Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (Hd) Hemoperfusi (Hp) Terhadap Kualitas Hidup Yang Dinilai Dengan Sf-36 Pasien Hemodialisis Reguler

5

II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Ginjal Kronik
2.1.1 Definisi Penyakit Ginjal Kronik10
Penyakit

ginjal

kronik

(PGK)

adalah

suatu

proses


patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresif, yang umumnya berakhir dengan gagal
ginjal. Sedangkan gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, dimana
akan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis
atau transplantasi ginjal. Kriteria PGK dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik10
1. Kerusakan ginjal yang terjadi >3 bulan, berupa kelainan struktural
atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG), dengan manifestasi:
a. kelainan patologis
b. terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi
darah atau urin,atau kelainan dalam tes pencitraan
2. LFG 1 mmolll ( 150 / lglml )



trichloroethanol > 335 / lmolll ( 50/lglml )




barbiturat short acting dan menengah > 200 / lmolll ( 50/lglml )



salisilat > 5 mmolll ( 800 / lglml )



meprobamate > 460 / lmolll ( 100 / lglml )

paraquat > 0,5 / lmolll ( 0,1 / lglml )

Tabel 2.3. Obat yang dapat dibuang oleh sorben hemoperfusi.12
Barbiturat
Amobarbital
Butabarbital
Heptabarbital
Hexobarbital
pentobarbital

Quinalbital
Secobarbital
Thiopental
Vinalbital
Nonbarbiturate hypnotics,
sedatives, tranquilizers

Solvents/gases
carbon tetrachloride
ethylene oxide
Cardiovascular agents
digoxin
β-methyl-digoxin
digitoxin
methylproscillarin
N-acetylprocainamide
procainamide
Alcohols

9


Bromisovalum
carbamazeline
carbromal
chlorpromazine
chloral hydrate
Diazepam
Ethchlorvynol
glutethimide
meprobamate
methaqualone
methypryion
phenytoin
promazine
promethazine
Antidepressants
amitriptiline
clomipramine
desipramine
nortriptyline

Plant/animal toxins
herbicides/insecticides
amanita phalloides
amanitin
chlorinated insecticides
demeton-s-methyl sulfoxide
dimethoate
methyl-parathion
nitrostigmine
paraoxon
parathion
paraquat
phenol
phallaoidin
polychlorinated biphenyls

Ethyl-alcohol
Methyl-alcohol
Analgesics
Acetyl salicylic acid

methyl salicylate
acetaminophen
phenylbutazone
Antimicrobials/anticancer agents
adnamycin
ampicillin
cephalothin
chloramphenicol
chloroquine
Clindamycin
Erythromycin
Gentamicin
Isoniazid
methotrexate
penicillin
Miscellaneous
caffeine
camphor
phencyclidine
phenformin

theophylline

Sumber: Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis.

2.2.2 Sorbent Hemoperfusi
Sorben yang digunakan dalam perangkat hemoperfusi adalah
karbon

(arang), atau resin ion atau resin non-ion. Sorben tersedia

dalam berbagai bentuk dan umumnya dilapisi granular dalam bentuk
tersendiri atau arang granular dilapisi dengan albumin selulosa nitrat
(collodion) polimer atau dengan hydrogel akrilik polimer. Pelapis lain
adalah selulosa asetat, atau dengan hidrogel metakrila.12
Sorben yang digunakan dalam studi klinis umumnya mengandung
100 sampai 300 g arang aktif dalam bentuk tidak berlapis atau berlapis

10

dengan membran polimer dengan ketebalan 0,05-0,5 JLM. Pori-pori

diklasifikasikan sebagai micropores (a radius ofless dari 20 A) yang pada
pokoknya menentukan efisiensi adsorpsi, pori-pori transisi (radius 20
sampai 500 A) dan pori makro (radius sama dengan atau lebih besar dari
500 A) (gambar 2.2). Untuk penggunaan medis dalam perangkat
hemoperfusion karbon aktif harus memiliki kualitas berikut: bebas dari
'microparticulate', mudah di cuci, tahan gesekan, kapasitas serap tinggi,
morfologi permukaan halus, mikropartikel rendah , tanpa ion beracun,
tinggi kompatibilitas darah , dan sterilisasi mudah, toksisitas rendah dan
pirogenitas rendah.12

Gambar 2.2Contoh gambar dialyzer hemoperfusi.12
Sumber: Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis.

2.2.3 Spektrum zat terlarut adsorbed dan efek dari lapisan sorben
Spektrum zat terlarut yang diserap oleh karbon aktif dan
khususnya molekul-molekul racun uremik ditunjukkan pada Tabel 2.4.12
Tabel 2.4Toksin uremia putative yang di hapus oleh sorbent (dengan batas
berat molekul 60 sampai 21.500)12
adrenocorticotrophin
aldosterone

amino acids
calcium
25,OH-cholecalciferol
creatinine
cyclic AMP
epinephrine
folic acid
gastrin
glucagon
glucose
growth hormone
guanidine

myoinositol
non-protein nitrogen
nor-epinephrine
oeganic acids
oxalate
parathyroid hormone
phenols

phosphate
polyamino acids
renin
ribonuclease
serotonin
thyroxine
trace metals; As, Co.

11

indoles
insulin
L-dopamine
magnesium
middle molecule peaks

Cr, Se
triglycerides
triiodothyronine
urea

uric acid
vitamin B12

Sumber: Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis.

2.2.4 Manfaat klinis dalam pengobatan stadium akhir penyakit ginjal
Manfaat klinis hemoperfusion berhubungan dengan spektrum
absorsi arang dan perbaikan dalam gejala-gejala uremik. Hal ini
menunjukkan bahwa hemoperfusion mungkin memiliki peran dalam
pengobatan uremia . Hemoperfusi tidak menyebabkan ultrafiltrasi,
perpindahan cairan dan proses dialisis. Hemofiltrasi hanya mengabsorsi
molekul racun melalui permukaan adrorben. Sehingga sangat mungkin
mengabungkan hemodialisis dangan hemofiltrasi untuk mencapai tujuan
efisiensi dan kapasitas pembersihan darah yang lebih besar.12

2.2.5 Kombinasi hemoperfusi dengan hemodialisis pada pasien penyakit
ginjal kronik dengan hemodialisis
Penelitian telah menunjukkan bahwa terjadinya komplikasi
menengah dan jangka panjang uremik berkaitan dengan tingkat clearance
rendah racun molekul uremik menengah dan besar saat hemodialisis.
Sebagai komponen beracun dari racun uremik dan efek biologis yang
berhubungan menjadi semakin jelas, pengobatan kation purifi darah yang
bertujuan untuk membuang racun ini telah berkembang dari tahap untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memungkinkan pasien untuk kembali
ke masyarakat sebagai orang normal (gambar 2.3). Aplikasi klinis dari
berbagai model teknologi pemurnian darah extracorporeal menunjukkan
tingkat pembersihan racun molekul uremik menengah dan besar, tingkat
efektifitasnya jika diurutkan sebagai berikut : Hemodialisis (HD) /
hemoperfusion (HP) > HP > bio-artificial kidney > hemodiafiltration
(HDF) > hemofiltration (HF) > HD.2

12

Pada penelitian yang dilakukan oleh chen dan kawan-kawan,
dilakukan penelitian pada 100 pasien dengan maintenance hemodialisis,
dibagi ke dalam 2 subgrup dimana subgrup pertama pasien hanya dengan
hemodialisis

dan

subgrup

kedua

pasien

dengan

hemodialisis

dikombinasikan dengan hemoperfusi. Penelitian ini memfolow-up pasien
selama 2 tahun, dinilai primary end point berupa kematian dan secondary
end point berupa leptin, high sensitive C-reactive protein (hsCRP),
interleukin-6 (IL-6), β2 microglobulin (β2-MG), immunoreactive
parathyroid hormone (iPTH), tumor necrosis factor-α (TNF-α) danSF36. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kombinasi hemodialisis
dengan hemoperfusi lebih superior daripada hemodialisis sendiri dimana
kombinasi tersebut secara reguler mampu mengeliminasi toksin uremia
molekul besar dan molekul sedang secara lebih baik.2
Pada beberapa penelitian jangka pendek (kurang dari 3 bulan),
kombinasi hemodialiasis dan hemoperfusi arang meningkatkan bersihan
rata-rata dari creatinine, urate dan molekul sedang. Analisis total dari
solute yang dibuang, menunjukkan jumlah total solute yang dibuang
dalam 2 jam pada kombinasi hemodialisis dan hemoperfusi lebih banyak
bila dibandingkan dengan hanya dengan dialisis selama 5 jam. Pada
analisis berikutnya Gerfald dan Winchester menunjukkan molekul kecil
seperti urea, asam urat, guanidine, dan fenol dengan tidak dapat
dibersihkan oleh hemoperfusi sendiri, dan harus dikombinasi dengan
hemodialisis untuk efisiensi yang lebih besar (tabel 2.3).2
Pada penelitian jangka panjang menunjukan bahwa kombinasi
hemoperfusi dengan dialisis dapat memperbaiki kecepatan konduksi
saraf, perbaikan elektromiogram, pruritus dan perikarditis. Stefoni dan
kawan-kawan serta chang dan kawan-kawan dari penelitian yang mereka
lakukan, kombinasi hemodialisis dan hemoperfusi dapat mengurangi
waktu dialisis tanpa menghasilkan efek samping. Penelitian yang lain
yang telah mengkombinasikan hemodialisis dan

hemoperfusi secara

sukses mengurangi frekuensi hemodialisis pada pasien dengan gangguan

13

akses veskular. Capodicasa dan kawan-kawan menjelaskan bahwa
kombinasi hemodialisis dan hemoperfusi memberikan out come yang
baik sehingga secara ekonomi mengurangi biaya (tabel 2.4).2

Gambar 2.3 Skema kombinasi hemodialisis dan hemoperfusi12
Sumber: Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis.

Tabel 2.5 Penelitian-penelitian pendek sebelumnya tentang kombinasi
HD/HP.12
Sorbent system and
method
Uncoated merck
charcoal 200 g, HP
alone
Uncoated union
carbide charcoal
200g, HP alone
Fisher albumin
collodion coated
charcoal(ACAC)

Solute removed or
%↓ in plasma
level
U(100), Cr(220),
UA(227), P(175),
G(191), I(190),
O(167)
Cr(160), UA, Ca,
GI.
Cr(160), UA(180)

adverse effects,
comment
↓platelets 50%,
↓fibrinogen 40%,
↓protein, pyrexia,
hypotension
↓platelets 50%,
blood lost,
hemolysis
platelets 92% of
control, pyrexia

Reference

Yatzidis

Dunea

Chang

14

300g, HP alone
ACAC 300g with
HD or with
ultrafiltation
Norit cellulose
acetate coated
charcoal 150g HP
alone
Uncoated fixed-bed
charcoal 100g, HP
alone or with HD
Petroleum based
albumin collodion
coated charcoal 300g
HP with HD
Suteliffe-speakman
acrylic hydrogelcoated charcoal or
XAD-4 resin HP
alone
Norit cellulose
acetate coated
charcoal 300g HP
alone
Suteliffe-speakman
acrylic hydrogelcoated charcoal 300g
HP alone or with HD
Norit cellulose
acetate coated
charcoal 300g HP
alone or with HD
Norit cellulose
acetate coated
charcoal 300g HP
alone or with HD

Uncoated pyrolized
resin XE-336 200g
HP alone

HP/HD Cr(163),
UA(153),
MMS(99)
Cr, UA, P, G

-

Chang

↓platelets 40%

Yatzidis

Cr(100HP/HD),
UA, Ca,
triglycerides,
Cr(↓65%),
UA(↓68%)

↓platelets 53% or
26%

Dunea

Platelets variable

Ota

Cr(↓67% charcoal)
Cr(↓95% XAD-4)
U, G, P, MMS,
amines

MMS removal
Charcoal XAD-4

Leber

Cr(180), UA(180),
MMS(↓50%) AAS

Leukopenia,
hypotension

Oules

Cr(180), UA(115),
MMS, AAS,
hormones

↓platelets 30%,
↓fibrinogen 30%,
dialysis
encephalopathy
unchanged
-

Winchester

↓platelets 20%

Trznadel

↓platelets 40%,
↓leukocytes 80%
biocompatable

Rosenbaum

Cr(180), UA(180),
P(110)

MMS(↓59%),
U(↓6%),
Cr(↓32%),
UA(↓42%),
myoinositol(↓27%
), Ca(↓8%)
Cr(220) UA(220)
Ca

Martin

Sumber: Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis.

Tabel 2.6 Penelitian-penelitian panjang sebelumnya tentang kombinasi
HD+HP12
Sorbent system and
method
Uncoated merck

Solute removed or
%↓ in plasma level
U(100), Cr(220),

adverse effects,
comment
↓platelets 50%,

Reference
Yatzidis

15

charcoal 200 g, HP
alone
Uncoated union
carbide charcoal 200g,
HP alone
Fisher albumin
collodion coated
charcoal(ACAC) 300g,
HP alone
ACAC 300g with HD
or with ultrafiltation
Petroleum based
albumin collodion
coated charcoal 300g
HP with HD
Uncoated fixed-bed
charcoal 100g, HP
alone or with HD

Hydron coated
petroleum based
activated charcoal 170g
HP with HD
ACAC coated coconut
or petroleum based
activated charcoal 300
g HP with HD
Hydroxylmethacrylate
coated Norit charcoal
150 g with HD

UA(227), P(175),
G(191), I(190),
O(167)
Cr(160), UA, Ca,
GI.

↓fibrinogen 40%,
↓protein, pyrexia,
hypotension
↓platelets 50%, blood
lost, hemolysis

Cr(160), UA(180)

platelets 92% of
control, pyrexia

Chang

HP/HD Cr(163),
UA(153), MMS(99)
Cr(↓50%),
UA(↓62%)

Nerve conduction
Velocity improved
Disequilibrium
Headache, pyrexia,
Platelets rose

Chang

Cr(100HP/HD),
Cr(↓25%),
UA(↓22%),
Ca(↓10%)

Hypotension, platelets
20%-50% depend on
priming

Siemsen

-

Improved neuropathy
and electromyogram

Otsubo

-

Nerve conduction
Velocity improved

Agishi

Dunea

Odaka

HP Cr(77), UA(55),
Vit B12(31), HP/HD
Cr(174), UA(119),
Vitamin B12(52)

platelets unchanged,
Stefoni
Hypotension, cramps,
headache, pyrexia,
nausea, chills,
improved neuropathy
and pericarditis,
pruritus
Sumber; Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis.

2.3

H
EMODIALISIS
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang paling

banyak dipilih oleh para penderita PGK stadium terminal. Dalam suatu proses
HD, darah penderita dipompa oleh mesin ke dalam kompartemen darah pada
dialyzer. Dialyzer mengandung ribuan serat sintetis yang berlubang kecil
ditengahnya. Darah mengalir di dalam lubang serat sementara dialisat
mengalir diluar serat, sedangkan dinding serat bertindak sebagai membran
semipermeabel tempat terjadinya proses ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi

16

dengan cara meningkatkan tekanan hidrostatik melintasi membran dialyzer
dengan cara menerapkan tekanan negatif kedalam kompartemen dialisat yang
menyebabkan air dan zat-zat terlarut berpindah dari darah kedalam cairan
dialisat untuk selanjutnya dibuang.11
Proses hemodialisis pada umumnya tidak bisa membersihkan molekul
racun uremik menengah dan besar dan racun yang terikat protein, akibatnya
muncul penumpukan racun uremia molekul sedang dan besar (gambar 2.4).11

Gambar 2.4 Proses hemodialisis
Sumber: Dikutip dari Suharjono dan Susalit E, Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1.

2.4 KUALITAS HIDUP
Kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) adalah
persepsi seseorang terhadap kedudukannya dalam konteks kehidupan
berdasarkan nilai budaya dan sistem dimana mereka hidup dan hubungannya
dalam mencapai target sasaran.15 Ukuran kualitas hidup saat ini banyak
digunakan untuk melengkapi penilaian obyektif secara klinis atau ukuran
penyakit secara biologis untuk menilai kualitas pelayanan, pemeliharaan

17

kesehatan, keefektifan suatu tindakan intervensi, dan analisis penggunaan
biaya.16
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, seperti
faktor kesehatan, ekonomi, lingkungan, keamanan, dan lainnya. Walaupun
faktor-faktor ini saling terkait satu sama lain dalam menentukan kualitas hidup
seseorang, namun yang akan dibahasi di bidang kesehatan hanya kualitas
hidup terkait kesehatan (health related quality of life/ HRQOL). Banyak
definisi tentang kualitas hidup terkait kesehatan, salah satunya adalah yang
didefinisikan oleh Cella dan Tulsky sebagai penilaian seseorang terhadap
derajat fungsi dan kepuasannya sekarang dibandingkan dengan apa yang
diharapkan.16
Konsep dasar kualitas hidup mencakup karakteristik fisikal, sosial,
dan psikologi yang digambarkan dengan kemampuan individu mengerjakan
sesuatu, perasaan puas terhadap sesuatu yang dikerjakan, hubungan dengan
penyakit, atau pengobatan. 17 Kualitas hidup menurut Cummins (1997) adalah
kumpulan

beberapa

produktivitas,

hal

keakraban,

seperti:

kesejahteraan

keamanan,

material,

kesejahteraan

kesehatan,

masyarakat

dan

kesejahteraan emosional yang dinilai baik secara obyektif (menurut nilai-nilai
kultural) maupun subyektif (kepuasan yang diukur secara individu). Penilaian
kualitas hidup umumnya dilakukan pada penyakit-penyakit kronis seperti
diabetes, hipertensi, asma, keganasan, AIDS dan penyakit ginjal tahap akhir,
karena pada penyakit-penyakit tersebut kualitas hidup dapat berubah baik
akibat pengaruh terapi jangka panjang maupun jangka pendek.4
Dalam penatalaksanaan pasien hemodialisis reguler, penilaian
terhadap kualitas hidup merupakan faktor utama disamping hemodialisis yang
adekuat. Kualitas hidup berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas
pasien. Beberapa penelitian sebelumnya didapatkan adanya penurunan
kualitas hidup pasien, yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko yang antara
lain usia, keadaan anemia, malnutrisi, hipervolemia, infeksi dan lain-lain. Oleh
karena itu penilaian kualitas hidup pasien dibutuhkan untuk mengidentifikasi
faktor risiko dan memodifikasi terapi terhadap faktor risiko tersebut.13,14

18

Terdapat beberapa instrumen untuk menganalisis kualitas hidup yang
meliputi persepsi fisik, psikologi dan hubungan sosial pasien, seperti Sickness
Impact Profile, Karnofsky Scales, Kidney Disease Quality of Life (KDQL)
kuesioner dan Medical Outcomes Study 36-Item Short-Form Health Survey
(SF-36) yang telah banyak digunakan dalam mengevaluasi kualitas hidup
pasien penderita penyakit-penyakit kronis.4

2.4.1 SF 36
SF-36 adalah salah satu instrumen

yang telah terbukti dapat

dipakai untuk menilai kualitas hidup pada hampir semua penelitian
penyakit kronis termasuk pasien hemodialisis dan bisa juga digunakan
untuk menilai kualitas hidup pada populasi yang sehat. Instrumen ini
sederhana dan mudah dan secara luas telah dipakai.18,19,20
SF-36 ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tanpa
mengubah makna aslinya dan telah divalidasi. 21,22 Beberapa penelitian di
Indonesia yang menggunakan skor yang baru yang belum diterjemahkan
dan divalidasi, bahkan menggunakan SF-36 sebagai baku emas, termasuk
penelitian Perwitasari di Yogyakarta yang menggunakan European
Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life
Questionnaire-C30 (EORTC QLQ-C30), yang meneliti mengenai
pengukuran kualitas hidup pasien kanker sebelum dan sesudah
kemoterapi dengan EORTC QLC-C30 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.8
SF-36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala antara lain:5

a.

Fungsi fisik (Physical Functioning/PF)
Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan aktivitas

seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat, dan gerak
badan. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas
tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan
melakukan semua aktivitas fisik termasuk latihan berat.

19

b.

Keterbatasan akibat masalah fisik (Role of Physical/RF)
Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar

kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik
menimbulkan masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain tidak
dapat melakukannya dengan sempurna, terbatas dalam melakukan aktivitas
tertentu atau kesulitan di dalam melakukan aktivitas. Nilai yang tinggi
menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap
pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.

c.

Perasaan sakit/ nyeri (Bodily Pain/BP)
Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa nyeri

dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik di dalam maupun
di luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan rasa sakit yang sangat berat
dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak
ada keterbatasan yang disebabkan oleh rasa nyeri.
d.

Persepsi kesehatan umum (General Health/GH)
Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan

termasuk kesehatan saat ini, ramalan tentang kesehatan dan daya tahan
terhadap penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan terhadap
kesehatan diri sendiri yang memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan
persepsi terhadap kesehatan diri sendiri yang sangat baik.
e.

Energi/ Fatique (Vitality/VT)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan,
capek, dan lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah,
capek, dan lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan
penuh semangat dan berenergi.
f.

Fungsi sosial (Social Functioning/SF)

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan
fisik atau masalah emosional yang me gg ggu aktivitas sosial normal.
Nilai yang rendah menunjukkan gangguan yang sering. Nilai yang tinggi
menunjukkan tidak adanya gangguan.

20

g.

Keterbatasan akibat masalah emosional (Role Emotional/RE)

Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana
masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan masalah emosional
mengganggu aktivitas termasuk menurunnya waktu yang dihabiskan
untuk beraktivitas, pekerjaan menjadi kurang sempurna, dan bahkan tidak
dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak
adanya gangguan aktivitas karena masalah emosional.
h.

Kesehatan mental (Mental Health/MH)

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan mental
secara umum termasuk depresi, kecemasan, dan kebiasaan mengontrol
emosional. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan tegang dan depresi
sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan tenang,
bahagia, dan penuh kedamaian.
Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana
persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan
akibat masalah emosional disebut sebagai dimensi “Kesehatan Mental”
(Mental Component Scale/MCS), sementara fungsi fisik, keterbatasan
akibat masalah fisik, perasaan sakit/ nyeri, persepsi kesehatan umum dan
energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik” (Physical Component
Scale/PCS). Masing-masing skala dinilai 0-100, dimana skor yang lebih
tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.6,7
Pertanyaan yang mewakili ke-8 dimensi dapat terlihat pada table 2.7.
Penghitungan hasil skor kualitas hidup terkait kesehatan dengan kuesioner
SF-36 menggunakan daftar nilai seperti yang tersebut dalam tabel 2.8.
Untuk skor akhir, dilakukan perhitungan rata-rata pada masing-masing
pertanyaan yang menunjukkan dimensi yang diwakilinya seperti pada
tabel di bawah sehingga hasil akhirnya akan menunjukkan skor masingmasing dimensi yaitu skor dimensi fungsi fisik, peranan fisik, rasa nyeri,
kesehatan umum, fungsi sosial, energi, peranan emosi, dan kesehatan
jiwa.5
Tabel 2.7 Pertanyaan yang mewakili 8 dimensi kuesioner SF-365
Skala
Fungsi fisik

Jumlah Item
10

Nomor Pertanyaan
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

21

Peranan fisik

4

13, 14, 15, 16

Peranan emosi

3

17, 18, 19

Energi

4

23, 27, 29, 31

Kesehatan jiwa

5

24, 25, 26, 28, 30

Fungsi sosial

2

20, 32

Rasa nyeri

2

21, 22

Kesehatan umum

5

1, 33, 34, 35, 36

Tabel 2.8 Skor kuesioner SF-36
No Pertanyaan
1, 2, 20, 22, 34, 36

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12

13, 14, 15, 16, 17, 18,
19

No Respon

Skor

1

100

2

75

3

50

4

25

5

0

1

0

2

50

3

100

1

0

22

21, 23, 26, 27, 30

24, 25, 28, 29, 31

32, 33, 35

2

100

1

100

2

80

3

60

4

40

5

20

6

0

1

0

2

20

3

40

4

60

5

80

6

100

1

0

2

25

3

50

4

75

5

100