Tradisi penggunaan garam dalam bacaan Yasin di desa Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun.

TRADISI PENGGUNAAN GARAM DALAM BACAAN YASIN
DI DESA GARON KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN
(Perspektif Strukturalisme Claude Levi Strauss)

Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) dalam
Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

oleh:
LULUK PITRIANI NINGSIH
NIM: E71213107

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

ABSTRAK

Luluk Pitriani Ningsih, NIM. E71213107, 2017. Tradisi Penggunaan Garam

dalam Bacaan Yasin di Desa Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun
(Perspektif Strukturalisme Claude Levi Strauss). Skripsi Program Studi Aqidah
dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Tradisi Penggunaan Garam, dan Strukturalisme
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tradisi
Penggunaan Garam dalam Bacaan Yasin di Desa Garon Kecamatan Balerejo
Kabupaten Madiun (Perspektif Strukturalisme Claude Levi Strauss)”. Ini adalah
hasil penelitian untuk mengerti dan memahami tradisi penggunaan garam dalam
bacaan yasin di Desa Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata secara lisan maupun tertulis tentang
orang-orang dan perilaku yang diamati. Serta menggunakan pendekatan
Strukturalisme dalam menafsirkan, menginterpretasikan makna yang terkandung
dalam sebuah simbol atau kata. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
selama proses penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian, diperoleh data bahwa mayoritas masyarakat masih
melakukan tradisi penggunaan garam dan percaya akan mitos dan resiko-resiko
yang menimpa apabila tidak melakukan tradisi (adat/kebiasaan) diantaranya di
ganggu hal-hal ghaib, dan di jadikan sebagai penangkal dari kejahatan, juga di

percaya sebagai pengobatan. Menurut sesepuh desa setempat, tradisi penggunaan
garam tersebut merupakan warisan dari nenek moyang yang patutnya dijaga dan
dilaksanakan (manut). Seperti yang dikatakan oleh Claude Levi Strauss bahwa
setiap simbol tradisi pasti mempunyai makna yang tersembunyi, Oleh sebab itu
perlu adanya metode atau cara untuk mengidentifikasi dan menafsirkannya.
Menurut Claude Levi Strauss, struktur dibedakan menjadi dua yaitu
Struktur dalam dan struktur luar. Struktur dalam meliputi seperti batin yang mana
manusia akan merasa bersalah dan takut jika tidak melakukan tradisi tersebut.
Struktur luar misalnya saja mitos, system kekerabatan, dan sebagainya. dari
sinilah kemudian diterapkan atau diimplementasikan ke dalam tradisi penggunaan
garam dalam bacaan yasin, tepatnya di Desa Garon Kecamatan Balerejo
Kabupaten Madiun dengan menggunakan strukturalisme Claude Levi Strauss
yang dalam pemikirannya mempunyai hubungan yang erat akan mitos-motos yang
terjadi dalam tradisi tersebut.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka sebaiknya masyarakat desa
Garon khususnya dianjurkan tidak mempercayai keyakinan yang belum jelas asalusulnya, dan hendaknya bertawakal saja kepada Allah SWT karena tidak ada
suatu keburukan kecuali Allah SWT yang mendatangkannya.

vii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ............................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
D. Penegasan Judul .......................................................................... 7

E. Tujuan Masalah ........................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 10
G. Telaah Pustaka............................................................................. 10
H. Metodologi Penelitian ................................................................. 13
I. Sistematika Bahasan .................................................................... 18

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II : STRUKTURALISME CLAUDE LEVI STRAUSS ....................... 19
A. Biografi Claude Levi Strauss ...................................................... 19
B. Karya Claude Levi Strauss .......................................................... 23
C. Teori Strukturalisme Claude Levi Strauss .................................. 26
D. Asumsi Dasar Strukturalisme ...................................................... 40
BAB III : TRADISI PENGGUNAAN GARAM DI DESA GARON .......... 44
A. Gambaran Umum Lokasi di Desa Garon Kecamatan Balerejo
Kabupaten Madiun ...................................................................... 44
1. Keadaan Geografis Desa Garon ............................................ 44
2. Kebudayaan Desa Garon ....................................................... 48

3. Keagamaan Desa Garon ........................................................ 52
4. Perekonomian Desa Garon .................................................... 54
5. Pendidikan Desa Garon ......................................................... 55
B. Sejarah Penggunaan Garam dalam Bacaan Yasin
di Desa Garon .............................................................................. 56
BAB IV : ANALISIS DATA TRADISI PENGGUNAAN GARAM ........... 70
A. Makna Tradisi Penggunaan Garam dalam Perspektif
Strukturalisme Claude Levi Strauss ............................................ 70
BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 80
A. Kesimpulan.................................................................................. 80
B. Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82
LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini hendak memaparkan tradisi masyarakat Desa Garon
kecamatan Balerejo kabupaten Madiun tradisi menggunakan garam
sebagai sajian dalam acara rutinitas yasinan. Masyarakat mempercayai
bahwa garam dapat menyembuhkan penyakit akan tetapi jika garam
tersebut disertai dengan bacaan yasinan maka barokahnya akan lebih besar
lagi manfaatnya.
Tradisi penggunaan garam dalam yasinan adalah bentuk dari
kebudayaan dari masyarakat setempat. Kebudayaan adalah persatuan
antara budi dan daya menjadi kata dan makna yang sejiwa, tidak lagi
menerima di bagi atau di pisah-pisah atas maknanya masing-masing. Budi
yang mengandung makna akal, pikiran, pengertian, paham, pendapat,
ikhtiar, lagi pula perasaan, dan daya mengandung makna tenaga, kekuatan,
kesanggupan. Maka kebudayaan mengandung makna leburan dari dua
makna tadi, dan artinya himpunan segala usaha dan daya upaya yang
dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki
sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan.1
Kebudayaan atau tradisi itu sendiri muncul atas keinginan manusia

itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dalam bentuk

1

H. Endang Saifudin Anshari, Agama dan Kebudayaan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979),
26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

tingkah laku, pola hidup, perekonomian, pertanian, system kekerabatan,
stratifikasi sosial, religi, mitos dan sebagainya. Semua aspek tersebut yang
kemudian harus di penuhi oleh manusia dalam kehidupannya dan akan
menjadikan sebuah kebudayaan atau tradisi.
Tradisi merupakan kesamaan benda material dan gagasan yang
berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum
dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang
benar atau warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi
berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja.2

Menurut tokoh C.A. Van Peursen tradisi merupakan proses pewarisan atau
penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tradisi
dapat dirubah, diangkat, ditolak dan dipadukan dengan aneka ragam
perbutan manusia. Tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau
diwariskan dari masa lalu ke masa kini.3
Dalam tradisi masyarakat khususnya di pulau Jawa pasti terdapat
penggunaan simbol dalam segala aspek kehidupan teutama dalam
beragama. Tradisi tersebut tentunya lahir dari masyarakat setempat sesuai
dengan pengalaman keagamaan dan keyakinan mereka masing-masing,
dan itu semua merupakan karya cipta manusia yang wajib dilestarikan.
Tradisi pembacaan yasinan merupakan tradisi lama yang masih
dipegang oleh kalangan masyarakat. Yasinan merupakan bentuk ijtihad
para ulama untuk mensyiarkan islam dengan jalan mengajak masyarakat
2

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2007), 69
C.A. Van Persen, Strategi Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisisus, 1988), 11

3


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

untuk mendekatkan diri pada ajaran Islam melalui cinta membaca Al
Qur’an, salah satunya Surat Yasin sehingga disebut sebagai Yasinan.
Kegiatan yasinan di lakukan masyarakat baik kaum ibu maupun bapak dan
juga di kalangan remaja putra maupun putri. Pelaksanaannyapun berbedabeda seperti ada yang melaksanakannya pada malam hari, siang hari atau
sore hari atau hanya pada waktu-waktu tertentu misalnya malam jumat
yang di laksanakan di masjid maupun dirumah warga secara bergiliran
setiap minggunya.
Ada hadits sahih: Yasin Lima quriat Lahu, artinya surat Yasin
dibaca sesuai niat si pembaca. Yasin dapat dibaca saat kita mengharap
rezeki Tuhan, meminta sembuh dari penyakit, menghadap ujian, mencari
jodoh, atau hajat lain yang mendesak.
Yasinan adalah sebuah kegiatan membaca surat yasin secara
bersama-sama yang dipimpin oleh seorang kaum, biasanya yasinan juga di
lengkapi dengan bacaan Al Fatihah, dan bacaan tahlil serta ditutup dengan
do’a dan di amini oleh para jamaah. Adapula yasinan di laksanakan untuk
memperingati dan mengirim doa keluarga yang sudah meninggal.

Masyarakat mempercayai bahwa dengan membaca surat yasin maka
pahala atas pembacaan itu akan sampai pada si mayit. Ada juga yasinan di
percaya untuk meminta hajat kepada Allah agar dipermudah dalam
mencari rizki maupun meminta hajat agar orang yang sakit yasin bisa di
baca dengan harapan jika bisa sembuh semoga cepat sembuh, dan jika

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Allah menghendaki yang bersangkutan kembali kepada-Nya, semoga
cepat diambil oleh-Nya dengan tenang.4
Masyarakat melaksanakan tradisi ini karena turun temurun. Artinya
tradisi ini merupakan peninggalan dari nenek moyang mereka, dimana
islam mengadopsinya bagian dari ritual keagamaan. Dari pelaksanaan
tradisi ini maka ada makna yang lain selain dari arti ayat-ayat yang di baca
secara bersama-sama misalnya contohnya seperti rutinitas yang ada di
Desa Garon yasinan dipercaya sebagai tradisi yang sudah seharusnya di
lakukan karena selain untuk menjalin silaturahim antar umat manusia juga
mendapatkan manfaat dari membaca yasin, menendapatkan amal dan juga

barokah dari surat Yasin tersebut. Selain yasin yang dibaca adapun
Istighosah, Asmaul husna, dan tahlilan. Setelah membaca yasinan di
lanjutkan acara seperti ngobrol membahas tentang kegiatan ataupun arisan.
Lalu dilanjutkan dengan makan-makan hidangan yang sudah di sediakan
oleh tuan rumah yang mempunyai hajat.
Desa Garon merupakan salah satu desa yang terletak dalam
wilayah Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun. Dari segi keagamaan,
masyarakat desa Garon sudah bisa dikatakan berkembang. Penduduk Desa
Garon mayoritas beragama Islam. Adapun kegiatan-kegiatan keagamaan
yang berlangsung di Desa Garon di antaranya adalah Jama’ah Yasinan.
Jama’ah yasinan terdiri dari kelompok ibu-ibu dilaksanakan setiap
seminggu sekali dan di setiap dusun memiliki jama’ah yasinan. Di desa
4

H. Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), 307

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Garon kegiatan yasinan ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari kamis
malam jumat.
Kegiatan jamaah yasinan ini biasanya dengan pembacaan surat
yasin dan tahlil. Kegiatan yasinan di Desa Garon bukan hanya dilakukan
di masjid tetapi kegiatan ini dilakukan dengan sistem anjangsana. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan anjangsana sehingga dari warga satu dengan
yang lain saling mendapatkan bagian sebagai tuan rumah jama’ah tahlil
dan bisa menjalin silaturahim yang sangat erat sehingga tidak ada warga
satu dengan yang lain. Jamaah tahlil ini dipimpin oleh salah satu tokoh
yang telah warga pilih sebagai pemimpin tahlil yang ada di Desa Garon.
Dalam tradisi yang dilakukan di desa Garon tersebut adapun
keunikannya yang mana dalam acara yasinan ini di sediakan sajian berupa
satu ember garam. Masyarakat mempercayai sebagai pengobatan secara
tradisional, yang mana dalam hal melakukannya para warga mengusapkan
bagian-bagian tubuh yang terasa sakit lalu di olesi dengan garam yang di
sediakan. Dan tidak hanya itu saja warga juga bisa membawa pulang
garam tersebut selain bisa di usapkan ke bagian tubuh warga juga bisa
menggunakannya untuk memasak. Garam yang biyasanya di gunakan
untuk penyedap makanan lain dengan bagi masyarakat Garon mereka
menjadikan garam sebagai sajian dalam acara rutinitas yasinan yang mana
di percaya karena barokahnya membaca yasinan juga tahlilan garam bisa
menyembuhkan penyakit.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Dari sinilah penulis merasa tertarik untuk meneliti tradisi
penggunaan garam dalam bacaan yasin di desa Garon merupakan hal
penting untuk mendapatkan barokahnya yasinan dan garam sebagai sajian
sekaligus pengobatan. Berangkat dari pemikiran inilah penulis ingin
mengetahui lebih jauh tentang “Tradisi Penggunaan Garam dalam Bacaan
Yasin di Desa Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun (Perspektif
Strukturalisme Claude Levi Strauss)”.

B. Identifikasi Masalah
Tradisi Penggunaan garam dalam bacaan yasin adalah tradisi yang
biyasa di lakukan oleh masyarakat Desa Garon. Yang biyasanya yasinan
hanya sebatas suatu kegiatan namun di sini garam dijadikan sajian dalam
acara tersebut hal tersebut dipercaya warga situ sebagai pengobatan
dengan menggunakan garam yang mana garam tersebut mendapatkan
barokah dari bacaan yasinan tersebut. Karena garam itu sendiri juga sudah
memiliki manfaat tersendiri di tambah dengan barokah yasinan tadi garam
di percaya bisa memberikan manfaat yang lebih bagi masyarakat selain di
gunakan bumbu memasak juga bisa digunakan untuk obat. Selain itu juga
di percaya bahwa garam bisa mengusir hal-hal ghaib, bisa melindungi dari
kejahatan seperti setan tidak bisa mendekat apabila garam di taburkan di
setiap sudut rumah ataupun di sajikan di dalam rumah.
Dalam penelitian sebelumnya ada beberapa yang membahas
tentang terapi dengan menggunakan air putih dan juga terapi Qur’ani yaitu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

terapi Ruqyah dan ada juga yang membahas tradisi tahlilan dan Ritual
fenomena tahlilan dan yasinan akan tetapi dalam skripsi ini akan
membahas tradisi penggunaan garam dalam bacaan yasin di Desa Garon
Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun dari sinilah peneliti ingin
mencoba menyuguhkan hal yang baru dan menurut sebagian kita hal biasa.
Dalam kalangan Islam khususnya para penganut aliran Ahlussunah
Waljamaah (NU) bahwa beribadah itu hanya melaksankan hal-hal yang
wajib saja, tetapi juga hal-hal yang disunahkan oleh Rasulullah serta
melestarikan adat istiadat yang baik dan tidak mudharat.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan garam dalam tradisi bacaan yasin di Desa
Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun?
2. Apa makna penggunaan garam dalam tradisi bacaan yasin di Desa
Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun?

D. Penegasan Judul
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul skripsi ini
maka perlu diberikan penegasan judul “Tradisi Penggunaan Garam dalam
Bacaan Yasin di Desa Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun
(Perspektif Strukturalisme Claude Levi Strauss)” adalah sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Tradisi merupakan kesamaan benda material dan gagasan yang
berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum
dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai
warisan yang benar atau warisan masa lalu. Menurut tokoh
C.A. Van Peursen tradisi merupakan proses pewarisan atau
penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-kaidah, hartaharta. Tradisi dapat dirubah, diangkat, ditolak dan dipadukan
dengan aneka ragam perbutan manusia. Tradisi berarti segala
sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa
kini.5
2. Yasinan adalah sebuah kegiatan membaca surat yasin secara
bersama-sama yang dipimpin oleh seorang kaum, biasanya
yasinan juga di lengkapi dengan bacaan Al Fatihah, dan bacaan
tahlil serta ditutup dengan doa dan di amini oleh para jamaah.
Adapula yasinan di laksanakan untuk memperingati dan
mengirim doa keluarga yang sudah meninggal. Ada juga
yasinan di percaya untuk meminta hajat kepada Allah agar
orang yang sakit yasin bisa di baca dengan harapan jika bisa
sembuh semoga cepat sembuh, dan jika Allah menghendaki
yang bersangkutan kembali kepada-Nya, semoga cepat diambil
oleh-Nya dengan tenang.6

5

C.A. Van Persen, Strategi Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisisus, 1988), 11
H. Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), 307

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

3. Penggunaan garam dalam bacaan yasin adalah sebuah tradisi
keagamaan yang menjadi medium dalam beribadah kepada
Tuhan dan Ukhuwah Islamiyah oleh masyarakat Desa Garon.
Pada dasarnya garam mendapatkan energi yang dihasilkan oleh
suara bacaan yasin tersebut. Dan di sini tradisi penggunaan
garam bertujuan supaya terhindar dari kejahatan yaitu
gangguan dari hal-hal ghaib. Warga Garon meyakini bahwa
garam bisa mengusir hal ghaib seperti bisa mengusir setan.
4. Strukturalisme Claude Levi Strauss menurutnya dalam struktur
bahasa dengan mitos mempunyai persamaan. Dengan bahasa
manusia dapat mengerti pesan-pesan yang tersampaikan dari
budaya yang diyakini dan dengan bahasa akan terkuak makna
dari simbol. Begitupun dengan mitos juga mengandung pesanpesan. Dengan adanya mitos tersebut manusia bisa mengerti
akan fenomnena budaya yang di percayai. Jadi bahasa dengan
mitos saling berkaitan karena untuk mengerti sebuah makna
dari simbol kita harus mengerti fenomena-fenomea dalam
sebuah budaya.
Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam
lagi tentang “Tradisi Penggunaan Garam dalam Bacaan Yasin di Desa
Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun (Perspektif Strukturalisme
Claude Levi Strauss”.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

E. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini merupakan hasil analisa
rumusan masalah di atas
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan garam dalam bacaan yasin
di Desa Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun.
2. Untuk mengetahui apa makna penggunaan garam dalam tradisi yasin
di Desa Garon Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari studi penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal-hal
sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis, meliputi dua hal:
a) Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan tentang kajian serupa.
b) Dapat digunakan sebagai dasar penyusunan untuk penelitian
lanjutan yang mempunyai relevansi dengan skripsi ini.
c) Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca, dan bagi
keilmuan juga dalam kajian keislaman

G. Telaah Pustaka
Berdasarkan penelusuran saya ada beberapa buku ataupun skripsi
karya ilmiah lainnya yang bisa dijadikan sebagai panduan maupun bahan
pertimbangan dalam penulisan skripsi ini, tentunya buku-buku yang
berhubugan dengan tradisi yasinan maupun tahlilan dan pengobatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

alternative baik itu berkaitan dengan alternative tenaga dalam atau
menggunakan alternative selain itu misalnya menggunakan pembacaan
ayat suci al-Qur’an atau yang disebut dengan ruqyah, ataupun
menggunakan alternative dengan perantara bantuan seorang dukun,
diantaranya:
1. Tradisi

Tahlilan

Dalam

Kehidupan

Masyarakat

Desa

Tegalangus (Analisis Sosio Kultural) oleh Muhammad Iqbal
Fauzi dalam skripsi ini membahas tentang tradisi tahlilan di dea
Tegalangus yang mana masyarakat Tegalangus memiliki
motivasi yang berbeda-beda dalam menghadiri pelaksanaan
tahlilan dan tradisi tahlilan memiliki nilai positif dan negative
bagi masyarakatnya. Silaturrahim, solidaritas sosial dan
ceramah agama yang berisi pengetahuan agama merupakan
nilai positif. Sedangkan nilai negatifnya, tahlilan membentuk
kebiyasaan masyarakat dalam menyuguhkan aneka hidangan
sehingga memberatkan keluarga terutama yang tidak mampu,
tahlilan juga sering dijadikan ranah politik, terlebih menjelang
pemilihan umum.
2. Ritualisasi Budaya-Agama dan Fenomena Tahlilan-Yasinan
Sebagai Upaya Pelestarian Potensi Kearifan Lokal dan
Penguatan Moral Masyarakat oleh Hamim Farhan dalam
skripsi ini menjelaskan tentang ritual bidaya agama dan
kegiatan tahlilan dan yasinan yang sudah melekat pada

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

sebagian masyarakat muslim Jawa/Indonesia. Khususnya di
Gresik semisal ritual kolak Ayam pada hari malam 23
Ramadlan. Salah satu dari keanekaragaman faham dan aliran
itu lalu menciptakan karakteristik ekspresi religi dalam bentuk
khazanah budaya-agama. Bagaimana seseorang atau kelompok
(jamaah) untuk mengekspresikan pengalaman religiusnya yang
khas. Dari simbol-simbol keberagaman itu tidak hanya sebagai
pemenuhan religiusnya akan tetapi juga membangun solidaritas
sosial bahkan bisa saja sebagai mediasi.
3. Terapi Air Putih (Mengobati Berbagai Macam Penyakit) oleh
Teguh Sutanto dalam buku ini membahas tentang penggunaan
air dengan baik, bagimana kriteria air yang sehat dan
menyembuhkan, bagimana aturan-aturan dalam terapi air putih,
terapi air putih utnuk kecantikan dan kebugaran dan terapi air
untuk penyembuhan.
4. Terapi Qur’ani (Tinjauan Historis, al-Qur’an al-Hadits dan
Sains Modern) oleh Ahmad Zuhdi dosen sejarah dan
kebudayaan islam fakultas adab dan humaniora Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), buku ini banyak
menjelaskan mengenai pengobatan alternative pada zaman
sebelum Rasulullah dan setelah dengan menggunakan Ruqyah
atau disebut juga dengan do’a di Indonesia sendiri dikenal
dengan mantra atau jampi-jampi, menggunakan mantra ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

sebagai penyembuhan penyakit diperbolehkan bagaimana
bentuk/ucapan mantranya asal tidak mengandung unsur syirik,
cara mengobatinya dengan membacakan mantra ini kepada
sipasien kemudian suara yang hasilakan ini mengandung
tenaga

listrik

yang

bisa

tersalurkan

kepada

tubuh

sipasienmelalui indra pendengaran, kemudian tenaga listrik
yang dihasilkan suara ini memperngaruhi sel-sel dalam tubuh
dan memberi perintah/isyarat untuk memperbaiki sel-sel yang
tidak seimbang atau rusak.

H. Metodologi Penilitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian
yang menghasilakan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan
dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.7
Bentuk penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
penelitian yang bersifat menggambarkan atau menguraikan suatu hal
dalam situasi tertentu.8
Penelitian deskriptif yang dimaksud adalah penelitian yang
dilakukan hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu
fenomena dalam situasi tertentu dan peneliti hanya ingin mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu.
7

Lexy. J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),3
Ibid., 5

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2. Kehadiran Peneliti
Peneliti di sini akan bertindak sebagai pengumpul dan pengolah
informasi yang bersifat pasif. Peneliti hanya mengamati secara
langsung yang bertujuan memperoleh data. Peneliti juga menjalin
komunikasi antara responden dan peneliti demi kemudahan mencari
data.
3. Sumber Data
Sumber data adalah subyek darimana data di peroleh.9 Adapun
sumber data penelitian terdiri dari:
a. Sumber data primer, yaitu sumber-sumber yang memberikan data
langsung dari tangan pertama.10 Yang termasuk data primer ini
adalah informan dari warga Desa Garon Kecamatan Balerejo
Kabupaten Madiun.
1. Bapak Hartoyo Kepala Desa Garon
2. Sri Wahyuti Ketua KWT Desa Garon sekaligus sekertaris
Jama’ah Yasinan Desa Garon
3. Umi Ibu Nyai/sesepuh Desa Garon
4. Warti’ah warga Desa Garon
5. Wulandari warga Desa Garon
6. Kasiatun Warga Desa Garon
7. Yasir Tokoh Agama Desa Garon
8. Matin Tokoh Agama Desa Garon
9

Koentjoro Ningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981), 254
Ibid., 453

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang mengutip dari
sumber lain.11 Yang termasuk sumber data sekunder yaitu meliputi:
buku-buku dan literature yang berkaitan dengan judul skripsi,
unduhan dari internet, serta sumber data lainnya yang mendukung.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-empirik yang
menggunakan metode penelitian lapangan. Oleh karena itu sumbersumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahanbahan yang telah dikumpulkan melalui metode observasi mengenai
permasalahan dalam penelitian ini.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya kegiatan
yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan.12
Disini peneliti menempati posisi sebagai partisipasi dan non
partisipasi, jadi dalam artian peneliti ikut berperan dalam kegiatan
yang berkenaan dengan keterangan yang diamati.
Metode observasi ini di gunakan untuk memperoleh data
mengenai tentang pelaksanaan kegiatan rutinitas yasinan.
11
12

Ibid., 143
Nana Sudjana, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989),109

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

5. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah suatu pengumpulan data melalui proses
Tanya jawab dimana dua atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.13
Metode wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan
data dengan jalan seperti tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan
sistematis dan berdasarkan pada tujuan sepihak.
6. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai hal-hal yang
berhubungan langsung dengan tema penelitian ini berupa catatan
peristiwa yang sudah berlalu seperti, tulisan, gambar atau berbentuk
karya.14 Dalam metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan datadata yang nantinya akan disusun secara sistematis sesuai kebutuhan.
7. Pengecekan Keabsahan Data dalam peneliti
Data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara hasil
penelitian dan kenyataan yang ada. Di sini peneliti terlebih dahulu
mempelajari data dan menguji dalam pengumpulan data tersebut. Baik
dari diri sendiri dan orang lain. Untuk pengecekan keabsahan data,
peneliti melakukan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data
secara teliti dan hati-hati, diantaranya:
1. Perpanjangan pengamatan. Peneliti kembali turun kelapangan.
Melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

13

Moh. Nasir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 193-194
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2012), 240

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

pernah ditemui maupun yang baru. Dan perpanjangan pengamatan
untuk menguji kredibilitas data pada penelitian ini akan difokuskan
data yang telah diperoleh.
2. Meningkatkan ketekunan. Peneliti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan dalam memahami gejala
dilapangan. Dengan demikian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis.
8. Tahap-tahap penelitian
Secara operasional, tahapan penelitian ini dibagi atas dua tahapan:
a. Tahap Persiapan/Pra Lapangan
Tahapan ini dilakukan sebelum peneliti terjun kelapangan,
yaitu: menyusun rancangan peneliti, memilih lapangan penelitian,
pengurusan perizinan, memilih informan dan menyiapkan segala
perlengkapan penelitian.
b. Pelaksanaan
Penelitian mulai terjun ke lapangan. Dengan memahami
latar penelitian, mengirim surat permohonan kepada informan dan
pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya peneliti focus pada
penelitian dan menyusun skripsi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

I. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh alur skripsi ini secara sistematis, peneliti
membagi sistematika penulisan skripsi ini tersusun menjadi lima bab:
Bab I merupakan bab pendahuluan, meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah,
penegasan judul, tujuan masalah, manfaat penelitian, telaah pustaka,
penegasan judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Berisikan Landasan Teori Strukturalisme Claude Levi
Strauss yang terdiri dari Biografi Claude Levi Strauss, Karya Levi Strauss,
Strukturalisme Levi Strauss, dan Asumsi Dasar Strukturalisme.
Bab III Adalah uraian tentang laporan penelitian yang terdiri dari
letak geografis, Kebudayaan dan keagamaan, Perekonomian dan
kependidikan serta data Sejarah tradisi penggunaan garam dalam bacaan
yasin di desa Garon.
Bab IV Analisis dan pengolahan atau penganalisisan data yang
telah diperoleh dari bab sebelumnya dengan metode dan pendekatan yang
telah disebutkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis tentang Makna Tradisi penggunaan Garam dalam perspektif
strukturalisme Claude Levi Strauss.
Bab V: Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

BAB II
STRUKTURALISME CLAUDE LEVI STRAUSS
A. Biografi Claude Levi Strauss
Claude Levi Strauss adalah ahli antropologi berkebangsaan
Prancis. Dilahirkan di Brussel, Belgia, tahun 1908 dari orang tua Yahudi
yang berkebangsaan Prancis, dari ayah bernama Raymond Levi Strauss
dan ibu Ema Levy. Kedua orang tua Claude Strauss mempunyai
kewarganegaraan Prancis. Kemudian pada tahun 1909 orang tua Claude
Levi Strauss pindah ke Paris, Prancis. Secara sosial historis, sejak kecil
Claude Levi Strauss hidup dalam sebuah keluarga yang berjiwa seni.
Ayahnya adalah seorang pelukis yang lebih banyak melukis poteret.
Karena hidup Levi Strauss semasa kecil seperti ini, maka kita tidak perlu
heran

apabila

keadaan

ini

sangat

berpengaruh

terhadap

corak

pemikirannya, terutama pengaruh ini sangat Nampak terhadap bidang
antropologinya. Pengaruh seperti ini bisa dilihat dari buku-bukunya
tentang mitos serta analisisnya tentang hias, topeng, mitos dan juga cara
dia memandang fenomena sosial budaya.
Tahun 1914 mereka pindah ke Versailler, Prancis. Ia belajar
Filsafat d Universitas Sorbonne, sebuah Universita yang cukup bonafide di
Prancis. Studi fakultas ini berhasil ia selesaikan dalam waktu satu tahun
dengan tesis tentang dalil-dalil filsafati aliran materialisme historis, dengan
pembimbing seorang ahli kasta India yaitu Celestin Bougle, yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

dikemudian hari turut menentukan perjalanan karirnya sebagai ahli
antropologi. Tesisnya yang bertema materialisme historis ini, termasuk
bagian dari pengaruh terhadap kerangka berpikir Claude Levi Strauss yang
disebut sebagai strukturalisme. Sebenarnya niat Claude Levi Strauss pada
awalnya bukan pada bidang antropologi. Ia serius pada bidang antropologi
karena pengaruh pendidikan yang ia tempuh di Universitas Sorbonne dan
pendalamannya pada materialism historis.1
Claude Levi Strausslah yang dikenal sebagai bapak Strukturalisme,
sebab dialah yang pertama kalinya menggunakan pendekatan linguistic
struktural dalam kajian atau analisis budaya. Belakang pendidikan filsafat,
namun ia mulai tertarik dengan antropologi ketika menjadi professor
sosiologi di Sao Paulo, Brazil, dan menjelajahi daerah-daerah pedalaman
di Brazil antara tahun 1934-1939. Ketika NAZI mulai berekspansi keluar
dari negeri Jerman, Lavi Strauss pindah ke New York (USA), Claude
Strauss menjadi pengajar etnologi, sebuah Universitas yang didirikan oleh
kaum intelektual pelarian Prancis. Di sinilah kecenderungan structural
yang sudah lama ada dalam diri Claude Strauss berkembang dan menjadi
matang dan di kota inilah ia berjumpa dengan seorang linguis bernama
Roman Jakobson. Perkenalannya dengan linguistic modern inilah yang
akan mengubah haluan kariernya. Claude Levi Strauss mulai melihat
kemungkinan penerapan ilmu linguistic pada antropologi budaya.

1

Bertens, Filsafat Barat Kontemporer, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), 45

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Dikemudian hari ia memang berhasil mewujudkan impiannya itu.
Budaya baginya adalah bahasa. Levi Strauss melahirkan konsep
strukturalisme sendiri akibat ketidakpuasannya terhadap fenomenologi dan
eksistensialisme. Pasalnya para ahli antropologi pada saat itu tidak pernah
mempertimbangkan peranan bahasa yang sebenarnya sangat dekat dengan
kebudayaan manusia itu sendiri. Dalam bukunya yang berjudul Trites
Tropique 1955 ia menyatakan bahwa penelaan budaya perlu dilakukan
dengan model linguistic. Ia tidak setuju dengan Bragson yang menganggap
tanda linguistic dianggap sebagai hambatan yang merusak impresi
kesadaran individual yang halus, cepat berlalu, dan mudah rusak. menurut
Levi Strauss bahasa yang digunakan merefleksikan budaya atau perilaku
manusia tersebut. Oleh karena itu ada kesamaan konsep antara bahasa dan
budaya manusia. Ia berpendapat bahwa bahasa dapat digunakan untuk
mempelajari kebudayaan atau perilaku suatu masyarakat.2
Dari sinilah bisa disimpulkan teori pemikirannya Levi Strauss lebih
mengarah kepada Bahasa dan Budaya. Dalam beberapa pemikiran yang
sudah tertuangkan banyak pemaknaan yang menggunakan teori Bahasa.
Karena Levi Strauss beranggapan bahwa dengan Bahasa kita dapat
mengetahui arti makna yang terdapat pada suatu Budaya. Levi Strauss juga
mengartikan bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap kebudayaan
yang dianutnya dengan menggunakan metode Bahasa. Dengan mengetahui

2

Ibid., 47

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

cara bahasa yang digunakan oleh masyarakat maka akan mengetahui
bagaimana pemaknaan dari kebudayaan tersebut.
Pada tahun 1947 Claude Levi Strauss kembali ke Prancis dan
menempuh ujian doktornya di Uneversitas Sorbonne, dengan disertasi Les
Structures Elementaires De La Parente. Pada tahun ini juga Claude Levi
Strauss bertemu dengan Jacques Lacan, seorang ahli psikologi analisis
dirumah

Alexander

Koyre.

Namun

pertemuan

mereka

tidak

memperngaruhi pemikiran Claude Levi Strauss tentang strukturalisme dan
juga tidak ada kaitannya karena petemuan mereka yang sampai menjadi
sahabat itu tidak digunakan untuk membicarakan strukturalisme,
antropologi, atau filsafat. Tetapi pertemuan mereka selama beberapa tahun
hanya digunakan untuk membicarakan seni dan sastra.3
Pada tahun 1949, Claude Levi Strauss menunjukkan konsistensi
dan

keteguhannya

menggunakan

untuk

pendekatan

menekuni
structural

bidang
melalui

antropologi
terbitan

dengan

buku

dari

disertasinya. Melalui buku ini nama Claude Levi Strauss mulai menanjak
dan diperhitungkan di dunia pemikiran. Buku ini banyak mendapat
sambutan positif, meskipun ada beberapa pemikir sezamannya yang
merasa iri kemudian menjauh dari Claude Strauss. Dalam buku inilah
untuk pertama kalinya beraneka ragam system kekerabatan suku-suku
bangsa didunia dicoba dijelaskan dengan menggunakan model-model yang
Loekisno CH. W. “Agama dalam Perspektif Strukturalisme”, (Skripsi tidak diterbitkan
Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya, 2006), 58

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

memperlihatkan prinsip-prinsip yang bekerja dibalik fenomena system
kekerabatan. Buku jiga menunjukkan kepiawaian Levi Strauss dalam
menerapkan analisis structural atas fenomena kekerabatan. Bangunan
pemikiran Claude Levi Strauss semakin mantap dengan menggunakan
paradigma strukturalnya ketika dia menulis buku Totemisme dan Savage
Mind. Buku ini menggambarkan keyakinan Claude Levi Strauss akan
ketepatan dan manfaat analisis Strutural yang dipeloporinya, bagi upaya
membangun disiplin antropologi yang lebih kokoh pondasi filsafat dan
keilmuwannya. Perjalanan Claude Levi Strauss dari sini sampai kedepan
seringkali dilaluinya dengan menerbitkan buku-buku melalui hasil
penelitiannya, sehingga semakin lama Claude Levi Strauss semakin
dikenal. Baik di dunia akademis maupun kalangan awam. 4

B. Karya Claude Levi Strauss
Kesuksesan Levi Strauss ini tertuang dalam beberapa buku yang
membuatnya termasyhur Yaitu:
1. Les structures elementaire de la parente 1949 (Struktur-struktur
elementary kekerabatan), Tristes tropiques 1955 (Daerah tropika yang
menyedihkan) adalah otobiografinya yang menjadi sukses besar.
2. Antropoligie structural 1958 (Antropologi structural) mengumpulkan
berbgagai artikel dan publikasi kecil.

4

Ibid., 60

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

3. Le totemisme aujourd’bui 1962 (Totemisme dewasa ini), La pensee
sauvage 1962 (Pemikiran Liar), Studi besar tentang mitologi diberi
judul umum.5
4. Mythologies I (1964), Le CRue Et Le Cuit, Paris: Plon, 1964
Terjemahan Inggris. Mythologiques, I: The Raw And The Cooked, New
York: Harper and Row, 1969.
5. La Voie des masques 1973 (Jalan Topeng-Topeng) memperlajari
topeng-topeng dari kebudayaan-kebudayaan primitive dalam hubungan
dengan mitologi mereka, dan masih ada beberapa karya lainnya lagi.
6. The Elementary Structures Of Kinship. Trans by J.H.Bell and J.R Von
Strurmer. Edited by R. Needha. Baston: Beacon Press.1969.
7. Tristes Tropiques. Paris: Librairic Plon.1995.
Uraian pemikiran penulis dalam karya sastra selama periode pekerjaan
lapangannya. Dan otobiografinya yang menjadi sukses besar. Dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan sebagao daerah tropika yang
menyedihkan. Edisi baru yang diperbaiki.1973.
(terjemahan Inggris. Tristes Tropiques. New York: Atheneum. 1967)6
8. La Pense Sauvage, Paris: Plon 1962.
(terjemahan Inggris, The Sauvage Mind, London: Weidenfeld and
Nicolson, 1966).

5

Bertens, Filsafat Barat Kontemporer, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), 45
Loekisno CH. W. “Agama dalam Perspektif Strukturalisme”, (Skripsi tidak diterbitkan
Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya, 2006), 62

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

(terjemahan Belanda. Het Wilde Denken, Amsterdam: Meulenhoff
Nederland, 1968. Dikutip dari edisi Belanda).
9. Mythologiques II: Du Miel Aux Cendrems, Paris: Plon , M.C 1967.
(terjemahan: From Honey To Ashes, New York: Harper and Row,
1973).
(terjemahan Jerman: Mythological II: Vom Honing Zur Asche,
Frankfrut Am Main: Suhrkamp Verlag, 1972).
10. Mithologiques III: L’origine Des Manieres De Table, O.M.T. Paris,
1968.
(terjemahan Inggris: The Origin Of The Table Manners, New York:
Harper, 1979).
11. Mithologiques IV: L’homme Nu, Paris: Plon 1971.
(terjemahan Inggris: The Naked Man, New York: Harper And Row
1981).
(terjemahan Jerman: Mithological IV: Der Nackte Mensch 1.
Suhrkamp Verlag, 1975.
12. Mythologikal IV: Der Nacket Mensch 2. Suhrkamp Verlag, 1975.
13. Antropplogie Structurale Deux, Paris: 1973.
(terjemahan Inggris. Structirale Antropology. Volume II, London:
Allen Lane, Penguin Books Ltd 197; New York: Basic Books, 1976.
14. L’Identite, Seminaire Interdisciplinaire Dirige Par Claude Levi Strauss
1974-1975. Paris: Quadrige P.U.F 1983. (edisi pertama. Edition
Grasset Et Fascuelle 1977).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

15. Myth And Meaning (Massey Lectures, 1977) London 1978.
(terjemahan Jerman. Mytos und bedeutung, Vortraege. Frankfrut Am
Main: Suhrkamp Verlag Es 1027. (Neue Volge Band 27, 1980). Buku
ini memuat ceramah-ceramah yang diberikan Levi Strauss untuk radio
kanada siaran berbahasa Inggris.
16. La Voie Des Masques. Geneve, Edition Albert Skira Les Sentiers De
La Creation, 2 Vol, 1975. (edisi yang diperbaiki dan ditambahkan
dengan tiga ekskursi, Paris: Plon “Agora”, 1979). (terjemahan Inggris,
The Way Of The Masks. Seattle: University of Washington Press,
1982).
17. Le Regard Eloigne, Paris: Plon, 1983.
(terjemahan Inggris: The Few From Afar, New York: basic Books,
1985; Oxford: Brasil Blackwell Ltd 1985).
18. Paroles Donnees, Paris: Plon, 1984.
19. La Potiere Jalouse, Paris: Plon, 1985.7

C. Teori Strukturalisme Claude Levi Strauss
Manusia pada dasarnya merupakan animal Symbolicum di mana
manusia tidak bisa hidup dalam dunia yang berupa fakta-fakta kasar atau
dunia fisik semata dan tidak pula hidup menurut kebutuhan dan dorongan
seketika, namun manusia hidup dalam emosi, imajiner, kerinduan dan
kecemasan, ilusi, delusi, fantasi dan impian. Keseluruan tersebut adalah
benang yang membentuk jaring-jaring semacam mite, bahasa, seni dan
7

Ibid., 63

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

agama di mana masing-masing saling berkait berkesinambungan dan
membentuk lingkaran fungsional manusia yang bisa kita sebut sebagai
system simbolis.8
System inilah yang membedakan antara organisme dan manusia.
Organisme memiliki system efektor (menerima rangsang) dan reseptor
(bereaksi) di mana keduanya bekerja sama dan saling terkait membentuk
mata rantai atau yang desebut sebagai lingkaran fungsional pada binatang.
Sedangkan pada manusia, terdapat mata rantai ketiga yaitu system
simbolis sebab lingkaran fungsional manusia tidak hanya berkembang
secara kuantitatif, namun juga mengalami perubahan-perubahan kualitatif.9
Mitos itu sendiri bukanlah semata-mata tumpukan tahayul atau
hayalan karena sebenarnya mitos mempunyai bentuk yang sistematis dan
konseptual. Pada hakikatnya, mitos terdiri dari pengiasan cerita. Mitosmitos tersebut menghubungkan urutan kejadian yang kepentingannya
terletak pada kejadian-kejadian itu sendiri dan dalam detail yang
menyertainya. Hal tersebut menjadikan mitos memiliki sifat terbuka dan
bisa dikisahkan ulang dalam kata-kata lain, diperluas maupun dielaborasi.
Keberadaan mitos dalam suatu masyarakat, menurut Levi Strauss
adalah dalam rangka mengatasi atau memecahkan berbagai persoalan
dalam masyarakat yang secara empiris tidak terpahami dalam nalar
manusia. Ia yakin bahwa mitos bukan satu produk spontan dari fantasi

8

Dr. P.M. Laksono. Teori Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 65
Ernest Cassirer. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esai Tentang Manusia. (Jakarta: PT
Gramedia, 1987), 36
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

yang bebas, sewenang-wenang dan tak beraturan, melainkan perwujudan
murni akal tak sadar yang menerapkan seluruh aturan dan prinsip mental
apriori pada berbagai isi bahan cerita mitos.10
Strukturalisme dipandang sebagai salah satu penelitian kesastraan
yang menekankan pada kajian hubungan antar unsur pembangun karya
sastra yang bersangkutan. Strukturalisme Levi Strauss secara implisit
menganggap teks naratif, seperti mitos, sejajar atau mirip dengan kalimat
berdasarkan dua hal. Pertama, teks merupakan kesatuan yang bermakna
(meaningful

Whole),

mengekspresikan,
mengejawantahkan

yang

pemikiran
pemikiran

dapat

dianggap

pengarang,
seseorang

mewujudkan

seperti

kalimat

pembicara.

Apa

atau
yang
yang

diekspresikan atau ditampilkan oleh sebuah teks adalah lebih dari yang
diekspresikan oleh kalimat-kalimat yang membentuk teks tersebut, seperti
halnya makna sebuah kalimat adalah lebih dari sekedar makna
diekspresikan kata-kata membentuk kalimat tersebut. Kedua, sebuah teks
adalah kumpulan peristiwa-peristiwa atau bagian-bagian yang bersamasama membentuk sebuah cerita serta menampilkan berbagai tokoh dalam
gerak.11
Strukturalisme Levi Strauss sangat berkaitan erat dengan masalah
antropologi budaya yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan

10

Djohn Desanto, Agus Cremers. Mitos Dukun & Sihir Claude Alfa Strauss. (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), 89
11
Hanief Rosyadi. “Islam tradisional dalam perspektif strukturalisme Claude Levi
Strauss”, (Skripsi tidak diterbitkan Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2006), 50

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

fenomena-fenomena dalam kebudayaan. Pada analisis structural, struktur
dibedakan menjadi dua macam yaitu struktur lahir atau struktur luar
(surface structure) dan struktur batin atau struktur dalam (deep structure).
Struktur luar adalah relasi-relasi antarunsur yang dapat dibuat atau bangun
berdasarkan ciri empiris dari relasi-relasi tersebut, sedang struktur dalam
adalah susunan tertentu yang dibangun berdasarkan atas struktur luar yang
telah berhasil dibuat serta dipelajari. Struktur dalam ini dapat disusun
dengan menganalisis dan membandingkan berbagai struktur luar yang
berhasil diketemukan atau dibangun. Struktur dalam inilah yang digunakan
sebagai model untuk memahami fenomena yang diteliti karena melalui
struktur inilah peneliti kemudian dapat memahami fenomena kebudayaan
yang dipelajari. Struktur luar misalnya saja mitos, system kekerabatan,
kostum, tata cara memasak dan sebagainya. Berbeda dengan struktur
dalam yang merupakan struktur dari struktur permukaan. Struktur
permukaan mungkin dapat disadari, tetapi struktur dalam berada dalam
tataran tidak disadari.12
Dengan menggunakan analisis structural, maka makna yang
ditampulkan dari fenomena-fenomena sutau kebuday