Makna dan Fungsi Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa di Desa Lincun Binjai

(1)

LAMPIRAN

Data Diri Informan Informan 1

Nama : L Poeleng

Umur : 58 tahun Pekerjaan : Sinshe

Alamat : Jln. Mayjen Sutoyo, Lincun-Binjai Barat

Informan 2

Nama : Lian Hua Umur : 55 tahun Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jln. Gatot Subroto, Lincun-Binjai Baratt

Informan 3

Nama : Lie Kok Hwa Umur : 45 tahun Pekerjaan : Penjaga Vihara


(2)

Informan 4

Nama : Lo Tzupin

Umur : 40 tahun Pekerjaan : Pedagang


(3)

DAFTAR PERTANYAAN

1. Siapakan nama anda ?

2. Sudah berapa lama anda tinggal di desa Lincun Binjai?

3. Apakah anda mengetahui benda-benda yang dianggap sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai ?

4. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun ini ?

5. Seberapa sering anda menjumpai benda-benda yang dianggap sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai?

6. Bisakah anda menyebutkan apa saja jenis-jenis simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai yang paling sering dijumpai ?

7. Menurut anda, makna apakah yang terkandung dalam masing-masing simbol keberuntungan tersebut bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai? 8. Menurut anda, apakah fungsi dari simbol keberuntungan tersebut bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai?

9. Menurut anda, bagaimanakah cara masyarakat Tionghoa memahami makna dan fungsi dari simbol keberuntungan tersebut ?


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku, Jurnal, dan Skripsi

Abu, Ahmadi, 1982, Psikologi Sosial, Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Alex, Sobur. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya Alwi,Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna.Bandung:Sinar

Baru Algesindo.

Andreas, Mario. 2010. Cepat dan Praktis Belajar Budaya dan BahasaMandarin. Jakarta : Gagas Media.

Berger,A. Asa. 2000. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Penerjemah M. Dwi Marianto dan Sunarto. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Cassirer, Ernst. 1987.ManusiadanKebudayaan: SebuahEseiTentangManusia. Jakarta : PT Gramedia.

陈慎. 2003. 中国转统吉祥物陈纹初探. Skripsi.福建:CNKI

Chunjiang, Fu. 2012. Origins of Chinese Aspicious Symbol. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Damayanti, Ratih. 2013. Buah dan Daun Ajaib Tumpas Segala Penyakit. Yogyakarta : Giga Pustaka.

Emsan. 2014. Filosofi-Filosofi Warisan Tiongkok Kuno. Yogyakarta : Laksana. Fanani, Burhan. 2013. Buku Sakti Fengshui Ruko & Rumah Tinggal Untuk

Keberuntungan.Bandung : Mantra Books.

H. Hoed, Benny. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Depok : Komunitas Bambu.

Ihroni, T.O. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada (GP

Press).


(5)

Kustedja, Sugiri, dkk. 2013. “ Makna Ikon Naga、龙、 Elemen Utama Arsitektur Bangunan Tionghoa “dalam Jurnal Sosioteknologi edisi 30. Bandung : Universitas Katolik Parahyangan.

Lauw Fu, Rita. 2013. Tiongkok Wise Stories. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Lizi, Liang. 2010. 使用词典. Jakarta : Dian Rakyat.

M.Setiadi, Eli. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Median Grup.

Malinowski, Bronislaw. 1960. A scientific Theory Of Culture. Chaprl Hill : University Of North Carolina Press.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantic Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta.

Poerwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Pope, Geoffrey. 1989. Antropologi Biologi. Jakarta : CV. Rajawali.

R.P, Rusliana. 2010. Tanda Dalam SimbolTato. Skripsi. Medan : Tidak dipublikasikan.

Sembiring,Elfina. 2007. Fungsi dan Makna Alam Tumbuhan Etnis Tionghoa.Skripsi. Medan : Tidak dipublikasikan.

Ullman, Stephen. 1977. Pengantar Semantik.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu Wibowo. 2013. Semiotika Komunikasi. Jakarta. Wind, Ajeng.2014. Kitab Obat Tradisional Cina.Yogyakarta : Media Pressindo. Wong, Evy dkk. 2014. Chinese Aspicious Culture. Jakarta : Elex Media

Komputindo.

Zoest, Aart Van.1993. Semiotika. Penerjemah: Ani Asokawati.Jakarta: Sumber Agung

Sumber Internet

diakses pada 16 April 2015 14:15.

https://aurellio.wordpress.com/tag/arti-keberuntungan/ di akses pada 16 April 2015 14:24.


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau hasil wawancara dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati (Iskandar, 2009:12).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang digunakan adalah setting atau lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Lincun Binjai. Waktu penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini dilaksanakan sejak 11 November 2014 s/d 28 September 2015.

Jenis Kegiatan Penelitian Waktu Penelitian

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Ju Agu Sep

Pengamatan awal lokasi penelitian

Survey beberapa kediaman masyarakat Tionghoa di lokasi penelitian

Wawancara mengenai sejarah lokasi penelitian


(7)

Membuat janji waktu wawancara pada warga di lokasi penelitian

Wawancara tentang jenis benda yang dipercaya sebagai simbol pembawa keberuntungan

Pengolahan data dan penul isan proposal penelitian tentang “Makna dan fungsi Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai” Seminar Proposal

Memperbaiki proposal penelitian sesuai dengan revisi yang telah

diberikan

Membuat janji wawancara dengan informan untuk memulai Bab Pembahasan dalam penelitian.

Wawancara dengan informan dan mengumpulkan informasi dari studi pustaka

mengenai makna dan fungsi dari 15 simbol keberuntungan bagi

masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Pengolahan data dan penul isan skripsi tentang

“Makna dan fungsi Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai” Sidang Skripsi


(8)

3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1 Data

Yang menjadi data dalam penelitian ini adalah : 1) Data Primer

Yang menjadi data primer dalam penelitian ini ialah informasi mengenai jenis, makna dan fungsi dari 15 simbol pembawa keberuntungan pada kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.

2) Data Sekunder

Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah Informasi dari buku-buku yang berkaitan dengan makna dan fungsi dari 15 simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

3.3.2 Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun yang dijadikan sumber data adalah :

1) Sumber Data Primer( Field Research)

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari hasil wawancara informan yang meliputi wawancara dengan Bapak Poeleng sebagai key informant dan informan tambahan yang merupakan masyarakat Tionghoa yang memiliki pengetahuan lebih akan budaya Tionghoa, khususnya terkait dengan kepercayaaan akan benda-benda yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.


(9)

2) Sumber Data Sekunder (Library Research)

Sumber data penunjang dan pelengkap dalam penulisan skripsi ini dipoeroleh dari jurnal dan buku yang memiliki kaitan mengenai makna dan fungsi 15 simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan dan juga studi lapangan.

3.4.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan atau Library Research merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang bersumber dari kepustakaan, baik data yang bersumber dari buku, catatan, dan juga penelitian-penelitian terdahulu antara lain skripsi dan jurnal.

3.4.2 Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan atau Field Research merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan juga dokumentasi pada objek dandaerah yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Dalam studi lapangan, yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :


(10)

1) Teknik Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui keadaan masyarakat, dan juga jenis, makna juga fungsi dari benda-benda yang diyakini sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

2) Teknik Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.Teknik ini dilakukan pada key informant dan juga beberapa masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai untuk mengetahui apakah jenis, makna, dan fungsi sebenarnya dari benda-benda yang dipercayai sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

3) Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang ditunjukkan dalam hal ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan jenis, makna dan fungsi benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan dalam kediaman masyarakat Tiongho di desa Lincun Binjai. Hasil dari dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto, rekaman, dan catatan.


(11)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman. Miles and Hubermen (dalam Iskandar, 2009 : 139) mengungkapkan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas.

Adapun proses yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Reduksi data

Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang sesuai dengan objek kajian. Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Teori Semiotik Peirce mengenai Symbol untuk menemukan makna dari 15 simbol keberuntungan (representamen) yang diberikan berdasarkan konvensi sosial. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data menggunakan Teori Fungsionalisme Malinowski dari segi kebutuhan


(12)

biologis, instrumental, dan juga integratif untuk menemukan fungsi dari 15 simbol kebruntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.

2) Penyajian Data

Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini data tentang makna dan fungsi 15 simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai akan disajikan dalam bentuk uraian yang dilengkapi oleh gambar sebagai penjelas .

3) Penyimpulan

Penyimpulan dilakukan dengan menarik kesimpulan dari hasil akhir penelitian tentang makna dan fungsi dari 15 simbol kebruntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.


(13)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Makna 15 Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai

Mengejar nasib baik sambil menghindari hal-hal buruk sudah menjadi sifat dasar manusia. Kebudayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai dalam mempercayai dan melibatkan benda-benda tertentu yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari, juga merupakan salah satu bukti nyata usaha mengejar nasib baik dan menghindari hal buruk dalam kehidupan.

Masyarakat desa Lincun Binjai sangat mudah menyebutkan jenis dan bentuk benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Permasalahan yang ada pada saat ini, meskipun mereka mengetahui bentuk dan jenis benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, namun sebagian besar masyarakat tidak mengetahui makna apakah yang terkandung dalam benda-benda tersebut, sehingga dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan.

Pada umumnya, proses pemaknaan benda-benda yang dijadikan sebagai simbol keberuntungan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, tidak lepas dari sejarah pemikiran leluhur masyarakat Tionghoa yang biasa menghubungkan aktivitas alam, juga keadaan perilaku hewan atau tumbuhan yang tidak biasa dengan bencana atau keberhasilan yang mengikutinya.


(14)

Mereka menghubungkan nama, bentuk, sifat, dan perilaku benda-benda tersebut dengan makna keberuntungan tertentu (Wong, 2014 : 6).

Seperti yang telah dijelaskan di latar belakang masalah pada penelitian ini, ada 15 jenis benda sebagai simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai yang akan dikaji maknanya. 15 jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan dan akan dikaji maknanya tersebut tersebut terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5 benda lainnya (koin tembaga, mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit).


(15)

1) Makna Buah Nanas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Nanas atau 菠 萝(bouluo) yang memiliki nama latin Ananas Comosus merupakan jenis tanaman tropis dan sub tropis. Bentuk buahnya bulat memanjang, kulitnya bersusun sisik, berbiji mata banyak, daunnya berserat dan berduri pada kedua belah sisinya, daging buahnya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan, mengandung banyak cairan, rasanya ada yang manis dan asam.

Bentuk buah nanas yang unik menjadikan buah ini dikaitkan dengan banyak makna keberuntungan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Menurut bapak Poeleng, dalam simbol buah nanas tersirat makna kejayaan. Sesuai dengan bentuknya, leluhur masyarakat Tionghoa mempercayai bahwasanya dengan melibatkan buah nanas dalam kehidupan sehari-hari, keluarga akan tumbuh berkembang dan mendapatkan kedudukan seperti daun diujung buah yang berbentuk mahkota. Buah nanas juga menggambarkan makna kewaspadaan terhadap keadaan di sekelilingnya, seperti biji mata yang lekat mengitari daging buah nanas.

Buah nanas juga merupakan sebuah simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang memiliki makna kemakmuran. Menurut ibu Lian Hua, makna kemakmuran yang terkandung dalam buah nanas berasal dari nama buah nanas dalam bahasa Hokkian. Dalam bahasa Hokkian, buah nanas disebut Ong Lai, Ong berarti raja dan Lai berarti datang. Arti dari nama Ong Lai


(16)

tersebut membuat masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa dengan melibatkan buah nanas dalam kehidupan sehari-hari, maka berkat kemakmuran yang dimiliki seorang raja akan mengalir dalam keluarga mereka.

Dalam kehidupannya sehari-hari, masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai melibatkan simbol buah nanas dalam berbagai bentuk. Simbol buah nanas yang sering dilibatkan dalam kehidupan sehari-haribiasanya berupa ukiran, replika buah nanas, dan yang paling sering ditemukan ialahbuah nanas yang digunakan sebagai perlengkapan sembahyang.

Gambar 4.1 Simbol buah nanas sebagai perlengkapan sembahyang

Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 12 Agustus 2015.

Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, buah nanas juga sering dijadikan sebagai sesajen pada upacara duka. Kulit buah nanas dikupas tanpa membuang biji mata yang lekat pada dagingnya serta daun yang berada di ujung buah. Hal tersebut dilakukan agar buah nanas tampak seperti kepala manusia yang bermahkota. Dari bentuk tersebut keluarga yang masih hidup mengharapkan bahwa arwah keluarga yang telah meninggal dapat memiliki kejayaan di alamnya.


(17)

2) Makna Bunga Teratai Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai

Bunga teratai yang merupakan tumbuhan yang memiliki nama latin Nymphae. Dalam bahasa Mandarin bunga teratai dikenal dengan nama 莲花(lian hua). Warna bunga teratai berwarna-warni (merah, putih, biru), bunga ini tumbuh dalam lumpur dan mekar diatas air. Secara keseluruhan fisiologis, tanaman air ini tak jauh berbeda dengan tumbuhan lainnya. Bunga teratai mempunyai aroma harum, dan tumbuh luruh di permukaan air dengan daun yang melebar sejajar dengan air. Bunga teratai masuk ke Tiongkok dan dikenal oleh masyarakat Tionghoa melalui pengaruh ajaran Buddha yang menyebar dari India sejak masa Dinasti Qin (221-206 SM). Ajaran Buddha semakin berkembang pada masa Dinasti Tang (618-907M) dan semakin terkenal dengan munculnya kisah Perjalanan ke Barat (Fu, 2013 :32 ).

Bapak Poeleng mengatakan, bunga teratai adalah satu tanaman yang dipercaya sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai yang mengandung makna kesucian, kejujuran dan kehormatan. Dalam arti lain, mereka meyakini dengan meletakkan segala sesuatu yang bersimbolkan bunga teratai, maka sang penghuni rumah tersebut akan memperoleh kesucian, hormatan dan selalu dekat dengan kejujuran.

Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Tionghoa desa Licun Binjai, makna kesucian, kejujuran dan kehormatan dibalik simbol bunga teratai diperoleh dari keadaan bunga yang memerlukan lumpur dan air untuk tumbuh dan


(18)

berkembang, akan tetapi ia tidak akan tenggelam ke dalamnya. Bunga ini hidup di atas air yang tenang dan kotor, dimana banyak serangga dan sumber penyakit hidup.

Dengan kondisi sedemikian kotornya, orang akan menganggap bunga teratai sebagai bunga yang tidak berharga dan kotor, yang tidak pantas untuk diraih karena demikian kotornya tempat ia hidup. Akan tetapi, bertolak belakang dengan kenyataannya, bunga teratai tetap tampil dengan keanggunan bunganya yang sangat menawan bagi yang melihatnya. Dia hidup penuh keindahan dan kebersihan tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya yang kotor. Betapapun kotornya tempat dia hidup, tapi keindahannya tetap terjaga dengan baik bahkan menambah keindahan pula bagi lingkungan di sekitarnya.

Begitu juga kehidupan manusia, manusia dilahirkan sebagai makhluk dengan keindahan dan kesempurnaan yang memerlukan keinginan atau hasrat untuk berkembang kearah lebih maju, untuk mencapai atau demi pencapaian sebuah tujuan. Namun dalam perjalanan hidup, manusia tidak selalu dikelilingi dengan kebaikan dan kebahagian, manusia akan selalu menemukan banyak hambatan dan orang-orang yang tidak baik disekitarnya, seperti diibaratkan lumpur disekeliling bunga teratai. Dari keadaan tersebut, bukan lantas kita tenggelam dan larut dalam ketidak baikan sekeliling, namun tetaplah menjadi suci, baik dan cantik seperti bunga teratai. Di saat disekeliling kehidupan banyak sekali kebohongan, tetaplah menjunjung kejujuran, sehingga dapat dihormati. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia tersebut akan memberikan suatu


(19)

Kepercayaan akan makna kesucian, kejujuran dan kehormatan yang terkandung pada simbol bunga teratai juga didasari akan kepercayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai terhadap cerita legenda Tionghoa yang menceritakan kisah cinta seorang pujangga pada Dinasti Jin bernama Zhou Dunyi terhadap bunga teratai. Konon, ada banyak jenis bunga yang tumbuh baik di darat maupun di air. Sejak Dinasti Tang, bunga peony adalah salah satu bunga yang disukai oleh hampir seluruh bangsawan. Pada Dinasti Jin, Tao Yuanming sangat menyukai bunga Krisan. Namun sepanjang kedua Dinasti tersebut, Zhou Duanyi lebih menyukai bunga teratai dibandingkan bunga Krisan dan Peony. Hal tersebut dikarenakan alasan yang sama,yakni bunga teratai tetap bersih meski tumbuh di lumpur, tegak dan bersih. Wangi bunga teratai menyebar sampai jauh. Zhou Duanyi mengibaratkan bunga teratai tersebut sebagai orang yang terhormat. (Chunjiang, 2012 :73)

Hingga saat ini, masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai masih mempercayai dan meneruskan kebudayaan yang menjadikan bunga teratai sebagai simbol pembawa keberuntungan yang bermaknakan kesucian, kejujuran dan kehormatan. Mereka meletakkan bunga teratai atau segala benda yang memiliki lambang atau bentuk menyerupai teratai dalam rumah mereka. Lukisan yang menggambarkan bentuk indah bunga teratai, lukisan dewi Kuan Im yang berdiri diatas bunga teratai, dan patung buddha yang beralaskan bunga teratai merupakan refleksi simbol teratai yang paling sering dijumpai di kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.


(20)

Gambar 4.2 Simbol bunga teratai bersama dewi Kuan Im dalam bentuk lukisan pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai


(21)

3) Makna Buah Jeruk Mandarin Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, sering kali dijumpai buah jeruk yang erat kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Buah jeruk yang berwarna orange, tidak terlalu besar, dan memiliki rasa manis merupakan buah jeruk yang paling digemari dikalangan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Mereka menyebut buah jeruk tersebut dalam bahasa Hokkien dengan sebutan Kam

Cheng. Kam Cheng dalam bahasa Mandarin disebut 橙 子 (cheng zi) ( Liang2010:44 ).

Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, KamCheng merupakan salah satu benda yang dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi kehidupan. Menurut Ibu Lian Hua, Kam Cheng merupakan sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna pembawa suka cita dalam kehidupan. Makna suka cita tersebut berasal dari perpaduan arti kata Kam dalam kata Kam Cheng yang berarti ‘Perasaan’, dengan rasa Kam Cheng yang manis. Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai mempercayai ketika mereka melibatkan Kam Cheng dalam kehidupan mereka sehari-hari, maka suka cita akan memenuhi keluarga tersebut.

Selain bermakna suka cita, Kam Cheng juga memiliki makna rezeki yang berlimpah. Dalam dialek Kanton, Kam Cheng柑(gan)kedengaran sama dengan 金( jin)yang berarti emas. Warna orange Kam Cheng juga dianggap sebagai lambang emas (Chunjiang, 2012 :118). Hal tersebut juga yang membuat masyarakat Tionghoa desa


(22)

Lincun Binjai beranggapan bahwa Kam Cheng merupakan simbol keberuntungan yang memiliki makna rezeki yang berlimpah

Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, Kam Cheng biasanya disajikan dalam bentuk buah sungguhan, juga dalam bentuk lukisan. Kam Cheng digunakan sebagai salah satu sesajen dalam sembahyang. Kam Cheng juga merupakan buah yang paling sering disajikan pada saat perayaan Imlek.

Gambar 4.3 Kam Cheng sebagai sesajen sembahyang masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, Agustus 2015

Ibu Lian Hua mengatakan, ada filosofi hidup yang dapat di ambil dari Kam Cheng. Kam Cheng memiliki rasa yang beragam, ada yang asam dan ada yang manis. Sama seperti hidup, tidak semua hal yang dikerjakan dalam kehidupan akan berbuah manis, namun pasti ada hal manis yang bisa dibagikan. Sama halnya dengan membagikan Kam Cheng, berarti membagikan suka cita dan rezeki kepada sanak saudara.


(23)

4) Makna Bunga Meihua Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Bunga meihua 梅 花 (mei hua)merupakan bunga nasional Tiongkok. Nama bunga meihua berasal dari bahasa Mandarin, 梅 (mei) artinya cantik dan (hua) artinya

bunga, sehingga meihua memiliki arti sebagai bunga yang cantik. (Liang2010:207).

Warna bunga meihua sangat anggun, yaitu merah muda dengan sedikit keputih-putihan. Namun dalam penyajiannya, bunga meihua bukan hanya berwarna merah muda, ada juga replika bunga meihuayang berwarna merah. Replika meihua biasanya dihiasi dengan angpau, lampion kecil, dan aksesoris berwarna emas yang digantung di ranting bunga Meihua. Karena kecantikannya yang begitu menawan, dewasa ini bunga Meihua juga sering digunakan sebagai pemanis tata dekorasi ruangan masyarakat secara umum.

Gambar 4.4 Bunga meihua pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.


(24)

Bagi masyarakat Tionghoa, bunga meihua merupakan salah satu simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan. Hal tersebut juga berlaku pada kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Bunga meihuamerupakan salah satu simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai sehari-hari. Bagi mereka, bunga meihua merupakan sebuah simbol keberuntungan yang melambangkan kesetiaan, kemuliaan dan kesejahteraan.

Makna kemuliaan dan kesejahteraan yang terkandung dalam simbol bunga meihua tidak lepas dari kepercayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai terhadap legenda leluhur mereka. Konon, kepercayaan terhadap bunga meihua sebagai simbol keberuntungan dalam hidup dimulai dari kisah kakak beradik Da Jui (mulut besar) dan Da Shou (tangan besar) yang memiliki sifat bertolak belakang. Da Jui berusaha untuk menguasai harta sang adik dengan cara mengusirnya. Saat diusir dari rumah, Da Jui yang pemalas dan serakah memberikan sang adik sedikit harta, 3 rumah sederhana, 10 hektar sawah tandus, seekor anjing dan kambing.

Hari demi hari berlalu, karena kemalasannya harta Da Jui menipis hingga menjual keledai dan kudanya untuk membeli makanan. Berbeda dengan Da Shou yang terus bekerja keras dengan dibantu anjing dan kambingnya mengerjakan sawah dengan tekun. Hasilnya, Da Shou memiliki hasil yang berlimpah dan cukup cadangan makanan untuk melewati musim dingin. Melihat kesuksesan adiknya Da Jui iri dan berniat untuk membunuh anjing dan kambing adiknya dengan cara


(25)

menaburkan racun ke dalam makanannya. Mendapati kambing dan anjingnya mati, Da Shou kemudian berduka dan menguburkan kedua hewan itu di halaman belakang rumahnya.

Saat memasuki musim semi tahun kedua, di atas makam tersebut tumbuh dua batang pohon kecil, yang pada saat ini dikenal sebagai pohon bunga meihua. Salah satu pohon tersebut menghasilkan emas, sedangkan yang lain menghasilkan perak. Sejak saat itu Da Shou menjadi makmur. Dari legenda itu masyarakat Tionghoa berupaya meneladaninya dengan menjadikan bunga meihua sebagai sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pembawa rezeki pada kehidupan (Fu, 2013 : 36).

Makna kesetiaan, kemuliaan, dan kesejahteraan yang terkandung dalam bunga meihua juga dikarenakan sejak zaman dahulu, bunga meihua dikenal juga sebagai bunga penanda datangnya musim semi. Hal tersebut dikarenakan bunga meihua berbunga saat musim berganti, yakni dari musim semi ke musim dingin. Bunga meihua sangat tahan dingin, bahkan pada saat bunga lain sudah rontok, bunga meihua tetap mekar. Sifat bunga meihua yang unik tersebut membuat bunga meihua dipuji dan sangat digemari dikalangan bangsawan sebagai bunga yang melambangkan kesetiaan.

Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai juga mempercayai bahwa ada berkat ditiap kelopak bunga meihua yang sedang mekar. Bunga Meihua yang pada umumnya terdiri dari 5 kelopak, masing kelopak memiliki berkat tersendiri, yakni umur panjang, akhir yang damai, kekayaan, kebaikan, dan kesehatan, yang berarti


(26)

ketika semua berkat itu menjadi satu, maka terciptalah sebuah kemuliaan. Hal tersebut yang membuat masyarakat Tionghoa terus melibatkan bunga meihua dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai sebuah simbol keberuntungan bagi kehidupan. Ibu Lian Hua mengibaratkan ketika bunga meihua mekar, harapan kehidupan yang mulia dan sejahtera akan muncul.

Dalam kehidupan sehari-hari, baik dikediaman masyarakat Tionghoa maupun ditempat usaha mereka, masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai biasa meletakkan replika bunga meihua tepat didepan pintu, diruang tamu, atau secara umum di bagian depan rumah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan apapun yang terjadi dan datang masuk kekediaman masyarakat tersebut, semua merupakan berkat yang dapat mendatangkan kesetiaan, kemuliaan, dan kesejahteraan bagi sang empunya rumah. Bunga meihua juga merupakan salah satu simbol keberuntungan yang wajib ada pada perayaan Imlek.

Gambar 4.5 Replika Bunga Meihua yang diletakkan di ruang tamu kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai


(27)

5) Makna Buah Delima Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Buah delima dalam bahasa Mandarin disebut juga 石榴 (shi liu). Buah ini berbentuk bulat merah dan merupakan jenis buah-buahan yang memiliki banyak biji didalamnya. Buah delima yang secara umum memiliki banyak sekali biji, bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai buah ini merupakan simbol keberuntungan yang memiliki makna sebuah harapan memiliki banyak keturunan. Disamping itu, masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai ini juga mempercayai buah delima sebagai sebuah simbol keberuntungan yang bermaknakan sebuah kebahagiaan dan kemakmuran. Hal tersebut juga dikarenakan warna bunga dari buah delima yang tampak sangat merah dan cerah yang melambangkan suatu kebahagiaan dan kemakmuran.

Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa, kepercayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai terhadap buah delima sebagai sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna harapan memiliki banyak keturunan, juga tidak lepas dari kepercayaan masyarakat Tionghoa pada umumnya pada kisah leluhur mereka yang diturunkan hingga saat ini. Masyarakat Tioghoa desa Lincun Binjai mempercayai bahwa dulunya Kaisar Wenxuan (Gao Yang) dari Dinasti Qi Utara menyanyangi keponakannya Gao Yanzong dan memberikannya gelar Pangeran Ande. Dia juga memerintahkan anak angkatnya Li Zu untuk menjadi selir Yanzong. Setelah Yanzong dan Li Zu menikah, Kaisar Wenxuan tiba dirumah Li sebagai orang tua keluarga Gao.


(28)

Ibu mempelai perempuan, nyonya Song memberikan Kaisar Wenxuan dua buah Delima besar. Kaisar bertanya kepada nyonya Song apakah maksud pemberian dua buah delima besar tersebut, lalu nyonya Song megatakan bahwa pemberian buah delima tersebut dikarenakan buah delima yang memiliki banyak biji didalamnya melambangkan keturunan yang banyak sehingga baik untuk digunakan sebagai pelengkap doa untuk pengantin yang baru saja menikah, agar segera dikaruniakan banyak keturunan (Chunjiang, 2012 : 87).

Meskipun simbol buah delima secara umum bermaknakan harapan memiliki banyak keturunan, namun simbol ini tidak hanya ada pada hari pernikahan saja, namun dalam kehidupan sehari-hari simbol ini juga dilibatkan sebagai pelengkap kebudayaan masayarakat Tionghoa desa Lincun terkait kepercayaan mereka terhadap benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan. Pada saat ini, simbol buah delima yang masih sering dilibatkan dalam kehidupan sehari-hari ialah simbol buah delima dalam bentuk lukisan.

Gambar 4.6 Simbol buah delima dalam bentuk lukisan


(29)

6) Makna Labu botol Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Buah labu botol secara umum merupakan tanaman labu yang sama dengan buah labu pada umumnya, hanya saja secara bentuk, buah labu botol merupakan buah labu yang berbentuk botol. Menurut Mitologi China, labu botol pada zaman dahulu sering digunakan sebagai wadah arak oleh Zhang Gualou yakni satu dari delapan Dewa (Wong, 2014 : 91).

Bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, labu botol bukanlah buah labu biasa. Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai mempercayai bahwa labu botol merupakan salah satu simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pembawa kemakmuran dan pemgusir roh jahat.

Makna kemakmuran yang terkandung pada labu botol dikarenakan sulur pohon labu yang memanjang dan melingkar-lingkar, ditambah biji labu yang banyak dan besar, melambangkan rezeki yang berlimpah, juga keturunan yang banyak. Makna kemakmuran juga dipercaya tersirat pada labu botol dikarenakan pelafalan labu dalam bahasa mandarin “labu” 葫芦(hulu) sama dengan pelafalan “berkat dan kemakmuran” 福禄 (fu lu) (Chunjiang, 2012 : 95).

Disamping itu, makna sebagai pengusir roh jahat yang terkandung dalam labu botol juga dipercaya oleh masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai berasal dari kepercayaan leluhur mereka yang menghubungkan fengshui pada zaman dahulu. Mereka mempercayai bahwa labu botol merupakan salah satu dari sekian benda sakti para dewa yang dapat digunankan untuk menangkap dan mengurung


(30)

hantu. Leluhur mereka juga biasa menggunakan labu botol untuk menolak roh jahat yang akan datang.

Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai mempercayai bahwa dengan meletakkan benda yang bentuknya menyerupai labu botol (replika labu botol) didalam rumah, maka sang penghuni rumah akan memperoleh kemakmuran baik dalam hal rezeki maupun keturunan.

Gambar 4.7 Replika labu botol pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai sebagai simbol kemakmuran

Sumber : Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015

Simbol keberuntungan berbentuk labu botol juga dijumpai digantungkan diatas pintu bagian depan rumah masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Hal tersebut dilakukan dengan maksud menolak segala roh jahat yang akan memeasuki rumah.


(31)

Gambar 4.8 Labu botol digantungkan di atas pintu bagian depan rumah untuk mengusir roh jahat


(32)

7) Makna Harimau Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Harimau atau 老虎(laohu)merupakan salah satu hewan buas yang ada di dunia. Ketangkasan dan kekuatannya ditakuti oleh hewan lainnya bahkan manusia. Karena ketangkasan dan kekuatannya membuat harimau dipercaya sebagai salah satu simbol keberuntungan bagi masyarakata Tionghoa.

Sama seperti masyarakat Tionghoa pada umumnya, bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai harimau juga merupakan salah satu simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan mereka. Menurut masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, harimau merupakan ‘Raja Binatang’ yang tangkas dan kuat. Mereka mempercayai tidak hanya manusia dan hewan lainnya yang takut akan harimau, bahkan iblis dan roh jahat pun tahkluk kepada harimau. Hal ini membuat harimau dipercaya sebagai simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pengusir roh jahat dalam kehidupan mereka.

Kepercayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai akan makna simbol harimau sebagai pengusir roh jahat didasari dari kepercayaan akan legenda leluhur yang mengisahkan Baosheng Dadi yang merupakan Dewa yang dipuja oleh masyarakat Tionghoa pada zaman dahulu sebagai Dewa Obat yang mengobati seekor harimau sakit. Baosheng Dadi biasa ditemani seekor harimau yang dulunya harimau ini sangatlah ganas dan suka mencelakai orang. Hingga pada suatau hari harimau ini memakan seorang wanita kaya raya, namun jepit emas wanita kaya raya itu tersangkut di tenggorokan harimau tersebut. Setelah sekian lama menahan


(33)

kesakitan, akhirnya harimau tersebut menjumpai Dewa Obat dan meminta bantuan agar disembuhkan. harimau tersebut berjanji jika dirinya biasa sembuh, ia akan berhenti memakan dan mencelakain manusia. Tanpa memandang kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh harimau tersebut, Dewa Obat langsung mengobati harimau tersebut dengan mencabut jepit yang ada di tenggorokannya.

Sejak saat itu harimau tersebut menjadi pengikut setia Dewa Obat. Masyarakat pada akhirnya menyebut harimau tersebut sebagai Dewa Harimau, hal tersebut dikarenakan sejak saat dia disembuhkan oleh dewa obat, harimau tersebut selalu muncul dalam pemujaan Dewa Obat sebagai pelindung Dewa Obat. Sejak

saat itulah Harimau dipercaya sebagai pelindung dan pengusir roh jahat (Chunjiang, 2012 : 22).

Hampir seluruh masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang mempercayai harimau sebagai simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pengusir roh jahat, meletakkan lukisan maupun benda yang berbentuk harimau pada pintu rumah mereka. Beberapa masyarakat juga meletakkan lukisan harimau pada dinding pagar kediaman mereka.


(34)

Gambar 4.9 Simbol harimau dalam bentuk lukisan dipintu dan didepan kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun, 12 Februari 2015

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan rumah akan terlindung dari kesialan dan juga roh-roh jahat yang akan masuk kedalam rumah tersebut. Gambar harimau yang biasa diletakkan dibagian depan rumah masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, biasanya memiliki aksara 王 (wang)tepat dikening harimau tersebut yang berarti raja.


(35)

8) Makna Kuda Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Kebudayaan Masyarakat Tionghoa kaya akan simbolisme. Setiap aspek kehidupan memiliki sederet simbol.Seperti hewan lainnya, kuda atau马(ma) dalam kajian seni rupa Tionghoa mewakili simbol keberuntungan tertentu.

Bapak Poeleng mengatakan bahwa ada pepatah China yang berbunyi

龙 马 精 神 (long ma jing shen), yang artinya kuatlah seperti kuda dan naga.

Pepatah ini menjadi salah satu alasan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai menjadikan kuda sebagai sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna ketangkasan dan kekuatan dalam hidup.

Makna ketangkasan dan kekuatan yang terkandung pada hewan kuda juga dipertegas oleh legenda masyarakat Tionghoa yang menceritakan bahwa dulu kala kuda sangat berperan penting di medan perang. Kaisar Taizong dari Dinasti Tang dulu memiliki enam kuda bagus yang sangat menyokong kariernya dan membantunya dalam peperangan. Kaisar sangat menyayangi kudanya hingga pada akhirnya ketika Kaisar Taizong meninggal dunia, patung keenam kuda kesayangannya dibangun disebelah makamnya (Chunjiang, 2012 : 28).

Dalam kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, sangat sering dijumpai simbol keberuntungan berupa lukisan kuda yang menjadi simbol keberuntungan yang bermaknakan kekuatan dan ketangkasan. Lukisan kuda yang paling sering dijumpai ialah ‘Lukisan Delapan Kuda’. Lukisan delapan kudasangat terkenal dari zaman China kuno, pelukisnya konon terinspirasi oleh


(36)

kekuatan delapan kuda yang dinaiki oleh Kaisar Mu pada Dinasti Zhou untuk mengelilingi negri. Kekuatan dan tenaga kedelapan Kuda tersebut menjadi lambang orang yang kuat berjuang dan pekerja keras untuk memperoleh kesuksesan ( Chunjiang, 2012 : 29).

Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai pada umunya meletakkan Lukisan Delapan kuda di ruang tamu mereka. Bahkan pada saat ini, bukan hanya masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang meletakkan Lukisan Delapan Kuda pada ruang tamu, banyak juga masyarakat pribumi yang juga meletakkan Lukisan Delapan Kuda pada ruang tamu mereka, walaupun pada dasarnya, mereka hanya melihat keindahan lukisan tersebut dari sisi seni dan tidak mengerti makna apakah yang terkandung pada Lukisan Delapan Kuda tersebut.

Gambar 4.10 Lukisan Keberuntungan 8 Kuda yang dijadikan simbol kekuatan dan ketangkasan pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.


(37)

9) Makna Naga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Bagi masyarakat Tionghoa, terlebih masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, nagaatau 龙 (long) merupakan mahluk yang sangat dihormati. Hal inilah yang menyebabkan naga dijadikan sebagai lambang dari kebudayaan Tionghoa. Bapak Poeleng mengatakan bahwa naga mempunyai kekuatan yang besar dan gaib untuk menampakkan atau menyembunyikan diri, mengubah ukuran dan panjang tubuhnya, serta menggerakkan kekuatan alam. Gambaran unik naga diyakini merupakan kombinasi sifat dari banyak binatang yang dikreasikan oleh masyarakat Tionghoa. Gambaran naga terbentuk dari tubuh ular, moncong buaya, sisik ikan, cakar elang, dan juga memiliki tanduk.

Naga merupakan sebuah simbol keberuntungan bagi kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang sangat mudah dijumpai. Begitu banyak makna-makna baik yang terkandung dalam simbol naga. Bapak Poeleng mengatakan, secara umum dalam sebuah simbol naga tersirat makna yang bersifat agung, diposisikan tinggi, dan mampu berbuat apa pun.

Makna keagungan, diposisikan tinggi, dan mampu berbuat apapun dalam simbol naga juga diperkuat oleh legenda masyarakat Tionghoa. Pada awalnya China merupakan negara agraris sehingga hasil panen sangat tergantung oleh curah hujan. Pada saat itu, leluhur masyarakat Tionghoa mempercayai naga sebagai simbol keberuntungan penakhluk cuaca dan pengatur hasil panen.


(38)

Menurut legenda masyarakat Tionghoa, naga memiliki 9 putra yang tidak mirip sang naga. Masing-masing anak memiliki bentuk dan kekuatan yang berbeda.

Anak ke-1, qiu niu hewan berkepala naga dan bertubuh ular, menyukai musik. Bentuknya sering diukirkan pada alat musik. Anak ke-2, ya zi berkepala serigala dengan tubuh naga. Beradat buruk kerap bertengkar dan berkelahi. Merupakan dewa perang diantara putra naga. Sering terlihat diukirkan pada hulu pegangan pedang. Anak ke-3, chao feng senang menempuh bahaya. Kerap kali dimunculkan pada tepi jurai atap bangunan tradisional. Chao feng diyakini dapat mengusir roh jahat dan menolak bencana.

Anak ke-4, pu lao digambarkan berupa naga yang bergerak-gerak bergelinjang. Sering mengaum dan melolong. Sering muncul sebagai ornamen pada genta logam tradisional. Berhubungan dengan kepercayaan ini pemukul genta lonceng sering diberi bentuk sebagai ikan paus, yang menurut cerita merupakan musuh besarnya. Ketika pu lao bertemu ikan paus ia akan berteriak sekeras- kerasnya. Dibayangkan suara yang dihasilkan ketika lonceng dipukul akan manjadi keras maksimal. Anak ke-5, suan ni mirip hewan singa menyenangi ketenangan, api dan asap. Bentuknya sering muncul di pedupaan, tempat abu leluhur. Juga ditampilkan pada tempat duduk Buddha, Anak ke-6, ba xia hewan naga mirip kura- kura mahir berenang, bentuknya sering muncul pada bangunan yang berhubungan dengan air, balok dan pilar jembatan, dan juga diceritakan dapat membawa barang berat di punggungnya.


(39)

Anak ke-7, bi an hewan mirip macan, dapat memahami keadilan serta membedakan benar dan salah. Putra naga ini mampu mendengarkan dan menerima pengaduan, bersifat sangat bengis. Dulunya, gambaran akan anak ke-7 ini sering ditampilkan pada pintu gerbang penjara tradisional.Anak k-8, fu xi berbentuk tubuh mirip naga, dan berkepala harimau. Menyukai menulis dan menggambar kaligrafi. Anak ke-9, chi wen hewan berkepala naga bertubuh mirip dengan ikan. Menurut legenda chi wen diceritakan memiliki kebiasaan buruk dan senang menelan benda-benda, serta mampu memadamkan kebakaran. Hewan ini ukiran- nya sering diletakkan pada genteng atau atap bangunan tradisional Tionghoa. Hal ini dipercaya dapat menghindarkan bangunan dari bahaya kebakaran (Kustedja, 2013 : 533).

Dari ke-9 putra-putra naga ini kemudian berkembanglah makna-makna yang tersirat dalam sebuah simbol naga. Makna yang tersirat dalam simbol naga tergantung dari sifat dan ciri-ciri naga itu sendiri. Jenis naga yang paling sering dijumpai di dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai ialah chao feng dan suan ni .


(40)

Gambar 4.11 Naga Chao Feng dan Suan Ni pada atap bangunan vihara dan tempat abu leluhur masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Dalam kehidupan sehari-hari, simbol naga disajikan sebagai pelengkap warisan budaya. Semua itu dilakukan juga dengan keyakinan bahwa simbol naga tersebut akan membawa hal-hal baik sesuai dengan sifat dan keahlian naga itu sendiri.


(41)

10) Makna Ikan mas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Ikan sudah lama menjadi sebuah simbol keberuntungan bagai masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Mereka mempercayai konon saat putra Confusius lahir, Bangsawan Zhao dari Lu memberikan ikan sebagai ucapan selamat. Hal tersebut termasuk dari beberapa alasan yang membuat ikan menjadi salah satu hewan yang dipercaya sebagai simbol keberutungan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.

Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, ikan merupakan simbol keberuntungan yang memiliki makna kelimpahan. Bapak Poeleng menjelaskan bahwa pengucapan ikan鱼 (yu) kedengaran sama dengan pengucapan huruf (yu) yang berarti ‘kelimpahan’. Makna kelimpahan yang terdapat pada simbol ikan juga dikarenakan dalam masyarakat Tionghoa secara umum terdapata istilah yang berbunyi 年 年 有 余 (nian nian you yu, yang artinya mendapatkan kelimpahan di setiap tahun. Ungkapan ini sering digunakan sebagai salam pada perayaan Tahun Baru Imlek.

Ikan mas dan ikan mas koki merupakan jenis ikan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Mereka biasa meletakkan akuarium yang berisi ikan mas atau ikan mas koki di ruang tamu mereka.


(42)

Gambar 4.12 Ikan mas dikediaman masyarakat Tionghoa

Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Selain meletakkan akuarium berisi ikan mas pada kediaman mereka, ada juga masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang meletakkan lukisan ikan mas atau ikan mas koki dikediaman mereka. Menurut mereka, ikan mas koki yang anggun sering disebut sebagai ‘bunga Peony Air’. Selain bentuknya yang enak dipandang, ikan mas koki 金鱼 (jin yu) juga dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan karena pengucapannya yang mirip dengan ‘emas dan giok ” 金玉 (jinyu).

Gambar 4.13 Lukisan Ikan mas Koki


(43)

11) Makna Koin Tembaga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Masyarakat Tionghoa pada umumnya sangat sering menggunakan koin tembaga yang diuntai sebagai benda keberuntungan. Hal tersebut juga terjadi pada kehidupan masyarakat Tionghoa desa. Menurut mereka, koin tembaga merupakan simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pengusir kekuatan jahat. Makna sebagai pengusir roh jahat yang terkandung pada koin tembaga, dapat telihat dari bentuk koin tembaga yang dilengkapai dengan ukiran pedang pengusir setan, cermin yang dipercaya bisa menampakkan hantu, juga ukiran huruf-huruf yang merupakan mantra pengusir kekuatan jahat.

Dalam kesehariannya, masyarakat Tionghoa desa Lincun biasanya menggunakan koin tembaga yang diuntai sebagai saebuah simbol keberuntungan. Untaian koin tersebut dibuat berupa kalung, gelang, maupun hiasan lainnya dengan tujuan melindungi diri dan keluarga dari pengaruh jahat.

Gambar 4.14 Koin tembaga sebagai bandul gelang dan kalung masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai


(44)

12) Makna Pohon Uang Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Pohon uang merupakan salah satu simbol keberuntungan dalam legenda masyarakat Tionghoa yang bersifat imajiner. Pohon uang berbentuk seperti miniatur sebuah pohon dengan uang koin tiruan yang beruntaian disetiap cabangnya. Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa konon, uang tumbuh dicabang-cabang pohon dan akan berjatuhan jika pohon itu digoyangkan. Pohon itu akan terus berbuah uang dan tak akan pernah layu.

Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai juga mempercayai pohon uangsebagai sebuah simbol keberuntungan bagi kehidupan. Hanya saja, tidak semua masyarakat Tionghoa desa Licun Binjai menganggap pohon uang yang berbentuk replika pohon dengan koin bergantungan merupakan pohon uang. Sebagian masyarakat Tionghoa desa Lincun mempercayai sebuah tumbuhan tanpa bunga, yang hanya terdiri dari daun bulat dan tebalah yang merupakan pohon uang. Namun bagi mereka, meskipun bentuk penyajian berbeda, pohon uang tetap merupakan sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna kekayaan yang berlimpah. Bapak Poeleng mengatakan, jika sebuah keluarga yang melibatkan pohon uang dalam kehidupan sehari-hari, maka rezeki yang berlimpah akan diperoleh oleh keluarga tersebut.

Makna kekayaan berlimpah yang terkandung dalam pohon uang, jugaberasal dari legenda masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Pada zaman dahulu ada seorang pria yang menemukan sekerenceng uang koin dijalan, pria itu


(45)

bertanya-tanya dalam hatinya uang siapakah itu. Kemudian dalam perjalannnya, pria tersebut menemukan sebuah pohon dan menggantungkan uang yang ditemukannya di pohon tersebut.

Setelah kejadian tersebut, setiap orang yang melalui pohon tersebut ikut mengantungkan sekerenceng uang koin, dengan anggapan bahwa pohon itu akan memberikan kekayaan bagi siapapun yang menggantungkan uang pada pohon tersebut. Sejak saat itulah dikenal istilah pohon uang (Chunjiang, 2012 : 106). Masyarakat Tionghoa mulai merefleksikan bentuk pohon uang tersebut dalam bentuk yang lebih sederhana dan nyata, kemudian menjadikan pohon uang tersebut sebagai sebuah simbol keberutungan yang memiliki makna sebagai simbol kekayaan atau pemberi rezeki bagi kehidupan.

Dalam kesehariannya, masyarakat Tionghoa yang mempercayai pohon uang sebagai simbol pembawa rezeki bagi kehidupan, meletakkan pohon uang di ruang tamuatau di bagian depan kediaman mereka. Hal tersebut dilakukan dengan harapan setiap harinya akan datang rezeki yang berlimpah.

Gambar 4.15 Tumbuhan Pohon uang dan pohon uang dalam bentuk hiasan yang menjadi simbol kekayaan yang berlimpah


(46)

13) Makna Mangkuk Harta Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Mangkuk harta merupakan benda baik dan berharga yang dituliskan dalam legenda masyarakat Tionghoa. Bentuk mangkuk harta menyerupai sebuah mangkuk dengan hiasan uang dan perhiasan yang memenuhi permukaan mangkuk. Biasanya mangkuk ini dijadikan hiasan dan pemanis tata dekorasi ruangan.

Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, mangkuk harta merupakan sebuah simbol keberuntungan yang mengandung sebuah makna kekayaan. Bapak Poeleng menjelaskan bahwa makna kekayaan yang terkandung dalam simbol mangkuk harta berasal dari kepercayaan masyarakat Tionghoa terhadap legenda leluhur yang mempercayai bahwa mangkuk harta merupakan mangkuk yang dulunya bisa menggandakan benda apapun yang ditaruh kedalamnya.

Dalam legenda masyarakat Tionghoa diceritakan ada seorang miliuner di Jiangnan yang bernana Shen Wansan. Konon, Shen Wansan memperoleh seluruh kekayaannya dari Mangkuk Harta. Dulunya Shen Wansan adalah seorang petani miskin. Di suatu malam, Shen Wansan bermimpi didatangi oleh anak laki-laki berbaju hijau yang meminta tolong kepadanya. Di keesokan harinya, Shen Wansan bertemu dengan seorang nelayan yang akan membunuh katak-katak yang baru ditangkap. Shen Wansan berpikir kalau katak-katak itu mungkin anak-anak berbaju hijau yang ada di mimpinya. Shen Wansan membeli katak-katak itu dan


(47)

melepaskannya kekolam didepan rumahnya dengan maksud menyelamatkan katak-katak tersebut.

Dimalam harinya, Shen Wansan tidak dapat tidur karena mendengar suara berisik katak-katak. Shen Wansan melihat keluar dan mendapati sebuah mangkuk yang dikelilingi oleh katak-katak. Shen Wansan yang kebingungan dari mana mangkuk tersebut berasal, akhirnya memberikan mangkuk tersebut kepada istrinya. Tanpa sengaja, pada saat istri Shen Wansan hendak memasak menggunakan mangkuk tersebut, gelangnya jatuh kedalam mangkuk tersebut dan kemudian muncul banyak gelang-gelang serupa dari dalam mangkuk tersebut.

Sejak saat itulah Shen Wansan memasukkan benda-benda berharga kedalam mangkuk tersebut dan hartanya semakin melimpah. Karena kekayaannya yang berlimpah, membuat Shen Wansan dikenal sebagai donatur pembangunan sepertiga Tembok Besar China pada masa pemerintahan Zhu Yuanzhang pendiri Dinasti Ming (Chunjiang, 2012 : 104).

Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai biasa meletakkan mangkuk harta dengan bentuk yang bervariasi di ruang tamu mereka sebagai pemanis tata dekorasi. Mangkuk harta juga dapat ditemui dalam bentuk ukiran pada gantungan replika bunga meihua dan juga lukisan pada dinding bangunan vihara. Mereka yang melibatkan simbol mangkuk harta dalam kehidupan sehari-hari memiliki harapan kuat akan datangnya rezeki berlimpah dalam kehidupan mereka.


(48)

Gambar 4.16 Ukiran mangkuk harta pada gantungan replika bunga meihua dan dinding vihara yang bermaknakan kekayaan.


(49)

14) Makna Simpul China Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Pada masa awal peradaban dan kebudayaan Tiongkok, konon masyarakat Tionghoa juga memandang magis pada tali. Hal tersebut dikarenakan aksara tali 绳 (sheng) di dalam bahasa mandarin pengucapannya mirip kata Shen yang berarti ketuhanan. Selain itu, aksara tali juga memiliki sebuah makna tersendiri dalam bidang pemujaan bagi orang Tionghoa. Masyarakat Tionghoa sering menyebut diri mereka sebagai rakyat sang naga, karena aksara tali menyerupai seekor naga yang sedang meliuk bergerak

中 国 结 (zhongguo jie) merupakan kata lain dari seni simpul china yang

terbuat dari anyaman tali. Simpul china biasanya berwarna merah. Simpul china merupakan kesenian pada kebudayaan masyarakat Tionghoa yang diturunkan secara turun menurun. Pada saat dinasti Tang dan Song, simpul menyimpul tali ini berkembang menjadi suatu karya seni dan mencapai masa jaya pada dinasti Ming dan Qing. Masyarakat Tionghoa mempercayai, kebudayaan Tionghoa membahas perihal结绳记事 (Jie Shen Ji Shi) yang berarti tali ditarik menjadi simpul dengan tujuan untuk memberi tanda pada suatu hal. 大 事 大 结 其 绳 (da shi da jie qi sheng)、小事小结其绳 (xiao shi xiao jie qi sheng) yang berarti untuk kejadian besar dibuatkan simpul besar dan untuk kejadian kecil dibuatkan simpul kecil ( Emsan, 2014 : 24).

Menurut bapak Poeleng, simpul china merupakan salah satu simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang memiliki


(50)

makna kemakmuran. Makna kemakmuran yang terkandung dalam simpul China berasal dari sejarah pembentukan Aksara 结 (jie ) yang berarti simpul, dalam aksara 中国结 (zhongguojie), aksara tersebut terdiri dari (si) dan (ji), dimana (si) bermakna sutera atau tali, dan (ji) bermakna makmur, berstatus sosial tinggi, panjang usia, kebahagiaan, kekayaan, kesehatan dan keamanan. Aksara 结 (jie) juga melambangkan sebuah makna kekuatan, harmoni dan keterikatan perasaan kemanusiaan.

Ibu Lian Hua mengatakan bahwa yang menarik pada simpul China ialah bentuknya dibuat dengan metode tertentu yang sangat rumit, sehingga tidak mudah terlepas dan menghasilkan bentuk yang beragam dan unik. Bukan hanya sebagai salah satu kesenian dalam kebudayaan masyarakar Tionghoa, namun simpul China juga merupakan salah satu simbol keberuntungan yang sangat dikenal pada kehidupan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.

Secara umum ada 5 jenis Simpul China, yakni simpul keberuntungan, simpul Ruyi, simpul tetap sehati, simpul kupu-kupu, dan simpul panchang.


(51)

Gambar 4.17 Lima bentuk Simpul China berdasarkan maknanya

Sumber : Di akses pada tanggal 20 juli 2015.

Masing-masing simpul memiliki makna tersendiri. Simpul keberuntungan melambangkan keberuntungan dan nasib baik. Simpul Ruyi melambangkan harapan akan kesuksesan dan kemudahan dalam hidup. Simpul tetap sehati melambangkan kesatuan abadi. Simpul kupu-kupu melambangkan berkat yang berlimpah, dikarenakan pelafalan bahasa Mandarin kupu-kupu 蝴(hu) sama dengan 福 (fu) yang berarti berkat. Simpul Panchang melambangkan harapan panjang umur dan tetap berteman selamanya. Jenis Simpul China yang paling


(52)

sering dijumpai di kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai adalah simpul keberuntungan, dan simpul Panchang.

Gambar 4.18 Simpul panchang sebagai gantungan mobil masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

i


(53)

15) Makna Sumpit Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Sumpit merupakan penemuan besar bangsa Tionghoa. Sumpit menjadi bagian penting dalam budaya makanan masyarakat Tionghoa. Namun, bukan hanya sebagai bagian dari kebudayaan pada makanan Tionghoa, sumpit juga merupakan sebuah simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tioghoa yang memiliki banyak makna baik. Di desa Lincun Binjai, hampir seluruh masyarakat Tionghoa memiliki sumpit di dalam rumah mereka.

Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, Sumpit merupakan sebuah simbol keberuntungan yang memiliki banyak makna baik, yakni sebagai lambang kebahagiaan, kekayaan, dan banyak keturunan. Menurut bapak Poeleng, menambahkan sepasang sumpit berarti menambah satu orang kedalam rumah tangga. Makna memperoleh banyak keturunan juga diyakini masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai karena pelafalan sumpit 筷子(kuai zi) yang kedengaran sama dengan frasa Tionghoa快子(kuai zi), yang bearti ‘segera punya anak’.

Alasan pelafalan akasara tersebut yang menjadikan sumpit dianggap sebagai simbol keberuntungan dalam pernikahan tradisional masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai meyakini, pada zaman dahulu leluhur mereka kerap kali melemparkan sumpit pada ranjang pengantin yang baru saja menikah, dengan harapan segera mendapatkan keturunan.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai masih sering menggunakan sumpit pada saat makan. Pada dasarnya, penggunaan


(54)

sumpit harus sesuai dengan aturan untuk menghindari kesialan. Sumpit harus dipegang dengan posisi yang benar. Dari posisi memegang sumpit, orang bisa meramalkan apakah pasangan hidup seseorang itu jauh atau dekat. Bila orang memegang sumpit terlalu tinggi, maka pasangannya adalah seseorang yang tinggalnya jauh, dan sebaliknya.

Bapak Poelong mengatakan, makan hanya dengan menggunakan satu sumpit juga merupakan hal yang sangat tabu untuk dilakukan. Leluhur masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa hal tersebut sama halnya dengan hantu yang makan hanya dengan satu sumpit. Meletakkan satu sumpit disetiap sisi mangkuk pada saat hendak makan juga merupakan hal yang tidak baik untuk dilakukan, karena hal tersebut menandakan makna sebuah perpisahan. Sangat tidak baik memukul mangkuk yang kosong sebelum makan. Hal ini dianggap sebagai tindakan pengemis dan bermakna kemiskinan.

Secara umum, ada 8 pantangan dalam menggunakan sumpit. Menjilat sumpit, menggetarkan sumpit, memakan makanan secara terus-menerus menggunakan sumpit tanpa makan nasi, mengambil makanan menggunkan sumpit yang sudah ada makanannya, menancapkan sumpit pada nasi, mendahului orang lain pada saat ia sedang mengambil makanannya, memain-mainkan makanan dan mencungkil gigi dengan menggunakan sumpit ( Wong, 2014 : 64). Namun, dalam kesehariannya tidak semua pantangan itu dapat dihindari. Bapak Poeleng mengatakan hanya sekitar 4 pantangan yang dapat dihindari, selebihnya sangat sulit dihindari karena dianggap sebagai hal yang sepele. Menancapkan sumpit


(55)

pada nasi, mendahului orang lain pada saat ia sedang mengambil makanannya, memain-mainkan makanan dan mencungkil gigi dengan menggunakan sumpit merupakan 4 Pantangan dalam menggunakan sumpit yang masih bisa dihindari dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun.

Gambar 4.19 Sumpit sebagai alat bantu makan sekaligus simbol banyak keturunan dan rezeki


(56)

4.2 Fungsi 15 Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa DesaLincun Binjai

Untuk menganalisis fungsi dari 15 simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, digunakan teori fungsional yang dikemukakan oleh Malinowski. Malinowski (2006:6) mengatakan, “...semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat”. Berdasarkan pernyataan Malinowski, diuraikan bahwa setiap unsur kebudayaan memiliki fungsi yang berhubungan dengan kebudayaan tersebut. Begitu juga mengenai benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan pada masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai memiliki fungsi yang berkaitan dengan kebudayaan tersebut.

Pada dasarnya, fungsi umum dari kebudayaan menerapkan benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari ialah keinginan untuk melindungi kesehatan seseorang. Hal ini mengungkapkan pola pikir masyarakat Tionghoa yang menghargai pencarian nasib baik dan mengghindari bencana, juga menggambarkan aspirasi masyarakat Tionghoa untuk kebahagiaan dan keamanan sosial (Wong, dkk 2014 : 18).

Pada pembahasan ini penulis akan membahas fungsi dari 15 simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. 15 simbol keberuntungan yang akan dicari fungsinya dalam pembahasan ini terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan (buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah delima, dan labu botol), 4 jenis benda yang menyerupai hewan (harimau, kuda, naga dan ikan mas), dan 5


(57)

benda lainnya (koin tembaga, mangkuk harta, pohon uang, simpul china dan sumpit).


(58)

1) Fungsi Buah Nanas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Buah nanas merupakan salah satu benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan oleh masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Secara umum, buah nanas memiliki fungsi sebagai sebuah simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun binjai yang bermaknakan kejayaan dan kemakmuran dalam hidup. Disamping itu, buah dan simbol nanas juga berfungsi sebagai salah satu persembahan pada saat sembahyang dan upacara-upacara adat kebudayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Dalam perayaan Tahun Baru Imlek, buah nanas juga berfungsi sebagai buah yang wajib disajikan terkait dengan makna kejayaan yang terkandung didalamnya.

Gambar 4.20 Buah dan simbol nanas sebagai persembahan pada tempat sembahyang


(59)

Selain fungsinya sebagai ornamen pelengkap pada upacara adat. Buah nanas juga berfungsi sebagai hiasan pada arsitektur furnitur masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Tidak sedikit benda-benda yang menggunakan ukiran buah nanas sebagai pemanisnya.

Gambar 4.21 Ukiran buah nanas pada tempat sembahyang


(60)

2) Fungsi Bunga Teratai Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Bunga teratai yang dijadikan sebagai salah satu simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Licun Binjai memiliki fungsi yang beragam. Selain berfungsi sebagai sebuah simbol keberuntungan bagi kebudayaan masyarakat Tionghoa, bunga teratai juga berfungsi sebagai lambang 8 prinsip dari jalan Buddhis, salah satu ajaran tertinggi Sang Buddha.

Ibu Lian Hua mengatakan, pemeluk agama Buddha menganggap bunga terataiyang mengangkat dirinya sendiri ke atas air berlumpur merupakan lambang mencapai pencerahan spiritual. Meskipun akarnya di dalam lumpur, bunga teratai tumbuh ke atas, dan naik menuju cahaya. Dengan kata lain, pemeluk agama Buddha meyakini bahwa hal itu merupakan perjalanan dari kegelapan ke arah terang yang penuh pengetahuan atau kebijaksanaan.

Fungsi lain dari simbol bunga teratai bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai ialah sebagai hiasan. Lukisan bunga teratai berfungsi sebagai hiasan pemanis ruangan dan halaman. Lukisan bunga teratai yang paling sering dijumpai di kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai ialah lukisan bunga teratai bersama Dewi Kuan Im .


(61)

Gambar 4.22 Lukisan bunga teratai dan lukisan Dewi Kuan Im bersama bunga teratai pada kediaman masyarakat tionghoa desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015

Fungsi bunga Teratai sebagai hiasan juga tampak pada sisi arsitektur bangunan. Simbol bunga teratai biasa dilukiskan pada dinding bangunan. Lukisan bunga teratai bersama ikan mas koki adalah lukisan yang sering dijumpai sebagai hiasan pada dinding bangunan.


(62)

Gambar 4.23 Lukisan bunga teratai dan ikan mas koki pada dinding bangunan vihara desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Tumbuhan teratai juga memiliki banyak fungsi pada seluruh bagian tumbuhan itu. Bapak Poeleng mengatakan, masyarakat Tionghoa desa Lincun sering mengkonsumsi buahnya sebagai bahan makanan. Selain bunganya yang dapat digunakan sebagai sesajen dalam doa dan sembahyang, serbuk bunga teratai yang dikeringkan juga dapat diolah menjadi bahan kosmetik. Biji bunga teratai sering digunakan sebagai bahan obat herbal, biji lunaknya juga sering dikonsumsi sebagai bahan untuk membuat sup (Wind, 2014 :176)

Bapak Poeleng mengatakan, bunga terataijuga berfungsi sebagai perumpamaan pada karya-karya sastra pujangga Tionghoa. Bunga teratai banyak menjadi sumber inspirasi bagi banyak seniman Tionghoa. Bunga teratai sering disebut dalam syair cina kuno dan dijadikan objek lukisan Cina.


(63)

3) Fungsi Buah Jeruk Mandarin Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, buah Jeruk mandarin lebih dikenal dengan sebutan Kam Cheng. Selain fungsinya sebagai sebuah simbol keberuntungan yang bermaknakan suka cita dan rezeki yang berlimpah, Kam Cheng juga berfungsi sebagai sajian pada saat sembahyang.

Gambar 4.24 Kam Cheng sebagai sajian pada tempat sembahyang masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Lukisan keberuntungan Kam Cheng juga berfungsi sebagai hiasan tata dekorasi ruangandan dinding bangunan tempat ibadah masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.


(64)

Gambar 4.25 Kam Cheng sebagai hiasan pemanis ruang tamu dan hiasan dinding vihara masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Ibu Lian Hua mengatakan, pada saat perayaan Imlek Kam Cheng berfungsi sebagai buah yang wajib dibagikan kepada sanak saudara. Hal tersebut dilakukan terkait dengan makna membagikan Kam Cheng yang sama dengan membagikan rezeki dan suka cita.

Dalam sisi kesehatan, Kam Cheng juga memiliki fungsi yang sangat beragam. Bapak Poeleng mengatakan Kam Cheng diketahui sebagai sumber vitamin A yang baik. Vitamin A dalam Kam Cheng adalah vitamin yang larut dalam lemak dan berfungsi untuk meningkatkan kesehatan mata, membantu pertumbuhan pada anak-anak, membantu fungsi sistem kekebalan tubuh, dan ekspresi gen. Secara umum, kebutuhan harian vitamin A untuk orang dewasa adalah sekitar 2.333 IU (wanita) dan 3.000 IU (pria). Satu porsi Kam Chengdapat menyumbangkan sekitar 1.328 IU vitamin A untuk tubuh ( Damayanti, 2013 : 52).


(65)

Seperti semua varietas buah jeruk yang lain, Kam Cheng juga berfungsi sebagai sumber vitamin C yang sangat hebat. Satu buah Kam Cheng diketahui dapat mengandung vitamin C hingga 52,1 mg. Dalam tubuh, vitamin ini berfungsi sebagai antioksidan. Sangat diperlukan dalam proses sintesis kolagen yang membantu memberikan struktur pada ligamen, tendon, kulit, dan pembuluh darah. Kebutuhan harian vitamin C pada orang dewasa adalah sekitar 75 mg (wanita) dan 90 mg (pria) (Damayanti, 2013 :53).

Selain memiliki fungsi dalam hal kebudayaan dan kesehatan, bagi sebagian masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai kulit Kam Cheng juga memiliki beberapa fungsi lain. Kulit Kam Cheng berfungsi sebagai pengghilang bau badan, dan pengusir kucing. Mereka meyakini dengan meletakkan kulit Kam Cheng disekitar pagar, hal tersebut dapat mencegah kucing masuk kedalam pekarangan rumah, hal tersebut dikarenakan kucing tidak menyukai aroma jeruk.


(66)

4) Fungsi Bunga Meihua Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Bunga meihua merupakan bunga nasional negara Tiongkok.Selain berfungsi sebagai bunga nasional dan simbol keberuntungan masyarakat Tionghoa, replika bunga meihua juga memiliki fungsi sebagai hiasan. Replika bunga meihua biasanya diletakkan diruang tamu, atau bagian depan kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai sebagai hiasan dan pemanis ruangan.

Gambar 4.26 Meihua sebagai hiasan pada ruang tamu kediaaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Karena kecantikan warna dan bentuknya, dewasa ini bukan hanya masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang menggunakan bunga meihua sebagai hiasan pemanis ruangan. Banyak kediaman masyarakat pribumi dan tempat umum (cafe, mall, rumah makan) yang menggunakan bunga meihua sebagai hiasan pada tata dekorasinya.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, lukisan bunga meihuajuga berfungsi sebagai penghias dinding bangunan vihara.


(67)

Gambar 4.27 Bunga meihua sebagai hiasan pada dinding vihara di desa Lincun Binjai

Sumber : Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Bunga meihua juga berfungsi sebagai ornamen penting pada saat perayaan Imlek. Bunga meihua berfungsi sebagai hiasan selayaknya pohon cemara yang selalu dihadirkan sebagai ornamen penting disaat perayaan natal oleh umat kristiani. Bunga meihua yang biasanya digunakan pada saat perayaan Imlek adalah replika atau dengan kata lain terbuat dari plastik.


(68)

5) Fungsi Buah Delima Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Dari segi kebudayaan, fungsi buah delima yang paling mendasar bagi kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, ialah sebagai simbol keberuntungan yang bermaknakan kebahagiaan, kemakmuran, danbanyak keturunan. Lukisan keberuntungan buah delima juga biasanya berfungsi sebagai hiasan pada ruang tamu, dan dinding bangunan vihara di desa Lincun Binjai.

Gambar 4.28 Buah delima sebagai hiasan pada ruang tamu kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai


(69)

Gambar 4.29 Buah delima sebagai hiasan pada dinding bangunan vihara di desa Lincun Binjai

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015

Ibu Lian Hua menjelaskan, pada zaman dahulu corak buah delima juga sering berfungsi sebagai corak pada sarung bantal dan seprai pengantin baru masyarakat Tionghoa. Hal tersebut diyakini akan membuat pengantin tersebut dapat segera memperoleh keturunan.


(70)

6) Fungsi Labu botol Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Labu botol merupakan salah satu benda yang khas kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Banyak dewa-dewa dalam legenda China yang digambarkan membawa labu botol sebagai tempat air maupun tempat arak. Secara umum fungsi dari labu botol ialah sebagai simbol keberuntungan yang digunakan sebagai pengusir roh jahat. labu botol juga berfungsi sebagai hiasan pada ruang tamu kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Labu botol diletakkan di etalase atau meja ruang tamu untuk menambah keindahan ruang tamu. Bentuk labu botol yang biasanya digunakan sebagai hiasan pada ruang tamu masyarakat Tionggoa desa Lincun Binjai ialah berupa labu botol replika yang terbuat dari besi, plastik, maupun kaca.

Gambar 4.30 Replika labu botol yang diletakkan diruang tamu sebagai hiasan


(71)

Selain berfungsi sebagai hiasan pada ruang tamu, masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai juga menggunakan simbol labu botol sebagai lukisan penghias dinding vihara.

Gambar 4.31 Lukisan labu botol sebagai hiasan pada dinding bangunan

Sumber : Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015

Terlepas dari fungsinya sebagai hiasan, bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai labu botol juga berfungsi sebagai jimat pengusir roh jahat. Beberapa masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai meletakkan labu botol di atas pintu bagian depan kediaman mereka untuk mengusir roh jahat yang akan mengganggu.

Gambar 4.32 Labu botol diatas pintu sebagai jimat penolak roh jahat


(72)

7) Fungsi Harimau Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Menurut Bapak Poeleng, dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai simbol harimau juga memiliki fungsi. Selain berfungsi sebagai salah satu simbol keberuntungan yang bermakna sebagai pengusir roh jahat (jimat), simbol harimau juga berfungsi sebagai hiasan. Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai biasa meletakkan lukisan harimau didepan pintu dan pagar kediaman mereka. Peletakan lukisan harimau tersebut berfungsi sebagai penangkal roh jahat juga sebagai hiasan pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.

Gambar 4.33 Simbol harimau yang diletakkan di atas pintu dan didepan pagar kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai sebagai jimat penangkal roh jahat.


(73)

8) Fungsi Kuda Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Kuda merupakan salah satu simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang paling sering disajikan dalam bentuk lukisan. Dalam keseharian masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, sangat mudah dijumpai lukisan kuda yang dijadikan sebagai simbol ketangkasan dan kekuatan. Lukisan kuda yang paling sering dijumpai ialah lukisan keberuntungan 8 kuda. Menurut bapak Poeleng, lukisan keberuntungan 8 kuda memiliki banyak fungsi. Lukisan keberuntungan 8 kuda berfungsi sebagai simbol keberuntungan, sebagai hiasan pemanis tata dekorasi ruangan, sebagai sarana penyampaian doa dan harapan, juga sebagai hadiah pada acara-acara tertentu.

Gambar 4.34 Lukisan keberuntungan 8 kuda sebagai simbol ketangkasan dan kekuatan

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015

Setelah fungsinya sebagai salah satu simbol keberuntungan, lukisan keberuntungan 8 kuda berfungsi sebagai hiasan pemanis ruangan pada kediaman


(74)

masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Mereka biasa meletakkan lukisan keberuntungan 8 kuda berdasarkan Fengshui. Mereka meyakini peletakkan lukisan keberuntungan 8 kuda yang sesuai dengan formasi alam akan memberikan ketangkasan dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan bagi penghuni rumah.

Gambar 4.35 Lukisan keberuntungan 8 kuda sebagai simbol ketangkasan dan kekuatan

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015

Lukisan keberuntungan 8 kuda berfungsi sebagai sarana penyampaian doa dan harapan. Bapak Poeleng mengatakan, sebagian besar masyarakat Tionghoa desa Lincun yang meletakkan Lukisan keberuntungan 8 kuda di kediaman mereka, menjadikan lukisan tersebut sebagai lambang doa dan harapan mereka akan kesuksesan dan kekuatan dalam hidup. Pada Lukisan keberuntungan 8 kuda biasanya terdapat tulisan 马到成功 (ma dao cheng gong) yang artinya segera sukses. Hal tersebut menggambarkan harapan masyarakat Tionghoa akan sebuah kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup.


(75)

wawancara dengan Bapak Acheng yang merupakan penjaga di sekolah tersebut, lukisan keberuntungan 8 kuda itu berfungsi sebagai lambang doa dan harapan sekolah akan kesuksesan semua siswa-siswanya.

Gambar 4.36 Simbol kuda yang diletakkan dibagian pagar Sekolah Kejayaan Indonesia

Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015

Fungsi lain yang dimiliki oleh Lukisan Keberuntungan 8 Kuda ialah sebagai hadiah pada acara-acara tertentu. Beberapa Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang mempercayai Kuda sebagai simbol keberuntungan biasa memberikan Lukisan Keberuntungan 8 Kuda kepada sanak saudara ataupun kerabat yang berulang tahun atau menikah. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar orang yang berulang tahun dan menikah memperoleh kekuatan untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya.


(76)

9) Fungsi Naga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai

Secara umum, selain berfungsi sebagai simbol keberuntungan yang bermaknakan keagungan, naga juga memiliki fungsi sebagai lambang dari kebudayaan masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa biasa mengaitkan simbol naga pada hampir setiap aspek kehidupan. Hal tersebut juga terjadi dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Banyak benda yang melibatkan simbol naga sebagai hiasan yang memiliki makna keberuntungan tertentu.

Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, fungsi simbol naga yang paling mudah dijumpai ialah sebagai hiasan pada arsitektur bangunan tempat ibadah masyarakat Tionghoa. Desa Lincun Binjai memiliki 5 bangunan Vihara, 1 rumah doa, dan 1 bangunan tempat pembakaran jasad. Ketujuh bangunan tersebut didominasi oleh simbol naga sebagai hiasan arsitekturnya. Berbagai bentuk patung dan ukiran nagajuga diletakkan sebagai lambang kebudayaan, juga sebagai simbol keberuntungan.

Dari ke 9 anak naga yang diyakini memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda, Chao Feng dan Suan ni merupakan jenis naga yang paling sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Chao Feng berfungsi sebagai hiasan pada atap bangunan vihara, rumah doa, dan tempat pembakaran jasad masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang dipercaya mampu menolak bencana dan mengusir roh jahat..


(1)

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini belum sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf sebesar-besarnya dan berharap adanya kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti berikutnya.

Medan, Agustus 2015


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 9

1.3 Rumusan masalah... 12

1.4 Tujuan Penelitian... 12

1.5 Manfaat Penelitian... 12

1.5.1 Manfaat Teoritis... 12

1.5.2 Manfaat Praktis... 13

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 14

2.1 Konsep... 14

2.1.1 Makna... 15

2.1.2 Fungsi... 16

2.1.3 Simbol Keberuntungan... 16

2.1.4 Masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai... 18

2.2 Tinjauan Pustaka... 22

2.3 Landasan Teori... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 30

3.1 Jenis Penelitian... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 30

3.3 Data dan Sumber Data... 32

3.3.1 Data... ... 32

3.3.2 Sumber Data... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 33

3.4.1 Studi Kepustakaan (Library Research)... 33

3.4.2 Studi Lapangan (Field Reasearch)... 33

3.5 Teknik Analisis Data... 35

BAB IV PEMBAHASAN... 37

4.1 Makna 15 Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai...37

1. Makna Buah Nanas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai...39

2. Makna Bunga Teratai Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 41


(3)

3. Makna Buah Jeruk Mandarin Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 45 4. Makna Bunga Meihua Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 47 5. Makna Buah Delima Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 51 6. Makna Labu Botol Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 53 7. Makna Harimau Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 56 8. Makna Kuda Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa

Desa Lincun Binjai...59 9. Makna Naga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa

Desa Lincun Binjai...61 10.Makna Ikan Mas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 65 11.Makna Koin Tembaga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 67 12.Makna Pohon Uang Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 68 13.Makna Mangkuk Harta Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 70 14.Makna Simpul China Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 73 15.Makna Sumpit Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 77 4.2 Fungsi 15 Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun

Binjai...80 1. Fungsi Buah Nanas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 82 2. Fungsi Bunga Teratai Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 84 3. Fungsi Buah Jeruk Mandarin Sebagai Simbol Keberuntungan bagi

Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 87 4. Fungsi Bunga Meihua Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 90 5. Fungsi Buah Delima Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 92 6. Fungsi Labu Botol Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 94 7. Fungsi Harimau Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 96 8. Fungsi Kuda Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa

Desa Lincun Binjai...97 9. Fungsi Naga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa


(4)

10. Fungsi Ikan Mas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat

Tionghoa Desa Lincun Binjai... 102

11. Fungsi Koin Tembaga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 105

12. Fungsi Mangkuk Harta Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 106

13. Fungsi Pohon Uang Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 108

14. Fungsi Simpul China Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 110

15. Fungsi Sumpit Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 116

5.1Kesimpulan... 116

5.2 Saran... 120

DAFTAR PUSTAKA... 122


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Vihara Menurut Kelurahan... 10

Gambar 2.1 Kediaman Masyarakat Tionghoa di Desa Lincun Binjai... 20

Gambar 4.1 Simbol Buah Nanas Sebagai Perlengkapan Sembahyang... 40

Gambar 4.2 Simbol Bunga Teratai Bersama Dewi Kuan Im... 44

Gambar 4.3 Kam Cheng Sebagai Sesajen Sembahyang... 46

Gambar 4.4 Bunga Meihua Pada Kediaman Masyarakat... 47

Gambar 4.5 Replika Bunga Meihua... 50

Gambar 4.6 Simbol Buah Delima... 52

Gambar 4.7 Replika Labu Botol... 54

Gambar 4.8 Labu Botol di Atas Pintu... 55

Gambar 4.9 Simbol Harimau Dalam Bentuk Lukisan... 58

Gambar 4.10 Lukisan Keberuntungan 8 Kuda... 60

Gambar 4.11 Naga Chao Feng dan Suan Ni………... 64

Gambar 4.12 Ikan Mas Pada Kediaman Masyarakat Tionghoa... 66

Gambar 4.13 Lukisan Ikan Mas Koki... 66

Gambar 4.14 Koin Tembaga Sebagai Bandul Gelang dan Kalung... 67

Gambar 4.15 Tumbuhan Pohon Uang dan Hiasan Pohon Uang... 69

Gambar 4.16 Ukiran Mangkuk Harta... 72

Gambar 4.17 Lima Bentuk Simpul China... 75

Gambar 4.18 Simpul Pan Chang Sebagai Gantungan... 76

Gambar 4.19 Sumpit Sebagai Alat Bantu Makan... 79

Gambar 4.20 Buah dan Simbol Nanas Sebagai Persembahan... 82

Gambar 4.21 Ukiran Buah Nanas Pada Tempat... 83

Gambar 4.22 Sembahyang Lukisan Bunga Teratai dan Dewi Kuan Im... 85

Gambar 4.23 Bunga Teratai dan Ikan Mas Koki Pada Dinding Pagar... 86

Gambar 4.24 Kam Cheng Sebagai Sajian Sembahyang... 87

Gambar 4.25 Kam Cheng Sebagai Hiasan... 88

Gambar 4.26 Meihua Sebagai Hiasan Ruang Tamu... 90

Gambar 4.27 Meihua Pada Dinding Bangunan Vihara... 91

Gambar 4.28 Lukisan Delima Sebagai Hiasan Ruang Tamu... 92

Gambar 4.29 Buah Delima Pada Dinding Vihara... 93

Gambar 4.30 Labu Botol Pada Ruang Tamu... 94

Gambar 4.31 Lukisan Labu Botol Pada Dinding Vihara... 95

Gambar 4.32 Labu Botol Sebagai Jimat... 95

Gambar 4.33 Simbol Harimau Sebagai Jimat... 96

Gambar 4.34 Lukisan Keberuntungan 8 Kuda... 97

Gambar 4.35 Lukisan Keberuntungan 8 Kuda Lambang Kekuatan dan Ketangkasan... 98

Gambar 4.36 Simbol Kuda Pada Bagian Depan Sekolah... 99

Gambar 4.37 Naga Chao Feng Pada Atap Bangunan... 101

Gambar 4.38 Naga Suan Ni Pada Tempat Abu Leluhur... 101


(6)

Gambar 4.40 Lukisan Ikan Mas Pada Tempat Sembahyang... 106

Gambar 4.41 Lukisan Ikan Mas Pada Pagar Kediaman Masyarakat... 104

Gambar 4.42 Koin Tembaga Sebagai Bandul Aksesoris... 105

Gambar 4.43 Mangkuk Harta Sebagai Hiasan Pada Ruang Tamu... 106

Gambar 4.44 Lukisan Mangkuk Harta Pada Dinding Vihara... 107

Gambar 4.45 Pohon Uang Sebagai Hiasan... 109

Gambar 4.46 Simpul Pan Chang Sebagai Gantungan... 111

Gambar 4.47 Simpul China Sebagai jimat... 112

Gambar 4.48 JimaSumpit Sebagai Alat Makan Tradisional... 114