Analisa pengaruh risiko sistematis, likuditas, dan stock split terhadap return saham

(1)

ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUDITAS,

DAN

STOCK SPLIT

TERHADAP

RETURN

SAHAM

Skripsi

Oleh : SUSANTI 104081002593

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUDITAS,

DAN

STOCK SPLIT

TERHADAP

RETURN

SAHAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh : SUSANTI NIM : 104081002593

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda. SE, Msi NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUDITAS,

DAN

STOCK SPLIT

TERHADAP

RETURN

SAHAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh : SUSANTI NIM : 104081002593

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda. SE, Msi NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746

Penguji Ahli

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Hari ini Selasa Tanggal 10 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Susanti NIM : 104081002593 dengan judul skripsi “ANALISA PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, LIKUIDITAS, DAN

STOCK SPLIT TERHADAP RETURN SAHAM” Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda. SE, Msi Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(5)

CURRICULUM VITAE

o DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Susanti.

Tempat/Tanggal lahir : Sukabumi, 17 Mei 1986.

Alamat : Kp Sudajaya RT 006 RW 002, Kel Jayaraksa, Kec Baros, Sukabumi.

E-mail : santi_110107@yahoo.com Telepon : 0266-232059 / 085693397742. Jenis Kelamin : Perempuan.

Agama : Islam.

Motto Hidup : Hari ini harus lebih baik dari kemarin.

o PENDIDIKAN

1. Tahun 1992-1998 : SDN Pasir Ipis III Sukabumi 2. Tahun 1998-2001 : MTsN Pasir Ipis Sukabumi

3. Tahun 2001-2004 : MA Darul-Muta’allimin Sukabumi

4. Tahun 2004-2008 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(6)

ABSTRACT

This research aims at providing empirical evidence on factors that effect return at stock split firms in Indonesia Stock Exchange. Systematic risk, liquidation that is measured with bid-ask spread and trading volume activity, and stock split can be used as factors that effect return. This research applies samples stock split firms in Indonesia Stock Exchange at period 2006-2007 with purposive sampling method. The samples consist of 22 firm and divide period of research becomes two that is six month before and six month after stock split.

The statistical method in this research which is applied is multiple regression and paired sample t test. Multiple regression applied to examine the significant effect systematic risk, liquidation that is measured with bid-ask spread and trading volume activity, and stock split to return. Paired sample t test applied to examine the significant difference of return, systematic risk, bid-ask spread, and trading volume activity before and after stock split.

The result indicates that systematic risk, trading volume activity, and stock split has significant effect to return. The result also indicates that there is significant difference between return before and after stock split.

Keyword: Return, Systematic Risk, Bid-Ask Spread, Trading Volume Activity, Stock Split, Multiple Regression, Paired Sample t Test.


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia. Risiko sistematis, likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread dan trading volume activity, dan stock split digunakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Dalam penelitian ini digunakan sampel perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2007 dengan metode purposive sampling. Sampel terdiri dari 22 perusahaan dan membagi periode pengamatan penelitian menjadi dua yaitu periode enam bulan sebelum dan enam bulan sesudah stock split.

Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji beda dua rata-rata (paired sample t test). Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh risiko sistematis, likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread dan trading volume activity, dan stock split terhadap return saham. Uji beda dua rata-rata digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan return saham, risiko sistematis, bid-ask spread, dan trading volume activity pada saat sebelum dan sesudah stock split.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko sistematis, trading volume activity, dan stock split mempunyai pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split.

Kata kunci : Return Saham, Risiko Sistematis, Bid-Ask Spread, Trading Volume Activity, Stock Split, Regresi Berganda, Paired Sample t Test.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’aikum warohmatullahi wabarakatuh

Segala puji hanya milik Allah azza wajalla, dzat yang kepada-NYAlah kita serahkan semua harapan dan amal, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah mencurahkan karunia dan kasih sayang-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Pengaruh Risiko Sistematis, Likuiditas, Dan Stock Split Terhadap Return Saham”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada tauladan terbaik Rasulullah Muhammad Saw, keluarga, sahabat serta para pengikutnya khususnya para pejuang ilmu yang mengamalkan ilmunya dengan penuh keikhlasan.

Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung “Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik” terutama kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Samsuri dan ibunda Tatit Maryani yang

telah memberikan dukungan materil dan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Keluarga bapak Haryoto dan ibu Tuti yang telah banyak memberikan bantuan dengan penuh keikhlasan kepada penyusun.

3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi & Ilmu Sosial (FEIS) UIN Jakarta yang membuat FEIS menjadi berkembang hingga saat ini. 4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM sebagai ketua jurusan manajemen dan sebagai

pembimbing 1 dan kepada Ibu Titi Dewi Warninda.SE, Msi sebagai pembimbing 2, yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya kepada penyusun hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan pengetahuan yang luas kepada penulis selama perkuliahan.


(9)

6. Adik-adiku tercinta (Aa Amin, Neng lastri, dan Shania) yang telah memberikan motivasi disaat menyusun skripsi ini.

7. Satu orang yang spesial dihati hingga hari ini “Rahman” yang selalu memberi motivasi sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-temanku kelas Manajemen E (Angkatan 2004) : yang memberikan kenangan terbaik selama kuliah di FEIS hingga saat ini dan persahabatan ini tidak akan berakhir.

9. Titi, Lia, Reni, Harni, Syarifah, Lilik, Citra, Novi, Niar, Dodo, dan Vandy yang membuat penyusun selalu ceria dengan keberadaan dan kebersamaan mereka.

10.Teman-teman di kosan Izza yang lucu dan aneh (Hani, Desi, Endah, Sancil, Astri, dan Sulis).

Akhir kata semua niat baik dalam menyusun skripsi ini semoga menjadikan skripsi ini bermanfaat bagi Penyusun khususnya dan semua yang membaca skripsi ini, semoga ilmu yang bermanfaat yang dapat diambil dari skripsi ini.Amin

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh

Jakarta, November 2008 M


(10)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup………..i

Abstract………ii

Abstrak………iii

Kata Pengantar………iv

Daftar Isi……….vi

Daftar Tabel………..viii

Daftar Gambar……….x

Daftar Lampiran……….xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Penelitian...………1

B. Pembatasan Masalah ..……..………..7

C. Perumusan Masalah…...………7

D. Tujuan Penelitian………..………...………8

E. Manfaat Penelitian...………..………….9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.………..…………...……...10

A. Pasar Modal………..……….10

B. Investasi………..………...12

C. Saham Sebagai Instrumen Pasar Modal………..…….. 14

D. Return Saham……….18

E. Risiko Saham………..…22

F. Likuiditas Saham………....25

G. Stock Split………..…29

H. Penelitian Terdahulu………..……31

I. Kerangka Pemikiran………...35


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….38

A. Ruang Lingkup Penelitian………..38

B. Metode Penentuan Sampel……….38

C. Metode Pengumpulan Data ...………....40

D. Metode Analisis……….………….40

a. Uji Dasar Asumsi klasik………...41

b. Regresi………...44

c. Uji Hipotesis ………...45

E. Operasional Variabel Penelitian……….49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.……….………...52

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...52

B. Deskripsi Statistik...56

C. Analisis Data...70

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...89

A. Kesimpulan...89

B. Implikasi...90

C. Keterbatasan Penelitian dan Saran...91

DAFTAR PUSTAKA………92


(12)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

3.1. Perusahaan yang melakukan stock split di BEI………..39

4.1. Rata-rata return saham sebelum stock split………57

4.2. Rata-rata return saham sesudah stock split……….58

4.3. Rata-rata risiko sistematis sebelum stock split………60

4.4. Rata-rata risiko sistematis sesudah stock split………62

4.5. Rata-rata bid-ask spread sebelum stock split………….……..…………...…64

4.6. Rata-rata bid-ask spread sesudah stock split………...65

4.7. Rata-rata trading volume activity sebelum stock split………66

4.8. Rata-rata trading volume activity sesudah stock split……….68

4.9. Deskriptif statistik sebelum stock split………...69

4.10. Deskriptif statistik sesudah stock split.……….69

4.11. Tabel One sample kolmogorov smirnov test ………...…………71

4.12. Hasil uji multikoleniaritas ………... ...……….73

4.13. Hasil uji autokorelasi ……….. ...……….….75

4.14. Hasil analisis regresi ……….. ...………..75

4.15. Hasil uji t ………... ...………...78

4.16. Hasil uji signifikansi simultan ………... ...………...80

4.17. Koefisien determinasi ………... …...………82

4.25. Paired sample t test return saham………..82

4.26. Paired sample t test risiko sistematis……….83

4.27. Paired sample t test bid-ask spread………...84


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1. Kerangka pemikiran 1………..………...37

2.2. Kerangka pemikiran 2………...………..38

4.1. Uji normalitas sebelum stock split………..72

4.2. Uji heteroskedastisitas……….………74

4.3. Uji normalitas sesudah stock split…………...………82


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Data sebelum stock split………..95

2. Data sesudah stock split………...95

3. Output regresi ………...………...96

4. Output uji beda return saham ………104

5. Output uji beda risiko sistematis………105

6. Output uji beda bid-ask spread………...106


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi merupakan penanaman sejumlah dana atau sumber daya lainnya pada suatu waktu dengan harapan dapat memperoleh keuntungan di masa yang akan datang sebagai imbalan atas waktu yang dikorbankan serta risiko yang dihadapi atas penanaman dana atau sumber daya lainnya tersebut. Kunci utama untuk sukses dalam investasi di bursa efek adalah pemilihan strategi yang tepat agar investasi yang dilaksanakan memberikan hasil atau keuntungan yang optimal. Investasi pada saham merupakan salah satu jenis

investasi aset finansial yang umum dilakukan investor pada pasar modal. Pasar modal merupakan institusi ekonomi yang dapat mendukung

pelaksanaan kegiatan ekonomi melalui pembiayaan usaha. Pasar modal menjadi sarana bertemunya orang-orang atau badan-badan usaha lokal maupun asing yang memiliki dana dengan yang membutuhkan dana. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kalebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil


(16)

(return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Suad Husnan, 2001: 4).

Para investor dan fund manager yang terlibat dalam perdagangan saham akan selalu dihadapkan pada alternatif pemilihan saham yang menawarkan tingkat return dengan tingkat risiko tertentu. Memperoleh return merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor di pasar modal. Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal seperti broker, dealer, manajer investasi, dan lain-lain (Ari dan Murti, 2005).

Para investor yang aktif akan selalu mencari informasi sebanyak mungkin untuk bisa mendapatkan return yang tinggi atas investasinya dengan tingkat risiko tertentu. Dengan demikian, selain mengharapkan return yang tinggi maka para investor juga harus memperhatikan risiko atas investasi yang dilakukannya. Pemilihan investasi dapat berbeda untuk setiap individu karena hal tersebut akan sangat bergantung pada perilaku investor terhadap variable-variabel penentu return suatu investasi. Pada investasi dalam bentuk saham, return setiap saham dapat tidak sama karena besarnya dividen kas dan


(17)

keuntungan atau kerugian dalam menjual tiap saham berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi maka para investor harus mengembangkan beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi return saham. Pada dasarnya para investor akan selalu memperhitungkan besarnya risiko saham, dalam hal ini risiko yang tidak dapat didiversifikasi yaitu risiko sitematis sebagai variabel penentu return saham yang tinggi dan demikian pula sebaliknya. Namun, sebenarnya ada variabel penentu lain yang dapat mempengaruhi return saham yaitu likuiditas saham yang dapat diukur dengan menggunakan bid-ask spread dan volume trading volume activity. Perilaku para investor dapat mendasarkan pertimbangannya pada risiko sistematis yang harus ditanggungnya atau dapat juga menjadikan likuiditas sebagai pertimbangan utamanya dalam melakukan investasi (Kumianny dan Pwee Leng, 2002).

Selain itu, dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh para investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi. Salah satu informasi yang ada adalah informasi mengenai stock split atau pemecahan saham, sehingga para investor dapat menganalisis pola perubahan return saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada peristiwa pelaksanaan stock split.

Penelitian mengenai return saham di pasar modal yang telah dilakukan dapat memberikan hasil simpulan yang beragam. Sharpe, Alexander dan Bailey (1999) dalam Kumianny dan Pwee Leng (2002) menyatakan bahwa


(18)

return yang diharapkan dari suatu saham akan dipengaruhi oleh dua karakter dasar, yaitu risiko sistematis dan likuiditas saham. Penelitian yang dilakukan oleh Kumianny dan Pwee leng (2002), menguji pengaruh risiko sistematis dan likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham badan-badan usaha yang go publik di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh risiko sistematis dan likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham baik secara individual maupun secara bersama-sama dan risiko sistematis lebih mempengaruhi tingkat pengembalian saham dibandingkan dengan likuiditas saham.

Penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas dan return saham di Bursa Efek Jakarta dilakukan oleh Wang Sutrisno, dkk (2000) yang menyimpulkan bahwa aktivitas split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, volume perdagangan saham dan persentase spread, tetapi aktivitas split tidak mempunyai pengaruh terhadap varians saham dan abnormal return. Dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan untuk abnormal return berarti juga tidak adanya pengaruh untuk return saham. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rifa’i dan Rudi Handoko (2005) yang meneliti pengaruh pemecahan saham terhadap tingkat pengembalian saham : studi mengenai efisiensi pasar bentuk setengah kuat di Bursa Efek Jakarta menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata return tidak normal sebelum dan sesudah announcement date.

Penelitian serupa dilakukan oleh Tiwi, dkk (2004) yang meneliti dampak pengumuman stock split terhadap return, variabilitas tingkat


(19)

keuntungan dan aktivitas volume perdagangan saham yang melakukan studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, menyimpulkan bahwa pengumuman stock split membawa dampak yang berbeda-beda terhadap beberapa indikator reaksi pasar. Dari keseluruhan perusahaan yang dijadikan sampel diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham sebelum dengan return saham saat pengumuman stock split, juga dihasilkan kesimpulan yang sama untuk pasangan periode saat pengumuman dengan sesudahnya. Sedangkan untuk return pada periode sebelum dibandingkan dengan sesudah pengumuman stock split diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara keduanya. Pengujian terhadap abnormal return menghasilkan kesimpulan yang senada, yaitu bahwa rata-rata abnormal return sebelum berbeda dengan saat pengumuman stock split. Pada periode saat pengumuman dengan sesudah pengumuman diperoleh hasil yang sama, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata abnormal return yang diperoleh. Tetapi, tidak terdapat perbedaan untuk rata-rata abnormal return antara sebelum dengan sesudah pengumuman stock split. Secara kumulatif pengujian terhadap rata-rata abnormal return menghasilkan kesimpulan senada dengan sebelumnya, yaitu bahwa rata-rata abnormal return yang diperoleh sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda dengan nol.

Pembuktian secara teori maupun pengujian secara empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham telah nyata bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi return saham adalah risiko sistematis dan likuiditas saham. Peneliti dalam penelitian ini ingin membuktikan bahwa apakah


(20)

faktor-faktor yang mempengaruhi return saham tersebut masih relevan pada saat perusahaan melakukan suatu corporate action dalam hal ini yaitu melakukan kebijakan stock split. Sehingga penelitian mengenai return saham yang dipengaruhi oleh faktor risiko sistematis dan likuiditas saham adalah penelitian yang sangat penting dilakukan.

Beberapa penelitian terdahulu menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam menyusun hipotesis, memilih variabel-variabel dan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti lebih lanjut mengenai return saham. Terdapat beberapa perbedaan pada penelitian ini jika dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk melengkapi hasil analisis agar diperoleh temuan yang lebih baik, antara lain : pertama, penelitian ini meneliti pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan stock split terhadap return saham kemudian meneliti pula mengenai perbedaan return saham, risiko sistematis, dan likuiditas saham pada saat sebelum dan sesudah stock split. Kedua, likuiditas saham dalam penelitian ini menggunakan dua pengukuran yaitu diukur dengan bid-ask spread dan trading volume activity. Ketiga, Penelitian ini dalam pengamatannya menggunakan jangka waktu 6 bulan sebelum dan 6 bulan sesudah stock split. Disimpulkan bahwa peneliti ingin mengetahui return saham yang dipengaruhi oleh risiko sistematis, likuiditas, dan stock split serta sekaligus ingin mengetahui efek dari kebijakan stock split terhadap return saham, risiko sistematis, dan likuiditas saham.


(21)

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Analisa Pengaruh Risiko Sistematis, Likuiditas, dan Stock Split Terhadap Return Saham”. Periode penelitian dilakukan pada tahun 2006-2007. Dipilihnya periode tersebut karena peneliti ingin melakukan penelitian dalam kurun waktu yang terbaru dan peneliti menganggap dalam periode tersebut pasar modal indonesia berada dalam kondisi stabil.

B. Pembatasan Masalah

Dalam skripsi ini terdapat batasan penelitian yang perlu dilakukan agar pembahasan penelitian terfokus. Peneliti membatasi masalah pada hal-hal berikut:

a. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2006 – 2007.

b. Penelitian dilakukan pada waktu enam bulan sebelum dan enam bulan sesudah stock split.

c. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham harian, ask price harian, bid price harian, volume perdagangan harian, IHSG harian, dan jumlah saham yang beredar dalam kurun waktu penelitian.

C. Perumusan Masalah

Keputusan investor untuk melakukan investasi di pasar modal didasarkan pada usaha untuk memperoleh tingkat pengembalian (return). Salah satu variabel penentu return saham yang sangat mendominasi dalam


(22)

setiap pertimbangan investor dalam investasinya adalah risiko saham. Namun, ada varibel penentu lain yang perlu dipertimbangkan pula oleh investor dalam melakukan investasi yaitu likuiditas saham yang diukur dengan bid-ask spread

dan trading volume activity.

Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor yang berhubungan dengan pola perubahan return saham, salah satunya adalah aktivitas stock split.

Berdasarkan alasan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah terdapat pengaruh risiko sistematis, likuiditas (bid-ask spread dan

trading volume activity), dan stock split terhadap return saham.

b. Apakah terdapat perbedaan return saham, risiko sistematis, dan likuiditas

(bid-ask spread dan trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah stock split.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menganalisis pengaruh risiko sistematis, likuiditas (bid-ask spread dan

trading volume activity), dan stock split terhadap return saham.

b. Menganalisis perbedaan return saham, risiko sistematis, dan likuiditas

(bid-ask spread dan trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah stock split.


(23)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai kepentingan, diantaranya sebagai berikut :

a. Bagi investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai variabel-variabel penentu yang dapat mempengaruhi return saham seperti risiko sistematis, likuiditas, dan stock split sehingga variabel-variabel tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh investor dalam melakukan investasi.

b. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya.

c. Bagi penulis

Manfaat bagi penulis adalah menerapkan ilmu selama masa studi dan memperoleh wawasan mengenai pasar modal.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Definisi pasar modal menurut UU No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Dahlan Siamat ( 2001: 249 ) pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek atau Stock Exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Pasar Modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa Efek ( Stock Exchange ) adalah suatu sistem terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang. Dengan demikian, pasar modal pada umumnya adalah suatu tempat atau sistem bagaimana kebutuhan-kebutuhan


(25)

dana atau kapital dari perusahaan dapat dipenuhi dan sebagai tempat orang membeli dan menjual surat efek ( sekuritas ) yang dikeluarkan baik dalam bentuk utang atau modal saham.

Menurut Suad Husnan (2001:8-9) beberapa faktor yang mempengaruhi pasar modal adalah :

a. Suply sekuritas, b. Demand dan sekuritas, c. Kondisi politik dan ekonomi, d. Masalah hukum dan peraturan,

e. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.

Menurut Wiji P. dan Hendy F. (2006 : 3) pasar modal mempunyai dua fungsi utama, yaitu :

a. Sebagai sarana pendanaan usaha bagi perusahaan.

b. Sebagai sarana berinvestasi bagi pemilik modal (investor).

Menurut Sartono (1998:27) pasar modal disebut juga bursa efek yang memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah diterbitkan kepada masyarakat.

b. Menciptakan harga pasar yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar.


(26)

c. Memperluas proses partisipasi masyarakat dalam pemilikan saham-saham perusahaan.

d. Meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria pasarnya secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.

B. Investasi

Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2000).

Investasi merupakan komitmen untuk menempatkan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang atau untuk mempertahankan nilai dana tersebut (Wiji P. dan Hendy F., 2006 : 4).

Pengertian investasi diatas dapat ditarik beberapa point penting, antara lain :

a. Investasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan dana atau uang. Untuk berinvestasi diperlukan dana atau uang.

b. Objek investasi.

Objek investasi merupakan tempat, media, atau sarana yang dijadikan sasaran berinvestasi.

c. Jangka waktu tertentu.


(27)

d. Mendapatkan keuntungan.

Motif seseorang melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk mendapatkan keuntungan.

e. Masa mendatang.

Investasi merupakan suatu komitmen, yaitu berkorban saat ini dengan menanamkan uang pada objek investasi tertentu untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

Investasi keuangan memiliki dua tipe, yaitu : a. Investasi langsung

Investasi langsung adalah pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market) atau di pasar turunan (derivatif market) dan dapat juga dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan, seperti tabungan di bank atau sertifikat deposito.

b. Investasi tidak langsung

Investasi tidak langsung adalah pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.


(28)

C. Saham Sebagai Instumen Pasar Modal

Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk (Dahlan Siamat, 1998 : 268).

Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan sebuah perusahaan dalam rangka menambah modal perusahaan tersebut ( Wiji P. dan Hendy F., 2006 : 13).

Menurut Wiji P. dan Hendy F. (2006 : 16) Pemegang saham memiliki beberapa keuntungan dengan memiliki atau membeli saham, yaitu :

a. Dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai atau saham.

b. Capital gain

Capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual yang lebih tinggi. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Di satu sisi, saham dapat memberikan keuntungan kepada para pemegangnya, namun saham juga mengandung beberapa risiko, yaitu :


(29)

a. Tidak mendapat dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.

b. Capital loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.

c. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi

Jika suatu perusahaan bangkrut, tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut atau dibubarkan akan dikeluarkan dari Bursa Efek. Artinya, saham perusahaan tersebut tidak lagi tercatat di Bursa tersebut sehingga akan menyulitkan investor untuk menjual saham tersebut.

Jogiyanto (1998 : 61) nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep, yaitu :

a. Nilai nominal, yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan kepentingan akuntansi dan hukum,

b. Nilai buku perlembar saham, yaitu nilai aktiva bersih perlembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya,

c. Nilai pasar, yaitu nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham,


(30)

d. Nilai fundamental atau nilai nilai intrinsik, yaitu nilai saham yang sebenarnya (riil value).

Saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Menurut Robbert Ang (1997) saham biasa (common stock) adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan.

Menurut Adler Haymas Manurung dalam Dyah Ratih Sulistyastuti (2006 : 6) Saham biasa (common stock) berdasarkan nilai kapitalisasinya dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu :

a. Big-Cap atau Blue-Chip, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi diatas satu triliyun. Saham blue chip adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang sudah mapan dan memiliki kinerja yang sangat bagus. b. Mid-Cap atau Baby Blue-Chip, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi

besar dengan nilai kapitalisasi Rp. 100 milyar – Rp. 1 trilyun.

c. Small-Cap, yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi dibawah Rp. 100 milyar, biasanya sebagian besar terdiri dari saham tidur yang bersifat labil.

Menurut Sawidji Widoatmojo (2000:54-56) saham biasa diklasifikasikan berdasarkan fundamental perusahaan dan kondisi ekonomi makro adalah :

a. Income stock, yaitu saham yang mampu memberikan dividen besar dari rata-rata dividen yang dibayarkan sebelumnya.


(31)

b. Growth stock, yaitu saham yang mampu memberikan dividen relatif tinggi.

c. Speculatif stock, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang pendapatannya belum pasti.

d. Cyclical stock, yaitu kelompok saham yang pergerakannya searah dengan perekonomian makro.

e. Defensif stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh perekonomian makro maupun turbulensi sosial-politik.

Menurut Robbert Ang (1997:6.5) karakteristik atau sifat-sifat yang melekat pada saham biasa adalah :

1. Berhak atas pendapatan perusahaan yang berupa dividen

2. Berhak atas harta perusahaan ketika perusahaan penerbitnya dilikuidasi dengan urutan sebagai berikut : pinjaman kepada supplier (account payable), gaji karyawan, utang bank, obligasi, utang pajak, dan saham biasa.

3. Berhak mengeluarkan suara dam RUPS (rapat umum pemegang saham). 4. Tanggung jawab terbatas, maksudnya tanggung jawab pemegang saham

atas perusahaan hanya sebatas nilai saham yang dimilikinya dan tidak memiliki tanggung jawab secara pribadi yang menjadikan harta pribadi menjadi jaminan.


(32)

Menurut Arthur J. Keown, dkk (2001 : 274) saham Preferen merupakan suatu sekuritas hibrida dengan karakteristik saham biasa dan obligasi. Sama dengan saham biasa karena sama-sama tidak memiliki tanggal jatuh tempo, tidak membayar dividen tidak berarti bankrut, dan dividen tidak dipotong pajak. Saham preferen sama dengan obligasi dalam hal jumlah dividen terbatas.

Saham preferen memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen. b. Tidak memiliki hak suara.

c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.

d. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan dilikuidasi.

D. Return Saham

Tingkat pengembalian saham (return saham) adalah penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat pengembalian suatu investasi merupakan persentase penghasilan total selama periode investasi dibandingkan harga beli investasi tersebut (Bodie, 1998)

Return saham dalam konteks manajemen investasi merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi yang merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Pada prinsipnya return saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu return yang terjadi (actual


(33)

return) dan return yang diharapkan (expected return). Return yang terjadi dapat dihitung berdasarkan data historis. Sedangkan return yang diharapkan adalah return yang akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang (Ari dan Murti Lestari, 2005).

Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah tingkat pengembalian minimum yang dibutuhkan untuk menarik investor agar membeli atau memiliki sekuritas (Arthur J. Keown, dkk, 2001 : 213).

Jogiyanto (2003) return saham terdiri dari : a. Return saham terealisasi

Return saham terealisasi adalah tingkat pengembalian sesungguhnya yang diterima pemegang saham yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pt – Pt-1 Rt =

Pt-1 Dimana :

Rt = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i hari ke- t Pt = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t

Pt-1 = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t-1

b. Return Pasar

Return pasar merupakan tingkat pengembalian aktual pasar keseluruhan yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


(34)

IHSGt – IHSGt-1 RMt =

IHSGt-1 Dimana :

RMt = return indeks pasar pada hari ke- t IHSGt = indeks pasar pada hari ke- t IHSGt-1 = indeks pasar pada hari ke- (t-1)

c. Return Ekspektasi

Model ekspektasi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik regresi OLS (ordinary least square) sebagai berikut :

E (Ri,t) = αi + βi . RMt Dimana :

E (Ri,t) = return ekspektasi sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t RMt = return indeks pasar pada periode investigasi ke- t

αi , βi = alpha dan beta sekuritas ke- i merupakan hasil penaksiran data pada periode estimasi dengan cara return sesungguhnya sekuritas ke- i dengan return indeks pasar pada periode estimasi ke- t

d. Return Tidak Normal

Return tidak normal adalah selisih tingkat pengembalian (return) sesungguhnya dengan return ekspektasi yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(35)

Dimana :

RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke-i pada periode investigasi ke- t Rit = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke- i pada

periode investigasi ke- t

E(Ri,t) = return ekspektasi sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t

e. Rata-Rata Return Tidak Normal

Rata-rata return tidak normal (Average Abnormal Return), dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

K

∑ RTNi,t i=1 RRTNt =

K Dimana :

RRTNt = rata-rata return tidak normal pada periode investigasi ke-t RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t K = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa.

f. Return Tidak Normal Standarisasi

Return tidak normal standarisasi (RTNS) adalah return tidak normal yang disesuaikan dengan kesalahan standar estimasi yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

RTNi,t RTNSi,t =


(36)

Dimana :

RTNSi,t = return tidak normal standarisasi sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t

RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke- i pada periode investigasi ke- t KSPi = kesalahan standar peramalan sekuritas ke- i

E. Risiko Saham

Semua keputusan keuangan mensyaratkan suatu estimasi hasil yang diharapkan dan kemungkinan tidak diperolehnya hasil seperti yang diharapkan (=risiko).

Risiko merupakan kemungkinan penyimpangan tingkat keuntungan yang sesungguhnya (aktual return) dari tingkat keuntungan yang diharapkan

(expected return) (Van Horne, 1991 : 37).

Jadi, risiko adalah problem tidak tercapainya atau penyimpangan tingkat keuntungan yang diharapkan dan semakin besar tingkat penyimpangan maka semakin besar pula tingkat risikonya.

Risiko terbagi kedalam dua bagian yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis ( risiko pasar ) adalah bagian variasi pengembalian investasi yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi investor, variasi ini hasil dari faktor yang mempengaruhi semua saham. Sedangkan risiko tidak sistematis (risiko unik) adalah bagian variasi dalam pengembalian investasi yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi investor. Risiko yang dapat didiversifikasi ini adalah hasil faktor yang unik bagi perusahaan bersangkutan (Arthur J. Keown, dkk, 2001 : 205).


(37)

Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian kondisi ekonomi (gejolak kurs tukar nilai uang, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga yang tidak menentu) dan ketidakpastian politik (Hearth dan Zaima, 1995 dalam Kumianny dan Pwee leng, 2002).

Secara rasional investor pasti ingin meminimalkan risiko yang ditanggungnya dalam melakukan investasi (risk averse), investor akan cenderung melakukan diversifikasi melalui pembentukan portofolio dan berarti jenis risiko tersebut menjadi tidak relevan lagi dalam pengukuran risiko pada investasi surat berharga. Jadi, satu-satunya risiko yang relevan dan mencerminkan risiko dalam investasi surat berharga adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi, yaitu risiko sistematis yang dilambangkan dengan simbol beta (β). Secara teoritis, ukuran risiko relevan (risiko sistematis) yang paling tepat untuk surat berharga adalah kovarian surat berharga terhadap surat berharga lain yang termasuk dalam portofolio pasar (Kumianny dan Pwee Leng, 2002).

Beta merupakan ukuran volatilitas return saham terhadap return pasar. Semakin besar fluktuasi return suatu saham terhadapa return pasar maka semakin besar pula beta saham tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil fluktuasi return suatu saham terhadap return pasar maka semakin kecil pula beta saham tersebut.


(38)

Menurut Suad Husnan (2001 : 112) risiko tersebut berasal dari beberapa faktor karakteristik pasar dan fundamental saham perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai beta saham adalah :

a. Cilycality.

Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Perusahaan yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang memiliki nilai beta tinggi dan begitu pula sebaliknya.

b. Operating leverage.

Faktor ini memperlihatkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsinya maka semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunya operating leverage tinggi cenderung memiliki beta yang tinggi dan sebaliknya.

c. Financial leverage.

Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan dalam struktur modal berarti semakin besar pula financial leveragenya. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan maka pemilik modal akan menanggung risiko yang semakin besar. Oleh karena itu, semakin tinggi financial leverage maka semakin tinggi juga nilai beta.

Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan beta historis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi beta juga


(39)

dapat dipengaruhi oleh perhitungan-perhitungan yang digunakan untuk mencari nilai beta. Perhitungan tersebut terbagi menjadi tiga jenis, yaitu beta yang dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar) disebut sebagai beta pasar, estimasi dengan variabel akuntansi (laba perusahaan dan laba indeks pasar) disebut dengan beta akuntansi, serta beta fundamental yang dihitung dari data-data fundamental (menggunakan variabel fundamental) (Jogiyanto, 2003 : 267)

Rumusan risiko sistematis menurut Bodie (1998) adalah :

(

)

( )

m m j j R Var R R Co

B = var ,

(

)

(

)

(

)

1 1 2 − − − − − ∑ ∑ = n R R n R R R R B m m m m j j j

Menghitung beta saham yang mempresentasikan besarnya risiko dapat digunakan formula berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 138) :

(

)

m m x Co Bj 2 , var σ =

F. Likuiditas Saham

Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi saham di pasar modal dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka semakin tinggi likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh para investor dan hal tersebut akan tingkat harga saham yang bersangkutan. Pada kenyataannya tidak semua saham mudah ditransaksikan


(40)

atau dengan kata lain mengalami kesulitan likuiditas. Saham yang tidak likuid dapat dikenakan deslisting atau dikeluarkan dari Bursa Efek. Suatu saham dikatakan likuid bila saham tersebut mudah untuk ditukarkan atau dijadikan uang. Saham yang tidak likuid akan menyebabkan kehilangan kesempatan untuk mendapat keuntungan (gain). Jadi semakin likuid suatu saham berarti jumlah atau frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut juga menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan return

dibandingkan saham yang likuiditasnya rendah sehingga tingkat likuiditas saham biasanya akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan.

Likuiditas secara sederhana, menunjukkan kemudahan untuk menjual dan membeli efek pada harga yang wajar. Jadi jika untuk menjual dan membeli sejumlah tertentu saham harus menunggu atau kalau spread antara permintaan dan penjualan relatif besar, atau penjualan saham dalam jumlah relatif besar akan mempengaruhi harga pasar secara substansial, bisa dikatakan bahwa saham tidak likuid. Parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas suatu saham (Conroy et.al, 1990 dalam Agus Setiyanto, 2006) adalah :

a. Volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham yang di perdagangkan dipasar.


(41)

melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter perbedaan atau selisih antara harga tertinggi yang diminta untuk membeli dengan harga terendah yang ditawarkan untuk menjual (Bid- Ask Spread), diukur dengan menggunakan persentase.

c. Information flow (aliran informasi). d. Jumlah pemegang saham.

e. Jumlah saham yang beredar.

f. Transaction cost (besarnya biaya transaksi).

g. Faktor no. 3, 4, 5 dan 6 ini akan mempengaruhi volume perdagangan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap likuiditas

h. Harga saham Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter harga-harga saham di pasar.

i. Volatilitas Harga saham Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan harga-harga saham di pasar.

Sedangkan menurut Wang Sutrisno et al, parameter yang digunakan yaitu

a. Harga saham

b. Volume perdagangan c. Persentase saham


(42)

Menurut Alexander, Sharpe dan Bailey (1993) dalam Kumianny dan Pwee Leng (1999) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan investor untuk menjual harta atau asset yang dimilikinya tanpa harus melakukan konsesi atau kelonggaran harta. Dalam konteks hubungan dengan surat berharga, Reilley dan Brown (1997) dalam Kumianny dan Pwee Leng (2002) menyatakan bahwa faktor penentu dari likuiditas pasar sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar dan faktor yang terpenting dari likuiditas itu adalah jumlah uang dari lembar saham yang diperdagangkan. Likuiditas dapat diukur dengan bid-ask spred dari suatu saham, dimana semakin kecil bid-ask spread suatu saham berarti semakin likuid saham tersebut dan semakin besar bid ask spread berarti semakin tidak likuid saham tersebut. Selain itu, likuiditas juga dapat diukur dengan volume perdagangan saham.

Likuiditas dapat diukur dengan bid-ask spread dari suatu saham, dimana semakin kecil bid-ask spread suatu saham berarti semakin likuid saham tersebut dan sebaliknya (Kumianny dan Pwee Leng ;2002). Rumusan untuk menghitung bid-ask spread adalah sebagai berikut:

100 Pr

Pr Pr

Pr x

ice Ask

ice Bid

ice Ask ice

Ask

Bid − = −

Dimana :

Ask Price : harga terendah yang ditawarkan oleh dealer untuk menjual saham pada hari ke-i.

Bid Price : harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer untuk membeli saham pada hari ke-i.


(43)

Volume perdagangan saham dapat dilihat dengan menggunakan indicator trading volume activity yaitu jumlah saham j yang diperdagangkan pada hari t dengan jumlah saham j yang beredar pada hari t. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Wuff (2002; 291) dalam Indah Retno Rahayu (2006) volume perdagangan saham diproxy dengan trading volume activity. Adapun formula untuk menghitung trading volume activity adalah sebagai berikut:

100 x t hari pada beredar yang i saham Jumlah t hari pada gkan diperdagan yang i saham Jumlah TVA =

G. Stock Split

Stock split merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh emiten yang bobotnya cukup material sehingga mempunyai kemungkinan mempengaruhi harga saham perusahaan di bursa efek maupun keputusan investor. Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham berdasarkan rasio tertentu. Stock split tidak mengakibatkan dilusi kepemilikan saham. Walaupun tidak terjadi dilusi, tetapi harga pasar teoritis akan mengalami penyesuaian. (Dyah Ratih Sulistyastuti, 2006 : 27).

Pendapat lain menyatakan stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian sebenarnya stock split hanya mengubah nilai nominal atau nilai yang ditetapkan dan jumlah saham yang beredar tanpa adanya pembayaran terhadap perusahaan. Dari sisi akuntansi tidak ada pencatatan untuk suatu pemecahan saham, namun rincian


(44)

mengenai perubahan nilai dan jumlah saham yang beredar biasanya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (Jogiyanto, 1995 : 50).

Pada dasarnya terdapat dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Pemecahan saham naik (split-up)

Pemecahan saham naik adalah penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, dan 4:1.

b. Pemecahan saham turun (split down)

Pemecahan saham turun adalah peningkatan nilai nominal perlembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor 1:2, 1:3. dan 1:4.

New York Exchange (NYSE) membedakan pemecahan saham (stock split) menjadi dua bagian, yaitu :

a. Pemecahan saham sebagian (partial stock split)

Pemecahan saham sebagian adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25 % atau lebih tetapi kurang dari 100 % dari jumlah saham yang beredar yang lama.

b. Pemecahan saham penuh (full stock split)

Pemecahan saham penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100 % atau lebih dari jumlah saham yang beredar yang lama.


(45)

Tujuan pemecahan saham adalah :

a. Untuk menyesuaikan harga pasar dengan mengurangi harga pasar perlembar saham.

b. Untuk memperluas kepemilikan dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dan membuatnya lebih dapat dipasarkan.

c. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna sesudah pemecahan saham tersebut.

Bagi sebagian pihak khususnya para emiten, pemegang saham diyakini dapat memberikan berbagai manfaat bagi mereka yaitu menurunnya harga saham sehingga akan menarik lebih banyak investor dan memperluas pasar saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, dan mengubah para investor add lot menjadi investor round lot. Investor add lot adalah investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan investor

round lot adalah investor yang membeli minimal 500 lembar (1 lot).

H. Penelitian Terdahulu

Kumianny A. S. Elly dan Pwee Leng (2002) melakukan penelitian mengenai pengaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap tingkat pengembalian saham. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa risiko sistematis dan likuiditas saham yang diukur dengan bid-ask spread mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham baik secara individual maupun secara bersama-sama dan risiko sistematis yang lebih dominan


(46)

mempengaruhi tingkat pengembalian saham dibandingkan dengan likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread. Faktor-faktor lain seperti perilaku pasar, makro ekonomi, situasi sosial-politik, dan kebijakan pemerintah juga ikut mempengaruhi tingkat pengembalian saham.

Michell Suharli (2005) melakukan penelitian mengenai studi empiris terhadap dua faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food dan beverages di Bursa Efek Jakarta telah menyimpulkan bahwa beta saham tidak mempengaruhi return saham secara signifikan.

Penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas dan return saham di Bursa Efek Jakarta dilakukan oleh Wang Sutrisno, dkk (2000) yang menyimpulkan bahwa aktivitas split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, volume perdagangan saham dan persentase spread, tetapi aktivitas split tidak mempunyai pengaruh terhadap varians saham dan abnormal return. Dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan untuk abnormal return berarti juga tidak adanya pengaruh untuk return saham.

Penelitian lain dilakukan oleh Elly Herawati yang meneliti tentang pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan yang listed di BEJ tahun 2003 sampai dengan 2006. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan data rata-rata return realisasi masing-masing saham ternyata efek informasi stock split terhadap return saham lebih kuat pada emiten yang mempunyai klasifikasi non dividen (ND) dibandingkan dengan saham emiten yang berklasifikasikan dividen (D). Berdasarkan data statistik deskrtiptif rata-rata return tidak normal ternyata efek informasinya


(47)

lebih kuat pada perusahaan yang berklasifikasi ND dibandingkan dengan perusahaan yang berklasifikasikan D. Berdasarkan data rata-rata return tidak normal dan nilai t-hitung tidak berpengaruh pada perusahaan yang berklasifikasikan ND maupun D. Berdasarkan T.test paired ternyata untuk kelompok ND menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata return tidak normal sebelum dan sesudah informasi pemecahan saham, sedangkan untuk kelompok D ada perbedaan antara sebelum dan sesudah informasi pemecahan saham.

Tiwi, dkk (2004) meneliti dampak pengumuman stock split terhadap return, variabilitas tingkat keuntungan dan aktivitas volume perdagangan saham yang melakukan studi pada perusahaan manufaktur di BEJ tahun 1997-1999, menyimpulkan bahwa pengumuman stock split membawa dampak yang berbeda-beda terhadap beberapa indikator reaksi pasar. Dari keseluruhan perusahaan yang dijadikan sampel diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham sebelum dengan return saham saat pengumuman stock split, juga dihasilkan kesimpulan yang sama untuk pasangan periode saat pengumuman dengan sesudahnya. Sedangkan untuk return pada periode sebelum dibandingkan dengan sesudah pengumuman stock split diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara keduanya. Pengujian terhadap abnormal return menghasilkan kesimpulan yang senada, yaitu bahwa rata-rata abnormal return sebelum berbeda dengan saat pengumuman stock split. Pada periode saat pengumuman dengan sesudah pengumuman diperoleh hasil yang sama, yaitu terdapat


(48)

perbedaan yang signifikan pada rata-rata abnormal return yang diperoleh. Tetapi, tidak terdapat perbedaan untuk rata-rata abnormal return antara sebelum dengan sesudah pengumuman stock split. Secara kumulatif pengujian terhadap rata-rata abnormal return menghasilkan kesimpulan senada dengan sebelumnya, yaitu bahwa rata-rata abnormal return yang diperoleh sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda dengan nol.

Penelitian serupa dilakukan oleh Achmad Rifa’i dan Rudi Handoko (2005) yang meneliti tentang pengaruh pemecahan saham terhadap tingkat pengembalian saham : studi mengenai pasar bentuk setengah kuat di Bursa Efek Jakarta yang menyimpulkan bahwa pengaruh informasi pemecahan saham terhadap return saham lebih kuat terjadi pada perusahaan yang tercatat tidak membayarkan dividen tunai (ND) daripada perusahaan yang tercatat melakukan pembayaran dividen sebelumnya. Dari penelitian ini juga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata return tidak normal sebelum dan sesudah announcement date (t = 0) meskipun mean dari rata-rata return tidak normal sebelum t = 0 lebih tinggi dari pada sesudah t = 0. Namun, perbedaan tersebut tidak signifikan.

Keragaman hasil penelitian mengenai return saham yang dipengaruhi faktor-faktor penentunya dan pola perubahan return saham disekitar stock split sebagaimana yang telah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya menjadikan fenomena ini menarik untuk diteliti lagi dalam kurun waktu penelitian yang terbaru dengan menggunakan variasi penelitian yang lebih unik dari sebelumnya yaitu meneliti pengaruh risiko sistematis, likuiditas, dan stock


(49)

split terhadap return saham serta meneliti perbedaan return, risiko sistematis, dan likuiditas saham pada saat sebelum dan sesudah stock split .

I. Kerangka Pemikiran

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh risiko sistematis, likuiditas (bid-ask spread dan trading volume activity), dan stock split terhadap return saham. Sedangkan, untuk mengetahui perbedaan return, risiko sistematis, dan likuiditas saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode analisis uji beda dua rata-rata yang menguji apakah terdapat perbedaan return, risiko sistematis, dan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini untuk lebih jelasnya dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut :


(50)

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran 1

Return Saham

Risiko Sistematis

Bid Ask Spread

Stock Split

Interpretasi Perusahaan Yang melakukan Stock Split

Regresi Berganda Uji Asumsi Klasik

Model Regresi

Uji R Square Uji t Uji F

Trading Volume Activity


(51)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 2

J. Perumusan Hipotesis

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor risiko sistematis, likuiditas (bid-ask spread dan trading volume activity), dan stock split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

return saham.

2. Terdapat perbedaan return saham, risiko sistematis dan likuiditas (bid-ask spread dan trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah stock split.

Return Saham

Risiko Sistematis

Bid-Ask Spread

Trading Volume Activity

Paired Sampel t Test

Interpretasi Uji Beda Dua

Rata-Rata Sebelum dan Sesudah


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan go-public di Bursa Efek Indonesia yang melakukan kebijakan stock split tahun 2006 - 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harian meliputi harga saham, bid price, ask price, volume perdagangan, IHSG, dan jumlah saham beredar pada saat enam bulan sebelum dan enam bulan sesudah stock split.

Alasan peneliti memilih kurun waktu dari tahun 2006 - 2007 adalah peneliti menganggap dalam kurun waktu tersebut kondisi pasar modal Indonesia relatif stabil dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya dan peneliti ingin melakukan penelitian dalam kurun waktu penelitian yang terbaru.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metodologi studi peristiwa (event study). Penelitian dengan studi peristiwa berfokus untuk menguji kekuatan reaksi pasar terhadap suatu peristiwa tertentu dalam hal ini adalah stock split, dengan melihat perubahan return saham serta pengaruh risiko sistematis dan likuiditas saham terhadap return saham pada peristiwa tersebut. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh saham perusahaan go-public di Bursa Efek Indonesia.


(53)

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang mempunyai tujuan atau target tertentu dalam pengambilan sampel secara tidak acak. Metode purposive sampling memilih sampel berdasarkan kesesuaian karakteristik sampel yaitu memilih perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu pengamatan tahun 2006 dan tahun 2007 dan pengambilan data .

Berdasarkan metode penentuan sampel yang digunakan maka peneliti menemukan 22 perusahaan yang melakukan stock split dalam kurun waktu penelitian.

Tabel 3.1.

PerusahaanYang Melakukan Stock Split Di Bursa Efek Indonesia

No Tahun Kode Emiten

Tanggal Stock Split 1 2006 INTA PT.Intraco Penta Tbk 16-Jan-06 2 2006 TMAS PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk 17-Mar-06 3 2006 PJAA PT. Pembangunan Jaya ancol Tbk 10-Jul-06 4 2006 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 28-Jul-06 5 2006 JRPT PT. Jaya Real Property Tbk 14-Aug-06 6 2006 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk 14-Sep-06 7 2006 BBLD PT. BBL Danatama Finance Tbk 2-Oct-06 8 2006 EKAD PT. Ekadharma Tape Industri Tbk 19-Oct-06 9 2006 APOL PT. Arpeni Pratama OceanLine Tbk 1-Dec-06 10 2006 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Tbk 26-Dec-06 11 2007 BMTR PT. Bimantara Citra Tbk 24-Apr-07 12 2007 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 28-May-07 13 2007 ANTM PT. Aneka Tambang Tbk 12-Jul-07 14 2007 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk 22-Jul-07 15 2007 SMGR PT. Semen Gresik Tbk 7-Aug-07 16 2007 SOBI PT. Sorini Agro Asia Corp Tbk 22-Aug-07 17 2007 HADE PT. Hortus Danavest Tbk 10-Sep-07 18 2007 HITS PT.Humpuss Intermoda Transp Tbk 11-Sep-07 19 2007 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk 19-Sep-07


(54)

No Tahun Kode Emiten

Tanggal Stock Split 20 2007 CPIN PT. Charoen Pokphand Ind Tbk 1-Nov-07 21 2007 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk 12-Dec-07 22 2007 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 26-Dec-07

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi dan dipublikasikan. Data-data diperoleh dari pusat referensi pasar modal (PRPM) di Bursa Efek Jakarta . Data tersebut adalah daftar harga saham resmi harian, data IHSG harian, data volume perdagangan saham harian, data bid price harian, data ask price harian, dan jumlah saham beredar selama periode penelitian.

b. Riset kepustakaan

Riset kepustakaan adalah melaksanakan studi kepustakaan dengan teknik pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literatur yang bersumber dari buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap – tahap sebagai berikut :


(55)

a. Uji Dasar Asumsi Klasik

Asumsi dasar klasik adalah bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen bersifat linear serta tidak terjadi autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas diantara variabel independen dalam regresi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengujian dan pembersihan terhadap pelanggaran asumsi dasar jika memang terjadi.

Pengujian – pengujian asumsi dasar klasik regresi terdiri dari : 1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi dependen variabel dan independen variabel ataupun keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Menurut Singgih Santoso (2004 : 124) ada beberapa cara untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :

- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam suatu model regresi. Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih


(56)

variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika diantara variabel bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya VIF (variance inflation factor) dan tolerance.

Pedoman suatu model regresi yang terbebas dari gejala multikolinieritas adalah :

a. Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1. b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1

3. Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak ada autokorelasi serial ( autocorrelation or serrial correlation) antara kesalahan pengganggu (ei).

Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi diantara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Tujuan dari autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Sebelumnya, jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2000 : 216) model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui Durbin-Watson. Panduan mengenai Durbin-Watson untuk mendeteksi autokorelasi


(57)

dapat dilihat pada buku statistik yang relevan. Bila nilai DW terletak diantara du < d < 4 – du maka dapat dikatakantidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif, atau jika nilai d mencapai sekitar 2 dimana du adalah batas atas dan dl adalah batas bawah.

1. 0 < d < du : ada autokorelasi positif.

2. dl < d < du : ragu-ragu ada autokorelasi positif (inconclusive). 3. du < d < 4 – dl : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif. 4. 4 – du < d < 4 - dl : ragu-ragu ada autokorelasi negatif.

5. 4 – dl < d < 4 : ada autokorelasi negatif.

Selain itu, untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat diambil patokan sebagai berikut :

1. Angka D – W di bawah –2, berarti terdapat autokorelasi positif.

2. Angka D – W di antara –2 sampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi.

3. Angka D – W di atas +2, berarti terdapat autokorelasi negatif.

4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakahdalam model regresi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut Homoskedastisitas dan bila berbeda disebut heteroskedastisitas.


(58)

Menurut Singgih Santoso (2000 : 210) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain :

1. Melihat grafikplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah distudentized. 2. Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Regresi

Persamaan regresi adalah suatu persamaan matematika yang mendefinisikan hubungan dua variabel. Hubungan yang dimaksud yaitu hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y), dimana pada penelitian ini risiko sistematis, likuiditas ( bid ask spread dan trading volume activity), dan stock split sebagai variabel independen (X), sedangkan return saham sebagai variabel dependen (Y). Variabel stock split adalah variabel dummy dengan memberikan nilai 1 untuk kategori periode sebelum stock split serta nilai 0 untuk periode sesudah stock split.


(59)

Model persamaan regresi yang digunakan adalah :

Y = a + b

1

x

1

+ b

2

x

2

+ b

3

x

3

+

b

4

x

4

+ ei

Keterangan :

Y = rata-rata tingkat pengembalian saham bulanan a = konstanta

b1 = koefisien regresi pertama b2 = koefisien regresi kedua

x1 = rata-rata risiko sistematis bulanan

x2 = rata-rata likuiditas ( bid-ask spread) bulanan

x3 = rata-rata likuiditas ( trading volume activity) bulanan x4 = stock split sebelum dan sesudah stock split

ei = error term

C. Uji Hipotesis

1. Uji t

Uji t adalah menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini variabel independen terdiri dari risiko sistematis dan likuiditas saham, sedangkan variabel dependennya adalah return saham.

Uji t digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel risiko sistematis dan likuiditas saham terhadap return saham secara parsial.


(60)

bi - (βi) T =

Sb Dimana :

bi = koefisien variabel ke i

βi = parameter ke i yang dihipotesiskan Sb = kesalahan standar atau standar error sampel

Adapun Sb dapat dihitung dengan :

Sc

Sb =

∑ Xi 2 – ( ∑ Xi)2

n

∑Yi2 - α∑Yi - b∑XiYi Sc =

n - k

Pengujian menggunakan uji t dua arah dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : β = 0 (variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas). H1 : β≠ 0 (variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas).

Dengan ketentuan jika Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak (H1 diterima) maka varibel signifikan.

2. Uji F

Uji F adalah uji kemampuan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama. Dalam hal ini variabel independen terdiri dari risiko sistematis dan likuiditas saham, sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari


(61)

variabel bebas untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel tidak bebas. Uji F juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.

Rumus Uji F adalah : R2 / ( k – 1 ) F =

(1 – R2) / (n – 3)

Dengan uji F, hipotesis yang diajukan adalah : Ho : β1 , β2 = 0

H 1 : β1 , β2 ≠ 0

Dengan ketentuan jika Ho diterima maka variabel tidak signifikan dan jika Ho ditolak maka variabel signifikan.

3. Uji R Square

Uji ketepatan perkiraan (R2) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling baik dari garis regresi. Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi R2 yang merupakan besaran nilai non negatif. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan 1. Koefisien determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sebaliknya nilai koefisien determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan perkiraan model. Nilai Koefisien determinasi lebih besar dari 0,5 menunjukkan variabel bebas dapat menjelaskan variabel tidak bebas dengan baik atau kuat, sama dengan 0,5 dikatakan sedang dan kurang dari 0,5 relatif kurang baik. Apabila


(62)

mendapatkan koefisien determinasi kurang dari 0,5 ada beberapa penyebab yang mungkin salah satu diantaranya adalah spesifikasi model yang salah yaitu pemilihan variabel yang kurang tepat atau pengukuran yang tidak akurat.

4. Uji Beda Dua Rata-Rata

Uji beda dua rata adalah menguji kemampuan generalisasi rata-rata dua sample yang tidak saling berhubungan. Uji ini dilakukan terhadap dua sample yang berpasangan; Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sample dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan yang berbeda, seperti subjek A akan mendapat perlakuan 1 kemudian II (Santoso, 2007 :181).

Pengujian untuk hipotesis kedua menggunakan uji beda dua rata-rata untuk mengetahui perbedaan return, risiko sistematis, bid-ask spread, dan

trading volume activity sebelum dan sesudah stock split. Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah split maka dikatakan bahwa aktivitas split mempengaruhi return, risiko sistematis, bid-ask spread, dan trading volume activity. Jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah split maka dikatakan bahwa aktivitas split tidak mempengaruhi return, risiko sistematis, bid-ask spread, dan trading volume activity. Uji beda dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji beda dua rata-rata Paired Sample t-Test (Uji_t_Paired).


(63)

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham adalah persentase kekayaan pemegang saham untuk suatu jangka waktu. Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham terealisasi yaitu tingkat pengembalian sesungguhnya yang diterima pemegang saham yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

100

1 1 x

P P P R

t t t t

− −

− =

Dimana :

Rt = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i hari ke- t Pt = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t

Pt-1 = harga saham sekuritas ke-i pada hari ke- t-1

b. Variabel Independen - Risiko Sistematis

Risiko yang relevan dan mencerminkan risiko dalam investasi surat berharga adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi, yaitu risiko sistematis yang dilambangkan dengan simbol beta (β). Secara teoritis, ukuran risiko relevan (risiko sistematis) yang paling tepat untuk surat berharga adalah kovarian surat berharga tersebut terhadap surat-surat berharga lain yang termasuk dalam portofolio pasar.


(64)

Rumusan risiko sistematis menurut Bodie (1998) adalah :

(

)

( )

m m j j R Var R R Co

B = var ,

(

)

(

)

(

)

1 1 2 − − − − − ∑ ∑ = n R R n R R R R B m m m m j j j - Likuiditas saham

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan bid-ask spread dan trading volume activity. Bid-ask spread merupakan selisih antara ask price dan bid price. Besarnya bid-ask spread sebagai proksi tingkat likuiditas. Semakin tinggi spread maka likuiditas akan semakin kecil dan semakin rendah spread maka likuiditas akan semakin besar.

100 Pr Pr Pr Pr x ice Ask ice Bid ice Ask ice Ask

Bid − = −

Dimana :

Ask Price : harga terendah yang ditawarkan oleh dealer untuk menjual saham pada hari ke-i.

Bid Price : harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer untuk membeli saham pada hari ke-i.

Trading volume activity yaitu perbandingan jumlah saham i yang diperdagangkan pada hari t dengan jumlah saham i yang beredar


(65)

pada hari t. Adapun formula untuk menghitung trading volume activity adalah sebagai berikut:

100 x t hari pada beredar yang

i saham Jumlah

t hari pada gkan diperdagan yang

i saham Jumlah

TVA =

- Stock Split

Variabel Stock split dibentuk menjadi variabel dummy, yaitu sebelum stock split dengan nilai dummy 0 dan sesudah stock split dengan nilai dummy 1.


(66)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Sejarah berdirinya bursa efek di indonesia pertamakali terjadi pada zaman penjajahan. Tahun 1912 adalah tahun pertama dimana pemerintah India Belanda mendirikan pasar modal di Indonesia yang bertempat di Jakarta. Efek-efek yang diperdagangkan dalam bursa ini terdiri atas saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan milik belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi India Belanda, dan efek-efek Belanda lainnya. Kemudian pada tanggal 1 agustus 1925 didirikan bursa efek Surabaya. Pasar modal ini beroperasi sampai kedatangan Jepang di Indonesia Tahun 1942.

Tahun 1952-1960 yaitu periode orde lama dimana bursa efek jakarta dibuka kembali setelah pemerintah Jepang meninggalkan indonesia. Untuk memantapkan keberadaan bursa efek tersebut maka pemerintah mengeluarkan UU darurat tentang bursa No. 13 tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU No. 15 tahun 1952. Penyelenggaraan bursa efek yang dibuka di Jakarta tersebut dilakukan oleh perserikatan perdagangan uang dan efek-efek (PPUE) dimana Bank Indonesia terlibat sebagai penasihat.

Tahun 1977-1988 yaitu periode orde baru. Bursa Efek Indonesia dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 pada masa orde baru sebagai hasil dari keputusan Presiden No.52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian pendirian Badan Pembina Pasar Modal, Bapepam, dan PT.


(67)

Danareksa. Periode ini disebut periode tidur panjang karena sampai dengan tahun 1988 hanya 24 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Tahun 1988-1995 yaitu periode kebangkitan pasar modal. Setelah tahun 1988, selama tiga tahun yaitu sampai tahu 1990 jumlah saham yang terdaftar di BEJ meningkat menjadi 127 perusahaan dan tahun 1996 meningkat menjadi 238 perusahaan. Pada periode ini terjadi initial public offering (IPO) yang menjadi peristiwa nasional.

Mulai tahun 1995 disebut periode otomatisasi karena peningkatan kegiatan transaksi dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk mengotomatisasi kegiatan transaksi di bursa. Sistem otomatisasi yang diterapkan adalah Jakarta Automated Trading System

(JATS) dan mulai beroperasi pada hari senin tanggal 22 Mei 1995.

Mulai Agustus Tahun 1997 krisis moneter terjadi di Indonesia yang berdampak negatif terhadap perkembangan Bursa Efek Indonesia. Krisis moneter yang terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia terhadap dolar. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan oleh spekulasi yang dilakukan pedagang valas, menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri, dan tidak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian Indonesia. Untuk mengurangi kelesuan permintaan sekuritas di pasar modal Indonesia, tanggal 3 September 1997 pemerintah mencabut peraturan pembatasan 49% pemilikan asing.Usaha dalam memperbaiki kondisi perekonomian yang bergejolak ini, pemerintah pada hari sabtu tanggal 1 September 1997 mengumumkan likuidasi 16 bank


(68)

swasta nasional. Pengumuman yang mengejutkan ini ini tidak banyak membantu mendorong gairah pasar modal.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2007, para pemegang saham kedua bursa efek telah menyetujui rancangan penggabungan Bursa Efek Surabaya kedalam Bursa Efek Jakarta yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Terhitung mulai tanggal 1 Desember 2007 secara resmi Bursa Efek Indonesia telah efektif. Bursa Efek Ini akan memfasilitasi perdagangan saham

(equity), surat utang (fixed income) maupun perdagangan derivative (derivative instruments). Hadirnya bursa efek tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi.

Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memiliki satu pasar modal. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama

Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX.


(1)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Expect

ed Cum

Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(2)

Regression Standardized Predicted Value

4 3

2 1

0 -1

-2

Re

gre

ssion Studentized R

esidua

l

4

2

0

-2

Scatterplot

Dependent Variable: RETURN SAHAM

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardi

zed Residual

N

44

Mean

,0000000

Normal

Parameters(a,b)

Std. Deviation

,00362840

Absolute

,164

Positive

,164

Most Extreme

Differences

Negative

-,103

Kolmogorov-Smirnov Z

1,087

Asymp. Sig. (2-tailed)

,188

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.


(3)

OUTPUT UJI BEDA RETURN SAHAM

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean RETURN SEBELUM .0043800 22 .00542033 .00115562 Pair 1

RETURN SESUDAH .0016464 22 .00254493 .00054258

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 RETURN SEBELUM &

RETURN SESUDAH 22 -.125 .579

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviati

on Std. Error Mean

95% Confidence Interval

of the Difference Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Pair 1 RETURN

SEBELUM - RETURN SESUDAH

.00273364 .00626


(4)

OUTPUT UJI BEDA RISIKO SISTEMATIS

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

RISK SEBELUM .5807695 22 .62206853 .13262546

Pair 1

RISK SESUDAH .7064705 22 .47251658 .10074087

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 RISK SEBELUM &

RISK SESUDAH 22 .215 .337

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Mean

Std.

Deviation Std. Err

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Up

Pair 1 RISK SEBELUM -


(5)

OUTPUT UJI BEDA BID-ASK SPREAD

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean SPREAD

SEBELUM .0977695 22 .16126250 .03438128 Pair 1

SPREAD SESUDAH .0794818 22 .12792491 .02727368

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 SPREAD SEBELUM & SPREAD

SESUDAH

22 .905 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval

of the Difference Mean

Std. Deviatio

n Std. Error Mean

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Pair 1 SPREAD SEBELU M - SPREAD SESUDA H

.0182


(6)

OUTPUT UJI BEDA TRADING VOLUME ACTIVITY

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean TVA

SEBELUM .0084259 22 .02936486 .00626061 Pair 1

TVA

SESUDAH .0041468 22 .00854835 .00182252

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 TVA SEBELUM & TVA

SESUDAH

22 -.041 .855

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of

the Difference Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Pair 1 TVA SEBELU M - TVA SESUDA H