Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pegawai Pengguna Komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan Tahun 2015
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Betsy Yosia Nadeak
Tempat/ Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 28 Juli 1994
Agama : Katolik
Alamat : Jln. Melanthon Siregar, Pematangsiantar
Alamat Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1999-2000 TK Swasta RK Bintang Timur, Pematangsiantar 2. Tahun 2000-2006 SD Swasta RK Budi Mulia 1, Pematangsiantar 3. Tahun 2006-2009 SMP Swasta RK Bintang Timur, Pematangsiantar 4. Tahun 2009-2012 SMA Swasta RK Budi Mulia, Pematangsiantar
Riwayat Pelatihan :
1. Tahun 2008 penghargaan atas keikutsertaan dalam Tes Pra OSN bidang studi Matematika Pematangsiantar
2. Tahun 2009 penghargaan atas keikutsertaan dalam Tes Pra OSN bidang studi Matematika Pematangsiantar
3. Tahun 2011 Penyambutan Mahasiswa Baru 2012 Universitas Sumatera Utara
(2)
5. Tahun 2013 Get Together SCORE PEMA FK USU
6. Tahun 2014 Seminar Penyusunan Proposal SCORE PEMA FK USU
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Muda Divisi PPI SCORE PEMA FK USU 2013-2014 2. Anggota Divisi PO3 SCORE PEMA FK USU 2014-2015 3. Anggota KMK St. Lukas USU 2012-2015
Karya yang Pernah di Tulis:
JUDUL KARYA JENIS TAHUN
Obese Family Poster Publik 2012
Sayangi Penderita Alzhaimer Poster Publik 2015
Imunisasi Bentengku Poster Publik 2015
Potensi Terapi Kombinasi Magnesium dan IGF2 Sebagai Antiamiloidosis pada Penyakit
Alzheimer
(3)
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN
KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA PEGAWAI PENGGUNA KOMPUTER DI KANTOR DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK MEDAN TAHUN 2015 Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang saat ini sedang mengadakan penelitian mengenai “Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata pada Pegawai Pengguna Komputer di kantor Direktorat Jenderal
Pajak Medan tahun 2015”. Kuesioner ini merupakan instrumen dari penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan umtuk mengetahui tingkat kelelahan mata pada pengguna komputer. Kelelahan mata yang dialami dapat memicu menurunnya produktifitas, meningkatkan kesalahan, dan menurunkan kepuasan dalam bekerja.Hasil dari penelitian ini diharapkan sebagai program berharga bagi program kesehatan kerja di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan.Untuk itu saya mengharapkan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap, tidak terlewatkan satu pertanyaanpun.
Identitas Bapak/ Ibu/ Saudara akan dirahasiakan. Pengisian kuesioner ini tidak berbahaya dalam pekerjaan dantidak berpengaruh terhadap penilaian kinerja Bapak/ Ibu/ Saudara. Atas perhatian Bapak/ Ibu/ Saudara, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Hormat saya,
Betsy Yosia Nadeak 120100277 CP: Betsy Yosia Nadeak
(4)
Lampiran 3
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Usia/ Tempat tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Saya dengan sukarela menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian dengan judul
“Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan mata pada Pegawai Pengguna Komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan Tahun 2015”.Bila suatu saat dirugikan maka saya dapat membatalkan persetujuan ini.
Mengetahui, yang menyetujui
Peneliti
(5)
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER Data Umum
1. Nomor responden :
2. Nama :
3. Umur : tahun
4. Jenis Kelamin :
5. Ada kelainan refraksi : ya/tidak
6. Masa kerja per hari : jam
7. Masa bekerja : tahun
8. Pemakaian anti-glare : ya/tidak
Data khusus
1. Apakah mata anda kabur atau tidak fokus saat bekerja menggunakan komputer?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 2. Apakah anda mengantuk saat sedang menbaca didepan monitor komputer?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 3. Apakah anda kehilangan konsentrasi ketika membaca dikomputer?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 4. Apakah penglihatan anda lebih buruk pada sore dan malam hari daripada
pagi hari?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 5. Apakah penglihatan anda terasa ganda atau berbayang?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 6. Apakah kepala anda terasa sakit jika bekerja pada komputer?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 7. Apakah anda menutup sebelah mata anda jika membaca dikomputer?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 8. Apakah mata anda terasa lelah jika membaca?
(6)
9. Kata-kata dalam tulisan terasa bergerak bila anda membaca?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 10.Apakah baris yang anda baca pernah terlewatkan atau terulang lagi ketika
anda sedang membaca?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 11.Pada saat anda sedang membaca dan melihat tiba-tiba objek yang anda
lihat terasa kabur sesaat?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 12.Apakah anda merasa lelah bila bekerja pada komputer?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 13.Apakah anda merasa mata anda bekerja tidak sesuai perintah anda?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 14.Ketika mulai mengeprint dan membaca tulisannya sebentar, apakah mata
anda terasa kabur?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 15.Apakah mata anda terasa sakit jika membaca komputer?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu 16.Apakah anda mengalami car sick (tidak mampu membaca, baik membaca
peta, membaca sms/ pesan singkat, atau membaca tulisan dalam handphone, laptop, atau buku dalam perjalanan atau di dalam mobil yang berjalan)?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering d. Selalu Keterangan:
Tidak pernah : 0
Kadang-kadang : 1 (1-2 kali seminggu) Sering : 2 (3-4 kali seminggu) Selalu : 3 (5-7 kali seminggu)
(7)
(8)
(9)
(10)
Lampiran 8
DATA INDUK RESPONDEN PENELITIAN PEGAWAI PENGGUNA KOMPUTER DI KANTOR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MEDAN
Nama
Jenis
Kelamin Usia
Kelainan Refraksi Masa Kerja Per Hari Masa Bekerja Pemakaian
Antiglare Keterangan
AT pria 35 ya 9 10 tidak Kelelahan Mata
AP Pria 28 ya 8 8 tidak Kelelahan Mata
AI pria 44 tidak 8 22 tidak Tidak Kelelahan
Mata
AR pria 28 tidak 8 8 tidak Kelelahan Mata
AS Wanita 38 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
AA Wanita 22 tidak 10 2 tidak Kelelahan Mata
BE Wanita 41 ya 8 15 tidak Kelelahan Mata
BJ pria 37 ya 8 15 tidak Kelelahan Mata
BA pria 39 ya 8 20 tidak Tidak Kelelahan
Mata
CT Wanita 21 ya 8 21 tidak Tidak Kelelahan
Mata
CO Wanita 21 ya 8 1 tidak Kelelahan Mata
CR Wanita 32 ya 8 10 tidak Kelelahan Mata
DK pria 40 ya 8 15 tidak Kelelahan Mata
DE Wanita 37 ya 8 18 tidak Kelelahan Mata
DL Wanita 32 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
DI pria 28 ya 8 8 tidak Kelelahan Mata
ED Wanita 54 ya 8 29 tidak Kelelahan Mata
EE Wanita 35 ya 8 15 tidak Kelelahan Mata
ES Wanita 45 ya 8 27 tidak Tidak Kelelahan
Mata
EK pria 36 tidak 8 15 tidak Kelelahan Mata
EM Wanita 32 tidak 8 8 tidak Kelelahan Mata
EG Wanita 32 tidak 8 11 tidak Kelelahan Mata
F pria 30 ya 8 8 tidak Tidak Kelelahan
Mata
FW Pria 31 ya 8,5 10 tidak Kelelahan Mata
HY pria 29 tidak 8 1 tidak Kelelahan Mata
(11)
HK pria 29 ya 8 7 tidak Kelelahan Mata
HE Wanita 31 ya 8 9 tidak Kelelahan Mata
HB Wanita 31 tidak 8 12 tidak Kelelahan Mata
HG pria 30 ya 8 10 tidak Tidak Kelelahan
Mata
HS pria 40 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
ID pria 31 ya 8 10 tidak Kelelahan Mata
JM Pria 33 ya 10 11 tidak Kelelahan Mata
JT pria 33 tidak 8 12 tidak Kelelahan Mata
JJ pria 53 ya 10 30 tidak Kelelahan Mata
JM Wanita 35 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
JG Wanita 35 ya 10 15 tidak Tidak Kelelahan
Mata
JY Wanita 40 ya 8 20 tidak Kelelahan Mata
KP Wanita 50 ya 8 20 tidak Kelelahan Mata
LS Wanita 37 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
LS pria 23 ya 8 1 tidak Kelelahan Mata
MO pria 31 tidak 8 10 tidak Kelelahan Mata
MM Wanita 33 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
MA Wanita 33 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
MR pria 30 ya 8 10 tidak Kelelahan Mata
ND pria 52 tidak 8 27 tidak Kelelahan Mata
NH pria 40 ya 8 18 tidak Kelelahan Mata
NU Wanita 37 ya 8 12 tidak Kelelahan Mata
NT Wanita 34 ya 8 10 tidak Kelelahan Mata
ND Wanita 40 ya 8 20 tidak Kelelahan Mata
OB Pria 22 ya 9 1 tidak Kelelahan Mata
PA pria 39 ya 8 18 tidak Kelelahan Mata
PO pria 25 ya 8 7 tidak Kelelahan Mata
PP pria 36 tidak 8 16 tidak Kelelahan Mata
PN pria 36 tidak 8 12 tidak Kelelahan Mata
PA pria 31 ya 8 8 tidak Kelelahan Mata
RL pria 32 ya 8,5 13 tidak Kelelahan Mata
RN pria 33 ya 8 10 tidak Tidak Kelelahan
Mata
RP pria 36 ya 8 15 tidak Kelelahan Mata
RI Wanita 55 ya 8 30 tidak Kelelahan Mata
RS pria 28 tidak 8 8 tidak Kelelahan Mata
(12)
Mata
RA Wanita 54 ya 10 23 tidak Kelelahan Mata
RN Wanita 57 ya 8 30 tidak Kelelahan Mata
RD Wanita 56 ya 10 30 tidak Kelelahan Mata
RH pria 33 ya 8 10 tidak Tidak Kelelahan
Mata
RR Wanita 47 ya 9 24 tidak Kelelahan Mata
FB Wanita 23 ya 10 2 tidak Kelelahan Mata
SH Wanita 23 ya 10 2 tidak Kelelahan Mata
SL Wanita 35 ya 8 15 tidak Kelelahan Mata
SS pria 56 ya 8 21 tidak Kelelahan Mata
SA Wanita 21 ya 9 0,75 tidak Tidak Kelelahan
Mata
SO pria 42 ya 8 18 tidak Kelelahan Mata
TA pria 23 ya 8 1 tidak Tidak Kelelahan
Mata
TH Wanita 30 ya 8 11 tidak Kelelahan Mata
TT pria 29 tidak 8 7 tidak Tidak Kelelahan
Mata
VD Wanita 19 ya 9 0,5 tidak Kelelahan Mata
WA pria 31 tidak 8 10 tidak Kelelahan Mata
YM Wanita 40 ya 8 18 tidak Kelelahan Mata
YY pria 40 ya 8 14 tidak Tidak Kelelahan
(13)
Lampiran 9 VALIDASI KUESIONER Correlations item 1 item 2 item 3 item 4 item 5 item 6 item 7 item 8 item 9 item 10 item 11 item 12 item 13 item 14 item 15 item 16 Total item1
Pearson Correlation 1 ,449
*
,307 ,513* ,467* ,552* ,302 ,520* ,533* ,302 ,628*
*
,484* ,435 ,669*
* ,596* * ,601* * ,792**
Sig. (2-tailed) ,047 ,188 ,021 ,038 ,012 ,196 ,019 ,015 ,196 ,003 ,031 ,055 ,001 ,006 ,005 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item2
Pearson Correlation ,449
*
1 ,201 ,265 ,000 ,219 ,559* ,569*
*
,334 ,186 ,179 ,256 ,190 ,501* ,449* ,267 ,502*
Sig. (2-tailed) ,047 ,396 ,258 1,00
0
,353 ,010 ,009 ,150 ,432 ,450 ,275 ,423 ,024 ,047 ,255 ,024
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item3
Pearson Correlation ,307 ,201 1 ,405 ,345 ,317 ,269 ,198 ,309 ,419 ,345 ,124 ,350 ,497* ,126 ,215 ,521*
Sig. (2-tailed) ,188 ,396 ,077 ,136 ,173 ,251 ,403 ,185 ,066 ,136 ,604 ,130 ,026 ,596 ,363 ,019
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item4
Pearson Correlation ,513
*
,265 ,405 1 ,247 ,256 ,119 ,272 ,594*
*
,514* ,627*
*
,191 ,171 ,381 ,274 ,638*
*
,664**
Sig. (2-tailed) ,021 ,258 ,077 ,294 ,276 ,618 ,246 ,006 ,020 ,003 ,421 ,471 ,097 ,242 ,002 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
(14)
Sig. (2-tailed) ,038 1,00 0
,136 ,294 ,074 ,737 ,530 ,107 ,366 ,120 ,077 ,223 ,134 ,190 ,033 ,016
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item6
Pearson Correlation ,552* ,219 ,317 ,256 ,408 1 ,196 ,200 ,322 ,523* ,094 ,315 ,200 ,557* ,552* ,234 ,547*
Sig. (2-tailed) ,012 ,353 ,173 ,276 ,074 ,407 ,399 ,166 ,018 ,693 ,176 ,399 ,011 ,012 ,320 ,013
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item7
Pearson Correlation ,302 ,559
*
,269 ,119 ,080 ,196 1 ,170 ,336 ,167 ,280 ,172 ,594*
*
,598*
*
,302 ,299 ,485*
Sig. (2-tailed) ,196 ,010 ,251 ,618 ,737 ,407 ,475 ,147 ,482 ,231 ,468 ,006 ,005 ,196 ,201 ,030
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item8
Pearson Correlation ,520
*
,569*
*
,198 ,272 ,149 ,200 ,170 1 ,311 ,311 ,285 ,564*
*
,353 ,577*
*
,350 ,507* ,595**
Sig. (2-tailed) ,019 ,009 ,403 ,246 ,530 ,399 ,475 ,183 ,182 ,223 ,010 ,127 ,008 ,131 ,023 ,006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item9
Pearson Correlation ,533
*
,334 ,309 ,594*
*
,371 ,322 ,336 ,311 1 ,523* ,730*
*
,497* ,247 ,676*
*
,533* ,536* ,764**
Sig. (2-tailed) ,015 ,150 ,185 ,006 ,107 ,166 ,147 ,183 ,018 ,000 ,026 ,293 ,001 ,015 ,015 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item10
Pearson Correlation ,302 ,186 ,419 ,514
*
,214 ,523* ,167 ,311 ,523* 1 ,347 ,268 ,170 ,598*
*
,302 ,498* ,625**
Sig. (2-tailed) ,196 ,432 ,066 ,020 ,366 ,018 ,482 ,182 ,018 ,134 ,254 ,475 ,005 ,196 ,025 ,003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item11 Pearson Correlation ,628
* *
,179 ,345 ,627*
*
,359 ,094 ,280 ,285 ,730*
*
,347 1 ,404 ,421 ,586*
*
,306 ,670*
*
(15)
Sig. (2-tailed) ,003 ,450 ,136 ,003 ,120 ,693 ,231 ,223 ,000 ,134 ,077 ,064 ,007 ,190 ,001 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item12
Pearson Correlation ,484
*
,256 ,124 ,191 ,404 ,315 ,172 ,564*
*
,497* ,268 ,404 1 ,564*
* ,703* * ,715* * ,686* * ,691**
Sig. (2-tailed) ,031 ,275 ,604 ,421 ,077 ,176 ,468 ,010 ,026 ,254 ,077 ,010 ,001 ,000 ,001 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item13
Pearson Correlation ,435 ,190 ,350 ,171 ,285 ,200 ,594
* *
,353 ,247 ,170 ,421 ,564*
*
1 ,640*
*
,264 ,608*
*
,609**
Sig. (2-tailed) ,055 ,423 ,130 ,471 ,223 ,399 ,006 ,127 ,293 ,475 ,064 ,010 ,002 ,260 ,004 ,004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item14
Pearson Correlation ,669
* *
,501* ,497* ,381 ,347 ,557* ,598*
* ,577* * ,676* * ,598* * ,586* * ,703* * ,640* *
1 ,669*
*
,625*
*
,900**
Sig. (2-tailed) ,001 ,024 ,026 ,097 ,134 ,011 ,005 ,008 ,001 ,005 ,007 ,001 ,002 ,001 ,003 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item15
Pearson Correlation ,596
* *
,449* ,126 ,274 ,306 ,552* ,302 ,350 ,533* ,302 ,306 ,715*
*
,264 ,669*
*
1 ,480* ,663**
Sig. (2-tailed) ,006 ,047 ,596 ,242 ,190 ,012 ,196 ,131 ,015 ,196 ,190 ,000 ,260 ,001 ,032 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item16
Pearson Correlation ,601
* *
,267 ,215 ,638*
*
,478* ,234 ,299 ,507* ,536* ,498* ,670*
* ,686* * ,608* * ,625* *
,480* 1 ,823**
Sig. (2-tailed) ,005 ,255 ,363 ,002 ,033 ,320 ,201 ,023 ,015 ,025 ,001 ,001 ,004 ,003 ,032 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Total Pearson Correlation ,792
* *
,502* ,521* ,664*
*
,531* ,547* ,485* ,595*
* ,764* * ,625* * ,723* * ,691* * ,609* * ,900* * ,663* * ,823* * 1
(16)
Sig. (2-tailed) ,000 ,024 ,019 ,001 ,016 ,013 ,030 ,006 ,000 ,003 ,000 ,001 ,004 ,000 ,001 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(17)
Lampiran 10
Hasil Analisis Univariat Dengan SPSS
1. Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Responden Keterangan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kelelahan Mata 65 81,3 81,3 81,3
Tidak Kelelahan Mata 15 18,8 18,8 100,0
Total 80 100,0 100,0
2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin JenisKelamin * Keterangan Crosstabulation
Keterangan Total
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata JenisKelamin
Laki-laki Count
32 9 41
% within JenisKelamin 78,0% 22,0% 100,0%
Wanita Count 33 6 39
% within JenisKelamin 84,6% 15,4% 100,0%
Total Count
65 15 80
% within JenisKelamin 81,3% 18,8% 100,0%
3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Kel. Umur * Keterangan Crosstabulation
Keterangan Total
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata
Kel. Umur
>=40
Count 18 4 22
% within Kel. Umur 81,8% 18,2% 100,0%
<40
Count 47 11 58
% within Kel. Umur 81,0% 19,0% 100,0%
Total
Count 65 15 80
(18)
4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelainan Refraksi Yang Telah Diketahui Responden
Kel.Refraksi * Keterangan Crosstabulation
Keterangan Total
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata
Kel.Refraksi Ya
Count 51 12 63
% within Kel.Refraksi 81,0% 19,0% 100,0%
Tidak
Count 14 3 17
% within Kel.Refraksi 82,4% 17,6% 100,0%
Total
Count 65 15 80
% within Kel.Refraksi 81,3% 18,8% 100,0%
5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja Kel. Durasi Kerja * Keterangan Crosstabulation
Keterangan Total
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata
Kel. Durasi Kerja >4
Count 65 15 80
% within Kel. Durasi Kerja 81,3% 18,8% 100,0%
Total
Count 65 15 80
% within Kel. Durasi Kerja 81,3% 18,8% 100,0%
6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Kel. Masa Kerja * Keterangan Crosstabulation
Keterangan Total
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata
Kel. Masa Kerja <=4
Count 8 3 11
% within Kel. Masa Kerja 72,7% 27,3% 100,0%
>4
Count 57 12 69
% within Kel. Masa Kerja 82,6% 17,4% 100,0%
Total
Count 65 15 80
(19)
7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakaian Anti-glare PemakaianAntiglare * Keterangan Crosstabulation
Keterangan Total
Kelelahan Mata
Tidak Kelelahan
Mata
PemakaianAntiglar
e Tidak
Count 65 15 80
% within
PemakaianAntiglare
81,3% 18,8% 100,0%
Total
Count 65 15 80
% within
PemakaianAntiglare
(20)
34
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, E.S., 2005. Sindrom Penglihatan Komputer. Majalah Kedokteran Indonesia, 55 (3): 297-300.
Al.Awadi M. Y., Hala A., Mohamed T. H., Naima N., dan Mohemad K., 2013. Probable effects of exposure to electromagnetic waves radiated from video display terminals on some visual functions. Scholarly Journal of Medicine, 3(4): 43-47.
Anggraini, Y., Agus F., dan Iit F., 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada Operator Komputer PT. Bank Kalbar Kantor Pusat Tahun 2012.
Barthakur R., 2013. Komputer Vision Syndrome. Internet Journal of Medical
Update. 8(2):1-2
Bhanderi, Dinesh J., Choudhary, Sushilkumar, Doshi, Vikas G. 2008. A
Community Based Study of Astheniopia in Computer Operators. Indian
Journal od Opthmology. Vol 56. No. 1. PP. 51-55. Available from: http://search.proquest.com/docview/862722902?accountid=17242 [Accessed 1 Desember 2015]
Departemen Kesehatan RI. Kepmenkes RI. No.
1405/MENKES/SK/XI/02.Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja.
Available from: http://www.perpustakaan.depkes.go.id. [Accessed 6 Juni 2015)
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22 ed. Andika N. et al.,, Ed. Jakarta: EGC.
Gowrisankaran S., Niru K. N., John R. H., dan James E. S., 2012. Asthenopia and Blink Rate Under Visual and Cognitive Loads. Optometry and Vision
Science.89(1), 97-104.
Haeny, Noer. 2009. Analisis faktor Risiko Keluhan Subjektif Kelelahan Mata
pada Radar Controller di PT Angkasa Pura II (Persero) Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta Tangerang tahun 2009. [Skripsi]. Fakultas
(21)
35
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125958-S-5700-Analisis%20faktor-Literatur.pdf [Accessed 25 November 2014]
Han C. C., Rong L., Ru-Ru L., Rong-Bin Y., Le Ma, 2013. Prevalence of asthenopia and its risk factors in Chinese. International Journal
Opthalmologi, 6 (5): 718-722. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3808927/ [Accessed 6 Juni 2015)
Hanum I. F., 2008. Effektivitas Penggunaan Screen pada Monitor Komputer
untuk Mengurangi Kelelahan Mata Pekerja Call Center di PT Indosat NSR Tahun 2008. Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7048. [Accessed 8 Mei 2015] Hazarika A. K. dan Prodip K. S., 2014.Komputer Eye Syndrome. SMU Medical
Journal, 1(2): 132-138
Home Vision Therapy. 2013. “Eyestrain Self-Test for Adults”. Available from: http://www.homevisiontherapy.com/adults_test_eyestrain.htm. [Accessed 1 Juli 2015]
Maino D. M. dan Christopher Chase., 2011. Asthenopia: A Technology Induced Visual Impairment. Review of Optometry , 28-35.
Masako Omori, T. W., 2015. An Attempt at Preventing Asthenopia Among VDT workers. International Journal of Occupational Safety and Ergonomic , 9(4): 453-462.
Meriyani D. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer Di Pt Bukit Asam (Pesero), Tbk Upte Tahun 2014
Netter F. H., 2013. Atlas Anatomi Manusia (5 ed.). (Ariani Dewi. M.D, Trans.) Saunders Elsevier.
Nourmayanti, D., 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keluhan
Kelelahan Mata pada Pekerja Komputer di Cooporate Custumer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009. Available
(22)
36
Purnama A. E., 2013. Hubungan Perilaku Anak remaja Mengenai Perilaku Game
Online dengan Keluhan Kelelahan Mata Di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2013.Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39372. [Accessed 8 Mei 2015] Sastroasmoro S., Sofyan I., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (4
ed.). Jakarta: Sagung Seto.
Setiawan, I., 2012. Analisis Hubungan Faktor Karateristik Pekerja, Durasi Kerja
Alat Kerja dan Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di PT. Surveyor Indonesia Tahun 2012.
Available from: http://www.lib.ui.ac.id/20320749/S-Iwan-Setiawan. [Accessed 9 April 2015]
Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (6 ed.). (N. Yesdelita, Ed.) Jakarta: EGC.
Sullivan, J. M., 2008. Visual fatique and the Driver.Available from: http://www.deepblue.lib.umich.edu. [Accesed 25 April 2015]
Virgian W. U., 2014. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Computer Vision Syndrome (Cvs) pada Karyawan Harian Sumatera Ekspres
Group Palembang Tahun 2014. Available from:
https://www.google.co.id/search?sourceid=chrome-syapi2&ion=1&ie=UTF-8&q=wida%20asthenopia%20universitas%20sumatera%20utara&oq=wida% 20asthenopia%20universitas%20sumatera%20utara&aqs=chrome..69i57.141 76j0j4&rct=j#newwindow=1&q=wiga+komputer+universitas+sriwijaya. [Accessed 9 April 2015]
(23)
15
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.Kerangka Konsep
3.2.Definisi Operasional 1. Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah pernyataan subjektif pekerja tentang gangguan yang dirasakan pada mata mereka.
Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner
Hasil Ukur :Ya, Jika responden menjawab 1 pertanyaan selalu, Jika responden menjawab 2 pertanyaan sering, dan Jika responden menjawab minimal 3 pertanyaan kadang-kadang secara berurutan
Tidak, Jika tidak memenuhi ketentuan diatas Skala Ukur : Nominal
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan gender pada responden. Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur :1. Pria Jenis Kelamin
Umur
Gangguan refraksi yang telah diketahui
responden Durasi kerja Masa kerja
Penggunaan anti-glare
(24)
16
2. wanita Skala Ukur : Nominal
3. Umur
Lama waktu pekerja hidup dalam bilangan tahun, terhitung sejak lahir sampai dilakukannya penelitian.
Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur :1. 40 tahun
2. 40 tahun Skala Ukur : Nominal
4. Gangguan Refraksi yang Telah Diketahui Responden
Ada tidaknya gangguan penglihatan berupa kelainan refraksi mata yang telah diketahui responden.
Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner
Hasil Ukur : 1. Ya, jika mengalami gangguan penglihatan
2. Tidak, jika tidak mengalami gangguan penglihatan Skala Ukur : Nominal
5. Durasi Kerja
Waktu yang digunakan oleh pekerja dalam sehari mulai dari berhadapan dengan komputer sampai meninggalkan komputer untuk pulang.
Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : 1. 2 jam/ hari
2. 2-4 jam/ hari 3. 4 jam/ hari Skala Ukur : Ordinal
(25)
17
6. Masa Kerja
Masa kerja merupakan tahun dimulainya seseorang bekerja sampai saat ini.
Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : 1. 4 tahun
2. 4 tahun Skala Ukur : Nominal 7. Penggunaan anti-glare
Alat yang digunakan untuk mengurangi radiasi monitor komputer Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur : 1. Ya
2. Tidak Skala Ukur : Nominal
(26)
18
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan tujuan utama
mengetahui gambaran kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada Tahun 2015.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Direktorat Jendral Pajak yang berlokasi di Jln. Asrama No.7a Pondok Kelapa Ringroad, Medan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Desember 2015. Penelitian akan dilakukan setelah mendapat ethical clearance dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3 Populasi dan Sample Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015.Sampel dari penelitian ini adalah pegawai pengguna komputer sesuai dengan kriteria inklusi dan jumlah sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simpel random sampling. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Lemeshow et al., (1991), maka rumusnya sebagai berikut:
n = Z 2x P(1-P) d2 Keterangan:
n = Jumlah sampel
P = Estimasi proporsi = 83,7%
Z = Nilai Z pada derajat kepercayaan= 95% (1,96) d = Simpangan mutlak = 10%
(27)
19
n= 1,962x 0,837 (1-0,837) 0,12
n= 52
Untuk mengantisipasi kesalahan maka penulis manambah menjadi 80 orang sebagai sampel dalam penelitian ini.
Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan yang berjumlah 80 orang dan memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi meliputi:
1. Responden yang bekerja menggunakan komputer secara rutin setiap hari 2. Kondisi fisik responden saat penelitian secara umum sehat
3. Bersedia menjadi responden selama penelitian
Kriteria eklusi meliputi:
1. Responden yang tidak hadir pada waktu pemeriksaan pada saat penelitian 2. Menderita kelainan mata kecuali kelainan refraksi
4.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yang dikumpulkan dan diolah langsung oleh penulis sendiri. Pada penelitian ini yang termasuk kategori data primer adalah:
1. Data keluhan subjektif kelelahan mata pada pengguna komputer di Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 diperoleh melalui penyebaran kuesioner.
2. Data karateristik responden, karateristik pekerjaan, dan pemakaian monitor
anti-glare pada pengguna komputer di Direktorat Jenderal Pajak Medan
pada tahun 2015 didapatkan dengan cara penyebaran kuesioner pada responden.
(28)
20
4.5 Manajemen Data 01.Editing
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner akan diperiksa kelengkapan dan kebenarannya terlebih dahulu seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian.
02.Coding
Langkah selanjutnya mengklasifikasikan data dan memberi kode terhadap semua jawaban yang didapatkan dari responden. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan entry data.
03.Data Output
Data yang sudah di-entry disajikan dalam bentuk output untuk mengetahui data saling berhubungan atau tidak.
04.Analisis Data
Analisis data yang digunakan melalui program komputer SPSS.
4.6 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat ini melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel mengenai keluhan kelelahan mata responden. Masing-masing dari variabel kelelahan mata, seperti faktor umur, kelainan refraksi, istirahat mata, durasi, dan penggunaan layar anti-glare dengan skala ukur ordinal dan nominal lalu dicari persentasenya, kemudian akan ditampilkan dalam statistik deskriptif.
(29)
21
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Kantor Direktorat Jendral Pajak yang berlokasi di Jln. Asrama No.7a Pondok Kelapa Ringroad, Medan awalnya bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara dan sekarang telah berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan Direktorat Jendaral Pajak, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor: 191/KMK.01/2008 yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
5.1.2. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis data menggunakan satu variabel data saja. Hasil analisis univariat ini menunjukkan karakteristik responden. Data hasil yang ditampilkan adalah distribusi frekuensi dari setiap variabel independen yaitu berdasarkan umur, kelainan refraksi, durasi kerja setiap hari, masa kerja, dan penggunaan layar anti-glare lalu dicari persentasenya, kemudian akan ditampilkan dalam statistik deskriptif.. Responden dalam penelitian ini adalah kelompok pegawai yang bekerja menggunakan komputer.
5.1.2.1. Deskripsi karateristik Responden
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa karateristik responden. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karateristiknya adalah sebagai berikut:
(30)
22
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karateristik
No. Karateristik Responden N %
1. Jenis Kelamin
Pria 42 52,5
Wanita 38 47,5
2. Kelompok Umur
40 tahun 22 27,5
< 40 tahun 58 72,5
3 Kelainan Refraksi Mata
Ya 63 78,8
Tidak 17 21,2
4. Durasi Kerja
2 jam 0 0
2 – 4 jam 0 0
>4 jam 80 100
5. Masa Kerja
4 tahun 11 13,8
>4 tahun 69 86,2
6. Penggunaan Anti-glare
Ya 0 0
Tidak 80 100
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa sebagian besar responden adalah pria 52 responden (52,5%) sedangkan wanita 38 responden (47,5%).
2. Usia
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden lebih sedikit berusia 40 tahun yakni 22 responden (27,5%) daripada responden yang berusia <40 tahun yakni 58 responden (72,5%).
(31)
23
3. Kelainan Refraksi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden yang memiliki kelainan refraksi yakni 63 responden (78,8%) lebih banyak daripada responden yang tidak memakai kacamata yaitu 17 responden (21,2%).
4. Durasi Kerja
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa seluruh responden bekerja >4 jam.
5. Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa responden yang telah bekerja selama >4 tahun yakni 69 responden (86,2%) lebih banyak dibandingkan responden yang bekerja 4 tahun yakni 11 responden (13,8%)
6. Penggunaan Anti-glare
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diperoleh bahwa seluruh responden bekerja tidak menggunakan monitor anti-glare
5.1.2.2. Gambaran Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Responden
Gambaran keluhan kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Keluhan Subjektif Kelelahan Mata
No. Keluhan Kelelahan Mata N %
1. Mengalami Kelelahan Mata 65 81,3
2. Tidak Mengalami Kelelahan Mata 15 18,7
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.2. diatas diketahui bahwa mayoritas responden mengalami kelelahan mata yakni 65 responden (81,3%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata adalah 15 responden (18,7%).
(32)
24
5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Jenis Kelamin
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n % N % n
1. Pria 32 78 9 22 41
2 Wanita 33 84,6 6 15,4 39
Berdasarkan tabel 5.3. diatas diketahui bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah pria sebanyak 41 responden, dengan jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 32 responden (78%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 9 responden (22%). Sedangkan responden wanita sebanyak 39 responden, dengan jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 33 responden (84,6%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata yaitu 6 responden (15,4%).
5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor umur adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Umur pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Umur Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n % N % n
1. tahun 18 81,8 4 18,2 22
(33)
25
Berdasarkan tabel 5.4. diatas diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah < 40 tahun sebanyak 58 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 47 responden (81%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 11 responden (19%). Sedangkan kelompok responden dengan umur 40 tahun sebanyak 22 responden, dengan jumlah responden yang mengalami kelelahan mata adalah 18 responden (81,8%) dan tidak mengalami kelelahan mata adalah 4 responden (18,2%).
5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelainan Refraksi Mata yang Telah Diketahui Responden
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor kelainan refraksi mata yang telah diketahui responden adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kelainan Refraksi Mata yang Telah Diketahui Responden pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Kelainan Refraksi Mata
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n % N % n
1. Ya 51 81 12 19 63
2 Tidak 14 82,4 3 17,6 17
Berdasarkan tabel 5.5. diatas diketahui bahwa mayoritas responden mengalami kelainan refraksi yaitu 63 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 51 responden (81%) dan sangat sedikit yang tidak mengalami kelelahan mata yakni 12 responden (19%). Sedangkan responden yang tidak mengalami kelainan refraksi adalah 17 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 14 responden (82,4%) dan tidak mengalami kelelahan mata adalah 3 responden (17,6%).
(34)
26
5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor durasi kerja adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Durasi Kerja pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Durasi Kerja
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n % N % n
1. ≤ 2 jam 0 0 0 0 0
2 2-4 jam 0 0 0 0 0
3 > 4 jam 65 81,3 15 18,7 80
Berdasarkan tabel 5.6. diatas diketahui bahwa seluruh responden bekerja dengan durasi > 4 jam setiap hari adalah 80 responden (100%), dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 65 responden (81,3%) dan tidak mengalami kelelahan mata lebih sedikit dengan jumlah 15 responden (18,7%).
5.1.2.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor masa kerja adalah sebagai berikut:
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Masa Kerja pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Masa Kerja
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n % n % n
1. 4 tahun 8 72,7 3 27,3 11
2 > 4 tahun 57 82,6 12 17,4 69
Berdasarkan tabel 5.7. diatas diketahui bahwa mayoritas responden bekerja > 4 tahun sebanyak 69 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata
(35)
27
mengalami kelelahan mata yakni 12 responden (17,4%). Sedangkan responden yang bekerja 4 tahun sebanyak 11 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 8 responden (72,7%) dan tidak mengalami kelelahan mata yakni 3 responden (27,3%).
5.1.2.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Anti-glare Distribusi responden yang mengalami kelelahan mata dan tidak kelelahan mata di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Medan berdasarkan faktor penggunaan
anti-glare adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi penggunaan Anti-glare pada Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
No. Penggunaan Anti-glare
Kelelahan Mata Tidak Kelelahan Mata Total
n % n % n
1. Ya 0 0 0 0 0
2 Tidak 65 81,3 15 18,7 80
Berdasarkan tabel 5.8. diatas diketahui bahwa seluruh responden bekerja dengan tidak menggunakan anti-glare yakni 80 responden, dengan jumlah yang mengalami kelelahan mata adalah 65 responden (81,3% ) dan tidak mengalami kelelahan mata lebih sedikit dengan jumlah 15 responden (18,7%).
5.2. Pembahasan
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data primer pada pegawai pengguna komputer di kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan tahun 2015 yaitu sejumlah 80 responden.
5.2.1. Hasil Analisis
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada responden wanita yakni sebesar 84,6% (33 dari 39 responden) daripada pria sebesar 78% (32 dari 41 responden). Hal ini sejalan dengan penelitian Dinesh J. Bhanderi et al., (2008) pada pengguna
(36)
28
komputer di India yang menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada wanita yakni 47,1% (66 dari 140 responden) dibandingkan pria 45,9% (128 dari 151 responden). Hal ini berbeda dengan penelitian Cheng-Cheng Han et al., (2013) di Fakultas Kedokteran Universitas Jiaotong, Cina mendapatkan pada mahasiswa yang mengalami kelelahan mata lebih besar pada laki-laki (58,7%) daripada mahasiswa wanita (41,3%). Menurut Cheng-Cheng Han et al., (2013) hal tersebut dimungkinkan karena adanya faktor aktifitas sehari-hari seperti merokok, minum-minuman beralkohol dan aktifitas fisik. Menurut penelitian Yeni Anggraini (2013) menyatakan bahwa perempuan memiliki 28 faktor resiko lebih besar daripada laki-laki karena penurunan akomodasi yang lebih besar pada perempuan dan faktor hormonal yakni sekresi komponen lipid oleh kelenjar Meibom dan Zeis antara lain dipengaruhi oleh faktor androgen seperti testosteron yang dapat meningkatkan sekresi, sedangkan faktor estrogen akan menekan sekresi kelenjar tersebut.
Semakin tua titik dekat mata semakin menjauh dan sulit melihat jarak dekat pada usia 40-50 tahun akibat penurunan daya akomodasi otot-otot mata. Peneliti mendapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung sedikit lebih tinggi pada kelompok responden dengan umur 40 tahun sebesar 81,9% (18 dari 22 responden) daripada responden dengan usia <40 tahun sebesar 81% (47 dari 58 responden). Hal yang sama juga terlihat pada penelitian Iwan Setiawan (2012) pada pengguna komputer di PT. Surveyor Indonesia menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang berusia 40 tahun sebesar 93,7% (15 dari 16 responden) dibandingkan dengan responden yang berusia <40 tahun sebesar 81,7% (67 dari 82 responden). Hal ini sejalan juga dengan penelitian Noer Haeny (2009) pada
radar controller di PT. Angkasa Pura II (Persero) Cabang Utama Bandara
Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden dengan umur 40 tahun cenderung lebih tinggi mengalami kelelahan mata yakni sebanyak 33 responden 86,8% (33 dari 38 responden) daripada responden dengan
(37)
29
Kelainan refraksi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kelelahan mata. Namun dalam penelitian ini peneliti mendapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada kelompok responden tidak mengalami kelainan refraksi yakni sebesar 82,4% (14 dari 17 responden) dibandingkan dengan responden yang mengalami kelainan refraksi yakni 81% (51 dari 63 responden). Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Noer Haeny (2009) pada radar controller di PT. Angkasa Pura II (Persero) Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang memiliki gangguan refraksi mata yakni 88,9% (24 dari 27 responden) dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki gangguan penglihatan yakni 84,8% (28 dari 33 responden). Pada penelitian Depita Meriyani (2014) pada pengguna komputer di PT. Bukit Asam Persero, TBK UPTE tahun 2014 juga memperoleh hal yang berbeda yakni persentase responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang mengalami kelainan refraksi yakni 78,9% (30 dari 38 responden) daripada responden yang tidak mengalami kelainan refraksi mata yaitu 74% (37 dari 50 responden). Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelelahan mata.
Pemakaian komputer secara terus-menerus dalam waktu yang lama merupakan faktor resiko terjadinya kelelahan mata. Seperti pada penelitian ini peneliti mendapatkan bahwa seluruh responden pada penelitian ini bekerja dengan durasi >4 jam per hari dengan persentase lebih tinggi pada responden yang mengalami kelelahan mata yakni 81,3% (65 dari 80 responden) dan yang tidak mengalami kelelahan mata adalah 18,7% (15 dari 80 responden). Hal ini terlihat sama pada penelitian Wiga Virgian Utami (2014) pada karyawan Harian Sumatera Ekspres Group Palembang tahun 2014 yang mendapatkan persentase keluhan CVS lebih besar dialami responden dengan durasi kerja 4 jam yakni 66,1% (37 dari 56 responden) daripada responden yang berkerja <4 jam yakni sebesar 43,6% (17 dari 39 responden). Hal ini terlihat pula dalam penelitian Dinesh J. Bhanderi et al., (2008) pada pengguna komputer di India yang menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata cenderung lebih
(38)
30
tinggi pada responden yang bekerja >40 jam/minggu yakni 50,8% (64 dari 126 responden) daripada responden dengan lama kerja 40 jam/minggu yakni sebesar 44,4% (130 dari 293 responden). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama durasi bekerja maka tingkat resiko mengalami kelelahan mata akan semakin tinggi. Mata akan berakomodasi dan berkonvergensi agar dapat melihat dan memfokuskan benda yang dekat. Bila dalam waktu yang lama otot-otot mata akan bekerja lebih keras dan dapat menyebabkan mata lelah (Nourmayanti D., 2009).
Masa kerja didepan komputer merupakan faktor yang mempengaruhi kerja otot-otot akomodasi mata. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan persentase responden yang menderita kelelahan mata cenderung lebih tinggi pada kelompok responden yang bekerja > 4 tahun yakni sebesar 82,6% (57 dari 69 responden) daripada responden yang bekerja 4 tahun yakni 72,7% (8 dari 11 responden). Hal ini sesuai dengan penelitian Wiga Virgian Utami (2014) pada karyawan Harian Sumatera Ekspres Group Palembang tahun 2014 yang mendapatkan persentase keluhan CVS lebih tinggi dialami responden dengan masa kerja 4 tahun yakni 69,8% (37 dari 53 responden) daripada responden yang bekerja 4 tahun sebesar 40,5% (17 dari 42 responden). Hal ini sejalan pula dengan penelitian Noer Haeny (2009) pada radar controller di PT. Angkasa Pura II (Persero) Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang tahun 2009 didapatkan bahwa persentase responden dengan masa kerja 4 tahun yakni 87,5% (49 responden dari 56 responden) lebih tinggi dari responden dengan masa kerja < 4 tahun yaitu 75% (3 responden dari 4 responden). Berdasarkan 2 penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa semakin lama responden bekerja maka akan semakin tinggi faktor resiko untuk terkena kelelahan mata.
Pemakaian antiglare dapat mengurangi banyaknya radiasi cahaya komputer yang masuk kemata. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan seluruh responden pada penelitian ini bekerja dengan pemakaian komputer tanpa
anti-glare. Persentase responden yang mengalami kelelahan mata lebih tinggi yakni
81,3% (65 dari 80 responden) dan responden yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 15 responden (18,7%). Hal yang sama juga terlihat dalam
(39)
31
Indonesia menyatakan bahwa persentase responden yang mengalami keluhan kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang tidak menggunakan anti-glare yakni sebanyak 84,6% (77 dari 91 responden) daripada yang menggunakan
anti-glare yakni 71,4% (5 dari 7 responden).
5.2.2. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari terdapat keterbatasan pada penelitian ini diantaranya yaitu: 1. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan para pekerja
relatif sibuk dengan tugasnya sehingga dapat menimbulkan perbedaan persepsi saat pengisian kuesioner.
2. Kelelahan mata dinilai berdasarkan jawaban keluhan subjektif para pengguna komputer tanpa didukung oleh data medis untuk memastikan apakah responden benar-benar mengalami kelelahan secara medis atau tidak.
3. Tidak melakukan pengecekan terhadap pencahayaan dalam ruang kerja responden dan setting display pada layar monitor komputer responden.
(40)
32
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan untuk penelitian ini yaitu:
1. Pada penelitian ini, pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.
2. Pada penelitian ini persentase responden yang mengalami keluhan subjektif kelelahan mata lebih tinggi pada responden dengan jenis kelamin wanita daripada pria, yang umur 40 tahun daripada umur <40 tahun, dan yang tidak mengalami kelainan refraksi daripada yang mengalami kelainan refraksi.
3. Pada penelitian ini seluruh responden bekerja >4 jam dan mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata dan persentase responden yang mengalami keluhan subjektif kelelahan mata lebih tinggi pada responden yang telah bekerja >4 tahun daripada responden yang bekerja
4 tahun.
4. Pada penelitian ini seluruh responden bekerja tanpa menggunakan monitor anti-glare dan mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata. 6.2 Saran
Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada pimpinan kantor agar lebih memperhatikan aspek kesehatan mata dengan meyediakan monitor anti-glare agar dapat mengurangi cahaya yang dipancarkan oleh monitor.
2. Perlu adanya pemeriksaan mata secara berkala minimal sekali setahun pada pegawai pengguna komputer
3. Perlu adanya sosialisasi terhadap karyawan terkait waktu istirahat yang tepat serta perengangan seperti mengistirahatkan mata setiap 20 menit
(41)
33
dengan melihat lukisan atau pot tanaman ditengah-tengah penggunaan komputer.
4. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian gambaran temperatur, pencahayaan ruangan dan kontras dari monitor komputer terhadap kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
(42)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Mata
Gambar 2.1 Anatomi Mata (Sumber: Netter ed.5)
2.2. Fisiologi Melihat
Mata mengubah energi dari spektrum yang dapat terlihat menjadi potensial aksi di saraf optikus. Panjang gelombang cahaya yang dapat terlihat berkisar dari sekitar 397-723 nm. Bayangan suatu benda didalam lingkungan difokuskan diretina. Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan potensial didalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di retina dihantarkan ke korteks serebri, tempat impuls tersebut menimbulkan sensasi penglihatan (Ganong, 2008).
a. Akomodasi
Kemampuan menyesuaikan lensa mata disebut akomodasi.Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya yang selanjutnya dikendalikan oleh otot siliaris. Otot siliaris merupakan bagian dari badan siliaris, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian anterior. Badan siliaris memiliki 2 komponen utama yaitu otot siliaris dan anyaman kapiler yang menghasilkan aquous humour.
(43)
5
Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi lebih gepeng dan kurang refractive. Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi lebih bulat. Meningkatnya kelengkungan lensa menjadi lebih bulat akan meningkatkan kekuatan lensa dan lebih membelokkan berkas sinar. Pada keadaan normal, otot siliaris akan melemas dan lensa menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi simpatis menyebabkan berkontraksi (Sherwood, 2011).
b. Titik Dekat
Titik terdekat ke mata tempat suatu benda dapat difokuskan dengan jelas disebut titik dekat mata. Titik dekat akan semakin jauh seiring dengan pertambahan usia, mula-mula lambat lalu semakin cepat seiring penuaan, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun menjadi sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kekerasan lensa ataupenurunan kemampuan kelengkungan lensa sehingga akomodasi menjadi berkurang. Pada saat seseorang mencapai usia 40-45 tahun, hilangnya akomodasi biasanya telah menimbulkan kesulitan membaca atau bekerja dengan benda dekat (presbiopi) (Ganong, 2008).
c. Respon Dekat
Selain akomodasi, sumbu penglihatan berkonvergensi dan pupil berkonstriksi pada saat seseorang melihat benda yang dekat. Respon tiga bagian ini yakni akomodasi, konvergensi sumbu penglihatan, dan konstriksi pupil disebut respon dekat (Ganong, 2008).
(44)
6
2.3. Kelelahan Mata
2.3.1.Definisi Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah keluhan mata yang terjadi akibat upaya berlebihan sistem penglihatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan atau kemampuan mata melihat benda dengan jarak yang dekat (Gowrisankaran S.,et al., 2012).
Menurut Suma’mur (1996) dalam Azmi E (2013) kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras.
2.3.2. Gejala Kelelahan Mata
Menurut penelitian John M.Sullivan (2008) kelelahan mata berkaitan dengan ketidaknyamanan pada mata. Gejala-gejala kelelahan mata dapat dikategorikan menjadi tiga jenis ketidaknyamanan: gangguan pada permukaan mata, gangguan okulomotor , dan gangguan pada nonocular.
a. Gejala pada Permukaan Mata
Gejala pada gangguan permukaan mata termasuk keluhan tentang mata kering, mata gatal, iritasi mata dan pelumasan air mata yang berkurang. Keluhan ini kadang-kadang terkait dengan kualitas udara. Artinya, beberapa perilaku mata yang dapat meningkatkan penguapan pada mata seperti ruangan AC (air conditioning) dapat menyebabkan iritasi mata maupun mata kering (Sullivan J. M.,2008).
Ketika mata melihat ke atas, kelopak mata terangkat dan menyebabkan permukaan yang lebih luas dari mata. Hal ini mengakibatkan penguapan cairan lebih besar daripada ketika mata diarahkan ke bawah. Jika mata kebiasaan melihat komputer pada posisi vertikal akan meningkatkan penguapan daripada melihat hasil cetakan secara horisontal dan lebih rendah (Sullivan J. M.,2008).
Demikian juga, penurunan frekuensi mata dalam berkedip dapat meningkatkan penguapan pada permukaan mata. Pengurangan frekuensi mata
(45)
7
menyebabkan frekuensi berkedip meningkat. Peningkatan frekuensi berkedip telah lama dilaporkan sebagai bukti kelelahan visual. Hal ini terjadi dengan tujuan pemulihan kembali mata yang telah kering melalui pelumasan permukaan mata oleh air mata (Sullivan J. M.,2008).
b. Gejala Okulomotor ( Akomodasi dan Vergence)
Gejala okulomotor adalah gejala yang berhubungan dengan perubahan dalam akomodasi, vergence, dan juga dapat melibatkan perubahan dalam respon pupil. Permintaan berkepanjangan pada fungsi okulomotor mengurangi respon dan fungsinya, mengakibatkan kabur atau penglihatan ganda, silau, dan keterlambatan memperoleh target mata (Sullivan J. M., 2008).
Penelitian kelelahan terkait dengan okulomotor berhubungan relevan dengan pekerjaan yang lama di depan layar komputer. Kelelahan mata paling sering dikaitkan dengan perubahan objektif dari fungsi okulomotor. Fokus utama dari fungsi okulomotor adalah mekanisme akomodasi visual dan vergence. Akomodasi mengacu pada aksi otot siliaris dengan cara mengubah kelengkungan lensa mata untuk memfokuskan gambar pada retina. Vergence adalah kontrol terkoordinasi dari rotasi setiap mata untuk memusatkan objek dan mempertahankan penglihatan binokuler tunggal (Sullivan J. M., 2008).
Pada penelitian Kroemer & Grandjean, 1997 dalam Masako Omori dkk (2015), saat pekerjaan melihat dekat, otot siliaris mengalami pemendekan dan merubah kelengkungan lensa sehingga benda yang dilihat tepat jatuh diretina dan kita memperoleh benda yang tajam dan jelas. Oleh karena itu, ketika mata melihat benda dengan jarak dekat secara terus menerus mengakibatkan otot siliaris pun harus melakukan kontraksi terus menerus.
Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata. Stress pada retina dapat juga terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama (Purnama A. E., 2013).
(46)
8
Seorang pengamat membaca teks yang disajikan pada computer akan terjadi peningkatan penggunaan otot siliaris karena berbagai alasan, termasuk kondisi kontras berkurang menyebabkan kesulitan dalam membawa sebuah bayangan benda ke fokus dan kebiasaan kerja pada jarak pandang dekat yang lama (Sullivan J. M., 2008).
Beberapa gejala lain kelelahan mata adalah penglihatan kabur, penglihatan ganda, miopia sementara, dan kesulitan terhadap penurunan respon akomodasi dan sistem kontrol vergence (Sullivan J. M., 2008).
Pandangan kabur dan salah fokus terjadi karena ketidakmampuan mekanisme akomodasi untuk mempertahankan fokus pada benda yang dekat. Hal ini terjadinya oleh karena mekanisme akomodasi yang lama untuk mempertahankan fokus pada benda yang dekat (Sullivan J. M., 2008).
c. Kelelahan Mata Nonokular
Gejala mata nonokular adalah kelelahan yang meliputi sakit kepala, mengantuk. Pada pasien dengan penurunan akomodasi dapat menyebabkan sakit kepala saat membaca (Sullivan J. M.,2008).
Gejala diatas dapat dihilangkan ataupun dikurangi dengan management dari astenopia. Peningkatan design ergonomik pada lingkungan kerja dan modifikasi dari kebiasaan bekerja pada pengguna komputer dengan memberikan sedikit istirahat dapat memberikan efek yang positif pada kelelahan mata pekerja. Astenopia dapat dikurangi tergantung dari diri sendiri karena metodenya tidak mahal untuk diaplikasikan (Amalia H., Gusti G. Suardana, dan Widya Artini, 2010).
2.3.3. Faktor-faktor Kelelahan Mata 1) Usia
Titik dekat akan semakin jauh seiring dengan pertambahan usia, mula-mula lambat lalu semakin cepat. Seseorang biasanya sulit melihat jarak dekat pada usia 40-50 tahun akibat penurunan daya akomodasi otot-otot mata
(47)
9
2) Jenis Kelamin
Perempuan memiliki faktor resiko lebih besar daripada laki-laki karena penurunan akomodasi yang lebih besar pada perempuan. Hal lain terjadi karena pengaruh hormonal. Sekresi komponen lipid oleh kelenjar Meibom dan Zeis antara lain dipengaruhi oleh hormon androgen seperti testosteron yang dapat meningkatkan sekresi, sedangkan hormon estrogen akan menekan sekresi kelenjar tersebut sehingga perempuan lebih rentan terkena sindroma
dry eye (Anggraini Y., Agus F., dan Iit F., 2013).
3) Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah bayangan benda yang tidak tepat jatuh di retina dapat didepan ataupun di belakang retina dan bayangan tidak jatuh pada satu titik fokus (Dian Nourmayanti, 2009).
Seseorang yang memiliki kelainan refraksi memiliki faktor resiko yang lebih besar terkena kelelahan mata karena otot-otot akomodasi pada orang dengan kelainan refraksi harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan fokus matanya pada objek di layar monitor agar tetap tajam pada jarak dekat (Anggraini Y., Agus F., dan Iit F., 2013).
Penelitian di Amerika Serikat mengatakan bahwa pada pasien yang mengalami kelainan refraksi dilarang menggunakan kontak lensa saat bekerja di depankomputer dikarenakan mata akan lebih cepat mengalami kelelahan. Pada saat bekerja didepan komputer mata akan lebih sedikit berkedip. Hal ini membuat mata menjadi kering dan akan bergesekan dengan kontak lensa.
4) Istirahat Mata
Bila bekerja dengan lama atau beberapa jam didepan komputer gunakan sistem 20-20-20 yaitu ambil waktu 20 detik istirahat dengan melihat objek dengan jarak minimal 20 kaki setiap 20 menit bekerja dan kedipkan mata sesering mungkin (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).
(48)
10
Menurut Josefina (1999) dalam Dian Nourmayanti (2009) para pekerja komputer membutuhkan jam istirahat 10 menit/jam bila bekerja dalam waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu.
5) Durasi Bekerja
Penelitian University of North Caroline at Asheville dalam penelitian Iis Faizah Hanum (2008) mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut:
1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja komputer dengan lama waktu kerja lebih dari 4 jam sehari secara terus-menerus. 2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari 2-4 jam sehari secara terus-menerus. 3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja komputer
dengan lama waktu kerja lebih dari <2 jam sehari secara terus-menerus. Mata akan berakomodasi dan berkonvergensi agar dapat melihat dan memfokuskan benda yang dekat. Bila dalam waktu yang lama otot-otot mata akan bekerja lebih keras dan dapat menyebabkan mata lelah (Nourmayanti D., 2009).
6) Masa Kerja
Encyclopedia of Occupational Health and Safety dalam Yeni Anggaini
(2013) menyatakan adanya gangguan mata setelah pekerja bekerja dengan lama kerja berkisar > 4 tahun. Pekerja yang sudah lama bekerja akan mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya kelelahan mata karena lebih lama terpapar oleh faktor risiko.
7) Tingkat Pencahayaan
Menurut standar ISO 9241 bagian ke-6 tahun 1999 dalam E-facts 13: Office Ergonomics yang diterbitkan oleh European Agency for Safety and Health at Work dalam Iwan setiawan (2012), tingkat pencahayaan untuk
(49)
11
Menurut keputusan menteri kesehatan nomor 1405 tahun 2002 pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tingkat pencahayaan ruangan lingkungan kerja untuk pekerjaan yang rutin seperti ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin,dan pekerja kantoran adalah juga 300-500 lux.
8) Ergonomik komputer
1. Penggunaan Anti-glare Screen
Pada saat menggunakan komputer sering sekali mata memperoleh pantulan sinar. Silau akibat pantulan sinar tersebut dapat menyebabkan otot-otot mata terus–menerus fokus pada monitor.
Anti-glare screen merupakan suatu alat yang dipasang pada monitor
untuk mengurangi cahaya yang masuk kedalam bola mata sehingga dapat mengurangi gejala-gejala yang timbul dan menyebabkan kelelahan mata (Faizah I., 2008).
2. Monitor
a) Pilih monitor yang memiliki radiasi yang kecil b) Gunakan monitor dengan lebar monitor 5-10 inci
c) Gunakan komputer sebatas dengan mata dengan bagian atas komputer sejajar dengan mata
d) Pindahkan layar komputer bila berhadapan dengan jendela e) Sesuaikan kontras monitor sesuai dengan kenyaman mata
(50)
12
3. Pengaturan Latar Belakang Monitor
Gambar 2.2 Pengaturan latar belakang monitor komputer (Sumber: Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)
4. Jarak Mata dengan Monitor Komputer
Menurut OSHA dalam Dian Nourmayanti (2009) jarak mata dengan layar monitor saat bekerja adalah 20-40 inch atau 50-100 cm. Hal ini dapat dikaitkan dengan kelelahan mata yaitu jarak yang terlalu dekat, sehingga menyebabkan mata akan berakomodasi dan dipaksa bekerja dalam waktu yang lama.
(51)
13
5. Meja Komputer
a) Memiliki ruang yang cukup dengan lengan tangan sehingga tangan dapat leluasa bergerak.
b) Memiliki ketinggian yang sesuai sehingga keyboard dan mouse dapat diletakkan dengan posisi yang sejajar dengan siku tangan dengan monitor dapat diletakkan sejajar dengan mata.
c) Memiliki ukuran yang cukup sehingga dapat diletakkan komputer dan dokumen (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014).
6. Posisi Duduk
Gambar 2.4 Posisi duduk
(Sumber: Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)
7. Keybord dan Mouse
a) Mouse dan keyboard diletakkan sejajar dengan lengan dan siku dan harus mengangkat lengan dan siku
b) Mouse dan keyboard diletakkan didepan monitor
c) Mouse dan keyboard diletakkan pada bidang datar yang sama (Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)
(52)
14
8. Menyesuaikan Kursi dengan Posisi Duduk yang Nyaman
Gambar 2.5 Posisi kursi dengan posisi duduk yang nyaman (Sumber: Hazarika A. dan Prodip Kumar Singh, 2014)
2.3.4. Manajemen Kelelahan Mata
Manajemen kelelahan mata menurut Rimli Barthakur (2013) dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut:
a. Memeriksa kelainan refraksi mata, kemudian menggunakan kacamata yang sesuai
b. Gunakan pencahayaan yang cukup diruangan kerja. Hindari pantulan cahaya dari jendela, gunakan anti-glare untuk mencegah hal ini.
c. Gunakan monitor pada posisi yang tepat monitor dengan resolusi yang tinggi seperti LCD.
d. Kedipkan mata sesering mungkin untuk menghindari iritasi mata dan mata kering
e. Istirahatkan mata dengan metode 20-20-20. 20 menit setelah menggunakan komputer, arahkan pandangan kearah lain dengan jarak 20 kaki dalam waktu 20 menit.
(53)
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Era informasi dan teknologi sekarang ini semakin menuntut masyarakat melihat dalam posisi vertikal yakni penggunaan komputer, ditambah lagi mudahnya akses internet yang semakin menjadikan pengguna komputer dapat lebih lama lagi menatap monitor (Affandi, 2005).
Pada suatu laporan dari Central Agency for Public Mobilization and Statistical
Analysis (2012) dalam Mohamed Yehia Al Awadi, et al., (2013) di Mesir,
penggunaan komputer pada tahun 2011 mencapai 22,5 juta bandingkan dengan pada tahun 2010 hanya 17,5 juta, dengan peningkatan 28,31%. Penggunaan internet meningkat 17,5 pada tahun 2011 bandingkan dengan tahun 2010 hanya mencapai 14,2 juta, dengan peningkatan 23%.
Banyak sekali sekali manfaat dari penggunaan komputer yang secara otomatis menuntut semua kalangan individu menggunakan komputer, bahkan lebih dari 80% pekerja kantor menyelesaikan tugas dengan memanfaatkan komputer. Dibalik manfaat tersebut ada juga kerugian yang ditimbulkan bila penggunaannya dalam waktu yang lama dan terus-menerus. Gangguan yang paling sering pada pengguna komputer adalah gangguan pada mata dan dapat memicu menurunnya produktifitas, meningkatkan kesalahan dalam bekerja, dan menurunkan kepuasan dalam bekerja (Faizah I., 2008).
Kumpulan gejala kelelahan mata tersebut oleh American Optometric
Association (AOA) dinamakan Komputer Vision Syndrome (CVS. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), pada tahun 2000
melaporkan 90% dari 70 juta pengguna komputer lebih dari dua jam sehari di Amerika Serikat mengalami keluhan mata (Anggraini, 2013).
Dalam penelitian Cheng-Cheng Han et al., (2013) prevalensi mahasiswa yang terkena astenopia pada mahasiswa di Xi'an Jiaotong University College of Medicine, China adalah 838 (57.0%) mahasiswa dari 1469 (97.9%) responden yang diteliti.
(54)
2
Keluhan kelelahan mata pada pekerja komputer di Corporate Custumer Care
Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 yaitu sebanyak
90,2% dan pekerja yang tidak mengalami keluhan kelelahan mata adalah 9,8% (Dian Nourmayanti, 2009). Dalam penelitian Iwan Setiawan (2012), prevalensi gangguan mata pada pengguna komputer di PT. Surveyor Indonesia tahun 2012 adalah 73,5% dan 26,5% tidak mengalami gangguan mata.
Berdasarkan hasil penelitian pada anak remaja yang menggunakan komputer untuk bermain game online di kelurahan Padang Bulan Medan tahun 2013, responden yang sering mengalami keluhan kelelahan mata setelah bermain game online sebanyak 51 responden (53,1%), sedangkan yang kadang-kadang mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 45 responden (46,9%) (Purnama A. E., 2013).
Keluhan kelelahan mata tersebut bila berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan kemampuan akomodasi mata. Pegawai Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak di Medan dituntut untuk terpapar dengan monitor komputer secara terus-menerus, sehingga sangat rentan untuk terjadi kelelahan mata. Tingginya faktor resiko dari kelelahan mata pada pekerja yang selalu terpapar dengan monitor komputer menjadikan peneliti ingin melakukan penelitian pada pegawai Direktorat Jenderal Pajak di Medan.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015?”
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015.
(55)
3
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 berdasarkan karateristik pekerja (jenis kelamin, umur dan kelainan refraksi)?
2. Untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 berdasarkan karateristik pekerjaan (durasi kerja, dan masa kerja)?
3. Untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 berdasarkan karateristik pemakaian monitor
anti-glare?
1.4.Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi pegawai di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, data, dan fakta sebagai bahan pertimbangan dalam pengendalian bahaya dan resiko, tindakan perbaikan, dan pencegahan kelelahan mata sehingga para pegawai dapat bekerja lebih nyaman dan produktif.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan keluhan kelelahan mata, sehingga masyarakat dapat lebih memerhatikan dan melakukan pencegahannya.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana dalam pengembangan pengetahuan, referensi dan informasi mengenai gambaran keluhan kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer.
(56)
iii
ABSTRAK
Era informasi dan teknologi sekarang ini semakin menuntut para pegawai kantor untuk bekerja dengan menggunakan komputer sekitar 8 jam per hari. Penggunaan komputer dalam waktu yang lama setiap harinya menyebabkan keluhan pada fungsi-fungsi mata seperti otot-otot akomodasi mata yang dikenal dengan kelelahan mata.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer berdasarkan faktor resiko yang mempengaruhinya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai pengguna komputer di
Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simpel random sampling. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel mengenai keluhan kelelahan mata responden. Masing-masing dari variabel kelelahan mata, seperti faktor jenis kelamin, umur, kelainan refraksi, durasi kerja setiap hari, masa kerja, dan penggunaan layar anti-glare.
Hasil penelitian didapatkan sebesar 81,3% pegawai pengguna komputer mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.
(57)
iv
ABSTRACT
The era of information and technology today are increasingly demanding the office employees to work with computers on averange of 8 hours per day. Prolong usage of computer leads to complications in the accomodation of eye’s muscle and eye function, known eye strain.
The purpose of this research was to describe the overview of subjective complains of eyestrain based on the risk factors that influence the computer users.
The type of research used is descriptive research. The research method are cross - sectional design used on the computer user employee of Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan. Sampling technique that was used is simple random sampling where the data analysis used is an univariate analysis. This analysis was conducted to determine the frequency distribution of each variables of eyestrain experienced by the respondents respectively. The variables are such as sex, age, refraction disorder, work duration in hours and years, and the use of anti-glare screen.
Result shows that about 81,3% of the computer users employee experience the eyestrain.
From the result of this research concluded that the computer user employees of Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan of the year 2015, majorities experience the subjective complaint of eye strain.
Keywords: Eye strain, Computer Users, Work Factor
(58)
GAMBARAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA PEGAWAI PENGGUNA KOMPUTER DI KANTOR DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK MEDAN TAHUN 2015
Oleh :
BETSY YOSIA NADEAK 120100277
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(59)
GAMBARAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA PEGAWAI PENGGUNA KOMPUTER DI KANTOR DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK MEDAN TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
Oleh :
BETSY YOSIA NADEAK 120100277
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(60)
(61)
iii
ABSTRAK
Era informasi dan teknologi sekarang ini semakin menuntut para pegawai kantor untuk bekerja dengan menggunakan komputer sekitar 8 jam per hari. Penggunaan komputer dalam waktu yang lama setiap harinya menyebabkan keluhan pada fungsi-fungsi mata seperti otot-otot akomodasi mata yang dikenal dengan kelelahan mata.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata pada pegawai pengguna komputer berdasarkan faktor resiko yang mempengaruhinya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai pengguna komputer di
Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simpel random sampling. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel mengenai keluhan kelelahan mata responden. Masing-masing dari variabel kelelahan mata, seperti faktor jenis kelamin, umur, kelainan refraksi, durasi kerja setiap hari, masa kerja, dan penggunaan layar anti-glare.
Hasil penelitian didapatkan sebesar 81,3% pegawai pengguna komputer mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pegawai pengguna komputer di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan pada tahun 2015 mayoritas mengalami keluhan subjektif kelelahan mata.
(62)
iv
ABSTRACT
The era of information and technology today are increasingly demanding the office employees to work with computers on averange of 8 hours per day. Prolong usage of computer leads to complications in the accomodation of eye’s muscle and eye function, known eye strain.
The purpose of this research was to describe the overview of subjective complains of eyestrain based on the risk factors that influence the computer users.
The type of research used is descriptive research. The research method are cross - sectional design used on the computer user employee of Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan. Sampling technique that was used is simple random sampling where the data analysis used is an univariate analysis. This analysis was conducted to determine the frequency distribution of each variables of eyestrain experienced by the respondents respectively. The variables are such as sex, age, refraction disorder, work duration in hours and years, and the use of anti-glare screen.
Result shows that about 81,3% of the computer users employee experience the eyestrain.
From the result of this research concluded that the computer user employees of Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan of the year 2015, majorities experience the subjective complaint of eye strain.
Keywords: Eye strain, Computer Users, Work Factor
(1)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 2
1.3.Tujuan Penelitian ... 2
1.2.1. Tujuan Umum ... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... 3
1.4. Manfaat ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Anatomi Mata ... 4
2.2. Fisiologi Mata... 4
2.3. Kelelahan Mata ... 6
2.3.1 Defenisi Kelelahan Mata ... 6
2.3.2 Gejala Kelelahan Mata ... 6
2.2.3 Faktor-faktor Kelelahan Mata ... 8
2.3.4 Manajemen kelelahan Mata ... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15
(2)
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
4.3 Populasi dan Sample Penelitian ... 4.4 Metode Pengumpulan Data ... 19
4.5 Managemen Data ... 20
4.6 Analisis Data ... 20
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
5.1. Hasil Penelitian... 21
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21
5.1.2. Analisis Univariat ... 21
5.1.2.1. Deskripsi karateristik Responden ... 21
5.1.2.2. Deskripsi Keluhan Kelelahan Mata Responden ... 23
5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin . 24 5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 24
5.1.2.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelainan refraksi mata yang telah diketahui responden ... 25
5.1.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja ... 26
5.1.2.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 26
5.1.2.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Anti-glare ... 27
5.2. Pembahasan ... 27
5.2.1. Hasil Analisis ... 27
5.2.2. Keterbatasan Penelitian ... 31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
6.1. Kesimpulan ... 32
6.2. Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN
(3)
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karateristik ... 22 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Keluhan Kelelahan Mata ... 23 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pada Pegawai Pengguna
Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan ... 24 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Umur pada Pegawai Pengguna
Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan ... 24 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kelainan Refraksi Mata yang
Telah Diketahui Responden pada Pegawai Pengguna
Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan ... 25 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Durasi Kerja pada Pegawai Pengguna
Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan ... 26 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Masa Kerja pada Pegawai Pengguna
Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan ... 26 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi penggunaan Anti-glare pada Pegawai
(4)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Anatomi Mata ... 4
2.2 Pengaturan Latar Belakang Monitor ... 12
2.3 Jarak Mata dengan Komputer ... 12
2.4 Posisi Duduk... 13
2.5 Posisi Kursi... 14
(5)
xi
DAFTAR SINGKATAN
AOA American Optometric Association CVS Computer Vision Syndrome
NIOSH National Institude for Occupational Safety and Health C4 Corporate Custumer Center Care
PT Perseroan Terbatas AC Air Conditioning
ISO International Organization for Standardization LCD Liquid Crystal Display
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Lembar Penjelasan
3. Lembar Pernyataan (Informed Consent) 4. Lembar Kuesioner
5. Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksaan Penelitian 6. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Kedokteran Usu 7. Surat Keterangan Dari Kantor Direktorat Jenderal Pajak
8. Data Induk Responden Penelitian Pegawai Pengguna Komputer Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Medan
9. Validasi kuesioner
10.Hasil Analisis Univariat Dengan SPSS