Tugas makalah psikologi agama terhadap

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Manusia dengan berbagai potensi membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang
akan diembannya dapat terwujud. Dalam literatur lain mengatakan bahwa pendidikan Islam
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara lahir maupun
batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT.
Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia
yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang.
Pengertian kognisi sendiri sebenarnya meliputi aspek – aspek struktur intelek yang
dipergunakan untuk mengetahui sesuatu1. Dengan kata lain jika manusia memiliki
pengetahuan tentang agama, misalnya pengetahuan tentang akidah, maka tentunya akan
berpengaruh kepada aspek keberagamaan dan moralitas. Otak manusia sebagai pusat memori
dan pengetahuan menjadi pusat kontrol setiap perilaku. Piaget dan Kohlberg menekankan
bahwa pemikiran moral seorang anak, terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas
kognitifnya2.
Akan tetapi jika kita melihat fakta di lapangan, tidak sedikit manusia (dalam hal ini siswa),
dimana secara perkembangan kognitif memiliki pengetahuan agama yang banyak dan
mendalam, akan tetapi tidak ada signifikansi dalam pengamalan sehari – hari, terutama
dalam hal sikap mental dan moralitas, serta kesadaran dalam beragama. Pengetahuan agama
hanya menjadi sebuah ilmu tanpa ada pengamalan. Di sekolah yang menerapkan sistem Islam

Terpadu (IT), mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dijadikan sebagi tolak ukur dalam
peningkatan kesadaran moralitas dan kehidupan beragama siswa. Akan tetapi sikap mental
keagamaan dan kesadaran siswa tersebut menghilang bersamaan dengan kembalinya siswa ke
dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.

B. Rumusan masalah
Melihat problematika pada pendahuluan diatas, maka penulis ingin mengkaji tentang
seberapa jauhkah signifikansi ranah kognitif bagi peningkatan kesadaran moral dan
kehidupan beragama siswa.

1 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Penerbit Libri, 2011), Cet.Ke-4, h 136
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2013),Cet.Ke-18,h 75

BAB II
PEMBAHASAN
Tahap Belajar kognitif
Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif siswa. Belajar
kognitif terkait dengan pemrosesan informasi dalam benak siswa. Informasi yang diperoleh
oleh otak pembelajaran berupa pengetahuan yang dapat berupa konsep prosedur, dan prinsip

–prinsip3.
Charles M. Reigeluth (1989) membagi tahap – tahap belajar kognitif menjadi tahap
pengingatan (memorisasi), tahap pemahaman, dan tahap penerapan. Belajar pada tahap
penerapan terkait dengan kemampuan siswa dalam membuat generalisasi pengetahuan dalam
situasi yang baru, atau telah terjadi transfer pengetahuan dalam belajar. Teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori ini menekankan bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamnnya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya4.
Pendekatan Perkembangan Kognitif
Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya
memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya.Pendekatan ini
mendorong siswa untuk berfikir aktif tentang masalah – masalah moral, dan dalam membuat
keputusan – keputusan moral. Perkembangan moral menurut perkembangan ini dilihat
sebagai perkembangan tingkat berfikir dalam membuat pertimbangan moral (Elias,1989)5.
Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu
siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai
yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan – alasannya ketika
memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral6.
Proses Pendidikan
Proses pendidikan dapat kita rumuskan sebagai proses humanisasi yang berakar pada nilai –

nilai moral dan agama, yang berlangsung dalam lingkungan pribadi, keluarga, masyarakat,
dan bangsa, serta kini dan masa depan. Berbagai pendidikan nilai yang berkembang
mempunyai aspek penekanan yang berbeda, serta mempunyai kekuatan dan kelemahan yang
relatif berbeda pula. Pada umumnya, pendekatan yang berkembang lebih banyak memberikan
penekanan pada proses dan kurang mementingkan aspek isi nilai.

3 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), Cet. Ke-1, h. 144
4 Ibid , h. 75
5 Endang Sumantri dan Sofyan Sauri, Konsep Dasar Pendidikan Nilai, (Bandung: PT. Pribumi Mekar, 2006),Cet.
Ke-1,h. 78
6 Ibid.

Nilai – nilai Ilahiah
Kegamangan nilai yang dialami masyarakat sekarang merupakan akibat manusia lebih
mengutamakan kemampuan akal dan memarginalkan peranan agama atau nilai – nilai
ilahiah7. Akibatnya siswa kehilangan nilai – nilai kesiswaannya dan kosong dari nilai – nilai
spiritual. Kemampuan otak dan rasionalitas telah mencapai titik puncak, tetapi tidak disertai
dengan kekuatan rohaniah, akibatnya hidup menjadi kehilangan makna.
Sumber –sumber nilai yang menjadi panutan sangat beragam dan berasal dari berbagai

sumber. Keluarga atau lingkungan sosial orang tua mengalami redukdi peran dari satu –
satunya sumber nilai yang diinternalisasi, hanya menjadi salah satu sumber.
Demikian pula, al-Quran memberikan pedoman mengenai modus pendidikan agar lebih
efektif dan bermanfaat bagi kehidupan manusia:

‫حوسن واة وو جضأادل حههحم ابا ب ولتحي اهوي ا وححوسهن اا ب ون ورببووك ههوو‬
‫ا هحدهع ااولى وسابي حال ور اببوك ابال حاحك حوماة ووال حومحواعوظاة ال ح و‬
‫عل وهم ابال حهمحهتوادي حون‬
‫عحن وسابي حلااه وو ههوو ا و ح‬
‫او ح‬
‫عل وهم ابومحن وض ب ول و‬
Artinya : “ serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (Q.S an-Nahl [16]: 125).
Dengan susunan kalimat yang indah dan meyakinkan, ayat ini menetapkan prinsip-prinsip
dan metode pengajaran yang baik untuk segala zaman. “Kita harus mengajak semua manusia
kepada jalan Allah dan menjelaskan ketetapannya yang universal. Kita harus melakukannya
dengan bijaksana dan penuh kearifan; berbicara dengan berbagai manusia sesuai dengan daya
piker mereka masing-masing; meyakinkan mereka dengan berbagai ilustrasi dan contoh

sesuai dengan perbedaan tingkat pengetahuan dan pengalaman mereka8
Pendidikan dan lingkungan Keluarga
Keluarga dan rumah, merupakan pelabuhan yang aman dan tambatan yang kokoh bagi setiap
keluarga. Pada hakikatnya, di dalam keluarga ini sendi-sendi dan tradisi: adat, turunan,
pandangan hidup, tingkah laku dan umumnya nilai-nilai keagamaan diturunkan dari orang tua
kepada anak-anak. Keamanan dan perlindungan yang anak-anak rasakan terdapat dalam
keluarganya, akan memberikan pula kepadanya kepercayaan pada diri sendiri, di dalam
menghadapi berbagai persoalan di dalam hidupnya9.

7 Endang Sumantri dan sofyan Sauri, Konsep Dasar Pendidikan Nilai, (Bandung: PT. Pribumi Mekar, 2006),Cet.
Ke-1,h. 2
8 Afzalul Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran, (Bandung: PT.Mizan Pustaka,2007), Cet. Ke-2, h. 290291
9 Tisna Amidjaja, Iman, Ilmu, dan Amal, (Jakarta; CV. Rajawali, 1992), Cet. Ke-2,h. 22

BAB III
KESIMPULAN

Perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Ranah kognitif menitik beratkan kepada bagaimana
proses belajar itu berlangsung, dan bukan bagaimanakah hasil dari pelajaran tersebut. Akan

tetapi, melalui pendekatan perkembangan kognitif menuntut siswa untuk berfikir kritis
terhadap aspek moral dan kesadaran dalam beragama.
Signifikansi ranah kognitif dalam upaya peningkatan kesadaran moral dan kehidupan
beragama siswa merupakan sebuah pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya. Otak sebagai
markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga
menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.
Akan tetapi pengetahuan yang tersimpan di dalam otak itu sendiri, memerlukan nilai – nilai
dan makna, sehingga pengetahuan bukan hanya sekedar menjadi ilmu, akan tetapi menjadi
sebuah kekuatan amal. Dalam hal peningkatan moralitas dan mengamalkan kehidupan
beragama, nilai-nilai dan makna itu sendiri disebut iman. Dalam perspektif pendidikan agama
Islam, banyaknya pengetahuan dalam ranah kognitif siswa , belum tentu menjadikan
kekuatan dalam mengamalkan segala pengetahuan yang ada tanpa didasari oleh kekuatan
iman. Kekuatan iman didapat melalui proses pemahaman pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta, Penerbit Libri, 2011
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2013
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, Bandung, PT.

Remaja Rosdakarya, 2001
Endang Sumantri dan Sofyan Sauri, Konsep Dasar Pendidikan Nilai, Bandung, PT. Pribumi
Mekar, 2006
Afzalul Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran, Bandung, PT.Mizan Pustaka, 2007
Tisna Amidjaja, Iman, Ilmu, dan Amal, Jakarta, CV. Rajawali, 1992

Signifikansi Ranah Kognitif Bagi Peningkatan
Kesadaran Moral dan Kehidupan Beragama
(Tugas Makalah Pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan )

Disusun Oleh :
Syaeful Ginanjar
Moh. Eppy Sjaepoeddin

Program Studi
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Program Magister
2013