Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal

2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan (Kasmir, 2008:207).

Pasar modal merupakan pasar yang dimanfaatkan untuk memobilisasi dana baik dari dalam maupun luar negeri. Melalui pasar modal, perusahaan akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Pasar modal juga menawarkan sumber dana yang banyak dan beragam sehingga perusahaan memiliki pilihan yang bervariasi.

Pasar modal yang terbesar di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ adalah saham preferen (preferred stock), saham biasa (common stock), hak (rigths) dan obligasi konvertibel (convertible bonds). Saham biasa mendominasi volume transaksi di BEJ. Bursa efek terbesar setelah BEJ adalah Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX).


(2)

Efektif mulai bulan November 2007, setelah diadakannya RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) yang diadakan pada 30 Oktober 2007. BEJ dan BES bergabung menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia). BEI akan memperdagangkan seluruh produk investasi yang dimiliki oleh BEJ dan BES.

2.1.1.2 Produk yang Diperdagangkan di Pasar Modal

Saham menjadi produk utama yang diperdagangkan di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa memang tujuan utama keberadaan pasar modal di suatu negara adalah memperdagangkan saham. Selain dari saham, ada berbagai jenis surat berharga yang juga diperdagangkan di pasar modal, yakni (Herlianto, 2013:57):

1. Surat Pengakuan Hutang

2. Surat Berharga Komersial (Commercial Paper) 3. Obligasi

4. Tanda Bukti Hutang

5. Unit Penyertaan Kontrak Invesatasi Kolektif 6. Kontrak Berjangka Atas Efek

7. Setiap Derivatif dan Efek, seperti Bukti Right, Warrant, dan Opsi 8. Efek Beragun Aset

9. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

2.1.1.3 Elemen yang Menyebabkan Tumbuhnya Pasar Modal

Pasar modal di suatu negara dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran untuk melihat maju mundurnya dinamika bisnis yang terjadi di negara tersebut.


(3)

Pemerintah memiliki peran sentral dalam membentuk serta mendorong suatu pasar modal yang menjadi pengharapan bagi berbagai pihak. Michael P. Mc Lindon dalam Fahmi (2013) mengemukakan adanya elemen yang menciptakan tumbuhnya pasar modal, yakni:

1. Adanya kesadaran masyarakat mengenai manfaat dan peluang yang terdapat di pasar modal serta manfaat lain dari kepemilikan saham.

2. Perkembangan prasarana pasar modal seperti majunya teknologi informasi yang mendorong tumbuhnya sistem perdagangan elektronik, kliring, pendaftaran saham, dan lain-lain.

3. Perkembangan peraturan perundangan guna terciptanya kepercayaan masyarakat, perlindungan pemodal dan kemandiriannya.

4. Adanya program pravitisasi yang mendorong penawaran dan permintaan saham.

Pasar modal dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pembiayaan yang tidak kalah menarik bagi dunia usaha dibandingkan dengan perbankan atau lembaga keuangan lain. Hal ini dikarenakan pasar modal memberikan pembiayaan dalam jumlah yang relatif besar dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Sumber pembiayaan yang diperoleh melalui pasar modal umumnya mencapai ratusan miliar bahkan triliunan rupiah. Hal ini tentu menjadikan pasar modal sebagai pilihan yang tepat bagi pembiayaan proyek-proyek investasi perusahaan.

Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang memiliki dana (investor), dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana. Sedangkan untuk kasus pasar modal Indonesia, cakupan tujuan dan misi


(4)

yang diemban pasar modal Indonesia bersifat lebih luas, sesuai dengan idealisme bangsa Indonesia yang berusaha untuk menjalankan perekonomian yang berasaskan kekeluargaan.

2.1.2 Efisiensi Pasar

2.1.2.1 Pengertian Efisiensi Pasar

Pasar efisien (market efficient) adalah suatu kondisi dimana informasi tentang semua harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa ada hambatan yang khusus. Weston dan Copeland (1995:107) dalam Fahmi (2013: 260) mendefinisikan pasar modal yang efisien sebagai berikut: “ A security market is said to be efficient if the price instaneously and fully reflects all relevant available information”.

2.1.2.2 Hipotesis Pasar Efisien

Hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis) adalah teori yang menyatakan bahwa dalam pasar bebas, dengan persaingan dalam memperoleh keuntungan, semua informasi pengetahuan dan perkiraan direfleksikan secara akurat di dalam harga-harga pasar (Fahmi, 2013:261).

Beberapa bentuk hipotesis efisiensi pasar antara lain: 1. Efisiensi Bentuk Lemah (Weak Form)

Hipotesis ini menyatakan bahwa harga saham mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan harga di waktu lalu. Bila efisiensi bentuk lemah ini tercapai, berarti tidak seorang investorpun mendapat keuntungan di atas


(5)

normal (abnormal return). Melalui gerakan harga-harga sekuritas historis, dapat diprediksi gerakan dan arah harga sekuritas tersebut bersifat acak (random walk), sehingga sangat sulit memprediksi arah perubahan harga periode yang akan datang.

2. Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semi Strong Form)

Hipotesis ini menyatakan bahwa harga-harga bukan hanya mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi semua informasi yang dipublikasikan. Informasi publik akan tercermin ke dalam harga saham secara cepat dan tidak bias. Investor tidak akan dapat memperoleh abnormal return dengan membeli saham atas dasar suatu publikasi.

3. Efisiensi Bentuk Kuat (Strong Form)

Hipotesis ini menyatakan bahwa semua informasi yang relevan yang tersedia tercermin dalam harga saham. Jadi baik informasi yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan (private information) akan tercermin dalam harga saham. Dalam keadaan seperti ini tidak seorang investorpun dapat memperoleh abnormal return (excess return) dengan menggunakan informasi apapun.

2.1.2.3 Syarat dan Situasi Pasar Efisien

Herlianto (2013:261) mengemukakan syarat-syarat umum yang harus dipenuhi bagi terciptanya efisiensi pasar modal yakni:


(6)

1. Disclosure

Disclosure adalah berbagai informasi pengetahuan dan perkiraan direfleksikan atau tergambarkan secara akurat dalam harga-harga pasar tersebut, dimana berbagai pihak mengetahui sebab-sebab naik turunnya harga tersebut dari berbagai perolehan informasi baik dari sisi fundamental dan teknikal analisis. Data-data tersebut dapat diperoleh tanpa ada batas dan biaya dengan waktu yang cepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Pasar dalam Keadaan Seimbang

Selalu menjaga pasar berada dalamkeadaan seimbang, seperti usaha-usaha untuk memasukkan informasi baru. Dengan demikian terserapnya informasi baru tersebut ke pasaran akan menghasilkan nilai intrinsik saham.

3. Kondisi Pasar Berlangsung Secara Bebas

Kondisi pasar berlangsung secara bebas adalah dimana tidak ada seorangpun yang bisa memengaruhi kondisi harga di pasar, berbagai pihak memperoleh informasi yang sama dan tidak ada saling intervensi.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi pasar didefenisikan sebagai hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Reaksi suatu pasar terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar yang seperti ini disebut pasar efisien.


(7)

2.1.3 Studi Peristiwa (Event Study)

Event study menggambarkan sebuah teknik riset yang memungkinkan pasar untuk menilai dampak dari suatu peristiwa tertentu terhadap harga saham suatu perusahaan. Event study juga dapat dikatakan sebagai alat analisa yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada reaksi signifikan dalam pasar finansial terhadap kejadian yang dihipotesakan dan mempengaruhi harga saham di pasar dari sebuah perusahaan (Herlianto, 2013:78).

Studi peristiwa (event study) digunakan untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa, baik pada saat peristiwa itu terjadi maupun beberapa saat setelah peristiwa itu terjadi. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan dari sekuritas yang bersangkutan. Hal ini ditujukan untuk melihat apakah volume perdagangan saham akan meningkat atau menurun setelah peristiwa itu terjadi atau sudah terpengaruh sebelum peristiwa terjadi.

Menurut Herlianto (2013:78), standar metodologi yang biasanya digunakan dalam event study ini adalah:

1. Mengumpulkan sampel, yaitu perusahaan-perusahaan yang mempunyai pengumuman yang mengejutkan pasar, perubahan harga dapat terjadi jika ada event yang mengejutkan pasar, misalnya ada pengumuman perusahaan akan melakukan stock split, penerbitan saham baru atau pengumuman mengenai earning perusahaan.

2. Menentukan hari pengumuman atau event.

3. Menentukan periode pengamatan, periode pengamatan biasanya dihitung dalam hari.


(8)

4. Menghitung return masing-masing sampel setiap hari selama periode pengamatan.

5. Menghitung return abnormal.

2.1.4 Saham

2.1.4.1 Pengertian Saham

Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Fahmi (2013:270) mengemukakan bahwa saham adalah:

a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan

diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

c. Persediaan yang siap untuk dijual.

2.1.4.2 Jenis-jenis Saham

Jogiyanto (2014) mengemukakan jenis-jenis saham sebagai berikut: 1. Saham Biasa (Common Stock)

Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan manajemen untuk menjalankan operasi


(9)

perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak, yakni:

a. Hak Kontrol

Pemegang saham mempunyai saham untuk memilih dewan direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.

b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan

Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Keputusan perusahaan membayar dividen tidak dicerminkan dalam kebijaksanaan dividen (dividend policy). Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama.

c. Hak Preemptive

Hak preemptif (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Hak preemptif memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase pemilikannya tidak berubah.


(10)

2. Saham Preferen

Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang saham obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa.

3. Saham Treasuri (Treasury Stock)

Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri. Perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham treasuri dengan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham.

b. Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai pasarnya.

c. Memberikan sinyal kepada pasar bahwa harga saham tersebut murah, sehingga perusahaan mau membelinya kembali.


(11)

d. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per lembarnya.

e. Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambilan alih tidak bersahabat (hostile takeover).

2.1.4.3Faktor-faktor Penentu Saham Naik Turun

Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham akan mengalami fluktuasi, yakni (Fahmi, 2013:276):

a. Kondisi mikro dan makro ekonomi.

b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha).

c. Pergantian direksi secara tiba-tiba.

d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.

e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.

f. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi


(12)

2.1.4.4Alasan Perusahaan Menjual Saham

Ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa suatu perusahaan memutuskan untukmenerbitkan danmenjual saham, yaitu (Fahmi, 2013:277):

a. Kebutuhan dana dalam jumlah besar dan pihak perbankan tidak mampu untuk memberikan pinjaman karena berbagai alasan seperti tingginya risiko yang akan dialami jika terjadi kemacetan.

b. Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan secara lebih sistematis.

c. Menginginkan harga saham perusahaan terus naik dan terus diminati oleh konsumen secara luas, sehingga nantinya akan memberikan efek kuat bagi perusahaan sepertirasa percaya diri di kalangan manajemen perusahaan.

d. Mampu memperkecil risiko yang timbul karena permasalahan risiko diselesaikan dengan pembagian dividen.

2.1.5 Likuiditas Saham

Likuiditas saham merupakan salah satu indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu pengumuman atas corporate action yang dilakukan suatu perusahaan. Menurut Tandelilin dalam Rusliati (2010) likuiditas saham adalah tingkat keaktifan dari sebuah saham untuk dapat dijual atau dijadikan uang tunai oleh investor yang memilikinya. Likuiditas saham terbentuk karena mekanisme permintaan dan penawaran terhadap saham.


(13)

Brigham dan Michael (2011:34) menjelaskan volume perdagangan saham atau likuiditas saham merupakan kemampuan saham untuk dijual dengan cepat pada harga wajar yang dilihat pada close price pada harga pasar sekuritas terkini dimana likuiditas saham tergantung pada jumlah dan kualitas saham. Likuiditas saham dapat dilihat dari aktivitas volume perdagangan saham atau Trading Volume Activity (TVA).

Trading volume activity (TVA) merupakan perbandingan antara jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Besar kecilnya perubahan rata-rata Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pemecahan saham merupakan ukuran besar kecilnya akibat yang ditimbulkan dari informasi pemecahan saham. Apabila volume saham yang diperdagangkan (trading) lebih besar daripada volume saham yang diterbitkan (listing) maka saham tersebut semakin likuid. Adapun formula untuk menghitung Trading Volume Activity (TVA) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

i = nama perusahaan t = waktu tertentu

2.1.6 Return Saham

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Return merupajan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2014:263). Suatu


(14)

hal yang sangat wajar apabila investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return juga dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang memotivasi investor dalam berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.

Return saham atau pengembalian saham merupakan salah satu aspek terpenting dalam melakukan analisis investasi. Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya dalam bentuk saham. Tingkat pengembalian atau return suatu investasi diukur sebagai total keuntungan dan kerugian yang diterima investor (pemilik) selama suatu periode tertentu (Gumanti, 2011:54).

Return saham dilihat sebagai keuntungan yang diperoleh oleh para investor atas investasi yang dilakukannya dalam sekuritas saham. Menurut Syahyunan (2013:205), keuntungan ini dapat dilihat pada dividen dan capital gain.

a. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen. Untuk menghitung keuntungan dari dividen saham digunakan rumus berikut:


(15)

Keterangan:

Dt = dividen pada periode t

Pt-1 = harga saham pada periode t-1 b. Capital Gain

Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Pada penelitian ini capital gain digunakan sebagai proksi return saham. Capital gain dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

Keterangan:

Ri,t = return yang sesungguhnya terjadi untuk sekuritas i pada periode t Pi,t = harga saham i pada periode t

Pi,t-1 = harga saham i pada periode t-1

2.1.7 Bid Ask Spread

Menurut Jones (2004) dalam Veronica (2013), bid ask spread adalah bagian dari biaya perdagangan saham. Harga bid adalah penawaran harga tertinggi untuk membeli sekuritas yang diberikan. Harga ask adalah harga terrendah dimana sekuritas yang ditawarkan untuk dijual. Bid ask spread dapat dihitung


(16)

melalui selisih harga jual dan harga beli suatu saham dan dibagi dengan harga saham sesungguhnya.

Adapun formula untuk menghitung bid ask spread yakni:

2.1.8 Risiko

Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) dalam Jogiyanto (2014) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan.

Menurut Tandelilin (2001) dalam Fahmi (2013), ada beberapa sumber yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:

1. Risiko Suku Bunga

Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus.


(17)

2. Risiko Pasar

Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik.

3. Risiko Infasi

Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.

4. Risiko Bisnis

Risiko menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri.

5. Risiko Finansial

Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembayaran modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan.


(18)

Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.

7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang

Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan currency risk atau exchange rate risk.

8. Risiko Negara

Risiko ini disebut juga risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.

2.1.9 Stock Split

2.1.9.1 Pengertian Stock Split

Menurut Halim (2007), stock split atau pemecahan saham adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan perubahan jumlah saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor). Stock split merupakan kebijakan para emiten (perusahaan go public) untuk meningkatkan jumlah saham beredar. Secara teoritis, dampak dari stock split adalah harga saham akan menjadi undervalued, karena jumlah lembar saham yang beredar bertambah. Emiten


(19)

berharap stock split akan diikuti oleh reaksi positif dari pasar, yakni meningkatnya kembali minat beli (bid order) para investor. Naiknya bid order diharapkan akan membuat harga saham emiten yang tadinya undervalued akan meningkat kembali beberapa hari setelah pengumuman stock split.

Pemecahan saham (stock split) akan meningkatkan jumlah saham yang diperdagangkan dan secara proporsional akan menurunkan nilai per lembar sahamnya. Stock split merupakan upaya yang dilakukan agar saham terlihat lebih menarik bagi investor, sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran investor. menurut persepsi pasar (investor), motivasi utama emiten melakukan stock split bukan untuk aktivitas pengembangan usaha, melainkan untuk aktivitas rekapitalisasi utang jangka panjang.

Stock split merupakan aktivitas perusahaan yang memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Misalnya jumlah saham yang beredar adalah sebesar 100.000 lembar saham dengan harga per lembarnya Rp 1.000,00. Maka nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 100.000 lembar × Rp 1.000,00 = Rp 100 juta. Perusahaan memecah satu lembar saham menjadi dua lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,00 dan jumlah saham beredar menjadi 200.000 lembar.

Pengumuman stock split dapat dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan ke publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik (Hartono, 2014:632).


(20)

Menurut Halim (2005), hal-hal berikut perlu diketahui oleh pemegang saham/investor sehubungan dengan stock split:

a. Rasio pemecahan saham, yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham lama. Misalnya rasio 2 untuk 1, artinya 2 saham baru ditukar dengan 1 saham lama.

b. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di bursa.

c. Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal baru di bursa.

d. Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal lama.

e. Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal baru dan distribusi saham dengan nilai nominal baru ke dalam rekening efek perusahaan efek atau bank kustodian di KSEI.

2.1.9.2 Tujuan Dilakukannya Stock Split

Kebijakan melaksanakan penerbitan stock split dilandasi oleh berbagai bentuk tujuan. Secara umum ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu (Fahmi, 2014: 358):

1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.


(21)

3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut.

4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.

5. Menambah jumlah saham yang beredar.

6. Memperkecil risiko yang terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah artinya telah terjadi diversifikasi investasi. 7. Menerapkan diversifikasi investasi.

2.1.9.3 Alasan Melakukan Stock Split

Scott, et al. dalam Fahmi (2014:358) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split antara lain:

1. Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. 2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham

kepada kisaran yang telah ditargetkan.

3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan berinvestasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas.


(22)

2.1.9.4 Jenis-jenis Stock Split

Menurut Husnan (2005) dalam Napitupulu dan Syahyunan (2013), pada dasarnya stock split dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:

1. Pemecahan Naik (Split Up)

Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya dengan faktor pemecahan 2 : 1.

2. Pemecahan Turun (Split Down)

Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya dengan faktor pemecahan 1 : 2.

2.1.9.5Teori Stock Split

Secara teoritis, motivasi yang mendasari perusahaan melakukan stock split serta dampak yang ditimbulkannya tertuang dalam trading range theory dan signaling theory.

1. Trading Range Theory

Teori ini menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Dengan adanya stock split, nilai nominal saham dipecah sehingga meningkatkan daya beli investor dengan tujuan agar pelaku pasar modal tetap banyak yang mau


(23)

memperjualbelikan saham bersangkutan. Kondisi ini pada akhirnya akan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

Harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Melalui stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipasi pasar akan terlibat dalam perdagangan sehingga akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham.

2. Signaling Theory

Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Pengumuman stock split juga merupakan sinyal bahwa earning dan cash dividend akan meningkat. Peningkatan earning dan cash dividend merupakan salah satu gambaran prospek perusahaan yang positif.

Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapatkan dampak negatif. Stock split yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya perusahaan yang mempunyai prospek yang baik yang dapat


(24)

menanggung biaya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan pasar bereaksi positif. Perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik, yang mencoba memberi sinyal lewat stock split, bukanlah stock split yang akan meningkatkan harga sahamnya, tapi justru menurunkannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ini antara lain:

1. I Gusti Ayu Janiantari dan I Dewa Nyoman Badera (2014) melakukan penelitian untuk menganalisis perbedanaan bid ask spread dan abnormal return saham sebagai dampak dari pengumuman stock split. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh variabel abnormal return saham.

2. Kt Mas Trisna Yanti Switriyani dkk. (2014) meneliti pengaruh kebijakan stock split terhadap volatilitas harga saham, volume perdagangan saham dan return saham pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volatilitas harga saham, volume perdagangan saham, dan return saham sebelum dan sesudah melakukan stock split.

3. Muhammad Ajib Irwansyah dkk. (2014) melakukan penelitian untuk menganalisis perbedaan tingkat harga pasar saham, return saham, dan volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah stock split


(25)

(studi kasus pada perusahaan yang melakukan stock split periode 2008-2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat harga pasar saham sebelum dan sesudah melakukan stock split, tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah melakukan stock split, dan terdapat perbedaan volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split.

4. Ni Luh Damayanti dkk. (2014) menganilisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat keuntungan (return) saham dan likuiditas saham (studi pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa pemecahan saham tidak menyebabkan adanya perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, peristiwa pemecahan saham menyebabkan adanya perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2013.

5. Gow-Cheng Huang et al. (2013) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh stock split terhadap likuiditas saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh stock split secara signifikan terhadap likuiditas saham.

6. Hanif Prakoso Islamiyahya (2013) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh kebijakan stock split terhadap abnormal return, volume perdagangan saham dan bid ask spread pada perusahaan go public


(26)

yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada abnormal return dan terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan dan bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split.

7. Dr.Wissem Daadaa (2011) melakukan penelitian tentang implikasi stock splits dan stock dividens terhadap komponen bid ask spread pada Tunisia Stock Exchange (TSE). Hasil menunjukkan peningkatan dalam penyebaran absolut dan relatif setelah hari efektif pemecahan saham. Peningkatan penyebaran ini melibatkan peningkatan biaya perdagangan investor, degradasi likuiditas jangka pendek dan jatuhnya kualitas pasar. Reaksi tidak dicatat untuk dividen saham.

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian 1 I Gusti Ayu

Janiantari dan I Dewa Nyoman Badera (2014)

Analisis Perbedaan Bid Ask Spread dan Abnormal Return Saham sebagai Dampak dari Pengumuman Stock Split

1. Bid ask spread 2. Abnormal return Paired Sample t-test Terdapat perbedaan signifikan antara bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh variabel abnormal return saham. 2 Kt Mas

Trisna Yanti Switriyani, dkk (2014) Pengaruh Kebijakan Stock Split terhadap Volatilitas Harga Saham, Volume Perdagangan Saham dan Return Saham pada Perusahaan Go Public yang 1. Volatilitas Harga Saham 2. Volume Perdagangan Saham 3. Return Saham Paired Sample t- test

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volatilitas harga saham, volume perdagangan saham, dan return saham sebelum dan sesudah melakukan stock split.


(27)

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data Hasil Penelitian Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2010-2013 3 Muhammad

Ajib Irwansyah, dkk (2014)

Analisis Perbedaan Tingkat Harga Pasar Saham, Return

Saham, dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Sebelum dan Sesudah Stock Split 1. Tingkat Harga Pasar Saham 2. Return Saham 3. Volume Perdagangan Paired Sample t-test

Tidak terdapat perbedaan tingkat harga pasar saham dan return saham sebelum dan sesudah melakukan stock split dan terdapat perbedaan volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split.

4 Ni Luh Damayanti, dkk (2014) Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Tingkat Keuntungan (Return) Saham dan Likuiditas Saham (Studi pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013) 1. Return Saham 2. Likuiditas Saham Uji Beda Dua Rata-Rata

Peristiwa pemecahan saham tidak menyebabkan adanya perbedaan abnormal return saham, peristiwa pemecahan saham menyebabkan adanya perbedaan volume

perdagangan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2013.

5 Gow-Cheng Huang et al. (2013)

The Effects of Stock Splits on Stock Liquidity 1. Turnover Ratio 2. Amihud Illiquidity Ratio 3. Zeros 4. Dollar Spread 5. Relative Spread Sample t-test

Hasil menunjukkan bahwa stock split dapat

menyebabkan perbedaan yang signifikan pada likuiditas saham.

6 Hanif Prakoso Islamiyahya (2013) Pengaruh Kebijakan Stock Split terhadap Abnormal Return, Volume Perdagangan

Saham, dan Bid Ask

1. Abnormal Return 2.Volume Perdagangan Saham 3. Bid Ask Spread

Paired Sample t-test

Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada

abnormal return dan terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan dan bid ask spread sebelum dan sesudah stock split.


(28)

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Spread pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia 7 Dr.Wissem

Daadaa (2011)

Stock Splits and Stock Dividends: Implications for Bid Ask Spread Components Bid Ask Spread Components Sample t-test Hasil menunjukkan peningkatan dalam penyebaran absolut dan relatif setelah hari efektif pemecahan saham.

Peningkatan penyebaran ini menunjukkan peningkatan komponen-komponen bid ask spread.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan, return saham yang dicerminkan dengan capital gain, dan bid ask spread pada saat sebelum dan setelah dilakukannya peristiwa stock split. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa peristiwa pemecahan saham dapat dilakukan dengan tujuan membuat saham semakin likuid, capital gain dan bid ask spread meningkat.

Pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah diharapkan mampu menjaga tingkat perdagangan saham pada rentang yang optimal. Dengan demikian perdagangan saham akan menjadi lebih likuid. Harga saham yang murah akan menyebabkan investor membelinya, sehingga akan


(29)

meningkatkan volume perdagangan saham. Selain menjadikan saham lebih likuid, pemecahan saham diharapkan dapat meningkatkan capital gain dan bid ask spread saham bersangkutan.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil penelitian yang berbeda mengenai pengaruh yang terjadi pada volume perdagangan, return saham, dan bid ask spread setelah dilakukannya peristiwa stock split. Penelitian yang dilakukan Kt Mas (2014) menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukan stock split. Sedangkan penelitian yang dilakukan Ni Luh dkk. (2014) menyatakan bahwa adanya perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah dilakukannya stock split.

Hasil beberapa penelitian terdahulu masih sangat membingungkan, karena memberikan hasil yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan likuiditas saham, return saham, dan bid ask spread sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 hingga 2014.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut:


(30)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada likuiditas saham sebelum dan setelah melakukan stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham sebelum dan setelah melakukan stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada bid ask spread sebelum dan setelah melakukan stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Likuiditas Saham Sebelum Stock

Split

Likuiditas Saham Setelah Stock Split

Return Saham Sebelum Stock

Split

Return Saham Setelah Stock Split

Bid Ask Spread Sebelum Stock

Split

Bid Ask Spread Setelah Stock Split ≠

≠ ≠


(1)

(studi kasus pada perusahaan yang melakukan stock split periode 2008-2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat harga pasar saham sebelum dan sesudah melakukan stock split, tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah melakukan stock split, dan terdapat perbedaan volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split.

4. Ni Luh Damayanti dkk. (2014) menganilisis pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat keuntungan (return) saham dan likuiditas saham (studi pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa pemecahan saham tidak menyebabkan adanya perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, peristiwa pemecahan saham menyebabkan adanya perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2013.

5. Gow-Cheng Huang et al. (2013) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh stock split terhadap likuiditas saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh stock split secara signifikan terhadap likuiditas saham.

6. Hanif Prakoso Islamiyahya (2013) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh kebijakan stock split terhadap abnormal return, volume perdagangan saham dan bid ask spread pada perusahaan go public


(2)

yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada abnormal return dan terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan dan bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split.

7. Dr.Wissem Daadaa (2011) melakukan penelitian tentang implikasi stock splits dan stock dividens terhadap komponen bid ask spread pada Tunisia Stock Exchange (TSE). Hasil menunjukkan peningkatan dalam penyebaran absolut dan relatif setelah hari efektif pemecahan saham. Peningkatan penyebaran ini melibatkan peningkatan biaya perdagangan investor, degradasi likuiditas jangka pendek dan jatuhnya kualitas pasar. Reaksi tidak dicatat untuk dividen saham.

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian 1 I Gusti Ayu

Janiantari dan I Dewa Nyoman Badera (2014)

Analisis Perbedaan Bid Ask Spread dan Abnormal Return Saham sebagai Dampak dari Pengumuman Stock Split

1. Bid ask spread 2. Abnormal return

Paired Sample t-test

Terdapat perbedaan signifikan antara bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh variabel abnormal return saham. 2 Kt Mas

Trisna Yanti Switriyani, dkk (2014)

Pengaruh Kebijakan Stock Split terhadap Volatilitas Harga Saham, Volume Perdagangan Saham dan Return Saham pada Perusahaan Go Public yang

1. Volatilitas Harga Saham 2. Volume Perdagangan Saham 3. Return Saham

Paired Sample t- test

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volatilitas harga saham, volume perdagangan saham, dan return saham sebelum dan sesudah melakukan stock split.


(3)

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data Hasil Penelitian Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2010-2013 3 Muhammad

Ajib Irwansyah, dkk (2014)

Analisis Perbedaan Tingkat Harga Pasar Saham, Return Saham, dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Sebelum dan Sesudah Stock Split 1. Tingkat Harga Pasar Saham 2. Return Saham 3. Volume Perdagangan Paired Sample t-test

Tidak terdapat perbedaan tingkat harga pasar saham dan return saham sebelum dan sesudah melakukan stock split dan terdapat perbedaan volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split.

4 Ni Luh Damayanti, dkk (2014) Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Tingkat Keuntungan (Return) Saham dan Likuiditas Saham (Studi pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013) 1. Return Saham 2. Likuiditas Saham Uji Beda Dua Rata-Rata

Peristiwa pemecahan saham tidak menyebabkan adanya perbedaan abnormal return saham, peristiwa pemecahan saham menyebabkan adanya perbedaan volume

perdagangan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2013.

5 Gow-Cheng Huang et al. (2013)

The Effects of Stock Splits on Stock Liquidity 1. Turnover Ratio 2. Amihud Illiquidity Ratio 3. Zeros 4. Dollar Spread 5. Relative Spread Sample t-test

Hasil menunjukkan bahwa stock split dapat

menyebabkan perbedaan yang signifikan pada likuiditas saham.

6 Hanif Prakoso Islamiyahya (2013) Pengaruh Kebijakan Stock Split terhadap Abnormal Return, Volume Perdagangan

Saham, dan Bid Ask

1. Abnormal Return 2.Volume Perdagangan Saham 3. Bid Ask Spread

Paired Sample t-test

Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada

abnormal return dan terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan dan bid ask spread sebelum dan sesudah stock split.


(4)

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian Spread pada

Perusahaan Go Public yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia 7 Dr.Wissem

Daadaa (2011)

Stock Splits and Stock Dividends: Implications for Bid Ask Spread Components

Bid Ask Spread Components

Sample t-test

Hasil menunjukkan peningkatan dalam penyebaran absolut dan relatif setelah hari efektif pemecahan saham.

Peningkatan penyebaran ini menunjukkan peningkatan komponen-komponen bid ask spread.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan, return saham yang dicerminkan dengan capital gain, dan bid ask spread pada saat sebelum dan setelah dilakukannya peristiwa stock split. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa peristiwa pemecahan saham dapat dilakukan dengan tujuan membuat saham semakin likuid, capital gain dan bid ask spread meningkat.

Pemecahan saham yang menjadikan harga saham menjadi lebih murah diharapkan mampu menjaga tingkat perdagangan saham pada rentang yang optimal. Dengan demikian perdagangan saham akan menjadi lebih likuid. Harga saham yang murah akan menyebabkan investor membelinya, sehingga akan


(5)

meningkatkan volume perdagangan saham. Selain menjadikan saham lebih likuid, pemecahan saham diharapkan dapat meningkatkan capital gain dan bid ask spread saham bersangkutan.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil penelitian yang berbeda mengenai pengaruh yang terjadi pada volume perdagangan, return saham, dan bid ask spread setelah dilakukannya peristiwa stock split. Penelitian yang dilakukan Kt Mas (2014) menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukan stock split. Sedangkan penelitian yang dilakukan Ni Luh dkk. (2014) menyatakan bahwa adanya perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah dilakukannya stock split.

Hasil beberapa penelitian terdahulu masih sangat membingungkan, karena memberikan hasil yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan likuiditas saham, return saham, dan bid ask spread sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 hingga 2014.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut:


(6)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada likuiditas saham sebelum dan setelah melakukan stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham sebelum dan setelah melakukan stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada bid ask spread sebelum dan setelah melakukan stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Likuiditas Saham Sebelum Stock

Split

Likuiditas Saham Setelah Stock Split

Return Saham Sebelum Stock

Split

Return Saham Setelah Stock Split

Bid Ask Spread Sebelum Stock

Split

Bid Ask Spread Setelah Stock Split ≠

≠ ≠


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return Saham, Volume Perdagangan dan Volatilitas Harga Saham Terhadap BID – ASK Spread Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan Stock split di Bursa Efek Indonesia

3 76 92

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 156 121

Analisa pengaruh risiko sistematis, likuditas, dan stock split terhadap return saham

0 10 120

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 15 121

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM YANG DIUKUR DENGAN BID-ASK SPREAD DENGAN MEMBANDINGKAN SEBELUM DAN SETELAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 1

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 6