Hubungan persepsi tentang Rebranding Zetizen Jawa Pos dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya.

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG REBRANDING ZETIZEN JAWA POS DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MEMBER PADA KEGIATAN ZETIZEN JAWA POS DI

SURABAYA

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

MAHESA MAULANA NIM. B76213072

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Mahesa Maulana, B76213072, 2017. Hubungan Persepsi Tentang Rebranding Zetizen Jawa Pos Dengan Tingkat Partisipasi Member Pada Kegiatan Zetizen Jawa Pos Di Surabaya. Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan (1) Adakah hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya? (2) Sejauh mana tingkat hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya? Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatori. Peneliti menguji hipotesis tentang adanya hubungan variabel-variabel (sebab-akibat).

Data penelitian terhimpun dari hasil kuesioner. Penyebaran angket dilakukan pada member aktif Zetizen Jawa Pos Surabaya. Data penelitian juga didukung dengan data dokumentasi kegiatan dan data perusahaan sebagai pendukung terhadap permasalahan yang diangkat oleh penulis. Hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang rebranding Zetizen Jawa Pos dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen di Surabaya. Hal tersebut dilihat pada hasil uji regresi linier. 0.000 < 0.05 maka Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Artinya koefisien regresi Constant Signifikan. Variabel indikator rebranding adalah persepsi tentang logo, persepsi tentang nama dan persepsi tentang slogan. Perubahan logo yang menarik dan mudah diingat, nama yang mudah diucapkan dan dipahami, serta slogan yang mudah diucapkan dan dimengerti maksud dan tujuannya.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……..………... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….……….……. ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………..……….………... iv

KATA PENGANTAR……..………...……….... v

ABSTRAK ……….……….…… vii

DAFTAR ISI…….………...……….…… viii

DAFTAR TABEL……….………..… x

DAFTAR GAMBAR………..………..………... xi

DAFTAR BAGAN………...……….……. xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….… 1

B. Rumusan Masalah ………...….… 5

C. Tujuan Penelitian ………... 5

D. Manfaat Penelititian ………. 5

E. Kajian Penelitian Terdahulu ……….…... 6

F. Definisi Operasional ………...… 11

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………..… 14

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ……….… 14

3. Teknik Populasi ……….………….. 14

4. Variabel dan Indikator Penelitian ……….……... 17

5. Teknik Pengumpulan Data .……….… 17

6. Teknik Analisis Data ……….……….. 19

H. Sistematika Pembahasan ……… 21

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Persepsi ……….…... 22

2. Rebranding ………...… 26

3. Partisipasi ……….… 37

B. Kajian Teori 1. Teori Brand Awareness ………... 45

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Deskripsi Subyek Penelitian ……….... 52

2. Deskripsi Obyek Penelitian ………..…… 63

3. Lokasi Penelitian ……….. 64

B. Deskripsi Data Penelitian ……….……. 73

BAB IV : PEMBAHASAN A. Pengujian Hipotesis ………....… 76

1. Uji Normalitas ……….. 76

2. Uji Validitas ………. 77

3. Uji Reabilitas ……….….. 80


(8)

B. Analisa Hasil Penelitian ………..……... 84

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ………..……….…………. 87 B. Rekomendasi ……….. 88

Daftar Pustaka Biodata


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian Penelitian Terdahulu ………...…… 6

Tabel 1.2 Indikator Penelitian ………. 16

Tabel 1.3 Pengumpulan Data ……….……. 17

Tabel 3.1 Data Jumlah Partisipan Event2015 dan 2016 ……….…… 51

Tabel 3.2 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………….…… 52

Tabel 3.3 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ……….… 52

Tabel 3.4 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 53

Tabel 3.5 Daftar Nama Responden dan Asal Sekolah ……… 53

Tabel 3.6 Daftar Sekolah Menengah Pertama (SMP) ………. 63

Tabel 3.7 Daftar Sekolah Menengah Atas (SMA) ………. 65

Tabel 3.8 Rata-Rata Skor Responden Variabel X ……….. 71

Tabel 3.9 Rata-Rata Skor Responden Variabel Y ……….. 72

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas ….……….… 74

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X ……… 75

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y ……… 77

Tabel 4.4 Hasil Uji Reabilitas Variabel X ……….. 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Reabilitas Variabel Y ……….. 78

Tabel 4.26 Regresi Linier Sederdana ………….………. 96


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Logo Deteksi dan Zetizen ……….…… 2 Gambar 2.1 Piramida Awareness …….………. 46 Gambar 3.1 Diagram Member Aktif Zetizen Surabaya ……….……… 50


(11)

DAFTAR BAGAN


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sehari – hari merupakan mahkluk sosial yang setiap harinya membutuhkan informasi. Informasi tersebut dapat meliputi bagian kehidupan manusia itu sendiri baik secara pribadi maupun secara umum di dalam lingkungannya. Kebutuhan akan informasi telah mendorong manusia untuk mengembangkan suatu teknik dan alat untuk mempermudah dalam mengakses suatu informasi.

Dengan adanya informasi manusia dapat berekspresi. Dengan mengakses, menyerap serta menuangkan pendapatnya untuk diapresiasikan ke dalam berbagai segi aspek kehidupannya. Baik dari segi aspek politik, sosial, budaya, ekonomi, teknologi sampai kepada hiburan. Saat ini hal tersebut juga terjadi, saat arus globalisasi menerpa.

Salah satu akses informasi yang didapatkan adalah melalui media massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan baik oleh pemancar audio maupun visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film.1

1


(13)

2

Perkembangan media massa begitu pesat, yang mana dimulai oleh media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya serta media elektronik televisi, radio, film yang kemudian berkembang pada internet. Hal inilah yang menandai lahirnya era komunikasi interaktif.2

Koran Jawa Pos adalah salah satu koran terbesar di Indonesia. Koran Jawa Pos terdiri dari 3 coupleatau 3 pasang yaitu couple Jawa Pos, couple

Metropolis (untuk wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Gresik) dan Sportaiment. Zetizen merupakan salah satu halaman anak muda di koran Jawa Pos, terdapat pada coupleSportaiment yang dulunya dikenal dengan Sportivo.

Halaman anak muda ini merupakan salah satu bagian dari Trisula kunci sukses Jawa Pos. Trisula kunci sukses Jawa Pos terdiri dari Reinvention, The art of philosophy, The power of youth.The power of youth, Jawa Pos menggunakan kekuatan anak muda sebagai pembaca yang paling berpengaruh. Melalui Zetizen yang dulu bernama DetEksi ini, banyak kegiatan yang dikhususkan untuk anak muda, yang pastinya selalu ada yang baru untuk ditampilkan.

Gambar 1.1 Logo Deteksi dan Zetizen

Zetizen Jawa Pos dulunya dikenal dengan DetEksi Jawa Pos adalah halaman yang dipekerjakan khusus anak muda dan segmentasinya untuk anak muda. DetEksi dulunya hanya dikenal di Jakarta dan Surabaya saja untuk

2


(14)

3

halaman anak muda. Tetapi saat tahun 2016 tepatnya pada tanggal 26 Februari DetEksi berganti nama menjadi Zetizen Jawa Pos. Dan Zetizen saat ini tidak hanya di Surabaya tetapi di seluruh Indonesia di 34 provinsi dan 38 kota di Indonesia, dimana Zetizen sebagai halaman anak muda yang ada di koran Jawa Pos. Tidak hanya di halaman koran Jawa Pos, Zetizen telah memiliki situs website yang dapat diakses untuk informasi anak muda yaitu www.zetizen.com. Tidak hanya informasi saja yang dapat diakses di situs website zetizen.com, tetapi anak muda dapat menjadi member zetizen untuk berpartisipasi pada halaman polling,event kompetisi dan challenge yang di adakan Zetizen Jawa Pos.

Kegiatan memposisikan ulang suatu merek ini sendiri memerlukan perubahan bentuk dan citra yang ingin dicapai. Tujuan umum dari rebranding

sendiri adalah untuk mempengaruhi persepsi konsumen tentang sebuah produk atau jasa dengan merevitalisasi merek dan membuatnya lebih modern dan lebih relevan pada kebutuhan konsumen. Namun rebranding juga meliputi perubahan pesan, perubahan cara pendekatan pada konsumen, pemberian jasa-jasa baru, atau bahkan perubahan mengenai apa yang dijanjikan pada konsumen.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan rebranding, salah satu yang terpopuler adalah perubahan konsep dalam mendekati konsumen. Perubahan ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, utamanya pada perusahaan yang bergerak di bidang media komunikasi. Mengikuti perkembangan teknologi komunikasi


(15)

4

dan informasi sangatlah penting dalam aktivitas keseharian masyarakat. Tidak hanya itu, banyak perusahaan melakukan rebranding untuk meningkatkan penjualan atau memperluas pangsa pasar mereka. Akan tetapi keputusan

rebranding tidak selamanya menjadi solusi yang tepat dalam meningkatkan penjualan atau memperluas pangsa pasar.

Dengan merubah nama atau rebranding suatu perusahaan mempunyai target massa yang lebih luas guna meningkatkan partisipasi konsumen dan

mendekatkan perusahaan dengan konsumen dalam kegiatan yang

diadakannya. Tingkat partisipasi anak muda dapat diukur dari keikutsertaan dalam kegiatan polling, event kompetisi dan challenge yang diadakan Zetizen Jawa Pos. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan partisipasi anak muda di Surabaya pada satu tahun sebelum rebranding (DetEksi) dan satu tahun setelah rebranding (Zetizen).

Oleh karena itu pada penelitian ini, akan membahas mengenai bagaimana pengaruh persepsi siswa tentang rebranding Zetizen Jawa Pos terhadap partisipasi anak muda di Surabaya pada kegiatan event Zetizen.


(16)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan penulis tersebut di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi

member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya?

2. Sejauh mana tingkat hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang di kemukakan di atas, maka tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adakah hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya. 2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan persepsi tentang

rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini berguna dan memberikan manfaat yang besar baik secara teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis

Memberikan informasi tentang bagaimana hubungan persepsi tentang

rebranding dengan tingkat partisipasi member pada kegiatan Zetizen Jawa Pos di Surabaya. Sebagai acuan dalam sumber refrensi terkait hubungan


(17)

6

b. Secara praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan kepada Zetizen Jawa Pos Surabaya dan sebagai media edukasi anak muda Surabaya.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi maka peneliti mengkaji hasil penelitian terdahulu sebagai pembanding, baik dalam metode, teori, tujuan maupun hasil penelitian sebagai pembanding untuk menyelesaikan penelitian ini. Secara ringkas dapat diperhatikan melalui tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kajian Penelitian Terdahulu Sasaran

Penelitian

Penelitian Terdahulu

1 2

Judul Penelitian

Pengaruh Perubahan Logo

(Rebranding) Terhadap Citra Merek Pada PT Telkom tbk Di Bandar Lampung

Pengaruh Rebranding Terhadap Citra Bank Jambi Pada Nasabah

(Studi Pengaruh Perubahan

Nama, Logo, Slogan dan

Frontliner Terhadap Citra Bank Jambi pada Nasabah Kantor Cabang Utama)

Nama Peneliti


(18)

7

Jenis Karya

Jurnal Volumne. 18, No. 2

Jurnal Kajian Komunikasi,

Volume 3, No. 2

Tahun Penelitian

November 2013 Desember 2015

Sumber Informasi

Institut Teknologi dan Bisnis Kalbe, Jakarta

http://www.research.kalbis.ac.i d/

Universitas Muara Bungo, Jambi http://download.portalgaruda.org /

Metode Penelitian

Kuantitatif Kuantitatif

Hasil Temuan Penelitian

Perubahan/Re-brending pada logo PT Telkom dipersepsikan oleh para responden memiliki desain yang menarik dinilai sangat baik, bentuk logo atau desain logo mudah diingat dinilai baik, logo jelas dibaca dinilai sangat baik, logo mudah dipahami.

Perubahan logo (rebranding) berpengaruh secara signifikan terhadap citra merek pada PT

Secara keseluruhan Bank Jambi

telah melakukan rebranding

dengan baik, terbukti dari hasil penelitian ini yang menunjukan hasil signifikan. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan Bank

Jambi, perubahan di aspek

frontliner mendapat apresiasi yang paling positif dan signifikan dari para nasabah Bank Jambi.

Artinya, mereka merasakan


(19)

8

Telkom di Bandar Lampung, semakin melekat logo di benak

konsumen dengan desain,

warna, huruf dan slogan maka citra merek akan berpengaruh positif di benak konsumen.

dari aspek frontliner bank. Selain itu, logo Bank Jambi juga dinilai berkarakter dan cocok untuk Bank Jambi. Para nasabah juga

mengapresiasikan perubahan

logo tersebut dengan respons yang positif. Pada aspek nama bank, perubahan nama dari Bank

Pembangunan Daerah Jambi

(BPD Jambi) menjadi Bank

Jambi, mampu memberikan

respons yang positif meskipun tidak signifikan. Slogan Bank Jambi “Mitra Usaha Seiring Sejalan” menjadi aspek terakhir,

atau yang terendah dalam

memberikan kontribusi terhadap pembentukan citra bank, namun

aspek ini juga cukup

memberikan respons yang positif

dari nasabah Bank Jambi.


(20)

9

asosiasi nama melibatkan

periklanan dan kegiatan

sponsorship untuk semakin

memperkuat dan mempertegas nama baru tersebut, sehingga seluruh nasabah akan terbiasa

dengan menggunakan/

menyebutkan nama ‘Bank Jambi’. Perlu dilakukan publikasi slogan secara intensif. Bank

Jambi juga harus menjaga

konsistensi performa frontliner saat berinteraksi dengan nasabah.


(21)

10

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh

perubahan logo (re-branding) terhadap citra merek yang dilakukan oleh PT Telkom Tbk di Bandar Lampung.

Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh

re-branding terhadap citra Bank

Jambi pada nasabah (Studi

Pengaruh Perubahan Nama,

Logo, Slogan dan Frontliner Terhadap Citra Bank Jambi pada Nasabah Kantor Cabang Utama)

Perbedaan

Menggunakan 2 (dua) variabel, yaitu Variabel bebas atau independen variable (X) : Perubahan Logo, sedangkan Variabel terikat atau dependent variable : Citra Merek (Y)

Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini berjumlah 5 variabel, yakni 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variable X1: Nama, X2: Logo, X3: Slogan, X4: Frontliner dan Varibel Y: Citra Bank Jambi


(22)

11

F. Definisi Operasional

1. Persepsi tentang Rebranding

Menurut Miftah Thoha, persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Menurut Muzellec dan Lambkin, istilah re-branding digunakan untuk menjelaskan tiga peristiwa penting, yaitu perubahan nama, perubahan merek secara estetika (warna, logo), ataupun reposisioning merek. Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa re-branding merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengubah citra perusahaan melalui perubahan nama yang lebih representatif serta membedakannya dari pesaing.

Jenis Perubahan Merek (Rebranding) menurut Daly dan Moloney menyatakan bahwa kontinum re-branding terdiri dari tiga katagori utama yaitu, perubahan kecil yang berfokus pada estetika, perubahan sedang yang berfokus pada reposisioning, dan perubahan keseluruhan yang melibatkan kegiatan komunikasi agar stakeholder mengetahui perubahan yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Stuart dan Muzellec secara spesifik, perubahan merek (rebranding) dikelompokkan berdasarkan tiga tipe yang berbeda, yaitu perubahan nama, logo dan perubahan slogan. Namun perubahan merek (rebranding) juga dapat dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu nama baru


(23)

12

dan logo, nama baru, logo dan slogan baru, logo baru dan hanya slogan saja yang baru.3

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi rebranding adalah persepsi setiap individu tentang perubahan logo, perubahan nama, perubahan slogan ataupun sistem suatu perusahaan guna mengubah citra perusahaan. Logo dan simbol sangat penting agar dapat dikaitkan dengan suatu nama merek (brand) didalam ingatan pelanggan. Nama merek yang mudah diucapkan, dapat diingat dengan baik oleh konsumen, dan memiliki konotasi yang baik di dalam pikiran pelanggan. Slogan yang mudah diucapkan atau dimngerti. Sistem baru perusahaan seperti

online dapat memudahkan konsumen untuk mengakses informasi, karena di era digital ini hampir semua orang aktif di media online.

2. Partisipasi

Menurut Sastropoetro partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya. Pengertian ini menjelaskan peran seorang individu dalam mengambil bagian, atau turut serta menyumbangkan tenaga dan pikiran ke dalam suatu kegiatan, berupa keterlibatan ego atau diri sendiri atau pribadi yang lebih daripada sekedar kegiatan fisik semata (artikel Dr. Arifin Sitio). Secara umum, partisipasi dapat

3

Riza Rizki Isyana, “Strategi Pemasaran Melalui Rebranding (Studi Kasus RebrandingPiring Putih Menjadi Redberries Food and Folks Dalam Meningkatkan Penjualan)”, UIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2015, hlm. 16


(24)

13

di artikan sebagai keterlibatan diri seseorang dalam suatu kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung atau suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam kegiatan bersama dalam situasi sosial tertentu.4

Lebih jauh dijelaskan oleh Keith Davis dalam Sastropoetro bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Dengan kata lain, batasan dari partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan..5

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan sejumlah orang atau kelompok yang turut berperan dalam suatu kegiatan dan intensitas suatu individu dalam mengikuti suatu kegiatan. Bentuk-bentuk dari partisipasi dapat berupa sumbangan pemikiran, partisipasi dalam bentuk materi, partisipasi bersifat skill/keahlihan dan tenaga fisik.

4

Sastropoetro. Pengertian Partisipasi. 1995. Tersedia : file:///E:/my%20sweety/teori%20partisipasi/ Teori%20partisipasi.htm

5

Rodliyah. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan Dan Perencanaan Di Sekolah. Jember: STAIN Jember Press. 2013. Hlm 30-31


(25)

14

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kuantitatif, yaitu mengukur data dengan angka-angka untuk mengetahui ada dan tidak ada pengaruh. Metode penelitian kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatori. Peneliti menguji hipotesis tentang adanya hubungan variabel-variabel (sebab akibat).

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subyek dalam penelitian ini adalah member aktif di Zetizen Jawa Pos Surabaya. Terdaftar menjadi member di zetizen.com dan aktif mengikuti kegiatan yang diadakan Zetizen Jawa Pos.

b. Obyek dalam penelitian ini adalah partisipasi. Dalam penelitian ini, partisipasi yang dimaksud adalah keaktifan anak muda di Surabaya dalam mengikuti kegiatan yang diadakan Zetizen Jawa Pos.

c. Lokasi penelitian dilakukan di Surabaya. 3. Teknik Sampling

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Ukuran populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah member aktif Zetizen Surabaya dengan jumlah 18.532 orang.


(26)

15

Tabel 1.2 Jumlah Member Zetizen Jawa Pos Surabaya

NO KEGIATAN 2015 2016

1 Member - 18.532

Sumber: Zetizen Jawa Pos Surabaya

Menurut Sabar Rutoto dalam Pengantar Metodologi Penelitian, Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi sensus.6

Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.

Penentuan sampel dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu sapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. 7

Menurut Roscoe dalam Sugiyono, cara menentukan sampel dalam penelitian yaitu:

6

Rutoto, Sabar. Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus/. 2007.

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/

diakses pada hari minggu, 12 Maret 2017

7


(27)

16

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 orang.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria – wanita, sekolah menengah atas – sekolah menegah pertama dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30 orang.

3. Bila didalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (kolerasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai 20 orang.

Berdasarkan poin ketiga yaitu bila di dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (kolerasi atau regresi berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti, maka sampel dalam penelitian ini adalah 100 x 2 = 200 orang.


(28)

17

4. Variabel dan Indikator Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yang terdiri variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah :

Rebranding sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah : Partisipasi anak muda. Asumsi yang dapat melandasi hubungan kedua variabel adalah :

Tabel 1.3 Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Definisi Operasional Sub Variabel Variabel bebas atau

indipenden variable

(X) :

Persepsi Tentang

Rebranding

Sumber : Kotler dan Pfoertsch

Persepsi tentang

rebranding adalah persepsi setiap individu tentang perubahan logo, perubahan nama, perubahan slogan ataupun sistem suatu perusahaan guna mengubah citra perusahaan.

Persepsi tentang Logo

Persepsi tentang Slogan

Persepsi tentang Nama

Varibel terikat atau

dependent variable (Y) : Partisipasi Sumber : Suryosubroto Partisipasi adalah keikutsertaan sejumlah orang atau kelompok yang turut berperan dalam suatu kegiatan.

Aktif Mengikuti kegiatan

Aktif Membaca

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan berupa, kuesioner dan dokumentasi.


(29)

18

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan dayta yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis untuk dijawabnya.8

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi orang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Dengan menggunakan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, lalu dari dimensi dijabarkan menjadi indikator dan dari indikator dijabarakan menjadi sub-indikator yang dapat diukur.

Sehingga sub-indikator inilah yang yang akan menjadi tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Untuk variabel Persepsi Tentang Rebranding bobot nilai dari setiap pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

1. Sangat Setuju (SS) : 5

2. Setuju (S) : 4

3. Kurang Setuju (KS) : 3

4. Tidak Setuju (TS) : 2

8


(30)

19

5. Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

Untuk variabel Partisipasi bobot nilai dari setiap pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

1. Selalu (S) : 5

2. Sangat Sering (SS) : 4

3. Sering (SR) : 3

4. Jarang (J) : 2

5. Sangat Jarang (SJ) : 1

b. Dokumentasi

Peneliti menggunakan data-data dalam bentuk

dokumentasi untuk lebih meyakinkan. Baik berupa foto maupun tulisan.

Tabel 1.3 Pengumpulan Data

Cakupan Informasi Instrumen

Apakah ada Pengaruh Rebranding Zetizen Jawa Pos terhadap Partisipasi anak muda Surabaya

Dokumentasi dan Kuesioner

Pencapaian Wawancara dan

Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan teknik analisis data statistic inferensial adalah statistik yang digunakan untuk


(31)

20

menganalisis dan sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner selanjutnya diolah dan dianalisis.

Data yang diperoleh kemudian di proses di beberapa tahap, yaitu :

a. Editing : yaitu tahapan memeriksa kembali kelengkapan jawaban yang diperoleh

b. Coding : tahapan memberi kode pada masing-masing jawaban

c. Tabulasi : melakukan data pada tabel

Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Regresi Linier Sederhana, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel indipenden terhadap variabel dependen.

Adapun bentuk umum persamaan analisis regresi linier sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = a + b

X

Keterangan:

Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X = Variabel independen

a = Konstanta


(32)

21

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini antara lain :

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Hasil Peneliti Terdahulu, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Penelitian membahas kajian pustaka dari penelitian dan Teori Brand AwerenessMenurut Kotler.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Membahas tentang deskripsi objek dan lokasi penelitian, deskripsi data penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP


(33)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Menurut Miftah Thoha persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.1

Segala sesuatu yang didapat dilingkungan, baik dilihat, didengar, dihayati, dirasa, dan dicium akan diproses sebagai informasi untuk bertindak. Pendapat yang lebih sederhana diungkapkan oleh Sugihartono, bahwa persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterprestasi stimulus yang masuk dalam alat indera.2

Sedangkan menurut Carole Wade dan Carol Tarvis, perception

yaitu sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna.3

1

Miftah Thoha. Kepemimpinan dan Manajemen , Devisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Grafindo Persada, Kakarta. 2010. Hlm 141-142

2

Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press. 2007. Hlm 8

3


(34)

23

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge menyatakan persepsi (perception) adalah proses dimana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan memoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Pandangan lebih luas diungkapkan oleh Fred Luthans bahwa kunci untuk memahami persepsi adalah mengakui bahwa persepsi merupakan interpretasi unik dari suatu situasi, bukan rekaman situasi. Singkatnya, persepsi merupakan proses kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang mungkin agak berbeda dari realita. Definisi persepsi dari berbagai ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses untuk

menerjemahkan segala informasi yang didapat dari lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, dan perasaan. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa persepsi merupakan proses kognitif. 4

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi setiap manusia terhadap suatu stimulus beragam dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Menurut Jalaluddin Rakhmat persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (dalam Jalaluddin Rakhmat, menyebutkan faktor persepsi yaitu faktor fungsional

4 Murwati, E i. Persepsi Mahasiswa IP“ Terhadap Pe elajara Kewirausahaa Di Jurusa Pendidika IP“ UNY , SKRIPSI. Yogyakarta, UNY. 2014. Hlm. 6-7


(35)

24

dan faktor struktural. Dari berbagai faktor tersebut faktor perhatian adalah faktor yang sangat mempengaruhi persepsi.5

Bimo Walgito menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perhatian ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari stimulus atau dari luar individu yang terdiri dari intensitas atau kekuatan stimulus, ukuran stimulus, perubahan stimulus, ulangan dari stimulus, dan pertentangan atau kontras serta faktor individu yang terdiri dari sifat struktural dan sifat temporer individu, dan aktivitas yang sedang berjalan pada individu. Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa perhatian diengaruhi oleh faktor eksternal penarik perhatian seperti gerakan, intensitas, kebaruan, dan perulangan serta faktor internal pengaruh perhatian seperti faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi secara garis besar terdiri dari faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal, sedangkan faktor struktural merupakan sifat stimuli fisik dan efek saraf yang ditimbulkannya. Bimo Walgito mengemukakan agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, perlu adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu sebagai berikut:

5


(36)

25

1) Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).

2) Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).

3) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam

mengadakan persepsi (psikologis). c. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Menurut Bimo Walgito dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf akhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu


(37)

26

stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.6

2. Rebranding

a. Pengertian Brand (Merek)

Pengertian Merek Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 dalam Fandy Tjiptono pengertian merek adalah: Tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai dua unsur yaitu brand name yang terdiri dari dari huruf –huruf atau kata-kata yang dapat terbaca. Serta brand mark yang berbentuk simbol, desain atau warna tertentu yang spesifik. Kedua unsur dari merek tersebut, selain berguna untuk membedakan satu produk dengan produk pesaingnya juga berguna untuk mempermudah konsumen untuk mengenali dan mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak dibeli. Menurut Rangkuti sebuah merek harus :

1) Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut 2) Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal, diingat. Nama yang

singkat akan sangat membantu.

6 Murwati, E i. Persepsi Mahasiswa IP“ Terhadap Pe elajara Kewirausahaa Di Jurusa


(38)

27

3) Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan khas.

4) Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagi bahasa asing.

5) Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum.

Dengan merek yang baik, konsumen dapat memutuskan untuk datang dan membeli. Inti dari sebuah merek adalah gagasan dan kreatifitas yang disempurnakan oleh imajinasi yang terus berkembang sehingga sebuah merek selalu ada di dalam pikiran konsumen.

b. Elemen Merek

Menurut Kotler elemen merek adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek.Merek setidaknya harus memiliki beberapa elemen yang mampu memberikan kontribusi positif dalam penciptaan merek yang ideal. Beberapa elemen tersebut antara lain :

1) Nama merek, merupakan bagian dari merek yang dapat diucapkan. Nama merek merupakan unsur sentral yang ada di dalam suatu merek. Nama merek harus mudah di ucapkan, dapat di ingat dengan baik oleh konsumen, serta memiliki konotasi yang baik di dalam pikiran penggunanya.

2) Logo dan simbol, merupakan seperangkat gambar atau huruf yang diciptakan untuk mengindikasikan keorisinilan, kepemilikan ataupun


(39)

28

asosiasi. Walaupun kunci elemen dalam merek adalah nama merek, namun logo dan simbol sangat penting agar dapat dikaitkan dengan suatu nama merek didalam ingatan pelanggan

3) Karakter, merupakan unsur khusus di dalam simbol suatu merek. Karakter umumnya muncul dalam iklan dan memainkan peran penting dalam suatu merek. Kriteria memilih elemen merek tiga yang pertama : dapat diingat, berarti, dan dapat disukai adalah pembangunan merek, tiga yang terakhir : dapat ditransfer, dapat disesuaikan, dan dapat dilindungi adalah kriteria defensif dan berhubungan dengan cara mempengaruhi dan melindungi ekuitas elemen merek dalam menghadapi peluang dan keterbatasan (Kotler:2009)7

c. Pengertian Rebranding

Istilah re-branding digunakan untuk menjelaskan tiga peristiwa penting, yaitu perubahan nama, perubahan merek secara estetika (warna, logo), ataupun reposisioning merek (Muzellec dan Lambkin, 2006). Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa re-branding

merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengubah citra perusahaan melalui perubahan nama yang lebih representatif serta membedakannya dari pesaing.8

7

Kotler dan Keller. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga. 2009. Hlm 269

8Muzelle , Laure t da La ki , Mary.

Corporate Rebrandring: Destroying, Transferring or Creating B and E uity?”. European Journal of Marketing. Emerald Group Publishing Limited. 40, 2006. Hlm 7-8.


(40)

29

Julianto dalam Abednego dan Kurniasari mengungkapkan

rebranding adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk merubah total atau memperbaharui sebuah brand yang telah ada agar menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan awal perusahaan. Rebranding sebagai sebuah perubahan merek, seringkali identik dengan perubahan logo ataupun lambing sebuah merek. Dalam masyarakat di mana kesan visual lebih ditekankan, maka perubahan visual akan menjadi salah satu pertanda utama terjadinya sebuah perubahan dalam merek. Dengan kata lain, ketika melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai dalam merek itu sendiri.9

Sedangkan definisi rebranding menurut Muzellec dan Lambkin dalam Isyana yaitu menciptakan suatu nama yang baru.istilah, symbol, desain atau suatu kombinasi kesemuanya untuk satu brand yang tidak dapat dipungkiri dengan tujuan dari mengembangkan differensiasi (baru) posisi di dalam pikiran dari stakeholders dan pesaing. Dari kalimat “menciptakan suatu nama yang baru” dapat diartikan bahwa menciptakan atau membuat sebuah nama baru, sebuah perusahaan harus mengulangi lagi langkah-langkah tersebut.10

9

Fransisca Kurniasari dan Natasha Abednego. “Analisa Efektivitas Iklan Pasca RebrandingHotel Hyatt Regency Menjadi Hotel Bumi”, Universitas Kristen Petra Surabaya. 2011. Hlm. 11-12

10 Riza Rizki Isyana, “Strategi Pemasaran Melalui Rebranding (Studi Kasus RebrandingPiring Putih

Menjadi Redberries Food and Folks Dalam Meningkatkan Penjualan)”, UIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2015, Hlm. 16


(41)

30

American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambing, atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan mereka dari para pesaing. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional atau nyata berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis,

emosional, atau tidak nyata berhubungan dengan apa yang

direpresentasikan merek.

Rebranding atau perubahan merek merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk mengubah total atau memperbaharui sebuah brand yang telah ada agar menjadi lebih baik, dengan tidak mengabaikan tujuan awal perusahaan, yaitu berorientasi profit. Rebranding sebagai sebuah perubahan merek, seringkali identik dengan perubahan logo ataupun lambag sebuah merek. Dengan kata lain, ketika melakukan rebranding maka yang berubah ialah nilai-nilai dalam merek itu sendiri.

d. Jenis Perubahan Merek (Rebranding)

Daly dan Moloney dalam AlShebil menyatakan bahwa kontinum re-branding terdiri dari tiga katagori utama yaitu, perubahan kecil yang berfokus pada estetika, perubahan sedang yang berfokus pada

repositioning, dan perubahan keseluruhan yang melibatkan kegiatan komunikasi agar stakeholder mengetahui perubahan yang dilakukan oleh perusahaan. Secara spesifik, perubahan merek (rebranding) dikelompokkan berdasarkan tiga tipe yang berbeda, yaitu perubahan


(42)

31

nama, logo dan perubahan slogan. Namun perubahan merek (rebranding) juga dapat dikelompokkan menjadi lima jenis yaitu nama baru dan logo, nama baru, logo dan slogan baru, logo baru dan hanya slogan saja yang baru.11

e. Faktor-faktor Penyebab Rebranding

Muzellec dan Lambkin dalam Febriansyah mengelompokkan beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan merek (rebranding), yaitu perubahan struktur kepemilikan (merger dan akuisisi, perusahaan yang go

publik), perubahan strategi koorporat (diversifikasi dan divestasi, internationalisasi dan lokalisasi), perubahan pada posisi persaingan (citra yang menurun, penggerusan pangsa pasar, dan masalah reputasi), serta perubahan lingkungan external.12

Pada umumnya sebuah perusahaan melakukan rebranding karena beberapa alasan:

1) Alasan finansial, perusahaan secara finansial melakukan reorganisasi dan sebuah identitas baru diperlukan untuk hal itu.

2) Adanya kepemimpinan baru, untuk mengiringi awal

kepemimpinannya, mereka ingin “tanda atau simbolnya” sendiri di perusahaan yang dipimpinnya.

11 Stuart,Helen and Laurent Muzellec. Corporate Makeover : Can A Hyena Be Rebranted.J.of Brand Management.11: 2004. Hlm 472-482.

12 Febriansyah, “Pengaruh Perubahan Logo (Rebranding) Terhadap Citra Merek Pada PTTelkom tbk


(43)

32

3) Analisa prospektif pasar, setelah sekian tahun perusahaan menegaskan kembali targetnya dan merencanakan mengubah

positioning nya pada area yang baru, sehingga perlu citra yang baru pula untuk mereflesikan hal tersebut.

4) Merger, beberapa perusahaan bergabung menjadi satu perusahaan yang baru dengan nama baru.13

Adapun beberapa alasan lain dilakukan rebranding dalam sebuah perusahaan yaitu:

1) Identitas dari perusahaan tersebut tidak dapat mewakili pelayanan dari perusahaan tersebu.

2) Perusahaan tersebut sudah memiliki reputasi yang buruk di mata masyarakat.

3) Perusahaan tersebut ingin memberikan sesuatu yang baru, berupa pembenahan dalam perusahaan.

Sedangkan menurut Anditya ada dua alasan mengapa perusahaan perlu melakukan rebranding, yaitu proactive rebranding

dan reactive rebranding.

1) Proactive Rebranding

Proactive rebranding adalah saat dimana perusahaan melihat ada kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keuntungan atau untuk menghindari potensi ancaman di masa

13 Wachid Fz, “Mengapa Harus Rebranding ?”, dalam


(44)

33

depan. Proactive rebranding bisa terjadi pada beberapa situasi berikut:

(a) Perkiraan Pertumbuhan

Ketika perusahaan sedang berusaha untuk mencapai

pertumbuhan diharapkan, perusahaan tersebut bisa saja melakukan rebranding pada produk dan jasanya menjadi satu

brand yang solid. Rebranding seperti ini dilakukan ketika sebuah perusahaan ingin membangun kesan yang kuat pada


(45)

34

(b) Jalur bisnis atau pasar yang baru.

Ketika perusahaan memasuki jalur bisnis atau pasar yang baru yang tidak padu dengan identitas brand yang ada, perusahaan bisa saja mempertimbangkan untuk melakukan rebranding.

(c) Audiens baru

Perusahaan juga bisa saja melakukan rebranding jika ingin menarik perhatian audiens yang baru. Perusahaan yang menargetkan audiens orang tua akan melakukan ini untuk menarik perhatian remaja atau anak kecil.

(d) Relevansi

Perusahaan melakukan rebranding juga ketika brand mereka sudah tidak relevan lagi bagi konsumen. Misalnya, ketika surat kabar cetak yang melakukan rebranding dengan turut menggunakan media online untuk penyebaran beritanya.

2) Reactive Rebranding

Reactive rebranding hadir sebagai reaksi dari kejadian yang mengharuskan brand tersebut untuk berganti, misalnya:

(a) Merger atau akuisisi

Ketika perusahaan mengalami merger atau akuisisi dengan perusahaan lain, biasanya perusahaan akan memutuskan untuk melakukan rebranding.


(46)

35

(b) Masalah hukum

Masalah hukum juga kerap menyebabkan perusahaan untuk melakukan rebranding. Ini dilakukan karena kepercayaan konsumen terhadap perusahaan menjadi semakin berkurang. (c) Pengaruh kompetitif

Terkadang competitor juga dapat menyebabkan brand menjadi tidak laku atau usang, pada posisi ini, rebranding perlu dilakukan untuk kembali mendapatkan pijakan di pasar dan kekuatan untuk bersaing.

(d) Publisitas negatif

Publisitas yang negatif secara terus menerus juga dapat menyebabkan posisi brand di benak publik menjadi buruk. Tingkat kepercayaan yang rendah akan berpengaruh pada tingkat penjualan. Disaat inilah perusahaan juga perlu melakukan rebranding.

f. Proses Perubahan Merek (Rebranding)

Menurut Ries dan Trout, proses perubahan merek (rebranding) terdiri dari empat tahap, yaitu perubahan posisi merek di benak konsumen (repositioning), perubahan nama (renaming), perubahan desain (redesigning), pengomunikasian merek baru (relaunching).


(47)

36

Repositioning bertujuan untuk menempatkan posisi merek yang baru secara radikal di benak konsumen, pesaing dan stakeholder lainnya.14

Menurut Muzellec dan Lambkin, perubahan nama dilakukan sebagai cara untuk mengirimkan sinyal yang kuat kepada stakeholder

bahwa perusahaan melakukan perubahan strategi, lebih memfokuskan kegiatan pada hal tertentu serta menunjukkan perubahan kepemilikan.

Relaunching dilakukan agar masyarakat mengetahui nama baru perusahaan.

g. Manfaat Rebranding

Tujuan dilakukannya rebranding antara lain adalah untuk mengganti image perusahaan, ingin melakukan penyegaran brand

perusahaan, memperbaiki citra.

Brand, ingin lebih dikenal di kalangan luas, adanya perubahan

segmen dan target perusahaan, serta berbagai tujuan perusahaan lainnya dalam proses rebranding terhadap publik. Oleh karena itu, kegiatan rebranding tidak akan memberikan manfaat maksimal, apabila tidak dikuminkasikan dengan baik kepada publik.

14

Al Ries, dan Jack, Trout. Positioning: The Battle For Your Mind. Jakarta: Salemba Empat. 2001. Hlm 34


(48)

37

3. Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Untuk menghindari kesalahan persepsi kita tentang partisipasi, maka perlu kiranya penulis menjelaskan apa yang dimaksud partisipasi, anak muda dan partisipasi anak muda.

Kata partisipasi berasal dari bahasa Ingris Partisipation yang berarti pengambilan bagian, pengikut sertaan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan menyatakan partisipasi adalah: suatu gejala demokrasi, dimana orang diikut sertakan didalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat kepada kepentingannya dan juga menanggung tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan atau tingkat kewajibannya. Partisipasi itu terjadi baik dibidang-bidang fisik maupun dibidang mental serta dibidang penentuan kebijaksanaan.

Jnanabrota Ehattacharyya dalam buku Pembangunan

Masyarakat mengartikan partisipasi sebagai, “pengambilan bagian

dalam kegiatan bersama.”

Mubyarto dalam buku yang sama mendefinisikan partisipasi sebagai, “Kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri”.

Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, partisipasi adalah “sejumlah orang yang turut berperan dalam suatu kegiatan, keikutsertaan dan peran


(49)

38

serta”. Maksud partisipasi di sini adalah keikutsertaan, peran serta, atau keterlibatan seseorang baik secara perorangan maupun sebagai kelompok dalam suatu kegiatan tertentu.

Dalam kamus sosiologi participation ialah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.15

Definisi lain menyebutkan partisipasi adalah kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan.16

Suatu definisi partisipatif baik secara deskriptif maupun normatif terutama harus menekankan bahwa segala perkembangan masyarakat merupakan proses yang hanya bisa berhasil jika hanya dijalankan bukan saja bagi tetapi juga bersama dengan dan oleh rakyat sendiri.17

H.A.R.Tilaar, mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan

masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan

masyarakatnya. Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah

15

Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Hlm. 355

16

Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Hlm. 207

17Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), Hlm. 256


(50)

39

mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

1) Partisipasi langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

2) Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan; kedua, partisipasi dalam pelaksanaan; ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan; dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.


(51)

40

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan program yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.

b. Bentuk-Bentuk Partisipasi

Bentuk Partisipasi Bentuk partisipasi menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D, terbagi atas:


(52)

41

1) Partisipasi Vertikal

Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.

2) Partisipasi horizontal

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D, partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Partisipasi fisik

Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah.

2) Partisipasi non fisik

Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.


(53)

42

c. Unsur-Unsur Partisipasi

Menurut B. Suryosubroto partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1) Keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi.

2) Kemauan anggota untuk berinisiatif dan berkreasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi. Sifat dari partisipasi sebagai berikut:

(1) adanya kesadaran dari para anggota kelompok, (2) tidak adanya unsur paksaan,

(3) anggota merasa ikut memiliki. d. Jenis-jenis Partisipasi

Menurut B. Suryosubroto juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:

1) Pikiran

2) Tenaga

3) Keahlian 4) Materi.

e. Syarat-Syarat Tercapainya Partisipasi

Syarat-syarat sebagai kondisi tercapainya partisipasi menurut Pariata Westra dalam B. Suryosubroto, sebagai berikut:


(54)

43

2) Pembiayaan hendaknya tidak melebihi nilai-nilai hasil yang diperoleh.

3) Pelaksanaan pertisipasi haruslah memandang pentingnya serta urgen terhadap kelompok kerja.

4) Peserta partisipasi haruslah mempunyai kemampuankemampuan tertentu agar efektif untuk dipartisipasikan.

5) Pelaku partisipasi haruslah berhubungan agar saling tukar ide. 6) Tidak ada pihak-pihak yang merasa terancam dengan adanya

partsipasi.

7) Partisipasi agar efektif jika didasari atas asas-asas adanya kebebasan kerja.

f. Manfaat Partisipasi

Keith Davis dalam Suryosubroto, mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu:

1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.

2) Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari pada anggotanya.

3) Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun kepentingan bersama.

4) Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.

5) Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan. Heidjrachman Ranupandojo mengemukakan bahwa dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat seperti


(55)

44

bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan.

g. Tingkatan Partisipasi

Menurut Pariata Westra dalam B. Suyosubroto tingkatan partsipasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan anggota agar mengerti akan fungsinya masing-masing dan sikap yang seharusnya satu sama yang lain.

2) Tingkatan pemberian nasihat artinya individu-individu disini saling membantu untuk pembuatan keputusan terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi sehingga saling tukar menukar ide-ide mereka satu persatu.

3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisi anggotanya pada keadaan mereka, sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi.

Partisipasi secara penuh hanya mungkin terjadi apabila terdapat iklim yang memungkinkan ke arah itu, walaupun dari pihak pengikut telah ada kesadaran untuk mengembangkan pikiran maupun fisiknya, namun tidak mungkin terwujud, tanpa tersedianya peluang untuk itu18

18

Fajrin, Anisa. Patisipasi Siswa Dalam Kegiatan Ektrakulikuler Terhadap Kecenderungan Perilaku Delinkuen. UNILA Bandar Lampung. 2015. Hlm 17-21


(56)

45

B. Kajian Teori

Gambar 2.1 Bagan Alur Teori

1. Teori Brand Awerness

Teori Brand Awareness Menurut David. A. Aaker (Managing Brand Equity), brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

a. Brand awareness (kesadaran merek), menunjukkan kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

DETEKSI JAWA POS Media cetak dengan sistem

polling melalui kuesioner. Sebagai wadah kegiataan anak muda di Surabaya dan sekitarnya melalui kegiatan DetEksi-Con dan DBL.

ZETIZEN JAWA POS Media cetak dengan sistem

polling melalui website. Terdapat website dan media

sosial yang dapat diakses. Sebagai wadah kegiataan anak muda di Surabaya dan sekitarnya melalui kegiatan

Zetizen-Con dan DBL. REBRANDING

TEORI BRAND AWARENESS Anak muda mengenali atau mengingat Zetizen Jawa Pos sebagai media/halaman untuk

anak muda. Anak muda memilih halaman Anak muda

Karena mereka suka, bukan karena paksaan.


(57)

46

b. Brand association (asosiasi merek), mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu.

c. Perceived quality (persepsi kualitas), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. d. Brand loyalty (loyalitas merek), mencerminkan tingkat keterikatan

konsumen dengan suatu merek produk.

e. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya).

Brand Awareness merupakan salah satu elemen dari brand equity dan ikut memberikan peran untuk menciptakan suatu nilai, yaitu dalam menimbulkan rasa terbiasa yang menjadikan keterikatan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. Selain itu, kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. Oleh karena itu, pentingnya suatu perusahaan memiliki brand awareness dari konsumen dan Bahana Paramarta merupakan salah satu perusahaan yang memerlukannya.

Menurut Kevin Lane Keller, Brand awareness terdiri atas hasil brand recognition dan brand recall. Brand recognition adalah kemampuan konsumen untuk mengkonfirmasi eksposur sebelumnya kepada brand


(58)

47

konsumen untuk mengingat brand dari memori ketika diberikan kategori produk. Sugiarto dkk mengungkapkan bahwa brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.19

Shimp mengungkapkan bahwa: “Brand Awareness is an issue of

whether a brand name comes to mind when consumers think about

particular product category and the ease with which the name is evoked”. Dengan kata lain, brand awareness merupakan sebuah hasil ketika nama sebuah brand muncul dalam pikiran konsumen, ketika konsumen tersebut memikirkan sebuah kategori produk. Brand awareness dimulai saat merek suatu perusahaan dikenal, kemudian diketahui dan akhirnya diingat oleh konsumen. Hal ini dikategorikan menjadi level of awareness, dan digambarkan oleh The Brand Awareness Pyramid. Empat level brand awareness tersebut, yaitu :

1. Unaware of Brand, Pada tingkatan ini seseorang tidak menyadari akan keberadaan suatu Brand tertentu atau tidak mengenalnya.

2. Brand Recognition, Pada tingkatan ini, merupakan tingkatan paling rendah dari awareness seseorang, yaitu seseorang mengenali suatu

Brand. Pengukuran brand responden dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan berupa ciri-ciri suatu produk.

19

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Penerbit Erlangga. Jakarta. 2008. Hlm. 54


(59)

48

3. Brand Recall, Tahapan ini lebih tinggi dibandingkan pada tahap

recognition, pada tahap ini seseorang diminta untuk menyebutkan nama-nama produk dalam suatu kategori produk tertentu dan orang tersebut dapat mengingatnya tanpa adanya bantuan.

4. Top of Mind, Tahapan dimana nama suatu merek atau Brand

disebutkan pertama kali oleh seseorang ketika ditanya mengenai suatu kategori produk, yang berarti brand tersebut berada pada posisi yang istimewa. Dalam pengertian sederhana, merek tersebut menjadi pimpinan dalam benak konsumen tersebut dibandingkan nama merek-merek lain.20

Gambar 2.1 Piramida Awareness Source: David A. Aaker, Managing Brand Equity

Level awareness ini (Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall, dan Top of Mind) yang menjadi indikator dari variabel brand

20

Kumala, Sari. Brand Awarness. Hlm 24. https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-00750-MC%20Bab2001.pdf diakses pada tanggal 05/06/2017 pada pukul 21:01


(60)

49

awareness Bahana Paramarta, karena dapat mengetahui sejauh mana pengaruh event terhadap brand awareness ini berdasar level yang ada.

Menurut penulis level ini dapat menggambarkan tingkatan brand awareness yang dapat digunakan dalam penelitian untuk mengetahui seberapa tinggi brand awareness pengunjung terhadap perusahaan Bahana Paramarta.

Menurut Durianto peran brand awareness dalam membantu brand

dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana brand awareness dapat menciptakan suatu nilai. Nilai tersebut adalah:

1. Brand awareness menjadi sumber asosiasi lain

Suatu brand yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada brand tersebut karena daya jelajah brand

tersebut akan menjadi sangat tinggi dalam benak konsumen. Kondisi ini menunjukkan bahwa suatu brand yang awareness-nya tinggi mampu menimbulkan asosiasi positif untuk produk lainnya. Produk yang telah terpercaya memiliki kemungkinan lebih besar untuk lebih sukses ketika meluncurkan produk baru.

2. Familier atau rasa suka

Jika brand awareness kita sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan brand kita, dan lama-kelamaan akan menimbulkan rasa suka yang tinggi terhadap brand kita.


(61)

50

3. Substansi atau komitmen

Brand awareness dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas

brand tinggi, kehadiran brand itu selalu dapat kita rasakan, sebab sebuah brand dengan brand awareness tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Diiklankan secara luas, sehingga diketahui secara luas oleh masyarakat.

b. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu, keberadaan brand yang telah berlangsung lama, menunjukkan bahwa brand tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.

c. Jangkauan distribusi yang luas, sehingga memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut.

d. Brand tersebut dikelola dengan baik.

4. Mempertimbangkan brand

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi

brand-brand yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan brand mana yang akan dibeli. Brand

dengan top of mind tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu brand tidak tersimpan dalam ingatan, brand tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian. Biasanya brand

yang disimpan dalam benak konsumen adalah brand-brand yang disukai dan dibenci.


(62)

51

Peran brand awareness dalam ekuitas brand (nilai brand) tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran dalam benak konsumen. Durianto menyatakan bahwa brand awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara berikut:

a. Pesan yang disampaikan oleh suatu brand harus mudah diingat oleh konsumen.

b. Pesan yang disampailan harus berbeda dengan produk lainnya serta harus ada hubungan antara brand dengan kategori produknya. c. Memakai tag-line atau slogan maupun jingle lagu yang menarik

sehingga membantu konsumen mengingat brand.

d. Jika suatu brand memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut dapat dihubungkan dengan brand.

e. Perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin diingat konsumen.

f. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, brand maupun keduanya. g. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena

membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan.21

21

Kumala, Sari. Pengaruh Brand Awareness Dan Brand Image Terhadap Brand Equity Dan Dampak Pada Minat Beli Konsumen. UD. 2013. Hlm 28-30


(63)


(64)

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah responden penelitian yang memberikan data berupa jawaban melalui kuesioner yang telah disebar. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah member aktif Zetizen Surabaya. Berikut gambar 3.1. diagram member aktif Zetizen di Surabaya:

Gambar 3.1Diagram Member Aktif Zetizen Jawa Pos Surabaya

Sumber: Zetizen Jawa Pos, 2017.

Berikut ini adalah data jumah partisipasi kegiatan event dan polling

yang diadakan Deteksi pada tahun 2015 (sebelum rebranding) dan Zetizen pada tahun 2016 (sesudah rebranding) dapat dilihat pada tabel 3.1.

SMA 73% SMP

27%

Diagram Member Zetizen

SMA SMP

: 13.546


(65)

Tabel 3.1 Jumlah Member Zetizen Jawa Pos di Surabaya

NO KEGIATAN 2015 2016

1 Member - 18.532

Sumber: Zetizen Jawa Pos Surabaya

Pada tabel 3.1 adalah member aktif Zetizen Jawa Pos di Surabaya dengan jumlah 18.532 orang.

Tabel 3.2 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkatan Pendidikan No. Pendidikan Jumlah Responden Prosentase

1. Sekolah Menengah Pertama 56 28%

2. Sekolah Menengah Atas 144 72%

Pada tabel 3.2 diatas dijelaskan bahwa responden berdasarkan tingkat pendidikan, Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih mendominasi dengan prosentase sebesar 72% sejumlah 144 orang, sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) prosentasenya sebesar 28% sejumlah 56 orang.

Tabel 3.3 Jumlah Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Responden Prosentase

1. 13 tahun 9 5%

2. 14 tahun 23 12%

3. 15 tahun 26 13%

4. 16 tahun 33 17%

5. 17 tahun 63 32%

6. 18 tahun 45 23%


(66)

Pada tabel 3.3 dapat dijelaskan bahwa responden dengan usia 17 tahun lebih mendominasi, sedangkan responden dengan usia 19 tahun hanya 1 orang.

Tabel 3.4 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase

1. Laki-Laki 104 52%

2. Perempuan 96 48%

Pada tabel 3.4 dapat dijelaskan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih mendominasi dengan prosentase sebesar 52%, sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan prosentasenya sebesar 48%.

Tabel 3.5 Daftar Nama Responden dan Asal Sekolah Nomor

Responden

Nama Lengkap Asal Sekolah

1 Muhammad Rizki Triraharjo SMPN 32 Surabaya

2 Dwi Prasetyo Wahyuningtyas

SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya

3 Audia Salwadiva SMP Muhammadiyah 17 Surabaya 4 Much.Affin Hilza Zaidan Alif

SMPN 29 Surabaya 5 Calvin Piero Prasanto SMAK Gloria 1 Surabaya 6 Angela Octaviana SMKN 1 Surabaya 7 Sultan Tanri Lammoreno SMAN 2 Surabaya

8 Ilham Malik SMAN 2 Surabaya


(67)

Responden

9 Rekshadewi Aldinita Setiawan SMPN 16 Surabaya 10 Alvin Santoso SMAK Frateran Surabaya 11 Pratama Roy Hans Setyawan SMKN 1 Surabaya 12 Dhimas Rizky F SMA Trimurti Surabaya 13 Dion Prasetyo SMAN 16 Surabaya 14 Erlinda Widyatna SMA Shafta Surabaya 15 Evelin Melianawati Gunawan SMAK Frateran Surabaya 16 Ilham Ramadhana Makatita SMAN 5 Surabaya 17 Habiib Nur Aditya SMAN 4 Surabaya 18 Muhammad Yusuf Akbarrizky SMAN 14 Surabaya 19 Rivaldo Gil Dias Ximenes SMAN 13 Surabaya 20 Hilmy Fatah Pramana SMAN 3 Surabaya

21 Gerry Gunawan SMAK Santa Maria Surabaya 22 Marcella Tri J SMP Muhammadiyah 17 Surabaya 23 Nibros Irbatussalma SMA Muhammadiyah 9 Surabaya 24 Natanael Kevin K.S SMAK Santa Agnes Surabaya 25 Alex Suselo SMAK Santa Maria Surabaya

26 Hana Febri SMAN 14 Surabaya

27 Michael Thedy SMAK Petra 5 Surabaya 28 Jeasica Putri Anggreani SMPN 29 Surabaya

29 Leonard Darmawan SMAK Santa Maria Surabaya 30 Raffie Alfriesgasjah SMPN 12 Surabaya

31 Axell Wijaya Al Fayeed Ruitan SMPN 22 Surabaya

32 Andrew SMAK Petra 3 Surabaya

Nomor

Responden


(68)

33 Lintang Shabrina SMAN 13 Surabaya 34 Meiko Fairuzia SMAN 1 Surabaya 35 Balqis Bamenda SMPN 33 Surabaya

36 Adhiningrum Dwi Sekar Tunjung SMA Muhammadiyah 4 Surabaya 37 Ridwan Pratama SMA 17 Agustus 1945 Surabaya 38 Cristina Lawby SMAK Frateran Surabaya 39 Jesselyn Setyono SMAK Petra 2 Surabaya 40 Aulya Isya Jelang Merdeka SMAN 10 Surabaya 41 Nabila Safira SMAN 20 Surabaya

42 Dinda Cahya P SMAN 1 Surabaya

43 Delinda Ivania Zhavira Wibowo SMPK Petra 5 Surabaya 44 Nur Masythah Rahayu SMA IPIEMS Surabaya

45 Gilang Firmansyah SMA Muhammadiyah 9 Surabaya 46 Ilham Ardiansyah SMKN 2 Surabaya

47 Tirza Artahsasta SMAK Petra 1 Surabaya 48 Anastasia Blanca SMAK Petra 1 Surabaya 49 K. Panji Dharmawan SMAN 9 Surabaya

50 Aziz SMKN 8 Surabaya

51 Ferdy Zein SMA Muhammadiyah 2 Surabaya 52 Ananda Fatimah Zahra SMP Muhammadiyah 14 Surabaya 53 Salsabila Ramadhanty SMPN 33 Surabaya

54 Farhan Mahendra SMA Muhammadiyah 2 Surabaya 55 Michael Edward SMAK Santa Maria Surabaya 56 Salma Safina SMP Muhammadiyah 17 Surabaya Nomor

Responden

Nama Lengkap Asal Sekolah


(69)

58 Rayhan Alfath Amirullah SMA MIMI Surabaya 59 Rachmad Sulthan Rafinzha SMAN 20 Surabaya 60 Novando Atmaja SMAN 4 Surabaya 61 Muhammad Aszara Rizaldy SMPN 32 Surabaya 62 Emeralda Austin SMPN 52 Surabaya

63

Candetta Aura Anugroho De

Poere SMAK Karitas 3 Surabaya

64 Asharina Syaphira SMA GIKI 3 Surabaya 65 Laurentius Ardie Martono SMAK Margie Surabaya 66 Alifia Maudy Fararidwana SMA Barunawati Surabaya 67 Abela Kania Ruse SMAK Margie Surabaya 68 Rizky Farhan Alfreda SMAN 18 Surabaya 69 Tindra Ganda Mahadana SMA Barunawati Surabaya 70 Tasya Agustina SMA Barunawati Surabaya 71 Adelina Kamalia SMA Barunawati Surabaya

72 Ayu Lestari Sman 16 Surabaya

73 Arian S. SMA CIPUTRA SURABAYA

74 Nicole Kusdenia SMAK Stella Maris Surabaya 75 Zevanya Lovise SMAK Frateran Surabaya

76 Vima Septia SMAN 3 Surabaya

77 Donna Lady Michelle Nicolaas SMA Muhammadiyah 4 Surabaya 78 Louisa Daphne SMAK Frateran Surabaya 79 Novi Kurniawan SMA IPIEMS Surabaya Nomor

Responden

Nama Lengkap Asal Sekolah

80 Alsadella Berliana SMAN 19 Surabaya


(70)

82 Dzakwan Raka Hakim SMAN 20 Surabaya 83 Namirah Tzalsavila SMAN 2 Surabaya

84 Sinta SMAN 2 Surabaya

85 Ahmad Alif SMAN 4 Surabaya

86 Calvin Alexander SMAK Frateran Surabaya 87 Arya Nurcahyo SMA IPIEMS Surabaya

88 Alya Gita SMAN 22 Surabaya

89 Belqis Destinola Maritza

SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya

90 Dzulfiqar Julda SMK KAL 1 Surabaya 91 Mochammad Syifa SMA Hangtuah 1 Surabaya 92 Citra Mutiara Devi MAN Surabaya

93 Clarissa Angie Anditta SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya 94 Awali Taufiqi SMAN 16 Surabaya

95 Fauziah Rachmadyta SMPN 2 Surabaya

96 Namira Nada SMAN 9 Surabaya

97 Alfiyanto Indra Jayadi SMAN 3 surabaya 98 Andan William Putra SMAK Gloria 1 Surabaya 99 Kezia Jeditha SMPN 29 Surabaya

100 Stephanie Novita SMP Muhammadiyah 17 Surabaya 101 Dedy Marfianto SMAN 9 Surabaya

102 Ahmad Rifqi SMAN 9 Surabaya

Nomor

Responden

Nama Lengkap Asal Sekolah

103 Putri Rachmawati SMPK Margie Surabaya 104 Vennitanujaya SMP Dapena 1 Surabaya 105 Kevin Devanda SMA Hangtuah 1 Surabaya


(1)

keduanya.Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan.

Dengan mengenali dan mengingat suatu brand, maka member Zetizen

di Surabaya turut berpartisipasi pada kegiatan yang di adakan Zetizen Jawa Pos. member Zetizen sadar bahwa Zetizen merupakan halaman anak muda

yang menjadi wadah bagi mereka yang berkeinginan menyalurkan bakat, kreasi dan kreativitasnya.


(2)

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan persepsi tentang rebranding dengan tingkat partisipasi pada

kegiatan member Zetizen di Surabaya. Dari ketiga indikator rebranding yakni

logo, nama dan slogan, yang mempunyai pengaruh paling besar adalah slogan. Slogan sangat mudah diucapkan, dimengerti maksud dan tujuannya. Selain slogan, logo juga mempunyai pengaruh terhadap partisipasi. Tampilan logo yang simpel, menarik,dan mudah diingat oleh anak muda. Warna yang menarik juga menjadi salah satu bagian penting dari logo.

Ada hubungan antara persepsi tentang rebranding Zetizen Jawa Pos pada

tingkat partisipasi pada kegiatan member Zetizen di Surabaya. Hal tersebut

dilihat pada hasil uji regresi linier. 0.000 < 0.05 maka Ha diterima sedangkan Ho ditolak. Artinya koefisien regresi Constant Signifikan. Sementara pada uji sumbangan efektif variabel, Rsquare menunjukkan 0.246, hal ini membuktikan bahwa persepsi tentang rebranding memiliki nilai positif terhadap partisipasi.

Hal ini didukung oleh tingkat partisipasi pada kegiatan Zetizen member di

Surabaya dengan mengukur intensitas keikutsertaan member Zetizen seberapa

sering mengikuti kegiatan atau bahkan selalu mengikuti semua rangkaian kegiatan yang diadakan Zetizen Jawa Pos.


(3)

88

Nama yang mudah dibaca, mudah diucapkan, mudah dipahami dan mudah diingat bertujuan untuk membangun kesadaran konsumen dan tertanam dalam benak pikiran konsumen/anak muda.

Partisipasi anak muda dapat dilakukan pada kegiatan event ataupun

membaca. Partisipasi dalam penelitian ini berupa kegiatan pameran karya anak muda (zetizen convention), pertandingan basket (Development

Basketball League), national challage (upload aksi positif), weekly challenge

(tantangan tiap minggu untuk membuat ide), polling (mengisi angket),

membaca halaman koran zetizen, membaca halaman online zetizen dan

membaca/melihat update media sosial.

Membaca hampir diidentikan dengan membaca buku, koran, majalah. Pada era teknologi informasi yang berkembang sangat pesat ini anak muda mulai aktif menggunakan mediaonline untuk membaca/mengakses suatu

informasi. B. Rekomendasi

Peneliti berharap semoga penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Serta dapat menjadi bahan penelitian untuk kedepannya. Penelitian ini mungkin masih jauh dari kata sempurna.

1. Partisipan anak muda di Zetizen Surabaya, dapat berpartisipasi dalam segala kegiatan yang diadakan Zetizen Jawa Pos. Kegiatan yang diadakan Zetizen Jawa Pos Surabaya kurang lebihnya sangat


(4)

89

2. Zetizen Jawa Pos Surabaya, diharapkan selalu mengadakan kegiatan atau event-event yang mempunyai inovasi yang baru dan

semakin diminati dengan anak muda di Surabaya ataupun diseluruh Indonesia.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dapat menemukan metode yang tepat dalam mengambil sampel, variabel maupun pendekatan penelitian agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.

4. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya Ilmu Komunikasi lewat mata kuliah atau kajian lainnya seputar metode penelitian kuantitatif. Seperti membuat instrumen pertanyaan dan penghitungan (statistika) lainnya. Dengan harapan mahasiswa bisa lebih pandai, dan hasil yang diinginkan maksimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al Ries, dan Jack, Trout. Positioning: The Battle For Your Mind. Jakarta: Salemba Empat. 2001. Hlm 34

Bungin Burha. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007. Hlm113

Carole Wade dan Carol Tavris. Psikologi, alih bahasa Widyasinta Jakarta: Erlangga. 2007. Hlm. 193

Effendi, Onong Uchjana. Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. 2001. Hlm 26 Fajrin, Anisa. Patisipasi Siswa Dalam Kegiatan Ektrakulikuler Terhadap

Kecenderungan Perilaku Delinkuen. UNILA Bandar Lampung. 2015. Hlm

17-21

Febriansyah, “Pengaruh Perubahan Logo (Rebranding) Terhadap Citra Merek Pada PT.Telkom tbk Di Bandar Lampung”, JMA Vol. 18 No. 2 Oktober - November 2013, hlm. 8

Fransisca Kurniasari dan Natasha Abednego. “Analisa Efektivitas Iklan Pasca RebrandingHotel Hyatt Regency Menjadi Hotel Bumi”, Universitas Kristen Petra Surabaya. 2011. Hlm. 11-12

Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), Hlm. 256

Kotler dan Keller. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga. 2009. Hlm 269

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Penerbit Erlangga. Jakarta. 2008. Hlm. 54

Kumala, Sari. Pengaruh Brand Awareness Dan Brand Image Terhadap Brand Equity Dan Dampak Pada Minat Beli Konsumen. UD. 2013. Hlm 28-30

Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Hlm. 207

Miftah Thoha. Kepemimpinan dan Manajemen , Devisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Grafindo Persada, Kakarta. 2010. Hlm 141-142

Murwati, Eni. “Persepsi Mahasiswa IPS Terhadap Pembelajaran Kewirausahaan Di Jurusan Pendidikan IPS UNY”. SKRIPSI. Yogyakarta. UNY. 2014. Hlm. 6-7 Murwati, Eni. “Persepsi Mahasiswa IPS Terhadap Pembelajaran Kewirausahaan Di


(6)

Muzellec, Laurent dan Lambkin, Mary. “Corporate Rebrandring: Destroying, Transferring or Creating Brand Equity?”. European Journal of Marketing. Emerald Group Publishing Limited. 40. 2006. Hlm 7-8.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2005. Hlm 51

Riza Rizki Isyana. “Strategi Pemasaran Melalui Rebranding (Studi Kasus RebrandingPiring Putih Menjadi Redberries Food and Folks Dalam Meningkatkan Penjualan)”, UIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2015. Hlm. 16 Rodliyah. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan Dan Perencanaan

Di Sekolah. Jember: STAIN Jember Press. 2013. Hlm 30-31

Rutoto, Sabar. Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus. 2007/

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/ diakses pada hari minggu, 12 Maret 2017

Sari. Brand Awarness. Hlm 24. https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/

Bab2/2014-2-00750-MC%20Bab2001.pdf diakses pada tanggal 05/06/2017

pada pukul 21:01

Sastropoetro. Pengertian Partisipasi. Tersedia : file:///E:/my%20sweety/teori%20partisipasi/ Teori%20partisipasi.htm. 1995 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Hlm.

355

Stuart,Helen and Laurent Muzellec.Corporate Makeover : Can A Hyena Be Rebranted.J.of Brand Management.11: 2004. Hlm 472-482

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. AFABETA, Bandung: 2011. Hlm 199

Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press. 2007. Hlm 8 Tukiran Tamiredja, Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar, (Bandung:

Alfabeta,2011). Hlm 62

Wachid Fz, “Mengapa Harus Rebranding ?”, dalam

http://www.marketing.co.id/mengapa-harus-rebranding/ diakses pada tanggal 31 Desember 2016


Dokumen yang terkait

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ASTAMA DI JAWA POS.

0 0 9

PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI BERITA PILWALI SURABAY 2010 DI JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos).

0 0 82

Preferensi dalam komunikasi intrapersonal siswa SMA Barunawati Surabaya dalam kegiatan Event Zetizen Jawa Pos Surabaya.

0 0 110

Kata kunci: persepsi konsumen, generasi Z, konvergensi media, surat kabar, rubrik anak muda PENDAHULUAN - PERSEPSI PEMBACA MUDA JAWA POS TENTANG RUBRIK ZETIZEN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 13

PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI BERITA PILWALI SURABAY 2010 DI JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos)

0 0 28

EFEKTIVITAS IKLAN BRIGHTON DI JAWA POS PADA MASYARAKAT SURABAYA

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah - Motif member website zetizen dalam mengakses www.zetizen.com - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 16

Sikap remaja Surabaya mengenai rubrik Zetizen sebagai upaya rebranding rubrik Deteksi dalam harian Jawa Pos - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 21

Sikap remaja Surabaya mengenai rubrik Zetizen sebagai upaya rebranding rubrik Deteksi dalam harian Jawa Pos - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 2 12