Analisa Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata Operator Di Ruang Kontrol PT. Central Proteina Prima Medan

(1)

ANALISA PENGARUH PENCAHAYAAN TERHADAP KELELAHAN MATA OPERATOR DI RUANG KONTROL PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA

MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

INDAH PURWANTI 070403022

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Sarjana ini berjudul “Analisa Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata Operator di Ruang Kontrol PT. Central Proteina Prima Medan”. Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Tugas Sarjana ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis mengharapkan agar Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materi, moral, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT dan Bapak Ir. Mangara Tambunan, M.Sc selaku Koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng selaku Koordinator Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

5. Bapak Ir. Poerwanto, MSC selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi bimbingan selama pengerjaan Laporan Tugas Sarjana.

6. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi bimbingan selama pengerjaan Laporan Tugas Sarjana.

7. Bapak Edward selaku Manager Safety PT. Central Proteina Prima Medan yang telah memberi bantuan pembuatan izin riset tugas sarjana dan memberi


(7)

8. Kedua orangtua penulis (Bapak Suarno dan Ibu Elmawati), saudara-saudara penulis (Riyan dan Novri) dan seluruh keluarga besar penulis yang telah memberi dukungan dan doa bagi penulis.

9. Sahabat penulis, yaitu Rafika, Reza, Yeti, Putri, Atania, Devi atas kerja sama dan masukannnya dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana.

10.Semua rekan-rekan Teknik Industri USU stambuk 2007 yang telah memberi masukan dan semangat kepada penulis.

11.Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Bang Ridho, Kak Dina, dan Kak Ani atas bantuan yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian administrasi Tugas Sarjana.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2013


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-3 1.4. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-4 1.5. Manfaat Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Sarjana ... I-5


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-4 2.4. Proses Produksi ... II-6 2.4.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-6 2.4.2. Bahan yang Digunakan ... II-9 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-12 2.5. Jam Kerja ... II-18

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Teori Dasar Mengenai Cahaya ... III-1 3.2. Satuan Pencahayaan ... III-3 3.3. Pencahayaan Alami ... III-6 3.4. Pencahayaan Buatan ... III-7 3.5. Pencahayaan Ruang Kerja ... III-9 3.6. Mata ... III-12 3.6.1. Anatomi Mata ... III-12 3.6.2. Kelelahan Mata ... III-15


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.6.4. Mekanisme Melihat ... III-22 3.7. Monitor Komputer ... III-23 3.7.1. Jenis-jenis Monitor ... III-23 3.7.2. Istilah-istilah pada Monitor Komputer ... III-26 3.8. Jenis-jenis Lampu ... III-28 3.8.1. Lampu Pijar (Incandescent)………... III-28 3.8.2. Lampu Fluorescent ... III-30 3.8.3. Lampu HID (Hight-Intensity Discharge)………. III-32 3.8.2. Lampu LED (Light Emmiting Dioda) ... III-34 3.9. Efek Psikologis Lampu ... III-35 . 3.10. Instrumen Penelitian ... III-35 3.10.1. Flicker Fusion-Frequency ... III-35 3.10.2. Lux Meter Krisbow Kw 06-288 ... III-38 3.11. Uji normalitas Data dengan Menggunakan Uji Klomogarov-

Smirnov ... III-40 3.12. Perhitungan Korelasi ... III-43 3.13. Perhitungan Kebutuhan Lampu untuk Ruangan ... III-44 3.14. Metode Perhitungan Kebutuhan Jumlah Bola Lampu ... III-45


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Lokasi Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Jenis Penelitian ... IV-1 4.4. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.5. Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-2 4.6. Defenisi Operasional ... IV-2 4.7. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.8. Sumber Data ... IV-4 4.9. Pelaksanaan Penelitian ... IV-5 4.10. Metode Pengumpulan Data ... IV-7 4.11. Pengolahan Data ... IV-10 4.12. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-11 4.13. Kesimpulan dan Saran ... IV-11 4.14. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-12


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Pengukuran pada Ruang Kontrol Produksi ... V-1 5.1.2. Data Operator ... V-2 5.1.3. Deskripsi Kerja Operator ... V-2

5.1.4. Hasil Pengukuran Iluminasi di Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima Medan……… V-3 5.1.5. Hasil Pengukuran Luminansi di Ruang Kontrol Produksi

PT. Central Proteina Prima Medan……… V-10 5.1.6. Hasil Pengukuran Fliker Fusion Frequency di Ruang

Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima Medan… V-17 5.2. Pengolahan Data ... V-21

5.2.1. Perhitungan Rata-rata Iluminasi pada Bidang Kerja Operator Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina

Prima Medan ... V-21 5.2.2. Perhitungan Rata-rata Iluminasi pada Bidang Kerja

Operator Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina

Prima Medan ... V-23 5.2.3. Perhitungan Rata-rata Fliker Fusion Frequency (Hz)…… V-26


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.4. Uji Kenormalan Data dengan Menggunakan Klomogrov- Smirnov Test ... V-28 5.2.4.1. Uji Kenormalan Data untuk Data Hasil Pengukuran

Iluminasi ... V-28 5.2.4.2. Uji Kenormalan Data untuk Data Hasil Pengukuran

Luminansi ... V-32 5.2.4.3. Uji Kenormalan Data untuk Data Hasil Pengukuran

Fliker Fusion Frequency ... V-35 5.2.5. Perhitungan Korelasi antara Iluminasi dengan

Kelelahan Mata……… V-38

5.2.6. Perhitungan Korelasi antara Luminansi dengan

Kelelahan Mata……… V-41

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Penerangan di Ruang Kontrol PT. Central

Proteina Prima Medan ... VI-1 6.1.2. Analisis Hasil Korelasi antara Iluminasi dan Luminansi


(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

6.2. Pemecahan Masalah ... VI-3

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR

TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Standar Mutu Produk Pakan Udang pada PT. Central Proteina Prima

Cabang Medan-Tanjung Morawa ... II-7 3.1. Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja ... III-10 3.2. Kebutuhan Tingkat Pencahayaan pada Ruang Tergantung Area

Kegiatan ... III-11 3.3. Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat Kerja dengan

Komputer ... III-12 3.4. Hubungan antara Tegangan Listrik dengan Kinerja Lampu... III-29 3.5. Hasil Implementasi Nilai R ... III-44 5.1. Data Operator Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima

Medan ... V-2 5.2. Rincian Display Monitor Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina

Prima Medan……… V-3 5.3. Iluminasi(Lux) pada Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina

Prima Medan pada Hari I ... V-4 5.4. Iluminasi(Lux) pada Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina

Prima Medan pada Hari II ... V-6 5.5. Iluminasi(Lux) pada Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina


(16)

DAFTAR

TABEL

(L

ANJUTAN

)

TABEL HALAMAN

5.6. Luminansi(Lux) Monitor pada Ruang Kontrol Produksi PT. Central

Proteina Prima Medan pada Hari I ... V-11 5.7. Luminansi(Lux) Monitor pada Ruang Kontrol Produksi PT. Central

Proteina Prima Medan pada Hari II ... V-13 5.8. Luminansi(Lux) Monitor pada Ruang Kontrol Produksi PT. Central

Proteina Prima Medan pada Hari III ... V-15 5.9. Flicker Fusion Frequency (Hz) tiap operator Ruang Kontrol

Produksi PT. Central Proteina Prima Medan Hari I……… V-18 5.10. Flicker Fusion Frequency (Hz) tiap operator Ruang Kontrol

Produksi PT. Central Proteina Prima Medan Hari II ... V-19 5.11. Flicker Fusion Frequency (Hz) tiap operator Ruang Kontrol

Produksi PT. Central Proteina Prima Medan Hari III ... V-20 5.12. Rata-rata Iluminasi(Lux) pada Masing-masing Area Kerja Operator .. V-22 5.13. Rata-rata Luminansi(Lux) yang Diterima oleh Operator ... V-25 5.14. Rata-Rata Flicker Fusion Frequency (Hz) pada Setiap Operator Ruang

Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima Medan………. V-27 5.15. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Data Iluminasi

(lux) pada Operator 1... V-30 5.16. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Data Iluminasi


(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.17. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Data Luminansi

(lux) pada Operator 1...V-33 5.18. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Data Luminansi

untuk Setiap Operator... V-35 5.19. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Data Fliker Fusion

Frequency pada Operator 1... V-37 5.20. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Data Fliker Fusion

Frequency untuk Setiap Operator... V-38 5.21. Rata-rata Iluminasi dengan Kelelahan Mata Operator 1... V-39 5.22. Perhitungan Korelasi antara Iluminasi (Lux) dengan Kelelahan Mata

(Hz) Operator 1……… V-40 5.23. Hubungan Korelasi tingkat Iluminasi (lux) dengan kelelahan mata (Hz)

di Ruang Kontrol PT. Central Proteina Prima Medan……… V-41 5.24. Rata-rata Luminansi (lux) dengan Kelelahan Mata (Hz)

Operator 1... V-41 5.25. Perhitungan Korelasi antara Luminansi (lux) dengan Kelelahan Mata

(Hz) Operator 1……… V-42 5.26. Hubungan Korelasi tingkat Luminansi (lux) dengan Kelelahan Mata

(Hz) di Ruang Kontrol PT. Central Proteina Prima……… V-44 6.1. Hasil Perhitungan Jumlah Bola Lampu LED berdasarkan Daya..…… VI-6


(18)

DAFTAR

GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Central Proteina Prima Tbk ... II-9 3.1. Radiasi yang Tampak ... III-2 3.2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik. ... III-2 3.3. Cahaya yang Jatuh pada Suatu Permukaan. ... III-3 3.4. Light Meter. ... III-4 3.5. Light Meter untuk Mengukur Luminansi. ... III-5 3.6. Skala Luminansi untuk Pencahayaan Interior ... III-5 3.7. Anatomi Mata Manusia ... III-14 3.8. Pengaruh Iluminasi dan Kontras terhadap Ketajaman Penglihatan ... III-20 3.9. Diagram dari Alat Visual ... III-22 3.10. Lampu Pijar (Incandescent Lamp) ... III-28 3.11. Lampu Fluorescent ... III-31 3.12. Lampu Fluorescent Berbentuk Tabung ... III-31 3.13. Lampu Fluorescent Berbentuk Compact

(Compact Flourescent Lamp). ... III-32 3.14. Lampu HID (High-Intensity Discharge) ... III-33 3.15. Flicker Fusion ... III-36 3.16. Lux Meter Krisbow Kw 06-288 ... III-39 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2


(19)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

4.3. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-12 5.1. Layout Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima……… V-1

5.2. Grafik Iluminasi (Lux) pada 12 Titik Pengukuran ... V-21 5.3. Grafik Iluminasi pada Masing-masing Area Kerja Operator ... V-23 5.4. Grafik Luminansi (Lux) pada Setiap Monitor Ruang Kontrol PT. Central Proteina Prima Medan……….. ……… V-24 5.5. Grafik Luminansi yang Diterima oleh Setiap Operator Ruang Kontrol

Produksi……… V-26 5.6. Grafik Pengukuran Fliker Fusion Frequency(Hz) Operator Ruang

Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima……… V-28 5.7. Pengujian Korelasi antara Iluminasi (X) dan Kelelahan

Mata (Y) Operator 1 ……… V-41 5.8. Grafik Pengujian Korelasi antara Iluminasi (X) dan Kelelahan

Mata (Y) Operator 1……….. V-41 5.7. Pengujian Korelasi antara Luminansi (X) dan Kelelahan

Mata (Y) Operator 1……… V-45 5.8. Grafik Pengujian Korelasi antara Luminansi (X) dan Kelelahan

Mata (Y) Operator 1……….. V-45 6.1. Sketsa Usulan Perbaikan Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina


(20)

DAFTAR

LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Struktur Organisasi PT. Centra Proteina Prima Tbk

2. Perhitungan Rata-rata Iluminasi pada Bidang Kerja Operator Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima

3. Perhitungan Rata-rata Luminansi yang Diterima oleh Mata Operator Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima

4. Perhitungan Rata-rata Flicker Fusion Frequency (Hz) Operator Ruang Kontrol Produksi PT. Central Proteina Prima

5. Uji Kenormalan Data Iluminasi dengan Menggunakan Klomogarov-Smirnov Test Untuk Operator 2 dan Operator 3

6. Uji Kenormalan Data Luminansi dengan Menggunakan Klomogarov-Smirnov Test Untuk Operator 2 dan Operator 3

7. Uji kenormalan data Fliker Fussion Frequency dengan Menggunakan Klomogarov-Smirnov Test Untuk Operator 2 dan Operator 3

8. Perhitungan Korelasi antara Iluminasi dan Kelelahan Mata Operator 2 dan 3 9. Perhitungan Korelasi antara Luminansi dan Kelelahan Mata Operator 2 dan 3 10. Tabel Nilai Kritis Uji Klomogarov-Smirnov

11. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia www.energyefficiencyasia.org


(21)

ABSTRAK

Pemakaian komputer dewasa ini semakin luas di segala bidang, lamanya penggunaan komputer dianjurkan tidak lebih dari 4 jam sehari, apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami kelelahan. Kelelahan mata tersebut akan meningkat apabila kualitas pencahayaan di ruang kerja tersebut kurang baik. PT. Central Proteina Prima Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan produk makanan ternak, dimana sebagian besar proses produksi dijalankan oleh mesin. Proses produksi tersebut diatur dan diawasi oleh 3 operator melalui komputer di dalam ruang kontrol selama 7 jam kerja, setiap operator bekerja menggunakan 4 monitor sebagai display. Pada penelitian awal, tingkat pencahayaan pada ruang kontrol PT. Central Proteina Prima bekisar antara 21-65 lux, pencahayaan ruang ini tidak memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang merekomendasikan sebesar 300 lux. Beberapa keluhan kelelahan mata yang didapat dari wawancara dengan operator yaitu operator merasakan keluhan penglihatan seperti berkabut, mata perih dan mata sering berkedip. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata operator, dan memperbaiki pencahayaan sesuai dengan standar kebutuhan kerja.

Metoda penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yaitu dengan pengukuran langsung terhadap iluminasi sumber cahaya dan luminansi dari monitor dengan menggunakan instrumen lux meter serta kelelahan mata dengan instrumen fliker fusion. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif korelasional. Bersifat deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat pencahayaan ruang kontrol dan dibandingkan dengan standar yang sudah ditetapakan, dan bersifat korelasional yaitu mengkaji keterkaitan antara faktor iluminasi dan luminansi terhadap kelelahan mata operator.

Hasil perhitungan korelasi antara tingkat iluminasi dengan kelelahan mata dari operator 1, operator 2 dan operator 3 masing-masing sebesar -0,02, -013 dan -0,51. Sedangkan korelasi antara luminansi dengan kelelahan mata dari operator 1, operator 2 dan operator 3 masingmasing sebesar 0,07, 0,45 dan -0,14. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terdapat hubungan antara variabel tersebut. Perbaikan terhadap pencahayaan ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima dilakukan dengan usulan pergantian lampu yang hemat energi yaitu lampu LED ZGSM‐T8‐ 1200‐ 240P.


(22)

ABSTRAK

Pemakaian komputer dewasa ini semakin luas di segala bidang, lamanya penggunaan komputer dianjurkan tidak lebih dari 4 jam sehari, apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami kelelahan. Kelelahan mata tersebut akan meningkat apabila kualitas pencahayaan di ruang kerja tersebut kurang baik. PT. Central Proteina Prima Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan produk makanan ternak, dimana sebagian besar proses produksi dijalankan oleh mesin. Proses produksi tersebut diatur dan diawasi oleh 3 operator melalui komputer di dalam ruang kontrol selama 7 jam kerja, setiap operator bekerja menggunakan 4 monitor sebagai display. Pada penelitian awal, tingkat pencahayaan pada ruang kontrol PT. Central Proteina Prima bekisar antara 21-65 lux, pencahayaan ruang ini tidak memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang merekomendasikan sebesar 300 lux. Beberapa keluhan kelelahan mata yang didapat dari wawancara dengan operator yaitu operator merasakan keluhan penglihatan seperti berkabut, mata perih dan mata sering berkedip. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata operator, dan memperbaiki pencahayaan sesuai dengan standar kebutuhan kerja.

Metoda penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yaitu dengan pengukuran langsung terhadap iluminasi sumber cahaya dan luminansi dari monitor dengan menggunakan instrumen lux meter serta kelelahan mata dengan instrumen fliker fusion. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif korelasional. Bersifat deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat pencahayaan ruang kontrol dan dibandingkan dengan standar yang sudah ditetapakan, dan bersifat korelasional yaitu mengkaji keterkaitan antara faktor iluminasi dan luminansi terhadap kelelahan mata operator.

Hasil perhitungan korelasi antara tingkat iluminasi dengan kelelahan mata dari operator 1, operator 2 dan operator 3 masing-masing sebesar -0,02, -013 dan -0,51. Sedangkan korelasi antara luminansi dengan kelelahan mata dari operator 1, operator 2 dan operator 3 masingmasing sebesar 0,07, 0,45 dan -0,14. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terdapat hubungan antara variabel tersebut. Perbaikan terhadap pencahayaan ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima dilakukan dengan usulan pergantian lampu yang hemat energi yaitu lampu LED ZGSM‐T8‐ 1200‐ 240P.


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemakaian komputer dewasa ini semakin luas di segala bidang, baik di perkantoran maupun di kehidupan pribadi seseorang. Namun, pemakaian komputer secara berlebihan akan meningkatkan resiko gangguan kerja. Lamanya penggunaan komputer dianjurkan tidak lebih dari 4 jam sehari, apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami kelelahan (Sari, 2002). Kelelahan mata meningkat apabila kualitas dan kuantitas pecahayaan di ruang kerja tersebut kurang baik.

PT. Central Proteina Prima Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan produk makanan ternak, dimana sebagian besar proses produksi dijalankan oleh mesin. Proses produksi tersebut diatur dan diawasi oleh 3 operator melalui komputer di dalam ruang kontrol, setiap operator bekerja menggunakan 4 monitor sebagai display. Dalam melakukan proses kontrol tersebut operator harus teliti dan berkonsentrasi penuh pada monitor komputer selama 7 jam kerja.

Pada penelitian awal, peneliti meneliti tingkat pencahayaan di ruang kontrol PT. Central Proteina Prima Tbk Medan bekisar antara 21-65 lux. Pencahayaan ruang ini tidak memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 dengan kategori rekomendasi pencahayaan untuk ruang kontrol adalah 300 lux. Beberapa keluhan kelelahan mata yang didapat dari wawancara dengan operator yaitu operator merasakan keluhan penglihatan


(24)

seperti berkabut, mata perih dan mata sering berkedip. Keluhan kelelahan mata tersebut dapat menurunkan efisiensi ketajaman penglihatan, sehingga dapat mengurangi produktivitas kerja operator yang dapat berakibat fatal bagi hasil produksi.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan terkait erat dengan produktivitas manusia dalam pekerjaan. Faktor penting pencahayaan dalam lingkungan kerja dibuktikan dengan adanya riset terdahulu yaitu “Pengaruh Intensitas Penerangan terhadap Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT. Ikapharmindo Putramas Jakarta Timur” (Fathoni Firmansyah, 2010). Riset ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh intensitas penerangan terhadap kelelahan mata, dimana sebanyak 25 dari 40 orang pekerja mengalami kelelahan mata.

Riset kedua menunjukkan kembali pencahayaan merupakan faktor penting dalam lingkungan kerja, dengan adanya riset “Hubungan Pencahayaan dan Karakteristik Pekerja dengan Keluhan Subyektif Kelelahan Mata pada Operator Komputer Tele Account Management di PT. Telkom Regional 2 Surabaya” (Fery Firman Santoso dan Noeroel Widajati, 2011). Intensitas pencahayaan di ruang kerja TAM PT. Telkom Regional 2 Surabaya baik pencahayaan umum maupun pencahayaan lokal tidak memenuhi standar, dimana pekerja di bagian TAM bekerja menatap komputer kurang lebih 8 jam dalam sehari. Hasil riset membuktikan bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan kelelahan


(25)

Oleh karena itu dilakukan penelitian pada pencahayaan ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima Medan, untuk melihat pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata operator, agar operator dapat bekerja dengan baik dan produktivitas kerja meningkat.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah operator bekerja menggunakan komputer secara berlebihan, dimana kondisi pencahayaan pada ruang kontrol PT. Central Proteina Prima Tbk Medan tidak memenuhi standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Sehingga peneliti ingin menganalisa pengaruh tingkat pencahayaan tersebut terhadap kelelahan mata operator.

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata pada pengguna komputer di ruang kontrol produksi PT. Central Proteina Prima.

Untuk mencapai tujuan penelitian maka sasaran penelitian ini adalah: 1. Mengukur tingkat pencahayaan pada ruang kontrol produksi PT. Central

Proteina Prima.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan mata operator yang dilihat dari hasil perhitungan korelasi.


(26)

1.4. Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi- asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Operator yang menjadi objek penelitian dalam keadaan sehat.

2. Ruang kontrol tidakmengalamiperubahan selama penelitian berlangsung. 3. Operator yang berada pada ruang kerja yang diamati dalam kondisi

normal/wajar. Artinya operator dalam kondisi stamina yang baik dan tidak berada dalam tekanan.

Sedangkan batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan pada operator komputer bagian kontrol produksi PT. Central Proteina Prima.

2. Penelitian dilakukan pada shift I.

3. Penelitian hanya meneliti dari faktor iluminasi, luminansi dan durasi penglihatan.

4. Penelitian ini tidak dipengaruhi pencahayaan alami.

5. Faktor lingkungan kerja lainnya, yaitu termal dan kebisingan tidak mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan.

6. Pengukuran Luminansi hanya sebatas pada monitor komputer. 7. Penelitian ini tidak membahas biaya.


(27)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi mahasiaswa, adalah sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan keterampilan dalam memecahakan masalah khususnya masalah pencahayaan dan mencari solusi permasalahan berdasarkan pengalaman teoritis yang diperoleh di perkuliahan.

2. Sebagai bahan koreksi dan masukan bagi perusahaan dalam menciptakan lingkungan fisik, khusus terkait pencahayaan ruangan kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien (EASNE) sehingga meningkatkan produktivitas pekerja.

3. Menambah koleksi penelitian mahasiswa yang dapat digunakan sebagai tambahan literatur untuk referensi pada penelitian sejenis lainnya di Departemen Teknik Industri.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Sarjana

Adapun sistematika penulisan laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut: Dalam Bab I; Pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

Dalam Bab II; Gambaran Umum Perusahaan, menjelaskan secara ringkas ruang lingkup bidang usaha, tenaga kerja, proses produksi, bahan baku, mesin dan fasilitas produksi di PT. Central Proteina Prima Medan.


(28)

Dalam Bab III; Landasan Teori, menyajikan teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang mengkaji tugas akhir ini. Teori-teori dalam penelitian ini antara lain definisi dari pencahayaan, iluminasi dan luminansi, kelelahan mata, faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan mata.

Dalam Bab IV; Metode Penelitian, berisi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian serta tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

Dalam Bab V; Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi data-data yang dibutuhkan peneliti. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengukur iluminasi dan luminansi di ruang kontrol, serta Flicker Fusion Frequency untuk setiap operator. Pengolahan data yang dilakukan antara lain, perhitungan rata-rata untuk data iluminasi, luminansi dan Flicker Fusion Frequency, uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test, perhitungan korelasi, serta menentukan lumen yang dibutuhkan untuk perhitungan jumlah bola lampu.

Dalam Bab VI; Analisa Pemecahan Masalah, berisi analisis yang dilakukan terhadap hasil pengolahan data dan melakukan pencarian solusi permasalahan.

Dalam Bab VI; Kesimpulan dan Saran, menyajikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis dari hasil pemecahan masalah yang menjawab tujuan akhir dari penelitian dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Central Proteinaprima Tbk (CPP) didirikan pada 30 April 1980 dengan nama PT. Proteina Prima, dimana PT. Central Proteinaprima Tbk adalah anak perusahaan dari PT. Charoen Pokphand Indonesia yang bergerak dalam bidang agribisnis, aquaculture, telekomunikasi, logistik dan ritel berfokus pada kegiatan pemasaran dan produksi pakan ayam, sedangkan divisi Aquaculture di Surabaya berfokus pada kegiatan produksi dan pemasaran pakan udang.

PT. Central Proteinaprima atau yang lebih dikenal dengan nama CP Prima pertama kali mencatatkan sahamnya dibursa Efek Jakarta pada bulan Mei 1990. Dan pada tahun 1991 CP. Prima mengambil alih 100% saham PT. Central Agromina yang bergerak dalam kegiatan usaha produksi DOC. Pada tahun 1993 CP Prima mengambil alih 54,59 % saham PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, suatu perusahaan yang memproduksi dan memperdagangkan makanan ternak (ayam, udang dan ikan), perlengkapan unggas, karung plastik dan produk– produk lainnya. Pada tahun 1996 CP Prima mengambil alih 48% saham CPB, perusahaan yang mengoperasikan pabrik pakan udang, pembibitan udang dan fasilitas pengolahan udang di Lampung. Sehingga pada 12 Mei 2006, CP Prima merestrukturisasi perusahaannya sehingga kegiatan-kegiatan usahanya lebih berfokus pada kegiatan Aquaculture.


(30)

CP Prima memiliki pengalaman operasional lebih dari 30 tahun dan merupakan pelopor global dengan skala besar dalam industri perikanan yang terintegrasi secara vertikal. Pada tahun fiskal 2008, CP Prima mencatat penjualan bersih senilai Rp 8,17 triliun, dan Perseroan yakin akan potensi pertumbuhan yang luar biasa besar pada masa datang ditunjang dengan pertumbuhan konsumsi udang serta permintaan pasar lokal yang semakin tinggi akan produk-produk industri hulu.

Dengan lebih dari 90.000 hektar lahan yang dibudidayakan di beberapa lokasi, CP. Prima menyediakan lapangan kerja lebih dari 10.000 orang termasuk 12.000 pegawai penuh waktu pada seluruh perusahaan. CP Prima merupakan pengendali industri yang ditopang oleh tim pengelola yang stabil dan berpengalaman banyak, strategi bisnis yang sehat, dan operasi berperingkat terbaik untuk mengoptimalkan efisiensi dan teknik produksi dalam industri yang terkemuka.

Saat ini CP Prima merupakan produsen dan pengolah udang terbesar dunia yang sepenuhnya terpadu secara vertikal, juga merupakan pengendali pasar bibit udang, produksi pakan udang dan pakan ikan. Produk-produk CP Prima mencakup udang beku, pakan udang, bibit udang, probiotika dan pakan ikan.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pakan ternak, maka CP Prima memperluas kegiatan usahanya dengan mendirikan pabrik baru di Surabaya pada tahun 1976, dan tiga tahun kemudian pabrik baru juga didirikan di Medan. Adapun kapasitas produksinya mencapai 50.000 ton pakan udang setiap tahunnya.


(31)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Central Proteinaprima Tbk menghasilkan berbagai jenis makanan ternak, yaitu makanan ayam (unggas), ikan, dan udang. Selain bergerak di bidang produksi pakan ternak, perusahaan juga bergerak di bidang peternakan ayam dan tambak udang.

Kegiatan operasional di PT. Central Proteinaprima Tbk dibagi menjadi dua divisi karena semakin luasnya bidang usaha perusahaan, sehingga pengawasan dan pengelolaannya menjadi lebih mudah.

Berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, maka pembagian divisi yaitu sebagai berikut :

1. Farming Division

Divisi ini mengelola usaha pengembangbiakan ternak, pengolahan makanan ternak serta pemasarannya.

2. Aqua Culture Division

Divisi ini mengelola bidang usaha pertambakan udang, pengolahan makanan udang dan ikan serta pemasarannya.

PT. Central Proteinaprima Tbk memasarkan produk pakannya untuk kebutuhan dalam dan luar negeri, meliputi :

1. Dalam negeri, meliputi daerah Sumatera Utara, Aceh, Riau sebanyak 60 % 2. Luar Negeri, yaitu Malaysia, Jepang, dan Amerika Serikat 40 %


(32)

Pembagian daerah pemasaran bagi tenaga penjual adalah sebagai berikut : 1. Area I meliputi :

a. Distrik Langkat I, meliputi daerah Karang Gading, Selotong, Secanggang, dan Tanjung Ibus.

b. Distrik Langkat II, meliputi daerah Kuala Serapu, Brandan, Pangkalan susu, Besitang, dan Gebang.

2. Area II meliputi :

a. Distrik Deli Serdang I, meliputi daerah Batang Pera, Belawan, Percut, dan Hamparan Perak.

b. Distrik Deli Serdang II, meliputi daerah Pantai Cermin, Sialang Buah, Perbaungan, dan Pantai Labu.

3. Area III meliputi :

a. Distrik Asahan I, meliputi daerah Batu Bara, Bedagai, dan Sei Buluh. b. Distrik Asahan II, meliputi daerah Bengkalis (Riau), Sibolga, Tanjung

Balai, Tanjung Leidong, dan Kuala Tanjung.

4. Area IV meliputi : Daerah propinsi Aceh, yaitu Aceh Timur, Aceh Utara. Dan Aceh Barat.

2.3. Organisasi dan Manajemen

Organisasi adalah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi karena adanya hubungan secara keseluruhan. Dipandang dari fungsinya, organisasi adalah pengelompokan dan pengurutan dari


(33)

Penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai dengan penempatan kepada masing-masing orang yang ditugaskan. Organisasi juga dapat diartikan sebagai kelompok orang yang bertanggung jawab bersama-sama mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar organisasi adalah adanya dua orang atau lebih, adanya maksud kerja sama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan yang hendak dicapai.

Sedangkan manajemen adalah suatu proses yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan dari sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu tujuan yang diinginkan. Sumber daya haruslah dapat dikelola dengan baik dalam sistem organisasi yang tepat agar tercipta kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi–fungsi dan hubungan–hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran grafik yang memperlihatkan hubungan unit–unit organisasi dan garis– garis wewenang yang ada.

Struktur organisasi suatu perusahaan tentu akan berbeda dengan struktur organisasi perusahaan lainnya, hal ini tergantung pada besar kecilnya perusahaan tersebut. PT. Central Proteinaprima Tbk membutuhkan suatu struktur organisasi yang tepat agar dapat secara efektif dan efisien mengatur dan menjelaskan tugas-tugas anggota organisasinya. Adapun bentuk struktur organisasi yang dilaksanakan PT. Central Proteinaprima Tbk adalah berbentuk fungsional. Dalam hal ini Pimpinan puncak dipegang oleh seorang General Manager dan dalam


(34)

pelaksanaan tugas-tugasnya dibantu oleh beberapa kepala bidang yang didalamnya terdapat batasan-batasan pertanggungjawaban dari setiap bidang pekerjaan. Disamping itu ditunjukkan hubungan antara satu bidang dengan bidang lainnya melalui fungsi masing-masing.

Struktur organisasi PT. Central Proteinaprima Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.1. sedangkan Uraian Tugas dan Tanggung Jawab dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Standar Mutu Bahan/ Produk

Mutu merupakan bagian yang tidak terlihat dari suatu produk. Walaupun demikian, mutu merupakan hal utama yang menjadi indikator penilaian pelanggan. Untuk menjamin mutu dari produk akhir, maka bagian quality control melakukan inspeksi dari setiap tahapan proses guna menjamin kualitas hasil akhir. PT. Central Proteina Prima mengeluarkan standar mutu bagi pakan udang dari segi ukuran, kandungan protein, lemak, kadar air dan serat, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1:


(35)

Tabel 2.1. Standar Mutu Produk Pakan Udang pada PT. Central Proteina Prima Cabang Medan-Tanjung Morawa

Kode Pakan

Bentuk Ukuran

(mm)

Kemasan (kg)

Protein (%)

Lemak (%)

Serat (%)

Kadar Air (%)

Bintang Novo CP

SB – 001 Crumble Halus 0.30 10 Min 42 Min 5 Max 3 Max 11

581 681 9001 Crumble Halus 0.420.89 10 Min 42 Min 5 Max 3 Max 11

582 682 9002 Crumble 1.141 25 Min 41 Min 5 Max 3 Max 11

583 683 9003 Crumble 1.8 x 1-2 25 40-42 Min 5 Max 3 Max 11

583 SP 683 SP 9003 SP Pellet 1.8 x 2-3 25 40-41 Min 5 Max 3 Max 11

584 S 684 S 9004 S Pellet 1.8 x 3-4 25 40-41 Min 5 Max 3 Max 11

584 684 9004 Pellet 1.8 x 3-4 25 Min 39 Min 5 Max 3 Max 11

585 685 9005 Pellet 1.8 x 4-5 25 Min 39 Min 5 Max 3 Max 11


(36)

GENERAL MANAGER GM PRODUCTION PRODUCTION MANAGER PPIC MANAGER MAINTENANCE MANAGER QCP

MANAGER Safety Officer

FP Section head Electric Sect. head QCP Supervisor Internal Control EXP-IMPORT MANAGER MARKETING MANAGER PURCHASING MANAGER FINANCE MANAGER ACCOUNTING MANAGER Feed Processing Operator FP Supervisor Factory

Adm Ware house Store Room

FA Section head FA Supervisor Truck Scale operator WH Section head WH Supervisor

-Un Loading staff -Forklift operator SR Section head SR Supervisor Store room staff Electric Mechanic -Electric Spv -Electric staff -Maint. staff -Boiler Oprt Mechanic Sect. head -Mechanic Spv -Mechanic staff -Maint. staff -Forklift Mechanic staff QCP Staff Marketing Section head

- Sales Adm. - Sales Area

PERSONNEL & G. AFFAIR

Pers & GA Sect. head

Sect. head Level Staff

Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan


(37)

2.4.2. Bahan yang Digunakan

Untuk memperoleh hasil akhir yang sempurna, maka sangatlah diperlukan untuk memperhatikan setiap tahapan-tahapan proses yang dilalui agar berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Begitu juga halnya dalam pemilihan bahan, sangat diperlukan standar yang menjamin kualitas bahan sehingga diharapkan hasil akhirnya nanti dapat terjaga kualitasnya.

Oleh karena hal tersebut di atas, pihak manajemen PT. Central Proteina Prima sangat memperhatikan setiap bahan yang masuk untuk diproses ke dalam tahapan berikutnya. Hanya bahan yang berkualitas dan memenuhi kriteria standar yang ditetapkan yang dapat diolah untuk menjadi produk. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksinya antara lain :

a. Bahan Baku

Bahan baku adalah komponen utama dalam proses produksi. Karena fungsinya yang sangat vital ini, maka kualitas bahan baku haruslah terjaga dengan baik untuk menjamin kualitas hasil akhir sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses produksinya antara lain :

1. Jagung

Jagung atau Corn Yellow merupakan sumber energi yang baik karena mengandung zat karbohidrat dengan persentase yang tinggi dan zat protein. Jenis jagung yang digunakan pada PT. Central Proteina Prima dibedakan atas jagung lokal dan juga jagung impor.


(38)

2. Dedak

Dedak yang digunakan dibedakan atas dua jenis yaitu dedak beras dan dedak gandum. Dedak beras dibedakan atas dua jenis yaitu dedak halus dan dedak kasar. Dedak halus merupakan kulit ari beras yang diperoleh dari proses penyosohan beras. Sedangkan dedak kasar merupakan hasil hancuran padi. Pada dedak gandum yang digunakan adalah whaet pollard, yaitu dedak yang berasal dari kulit ari gandum.

3. Bungkil Kacang Kedelai

Disebut juga Soya Bean Meal (SBM). SBM mengandung nilai protein yang tinggi, karena didalamnya terkandung asam amino lisin, yaitu asam amino yang paling essensial diantara asam-asam amino yang lainnya. 4. Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan hasil dari pengolahan ikan yang diolah menjadi tepung. Kandungan tepung ikan meliputi protein, lemak dan juga kalsium. 5. Tepung Daging dan Tulang

Disebut juga Meat Bone Meal (MBM). MBM merupakan hasil pengolahan dari daging yang diolah menjadi tepung. MBM ini mengandung protein, lemak dan juga kalsium.

6. Tepung Terigu

Digunakan sebagai sumber karbohidrat bagi udang. 7. Tepung cumi-cumi


(39)

b. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ikut dalam proses produksi sehingga produksi dapat berlangsung dengan baik. Adapun bahan tambahan yang digunakan antara lain :

1. Garam dan mineral, seperti sodium, pig minera, dan poultry mineral 2. Vitamin, seperti lysine, luprosi, dan finase

3. Minyak nabati, seperti canola oil, dan palm oil 4. Zat aditif, seperti tapioca

c. Bahan Penolong

Adapun bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah : 1. Solar sebagai bahan bakar

2. Minyak pelumas sebagai pelumas 3. Air

4. Karung plastik sebagai pembungkus produk

Digunakan sebagai wadah kemasan pakan udang dimana setiap karung bermuatan 50 kg.

5. Benang jahit digunakan untuk menjahit karung

Digunakan sebagai pengikat/penutup karung palstik setelah diisi dengan pakan ternak.

6. Stiker atau cap pabrik


(40)

Tahapan produksi merupakan hal terpenting dalam proses produksi. Di dalam proses produksinya PT. Central Proteina Prima mampu menghasilkan 64 ton pakan ternak setiap hari. Adapun tahapan-tahapan proses produksinya adalah sebagai berikut :

1. Penuangan

Penuangan bahan dilakukan secara manual melalui intake I dan intake II. Bahan baku yang halus seperti tepung terigu dan remix (dust) yang merupakan sisa hasil pengayakan pellet yang undersize dituang pada intake I, sedangkan bahan baku yang kasar seperti tepung ikan, bungkil kacang kedelai, tepung kepala udang, dan tepung cumi-cumi dituang pada intake II.

Bahan baku yang digunakan pada intake II di bawa ke bucket elevator setinggi 28,8 meter dengan chain conveyor. Dari bucket elevator dengan menggunakan pipa gravitasi, bahan baku ini masuk ke dalam drum siever untuk dibersihkan kotoran-kotoran, kemudian masuk ke spout magnet yang berguna untuk menangkap besi dan logam-logam lain yang tercampur ke dalam bahan. Bahan baku ini kemudian dibawa ke rotary distributor dengan screw conveyor untuk selanjutnya diisikan pada bin penampungan bahan baku.

Bahan baku yang dituangkan pada intake I langsung dibawa ke bucket elevator setinggi 17,5 meter dengan chain conveyor dan kemudian masuk ke dalam spout magnet dengan menggunakan pipa gravitasi. Bahan baku ini dibawa ke rotary distributor dengan screw conveyor lalu diisikan ke bin penampungan.


(41)

masing-ditimbang secara otomatis sampai menunjukkan berat dua ton. Kemudian campuran bahan baku yang ditimbang dibawa dengan screw conveyor ke bin vertical mixer untuk selanjutnya dilakukan proses pengadukan.

2. Pengadukan

Campuran bahan baku seberat dua ton diaduk pada vertical mixer, yang berguna untuk mencampur bahan dari kedua intake agar tercampur rata. Waktu pengadukan dilakukan selama 10 menit. Setelah 10 menit, slide bin mixer dibuka dan hasil pengadukan dibawa melalui screw conveyor, bucket elevator, pipa gravitasi ke hammer mill untuk selanjutnya dilakukan proses penggilingan.

3. Penggilingan

Proses penggilingan dilakukan dengan hammer mill. Hasil penggilingan dibawa ke bucket elevator setinggi 17,5 meter dengan pipa gravitasi kemudian dimasukkan ke automixer untuk dilakukan proses penghalusan lebih lanjut.

4. Pengahalusan

Hasil penggilingan kemudian dihaluskan lagi dengan automixer, yang berguna untuk membuat hasil gilingan lebih homogen dan lebih halus lagi sehingga bisa melewati ayakan 60 mesh. Tahapan ini harus melalui pengawasan/pengamatan supervisor. Hasil penghalusan ini selanjutnya dibawa ke pengayakan dengan bucket elevator.

5. Pengayakan

Pada proses pengayakan adonan campuran bahan baku diayak dengan menggunakan mesh 60. Hasil ayakan tersebut dimasukkakan ke bin mixer


(42)

horizontal, sedangkan sisa ayakan (oversizer) di bawa ke hammer mill untuk dilakukan proses penggilingan kembali (regerinding) sampai melewati ayakan mesh 60. Hasil ayakan dibawa ke bin mixer horizontal untuk diaduk.

6. Pengadukan

Pada bin mixer selanjutnya dituangkan bahan-bahan tambahan seperti minyak ikan, ikan segar (ikan giling), obat-obatan serta vitamin dan mineral yang sudah ditimbang terlebih dahulu di laboratorium dengan ketentuan-ketentuan menurut komposisi yang telah ditetapkan. Selanjutnya, campuran ini diaduk sampai rata dengan horizontal mixer selama 15 menit. Kemudian pintu slide dibuka dan hasil adonan ditampung pada hopper (penampungan sementara), kemudian adonan dibawa ke bucket elevator setinggi 27,5 meter adonan masuk ke bin pellet untuk dilakukan pembutiran melalui pipa gravitasi.

7. Pembutiran

Adonan campuran yang berada pada bin pellet dibawa ke conditioner dengan screw feeder untuk dipanaskan dengan steam dari boiler. Pemanasan ini bertujuan untuk memudahkan proses pembutiran. Steam yang dimasukkan ke dalam conditioner suhunya berkisar antara 70-800C. Tekanan steam diatur dengan regulator system yang berkisar antara 4-5,2 kg/m2. Adonan kemudian dimasukkan ke pellet mill melalui screw feeder untuk menghasilkan pellet.

8. Pematangan

Pellet yang dihasilkan dari mesin pellet mill selanjutnya dibawa ke holding bin dengan screw conveyor untuk dilakukan proses pematangan lebih lanjut.


(43)

pematangan ini adalah agar butiran pellet yang dihasilkan matang sampai ke dalam (bukan sekedar matang di pinggiran saja) serta agar kadar air pellet yang berkisar 15%. Selanjutnya pellet ini akan dimasukkan ke dryer dengan conveyor untuk dilakukan proses pengeringan.

9. Pengeringan

Pellet yang keluar dengan kadar air 15 % masuk ke pengeringan melalui rotary yang diputar oleh electromotor. Proses pengeringan dilakukan dengan dua tingkat, yaitu drier A dan B. Steam dialirkan dari boiler dengan tekanan berkisar 5 kg/m2, suhu maksimum drier 1250C. Udara panas dalam drier dihisap dengan menggunakan blower.

Setelah melewati drier A, pellet dimasukkan ke drier B dengan rotary feeder, yang mana proses dalam drier B sama dengan drier A. Jumlah kadar air yang berkurang mencapai 6% – 8 % setiap kali pengeringan dengan lama waktu berkisar antara 20 – 25 menit. Selanjutnya pellet yang telah dikeringkan dibawa ke mesin pendingin (cooler) dengan mengunakan screw conveyor.

10. Pendinginan

Proses pendinginan dilakukan dengan menghembuskan udara panas dan dihisap oleh blower melalui double cyclone dan air lock. Didalam cooler digunakan blower pada setiap tingkat untuk menyemprotkan udara dingin. Pellet yang keluar dari cooler diangkat ke pengayakan melalui bucket elevator setinggi 25 meter, dengan pipa gravitasi dimasukkan ke pengayakan.


(44)

11. Pengayakan pellet

Proses pengayakan ini digunakan untuk memisahkan pellet yang oversize dengan yang berukuran undersize (terlalu kecil), disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan. Pellet yang oversize dibawa ke mesin penghancuran (crumble) sedangkan yang undersize ditampung didalam goni sebagai remix (digunakan sebagai bahan baku lagi).

Pellet hasil pengayakan dibawa ke bin packing melalui pipa gravitasi. Apabila bin packing telah penuh, slide terbuka secara otomatis, kemudian pellet masuk ke dust seperator untuk dibersihkan dari abu. Udara dihembuskan dari blower yang mengakibatkan pellet turun ke bawah (kedalam bin timbangan) sedangkan abu naik dihisap blower melalui double cyclone.

12. Pengahancuran (crumbeling)

Sisa ayakan yang oversize dibawa ke bin crumble dengan bucket elevator setinggi 24 meter. Proses penghancuran ini hanya dilakukan pada line dua. Dari bin crumbler, dengan menggunakan rotary distributor, sisa ayakan dibawa ke mesin crumbler. Pellet hasil ayakan yang oversize dihancurkan dengan mesin penghancur (crumble machine) yang berguna untuk membuat makanan udang yang kecil yang disesuaikan dengan nomor pakan yang diinginkan.

Crumble hasil pengayakan dibawa dengan chain conveyor dan bucket elevator ke pengayakan untuk memisahkan crumbler dengan tepung yang terjadi akibat proses penghancuran. Bentuk tepung ini kemudian dibawa kembali ke proses pembutiran dengan menggunakan bucket elevator.


(45)

Jenis crumbler dicurahkan ke bin packing melalui pipa gravitasi untuk dilakukan proses pengarungan (pengemasan). Apabila bin packing telah penuh, slide terbuka otomatis, lalu crumbler masuk masuk ke dust separator untuk dibersihkan dari abu. Udara dihembuskan dari blower yang mengakibatkan crumbler turun ke bawah (ke dalam bin timbangan) sedangkan abu dihisap naik oleh blower melalui double cyclone.

13. Pengarungan

Produk jadi crumbler dan pellet yang berada dalam bin timbangan dicurahkan ke dalam karung plastik sambil ditimbang secara otomatis, dengan berat netto sesuai dengan nomor pakan yang dibuat. Setelah pengarungan, produk jadi dibawa ke penjahitan karung melalui belt conveyor.

14. Penjahitan karung

Penjahitan karung dilakukan dengan mesin jahit karung (sewing machine). Selanjutnya produk jadi yang telah selesai dijahit diangkut ke gudang produk jadi dengan menggunakan forklift.


(46)

2.5. Jam Kerja

Untuk mencapai kinerja yang baik, maka perusahaan harus mengatur jam kerja bagi para karyawannya. Jumlah jam kerja pada PT. Central Proteina Prima adalah lima hari kerja dalam seminggu (senin s/d jumat) untuk bagian produksi dan non produksi, sedangkan untuk bagian keamanan bekerja setiap hari (senin s/d minggu). Ketentuan jam kerja karyawan pada PT. Central Proteina Prima dibagi atas:

1. Satu shift untuk bagian non produksi (8 jam sehari), dengan perincian: 1. Pukul 08.00 – 12.00 WIB Kerja Aktif

2. Pukul 12.00 – 13.00 WIB Istirahat 3. Pukul 13.00 – 17.00 WIB Kerja Aktif

2. Tiga shift untuk bagian produksi (24 jam sehari) dimana satu shift adalah 8 jam kerja dengan perincian:

1. Shift I : Pukul 08.00 – 16.00 WIB (1 jam istirahat) 2. Shift II : Pukul 16.00 – 00.00 WIB (1 jam istirahat) 3. Shift III : Pukul 00.00 – 08.00 WIB (1 jam istirahat)

3. Bagian keamanan (satpam) dibagi menjadi tiga kelompok dengan anggota tiap kelompok berjumlah 3 orang dan dilakukan pergantian setiap 7 jam.


(47)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Teori Dasar Mengenai Cahaya1

Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang

elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya. Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:

1. Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik.

2. Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.

3. Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor. 4. Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap,

biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence.


(48)

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik, ditunjukkan dalam Gambar 3.1, menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak.

Gambar 3.1. Radiasi yang Tampak (Biro Efisiensi Energi, 2005)

Cahaya atau sinar tampak (visible light) mempunyai panjang gelombang antara 380 nm – 770 nm. Spektrum cahaya dapat terlihat pada Gambar 3.2 berikut:


(49)

3.2. Satuan Pencahayaan2 a. Iluminasi

Satuan yang digunakan dalam mengukur cahaya adalah candela (cd) dan lux (lx). Energi yang di keluarkan dari sumber cahaya disebut sebagai intensitas sumber cahaya (luminous intensity).

Banyaknya energi cahaya yang jatuh pada permukaan, seperti dinding atau permukaan meja, disebut iluminasi (illumination) atau illuminance. Satuan untuk iluminasi adalah lux (lx). 1 lux merupakan iluminasi yang didapat dari standard 1 buah lilin pada jarak 1 meter.

Pengukuran iluminasi dilakukan dengan meletakkan sebuah light meter diatas permukaan benda kerja. Cahaya yang jatuh pada suatu permukaan diilustrasikan pada Gambar 3.3.3

h Ө

I(Ө)

d

P γ

Gambar 3.3. Cahaya yang Jatuh Pada Suatu Permukaan

I(Ө) adalah intensitas cahaya yang jatuh dari sumber cahaya (dalam sudut Ө). d merupakan jarak dari sumber cahaya ke bidang P. P adalah bidang yang dikenai cahaya. H adalah tinggi sumber cahaya terhadap permukaan, sedangkan γ sudut yang dibentuk dari cahaya yang dipantulkan oleh bidang.

2

Phesan, Stephen. Ergonomi, Work And Health. 1991. Macmillan Press. Hal:……


(50)

Light meter

Gambar 3.4. Light Meter b. Luminansi

Banyaknya energi cahaya yang dipantulkan kembali oleh permukaan disebut luminan (luminance). Ini merupakan kualitas fisik yang sesuai yang biasa disebut dengan kecerahan (brightness) dari suatu permukaan. Satuan untuk luminansi adalah candela/meter2 (cd/m2).

Pengukuran luminansi dapat diukur dengan suatu light meter yang ditunjukkan atau diarahkan pada permukaan. Cahaya tersebut bergantung pada intensitas dari sumber dan refleksi dari permukaan.

Light meter


(51)

Distribusi luminansi di dalam medan penglihatan harus diperhatikan sebagai pelengkap keberadaan nilai tingkat pencahayaan di dalam ruangan.

Hal penting yang harus diperhatikan pada distribusi luminansi adalah sebagai berikut :4

a. Rentang luminasi permukaan langit-langit dan dinding. b. Distribusi luminansi bidang kerja.

c. Nilai maksimum luminansi armatur (untuk menghindari kesilauan).

Skala luminansi untuk pencahayaan interior dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Skala Luminansi untuk Pencahayaan Interior


(52)

3.3. Pencahayaan Alami 5

Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat dunia. Tanpa cahaya maka dunia akan gelap, hitam dan mengerikan. Keindahan tidak akan tampak dan ternikmati. Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktifitas dengan sehat, nyaman dan menyenangkan.

Matahari sebagai sumber cahaya alami utama bagi bumi mempunyai peran penting dalam sejarah kehidupan manusia. Terbit pagi hari dari ufuk timur dan terbenam sore hari di ufuk barat, begitulah siklus harian perjumpaan manusia dengan sang surya.

Beberapa kelebihan cahaya dan sinar matahari antara lain adalah sebagai berikut:

a. Bersifat alami (natural). Cahaya alami matahari memiliki nilai-nilai (baik fisik maupun spiritual) yang tak tergantikan oleh cahaya buatan.

b. Tersedia berlimpah c. Tersedia secara gratis

d. Terbarukan (tidak habis-habisnya, sampai matahari mati) e. Memiliki spectrum cahaya lengkap

f. Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi mahluk hidup di bumi.

g. Dinamis. Arah sinar matahari selalu berubah oleh rotasi bumi maupun peredarannya saat mengelilingi matahari.


(53)

i. Lebih alami bagi irama tubuh. j. Keperluan potografi alami

Sedangkan beberapa kelemahan cahaya matahari untuk digunakan dalam pencahayaan ruangan adalah sebagai berikut:

a. Pada bangunan berlantai banyak dan gemuk (berdenah rumit) sulit untuk memanfaatkan cahaya alami matahari.

b. Intensitasnya tidak mudah diatur, dapat sangat menyilaukan atau sangat redup.

c. Pada malam hari tidak tersedia

d. Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan e. Dapat memudarkan warna.

3.4. Pencahayaan Buatan6

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni :

a. Sistem Pencahayaan Merata.

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan, digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.


(54)

b. Sistem Pencahayaan Setempat.

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Ditempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut.

c. Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat.

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual.

Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk : 1. Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.

2. Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu.

3. Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut.

4. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.


(55)

Dari segi pengarahannya pencahayaan dibedakan atas 2 macam yaitu: 7 a. Pencahayaan langsung (Direct Lighting), yaitu pencahayaan dengan

mengarahkan sinar langsung ke bidang kerja atau objek.

b. Pencahayaan tidak langsung (Indirect Lighting), yaitu pencahayaan dengan cara memantulkan sinar terlebih dahulu (misalnya, ke langit-langit dan ke arah dinding). Pencahayaan tidak langsung sangat baur, sehingga menimbulkan suasana lembut.

3.5. Pencahayaan Ruang Kerja8

Penerangan pada bidang kerja sebaiknya dari arah kiri-kanan meja. Cahaya lampu dari depan akan terpantul di bidang kerja. Sebaliknya, cahaya dari belakang akan menyebabkan bayangan tubuh menutupi bidang kerja. Cahaya secukupnya saja (lunak), karena mata akan bekerja relatif lama. Terlalu banyak atau sedikit cahaya akan cepat melelahkan mata. Jika bekerja dengan komputer, lampu diletakkan di kiri belakang atas atau kanan belakang atas untuk menghindari pantulan lampu di layar monitor.

Standar pencahayaan untuk lingkungan kerja dari KEPMENKES RI No. 1405/MENKES/SK/IX/02 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

7


(56)

Tabel 3.1. Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja Jenis Kegiatan Tingkat pencahayaan

minimal (lux) Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus

100 Ruang penyimpanan &

ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan kasar dan

terus-menerus

200 Pekerjaan dengan mesin

dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang

kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna,

pemrosesan teksti, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus 1500

Tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci 3000

Tidak menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

(Sumber: KEPMENKES RI No. 1405/MENKES/SK/IX/02)

United Nations Environment Programme (UNEP) dalam pedoman efisiensi Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area kegiatannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(57)

Tabel 3.2. Kebutuhan Tingkat Pencahayaan Ruang Tergantung Area Kegiatan

Keperluan Pencahayaan

(lux) Contoh Area Kegiatan

Pencayaan umum untuk area dan ruangan yang jarang digunakan atau tugas-tugas dan visual sederhana

20

Layanan penerangan yang minimum dalam sirkulasi luar lingkungan, pertokoan di tempat terbuka, dan halaman tempat penyimpanan.

50 Tempat pejalan kaki dan panggung

70 Ruangan Boiler

100 Halaman trafo, ruangan tungku, dll.

150

Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan

Pencahayaan umum untuk interior

200 Layanan penerangan yang minimum dalam tugas

300

Meja dan mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip.

450

Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna dan tugas menggambar kritis.

1500

Pekerjaan mesin dan diatas meja yang sangat halus, perakitan mesin presisi dan instrumen, komponen elektronik, pengukuran dan pemeriksaan bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat)

Pencahayaan tambahan setempat untuk tugas visual yang tepat

3000

Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misalnya instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan dan pengukuran.


(58)

Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi daripada penerangan untuk melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer tidak dapat berdasarkan pada satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux.

Tabel 3.3. Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat Kerja dengan Komputer

Keadaan Pekerja Tingkat Pencahayaan (lux)

Kegiatan komputer dengan sumber

dokumen yang terbaca jelas 300

Kegiatan komputer dengan sumber

dokumen yang tidak terbaca jelas 400-500

Tugas memasukkan data 500-700

(Sumber: Grandjean)

3.6. Mata9

Mata merupakan indra pengelihatan pada manusia. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.

3.6.1. Anatomi Mata

Mata diproteksi oleh tulang rongga mata, alis dan bulu mata, kelopak mata, sel refleks kedip, sel-sel pada pemukaan kornea dan konjungtiva (selaput


(59)

lendir yang melapisi permukaan dalam kelopak mata) serta air mata. Air mata berfungsi memperbaiki ketajaman penglihatan membersihkan kotoran yang masuk ke mata, lubrikasi (pelumasan), media transpor bagi oksigen dari atmosfer, nutrisi (glukosa, elektrolit, enzim protein), serta mengandung antibakteri dan antibodi.

Bola mata mempunyai garis tengah kira-kira 2,5 cm, bagian depannya bening serta terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

1. Lapisan luar (fibrus) yang merupakan lapisan penyangga. 2. Lapisan tengah (vaskuler).

3. Lapisan dalam yang merupakan lapisan saraf.

Mata digerakkan oleh enam otot penggerak mata. Otot-otot ini dikaitkan pada sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot ini menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam, dan ke sisi luar secara bergantian.

Adapun bagian-bagian mata adalah sebagai berikut ini. 1. Skelera

Merupakan pembungkus yang kuat dalam fibrus. Sklera membentuk putih mata. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.

2. Retina

Retina merupakan lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf.

3. Kornea

Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan yang putih mata dan tidak tembus cahaya.


(60)

4. Iris

Merupakan tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos yang berfungsi untuk mengecilkan dan melebarkan ukuran pupil.

5. Lensa

Merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa lapisan. Lensa mata befungsi sebagai organ fokus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.

6. Pupil

Merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.

Gambar 3.7. Anatomi Mata Manusia


(61)

3.6.2. Kelelahan Mata10

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991).

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras.

Menurut Cok Gd Rai (2006), kelelahan mata dapat dipengaruhi dari kuantitas iluminasi, kualitas iluminasi dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkat pencahayaan yang dapat berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan yang ada. Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta warna penerangan yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata dapat menurunkan efisiensi ketajaman penglihatan dan kemampuan membedakan kontras.

Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukkan gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain : kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit,


(62)

perasaan mata berkedip, penglihatan kabur, tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak double, mata terasa panas, dan mata terasa kering (Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja, 1995).

Sedangkan Sidarta (1991), menyebutkan bahwa gejela-gejala kelelahan mata antara lain :

1. Iritasi pada mata (mata pedih, merah, berair) 2. Penglihatan ganda

3. Sakit sekitar mata

4. Berkurangnya kemampuan akomodasi

5. Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi

3.6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata11 a. Faktor Manusia

1. Umur

Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Sebaiknya


(63)

semakin muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit. Daya akomodasi menurun pada usia 45 sampai 50 tahun.

2. Jenis Penyakit Tertentu

Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi mata antara lain: a) Penyakit Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan perubahan dalam hal ini gula atau glukosa menjadi energi secara efisien oleh tubuh, akibatnya kadar gula darah menjadi lebih tinggi dari normal. Kadar glukosa yang berlebihan ini akan memberi gangguan bermacam-macam khususnya pada pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar sehingga lama kelamaan akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi ini dapat berupa komplikasi pada mata yang berakibat katarak yang lebih dini, kabur karena retinanya rusak. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menjadi peradangan pada selaput retina, serabut-serabut yang ke pupil dan otot siliar akan mengalami atrofi dan penglihatan makin lama makin kabur dan jika sering dipaksakan untuk melihat akan menyebabkan kelelahan mata (Sidarta Ilyas, 1991:128). Menurut A.C. Guyton (1991:247) menyebutkan bahwa diabetes mellitus dapat berpengaruh terhadap mata yang berupa katarak senilis terjadi lebih awal dan berkembang lebih cepat, sedangkan diabetic retinopathi dapat menyebabkan gangguan pada retina yang menimbulkan berkurangnya penglihatan, pendarahan vitreorus, robeknya retina.


(64)

b) Penyakit Hipertensi

Resiko akibat hipertensi berupa terjadi kerusakan-kerusakan pada jantung karena harus bekerja keras dan pembuluh-pembuluh darah yang mengeras untuk menahan tekanan darah yang meningkat. Resiko hipertensi juga dapat mengenai mata yaitu pada bagian selaput jala mata atau retina sebagai akibat dari penciutan pembuluh-pembuluh darah mata dan komplikasinya sering bersifat fatal. Hipertensi yang sistemik yang menetap dapat berpengaruh pada mata yang berupa pendarahan retina, odema retina, exudasi yang menyebabkan hilangnya penglihatan (Sidarta Ilyas, 1991:76).

b. Faktor Lingkungan

1. Penerangan

Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan. Penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan mata) dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964, tentang syarat kebersihan, kesehatan dan penerangan dalam tempat kerja, untuk pekerjaan kantor membutuhkan intensitas penerangan sebesar 300 Lux (HIPERKES, 2004:6).


(65)

2. Temperatur Lingkungan Kerja12

Lingkungan kerja memiliki temperature yang berlainan mulai dari yang dingin, sejuk dan panas. Untuk solusi temperatur udara , maka digunakan AC. Tetapi adakalanya pemakaian AC dapat membuat udara menjadi dingin dan kering, sehingga hal ini berdampak pada kesehatan pekerja yang dapat mengakibatkan nyeri tenggorokan, mata menajadi merah, mata kering dan menimbulkan gejala kelelahan mata.

3. Warna13

Dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruang dan alat-alat lainnya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para pegawai akan terpelihara. Selain itu, warna yang tepat juga akan mencegah kesilauan yang mungkin timbul karena cahaya yang berlebihan.

4. Kontras14

Pada Gambar 2.9 dapat dilihat bagaimana illuminasi dan kontras dapat mempengaruhi performance dari penglihatan. Peningkatan kontras mungkin salah satu cara yang lebih efektif dalam upaya meningkatkan daya lihat. Pencahyaan dan kontras juga mempengaruhi kecepatan pemahaman.

12

Haeny, Noer. Analisis Faktor Kelelahan Mata. 2009. FKM UI. 13

Soedarmayanti. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran.1992. Pustaka Binaman Pressindo. Hal 131.


(66)

Gambar 3.8. Pengaruh lluminasi dan Kontras terhadap Ketajaman Penglihatan

5. Silau (Glare)15

Cahaya yang menyilaukan terjadi jika cahaya yang berlebihan mencapai mata. Hal ini dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:

a) Cahaya yang menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discomfort Glare) Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak mengganggu beberapa kegiatan visual. Akan tetapi cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakit kepala.

b) Silau yang mengganggu (Disability Glare)

Cahaya ini secara berkala dapat mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam lensa mata.


(67)

c. Faktor Pekerjaan

1. Durasi kerja (Lamanya Melihat)16

Melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia (Afandi, 2002). Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991).

Waktu kerja bagi seorang tenaga kerja menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Segi-segi terpenting bagi persoalan waktu kerja meliputi:

b) Lamanya seseorang mampu kerja secara baik c) Hubungan diantara waktu kerja dan istirahat

d) Waktu dalam sehari menurut periode yang meliputi siang dan malam

2. Jarak Pandang ke objek

Menurut Jaschinski (1991), melihat ke layar dengan jarak 20 inci dirasakan terlalu dekat. Jarak yang sesuai adalah 40 inci. Sedangkan menurut Grandjean (1991), menyebutkan bahwa jarak rata-rata ideal melihat ke layar adalah 30 inci.

3.6.4. Mekanisme Melihat17

Gelombang cahaya yang diamati memasuki mata melalui lensa dan kemudian masuk ke retina. Di tempat ini energi cahaya itu dirubah menjadi ajakan

16


(68)

syaraf yang mencapai otak melalui saraf optik. Ajakan baru lalu dilepaskan dalam bentuk sejumlah simpul. Sebagian ajakan tersebut dibawa ke pusat-pusat pengendali otot mata. Dari sini ditentukan ukuran manik, lengkungan lensa dan semua gerakan bola mata.

Atas dasar umpan balik yang datang berupa berkas cahaya, maka mata secara terus menerus menyesuaikan diri untuk tugas melihatnya. Mekanisme yang mengaturnya berjalan secara automatik diluar kesadaran. Pada saat yang sama ajakan syaraf lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks hingga memasuki syaraf kesadaran. Dan sekarang semua ajakan tadi telah diterima sebagai gambaran (citra) dari dunia luar. Kini ajakan dari pemikiran, keputusan atau reaksi emosional. Gambar 3.9. merupakan ikhtisar dari proses visual tersebut.


(69)

Adapun keterangan dari Gambar 3.9. di atas adalah : 1. Kornea dan lensa.

2. Penerima cahaya di dalam retina.

3. Pemindahan informasi lewat saraf optik ke otak. 4. Simpul dan pengendali alat optik.

5. Persepsi visual mengenai dunia luar pada alam sadar.

3.7. Monitor Komputer18

Monitor komputer merupakan sejenis peranti persisian output yang berupaya memaparkan aksara dan/atau image, baik diam atau bergerak, yang digunakan oleh komputer dan diproseskan oleh Graphic Card.

3.7.1. Jenis- jenis Monitor

Adapun jenis-jenis monitor komputer adalah sebagai berikut: 1. Monitor Catoda Ray Tube (CRT)

Monitor ini merupakan monitor yang mempunyai tabung yang memproduksi elektron untuk menembak layar, sehingga tercipta gambar di layar seperti cara kerja di televisi. Monitor ini memakai port 15 pin dengan 3 baris. Adapun kelebihan dari monitor CRT adalah sebagai berikut:

a. Harganya lebih murah dibandingkan monitor LCD

b. Kualitas gambar yang lebih tajam dan cerah dibandingkan monitor LCD


(70)

c. Mampu menghasilkan resolusi gambar yang lebih tinggi dibandingkan dengan monitor LCD

d. Memiliki sudut viewable lebih baik dibandingkan monitor LCD Sedangkan kekurangan dari monitor CRT adalah sebagai berikut: a. Menimbulkan efek radiasi yang bisa mengganggu kesehatan.

b. Dimensinya menyita ruangan yang cukup besar. Apalagi bila ukurannya makin besar

c. Menimbulkan efek kedip (flicker) yang mengganggu mata d. Butuh konsumsi listrik yang lebih tinggi dibandingkan LCD e. Sinyal gambar analog

f. Area layarnya tidak optimum karena harus dialokaskan untuk bezel/frame g. Bentuknya kurang sedap dilihat dibandingkan dengan monitor LCD.

2. Monitor Liquid Crystal Display (LCD)

Cara kerja monitor ini adalah dengan pemberian stimulasi arus listrik dari luar kepada liquid crystal (materi biphenyl), sehingga akan mengubah properti dari cahaya yang dilewatkan crystal. Adapun kelebihan dari monitor LCD adalah: a. Konsumsi listrik rendah

b. Tidak menghasilkan radiasi elektromagnet yang mengganggu kesehatan c. Tidak menimbulkan efek kedipan (flicker free)

d. Area layarnya optimum karena tidak termakan untuk bezel/frame


(71)

f. Bentuknya stylish dan enak dilihat g. Sinyal gambar digital

Sedangkan kelemahan dari monitor LCD adalah sebagai berikut: a. Harganya lebih mahal dibandingkan dengan monitor CRT b. Kualitas gambar yang dihasilkan belum sebaik monitor CRT

c. Resolusi gambar yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan monitor CRT d. Sudut viewable-nya terbatas. Begitu mengeset sudut pandang, gambar

terlihat akan berubah.

3. Monitor TFT LCD

Teknologi TFT LCD berupa liquid crystal yang diisikan di antara dua pelat gelas, yaitu colour filter glass dan TFT glass. Colour filter glass mempunyai filter warna yang bertugas memancarkan warna, sedangkan TFT glass mempunyai Thin Film transistor sebanyak pixel yang ditampilkan. Liquid crystal bergerak sesuai dengan perbedaan voltase antara colour filter glass dengan TFT glass. Jumlah cahaya yang dipasok oleh Back Light ditentukan oleh jumlah pergerakan liquid crystal yang pada gilirannya akan membentuk warna.

3.7.2. Istilah-Istilah pada Monitor Komputer19

Dalam perkembangannya, komputer menyertakan bebagai istilah yang perlu untuk diketahui oleh pengguna. Hal ini dapat berguna ketika user ingin membeli hardware dengan ketentuan spek-spek tertentu. Berikut ini istilah-istilah yang berhubungan dengan hardware monitor:


(72)

a. Ukuran layar, adalah panjang diagonal layar dengan ukuran yang bervariasi.

b. Contrast Ratio. Ukuran perbedaan tingkat kecemerlangan dari yang putih yang paling terang, dan yang paling gelap. Merupakan perbedaan antara daerah gelap dan daerah terang. Biasanya, berkisar antara 200:1 hingga 500:1. Pada umumnya semakin tinggi contrast ratio yang dimiliki oleh monitor LCD, semakin baik kualitas gambar yang ditampilkan. Besar contrast ratio dianjurkan sekitar 300 sampai dengan 500.

c. Luminance. Istilah ini menunjukkan tingkat kecerahan (brightness) yang dimiliki monitor. Luminansi diukur dengan satuan candela/m2 yang disebut dengan nits. Semakin besar nits yang dimiliki monitor, maka semakin bagus dan enak suatu gambar dilihat. Kisaran nits yang dimiliki oleh monitor LCD biasanya adalah 170 nits sampai 300 nits.

d. Viewable Angle. Merupakan sudut pandang terhadap monitor menggunakan satuan derajat. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan batasan sudut pandang maksimal yang dimiliki oleh monitor.

e. Response Time. Merupakan ukuran banyaknya frame yang ditampilkan oleh monitor dalam satuan detik.

f. Pixel Picture. Merupakan elemen terkecil citra digital yang diterima oleh mata. Sensor citra secara fisik (dua dimensi) dibuat dari ratus ribuan sel yang peka cahaya. Pada display komputer, pixel adalah titik-titik cahaya yang merupakan objek di layar komputer.


(73)

g. Dot Pitch, merujuk pada jarak, dalam millimeter, yaitu titik yang berdampingan dan sama warnanya pada monitor, merupakan kerapatan pixel atau picture element. Umumnya, jika jaraknya semakin dekat, gambarnya semakin tajam.

h. Resolusi. Merupakan banyaknya pixel yang terdapat pada gambar. Semakin besar resolusinya, gambar yang akan ditampilkan semakin detail. i. Refresh Rate, adalah berapa kali pistol elektron menembakan elektron ke

layar. Refresh rate diukur dalam Hertz (Hz). Sebaiknya monitor memiliki refresh rate yang tinggi. Refresh rate yang rendah dapat menimbulkan kelelahan mata.

j. Pixel Response Rate. Merupakan banyaknya waktu yang dibutuhkan sebuah pixel untuk aktif atau tidak. Pada umumnya Pixel Response Rate diukur dalam satuan ms (millisecond). Semakin kecil rata-rata waktunya, semakin baik pula kualitas gmabar yang ditampilkan LCD.

k. Dead Pixel. Pixel yang terdapat disuatu tempat dilayar tidak ada warnanya ketika suatu gambar ditampilkan berbeda-beda. Dead Pixel merupakan salah satu masalah yang sering terdapat pada monitor LCD.

3.8. Jenis-jenis Lampu20

3.8.1. Lampu Pijar (Incandescent)

Memasang lampu pijar secara menggantung (bagian dasar lampu terletak di atas) akan memperpanjang efikasi karena proses penghitaman (residu


(74)

penguapan filamen) akan tersamar di bagian dasar lampu. Efikasi yaitu jumlah cahaya total yang dihasilkan dibanding dengan daya (watt) yang digunakan.

Memasang lampu pijar menempel di langit-langit tanpa menggunakan tudung akan menyebabkan lingkaran hitam di langit-langit. Lingkaran hitam tersebut sebenarnya adalah kotoran udara yang terbawa oleh arus panas dari lampu yang mengalir ke atas dan menempel di langit-langit. Debu ini lama-kelamaan akan menumpuk di langit-langit dan membentuk lingkaran kotoran.

Lampu pijar dengan watt besar lebih efesien dari yang berwatt rendah. Sebagai contoh, sebuah lampu 100 watt (120 V) menghasilkan 1750 lumen. Sedangkan dua buah lampu 50 W (120 V) hanya akan menghasilkan 1280 lumen.

Gambar 3.10. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)

Adapun beberapa keuntungan menggunakan lampu pijar adalah:

1. Ukuran filamen kecil, maka sumber cahaya dapat dianggap sebagai titik sehingga pengaturan distribusi cahaya mudah.

2. Perlengkapan sangat sederhana dan dapat ditangani dengan sederhana. 3. Pemakaian sangat luwes.

4. Biaya awal rendah

5. Pengaturan intensitas cahaya (redup dan terang) mudah dan murah (dengan memakai dimmer).


(75)

7. Menampilkan warna-warna dengan sangat bagus. Sedangkan kerugian menggunakan lampu pijar adalah: 1. Lumen per watt (efikasi) rendah.

2. Umur pendek (750-1000 jam), makin rendah watt maka makin pendek umurnya.

3. Untuk Negara tropis, panas dari lampu akan menambah beban AC.

4. Warna yang cenderung hangat (kemerahan), secara psikologis akan membuat suasana ruangan kurang sejuk.

5. Hanya cocok untuk kebutuhan pencahayaan rendah.

6. Menyalakan sebuah lampu pijar pada tegangan lampu yang tidak sesuai dengan tegangan yang disarankan akan menyebabkan keuntungan dan kerugian. Menyalakan lampu pijar 120 Volt pada tegangan 125 Volt (104,2%) dan 115 Volt (95,8%) akan menyebabkan kinerja lampu sebagai berikut:

Tabel 3.4. Hubungan antara Tegangan Listrik dengan Kinerja Lampu Pada Tegangan 125 Volt Pada Tegangan 115 Volt

Arus Cahaya (lumen) >16 % <15%

Kebutuhan Daya (watt) >7 % <7%

Efikasi (lumen/watt) >8% <8%

Umur (jam) <42% >72%

3.8.2. Lampu Fluorescent

Adapun beberapa keuntungan menggunakan lampu Fluorescent adalah: 1. Efikasi (Lumen per watt) tinggi

2. Awet, umur lampu hingga 20.000 jam (dengan asumsi lampu menyala 3 jam setiap penyalaan). Makin sering dihidup-matikan umur makin pendek.


(76)

3. Bentuk lampu yang memanjang menerangi area lebih luas dengan cahaya baur.

4. Untuk penerangan yang tidak menghendaki bayangan, lampu Fluorescent lebih baik dibandingkan lampu pijar.

5. Warna cahaya yang cenderung putih-dingin menguntungkan untuk daerah tropis lembab karena secara psikologis akan menyejukkan ruangan.

Sedangkan kerugian dalam menggunakan lampu Fluorescent adalah sebagai brikut:

1. Output cahaya terpengaruh oleh suhu dan kelembaban.

2. Tidak mudah mengatur intensitas cahayanya dengan menggunakan dimmer.

3. Warna keputihan cenderung tidak alami, terutama untuk warna kulit. 4. Kecerobohan pemasangan balas sering menimbulkan bunyi dengung yang

mengganggu dan melelahkan.

5. Balas akan mengeluarkan cukup banyak panas yang membebani AC. 6. Menimbulkan efek cahaya yang bergetar pada arus bolak-balik (Ac),

sedangkan pada lampu Fluorescent arus searah, efek ini tidak tampak.

7. Semakin banyak jumlah lampu dalam satu luminer, efisiensi semakin rendah karena cahaya yang terlarang, terperangkap, serta panas yang timbul. Sedangkan lampu Fluorescent yang terbuka memiliki efisiensi 95%, sedangkan empat buah lampu Fluorescent yang dijejalkan pada satu luminer hanya akan mempunyai efisiensi 64%.


(77)

8. Efisiensi lampu akan meningkat bila suhu dipertahankan tidak lebih dari 400C. Oleh karena itu luminer harus berventilasi.

Gambar 3.11. Lampu Fluorescent

Adapun jenis lampu Fluorescent (TL) yang sering digunakan adalah: a. Lampu Fluorescent berbentuk tabung


(78)

b. Lampu Fluorescent berbentuk Compact (Compact Fluorescent Lamp)

Gambar 3.13. Lampu Fluorescent berbentuk Compact (Compact Fluorescent Lamp)

Lampu neon adalah sebutan salah kaprah di Indonesia bagi Fluorescent Lamp. Lampu neon sebenarnya sebutan pembentuk huruf nama toko atau iklan.

3.8.3. Lampu HID (High-Intensity Discharge)

Adapun beberapa keuntungan menggunakan lampu HID adalah:

1. Kecuali lampu merkuri (yang kualitas cahayanya labih baik dari lampu pijar), efikasi lampu HID jauh lebih tinggi dibandingkan lampu pijar dan fluorescent.

2. Lebih awet dari pijar, dan kadang-kadang lebih awet dari fluorescent. 3. Pendistribusian cahaya lebih mudah daripada lampu fluorescent. 4. Biaya operasional sangat rendah.


(79)

5. Tidak seperti lampu fluorescent, lampu HID tidak terpengaruh oleh variasi suhu dan kelembaban lingkungan.

Sedangkan kerugian menggunakan lampu HID adalah sebagai berikut: 1. Biaya awal sangat tinggi

2. Harga lampu lebih mahal dari jenis lain, hingga dapat mempengaruhi biaya pergantian lampu.

3. Seperti halnya dengan lampu fluorescent, lampu HID butuh balas yang dapat mengeluarkan suara yang mengganggu.

4. Lampu membutuhkan waktu yang sekitar 8 menit untuk bersinar secara penuh.

5. Beberapa lampu dapat mengeluarkan cahaya ungu-ultra yang

membahayakan kesehatan.

6. Lampu HID hanya cocok untuk ruangan dengan ketinggian langit-langit sedang (3-5 m) sampai tinggi (>5 m), awalnya lampu ini dirancang untuk pemakaian di luar ruangan, tetapi produk baru yang dilengkapi dengan pengoreksi warna cocok juga untuk penggunaan di dalam ruangan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)