Makna dan Fungsi Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa di Desa Lincun Binjai

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan manusia dengan hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam memiliki nilai yang sangat tinggi dan sakral. Alasan yang menjadikan benda-benda ini dipercaya memiliki nilai spiritual dan dianggap sakral, dikarenakan berbagai jenis jasa hewan, tumbuhan, dan benda alam lainnya yang dapat menunjang dan membantu kehidupan manusia sehari-hari dari zaman dahulu hingga pada saat ini.

Hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam turut membantu kehidupan manusia baik sebagai bahan makanan, bahan sandang, obat-obatan, hingga bahan pewarnaan. Hewan dan tumbuhan juga digunakan sebagai pelengkap dari upacara adat istiadat, yang merupakan elemen penunjang dasar kehidupan kebudayaan manusia mulai awal sejarah. Karena begitu banyak manfaaat yang didapatkan manusia dari hasil interaksi dengan benda-benda yang ada di alam, membuat manusia memberikan penghargaan lebih terhadap benda-benda tersebut sebagai suatu hal yang dipercaya dapat membawa hal baik, hingga pada akhirnya manusia menjadikan benda-benda tersebut sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan (Wong, dkk 2014 : 4).


(2)

Hingga saat ini, berbagai etnis menaruh kepercayaan kepada hewan dan tumbuhan tertentu sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi keberlangsungan hidup. Selain itu, beberapa benda alam lainnya juga dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan karena fungsinya yang dapat membantu kelangsungan hidup manusia. Pada umumnya, sebagian besar benda hidup maupun benda mati diyakini sebagai simbol pembawa keberuntungan dikarenakan nama, bentuk, dan sifatnya yang kedengaran atau kelihatan sama dengan benda tertentu yang menggambarkan keberuntungan.

Secara umum, simbol adalah lambang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198) Pengertian lain dari simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lain berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama (Sobur, 2004:157). Secara etimologis, simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu symballo yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide (Hartoko dan B. Rahmanto, 1998:133).

Pendapat Saussure (dalam Hoed, 2014:17) tentang simbol adalah jenis tanda yang mempunyai hubungan antara penanda dan petanda seakan-akan bersifat arbitrer (sewenang-wenang). Misalnya bunga teratai sebagai penanda yang merupakan aspek material, yaitu benda hidup bermakna. Sedangkan petanda adalah aspek mental yaitu gambaran mental, pikiran atau konsep dari identitas simbol bunga teratai itu sendiri. Penanda dan petanda merupakan satu kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti


(3)

apa-apa, dan sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda.

Simbol dapat dinyatakan dalam segala bentuk. Poerwadarminta (1989:490) mengatakan bahwa simbol atau lambang adalah sejenis tanda, lukisan, patung, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Misalnya, warna putih merupakan simbol kesucian, dan tumbuhan bambu bagi masyarakat Tionghoa dianggap sebagai simbol yang melambangkan umur panjang.

Menurut filsuf Ernst Cassirer, dalam kehidupan sehari- hari manusia disebut sebagai animal symbolicum, yaitu mahluk yang menggunakan media berupa simbol kebahasaan dalam memberi arti dan mengisi kehidupan. Keberadaan manusia sebagai makhluk berpikir, tanpa adanya simbol manusia tidak akan mampu melangsungkan kegiatan berpikirnya. Simbol juga memungkinkan manusia bukan hanya untuk sekedar berpikir, melainkan juga mengadakan kontak dengan realitas kehidupan di luar diri serta mengabdikan hasil berpikir dan kontak itu kepada dunia. Simbol sangat penting bagi kehidupan manusia. Hanya dengan menggunakan simbol-simbol, manusia dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi. Dalam setiap bidang hidup manusia, ungkapan simbolis merupakan jalan menuju kebebasan yang berdaya cipta (Cassirer 1987:10).

Disisi lain, konsep keberuntungan sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mendapatkan berbagai hal baik sesuai dengan harapan, maupun hal yang tak terduga sebelumnya. Dalam arti lain, keberuntungan diperoleh tanpa


(4)

melakukan upaya apapun, bahkan berbagai jenis kebaikan dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Simbol diciptakan dalam konteks yang sangat beragam. Salah satunya adalah simbol sebagai pembawa keberuntungan. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan simbol pembawa keberuntungan ialah segala benda yang menurut masyarakat tertentu, dipercaya sebagai suatu hal yang dapat mendatangkan kebaikan, sehingga dijadikan sebagai suatu simbol atau lambang untuk menandakan suatu hal baik atau keberuntungan tertentu.

Sejarah tentang simbol pembawa keberuntungan terentang selama ribuan tahun. Hal ini merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kombinasi pemikiran multi disiplin seperti filsafat, geografi, zoologi, arsitektur, dan psikologi. Tujuannya adalah mengamati dan memahami lingkungan alam untuk menciptakan kondisi kehidupan yang menyenangkan dan mencapai tingkat keselarasan yang sempurna antara alam dan manusia (Wong, dkk 2014 : 4).

Kepercayaan akan benda-benda hidup maupun benda mati yang ada disekitar kita sebagai sebuah simbol pembawa keberuntungan, terus berkembang dan diteruskan dari generasi ke generasi. Pada akhirnya, kepercayaan tersebut menjadi sebuah kebudayaan bagi masyarakat yang mempercayainya. Seiring perkembangan zaman, kebudayaan mempercayai benda-benda tetentu sebagai simbol pembawa keberuntungan terus berkembang. Manusia yang terus merasakan manfaat dari hasil kepercayaannya dengan benda-benda yang menurut mereka merupakan simbol pembawa keberuntungan, mendorong mereka untuk terus melibatkan benda-benda tersebut agar senantiasa menemani kehidupannya.


(5)

Simbol-simbol tersebut diaplikasikan baik berupa bentuk lukisan, patung, hingga benda-benda hidup yang selalu disertakan dalam kegiatan hidup manusia sehari-hari. Hal ini dilakukan karena manusia percaya, bahwa ketika mereka memberikan penghargaan yang lebih dan terus melibatkan benda-benda tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka benda-benda tersebut akan mendatangkan hal baik atau keberuntungan bagi siapapun yang menjaga dan memelihara benda tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Bangsa Tionghoa merupakan suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Mereka telah mengenal peradaban sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi. Kebudayaan, kepercayaan, dan tradisi tetap mereka pelihara. Hal tersebut dapat dilihat pada masyarakat Tionghoa yang telah menetap di Indonesia pada saat ini, khususnya dalam menjadikan beberapa jenis benda-benda hidup maupun benda mati sebagai sebuah simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan.

Kebudayaan masyarakat Tionghoa yang berhubungan dengan

keberuntungan sangat beragam. Dengan kreativitas dan imajinasi, ide keberuntungan tersebut sudah diaplikasikan dalam berbagai bentuk. Beragam hewan, tumbuhan, hingga makanan dikaitkan dengan ide keberutungan. Benda-benda yang menggambarkan keberutungan telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari dan seringkali digunakan dalam kreasi-kreasi seni. Hal ini sangat terlihat dari setiap sisi kehidupan masyarakat Tionghoa yang selalu melibatkan kebudayaan mereka tersebut dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.


(6)

Benda-benda yang menjadi simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa sangatlah banyak. Pada dasarnya, adanya benda-benda yang dijadikan sebagai simbol keberuntungan tersebut membentuk harapan kuat masyarakat Tionghoa akan suatu kehidupan yang sempurna. Di sisi lain, hal ini juga merefleksikan ketakutan akan faktor-faktor yang tidak dapat diperkirakan dalam hidup dan mentalitas selalu berharap memperoleh keberuntungan, dan menghindari ketidakberuntungan serta bencana-bencana yang mungkin terjadi (Chunjiang, 2012 :1).

Bagi masyarakat Tionghoa, beberapa benda dianggap menggambarkan keberuntungan karena bentuk, sifat, maupun namanya yang mungkin kedengaran sama dengan makna-makna yang menggambarkan keberuntungan tertentu. Biasanya tidak memiliki dasar ilmiah, misalnya; kelelawar yang terlihat menyeramkan memiliki huruf sebunyi (homofon) dengan karakter China yang berarti “Peruntungan baik”, sementara itu rusa jinak memiliki persamaan bunyi huruf dengan karakter untuk “kekayaan”, oleh karena itu, kemudian keduanya dianggap sebagai simbol keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Hewan buas seperti harimau dan singa dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan karena ketangkasan mereka melawan kejahatan. Berbagai jenis tanaman juga digunakan sebagai simbol untuk berbagai jenis sifat manusia; bungan pohon prem yang sedang mekar dan juga teratai, dianggap menggambarkan kemurnian dan kebajikan. Beberapa simbol keberuntungan lainnya semata-mata berasal dari imajinasi, seperti mangkuk kekayaan/mangkuk harta dan pohon uang yang juga


(7)

menggambarkan harapan masyarakat Tionghoa akan “kemakmuran”. (Chunjiang 2012 : 1).

Kepercayaan akan benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan tersebut juga tidak lepas dari pedoman hidup masyarakat Tionghoa yang sering dikenal dengan sebutan “Feng Shui”. Feng Shui (風水) adalah ilmu topografi kuno dari Tiongkok (China) yang mempercayai bagaimana manusia dan surga (astronomi), serta bumi (geografi) dapat hidup dalam harmoni untuk membantu memperbaiki kehidupan dengan menerima Qi positif. Qi terdapat di alam sebagai energi yang tidak terlihat. Qi dialirkan oleh angin dan berhenti ketika bertemu dengan air. Qi baik, disebut juga dengan istilah napas kosmik naga. Jenis Qi ini dipercaya sebagai pembawa rejeki dan nasib baik. Namun, ada pula Qi buruk yang disebut Sha Qi, yang dipercaya sebagai pembawa nasib buruk. Di dalam konsep Feng Shui, masyarakat Tionghoa mempercayai adanya lima unsur utama yang mempengaruhi kehidupan manusia sehari-hari dan lingkungannya. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah tanah, logam, kayu, api, dan air. Praktek Feng shui mengharuskan pemahaman yang sangat mendalam pada siklus lima unsur ini. Dengan memahami hubungan lima unsur ini masyarakat Tionghoa meyakini bahwa banyak sekali rahasia Feng Shui yang bisa terungkap untuk menciptakan berbagai hal baik dan keberuntungan dalam hidup ( Fanani, 2013: 5)


(8)

Dalam kehidupan sehari-hari, sangat sering dijumpai benda-benda yang dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Pada saat mengunjungi kediaman masyarakat Tionghoa, menghadiri festival, perayaan tahun baru China, atau melintasi toko masyarakat Tionghoa, pasti akan dijumpai benda-benda yang dijadikan hiasan bahkan menjadi ikon yang sangat khas kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Bunga teratai, bunga mei hua, lukisan naga, dan bambu, adalah beberapa contoh benda yang hampir selalu ada sebagai penghias atau pemanis tata dekorasi Tionghoa.

Permasalahan yang ada pada saat ini, yakni masyarakat hanya mengetahui bentuk dan jenis benda yang menjadi simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa tersebut, tanpa mengetahui apakah makna dan fungsi sebenarnya dibalik benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa. Menanggapi masalah tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah penelitian yang berjudul, “Makna dan Fungsi Simbol Keberuntungan Bagi Masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai”.

Dari sekian banyak jenis benda hidup, maupun benda mati yang dipercaya sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, penulis akan membahas 15 jenis benda yang terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5 benda lainnya ( koin tembaga,


(9)

mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit). 15 jenis benda tersebut berdasarkan observasi, merupakan benda-benda yang paling sering dijumpai di setiap kediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Hal ini juga dikarenakan benda-benda ini dipercaya memiliki nilai dan makna filosofis yang baik dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Oleh karena alasan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap 15 jenis benda tersebut dengan maksud ingin memperjelas dan mencari informasi, apakah makna dan fungsi sebenarnya dari benda-benda yang sering dijadikan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai ini.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis akan membatasi penulisan hanya pada makna dan fungsi dari 15 jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan pada kehidupan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. 15 jenis benda yang akan dibahas tersebut terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5 benda lainnya (koin tembaga, mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit). Penelitian ini akan dilakukan di desa Lincun Binjai.

Dalam penelitian ini, penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian. Ada 3 alasan yang paling mendasar penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai daerah penelitian. Alasan pertama penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian ialah dikarenakan nama daerah ‘Lincun’ yang


(10)

sangat unik dan khas dengan kebudayaan Tionghoa. Nama daerah ini sangat berbeda dengan kebanyakan nama daerah pemukiman masyarakat Tionghoa pada umumnya, yang sebagian besar nama daerahnya menggunakan bahasa Indonesia.

Alasan kedua pemilihan desa Lincun sebagai lokasi penelitian, dikarenakan berdasarkan survey dan observasi data dari Badan Pusat Statistik Kota Binjai, desa Lincun yang terletak di kelurahan Suka Maju merupakan daerah kedua di Binjai Barat yang memiliki jumlah Vihara terbanyak setelah Kelurahan Bandar Sinembah.

Gambar 1.1 Jumlah Vihara Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat


(11)

Desa Lincun memiliki 5 bangunan Vihara dari 6 bangunan Vihara yang ada di kelurahan Suka Maju.Vihara yang ada sangat menampakkan dan menjunjung tinggi kebudayaan akan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Dari jumlah dan keadaan Vihara yang ada dapat diketahui bahwa masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai merupakan masyarakat Tionghoa yang masih menjunjung tinggi kebudayaan Tionghoa. Bapak Poeleng juga menjelaskan bahwa desa Lincun merupakan desa yang paling dikenal oleh masyarakat Binjai sebagai pemukiman masyarakat Tionghoa yang masih sangat menjunjung tinggi kebudayaan Tionghoa, khususnya kebudayaan mempercayai benda tertentu sebagai simbol keberuntungan dalam hidup. Hampir seluruh masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai masih melibatkan benda-benda yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan dalam kediaman mereka.

Alasan terakhir yang membuat penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian dikarenakan di desa Lincun masyarakat Tionghoa yang ada sangatlah terbuka dan berbaur dengan masyarakat pribumi sekitar. Salah satu bukti keterbukaan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai terhadap masyarakat sekitar, terlihat dari bentuk rumah yang sebagian besar dibuat tanpa gerbang atau jerjak yang seringkali dijumpai pada kediaman masyarakat Tionghoa pada umumnya. Selain keterbukaan dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, hampir disetiap kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun tersebut dilengkapi dengan benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan. Simbol keberuntungan tersebut diletakkan di dalam maupun di luar rumah, baik dalam bentuk benda hidup, patung, maupun berupa gambar.


(12)

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah makna yang terkandung dalam 15 jenis simbol keberuntungan bagi

masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai?

2) Apakah fungsi dari 15 jenis simbol keberuntungan bagi masyarakat

Tionghoa di desa Lincun Binjai?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui makna yang terkandung pada 15 jenis simbol

keberuntungan pada masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

2) Untuk mengetahui fungsi dari 15 jenis simbol keberuntungan pada

masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberi wawasan baru kepada para pembaca untuk mengetahui makna dan fungsi dari jenis-jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa, terutama mengenai simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Hal tersebut juga


(13)

dimaksudkan agar masyarakat dapat lebih menghargai dan memaknai benda tersebut sebagai suatu warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Serta penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk turut memberikan kontribusi dalam melestarikan kebudayaan masyarakat Tionghoa yang ada di desa Lincun Binjai. Melalui penelitian ini juga diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami teori Semiotik dan Fungsionalisme yang sering digunakan sebagai pisau dalam mengkaji makna dan fungsi dari suatu kebudayaan teretentu.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk menjadi bahan referensi

bagi penelitian-penelitian yang berkaitan selanjutnya.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang selama ini hanya mengetahui jenis dan bentuk dari benda yang dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan saja, sehingga dapat mengerti apakah makna dan fungsi sebenarnya yang terkandung dalam benda-benda yang selama ini dijadikan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat

Tionghoa desa Lincun Binjai yang selama ini hanya mengetahui jenis dan bentuk dari benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan saja, sehingga dapat mengerti apakah makna dan fungsi sebenarnya yang terkandung dalam benda yang selama ini dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoadi desa Lincun.


(1)

Dalam kehidupan sehari-hari, sangat sering dijumpai benda-benda yang dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Pada saat mengunjungi kediaman masyarakat Tionghoa, menghadiri festival, perayaan tahun baru China, atau melintasi toko masyarakat Tionghoa, pasti akan dijumpai benda-benda yang dijadikan hiasan bahkan menjadi ikon yang sangat khas kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Bunga teratai, bunga mei hua, lukisan naga, dan bambu, adalah beberapa contoh benda yang hampir selalu ada sebagai penghias atau pemanis tata dekorasi Tionghoa.

Permasalahan yang ada pada saat ini, yakni masyarakat hanya mengetahui bentuk dan jenis benda yang menjadi simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa tersebut, tanpa mengetahui apakah makna dan fungsi sebenarnya dibalik benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa. Menanggapi masalah tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah penelitian yang berjudul, “Makna dan Fungsi Simbol Keberuntungan Bagi Masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai”.

Dari sekian banyak jenis benda hidup, maupun benda mati yang dipercaya sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, penulis akan membahas 15 jenis benda yang terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5 benda lainnya ( koin tembaga,


(2)

mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit). 15 jenis benda tersebut berdasarkan observasi, merupakan benda-benda yang paling sering dijumpai di setiap kediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Hal ini juga dikarenakan benda-benda ini dipercaya memiliki nilai dan makna filosofis yang baik dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Oleh karena alasan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap 15 jenis benda tersebut dengan maksud ingin memperjelas dan mencari informasi, apakah makna dan fungsi sebenarnya dari benda-benda yang sering dijadikan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai ini.

1.2Pembatasan Masalah

Penulis akan membatasi penulisan hanya pada makna dan fungsi dari 15 jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan pada kehidupan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. 15 jenis benda yang akan dibahas tersebut terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5 benda lainnya (koin tembaga, mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit). Penelitian ini akan dilakukan di desa Lincun Binjai.

Dalam penelitian ini, penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian. Ada 3 alasan yang paling mendasar penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai daerah penelitian. Alasan pertama penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian ialah dikarenakan nama daerah ‘Lincun’ yang


(3)

sangat unik dan khas dengan kebudayaan Tionghoa. Nama daerah ini sangat berbeda dengan kebanyakan nama daerah pemukiman masyarakat Tionghoa pada umumnya, yang sebagian besar nama daerahnya menggunakan bahasa Indonesia.

Alasan kedua pemilihan desa Lincun sebagai lokasi penelitian, dikarenakan berdasarkan survey dan observasi data dari Badan Pusat Statistik Kota Binjai, desa Lincun yang terletak di kelurahan Suka Maju merupakan daerah kedua di Binjai Barat yang memiliki jumlah Vihara terbanyak setelah Kelurahan Bandar Sinembah.

Gambar 1.1 Jumlah Vihara Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Barat


(4)

Desa Lincun memiliki 5 bangunan Vihara dari 6 bangunan Vihara yang ada di kelurahan Suka Maju.Vihara yang ada sangat menampakkan dan menjunjung tinggi kebudayaan akan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Dari jumlah dan keadaan Vihara yang ada dapat diketahui bahwa masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai merupakan masyarakat Tionghoa yang masih menjunjung tinggi kebudayaan Tionghoa. Bapak Poeleng juga menjelaskan bahwa desa Lincun merupakan desa yang paling dikenal oleh masyarakat Binjai sebagai pemukiman masyarakat Tionghoa yang masih sangat menjunjung tinggi kebudayaan Tionghoa, khususnya kebudayaan mempercayai benda tertentu sebagai simbol keberuntungan dalam hidup. Hampir seluruh masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai masih melibatkan benda-benda yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan dalam kediaman mereka.

Alasan terakhir yang membuat penulis memilih desa Lincun Binjai sebagai lokasi penelitian dikarenakan di desa Lincun masyarakat Tionghoa yang ada sangatlah terbuka dan berbaur dengan masyarakat pribumi sekitar. Salah satu bukti keterbukaan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai terhadap masyarakat sekitar, terlihat dari bentuk rumah yang sebagian besar dibuat tanpa gerbang atau jerjak yang seringkali dijumpai pada kediaman masyarakat Tionghoa pada umumnya. Selain keterbukaan dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, hampir disetiap kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun tersebut dilengkapi dengan benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan. Simbol keberuntungan tersebut diletakkan di dalam maupun di luar rumah, baik dalam bentuk benda hidup, patung, maupun berupa gambar.


(5)

1.3Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah makna yang terkandung dalam 15 jenis simbol keberuntungan bagi

masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai?

2) Apakah fungsi dari 15 jenis simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai?

1.4Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui makna yang terkandung pada 15 jenis simbol keberuntungan pada masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

2) Untuk mengetahui fungsi dari 15 jenis simbol keberuntungan pada masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

1.5Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberi wawasan baru kepada para pembaca untuk mengetahui makna dan fungsi dari jenis-jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa, terutama mengenai simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Hal tersebut juga


(6)

dimaksudkan agar masyarakat dapat lebih menghargai dan memaknai benda tersebut sebagai suatu warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Serta penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk turut memberikan kontribusi dalam melestarikan kebudayaan masyarakat Tionghoa yang ada di desa Lincun Binjai. Melalui penelitian ini juga diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami teori Semiotik dan Fungsionalisme yang sering digunakan sebagai pisau dalam mengkaji makna dan fungsi dari suatu kebudayaan teretentu.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian yang berkaitan selanjutnya.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang selama ini hanya mengetahui jenis dan bentuk dari benda yang dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan saja, sehingga dapat mengerti apakah makna dan fungsi sebenarnya yang terkandung dalam benda-benda yang selama ini dijadikan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang selama ini hanya mengetahui jenis dan bentuk dari benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan saja, sehingga dapat mengerti apakah makna dan fungsi sebenarnya yang terkandung dalam benda yang selama ini dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoadi desa Lincun.