Makalah psikologi agama (kebutuhan agama)

Makalah Psikologi Agama (Kebutuhan Agama)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihanlatihan yang dilaluinyapada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak
pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan
merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. lain halnya dengan orang yang diwaktu
kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama. Maka orang-orang tersebut akan
dengan sendirinya mempunyai kecenderenungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama
terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat
merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Mengetahui kebutuhan manusia akan agama
Untuk mengetahui pendidikan agama bagi anak
Untuk mengetahui agama pada masa remaja
Untuk mengetahui perkembangan usia lanjut dan agama


BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Manusia akan Agama

Manusia disebut sebagai makhluk yang beragama (homo religious). Dalam ajaran agama
islam, bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan
dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut
adalah kecenderungan terhadap agama.
Prof.Dr. hasan Langgulung mengatakan:
“salah satu cirri fitrah ini ialah bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan
kata lain, manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu
sebagian dari fitrah-Nya”.
Dalam Munjid juga ditemukan bahwa fitrah juga mempunyai arti yaitu: ”sifat yang
mensifati segala yang ada pada saat selesai diciptakan”. Arti-arti diatas masih bersifat umum
untuk mengkhususkan arti fitrah hendaklah diperhatikan maksud firman Allah SWT sebagai
berikut: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah). Tetapkanlah atas
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya. (QS Al-Rum
30:30) Mushthafa Al-Maraghi menafsirkan ayat diatas sebagai berikut: “tetaplah pada tabiat
yang telah ditetapkan Allah pada diri manusia, maka Allah menjadikan fitrah mereka itu

cenderung kepada tauhid itu sendiri dengan petunjuk yang benar dan berasal dari akal”.
Menurut muzayyin Arifin, berdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna
terhadap istilah fitrah yang diangkat dari firman Allah dan sabda Nabi di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang manusia yang
dianugerahkan Allah kepadanya. Di dalamnya terkandung beberapa komponen psikologi
yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia.
Komponen itu terdiri atas:
1) Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada agama islam
saja.
2) Kemampuan dasar untuk beragama Islam (ad-dinul aayyimaah) dimana faktor iman
merupakan intinya.
3) Muwahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi atau kecenderungan) yang mengacu pada
keimanan kepada Allah.
Karena adanya fitrah ini, maka manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang
disebut agama. Manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui
adanya Yang Maha Kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.1

1 Jalaluddin. 2009. Psikologi Agama. Palembang: PT. Raja Gafindo Persada.

B. Kebutuhan Ibadah (Agama)


Bentuk kebutuhan agama dalam hal ini dirtikan sebagai kebutuhan beribadah sebagai
salah satu tugas manusia. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia dan jin diciptakan
bertugas untuk beribadah.

‫و ما خلقت الجن و النس ال ليعبدون‬
“…. Tidak ku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
Tugas Beribadah ini beruhubungan erat dengan tugas sebagai khalifah, ibadah sebagai
implementasi hubungan vertikal, sedangkan khalifah sebagai implementasi hubungan
kebawah dengan alam. Ibadah merupakan implementasi ketundukan dan kepatuhan kepada
atasan, sementara khalifah merupakan implementasi kekuasaan yang bertanggung jawab dan
pengelolaan yang ramah lingkungan.2
C. Pendidikan Agama Bagi Anak-anak
Perkembangan anak pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil,
dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman
yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama) akan semakin banyak unsur agama, maka
sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.
Bagaimana cara memberikan pengalaman keagamaan kepada anak akan ikut membentuk
pribadinya....?
apa

yang
dapat
dilakukan
oleh
guru
agama...?
diantara masalah yang perlu di ketahui oleh guru agama dan akan di bicarakan dalam bidang
ini adalah : pembinaan pribadi anak, perkembangan agama pada anak, pembiasaan
pendidikan pada masa anak, dan beberapa hal yang prlu di ketahui dan di ingat oleh guru
agama.
D. Perkembangan Agama pada Remaja
Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan
atau diatas peralihan atau diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak
yang penuh keberuntungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. Apabila
seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, mampu
mempertanggung jawabkan setiap tindakannya dan dapat menerima filsafat hidup yang
terdapat dalam masyarakat dimana pun ia hidup, maka waktu itu dia telah dapat dikatakan
dewasa.
Jika kita ingin meneliti dan mempelajari jalan perkembangan perasaan agama pada
remaja, kiranya kita tidak dapat mengabaikan faktor-faktor terpenting dalam pertumbuhan

remaja itu, antara lain:

2 Baharuddin. 2004. Paradigma Psikologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

1) Pertumbuhan mental remaja
Ide-ide dan pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang
dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak
mendapat kritikan-kritikan dalam hal agama itu. Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah
yang menjadi keyakinan yang diperpeganginya melalui pengalaman-pengalaman yang
dirasakannya.
2) Masalah mati dan kekekalan
Pada masa remaja pengertian tentang mati telah lebih meluas dan mendalam, sehingga ia
memandangnya sebagai suatu phenomena umum yang wajar, yang akan menimpa semua
orang dan juga dirinya sendiri, bahkan akan terjadi atas seluruh makhluk. Yang berarti bahwa
pemikirannya itu tidak berhubungan dengan manusia saja, tapi sebagai hukum alam yang
umum. Kendatipun pikiran tentang mati itu telah meningkat, namun mereka tidak dapat
menghilangkan kegelisahan, yang mengambil bentuk sebagai berikut:
a)
Takut berpisah dengan keluarga
b)

Takut dirinya akan mati
3) Emosi dan pengaruhnya terhadap agama
Diantara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada masa remaja, adalah
konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan, baik yang
terjadi pada dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam masyarakat umum atau disekolah.
Diantara konflik yang membingungkan dan menggelisahkan remaja ialah jika mereka merasa
atau mengetahui adanya pertentangan tentang antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan.
4) Perkembangan moral dan hubungannya dengan agama
Kita tidak dapat mengatakan seorang anak yang baru lahir bermoral atau tidak bermoral.
Karena moral itu bertumbuh dan berkembang dari penglaman-pengalaman yang dilalui oleh
anak-anak sejak lahir. Pertumbuhannya sudah dapat dikatakan mencapai kematangannya pada
usia remaja, ketika kecerdasannya telah selesai bertumbuh.3
E. Perkembangan usia lanjut dan agama
Perkembangan selanjutnya digambarkan oleh garis lurus sebagai gambarn terhadap
kemntapan fisik yang sudah dicapai. Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia seiar 50
tahun, perkembangan fisik manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang
banyak. Barulah diatas usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastis
hingga mencapai usia lanjut. Oleh karena itu, umumnya garis perkembangan pada periode ini
digambarkan oleh garis menurun. Periode ini disebut sebagai periode regresi (penurunan).
Mengenai kehidupan keagamaan pada lanjut ini William James menyatakan bahwa umur

keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia tua, ketika gejolak
kehidupan seksual sudah berakhir (Robert H. Thouless, 1992: 107).

3 Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah tentang “Kebutuhan Agama” dapat disimpulkan bahwa ajaran agama itu sangat
berpengaruh besar terhadap jiwa kita, dan pendidikan agama sangat di butuhkan pendidikan
sejak dini sehingga di usia lanjut dapat membentuk kepribadian yang baik.
B. Penutup
Demikian makalah tentang “kebutuhan agama” yang telah kami paparkan. Semoga
bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karenanya kritik dan saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin. 2009. Psikologi Agama. Palembang: PT. Raja Gafindo Persada.

Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Baharuddin. 2004. Paradigma Psikologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar