Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pegawai Pengguna Komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan Tahun 2015

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mata

Gambar 2.1 Anatomi Mata
(Sumber: Netter ed.5)
2.2. Fisiologi Melihat
Mata mengubah energi dari spektrum yang dapat terlihat menjadi potensial
aksi di saraf optikus. Panjang gelombang cahaya yang dapat terlihat berkisar dari
sekitar 397-723 nm. Bayangan suatu benda didalam lingkungan difokuskan
diretina. Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan potensial
didalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di retina dihantarkan ke
korteks serebri, tempat impuls tersebut menimbulkan sensasi penglihatan
(Ganong, 2008).
a. Akomodasi
Kemampuan menyesuaikan lensa mata disebut akomodasi.Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya yang selanjutnya dikendalikan oleh otot siliaris.
Otot siliaris merupakan bagian dari badan siliaris, suatu struktur khusus
lapisan koroid bagian anterior. Badan siliaris memiliki 2 komponen utama

yaitu otot siliaris dan anyaman kapiler yang menghasilkan aquous humour .

Universitas Sumatera Utara

5

Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa
melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium menegang, dan
ligamentum ini menarik lensa menjadi lebih gepeng dan kurang refractive.
Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada
ligamentum

suspensorium

berkurang.

Ketika

tarikan


ligamentum

suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi lebih bulat. Meningkatnya
kelengkungan lensa menjadi lebih bulat akan meningkatkan kekuatan lensa
dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada keadaan normal, otot siliaris akan
melemas dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini
berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat
dekat. otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom, dengan stimulasi
simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi simpatis menyebabkan
berkontraksi (Sherwood, 2011).

b. Titik Dekat
Titik terdekat ke mata tempat suatu benda dapat difokuskan dengan jelas
disebut titik dekat mata. Titik dekat akan semakin jauh seiring dengan
pertambahan usia, mula-mula lambat lalu semakin cepat seiring penuaan, dari
sekitar 9 cm pada usia 10 tahun menjadi sekitar 83 cm pada usia 60 tahun.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kekerasan lensa
ataupenurunan kemampuan kelengkungan lensa sehingga akomodasi menjadi
berkurang. Pada saat seseorang mencapai usia 40-45 tahun, hilangnya

akomodasi biasanya telah menimbulkan kesulitan membaca atau bekerja
dengan benda dekat (presbiopi) (Ganong, 2008).

c. Respon Dekat
Selain akomodasi, sumbu penglihatan berkonvergensi

dan pupil

berkonstriksi pada saat seseorang melihat benda yang dekat. Respon tiga
bagian ini yakni akomodasi, konvergensi sumbu penglihatan, dan konstriksi
pupil disebut respon dekat (Ganong, 2008).

Universitas Sumatera Utara

6

2.3. Kelelahan Mata
2.3.1.Definisi Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah keluhan mata yang terjadi akibat upaya berlebihan
sistem penglihatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan atau kemampuan

mata melihat benda dengan jarak yang dekat (Gowrisankaran S.,et al., 2012).
Menurut Suma’mur (1996) dalam Azmi E (2013) kelelahan mata timbul
sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti otot-otot akomodasi pada
pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat
ketidaktepatan kontras.

2.3.2. Gejala Kelelahan Mata
Menurut penelitian John M.Sullivan (2008) kelelahan mata berkaitan dengan
ketidaknyamanan pada mata. Gejala-gejala kelelahan mata dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis ketidaknyamanan: gangguan pada permukaan mata, gangguan
okulomotor , dan gangguan pada nonocular .

a. Gejala pada Permukaan Mata
Gejala pada gangguan permukaan mata termasuk keluhan tentang mata
kering, mata gatal, iritasi mata dan pelumasan air mata yang berkurang. Keluhan
ini kadang-kadang terkait dengan kualitas udara. Artinya, beberapa perilaku mata
yang dapat meningkatkan penguapan pada mata seperti ruangan AC (air
conditioning) dapat menyebabkan iritasi mata maupun mata kering (Sullivan J.
M.,2008).
Ketika mata melihat ke atas, kelopak mata terangkat dan menyebabkan

permukaan yang lebih luas dari mata. Hal ini mengakibatkan penguapan cairan
lebih besar daripada ketika mata diarahkan ke bawah. Jika mata kebiasaan melihat
komputer pada posisi vertikal akan meningkatkan penguapan daripada melihat
hasil cetakan secara horisontal dan lebih rendah (Sullivan J. M.,2008).
Demikian

juga,

penurunan

frekuensi

mata

dalam

berkedip

dapat


meningkatkan penguapan pada permukaan mata. Pengurangan frekuensi mata
berkedip

menyebabkan

peningkatan

pengeringan

mata,

yang kemudian

Universitas Sumatera Utara

7

menyebabkan frekuensi berkedip meningkat. Peningkatan frekuensi berkedip
telah lama dilaporkan sebagai bukti kelelahan visual. Hal ini terjadi dengan tujuan
pemulihan kembali mata yang telah kering melalui pelumasan permukaan mata

oleh air mata (Sullivan J. M.,2008).

b. Gejala Okulomotor ( Akomodasi dan Vergence )
Gejala okulomotor adalah gejala yang berhubungan dengan perubahan dalam
akomodasi, vergence, dan juga dapat melibatkan perubahan dalam respon pupil.
Permintaan berkepanjangan pada fungsi okulomotor mengurangi respon dan
fungsinya, mengakibatkan kabur atau penglihatan ganda, silau, dan keterlambatan
memperoleh target mata (Sullivan J. M., 2008).
Penelitian kelelahan terkait dengan okulomotor berhubungan relevan dengan
pekerjaan yang lama di depan layar komputer. Kelelahan mata paling sering
dikaitkan dengan perubahan objektif dari fungsi okulomotor. Fokus utama dari
fungsi okulomotor adalah mekanisme akomodasi visual dan vergence. Akomodasi
mengacu pada aksi otot siliaris dengan cara mengubah kelengkungan lensa mata
untuk memfokuskan gambar pada retina. Vergence adalah kontrol terkoordinasi
dari rotasi setiap mata untuk memusatkan objek dan mempertahankan penglihatan
binokuler tunggal (Sullivan J. M., 2008).
Pada penelitian Kroemer & Grandjean, 1997 dalam Masako Omori dkk
(2015), saat pekerjaan melihat dekat, otot siliaris mengalami pemendekan dan
merubah kelengkungan lensa sehingga benda yang dilihat tepat jatuh diretina dan
kita memperoleh benda yang tajam dan jelas. Oleh karena itu, ketika mata melihat

benda dengan jarak dekat secara terus menerus mengakibatkan otot siliaris pun
harus melakukan kontraksi terus menerus.
Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar sehingga
terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata.
Stress pada retina dapat juga terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam
lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama (Purnama A. E.,
2013).

Universitas Sumatera Utara

8

Seorang pengamat membaca teks yang disajikan pada computer akan terjadi
peningkatan penggunaan otot siliaris karena berbagai alasan, termasuk kondisi
kontras berkurang menyebabkan kesulitan dalam membawa sebuah bayangan
benda ke fokus dan kebiasaan kerja pada jarak pandang dekat yang lama (Sullivan
J. M., 2008).
Beberapa gejala lain kelelahan mata adalah penglihatan kabur, penglihatan
ganda, miopia sementara, dan kesulitan terhadap penurunan respon akomodasi
dan sistem kontrol vergence (Sullivan J. M., 2008).

Pandangan kabur dan salah fokus terjadi karena ketidakmampuan mekanisme
akomodasi untuk mempertahankan fokus pada benda yang dekat. Hal ini
terjadinya oleh karena mekanisme akomodasi yang lama untuk mempertahankan
fokus pada benda yang dekat (Sullivan J. M., 2008).

c. Kelelahan Mata Nonokular
Gejala mata nonokular adalah kelelahan yang meliputi sakit kepala,
mengantuk. Pada pasien dengan penurunan akomodasi dapat menyebabkan sakit
kepala saat membaca (Sullivan J. M.,2008).
Gejala diatas dapat dihilangkan ataupun dikurangi dengan management dari
astenopia. Peningkatan design ergonomik pada lingkungan kerja dan modifikasi
dari kebiasaan bekerja pada pengguna komputer dengan memberikan sedikit
istirahat dapat memberikan efek yang positif pada kelelahan mata pekerja.
Astenopia dapat dikurangi tergantung dari diri sendiri karena metodenya tidak
mahal untuk diaplikasikan (Amalia H., Gusti G. Suardana, dan Widya Artini,
2010).

2.3.3. Faktor-faktor Kelelahan Mata
1) Usia
Titik dekat akan semakin jauh seiring dengan pertambahan usia, mulamula lambat lalu semakin cepat. Seseorang biasanya sulit melihat jarak dekat

pada usia 40-50 tahun akibat penurunan daya akomodasi otot-otot mata
(Ganong, 2008).

Universitas Sumatera Utara

9

2) Jenis Kelamin
Perempuan memiliki faktor resiko lebih besar daripada laki-laki karena
penurunan akomodasi yang lebih besar pada perempuan. Hal lain terjadi
karena pengaruh hormonal. Sekresi komponen lipid oleh kelenjar Meibom dan
Zeis antara lain dipengaruhi oleh hormon androgen seperti testosteron yang
dapat meningkatkan sekresi, sedangkan hormon estrogen akan menekan
sekresi kelenjar tersebut sehingga perempuan lebih rentan terkena sindroma
dry eye (Anggraini Y., Agus F., dan Iit F., 2013).

3) Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah bayangan benda yang tidak tepat jatuh di retina
dapat didepan ataupun di belakang retina dan bayangan tidak jatuh pada satu
titik fokus (Dian Nourmayanti, 2009).

Seseorang yang memiliki kelainan refraksi memiliki faktor resiko yang
lebih besar terkena kelelahan mata karena otot-otot akomodasi pada orang
dengan kelainan refraksi harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan
fokus matanya pada objek di layar monitor agar tetap tajam pada jarak dekat
(Anggraini Y., Agus F., dan Iit F., 2013).
Penelitian di Amerika Serikat mengatakan bahwa pada pasien yang
mengalami kelainan refraksi dilarang menggunakan kontak lensa saat bekerja
di depankomputer dikarenakan mata akan lebih cepat mengalami kelelahan.
Pada saat bekerja didepan komputer mata akan lebih sedikit berkedip. Hal ini
membuat mata menjadi kering dan akan bergesekan dengan kontak lensa.

4) Istirahat Mata
Bila bekerja dengan lama atau beberapa jam didepan komputer gunakan
sistem 20-20-20 yaitu ambil waktu 20 detik istirahat dengan melihat objek
dengan jarak minimal 20 kaki setiap 20 menit bekerja dan kedipkan mata
sesering mungkin (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).

Universitas Sumatera Utara

10

Menurut Josefina (1999) dalam Dian Nourmayanti (2009) para pekerja
komputer membutuhkan jam istirahat 10 menit/jam bila bekerja dalam waktu
kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu.

5) Durasi Bekerja
Penelitian University of North Caroline at Asheville dalam penelitian Iis
Faizah Hanum (2008) mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas
dasar lama waktu kerja sebagai berikut:
1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari 4 jam sehari secara terus-menerus.
2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari 2-4 jam sehari secara terus-menerus.
3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari 4 tahun. Pekerja yang sudah lama bekerja akan
mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya kelelahan mata karena lebih
lama terpapar oleh faktor risiko.

7) Tingkat Pencahayaan
Menurut standar ISO 9241 bagian ke-6 tahun 1999 dalam E-facts 13:
Office Ergonomics yang diterbitkan oleh European Agency for Safety and
Health at Work dalam Iwan setiawan (2012), tingkat pencahayaan untuk
perkantoran dan pengguna komputer adalah 300-500 lux.

Universitas Sumatera Utara

11

Menurut keputusan menteri kesehatan nomor 1405 tahun 2002
pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tingkat pencahayaan
ruangan lingkungan kerja untuk pekerjaan yang rutin seperti ruang
administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin,dan pekerja kantoran adalah juga
300-500 lux.

8) Ergonomik komputer
1. Penggunaan Anti-glare Screen
Pada saat menggunakan komputer sering sekali mata memperoleh
pantulan sinar. Silau akibat pantulan sinar tersebut dapat menyebabkan
otot-otot mata terus–menerus fokus pada monitor.
Anti-glare screen merupakan suatu alat yang dipasang pada monitor

untuk mengurangi cahaya yang masuk kedalam bola mata sehingga dapat
mengurangi gejala-gejala yang timbul dan menyebabkan kelelahan mata
(Faizah I., 2008).

2. Monitor
a) Pilih monitor yang memiliki radiasi yang kecil
b) Gunakan monitor dengan lebar monitor 5-10 inci
c) Gunakan komputer sebatas dengan mata dengan bagian atas komputer
sejajar dengan mata
d) Pindahkan layar komputer bila berhadapan dengan jendela
e) Sesuaikan kontras monitor sesuai dengan kenyaman mata
f) Tingkatkan ukuran teks (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).

Universitas Sumatera Utara

12

3. Pengaturan Latar Belakang Monitor

Gambar 2.2 Pengaturan latar belakang monitor komputer
(Sumber: Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)

4. Jarak Mata dengan Monitor Komputer
Menurut OSHA dalam Dian Nourmayanti (2009) jarak mata dengan
layar monitor saat bekerja adalah 20-40 inch atau 50-100 cm. Hal ini dapat
dikaitkan dengan kelelahan mata yaitu jarak yang terlalu dekat, sehingga
menyebabkan mata akan berakomodasi dan dipaksa bekerja dalam waktu
yang lama.

Gambar 2.3Jarak Mata dengan Monitor Komputer
(Sumber: Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)

Universitas Sumatera Utara

13

5. Meja Komputer
a) Memiliki ruang yang cukup dengan lengan tangan sehingga tangan
dapat leluasa bergerak.
b) Memiliki ketinggian yang sesuai sehingga keyboard dan mouse dapat
diletakkan dengan posisi yang sejajar dengan siku tangan dengan
monitor dapat diletakkan sejajar dengan mata.
c) Memiliki ukuran yang cukup sehingga dapat diletakkan komputer dan
dokumen (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).

6. Posisi Duduk

Salah

Benar

Gambar 2.4 Posisi duduk
(Sumber: Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)
7. Keybord dan Mouse
a) Mouse dan keyboard diletakkan sejajar dengan lengan dan siku dan
harus mengangkat lengan dan siku
b) Mouse dan keyboard diletakkan didepan monitor
c) Mouse dan keyboard diletakkan pada bidang datar yang sama
(Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)

Universitas Sumatera Utara

14

8. Menyesuaikan Kursi dengan Posisi Duduk yang Nyaman

Gambar 2.5 Posisi kursi dengan posisi duduk yang nyaman
(Sumber: Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)
2.3.4.

Manajemen Kelelahan Mata
Manajemen kelelahan mata menurut Rimli Barthakur (2013) dapat

dilakukan dengan beberapa strategi berikut:
a. Memeriksa kelainan refraksi mata, kemudian menggunakan kacamata
yang sesuai
b. Gunakan pencahayaan yang cukup diruangan kerja. Hindari pantulan
cahaya dari jendela, gunakan anti-glare untuk mencegah hal ini.
c. Gunakan monitor pada posisi yang tepat monitor dengan resolusi yang
tinggi seperti LCD.
d. Kedipkan mata sesering mungkin untuk menghindari iritasi mata dan mata
kering
e. Istirahatkan mata dengan metode 20-20-20. 20 menit setelah menggunakan
komputer, arahkan pandangan kearah lain dengan jarak 20 kaki dalam
waktu 20 menit.

Universitas Sumatera Utara