Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS1 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 5 Palu | Purwanto | GeoTadulako 5791 19174 1 PB
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS XI IPS1 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI
DI SMA NEGERI 5 PALU
I KADEK PURWANTO A 351 11 074
JURNAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2016
(2)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Penelitian : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS1 pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 5 Palu Penulis : I Kadek Purwanto
Nomor Stambuk : A 351 11 074
Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan
Pembimbing I
Drs. Charles Kapile, M. Hum NIP. 19560104 199203 1 004
Pembimbing II
Nurvita, S.Pd., M.Pd
NIP. 19801127 200604 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan IPS FKIP Universitas Tadulako
Drs. Charles Kapile, M. Hum NIP. 19560104 199203 1 004
Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi
Nurvita, S.Pd., M.Pd
(3)
ABSTRAK
I Kadek Purwanto. 2015. Penerapan Model PembelajaranKooperatifTipeJigsaw
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS1 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 5 Palu. Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (FKIP). Pembimbing 1 Charles kapile, pembimbing 2 Nurvita.
Tujuan peneliti ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Geografi siswa Kelas XI IPS1 SMA Negeri 5 Palu. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes hasil belajar siswa. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif, data kuantitatif yaitu dilihat dari hasil tes belajar siswa, sedangkan yang dimaksud dengan data kualitatif dilihat dari hasil observasi guru dan siswa. Hasil tes belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat rendah karena siswa yang memperoleh skor tertinggi hanya 1 orang siswa dengan nilai 85, skor terendah 4 orang siswa dengan nilai 35, sementara dengan skor rata-rata 59,2, banyak siswa yang tuntas berjumlah yaitu 10 orang siswa. Sementara pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
siswa mempunyai sedikit peningkatan karena skor tertinggi 95 dengan jumlah I orang siswa, skor terendah 35 dengan jumlah 1 orang siswa, skor rata-rata yaitu 69,9, banyak siswa yang tuntas pada siklus I ini adalah 12 orang siswa. Pada tindakan siklus ke II ada peningkatan karena skor rata-rata yang diperoleh 88,2, skor terendah 70 dan 73 dengan masing-masing 1 orang siswa dan , skor tertinggi 95 dengan jumlah 7 orang siswa, dan banyaknya siswa yang tuntas 26 orang siswa dari jumlah 28 orang siswa. Dengan menggunakan model pembelajarankooperatif
tipejigsawdapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(4)
ABSTRACT
I Kadek Purwanto. 2015. Application of Cooperative Learning Model Jigsaw To Improve Student Results Class XI IPS 1 On Geography Lesson In SMA Negeri 5 Palu. Thesis Education Geography Program social science education (FKIP). Under the supervision of Charles Kapile and Nurvita.
The researchers' goal is to improve learning outcomes in Geography subjects of Class XI IPS 1 the students of SMAN 5 Palu. Data collection techniques used were observation and test student learning outcomes. Analysis of the data in this study using the technique of quantitative and qualitative, quantitative data that can be seen from the test results of student learning, whereas what is meant by qualitative data seen from the observation of teachers and students. Students' test results before using cooperative learning model jigsaw is very low because students who obtained the highest score only 1 student with a value of 85, the lowest score 4 students with a value of 35, while the average score of 59.2, a lot of students who completed which amounted to 10 students. While in the first cycle after using cooperative learning model jigsaw students has slightly increased since the highest score of 95 with the number of I students, the lowest score 35 the number 1 students, the average score is 69.9, a lot of students who completed the first cycle This is 12 students. In the second cycle to the action there is an increase because the average score obtained 88.2, the lowest score of 70 and 73 with each 1 students and, the highest score of 95 with a number of 7 students, and the number of students who completed 26 students from the number of 28 students. By using a jigsaw cooperative learning model can improve student learning outcomes.
(5)
1.1 PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang direncanakan untuk mengajar, mengaktifkan serta mendorong peserta didik dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran komponen yang berinteraksi yaitu guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai orang yang belajar dalam situasi yang sengaja, direncanakan, dan dikoordinir guru sehingga tercipta proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas guru. Guru pada dasarnya memiliki peran penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksankan, selain sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa, guru juga harus bertindak secara profesional. Sebagaimana dalam pembelajaran di sekolah banyak pelajaran yang harus dipelajari oleh semua siswa, salah satunya yaitu ilmu pengetahuan sosial.
Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, baik Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menengah Atas, sehingga diperlukan adanya kreatifitas seorang tenaga pendidik untuk memaksimalkan proses pembelajaran, karena pengetahuan sosial adalah pelajaran yang sangat membosankan menurut para siswa. Sehingga memerlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPS, khususnya mata pelajaran Geografi.
Salah satu model yang dapat diterapkan pada pembelajaran geografi dan yang berkembang saat ini adalah model pembelajaran kooperatif. Kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang, dengan struktur heterogen. Pembelajarankooperatifadalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yangdimaksud pembelajarankooperatifbergantung
(6)
pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut.
Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajari juga. Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw. Tipe ini merupakan tipe kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dan tanggung jawab. Strategi ini menjamin setiap peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut anggota kelompok lainnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal. Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia akan menjadi ahli dibidangnya.
Keahlian yang dimilliki tersebut kemudian dibelajarkan kepada rekannya di kelompok lain. Rekannya di kelompok lain juga mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli di bidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola pembelajaran saling berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap
(7)
siswa akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 5 Palu terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran geografi, salah satunya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi materi yang diajarkan oleh guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya yaitu siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan karena munculnya rasa bosan dengan model pembelajaran yang monoton yaitu lebih banyak didominasi oleh guru, sehinga siswa menjadi kurang aktif dan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 60. Adapun KKM yang telah ditentukan di SMA Negeri 5 Palu adalah 80.
Dari hasil yang dicapai oleh siswa sehingga perlunya perubahan strategi dan model pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga tumbuh minat belajar siswa dan menyukai proses pembelajaran geografi. Oleh karena itu peneliti tertarik menerapkan suatu model pembelajaran
kooperatiftipejagsawuntuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS1 pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 5 Palu .
1.2 Rumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar sisiwa pada mata pelajaran geografi pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 5 Palu?
1.3 Tujuan Penelitian
Ada pun yang menjadi tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Geografi siswa Kelas XI IPS1 SMA Negeri 5 Palu.
1.4 Manfaat Penelitian
(1)Bagi siswa, diharapkan lebih termotivasi, aktif dan kreatif dalam proses belajaran mengajar. (2) Bagi guru, dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran serta teknik yang akan digunakan dalam proses belajar
(8)
mengajar. (3) Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan terutama dalam rangka mengefektifkan dan meningkatkan pendidikan di sekolah.
II METODE PENELITIAN
2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatiftipejigsaw.
2.2 Rencana / Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan siklus berulang. Masing-masing siklus melalui tahan perencaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap penelitian ini diadopsi dari alur PTK model Kurt Lewis yang dikembngkan oleh Kemmis dan Tanggart. Adapun pelaksanaan tindakan yang digunakan diagram.
0 4
3 a
2 1 8
7 b
6 5
Keterangan 0 : Refleksi awal 1 : Rencana siklus I 2 : Tindakan pada siklus I 3 : Observasi I
4 : Refleksi I
5 : Perencanaan untuk siklus II 6 : Tindakan pada siklus II 7 : Observasi II
8 : Refleksi II a. Siklus I b. Siklus II
Gambar 3.2 Diagran Alur Desain Penelitian Tindakan Model Kemmis Dan Tanggar (dalam Rochiati Wwiriaatmaja, 2009:66)
(9)
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini, yaitu tahap pratindakan atau refleksi awal dan tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan dua siklus tiap-tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
2.3 Pelaksanaan Tindakan
Seprti yang dipaparkan di atas, bahwa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mengacu pada tahap ini mengacu kepada model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Tanggar yang terdiri dari komponen: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan , observasi , refleksi
2.4 Lokasi Penelitian
Penelitian merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Negeri 5 Palu, subjek penelitian ini adalah kelas XI IPS1 SMA Negeri 5 Palu yang terdaftar pada tahun 2014/2015dengan jumlah siswa 28 orang, yang terdiri dari 13 orang siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Adapul lokasi penelitian dapat dilihat pada peta sebagai berikut.
(10)
2.5 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: a. observasi merupakan suatau pengamatan pada aktivitas pembelajaran siswa di kelas yang dilakukan sejak awal penelitian dimulai, dengan mengamati secara langsung pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. b. tes merupakan suatu lembaran yang ditulis dan berisikan daftar pertanyaan atau soal yang diberikan kepada siswa guna untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
2.6 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: (1) Observasi,Suatau pengamatan pada aktivitas pembelajaran siswa di kelas yang dilakukan sejak awal penelitian dimulai, dengan mengamati secara langsung pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.(2) Tes suatu lembaran yang ditulis dan berisikan daftar pertanyaan atau soal yang diberikan kepada siswa guna untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
2.7 Tehnik Analisis Data
Teknik pengumpulan data secara kuantitatif untuk hasil belajar yaitu : teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk menentukan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
Analis data kualitatif untuk proses siswa dalam belajar, untuk analisis data proses siswa belajar dan hasil observasi menggunkan analisis persentase skor.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil penelitian 3.1.1 Pratindakan
Perberian tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan akademik siswa sebelum diberikan tindakan dan untuk keperluan pembagian kelompok belajar yang heterogen. Tes awal yang diberikan sebanyak 5 nomor
(11)
soal esay/sujektif. Soal-soal tes awal dapat dilihat pada lampiran 1 dan hasil analisis tes pada lampiran 2. Dari hasil analisis tes pratindakan diproleh dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Hasil tes pratindakan
No. Aspek Perolehan Hasil
1. Skor Tertinggi 80
2. Skor Terendah 35
3. Jumlah Siswa 28
4. Banyak Siswa Yang Tuntas 10
5. Banyak Siswa Yang Tidak Tuntas 18
6. Persentase nilai rata-rata 59,2%
7. Persentase Ketuntasan Klasikal 35,7 %
8. Persentase Daya Serap Klasikal 59,2%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, diketahui bahwa hasil tes awal yang diperoleh dengan skor tertinggi 80, skor terendah 35, dan skor rata-rata 59,2% yang terdiri dari 28 orang siswa. Banyak siswa yang tuntas yakni 10 orang dengan persentase 35,7% dan daya serap klasikal 59,2%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi dalam pembelajaran masih rendah. Dari 28 orang siswa yang mengikuti tes, hanya 10 orang siswa yang dikatakan tuntas belajar atau minimal daya serap 80% yang ditetapkan oleh sekolah.
3.1.2 Hasil Siklus I
3.1.2.1 Lembar observasi guru
Adapun hasil aktivitas guru yang diperoleh pada saat pertemuan 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Hasil observasi aktivitas guru siklus I
Tahap Indikator yang diamati Skor
Tindakan 1 Tindakan 2
Awal 1. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2 3
(12)
3. Menyediakan sumber belajar 2 2 Inti (kel.
Asal) 1. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok secaraheterogen 3 3 2. Menyajikan informasi tentang kegiatan pembelajaran
jigsaw 2 3
3. Memberi tugas kelompok 3 3
4. Menjelaskan tanggung jawab kelompok asal dan
kelompok ahli 3 2
Kelompok
Ahli 1. Guru memberi bimbingan pada kelompok yangmengalami kesulitan 3 3 2. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan pendapat 3 3
3. Guru mengarahkan kepada kelompok ahli untuk kembali
pada kelompok asal agar mendiskusikan hasilnya 3 3
Diskusi kelompok
asal
1. Dikusi kelompok ditetapkan dengan memberi penilaian
terhadap proses diskusi 3 3
2. Mengarahkan siswa membuat kesimpulan 3 3
Akhir 1. Memberi tes berdasarkan topik pembelajaran 3 3
2. Member penghargaan 2 3
3. Menutup pelajaran 3 3
Jumlah skor 40 43
Jumlah skor maksimal 60 60
Persentase 66,6% 71,6/%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan data hasil observasi, menunjukan tingkat keberhasilan siswa pada pertemuan pertama adalah 38 dan skor masimal 60, dengan persentase nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,3%. Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh 41 dan skor maksimal adalah 60, dengan nilai rata-rata adalah 68,3%.
3.1.2.2 Observasi aktivitas siswa
Kegiatan observasi ini dilakukan pada tanggal 5 September 2015 pada pertemuan pertama (siklus I) dan 9 September 2015 pada pertemuan kedu (siklus I). Adapun hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut.
(13)
Tahap Indikator yang diamati Skor
Tahap 1 Tahap 2
Awal Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran 3 3
Antusias siswa mengikuti pelajaran 2 3
Kegiatan inti Diskusi hasil yang diperoleh dari kelompok ahli
dijadikan laporan dan di persentasikan 3 3
Menyampaikan pendapat 2 2
Mengajukan pertanyaan 3 2
Memberikan kritikan 2 3
Saling membelajarkan dalam kelompok asal 3 3
Mempersentasikan hasil laporan 2 2
Menerima penghargaan 2 3
Kelompok
ahli Melaksanakan diskusi dalam mengerjakan LKS 2 3
Menyelesaikan LKS dengan benar dan tepat waktu 3 3 Kekompakan diskusi kelompok dalam mengerjakan
LKS 3 3
Penutup Mencatan kuis yang diberikan oleh guru 3 4
Mengucapkan salam penutup 4 4
Jumlah skor 38 41
Skor maksimal 60 60
Persentase 63,3% 68,3%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan data hasil observasi, menunjukan tingkat keberhasilan siswa pada pertemuan pertama adalah 38 dan skor masimal 60, dengan persentase nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,3%. Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh 41 dan skor maksimal adalah 60, dengan nilai rata-rata adalah 68,3%.
3.1.2.3 Hasil belajar siswa
Setelah pelaksnaan tindakan siklus I yang dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit, maka kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes akhir hasil dari siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Hasil Tes Belajar Siklus I
No. Aspek Perolehan Hasil
1. Skor Tertinggi 90
2. Skor Terendah 35
(14)
4. Banyak Siswa Yang Tuntas 12
5. Banyak Siswa Yang Tidak Tuntas 16
6. Persentase nilai rata-rata 69,8%
7. Persentase Ketuntasan Belajar 42,8%
8. Persentase Daya Serap Klasikal 69,8%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa hasil tes yang diperoleh pada siklus I yakni dengan skor tertinggi 90, skor terendah 35 dengan skor rata-rata yang diperoleh 69,8% yang terdiri dari 28 siswa. Banyak siswa yang tuntas belajar yakni 12 siswa dengan persentase ketuntasan 42,8% dan daya serap klasikal 69,8%. Berdasarkan hasil analisis di data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dinyatakan bahwa belum tuntas karena belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 80%.
3.1.3 Tindakan siklus II 3.1.3.1 Hasil aktivitas guru
Adapun hasil aktivitas guru yang diperoleh pada saat pertemuan 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Hasil observasi aktivitas guru siklus II
Tahap Indikator yang diamati Skor
tindakan 1 tindakan 2
Awal 1. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 4 4
2. Menyampaikan indikator pembelajaran 4 4
3. Menyediakan sumber belajar 3 3
Inti (kel.
Asal) 1. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok secaraheterogen 4 4 2. Menyajikan informasi tentang kegiatan pembelajaran
jigsaw 4 4
3. Memberi tugas kelompok 4 4
4. Menjelaskan tanggung jawab kelompok asal dan
(15)
Kelompok
Ahli 1. Guru memberi bimbingan pada kelompok yangmengalami kesulitan 3 3 2. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan pendapat 4 4
3. Guru mengarahkan kepada kelompok ahli untuk kembali
pada kelompok asal agar mendiskusikan hasilnya 3 4
Diskusi kelompok
asal
1. Dikusi kelompok ditetapkan dengan memberi penilaian
terhadap proses diskusi 3 4
2. Mengarahkan siswa membuat kesimpulan 3 4
Akhir 1. Memberi tes berdasarkan topik pembelajaran 3 3
2. Memberi penghargaan 4 3
3. Menutup pelajaran 4 4
Jumlah skor 55 56
Jumlah skor maksimal 60 60
Persentase 91,6% 93,3/%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan data dan hasil observasi, menunjukan tingkat keberhasilan guru pada pertemuan adalah 55 dan skor maksimal 60, dengan pesentase nilai rata-rata 91,6. Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 56 dan skor maksimal adalah 60, dengan demikian nilai rata-rata adalah 93,3%.
3.1.3.1 Observasi aktivitas siswa
Adapun hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 3.6 Hasil obervasi siswa siklus II
Tahap Indikator yang diamati Skor
Tahap 1 Tahap 2
Awal Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran 4 4
Antusias siswa mengikuti pelajaran 3 4
Kegiatan inti Diskusi hasil yang diperoleh dari kelompok ahli
dijadikan laporan dan di persentasikan 3 4
Menyampaikan pendapat 3 4
Mengajukan pertanyaan 4 4
Memberikan kritikan 3 4
(16)
Mempersentasikan hasil laporan 4 3
Menerima penghargaan 3 3
Kelompok
ahli Melaksanakan diskusi dalam mengerjakan LKS 3 3
Menyelesaikan LKS dengan benar dan tepat waktu 4 4 Kekompakan diskusi kelompok dalam mengerjakan
LKS 4 4
Penutup Mencatan kuis yang diberikan oleh guru 4 4
Mengucapkan salam penutup 4 4
Jumlah skor 49 53
Skor maksimal 60 60
Persentase 81,6% 88,3%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan data dan hasil observasi, menunjukan tingkat keberhasilan siswa pada pertemuan pertama adalah 49 dan skor maksimal 60, dengan persentase rata-rata 81,6%. Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 53 dan skor maksimal 60, dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 88,35.
3.1.3.2 Hasil Tes Siklus II
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II yang dilakukan selama 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit, maka kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes akhir pada, tes ini berupa tes esay dengan jumlah 5 nomor soal. Hasil analisis siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7 Hasil tes belajar siklus II
No. Aspek Perolehan Hasil
1. Skor Tertinggi 90
2. Skor Terendah 70
3. Jumlah Siswa 28
4. Banyak Siswa Yang Tuntas 26
5. Banyak Siswa Yang Tidak Tuntas 2
6. Persentase nilai rata-rata 88,2%
7. Persentase Ketuntasan Belajar 92,8%
8. Persentase Daya Serap Klasikal 88,2%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil tes yang diperoleh pada siklus II yakni dengan skor tertinggi yaitu 95, skor terendah 70 dengan skor
(17)
rata-rata 88,2 yang terdiri dari 28 siswa. Banyak siswa yang tuntas belajar yakni 26 siswa dengan persentse ketuntasan 92,8% dan daya serap klasikal 88,2%. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan tuntas dan mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 80%.
3.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan data observasi kegiatan siklus I tampak bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran pada pertemuan pertama mendapat skor 63,3% dan mengalami peningkatan 68,3% pada pertemuan kedua. Demikian pula dari hasil penelitian observasi peneliti dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan pertama sebesar 66,6% dan kemudian meningkat menjadi 71,6/% pada pertemuan kedua. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa dan pengolahan pembelajaran oleh peneliti pada siklus I sudah mengalami peningkatan. Hasil analisis tes tindakan siklus I menunjukan ketuntasan belajara secara klasikal 42,8% atau sebanyak 12 siswa orang siswa yang tuntas dari jumlah 28 orang siswa dan daya serap individu sebesar 69,8%. Rendahnya persentase ketuntasan klasikal pada siklus I karena siswa banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang dipahami dengan baik oleh siswa. Tindakan yang diberikan pada siklus II masih sama dengan siklus I, namun kekurangan pada siklus I dapat diminimalisirkan dan memperlancar pengolahan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari data observasi siswa pada pertemuan pertama sebesar 81,6% dan pertemuan kedua 88,3% kemudian untuk pengolahan pembelajaran oleh peneliti pada pertemuan pertama sebesar 91,6% dan pada pertemuan kedua 93,3/%. Hasil ini memberikan informasi bahwa aktivitas siswa dan pengolahan pembelajaran oleh guru selama kegiatan pembelajaran untuk siklus II sudah mengalami peningkatan sangat baik.
Hasil analisis tes tindakan siklus II, diperoleh ketuntasan belajar klasikal 92,8% atau 26 orang siswa yang tuntas dari 28 siswa dan daya serap individu
(18)
yaitu sebesar88,2%, dari perolehan tersebut menunjukan hasil siklus II lebih baik dari siklus I. Pelaksanaan siklus II ternyata dapat memberikan perubahan yang positif yaitu dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa berupa peningkatan persentase serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilakukan dengan baik oleh sebagian besar siswa walaupun masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi kepada teman kelompoknya. Hal ini menunjukan bahwa belum semua siswa dapat menjelaskan materinya dengan baik namun hal ini ditemukan pada beberapa siswa saja. Siswa juga nampak lebih antusias dalam mengikuti setiap pembelajaran dan labih berani dalam mengemukakan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan baik pada teman maupun pada peneliti.
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti menyampaikan materi dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang untuk mempermudah siswa menyelasaikan tugas yang diberikan. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dpat membantu siswa yang berkemampuan rendah dalam belajara. Namun pembelajarankoopratiftipe jigsawterbukti menguntungkan bagi setiap siswa dan dapat meningkatkan hasil belajara siswa, tetapi pembelajaran ini juga memiliki kekurangan diantaranya tidak semua materi dapat dipelajari dengan menerapkan pembelajaran ini
IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dengan hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di SMA Negeri 5 Palu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan proses yang diterapkan oleh peneliti telah tuntas dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun secara klasikal. Hasil belajar siswa menunjukan peningkatan dalam setiap siklusnya. Hasil belajar dari evaluasi pratindakan menunjukan bahwa hasil yang diperoleh siswa sangat kurang, hal ini dibuktikan
(19)
dengan ketuntasan klasikal hanya 35,7%. Dari penilaian ini peneliti melanjutkan kembali ke tindakan sikllus I, hasil belajar yang diperoleh pada siklus I sebesar 42,8% dengan ketuntasan individu mencapai 12 orang siswa dari 28 siswa yang mengikuti ujian, hal ini juga masih jauh dari kriteria ketuntasan. Kemudian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil penelitian menunjukan bahwa indikator kinerja telah tercapai pada siklus II yakni dengan skor tertinggi 95, skor terendah 70, dan skor rata-rat 88,2 yang terdiri dari 28 orang siswa. Banyak siswa yang tuntas belajar yakni 26 orang siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 92,8% dan daya serap klasikal88,2%.
542 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan kondisi selama dilapangan, maka ada beberapa saran peneliti ingin sampaikan, yaitu sebagai berikut:
1. Kepada guru khususnya bidang studi geografi kiranya dapat mempertimbangkan model pembbelajaran koopratif tipe jigsaw
sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Mempersiapkan intrumen pembelajaran dengan baik serta pengolahan waktu selama pelaksanaan kegiatan mengajar.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw memerlukan waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil yang labih baik. Hal ini menuntut seorang pengajar atau guru yang cukup profesional untuk menggunakan model pembelajaran ini tidak memerlukan waktu yang lama tetapi memperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rochiati Wiriaatmadja.2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya.
(20)
(1)
Kelompok
Ahli 1. Guru memberi bimbingan pada kelompok yangmengalami kesulitan 3 3 2. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan pendapat 4 4
3. Guru mengarahkan kepada kelompok ahli untuk kembali
pada kelompok asal agar mendiskusikan hasilnya 3 4 Diskusi
kelompok asal
1. Dikusi kelompok ditetapkan dengan memberi penilaian
terhadap proses diskusi 3 4
2. Mengarahkan siswa membuat kesimpulan 3 4
Akhir 1. Memberi tes berdasarkan topik pembelajaran 3 3
2. Memberi penghargaan 4 3
3. Menutup pelajaran 4 4
Jumlah skor 55 56
Jumlah skor maksimal 60 60
Persentase 91,6% 93,3/%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan data dan hasil observasi, menunjukan tingkat keberhasilan guru pada pertemuan adalah 55 dan skor maksimal 60, dengan pesentase nilai rata-rata 91,6. Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 56 dan skor maksimal adalah 60, dengan demikian nilai rata-rata adalah 93,3%.
3.1.3.1 Observasi aktivitas siswa
Adapun hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 3.6 Hasil obervasi siswa siklus II
Tahap Indikator yang diamati Skor
Tahap 1 Tahap 2
Awal Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran 4 4
Antusias siswa mengikuti pelajaran 3 4
Kegiatan inti Diskusi hasil yang diperoleh dari kelompok ahli
dijadikan laporan dan di persentasikan 3 4
Menyampaikan pendapat 3 4
Mengajukan pertanyaan 4 4
Memberikan kritikan 3 4
(2)
Mempersentasikan hasil laporan 4 3
Menerima penghargaan 3 3
Kelompok
ahli Melaksanakan diskusi dalam mengerjakan LKS 3 3
Menyelesaikan LKS dengan benar dan tepat waktu 4 4 Kekompakan diskusi kelompok dalam mengerjakan
LKS 4 4
Penutup Mencatan kuis yang diberikan oleh guru 4 4
Mengucapkan salam penutup 4 4
Jumlah skor 49 53
Skor maksimal 60 60
Persentase 81,6% 88,3%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan data dan hasil observasi, menunjukan tingkat keberhasilan siswa pada pertemuan pertama adalah 49 dan skor maksimal 60, dengan persentase rata-rata 81,6%. Sedangkan pada pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh adalah 53 dan skor maksimal 60, dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 88,35.
3.1.3.2 Hasil Tes Siklus II
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II yang dilakukan selama 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit, maka kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes akhir pada, tes ini berupa tes esay dengan jumlah 5 nomor soal. Hasil analisis siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7 Hasil tes belajar siklus II
No. Aspek Perolehan Hasil
1. Skor Tertinggi 90
2. Skor Terendah 70
3. Jumlah Siswa 28
4. Banyak Siswa Yang Tuntas 26
5. Banyak Siswa Yang Tidak Tuntas 2
6. Persentase nilai rata-rata 88,2%
7. Persentase Ketuntasan Belajar 92,8%
8. Persentase Daya Serap Klasikal 88,2%
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil tes yang diperoleh pada siklus II yakni dengan skor tertinggi yaitu 95, skor terendah 70 dengan skor
(3)
rata-rata 88,2 yang terdiri dari 28 siswa. Banyak siswa yang tuntas belajar yakni 26 siswa dengan persentse ketuntasan 92,8% dan daya serap klasikal 88,2%. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan tuntas dan mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 80%.
3.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan data observasi kegiatan siklus I tampak bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran pada pertemuan pertama mendapat skor 63,3% dan mengalami peningkatan 68,3% pada pertemuan kedua. Demikian pula dari hasil penelitian observasi peneliti dalam pengelolaan pembelajaran pada pertemuan pertama sebesar 66,6% dan kemudian meningkat menjadi 71,6/% pada pertemuan kedua. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa dan pengolahan pembelajaran oleh peneliti pada siklus I sudah mengalami peningkatan. Hasil analisis tes tindakan siklus I menunjukan ketuntasan belajara secara klasikal 42,8% atau sebanyak 12 siswa orang siswa yang tuntas dari jumlah 28 orang siswa dan daya serap individu sebesar 69,8%. Rendahnya persentase ketuntasan klasikal pada siklus I karena siswa banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang dipahami dengan baik oleh siswa. Tindakan yang diberikan pada siklus II masih sama dengan siklus I, namun kekurangan pada siklus I dapat diminimalisirkan dan memperlancar pengolahan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari data observasi siswa pada pertemuan pertama sebesar 81,6% dan pertemuan kedua 88,3% kemudian untuk pengolahan pembelajaran oleh peneliti pada pertemuan pertama sebesar 91,6% dan pada pertemuan kedua 93,3/%. Hasil ini memberikan informasi bahwa aktivitas siswa dan pengolahan pembelajaran oleh guru selama kegiatan pembelajaran untuk siklus II sudah mengalami peningkatan sangat baik.
Hasil analisis tes tindakan siklus II, diperoleh ketuntasan belajar klasikal 92,8% atau 26 orang siswa yang tuntas dari 28 siswa dan daya serap individu
(4)
yaitu sebesar88,2%, dari perolehan tersebut menunjukan hasil siklus II lebih baik dari siklus I. Pelaksanaan siklus II ternyata dapat memberikan perubahan yang positif yaitu dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa berupa peningkatan persentase serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilakukan dengan baik oleh sebagian besar siswa walaupun masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi kepada teman kelompoknya. Hal ini menunjukan bahwa belum semua siswa dapat menjelaskan materinya dengan baik namun hal ini ditemukan pada beberapa siswa saja. Siswa juga nampak lebih antusias dalam mengikuti setiap pembelajaran dan labih berani dalam mengemukakan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan baik pada teman maupun pada peneliti.
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti menyampaikan materi dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang untuk mempermudah siswa menyelasaikan tugas yang diberikan. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dpat membantu siswa yang berkemampuan rendah dalam belajara. Namun pembelajarankoopratiftipe jigsawterbukti menguntungkan bagi setiap siswa dan dapat meningkatkan hasil belajara siswa, tetapi pembelajaran ini juga memiliki kekurangan diantaranya tidak semua materi dapat dipelajari dengan menerapkan pembelajaran ini
IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dengan hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMA Negeri 5 Palu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan proses yang diterapkan oleh peneliti telah tuntas dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun secara klasikal. Hasil belajar siswa menunjukan peningkatan dalam setiap siklusnya. Hasil belajar dari evaluasi pratindakan menunjukan bahwa hasil yang diperoleh siswa sangat kurang, hal ini dibuktikan
(5)
dengan ketuntasan klasikal hanya 35,7%. Dari penilaian ini peneliti melanjutkan kembali ke tindakan sikllus I, hasil belajar yang diperoleh pada siklus I sebesar 42,8% dengan ketuntasan individu mencapai 12 orang siswa dari 28 siswa yang mengikuti ujian, hal ini juga masih jauh dari kriteria ketuntasan. Kemudian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil penelitian menunjukan bahwa indikator kinerja telah tercapai pada siklus II yakni dengan skor tertinggi 95, skor terendah 70, dan skor rata-rat 88,2 yang terdiri dari 28 orang siswa. Banyak siswa yang tuntas belajar yakni 26 orang siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 92,8% dan daya serap klasikal88,2%.
542 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan kondisi selama dilapangan, maka ada beberapa saran peneliti ingin sampaikan, yaitu sebagai berikut:
1. Kepada guru khususnya bidang studi geografi kiranya dapat mempertimbangkan model pembbelajaran koopratif tipe jigsaw sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Mempersiapkan intrumen pembelajaran dengan baik serta pengolahan waktu selama pelaksanaan kegiatan mengajar.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memerlukan waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil yang labih baik. Hal ini menuntut seorang pengajar atau guru yang cukup profesional untuk menggunakan model pembelajaran ini tidak memerlukan waktu yang lama tetapi memperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rochiati Wiriaatmadja.2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya.
(6)