningkatan pelayanan publik serta kesejahteraan masyarakat. Dengan mengedepankan prinsip efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan anggaran dan penerapan secara jelas tujuan dan sasaran yang akan dicapai, serta hasil dan manfaat terkait indikator kinerja yang ditentukan dan prioritas kegiatan dengan memperhitungkan beban kerja dan menggunakan standar harga yang berlaku diharapkan anggaran yang terbatas dapat dikelola dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal.

Alokasi Belanja Tidak Langsung pada tahun 2016 diuraikan antara lain sebagai berikut :

1. Belanja pegawai yang pengalokasian dananya untuk gaji dan belanja pegawai berdasarkan prestasi kerja dengan asumsi kenaikan gaji pegawai 7-10% sebagai antisipasi terhadap Kebijakan pemerintah Pusat, akres sebesar 2,5 persen untuk KGB, tunjangan, dan mutasi, pemberian insentif pegawai termasuk gaji ke 13 yang diberikan setiap tahunnya, Iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan PNS, Upah pungut/insentif, Sertifikasi Guru, tambahan penghasilan guru non sertifikasi serta tambahan pengasilan lainnya bagi PNSD, uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah;


(20)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 46

2. Belanja hibah yang diberikan kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/ atau kelompok masyarakat, sepanjang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah;

3. Belanja subsidi untuk bantuan biaya produksi/jasa kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat;

4. Belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat/yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat;

5. Bantuan keuangan dianggarkan untuk pemberian bantuan kepada partai politik sebagaimana yang diatur dalam peraturan menteri dalam negeri tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran, Dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik; dan

6. Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bantuan sosial serta kebutuhan mendesak laiannya.

Sementara itu, Belanja Langsung disusun dengan memperhitungkan kinerja yang ingin dicapai dalam rangka penyelenggaraan otonomi, disusun baik menurut klasifikasi belanja berdasarkan urusan wajib dan urusan pilihan daerah dan klasifikasi menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu maka Belanja Langsung diarahkan untuk:

1. Penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas


(21)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 47

sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial;

2. Mendanai program dan kegiatan yang menjadi prioritas SKPD dengan berpedoman pada standar pelayanan minimal dan pencapaian visi dan misi daerah; dan

3. Mendanai kebutuhan infrastruktur fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan bidang pendidikan, infrastruktur, kesehatan, lingkungan hidup, pertanian dan kehutanan, kelautan dan perikanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah dalam 5 (lima) tahun terakhir, maka diproyeksikan pada Tahun Anggaran 2016 Belanja Daerah akan naik sekitar Rp. 35,7 Milyar. Kenaikan terbesar diproyeksikan terjadi pada Belanja Tidak langsung khususnya belanja pegawai mengingat adanya Penambahan Jumlah pegawai serta antisipasi terhadap kenaikan Gaji Pegawai. Pada dasarnya pemerintah Kota Palopo telah merencanakan pada Tahun Anggaran 2016 akan memberikan Tambahan Pengahasilan atau lebih dikenal dengan Tunjangan Kinerja bagi seluruh Pegawai di Kota Palopo namun perumusan kebijakan yang masih dalam proses penyusunan sehingga belum dapat diperhitungkan berapa rencana kebutuhan belanja Tambahan Penghasilan untuk tahun 2016 oleh sebab itu proyeksi pendapatan dalam RKPD ini belum memperhitungkan nilai Belanja Tambahan Penghasilan. Untuk lebih jelasnya arah kebijakan belanja daerah, selanjutnya dituangkan dalam tabel berikut ini:


(22)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 48

Tabel 3.7

Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2014 s.d Tahun 2016

A JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 359,429,802,077 397,353,830,000 435,939,382,300

2.1.1 Belanja pegawai 346,068,475,052 385,855,523,000 424,441,075,300 2.1.2 Belanja bunga 7,521,308,867 3,207,876,000 3,207,876,000 2.1.3 Belanja subsidi - - - 2.1.4 Belanja hibah 4,844,630,000 3,500,000,000 3,500,000,000 2.1.5 Belanja bantuan sosial 448,675,000 2,950,000,000 2,950,000,000 2.1.6

Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kota/kota dan Pemerintah Desa*

- - -

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada

Provinsi/Kota/Partai Politik 546,713,158 840,431,000 840,431,000 2.1.8 Belanja tidak terduga - 1,000,000,000 1,000,000,000

B JUMLAH BELANJA LANGSUNG 289,034,011,096 325,392,191,600 322,526,727,295 C TOTAL JUMLAH BELANJA (A+B) 648,463,813,173 722,746,021,600 758,466,109,595

NO Uraian

JUMLAH

*Realisasi Tahun 2014

Target Tahun 2015

Proyeksi Tahun 2016

Sumber : DPPKAD Kota Palopo (Perda APBD TA 2015) dan Bappeda (RPJMD Kota Palopo Tahun 2013-2018)

1.Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman.


(23)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 49

Kebijakan pembiayaan diarahkan pada pembiayaan daerah yang mengacu pada akurasi, efisiensi dan profitabilitas dengan strategi sebagai berikut:

1. Jika APBD surplus, maka perlu dilakukan transfer ke persediaan kas dalam bentuk penyertaan modal maupun sisa lebih perhitungan anggaran berjalan;

2. Jika APBD defisit, maka perlu memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu dan melakukan rasionalisasi belanja; atau

3. Jika sisa lebih perhitungan anggaran tidak mencukupi untuk menutup defisit APBD, maka dilakukan dengan dana pinjaman.

Selama ini sebagian besar penerimaan pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya. Memperhatikan perkembangan kebijakan pembiayaan daerah yang ada, kecenderungan kedepan, dan kebutuhan pembangunan darah, maka kebijakan umum pembiayaan daerah tahun 2016 adalah:

1. Menciptakan pembiayaan daerah yang aman dan tidak menggangu stabilitas maupun kesinambungan anggaran daerah dengan memanfaatkan SILPA dan rencana pinjaman daerah;

2. Menjadikan penyertaan modal pemeruntah daerah dalam BUMD sebagai langkah perbaikan kinerja BUMD yang bersangkutan;

3. Menjadikan penyertaan modal (investasi) daerah sebagai upaya untuk meningkatkan PAD; dan

4. Melihat kecenderungan keuangan daerah yang mengalami defisit, dan target pendapatan yang belum terpenuhi, maka perlu antisipasi pembayaran pokok utang.

Dari analisis diatas maka jumlah penerimaan pembiayaan Tahun 2016 diproyeksikan sekitar Rp. 594 juta, rendahnya proyeksi Penerimaan Pembiayaan karena Nilai SILPA Tahun anggaran sebelumnya masih belum dapat dipastikan


(24)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 50

sehingga masih bernilai Nol. Sedangkan untuk Pengeluaran pembiayaan diproyeksikan sebesar Rp. 16,03 Milyar yang diperuntukan untuk menambah Penyertaan Modal pada PDAM Kota Palopo dan PT. Bank Sulselbar serta untuk membayar Pokok Utang atas pinjaman kepada Bank Dunia melalui Pemerintah Pusat. Untuk lebih jelasnya, proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah maka disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3.8

Realisasi, Target dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 s.d Tahun 2016

A JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN Rp 12,431,573,400 Rp 5,594,100,000 Rp 594,100,000

3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) Rp 11,581,573,400 Rp 5,000,000,000 Rp - 3.1.2 Pencairan Dana Cadangan Rp - Rp - Rp - 3.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp - Rp - Rp - 3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah Rp - Rp - Rp - 3.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman Rp - Rp - Rp - 3.1.6 Penerimaan piutang daerah Rp 850,000,000 Rp 594,100,000 Rp 594,100,000

B JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN Rp 17,320,686,565 Rp 24,035,475,000 Rp 16,035,475,000

3.2.1 Pembentukan dana cadangan Rp - Rp - Rp - 3.2.2 Penyertaan modal (Investasi) daerah Rp 12,850,000,000 Rp 21,094,100,000 Rp 13,094,100,000 3.2.3 Pembayaran pokok utang Rp 1,470,686,565 Rp 2,941,375,000 Rp 2,941,375,000 3.2.5 Pembayaran Hutang Belanja Rp 3,000,000,000 Rp - Rp -

Rp (4,889,113,165) Rp (18,441,375,000) Rp (15,441,375,000) JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO (A-B)

NO Jenis Penerimaan dan Pengeluaran

Pembiayaan Daerah

JUMLAH

Realisasi Tahun 2014

Target pada Tahun 2015

Proyeksi pada Tahun 2016


(1)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 45 dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun yang bersangkutan, belanja hibah, belanja sosial, dan belanja bantuan keuangan kepada Partai Politik, serta belanja tidak terduga. Sementara Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai visi dan Misi RPJMD Kota Palopo Tahun 2013-2018. Alokasi belanja daerah dilakukan secara rasional dan dengan memperhatikan aspek pemerataan agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dan untuk mendorong peningkatan pelayanan publik serta kesejahteraan masyarakat. Dengan mengedepankan prinsip efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan anggaran dan penerapan secara jelas tujuan dan sasaran yang akan dicapai, serta hasil dan manfaat terkait indikator kinerja yang ditentukan dan prioritas kegiatan dengan memperhitungkan beban kerja dan menggunakan standar harga yang berlaku diharapkan anggaran yang terbatas dapat dikelola dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal.

Alokasi Belanja Tidak Langsung pada tahun 2016 diuraikan antara lain sebagai berikut :

1. Belanja pegawai yang pengalokasian dananya untuk gaji dan belanja pegawai berdasarkan prestasi kerja dengan asumsi kenaikan gaji pegawai 7-10% sebagai antisipasi terhadap Kebijakan pemerintah Pusat, akres sebesar 2,5 persen untuk KGB, tunjangan, dan mutasi, pemberian insentif pegawai termasuk gaji ke 13 yang diberikan setiap tahunnya, Iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan PNS, Upah pungut/insentif, Sertifikasi Guru, tambahan penghasilan guru non sertifikasi serta tambahan pengasilan lainnya bagi PNSD, uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah;


(2)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 46 2. Belanja hibah yang diberikan kepada badan/lembaga/organisasi swasta

dan/ atau kelompok masyarakat, sepanjang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah;

3. Belanja subsidi untuk bantuan biaya produksi/jasa kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat;

4. Belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat/yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat;

5. Bantuan keuangan dianggarkan untuk pemberian bantuan kepada partai politik sebagaimana yang diatur dalam peraturan menteri dalam negeri tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran, Dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik; dan 6. Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk mendanai tanggap

darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bantuan sosial serta kebutuhan mendesak laiannya.

Sementara itu, Belanja Langsung disusun dengan memperhitungkan kinerja yang ingin dicapai dalam rangka penyelenggaraan otonomi, disusun baik menurut klasifikasi belanja berdasarkan urusan wajib dan urusan pilihan daerah dan klasifikasi menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu maka Belanja Langsung diarahkan untuk:

1. Penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas


(3)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 47 sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial;

2. Mendanai program dan kegiatan yang menjadi prioritas SKPD dengan berpedoman pada standar pelayanan minimal dan pencapaian visi dan misi daerah; dan

3. Mendanai kebutuhan infrastruktur fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan bidang pendidikan, infrastruktur, kesehatan, lingkungan hidup, pertanian dan kehutanan, kelautan dan perikanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah dalam 5 (lima) tahun terakhir, maka diproyeksikan pada Tahun Anggaran 2016 Belanja Daerah akan naik sekitar Rp. 35,7 Milyar. Kenaikan terbesar diproyeksikan terjadi pada Belanja Tidak langsung khususnya belanja pegawai mengingat adanya Penambahan Jumlah pegawai serta antisipasi terhadap kenaikan Gaji Pegawai. Pada dasarnya pemerintah Kota Palopo telah merencanakan pada Tahun Anggaran 2016 akan memberikan Tambahan Pengahasilan atau lebih dikenal dengan Tunjangan Kinerja bagi seluruh Pegawai di Kota Palopo namun perumusan kebijakan yang masih dalam proses penyusunan sehingga belum dapat diperhitungkan berapa rencana kebutuhan belanja Tambahan Penghasilan untuk tahun 2016 oleh sebab itu proyeksi pendapatan dalam RKPD ini belum memperhitungkan nilai Belanja Tambahan Penghasilan. Untuk lebih jelasnya arah kebijakan belanja daerah, selanjutnya dituangkan dalam tabel berikut ini:


(4)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 48 Tabel 3.7

Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2014 s.d Tahun 2016

A JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 359,429,802,077 397,353,830,000 435,939,382,300

2.1.1 Belanja pegawai 346,068,475,052 385,855,523,000 424,441,075,300 2.1.2 Belanja bunga 7,521,308,867 3,207,876,000 3,207,876,000 2.1.3 Belanja subsidi - - - 2.1.4 Belanja hibah 4,844,630,000 3,500,000,000 3,500,000,000 2.1.5 Belanja bantuan sosial 448,675,000 2,950,000,000 2,950,000,000

2.1.6

Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kota/kota dan Pemerintah Desa*

- - -

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada

Provinsi/Kota/Partai Politik 546,713,158 840,431,000 840,431,000

2.1.8 Belanja tidak terduga - 1,000,000,000 1,000,000,000 B JUMLAH BELANJA LANGSUNG 289,034,011,096 325,392,191,600 322,526,727,295 C TOTAL JUMLAH BELANJA (A+B) 648,463,813,173 722,746,021,600 758,466,109,595

NO Uraian

JUMLAH

*Realisasi Tahun 2014

Target Tahun 2015

Proyeksi Tahun 2016

Sumber : DPPKAD Kota Palopo (Perda APBD TA 2015) dan Bappeda (RPJMD Kota Palopo Tahun 2013-2018)

1.Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman.


(5)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 49 Kebijakan pembiayaan diarahkan pada pembiayaan daerah yang mengacu pada akurasi, efisiensi dan profitabilitas dengan strategi sebagai berikut:

1. Jika APBD surplus, maka perlu dilakukan transfer ke persediaan kas dalam bentuk penyertaan modal maupun sisa lebih perhitungan anggaran berjalan;

2. Jika APBD defisit, maka perlu memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu dan melakukan rasionalisasi belanja; atau

3. Jika sisa lebih perhitungan anggaran tidak mencukupi untuk menutup defisit APBD, maka dilakukan dengan dana pinjaman.

Selama ini sebagian besar penerimaan pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya. Memperhatikan perkembangan kebijakan pembiayaan daerah yang ada, kecenderungan kedepan, dan kebutuhan pembangunan darah, maka kebijakan umum pembiayaan daerah tahun 2016 adalah:

1. Menciptakan pembiayaan daerah yang aman dan tidak menggangu stabilitas maupun kesinambungan anggaran daerah dengan memanfaatkan SILPA dan rencana pinjaman daerah;

2. Menjadikan penyertaan modal pemeruntah daerah dalam BUMD sebagai langkah perbaikan kinerja BUMD yang bersangkutan;

3. Menjadikan penyertaan modal (investasi) daerah sebagai upaya untuk meningkatkan PAD; dan

4. Melihat kecenderungan keuangan daerah yang mengalami defisit, dan target pendapatan yang belum terpenuhi, maka perlu antisipasi pembayaran pokok utang.

Dari analisis diatas maka jumlah penerimaan pembiayaan Tahun 2016 diproyeksikan sekitar Rp. 594 juta, rendahnya proyeksi Penerimaan Pembiayaan karena Nilai SILPA Tahun anggaran sebelumnya masih belum dapat dipastikan


(6)

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 PEMERINTAH KOTA PALOPO|Halaman : 50 sehingga masih bernilai Nol. Sedangkan untuk Pengeluaran pembiayaan diproyeksikan sebesar Rp. 16,03 Milyar yang diperuntukan untuk menambah Penyertaan Modal pada PDAM Kota Palopo dan PT. Bank Sulselbar serta untuk membayar Pokok Utang atas pinjaman kepada Bank Dunia melalui Pemerintah Pusat. Untuk lebih jelasnya, proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah maka disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3.8

Realisasi, Target dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 s.d Tahun 2016

A JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN Rp 12,431,573,400 Rp 5,594,100,000 Rp 594,100,000 3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) Rp 11,581,573,400 Rp 5,000,000,000 Rp -

3.1.2 Pencairan Dana Cadangan Rp - Rp - Rp - 3.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp - Rp - Rp - 3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah Rp - Rp - Rp - 3.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman Rp - Rp - Rp - 3.1.6 Penerimaan piutang daerah Rp 850,000,000 Rp 594,100,000 Rp 594,100,000 B JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN Rp 17,320,686,565 Rp 24,035,475,000 Rp 16,035,475,000 3.2.1 Pembentukan dana cadangan Rp - Rp - Rp - 3.2.2 Penyertaan modal (Investasi) daerah Rp 12,850,000,000 Rp 21,094,100,000 Rp 13,094,100,000 3.2.3 Pembayaran pokok utang Rp 1,470,686,565 Rp 2,941,375,000 Rp 2,941,375,000 3.2.5 Pembayaran Hutang Belanja Rp 3,000,000,000 Rp - Rp - Rp (4,889,113,165) Rp (18,441,375,000) Rp (15,441,375,000) JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO (A-B)

NO Jenis Penerimaan dan Pengeluaran

Pembiayaan Daerah

JUMLAH Realisasi Tahun

2014

Target pada Tahun 2015

Proyeksi pada Tahun 2016