Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kelompok Investigasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biswa SMP Negeri 12 Palu pada mata pelajaran IPS Terpadu | Riana | GeoTadulako 5847 19419 1 PB

0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE KELOMPOK INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 12 PALU
PADA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI

RIANA

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2013

1

ABSTRAK


RIANA, 2013.penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 12 Palu pada mata
pelajaran IPS Terpadu. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi,
Jurusan IPS FKIP Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Widya puji astuti.
dan Pembimbing (II) Amiruddin

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
Model Pembelajaran kelompok investigasi. Model pembelajaran investigasi
adalah pembelajaran dengan spesialis tugas didalam kelompok investigasi
terdapat tiga konsep utama yaitu pengetahuan, penelitian dan belajar kelompok.
Masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah apakah
dengan model pembelajaran kelompok investigasi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 12Palu.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, pada setiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Pada
setiap siklus dilakukan dua kali tindakan. Penelitian ini melibatkan 25 siswa
kelas VIII SMP Negeri 12Palu, yang tediri dari 17 siswa perempuan dan 8
siswa laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa seiring dengan diterapkannya model pembelajaran kelompok

investigasi yakni dapat dilihat dari hasil belajar siswa siklus I yaitu diperoleh
ketuntasan belajar klasikal sebesar 76,00 dan pada siklus II diperoleh hasil
belajar siswa yaitu ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 92,00 dan
observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I, yakni 62,50% dan
75,00%, serta aktifitas siswa dalam kategori cukup baik. Pada siklus II
diperoleh 87,50% dan 93,75% dengan peningkatan aktifitas siswa berada dalam
kategori baik. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kelompok investigasi dapat
meningkatkan hasil belajar belajar dan aktifitas siswa kelas VIII SMP Negeri
12 Palu.

Kata kunci : Model pembelajaran Kelompok Investigasi, Hasil Belajar

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

2

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Matapelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadapmasalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadapperbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalahyang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpakehidupan masyarakat.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).Dalam

penerapannyaperlu

dilakukan

berbagai

studi

yang


mengarah

padapeningkatan hasil belajar siswa, salah satu bentuk implementasikurikulum, perlu
dikembangkan berbagai model pembelajaran kurikulum.Model pembelajaran terpadu
merupakan salah satu model implementasi kurikulum yangdianjurkan untuk
diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkatSekolah Dasar
(SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).Modelpembelajaran
kelompok

investigasi

pada

hakikatnya

merupakan

suatu

pendekatan


pembelajaranyang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktifmencari, menggali, dan menemukan konsep secara mandiri.
Melalui pembelajaran IPS peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung,sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksikesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.Dengan demikian,
peserta didik terlatihuntuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari
secara holistik,bermakna, otentik, dan aktif.Cara pengemasan pengalaman belajar
yang dirancangguru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi
para peserta didik.Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual menjadikanproses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang
dipelajari dengan sisi bidangkajian yang relevan akan membentuk skema (konsep),

3

sehingga peserta didik akanmemperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Perolehan keutuhan belajar,pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang
kehidupan dan dunia nyata hanyadapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Upaya untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kreatifitas seorang guru
dalam mengelola pembelajaran dikelas yang dikemas dalam bentuk model

pembelajaran, sehingga dalam model pembelajaran tersebut keseluruhan kehidupan
dikelas ditata atau diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur yang akan
mencerminkan kehidupan demokrasi. Dalam model pembelajaran investigasi
kelompok siswa memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
dalam sistem social melalui pengalaman yang berangsur-angsur belajar bagaimana
menerapkan metode yang berwawasan keilmuan dalam memperbaiki kehidupan
masyarakat.Dengan menggunakan metode pembelajaran investigasi kelompok siswa
diharapkan menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas
yang demokratis.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Muslimin
(2000:7), pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: a) Untuk menuntaskan materi
belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. b) Kelompok dibentuk
dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c)Jika dalam
kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin
yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. c) Penghargaan lebih diutamakan pada
kerja kelompok daripada perorangan.
Menurut Aunurrahman (2009:152)Modelkelompok investigasi adalah salah
satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran IPS tersebut, Model pembelajaran investigasi
kelompok mengambil model yang berlaku dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara Guru SMP Negeri 12 Palu pada tahun ajaran
2012/2013 kelas VIII A dari jumlah siswa 25 orang yang mengikuti pelajaran IPS
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

4

terpadu yang lulus hanya 9 orang tentang materi bentuk-bentuk muka bumi, nilai
rata-rata yang diperoleh siswa memiliki hasil belajar yang rendah pada semester
ganjil nilai yang diperoleh 6,2 dan pada semester genap nilai yang diperoleh 6,4 hal
ini menunjukan ada masalah dalam pembelajaran siswa, permasalahan antara lain
kurangnya fasilitas belajar seperti buku-buku pelajaran dan aktifitas siswa juga
cendrung rendah di tandai dengan sedikitnya siswa yang mau bertanya, mau
menanggapi dan menjawab pertanyaan dari guru, berbagai usaha telah diupayakan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa antara lain memberikan tugas-tugas dan
memberikan remedial pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Akan tetapi
usaha-usaha tersebut dirasakan belum mampu menyelesaikan masalah baik dari segi
pengalaman siswa dalam belajarnya, maupun dari segi guru dalam mengajarnya.

Menurut hasil penelitianShinta Dwika Ratna Timory (2010 ; 144) dengan
melakukan model pembelajaran kelompok investigasi

hasil belajar siswa yang

ditunjukkan oleh skor ketuntasan individu maupun klasikal mengalami peningkatan
secara signifikan nilai yang diperoleh rata-rata dari 6,4 menjadi 70.
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada peneliti ingin menerapkan
model pembelajaran kelompok Investigasi dalam mata pelajaran IPS di SMP Negeri
12 Palu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “ Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok
investigasi dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaraIPS Terpadu di SMP
Negeri 12 Palu”?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah Untuk Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di
SMP Negeri 12 Palu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
kelompok investigasi

1.4 Manfaat Penelitian

5

a. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai pengambil kebijakan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan terhadap perbaikan sistem pembelajaran
disekolah.
b. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai alternatif dalam memilih strategi pembelajaran
yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar IPS Terpadu.
c. Bagi Siswa
Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar untuk meningkatkan
kesadaran berfikirnya dan dapat membangun pengetahuan sendiri sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
d. Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi untuk calon peneliti berikutnya dengan
menggunakan pendekatan metode yang berbeda.

II Tinjauan Pustaka

2.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran

yang

mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Muslimin (2000:7), pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
a.

Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif.


b.

Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.

c.

Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap
kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

d.

Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

6

Selanjutnya

Muslimin

(2000:8)

menyatakan

bahwa

pembelajaran

kooperatif mempunyai tiga tujuan penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut
antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

c. Pengembangan keterampilan social
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara
lain adalah: berbagi tugas, aktif

bertanya, menghargai pendapat orang lain,

memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok, dan sebagainya.
Pada pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama (fase),
dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut:
a. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif terdiri atas bebearapa fase yaitu :
1.

Menyampaikan tujuan pembelajaran

2.

Menyajikan informasi

3.

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok

4.

Membimbing kelompok kedalam kelompok belajar

5.

Evaluasi

6.

Memberikan penghargaan

7

2.2 Model pembelajaran investigasi
Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang
memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa
melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui
siswa (Soppeng, 2009) .Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal
atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar
selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru,
yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.
Menurut Height (dalam Krismanto, 2004), investigasi berkaitan dengan
kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi
investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya
orang

tersebut

mengkomunikasikan

hasil

perolehannya,

dapat

membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi
dapat diperoleh satu atau lebih hasil.
Talmagae dan Hart (dalam Soppeng, 1977) menyatakan bahwa investigasi
diawali oleh soal-soal atau masalah-yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan
belajarnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh
guru.Siswa dapat memilih jalan yang cocok bagi mereka. Seperi halnya Height,
mereka menyatakan pula bahwa karena mereka bekerja dan mendiskusikan hasil
dengan rekan-rekannya, maka suasana investigasi ini akan merupakan satu hal
yang sangat potensial dalam menunjang pengertian siswa.
Menurut Soedjadi (dalam Sutrisno, 1999 : 162), model belajar “investigasi”
sebenarnya dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau
model “penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan
besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan
masalahnya. Sudah barang tentu dalam pelaksanaannya selalu perlu diperhatikan
sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, mungkin tentang suatu konsep atau
mungkin tentang suatu prinsip

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

8

Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok.
Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan
dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan
pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam
memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk dapat
memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya.Kadang
mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali
pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaanpertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci.Dengan demikian guru harus
selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Investigasi adalah
proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut
mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan
perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau
lebih hasil.
2.3 Model Pembelajaran Kelompok Investigasi
Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14) secara harfiah investigasi diartikan
sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan
peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tentang suatu peristiwa atau sifat.Selanjutnya Krismanto (2003:7) mendefinisikan
investigasi atau penyelidikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberikan
kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai
kegiatan dan hasil yang benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa.
Height (Krismanto, 2003:7) menyatakan to investigation berkaitan dengan
kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi
adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang
tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya

9

dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu
atau lebih hasil. Dengan demikian akan dapat dibiasakan untuk lebih
mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan membuat siswa untuk lebih aktif
berpikir dan mencetuskan ide-ide atau gagasan, serta dapat menarik kesimpulan
berdasarkan hasil diskusinya di kelas.
Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melatih
para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui
pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk
meningkatkan kualitas masyarakat.model ini merupakan bentuk pembelajaran
yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry
akademik. melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan
mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. dengan demikian kelas harus
menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan
melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah
kelompok sosial yang lebih efektif.
Model pembelajaran kelompok investigasi terdapat tiga konsep utama,
yaitu penelitian pengetahuan dan dinamika belajar kelompok .Yang dimaksud
dengan penelitian ialah proses dimana pebelajar dirangsang dengan cara
menghadapkan pada masalah. Didalam proses ini pebelajar memasuki situasi
dimana mereka memberikan respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu
untuk dipecahkan. Masalah itu sendiri dapat timbul dari pebelajar atau diberikan
oleh pengajar. Yang dimaksud dengan pengetahuan ialah pengalaman yang tidak
dibawa lahir tapi diperoleh oleh individu melalui dan dari pengalamannya baik
langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan
pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi
mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. Dalam interaksi ini
melibatkan proses berbagi ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui
proses saling berargumentasi.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

10

Sebuah model investigasi kooperatif dari pembelajaran dikelas diperoleh
dari premis bahwa baik domain social maupun intelektual proses pembelajaran
disekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Model investigasi tidak akan
dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung
dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa social dari
pembelajaran didalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman
sekelas dan sikap-sikap kooperatif bias terus bertahan. Aspek rasa social dari
kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan
dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi
usaha para siswa untuk belajar.
Aspek penting dalam model kelompok investigasi adalah perencanaan
kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok
mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari
proyek mereka. Bersama-sama mereka menentukan apa yang mereka ingin
investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk “menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan
apa; dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai
kehadapan kelas. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang
mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat posotif diantara anggota
kelompok
Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap
kedalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut
melaksanakan proyek investigasi berskala penuh.Para guru dapat memimpin
diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil, untuk
memunculkan gagasan-gagasan untuk menerapkan tiap aspek kegiatan kelas. Para
siswa dapat membantu rencana kegiatan-kegiatan jangka pendek yang hanya akan
dilakukan untuk satu periode, dan bisa juga untuk kegiatan jangka panjang.
Keberhasilan implementasi model kelompok investigasi, sebelumnya
menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan social. Fase ini sering

11

disebut sebagai meletakkan landasan kerja dan pembentukan tim. Guru dan siswa
melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat
membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai didalam kelas.
Peran guru dalam investigasi kelompok sebagai narasumber dan fasilitator.
Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk
melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang
mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja
terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Yang
pertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan
komunikasi dan social yang diharapkan dari para siswa.
Setiawan ( 2006 : 10) mendiskripsikan fase-fase dalam pembelajaran
kelompok investigasi yaitu :
1. Fase Membaca dan Memahami Masalah
Pada fase ini siswa harus memahami permasalahan dengan jelas. Apabila
dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan
persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam
kelompoknya, yang kemudian didiskusikan dengan kelompok lian.
2. Fase Pemecahan Masalah
Pada fase ini mungkin siswa menjadi bingung apa yang akan dikerjakan pertama
kali maka peran guru sangat diperlukan, misalnya dengan memulai dengan suatu
cara, hal ini dimaksudkan untuk memberikan tantangan atau menggali
pengetahuan siswa, sehingga mereka terangsang untuk mencari cara yang
mungkin untuk memecahkan persoalan tersebut.
3. Fase Menjawab dan Mengkomunikasikan Jawaban
Setelah memecahkan masalah siswa harus diberikan pengertian untuk mengecek
kembali hasilnya, apakah jawaban yang diperoleh cukup komunikatif atau dapat
dipahami oleh orang lain, baik tulisan, gambar atau penjelasannya

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

12

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran
kelompok investigasi yaitu :
a. Secara pribadi
1. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
2. Memebri semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
3. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
4. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

b. Secara social/ kelompok
1. Meningkatkan belajar bekerja sama
2. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendirimaupun Guru
3. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
4. Belajar menghargai pendapat orang lain
5. Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
Kekurangan model kelompok investigasi yaitu :
1. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
2. Sulitnya memberikan penilaian secara personal
3. Tidak semua topic cocok dengan model pembelajaran Kelompok Investigasi
4. Belajar kelompok biasanya kurang efektif
2.4 Hasil Belajar
Belajar itu kompleks dan tidak bisa berhasil melalui bermacam-macam
kegiatan,

seperti

memperhatikan,

mendengar,
demostrasi,

membaca,
bertanya,

mengingat,
merenung,

mempelajari
berfikir,

diagram,

menganalisis,

membandingkan dengan menggunakan pengalaman masa lampau.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan (Hamalik Oemar : 2001:27). Menurut pengertian ini” belajar
merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang
menjadi hasil dari belajar bukan pengusahaan latihan melainkan perubahan tingkah

13

laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan
mencerdaskan siswa.
Menurut Slameto (2003:02), belajar ialah” suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingka laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya
Hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai post test

(tes akhir) yang

dilakukan setelah proses pembelajaran model kooperatif tipe kelompok
investigasi.
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan, dan tinjauan pustaka yang diajukan dalam
penelitian ini, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Penerapan

Pembelajaran

kooperatiftipe

kelompok

investigasidapat

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu materi BentukBentuk Muka Bumi pada siswa di SMP Negeri 12 Palu”.

IIMetode Penelitian
3.1 Rancangan Penelitian
PenelitianinimerupakanPenelitianTindakanKelas

(

PTK

dilakukandalamduasiklus.Masing-masingsiklusmelaluitahapperencanaan,

)

yang
tindakan,

observasidanrefleksi.
Tahapan

-

tahapanpenelitianinidapatdilihatpadagambar

dibawah

yang

merupakanadopsidarialur PTK olehKemmis&Mc Taggart (1988) dalamSukidin, dkk.
(2002).

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

14

3

7

Diagramalurdesainpenelitianini di tunjukan pada gambar berikut :
Keterangan:
0 : Pra Tindakan
0
1 : Rencana siklus 1
2 : Pelaksanaan Tindakan siklus 1
4
3 : Observasi siklus 1
4 : Refleksi siklus 1
1
a
5 : Rencana siklus 2
6 : Pelaksanaan Tindakan siklus 2
2
7 : Observasi siklus 2
8 : Refleksi siklus 2
a : Siklus 1
b : Siklus 2
8
b

5

Gambar Desain Penelitian
6

3.2 Setting Penelitian dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12Palu. Siswa yang dijadikan
subjek penelitian adalah siswa kelas VIII berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 8
siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan yang mengikuti mata pelajaran IPS
Terpadu tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil.
3.3 Tahap – Tahap Tindakan
3.3.1

Pratindakan
Penelitian ini dimulai dengan pratindakan. Kegiatan pada pratindakan
adalah memberikan tes awal kepada siswa. Tujuan pemberian tes awal ini untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa, juga dijadikan dasar untuk
pembentukan kelompok.

3.3.2

Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini berlangsung lebih dari 1 siklus dan setiap siklus
terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi.

15

3.3.3 Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah
sebagai berikut :
1. Menetapkan materi ajar
2. Menetapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok
investigasi sebagai teknik pembelajaran yang digunakan

pada setiap

pertemuan
3.

Membuat skenario pembelajaran

4.

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

5.

Menyiapkan instrumen penelitian, yaitu , Lembar kerja siswa, membuat
lembar observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui bagaimana
kondisi belajar mengajar dikelas pada waktu berlangsungnya kegiatan
pembelajaran baik pada siswa maupun guru selama pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar berlangsung

6. Melaksanakan evaluasi tes awal
7. Membentuk kelompok belajar
8. Menyiapkan tes akhir tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang
telah dirancang :


Kegiatan Awal
1. Memberikan Motivasi pada siswa
2. Menuliskan judul materi yang akan diajarkan.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dimiliki siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

16



Kegiatan Inti
1. Membagi siswa perkelompok sesuai dengan urutan huruf
2. Memodelkan pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi
3. Menjelaskan materi
4. Mengarahkan siswa pada setiap kelompok sesuai dengan kemampuan
akademis.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti



Kegiatan Akhir
1. Membantu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
2. Memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep yang telah dipelajari.
3. Memberikan tugas rumah atau PR

c. Observasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati aktivitas siswa
dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Agar setiap siklus dilakukan
evaluasi yang menggunakan tes. Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketercapaian
tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang
diperoleh pada tahap observasi dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis
data dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat
pembelajaran diterapkan. Kekurangan dan kelebihan ini dijadikan acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
3.3.4 Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama,
dilakukan revisi pelaksanaan tindakan siklus kedua disesuaikan dengan perubahan
yang ingin dicapai seperti yang telah didesain.

17

3.4 Jenis Data dan Sumber Data
3.4.1

Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif.
a. Data kualitatif, yaitu data observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil
wawancara dalam kegiatan pembelajaran.
1. Aktivitas guru
Aktivitas guru diantaranya memotivasi siswa dan menyampaikan informasi
kepada siswa tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
kelompok investigasi, menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran,
menyampaikan materi secara singkat dan jelas, memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dimengerti, membentuk
kelompok belajar sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe kelompok investigasi, membagikan dan LKS siswa, meminta masingmasing kelompok mempresentasikan pekerjaannya, mengarahkan siswa dalam
membuat kesimpulan, dan memberikan tugas rumah.
2. Aktivitas siswa
Aktivitas siswa diantaranya memperhatikan informasi atau penjelasan
yang disampaikan oleh guru, memperhatikan arahan guru dalam membentuk
kelompok belajar sesuai dengan penerapan model pembelajarankooperatif
tipe kelompok investigasi, membaca materi yang disediakan dalamLKS
bacaan, mengerjakan soal-soal latihan, terlibat dalam diskusi, dan mampu
menarik kesimpulan hasil diskusi.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa IPS
Terpadu.
3.4.2

Sumber Data

a. Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah personil penelitian yang
terdiri dari siswa dan guru.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

18

-

Data Observasi yang diperoleh yaitu data saat pembelajaran KI berlangsung,
dan melihat bagaimana aktivitas guru dan aktivitas siswa.

-

Data hasil belajar yang diperoleh dari siswa yaitu data hasil pembelajaran KI
yang diperoleh dari hasil belajar dalam bentuk tes akhir.

3.4.3

Metode pengumpulan data
Pengambilan data ditempuh dengan tiga cara yaitu :

a. Lembar observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi di kelas. Data tentang hasil
belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar IPS Terpadu.
b. Tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi.
c. Wawancara, untuk menelusuri kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan
sebab-sebab permasalahan apa yang menjadi kesulitan siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi.
3.5 Teknik Analisa Data
3.5.1

Analisa data Kualitatif
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah

pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data adalah (1) mereduksi
data, (2) penyajian data serta (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi.

3.5.2

Mereduksi Data
Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan

menyederhanakan semua data yang telah diperoleh, mulai dari awal pengumpulan
data sampai akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

19

3.5.3

Menyajikan data
Kegiatan menyajikan data dilakukan dengan menyusun data secara

sederhana ke dalam tabel dan diberi nama kualitatif. Sehingga memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
3.5.4

Verifikasi data / penyimpulan
Verifikasi data merupakan proses penampilan inti sari dari sajian dalam

bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas.
Analisis data hasil observasi terhadap aktifitas siswa dan pengelolaan
pembelajaran oleh guru (peneliti) menggunakan analisis persentase skor. Untuk
indikator kurang diberi skor 1,indikator sedang diberi skor 2,indikator baik diberi
skor 3, dan indikator sangat baik diberi skor 4. Selanjutnya dihitung presentase ratarata dengan rumus :
Nilai rata-rata (NR) =

jumlah skor
X 100%
skor maksimal

Keriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut :

3.5.5

75% < NR ≤ 100%

: sangat baik

50% < NR ≤ 75%

: baik

25% < NR ≤ 50%

: cukup

0% < NR ≤ 25%

: kurang

Analisis Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik persentase daya serap individu,

ketuntasan belajar klasikal dan daya serap klasikal yang diperoleh siswa. Persamaan
yang digunakan adalah :
a. Daya serap individu

DSI =

∑ X x100%
∑Y

Dengan :
DSI = Daya serap individu

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

20

X

= Skor yang diperoleh siswa

Y

= Skor maksimal soal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap

individu sekurang-kurangnya 65%.
b. Ketuntasan belajar klasikal

KBK =

∑ N x100%
∑S

Dengan :
KBK

= Ketuntasan belajar klasikal

N

= Banyaknya siswa yang tuntas

S

= Banyaknya siswa seluruhnya
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 80% siswa telah

tuntas secara individual. (Depdiknas, 2001: 37).
c. Daya serap klasikal

DSK =

∑ P x100%
∑I

Dengan :
DSK

= Daya serap klasikal

P

= Skor total presentase

I

= Skor ideal seluruh siswa
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika presentase daya serap klasikal

sekurang-kurangnya 65%.(Depdiknas, 2001: 37).
3.6 Indikator Kinerja
3.6.1

Indikator Data Kuantitatif
Indikator yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran atau peningkatan

hasil belajar siswa SMP N I2Palu yaitu jika daya serap individu memperoleh nilai 65
%, ketuntasan belajar klasikal 80% dan daya serap klasikal 65%.(KTSP)
3.6.2

Indikator Data Kualitatif

21

Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari
dua aspek yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh
guru. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika kedua aspek tersebut telah berada dalam
kategori baik atau sangat baik.
IVHasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1 Pretes Tindakan
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan adalah dengan
melakukan tes awal yang berbentuk pilihan ganda dan ikuti oleh 25 orang siswa.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan akademis siswa
sebelum tindakan dan untuk keperluan pembagian kelompok. Tes pra tindakan ini
dilaksanakan dalam alokasi waktu 2 x 40 menit dengan jumlah soal 10 ( sepuluh)
butir pilihan ganda ( lampiran 1). Hasil tes memperlihatkan bahwa banyaknya siswa
yang memperoleh nilai rendah, hasil nilai pre tes dapat di lihat pada analisis soal pre
tes pada lampiran 3.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1Hasil Observasi Aktivitas dan Penilaian Afektif Siswa Tindakan Siklus I
Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru dilakukan pada saat
pembelajaran.Observasi ini dilakukan oleh guru bidang studi dan 1 orang
mahasiswa.Cara mengamati aktivitas guru adalah dengan mengisi lembar observasi.
a. Aktivitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru terhadap pengelolaan pembelajaran dapat
dilihat pada Lampiran 11.Secara ringkas hasil observasi pada siklus I dapat dilihat
pada Tabel 4.1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

22

Tabel 4.1 Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Skor Interprestasi /
Pertemuan
No

Indikator yang diamati

Pertemuan
Ke-1

Ke-2

1

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3

3

2

Guru menyampaikan materi pembelajaran

3

3

3

Guru membimbing siswa membentuk

3

3

kelompok belajar
4

Guru membagi LKS pada kelompok belajar

3

3

5

Guru memantau berjalannya diskusi dalam

2

3

2

3

3

3

Jumlah skor maksimal

19

21

Skor maksimal

28

28

67.85

75,00

Cukup

Baik

kelompok
6

Guru mengulangi /menjelaskan kembali materi
yang belum dipahami oleh siswa

7

Evaluasi dan penghargaan

Persentase Pencapaian (NR) adalah
(Jumlah skor/skor maks) x 100%
Keriteria
Ket

: Rubrik observasi aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 12

Berdasarkan hasil observasi guru pada Tabel 4.1 jumlah skor yang diperoleh
pada pertemuan pertama adalah 19 dari skor maksimal 28, dengan demikian
presentase ketercapaian adalah 67,85%. Observasi guru pada pertemuan kedua,
jumlah skor yang diperoleh adalah 21 dengan skor maksimal 28, dengan demikian
presentase ketercapaian adalah 75,00%. Merujuk pada pedoman penilian kualitatif
cukup pada pertemuan 1 namun pada pertemuan 2 berada dalam kategori baik.

23

b. Aktivitas Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian aktivitas siswa pada 2 kali pertemuan dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisis aktivitas siswa Pada Siklus I
Skor Interprestasi /
Pertemuan
No

Indikator yang diamati

Pertemuan
Ke-1

1

Siswa menyimak penjelasan materi yang

Ke-2

2

3

disampaikan oleh guru
2

Siswa menekuni materi yang disampaikan oleh guru

3

3

3

Siswa mengerjakan LKS dalam kelompok

2

3

4

Siswa aktif dalam diskusi kelompok

3

3

Jumlah skor maksimal

10

12

Skor maksimal

16

16

62,50

75,00

Cukup

Baik

Persentase Pencapaian (NR) adalah
(Jumlah skor/skor maks) x 100%
Keriteria
Ket

: Rubrik Aktivitas Siswa dapat dilihat pada lampiran 14

Tabel 4.2 di atas memperlihatkan bahwa pada pertemuan 1 persentase skor
untuk aktivitas siswa 62,50%, tetapi persentase tersebut sudah masuk pada kriteria
taraf keberhasilan cukup Sedangkan untuk pertemuan 2 persentase skornya sudah
berada di atas 62%. Yaitu 75% Sehingga dari seluruh jenis penilaian aktivitas siswa
yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam
kategori baik. Analisis skor perolehan aktivitas setiap siswa dapat dilihat pada
Lampiran 12
c. Penilaian Afektif Siswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

24

Selanjutnya secara ringkas, hasil penilaian afektif siswa dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.3 Persentase Rata-Rata Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus I
Pertemuan 1
No

Aspek Afektif

Pertemuan 2

Skor

%

Skor

%

Perolehan

Ketercapaian

Perolehan

Ketercapaian

1

Kehadiran

83

83,00

92

92,00

2

Keaktifan dalam KBM

62

62,00

78

78,00

3

Perhatian mengikuti

65

65,00

74

74,00

75

75,00

80

80,00

pelajaran
4

Ketekunan mengerjakan
LKS
Jumlah skor tercapai

285

324

Jumlah skor ideal

400

400

% Keberhasilan

71,30

81,00

Tabel 4.3 di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis penilaian afektif
yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam
kategori baik.Tetapi terdapat beberapa aspek afektif yang dinilai berada dalam
kategori cukup.Skor perolehan penilain afektif masing-masing siswa dapat dilihat
pada Lampiran 13 dan 14
d. Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus I
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan
metode pembelajaran kelompok investigasi, langkah selanjutnya adalah pemberian
tes yaitu yang dilaksanakan pada tanggal 12 maret 2013. Bentuk tes yang diberikan
adalah pilihan ganda dengan jumlah soal 10 butir (Lampiran 17). Secara ringkas hasil
analisis tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Analisis Tes Tindakan Siklus I

25

No

Aspek Perolehan

Hasil

1

Skor Maksimal

10

2

Skor Tertinggi

8 (1 orang )

3

Skor Terendah

2 (1 orang )

4

Banyaknya Siswa Yang Belum Tuntas (≤65)

22 orang

5

Persentase ketuntasan klasikal

12,00 %

6

Persentase daya serap klasikal

54,00 %

7

Skor rata-rata

5,44

Dari hasil analisis tersebut diperoleh bahwa daya serap klasikal belum
memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, sehingga masih ada sejumlah tujuan
pembelajaran yang belum tercapai seperti pada soal nomor 7 tentang Undang-undang
pelestarian lingkungan hidup.Analisis tes akhir siklus I selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 19.
e. Hasil Wawancara Tindakan Siklus I
Setelah dilaksanakan tes akhir tindakan siklus I, maka dilakukan wawancara
kepada beberapa orang siswa, untuk mengetahui manfaat apa yang diperoleh siswa
melalui metode pembelajaran kelompok investigasi, sekaligus menelusuri kesulitankesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran. Hasil wawancara dapat
dilihat pada Lampiran 20
Pada hasil wawancara dengan 6 orang siswa diperoleh informasi bahwa soal
yang diberikan agak susah, sehingga ada 2 orang siswa merasa soal tersebut sangat
susah. Soal yang sulit dikerjakan adalah nomor 7 dan 8, alasannya untuk nomor 7
undang-undang pelestarian lingkungan hidup siswa tersebut tidak hafal begitu juga
dengan soal nomor 8 siswa tidak hafal dengan undang-undang yang dikeluarkan oleh
mentri perindustrian. Sehingga disimpulkan bahwa siswa kurang mengerti dengan
aturan yang diberikan pemerintah tentang lingkungan hidup. Adapun alasan lain yang
menyebabkan 6 siswa belum tuntas dalam proses pembelajaran yaitu siswa tidak

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

26

termotivasi untuk belajar dan tidak menyalin kembali penjelasan materi yang
disampaikan oleh guru dengan serius.
f. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil dari tes akhir tindakan, wawancara, dan observasi aktivitas
guru dan siswa serta penilaian afektif siswa maka dapat dikemukakan kelebihan,
kekurangan serta analisis penyebab dari pelaksanaan tindakan pada siklus I sebagai
refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya

g. Refleksi Tindakan Siklus I
Tingkat keberhasilan siklus I dapat diketahui dengan dilakukannya
tindakan refleksi.Hal ini dilakukan untuk melihat factor-faktor pendukung
keberhasilan dan penyebab kegagalan pembelajaran pada siklus I yang bertujuan
sebagai pertimbangan perbaikan untuk melaksanakan tindakan pada siklus kedua.
Penentuan keberhasilan pada siklus I diperoleh dari hasil pengamatan
selama proses pembelajaran berlangsung baik terhadap siswa maupun terhadap guru.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa guru sudah mampu
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang ditetapkan
dengan baik dan siswa mengikuti beberapa proses pembelajaran dengan baik,
diantaranya adalah siswa mengambil tempat berdasarkan tempat yang telah
ditentukan, siswa mendiskusikan materi yang dipeorleh melaui diskusi kelompok
kecil, siswa menanggapi evaluasi yang diberikan oleh guru dan siswa merasa senang
dengan proses pembelajaran yang ditetapkan. Keberhasilan ini didukung oleh factorfaktor berikut : siswa bersedia menjdia menjadi anggota kelompok, akrab dengan
teman kelompok, bertanggung jawab dengan kelompoknya, siswa mendiskusikan
materi yang diperoleh dalam kelompoknya, siswa bekerja sama dengan teman
kelompok dalam menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru.
Seperti halnya keberhasilan siklus I, penentuan kegagalan siklus I juga
diperoleh dari hasil pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung, respon siswa

27

dan hasil belajar siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa guru kurang
maksimal dalam menerangkan kembali semua materi yang diberikan, siswa kurang
memperhatikan dan menanggapi motivasi serta menyimak tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru, siswa kurang mampu menyimak materi yang disampaikan
oleh guru, kurang maksimal dalam mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya
kepada kelompok lain, siswa kurang menyimak kesimpulan yang telah dipelajai, hasil
belajar siswa sudah cukup baik akan tetapi masih berada dibawah standar ketuntasan
belajar klasikal dan sebagaian besar siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal
konsep kependudukan.
Kegagalan siklus I ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya guru
tidak meminta siswa mencatat hal-hal penting yang dijelaskan, guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, siswa kurang menyimak
dengan jelas semua penyampaian dari guru, siswa tidak memberikan tanggapan atas
motivasi dan tujuan pembelajaran yang disampaiakan oleh guru, siswa tidak mencatat
materi penting yang disampaiakan oleh guru, siswa tidak memberikan pertanyaan
terhadap hal-hal yang belum dimengerti, siswa kurang memberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk bertanya, siswa kurang menjawab pertanyaan dari
kelompok lain, siswa kurang mengkoreksi pendapat kelompok yang keliru,siswa
kurang mampu membuat kesimpulan sesuai tujuan pembelajaran dan kurang
menyimak kesimpulan dari guru.
Hasil wawncara diketahui bahwa guru terlalu cepat dalam menyampaiakan
materi, kurangnya perhatian siswa saat proses pembelajaran berlangsung dan terkesan
beramian-main,sebagian siswa masih ragu-ragu untuk bertanya dan memberikan
tanggapan terkait materi yang dibahas, siswa kurang bertukar pendapat dalam
menyelesaikan LKS, beberapa siswa kurang bersungguh-sungguh saat melakukan
persentasi didepan kelas, guru kurang maksimal dalam mengontrol dan mengarahkan
setiap siswa dalam mengerjakan LKS.
Adapun yang menjadi pengaruh dalam hal ini di Rekomendasi untuk
perbaikan tindakan pada siklus II diantaranya adalah peneliti lebih tenang dalam
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

28

menyampaikan materi dan menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh
siswa, peneliti akan menciptakan suasana keakraban terhadap siswa, selalu
memotivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa serta memberikan kesempatan
bertanya lebih banyak dari pertemuan sebelumnya, peneliti harus menuliskan tujuan
pembelajaran didepan kelas.
4.2.2

Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Penilaian Afektif siswa Tindakan
Siklus II
Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru dilakukan pada saat Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM).Observasi ini dilakukan oleh guru bidang studi dan 1 orang
mahasiswa.Cara mengamati aktivitas guru (peneliti) adalah dengan mengisi lembar
observasi.
a. Aktivitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru terhadap pengelolaan pembelajaran. Secara
ringkas hasil observasi pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Skor Interprestasi /
Pertemuan
No

Indikator yang diamati

Pertemuan
Ke-1

Ke-2

1

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3

4

2

Guru menyampaikan materi pembelajaran

4

4

3

Guru membimbing siswa membentuk

4

4

kelompok belajar
4

Guru membagi LKS pada kelompok belajar

3

3

5

Guru memantau berjalannya diskusi dalam

4

4

4

4

kelompok
6

Guru mengulangi /menjelaskan kembali materi

29

yang belum dipahami oleh siswa
7

Evaluasi dan penghargaan

3

3

Jumlah skor maksimal

25

26

Skor maksimal

28

28

89,28

92,85

Baik

Sangat

Persentase Pencapaian (NR) adalah
(Jumlah skor/skor maks) x 100%
Keriteria

baik
Ket

: Rubrik Aktivitas Guru Siklus II dapat dilihat pada lampiran 24

Berdasarkan hasil observasi guru pada Tabel 4.7 jumlah skor yang diperoleh
pada pertemuan pertama adalah 25 dari skor maksimal 28, dengan demikian
presentase nilai rata-rata adalah 89,28% dengan kategori baik. Observasi guru pada
pertemuan kedua, jumlah skor yang diperoleh adalah 26 dengan skor maksimal 28,
dengan demikian presentase nilai rata-rata adalah 92,85%. Merujuk pada pedoman
penilian kualitatif baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 berada dalam kategori
sangat baik.
b. Aktivitas Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian afektif siswa pada 3 kali pertemuan dapat dilihat
pada Tabel 4.6

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

30

Tabel 4.6 Analisis Aktivitas Siswa Pada Siklus II
Skor Interprestasi /
Pertemuan
No

Indikator yang diamati

Pertemuan
Ke-1

1

Siswa menyimak penjelasan materi yang

Ke-2

4

4

disampaikan oleh guru
2

Siswa menekuni materi yang disampaikan oleh guru

3

4

3

Siswa mengerjakan LKS dalam kelompok

3

3

4

Siswa aktif dalam diskusi kelompok

4

4

Jumlah skor maksimal

14

15

Skor maksimal

16

16

87,50

93,75

Baik

Sangat

Persentase Pencapaian (NR) adalah
(Jumlah skor/skor maks) x 100%
Keriteria

Baik
Ket

: Rubrik Aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 26

Tabel 4.6 di atas memperlihatkan memperlihatkan bahwa pada pertemuan 1
persentase skor untuk aktivitas siswa adalah 87,50 %, kriteria keberhasilanya adalah
baik , Sedangkan untuk pertemuan 2 persentase skornya adalah93,75 %, kriteria
keberhasilanya menunjukan sangat baik. Sehingga dari seluruh jenis aktivitas siswa
yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam
kategori sangat baik. Analisis skor perolehan aktivitas setiap siswa.
c. Penilaian Afektif Siswa
Selanjutnya secara ringkas, hasil penilaian afektif dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 4.7 Persentase Rata-Rata Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus II

31

Pertemuan 1
No

Aspek Afektif

Pertemuan 2

Skor

%

Skor

%

Perolehan

Ketercapaian

Perolehan

Ketercapaian

1

Kehadiran

92

92,00

96

96,00

2

Keaktifan dalam KBM

78

78,00

89

89,00

3

Perhatian mengikuti

74

74,00

83

83,00

80

80,00

84

84,00

pelajaran
4

Ketekunan mengerjakan
LKS
Jumlah skor tercapai

324

354

Jumlah skor ideal

400

400

% Keberhasilan

81,00

88,50

Tabel 4.7 di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis penilaian afektif
yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam
kategori baik dan sangat baik. Analisis skor perolehan penilain afektif masing-masing
siswa dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25

d. Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus II
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan
metode pembelajaran inkuiri, langkah selanjutnya adalah pemberian tes yaitu yang
dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2010. Bentuk tes yang diberikan adalah pilihan
ganda dengan jumlah soal 10 butir (Lampiran 28). Secara ringkas hasil analisis tes
siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.8, dan selengkapnya dilihat pada Lampiran 30.
Tabel 4.8Analisis Tes Tindakan Siklus II
No

Aspek Perolehan

Hasil

1

Skor Maksimal

10

2

Skor Tertinggi

9 (8 orang )

3

Skor Terendah

6 (2 orang )

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD

32

4

Banyaknya Siswa Yang Belum Tuntas (≤ 65)

2 orang

5

Persentase ketuntasan klasikal

92,00 %

6

Persentase daya serap klasikal

80,80%

7

Skor rata-rata

8,08

Dari hasil analisis tes tindakan siklus II seperti yang terlihat pada Tabel 4.8
telah mencapai indikator pembelajaran. Oleh karena itu, maka pokok bahasan
dianggap tuntas.
e. Hasil Wawancara Tin

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD PADA PEMBELAJARAN IPS.

1 2 24

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 1 55

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMA Negeri 1 Pemalang.

0 3 245

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS.

0 0 8

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU | Samara | Katalogis 6653 22138 1 PB

0 0 10

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 12 PALU | Hariyati | GeoTadulako 3255 10092 1 PB

0 0 16

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Palu | Usman | GeoTadulako 5809 19230 1 PB

0 0 18

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS1 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 5 Palu | Purwanto | GeoTadulako 5791 19174 1 PB

0 0 20

Penerapan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Sains SMP di Yogyakarta

0 0 1