Modul Sistem Politik Indonesia dan
SISTEM POLITIK
INDONESIA
(PENGANTAR)
Aribowo
I. SEJARAH TEORI SISTEM
POLITIK
1. PENDEKATAN INSTITUSIONAL
DALAM ILMU POLITIK
1. Sejarah
2. Filsafat
3. Kelembagaan
2. REVOLUSI BEHAVIOR
1. Pengaruh teori psikologi (Pavlov)
2. Pengaruh tradisi positivisme
1. PENDEKATAN
INSTITUSIONAL DALAM
ILMU POLITIK
Jean Bodin (1530-1596) dan
Montesquieu (1689-1755),
• Semua fungsi pemerintahan dapat
dimaksudkan dalam kategori
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
• Politik lebih terfokus pada
berjalannya organisasi dan sistem
kerja lembaga-lembaga yang
membuat undang-undang, yang
melaksanakannya dan yang
menampung pertentangan yang
timbul dari berbagai kepentingan
yang berbeda dan bermacammacam penafsiran tentang undangundang.
KELEMAHAN PENDEKATAN
INSTITUSIONAL
Pendekatan sejarah, filsafat, dan
institusional ternyata tidak bisa
menjawab fenomena politik aktual.
• Persoalan seperti: bagaimanakah
perilaku demokrasi 1 negara berbeda
dgn negara lain, padahal
pemisahan/pembagian kekuasaan
negara itu sama?Mengapakah perilaku
politik klas menengah beda dengan
klas bawah?Mengapa terjadi kekerasan
politik?Mengapa perilaku penguasa
berbeda ketika yang memegang
kekuasaan dari golongan lainnya?
(Misal perilaku rezim militer beda
dengan rezim petani atau pengusaha?)
dsb
• Berbagai kelemahan itulah yang
menyebabkan ilmuwan politik
melakukan revolusi behavior
dalam ilmu politik.
• Revolusi behavior ini awalnya
dipengaruhi oleh ilmuwan
psikologi (Pavlov). Dengan tesis,
perilaku seseorang (politik)
dipengaruhi oleh lingkungan
(eksternal).
• Ini artinya perilaku politik juga
banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, sosial, ekonomi,
teknologi, dsb.
REVOLUSI BEHAVIOR
(ditahun 1960-an)
• Reaksi akibat kelemahan
pendekatan institusional
• Ilmu Politik menjadi terbuka
• Dipengaruhi ilmu psikologi
• Dipengaruhi ilmu sosiologi
• Dipengaruhi ilmu antropologi
• Dipengaruhi ilmu matematika
• Dipengaruhi ilmu ekonomi, dsb
• Sentral pembahasan: manusia
(aktor)
PERBEDAAN KONSEP
TEORI NEGARA
KLASIK
1.INSTITUSIONA
L-HISTORIS
2.SUBYEK
POKOK:
INSTITUSI,
NORMA, DAN
SEJARAH
3.NEGARA
4.KUALITATIF
TEORI SISTEM
POLITIK
1. TEORI SISTEM
2. SUBYEK
POKOK:
BEHAVIOR
AKTOR(ORANG
)
3. SISTEM POLITIK
4. KUANTITATIF
Diagram Sistem Politik Easton
Lingkungan
Permintaan
I
n
p
u
t
Lingkungan
Sistem
Politik
Keputusan
dan tindakan
Dukungan
Lingkungan
t
u
p
t
u
O
Lingkungan
Dicetak ulang dari David Easton, A Framework for Political Analysis (1965,hlm.112)
dengan seizin University of Chicago Press
PENGERTIAN SISTEM
POLITIK
DAVID EASTON:
Sistem politik merupakan alokasi nilai
nilai, dalam mana pengalokasian nilai
tersebut bersifat paksaan (dengan
kewenangan) dan pengalokasian yang
bersifat paksaan tadi mengikat
masyarakat sebagai sesuatu
keseluruhan.
Lebih lanjut Easton mengatakan bahwa
sistem politik adalah seperangkat
interaksi yang diabstraksikan dengan
seluruh tingkah laku sosial, melalui
mana nilai nilai dialokasikan secara
otoritatif kepada (seluruh) masyarakat
ROBERT A DAHL
Sistem politik adalah suatu pola
yang tetap dari hubungan antar
manusia yang melibatkan,
sampai dengan tingkat yang
berarti, kontrol, pengaruh,
kekuasaan, ataupun wewenang.
GABRIEL A. ALMOND
Sistem politik adalah merupakan
sistem interaksi yang terjadi
dalam masyarakat yang merdeka
yang menjalankan fungsi
integrasi dan adaptasi, baik
terhadap masyarakat domestik
maupun lain (luar negeri),
dengan mempergunakan sedikit
banyak paksaan pisik yang
sedikit banyak bersifat sah
CIRI-CIRI SISTEM POLITIK
Gabriel A.Almond
1.Ada struktur politik
2.Semua struktur politik
mempunyai fungsi ke arah sistem
3.Struktur politik mempunyai sifat
multi fungsi
4.Sistem campuran (dalam
pengertian kebudayaan)
DAVID EASTON
1. Ciri identifikasi, melalui 2 hal, yaitu dari unit-unit
suatu sistem politik (berupa tindakan politik)
dan semua tindakan politik itu sedikit banyak
berhubungan langsung dengan pembuatan
keputusan yang mengikat masyarakat
2. Ada proses input dan output.
3. Input berupa adanya tuntutan
1.
2.
Tuntutan berasal dari eksternal yaitu dari
sistem budaya, ekonomi, dan sosial.
Tuntutan dari internal berupa manifestasi dari
inspirasi sistem politik (misal perubahan pola
rekrutmen, perlu keseimbangan perwakilan)
4. Dukungan diarahkan ke komunitas politik, rezim
atau pemerintah
5. Diferensiasi dalam suatu sistem
6. Integrasi suatu sistem
LINGKUNGAN SISTEM
POLITIK
David Easton:
Lingkungan sistem politik terdiri atas
1. Lingkungan intrasocietal: terdiri dari
1. sistem ekologi (budaya)
2. Sistem biologi
3. Sistem personaliti (ekonomi)
4. Sistem sosial
2. Lingkungan extrasocietal terdiri dari
1. Sistem ekologi internasional
3. Sistem sosial internasional (budaya,
ekonomi,demografi internasional)
4. Sistem politik internasional
KEMAMPUAN SISTEM POLITIK
(GABRIEL A ALMOND & G.B POWELL Jr)
1. Kemampuan ekstraktif, meliputi
tingkat penampilan sistem
politik untuk mengelola sumber
daya material dan manusia
2. Kemampuan regulatif,
kemampuan mengontrol dan
mengendalikan perilaku
individu/kelompok dalam sistem
politik
3. Kemampuan
distributif:pengalokasian
jasa,simbol, barang, status, nilainilai kepada masyarakat
4. Kemampuan simbolik:
kemampuan sistem politik
untuk mentransformasikan
simbol untuk dukungan
sistem politik
5. Kemampuan responsif:
kamampuan merespon dari
lingkungan dalam negeri
maupun luar negeri (berupa
tuntutan, dukungan, protes,
dsb)
6. Kemampuan domestik dan
internasional
SOSIALISASI POLITIK
Sosialisasi Politik, Budaya
Politik, dan Partisipasi
Politik
Gabriel Almond: Sosialisasi
Politik ad. proses
pengajaran nilai-nilai
masyarakat, yaitu nilai nilai
dan kebudayaan politik,
kepada warga negara.
Sosialisasi Politik ada 2
aspek:
Berlangsung seumur hidup
Pengaruh sosialisasi politik
(2 dimensi yi) bisa
1.langsung melalui
pendidikan, dan
2.tidak langsung: akibat
faktor latar belakang
kehidupan seseorang
AGEN SOSIALISASI
POLITIK
1. Keluarga
2. Kawan bermain
3. Sekolah
4. Lingkungan pekerjaan
5. Media massa
6. Berhubungan dengan
tokoh-tokoh politik
BUDAYA POLITIK
Gabriel Almond: budaya politik
meliputi sikap warga negara
terhadap kehidupan pemerintahan
dan politiknya.
Kebudayaan politik diukur dari
1.Identitas nasional
2.Kesadaran klas
3.Motivasi berprestasi
4.Keyakinan akan kebebasan dan
persamaan
5.Efektivitas politik
6.Kepercayaan kepada pemerintah
JENIS BUDAYA POLITIK
(Gabriel Almond)
1. Parokial: orang yang tidak
menyadari adanya pemerintahan
dan politik (buta huruf, org yg
tinggal di desa terpencil, org tua yg
tdk faham adanya hak pilih dsb)
2. Subyek: orang yang pasif patuh
terhadap pejabat pemerintahan
dan undang undang, tetapi tidak
melibatkan diri dlm politik dan tdk
memelih dlm pemilu
3. Partisipan: orang yang terlibat dlm
politik (mis.ikut pemilu) dan
memperoleh informasi banyak
mengenai politik
3 MODEL BUDAYA
POLITIK
1. Budaya politik masyarakat
demokratis industri:
1. masyarakat banyak aktivis politik
sehingga ada kompetisi parpol,
2. pemilih pemilu cukup besar,
3. masyarakat kritis dan aktif
membahas masalah
kemasyarakatan dan
pemerintahan, dan
4. banyak kelompok kepentingan
mengusulkan kebijakan baru untuk
kepentingan mereka.
Ppartisipasi pol. + 40-60% penduduk
dewasa,subyeknya 30%,parokial
10%
2. Sistem Otoriter: sebagian
masyarakat industrial dan modern.
Masyarakat ini terdapat organisasi
politik beberapa partisipan politik
(mahasiswa & intelektual). Mereka
menentang sistem tsb dgn cara
persuasif hingga protes (agresif).
Kelompok pengusaha, agama,& tuan
tanah mendiskusikan masalah
pemerintahan dan aktif dalam
lobbying.
Masyarakat kebanyakan hanya subyek
yang pasif.
Kelompok parokial (petani dan buruh
tani) tidak banyak terlibat dan
faham politik.
Sistem demokratis pra
industrial: sebagian
besar masyarakat tinggal
di pedesaan dan buta
huruf dan mereka sedikit
sekali terlibat masalah
politik dan dalam
pemerintahan. Kelompok
partisipan (mahasiswa,
profesional,tuan tanah)
sedikit.
PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik adalah kegiatan
atau keikutsertaan warga negara
biasa (yang tidak mempunyai
kewenangan) dalam proses
pembuatan atau pelaksanaan
keputusan politik.
• Pemerintah memiliki
kewenangan untuk membuat
dan melaksanakan keputusan
politik, sedang masyarakat tidak
memiliki kewenangan.
KELOMPOK
KEPENTINGAN
Kelompok kepentingan
1.tidak mencari jabatan publik,
tetapi berusaha
mempengaruhi public
policy.Tidak ada wakil di
parlemen
2.bukan kontestan pemilu
3.tidak mendasarkan basis sosial
dukungan, tetapi seringkali
karena profesionalismenya
Parpol
1. Mencari/merebut jabatan
publik (DPR/DPRD,
presiden/wakil presiden,
kepala daerah, dsb).
2. Mempunyai wakil di
parlemen
3. kontestan pemilu
4. sering dapat dukungan
basis sosial luas
JENIS KELOMPOK
KEPENTINGAN
1. ANOMIK: terbentuk karena
unsur dalam masyarakat yang
bersifat spontan, seketika, tidak
memeiliki norma dan nilai yang
mengatur. Misal: crowd, unjuk
rasa mahasiswa,demonstrasi, dsb
2. INSTITUSIONAL: kelompok ini
bersifat formal & punya fungsi2
politik/sosial di samping
artikulasi kepentingan.
Misal: klik-klik militer,kelompok
birokrasi, kelompok lobbying (di
USA)
3. ASOSIASIONAL: kelompok ini
merupakan kumpulan dari orang
yang bekerja/berprofesi dalam
bidang tertentu dan orang-orang
yang terkumpul dalam nilai
tertentu. Seperti serikat buruh,
kamar dagang/usaha, paguyuban
etnis, dan asosiasi keagamaan.
4. NON ASOSIASIONAL: kelompok ini
jarang terorganisir rapi dan
aktivitasnya kadangkala, seperti
kelompok keluarga dan keturunan
(etnis), tokoh-tokoh regional/lokal,
kelompok berdasarkan status
sosial, dan kelas sosial.
PARPOL
Joseph Lapalombara & Myron Weiner,
partai politik merupakan a creature
of modern and modernizing political
system. Partai politik lahir dan
berkembang ketika gejala
modernisasi sedang berkembang di
Eropa, setelah revolusi industri.
Parrpol awalnya salah satu indikator
gejala modernisasi masyarakat,
dimana terjadi peledakan
partisipasi masyarakat dan
pemindahan hak-hak politik kepada
masyarakat (Lapalombara dan
Weiner, 1966).
Roy C. Macridis: Tidak ada sistem
politik yang dapat berlangsung
tanpa parpol.
Parpol sebagai suatu asosiasi politik
yang mengaktifkan, memobilisasi
masyarakat, mewakili kepentingan
tertentu, dan melakukan
pengkaderan yang kemudian
melahirkan pemimpin.
Parpol:instrumen untuk memobilisasi
masyarakat ke dalam kekuasaan
negara. Ini berarti parpol pada
dasarnya adalah alat untuk
memperoleh kekuasaan dan untuk
memerintah (Roy C. Macridis,
1988).
3 TEORI PARPOL
Lapalombara dan Weiner (3
teori munculnya parpol)
1.Teori Kelembagaan
2.Teori Situasi Historis
(historical-situation
theory).
3.Teori perkembangan
(development theory)
INDONESIA
(PENGANTAR)
Aribowo
I. SEJARAH TEORI SISTEM
POLITIK
1. PENDEKATAN INSTITUSIONAL
DALAM ILMU POLITIK
1. Sejarah
2. Filsafat
3. Kelembagaan
2. REVOLUSI BEHAVIOR
1. Pengaruh teori psikologi (Pavlov)
2. Pengaruh tradisi positivisme
1. PENDEKATAN
INSTITUSIONAL DALAM
ILMU POLITIK
Jean Bodin (1530-1596) dan
Montesquieu (1689-1755),
• Semua fungsi pemerintahan dapat
dimaksudkan dalam kategori
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
• Politik lebih terfokus pada
berjalannya organisasi dan sistem
kerja lembaga-lembaga yang
membuat undang-undang, yang
melaksanakannya dan yang
menampung pertentangan yang
timbul dari berbagai kepentingan
yang berbeda dan bermacammacam penafsiran tentang undangundang.
KELEMAHAN PENDEKATAN
INSTITUSIONAL
Pendekatan sejarah, filsafat, dan
institusional ternyata tidak bisa
menjawab fenomena politik aktual.
• Persoalan seperti: bagaimanakah
perilaku demokrasi 1 negara berbeda
dgn negara lain, padahal
pemisahan/pembagian kekuasaan
negara itu sama?Mengapakah perilaku
politik klas menengah beda dengan
klas bawah?Mengapa terjadi kekerasan
politik?Mengapa perilaku penguasa
berbeda ketika yang memegang
kekuasaan dari golongan lainnya?
(Misal perilaku rezim militer beda
dengan rezim petani atau pengusaha?)
dsb
• Berbagai kelemahan itulah yang
menyebabkan ilmuwan politik
melakukan revolusi behavior
dalam ilmu politik.
• Revolusi behavior ini awalnya
dipengaruhi oleh ilmuwan
psikologi (Pavlov). Dengan tesis,
perilaku seseorang (politik)
dipengaruhi oleh lingkungan
(eksternal).
• Ini artinya perilaku politik juga
banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, sosial, ekonomi,
teknologi, dsb.
REVOLUSI BEHAVIOR
(ditahun 1960-an)
• Reaksi akibat kelemahan
pendekatan institusional
• Ilmu Politik menjadi terbuka
• Dipengaruhi ilmu psikologi
• Dipengaruhi ilmu sosiologi
• Dipengaruhi ilmu antropologi
• Dipengaruhi ilmu matematika
• Dipengaruhi ilmu ekonomi, dsb
• Sentral pembahasan: manusia
(aktor)
PERBEDAAN KONSEP
TEORI NEGARA
KLASIK
1.INSTITUSIONA
L-HISTORIS
2.SUBYEK
POKOK:
INSTITUSI,
NORMA, DAN
SEJARAH
3.NEGARA
4.KUALITATIF
TEORI SISTEM
POLITIK
1. TEORI SISTEM
2. SUBYEK
POKOK:
BEHAVIOR
AKTOR(ORANG
)
3. SISTEM POLITIK
4. KUANTITATIF
Diagram Sistem Politik Easton
Lingkungan
Permintaan
I
n
p
u
t
Lingkungan
Sistem
Politik
Keputusan
dan tindakan
Dukungan
Lingkungan
t
u
p
t
u
O
Lingkungan
Dicetak ulang dari David Easton, A Framework for Political Analysis (1965,hlm.112)
dengan seizin University of Chicago Press
PENGERTIAN SISTEM
POLITIK
DAVID EASTON:
Sistem politik merupakan alokasi nilai
nilai, dalam mana pengalokasian nilai
tersebut bersifat paksaan (dengan
kewenangan) dan pengalokasian yang
bersifat paksaan tadi mengikat
masyarakat sebagai sesuatu
keseluruhan.
Lebih lanjut Easton mengatakan bahwa
sistem politik adalah seperangkat
interaksi yang diabstraksikan dengan
seluruh tingkah laku sosial, melalui
mana nilai nilai dialokasikan secara
otoritatif kepada (seluruh) masyarakat
ROBERT A DAHL
Sistem politik adalah suatu pola
yang tetap dari hubungan antar
manusia yang melibatkan,
sampai dengan tingkat yang
berarti, kontrol, pengaruh,
kekuasaan, ataupun wewenang.
GABRIEL A. ALMOND
Sistem politik adalah merupakan
sistem interaksi yang terjadi
dalam masyarakat yang merdeka
yang menjalankan fungsi
integrasi dan adaptasi, baik
terhadap masyarakat domestik
maupun lain (luar negeri),
dengan mempergunakan sedikit
banyak paksaan pisik yang
sedikit banyak bersifat sah
CIRI-CIRI SISTEM POLITIK
Gabriel A.Almond
1.Ada struktur politik
2.Semua struktur politik
mempunyai fungsi ke arah sistem
3.Struktur politik mempunyai sifat
multi fungsi
4.Sistem campuran (dalam
pengertian kebudayaan)
DAVID EASTON
1. Ciri identifikasi, melalui 2 hal, yaitu dari unit-unit
suatu sistem politik (berupa tindakan politik)
dan semua tindakan politik itu sedikit banyak
berhubungan langsung dengan pembuatan
keputusan yang mengikat masyarakat
2. Ada proses input dan output.
3. Input berupa adanya tuntutan
1.
2.
Tuntutan berasal dari eksternal yaitu dari
sistem budaya, ekonomi, dan sosial.
Tuntutan dari internal berupa manifestasi dari
inspirasi sistem politik (misal perubahan pola
rekrutmen, perlu keseimbangan perwakilan)
4. Dukungan diarahkan ke komunitas politik, rezim
atau pemerintah
5. Diferensiasi dalam suatu sistem
6. Integrasi suatu sistem
LINGKUNGAN SISTEM
POLITIK
David Easton:
Lingkungan sistem politik terdiri atas
1. Lingkungan intrasocietal: terdiri dari
1. sistem ekologi (budaya)
2. Sistem biologi
3. Sistem personaliti (ekonomi)
4. Sistem sosial
2. Lingkungan extrasocietal terdiri dari
1. Sistem ekologi internasional
3. Sistem sosial internasional (budaya,
ekonomi,demografi internasional)
4. Sistem politik internasional
KEMAMPUAN SISTEM POLITIK
(GABRIEL A ALMOND & G.B POWELL Jr)
1. Kemampuan ekstraktif, meliputi
tingkat penampilan sistem
politik untuk mengelola sumber
daya material dan manusia
2. Kemampuan regulatif,
kemampuan mengontrol dan
mengendalikan perilaku
individu/kelompok dalam sistem
politik
3. Kemampuan
distributif:pengalokasian
jasa,simbol, barang, status, nilainilai kepada masyarakat
4. Kemampuan simbolik:
kemampuan sistem politik
untuk mentransformasikan
simbol untuk dukungan
sistem politik
5. Kemampuan responsif:
kamampuan merespon dari
lingkungan dalam negeri
maupun luar negeri (berupa
tuntutan, dukungan, protes,
dsb)
6. Kemampuan domestik dan
internasional
SOSIALISASI POLITIK
Sosialisasi Politik, Budaya
Politik, dan Partisipasi
Politik
Gabriel Almond: Sosialisasi
Politik ad. proses
pengajaran nilai-nilai
masyarakat, yaitu nilai nilai
dan kebudayaan politik,
kepada warga negara.
Sosialisasi Politik ada 2
aspek:
Berlangsung seumur hidup
Pengaruh sosialisasi politik
(2 dimensi yi) bisa
1.langsung melalui
pendidikan, dan
2.tidak langsung: akibat
faktor latar belakang
kehidupan seseorang
AGEN SOSIALISASI
POLITIK
1. Keluarga
2. Kawan bermain
3. Sekolah
4. Lingkungan pekerjaan
5. Media massa
6. Berhubungan dengan
tokoh-tokoh politik
BUDAYA POLITIK
Gabriel Almond: budaya politik
meliputi sikap warga negara
terhadap kehidupan pemerintahan
dan politiknya.
Kebudayaan politik diukur dari
1.Identitas nasional
2.Kesadaran klas
3.Motivasi berprestasi
4.Keyakinan akan kebebasan dan
persamaan
5.Efektivitas politik
6.Kepercayaan kepada pemerintah
JENIS BUDAYA POLITIK
(Gabriel Almond)
1. Parokial: orang yang tidak
menyadari adanya pemerintahan
dan politik (buta huruf, org yg
tinggal di desa terpencil, org tua yg
tdk faham adanya hak pilih dsb)
2. Subyek: orang yang pasif patuh
terhadap pejabat pemerintahan
dan undang undang, tetapi tidak
melibatkan diri dlm politik dan tdk
memelih dlm pemilu
3. Partisipan: orang yang terlibat dlm
politik (mis.ikut pemilu) dan
memperoleh informasi banyak
mengenai politik
3 MODEL BUDAYA
POLITIK
1. Budaya politik masyarakat
demokratis industri:
1. masyarakat banyak aktivis politik
sehingga ada kompetisi parpol,
2. pemilih pemilu cukup besar,
3. masyarakat kritis dan aktif
membahas masalah
kemasyarakatan dan
pemerintahan, dan
4. banyak kelompok kepentingan
mengusulkan kebijakan baru untuk
kepentingan mereka.
Ppartisipasi pol. + 40-60% penduduk
dewasa,subyeknya 30%,parokial
10%
2. Sistem Otoriter: sebagian
masyarakat industrial dan modern.
Masyarakat ini terdapat organisasi
politik beberapa partisipan politik
(mahasiswa & intelektual). Mereka
menentang sistem tsb dgn cara
persuasif hingga protes (agresif).
Kelompok pengusaha, agama,& tuan
tanah mendiskusikan masalah
pemerintahan dan aktif dalam
lobbying.
Masyarakat kebanyakan hanya subyek
yang pasif.
Kelompok parokial (petani dan buruh
tani) tidak banyak terlibat dan
faham politik.
Sistem demokratis pra
industrial: sebagian
besar masyarakat tinggal
di pedesaan dan buta
huruf dan mereka sedikit
sekali terlibat masalah
politik dan dalam
pemerintahan. Kelompok
partisipan (mahasiswa,
profesional,tuan tanah)
sedikit.
PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik adalah kegiatan
atau keikutsertaan warga negara
biasa (yang tidak mempunyai
kewenangan) dalam proses
pembuatan atau pelaksanaan
keputusan politik.
• Pemerintah memiliki
kewenangan untuk membuat
dan melaksanakan keputusan
politik, sedang masyarakat tidak
memiliki kewenangan.
KELOMPOK
KEPENTINGAN
Kelompok kepentingan
1.tidak mencari jabatan publik,
tetapi berusaha
mempengaruhi public
policy.Tidak ada wakil di
parlemen
2.bukan kontestan pemilu
3.tidak mendasarkan basis sosial
dukungan, tetapi seringkali
karena profesionalismenya
Parpol
1. Mencari/merebut jabatan
publik (DPR/DPRD,
presiden/wakil presiden,
kepala daerah, dsb).
2. Mempunyai wakil di
parlemen
3. kontestan pemilu
4. sering dapat dukungan
basis sosial luas
JENIS KELOMPOK
KEPENTINGAN
1. ANOMIK: terbentuk karena
unsur dalam masyarakat yang
bersifat spontan, seketika, tidak
memeiliki norma dan nilai yang
mengatur. Misal: crowd, unjuk
rasa mahasiswa,demonstrasi, dsb
2. INSTITUSIONAL: kelompok ini
bersifat formal & punya fungsi2
politik/sosial di samping
artikulasi kepentingan.
Misal: klik-klik militer,kelompok
birokrasi, kelompok lobbying (di
USA)
3. ASOSIASIONAL: kelompok ini
merupakan kumpulan dari orang
yang bekerja/berprofesi dalam
bidang tertentu dan orang-orang
yang terkumpul dalam nilai
tertentu. Seperti serikat buruh,
kamar dagang/usaha, paguyuban
etnis, dan asosiasi keagamaan.
4. NON ASOSIASIONAL: kelompok ini
jarang terorganisir rapi dan
aktivitasnya kadangkala, seperti
kelompok keluarga dan keturunan
(etnis), tokoh-tokoh regional/lokal,
kelompok berdasarkan status
sosial, dan kelas sosial.
PARPOL
Joseph Lapalombara & Myron Weiner,
partai politik merupakan a creature
of modern and modernizing political
system. Partai politik lahir dan
berkembang ketika gejala
modernisasi sedang berkembang di
Eropa, setelah revolusi industri.
Parrpol awalnya salah satu indikator
gejala modernisasi masyarakat,
dimana terjadi peledakan
partisipasi masyarakat dan
pemindahan hak-hak politik kepada
masyarakat (Lapalombara dan
Weiner, 1966).
Roy C. Macridis: Tidak ada sistem
politik yang dapat berlangsung
tanpa parpol.
Parpol sebagai suatu asosiasi politik
yang mengaktifkan, memobilisasi
masyarakat, mewakili kepentingan
tertentu, dan melakukan
pengkaderan yang kemudian
melahirkan pemimpin.
Parpol:instrumen untuk memobilisasi
masyarakat ke dalam kekuasaan
negara. Ini berarti parpol pada
dasarnya adalah alat untuk
memperoleh kekuasaan dan untuk
memerintah (Roy C. Macridis,
1988).
3 TEORI PARPOL
Lapalombara dan Weiner (3
teori munculnya parpol)
1.Teori Kelembagaan
2.Teori Situasi Historis
(historical-situation
theory).
3.Teori perkembangan
(development theory)