PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI BERITA PILWALI SURABAY 2010 DI JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Tania Novita I

0443010474

YAYASAN KESEJAHTERAAN,PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Pemberitaan Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos Edisi Maret – April 2010)

Disusun Oleh:

Tania Novita I 0443010474

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi :

Menyetujui, Pembimbing

Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi NPT. 3 7006 94 00351

Mengetahui, DEKAN FISIP

Dra. EC. Hj. Suparwati, Msi NIP. 195507181983022001


(3)

Disusun Oleh: Tania Novita I 0443010474

Telah depertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 09 Juni 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi Ir. Didiek Tranggono, MSi

NPT. 3 7006 94 00351 NIP. 199012251990011001

2. Sekretaris

Zainal Abidin. A, S.sos. MSi, M.Ed

NPT. 3 7305 99 01701

3. Anggota

Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi NPT. 3 7006 94 00351 Mengetahui,

DEKAN


(4)

Kata pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN PILWALI 2010 DI JAWA POS dan diharapkan skripsi ini bisa memberikan gambaran nyata kepada masyarakat, khususnya di Surabaya.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini, baik secara moral maupun tenaga antara lain kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.sos, Msi, Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi, Selaku Dosen Pembimbing

Utama yang senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

4. Kedua Orang Tua, dan Adikku tercinta, terima kasih atas semangat, dan nasehatnya selama ini

5. Seseorang yang Penulis sayangi Oknis Widiyarto, yang selalu

memberikan semangat, bantuan dan masukan-masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

6. Dosen-Dosen Progdi Ilmu Komunikasi, terima kasih atas semua

materi yang di berikan selama kuliah.

7. Buat keluarga Anang Subiyakto, buat terima kasih atas

dukungan dan bantuannya selama ini. Buat ‘dek Yanti, thanx buat dukungannya.

8. Keluarga Besar H. Munawar Shaleh, Emak, Budhe, Pakdhe,

Om, Tante, dan sepupu-sepupuku terima kasih atas dukungan, bantuan dan do’anya.

9. Keluarga Besar S.Sudirman: mbah uti, papa, mama, pakdhe,

budhe, om, bulek, sepupuku.

10. Buat sahabat-sahabatku tercinta: Molly, Shelly, Eko, Feri, Mbah Gembol, Mbak Tin dan para pecinta burung (Martilam Bird Club), thanx atas dukungannya dan bantuannya.

11. Seluruh Anak-anak Komunikasi Angkatan 2004 Terima kasih atas semangat dan dukungannya.


(6)

Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis baik secara moril maupun materiil.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Dengan harapan bahwa Skripsi ini insya Allah akan berguna bagi rekan-rekan di progdi Ekonomi Pembangunan. Karena apabila terdapat kekurangan didalam penyusunan Skripsi ini, peneliti dengan senang hati menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini. Terima kasih.

Surabaya, Mei 2010


(7)

Daftar Isi ... iii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 14

2.1.1. Definisi Media Massa ... 14

2.1.2. Peran Media Massa ... 16

2.1.3. Definisi Surat Kabar ... 17

2.1.4. Surat Kabar sebagai Kontrol Sosial ... 18

2.1.5. Ciri-ciri Surat Kabar ... 20

2.1.6. Definisi Berita ... 21

2.1.7. Jenis Berita ... 21

2.1.8. Berita Mengenai Pilwali 2010 ... 21

2.1.9. Pengetahuan ... 23

2.1.10. Remaja sebagai Khalayak ... 24


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ... 30

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.2.1. Definisi Operasional ... 30

3.2.2. Tingkat Pengetahuan Remaja Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos ... 32

3.2.3. Pengukuran Variabel. ... 33

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 34

3.3.1. Populasi ... 34

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 37

4.1.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos ... 37

4.2. Penyajian Dan Analisis Data ... 43

4.2.1. Identitas Responden ... 43

4.2.1.1. Usia Responden ... 44


(9)

Kabar Jawa Pos ... 45 4.3. Tingkat Pengetahuan Remaja Surabaya Mengenai Berita

Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos ... 47 4.3.1. Responden Tahu Berita Mengenai Pilwali Surabaya

2010 di Harian Jawa Pos ... 47 4.3.2. Responden Tahu Kapan Akan di Selenggarakannya

Pilwali Surabaya 2010 yang di Muat di Jawa Pos ... 48 4.3.3. Responden Mengetahui Jumlah Calon Walikota

Surabaya 2010 yang di Muat di Harian Jawa Pos ... 49 4.3.4. Responden Mengetahui Profil dari Calon Walikota

Surabaya 2010 Melalui Pemberitaan di Harian

Jawa Pos ... 51 4.3.5. Responden Mengetahui Setiap Calon Walikota

Berasal dari Partai Apa ... 52 4.3.6. Responden Mengetahui Visi dan Misi dari Setiap

Calon Walikota Surabaya 2010 yang di Beritakan

Di Jawa Pos ... 53 4.3.7. Responden Tahu Berapa Jumlah Suara Yang

Dibutuhkan Calon Walikota untuk Terpilih


(10)

Pemilih Tetap (DPT) ... 58 4.3.10. Respinden Mengetahui Syarat untuk Menjadi

Daftar pemilih Tetap (DPT) ... 59 4.3.11. Responden Tahu Ciri-ciri Surat di Anggap Sah ... 60 4.3.12. Responden Tahu Ciri-ciri Suara yang di Anggap

Gugur ... 62 4.4. Pengetahuan Remaja Surabaya Mengenai Berita Pilwali

Surabaya 2010 di Jawa Pos ... 64 BAB V KESIMPILAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 67 5.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

(12)

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir ...45

Tabel 4.3 Frekwensi Responden Membaca Berita Pilwali di Jawa Pos ...46

Tabel 4.4 Pertanyaan Kuisioner 1 ...48

Tabel 4.5 Pertanyaan Kuisioner 2 ...49

Tabel 4.6 Pertanyaan Kuisioner 3 ...50

Tabel 4.7 Pertanyaan Kuisioner 4 ...51

Tabel 4.8 Pertanyaan Kuisioner 5 ...53

Tabel 4.9 Pertanyaan Kuisioner 6 ...54

Tabel 4.10 Pertanyaan Kuisioner 7 ...55

Tabel 4.11 Pertanyaan Kuisioner 8 ...57

Tabel 4.12 Pertanyaan Kuisioner 9 ...58

Tabel 4.13 Pertanyaan Kuisioner 10 ...60

Tabel 4.14 Pertanyaan Kuisioner 11 ...61

Tabel 4.15 Pertanyaan Kuisioner 12 ...63

Tabel 4.16 Kategori Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos ...65


(13)

Lampiran 2 : Jawaban Responden ... 4


(14)

Tabel 1 Usia responden ...45

Tabel 2 Pendidikan Terakhir ... 46

Tabel 3 Frekwensi Responden Membaca Berita Pilwali di Jawa Pos ...47

Tabel 4 Pertanyaan Kuisioner 1 ...49

Tabel 5 Pertanyaan Kuisioner 2... 50 

Tabel 6 Pertanyaan Kuisioner 3... 51 

Tabel  7  Pertanyaan Kuisioner 4... 52 

Tabel  8  Pertanyaan Kuisioner 5... 53 

Tabel  9  Pertanyaan Kuisioner 6... 55 

Tabel  10  Pertanyaan Kuisioner 7... 56 

Tabel  11  Pertanyaan Kuisioner 8... 58 

Tabel 12 Pertanyaan Kuisioner 9... 59 

Tabel 13 Pertanyaan Kuisioner 10... 60 

Tabel 14 Pertanyaan Kuisioner 11 ...61

Tabel 15 Pertanyaan Kuisioner 12 ...63

Tabel 16 Kategori Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos ...65 


(15)

Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos)

Sebagai media informasi harian Jawa Pos memberikan informasi seputar Pilwali Surabaya 2010 dalam rubric khusus “Pilwali 2010” yang diberitakan setiap hari. Kemudian bagaimana berita tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan (aspek kognisi) khalayak yang dalam penelitian ini ditentukan berusia 17 – 18 tahun dan sebagai pemula dalam partisipasi Pilwali Surabaya. Sebagai seorang pemula mereka sangat membutuhkan informasi terkait pelaksanaa Pilwali Surabaya 2010.

Landasan teori yang dipakai yaitu Teori S-O-R. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi.

Metode penelitian ini menggunakan adalah sampel purposive, dimana peneliti membuat criteria tertentu dalam menentukan sampel yang akan dijadikan responden. pembuatan criteria tersebut bertujuan untuk mendukung tujuan penelitian. Kriterianya adalah masyarakat Surabaya yang berusia 17 – 18 tahun dan baru memiliki hak pilih (pemula) dalam Pilwali.

Setelah melalui pengolahan data dari hasil kuisioner yang dibagikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai berita Pilwali Surabaya 2010 terdapat pada kategori sedang. Dimana pemberitaan di Jawa Pos dapat menambah pengetahuan mereka tentang pelaksanaan Pilwali tetapi tidak secara keseluruhan mereka memahami Pilwali Surabaya 2010.

Keyword: Tingkat Pengetahuan, Masyarakat Surabaya, Pilwali Surabaya 2010, Harian Jawa Pos


(16)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dalam perkembangannya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat dunia. Penggunaan media massa untuk penyampaian pesan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi yang ada, sehingga timbul komunikasi melalui media massa.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang sangat mengandalkan pada ketepatan jumlah pesan yang disampaikan dalam waktu yang singkat. Pada masa sekarang ini, komunikasi massa memberikan informasi, gagasan dan sikap pada khalayak yang beragam dan besar jumlahnya dengan menggunakan media. Hal ini yang mempengaruhi perkembangan media massa yang menguntungkan.

Salah satu media yang paling besar digemari adalah Koran karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan yang lain. Yaitu dapat dibaca berulang kali dan menjangkau khalayak luas karena harganya yang relatif murah. Untuk memberikan pelayanan informasi pada masyarakat, pers diharapkan mampu mencerdaskan masyarakat melalui muatan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat untuk masyarakat. Pada sebuah wacana informasi tidak lagi semata-mata berita akan realitas sosial, tetapi biasa disebut juga realitas media dengan


(17)

berbagai pertimbangan. Dalam konteks komunikasi informasi adalah proses kesinambungan hidup. Secara ekstrim para ahli komunikasi bahkan menyamakan informasi dengan udara yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup. (Effendi, 2002: 54-56)

Sistem media massa di Indonesia merupakan sub sistem dari sistem politik yang ada. Artinya bahwa sistem media massa berada di bawah sistem politik dan harus mengikuti kemana sistem politik itu berarah. Hal ini menyebabkan hubungan antara pers dan penguasa mempunyai kecenderungan yang bersifat paternalistik, seperti halnya Pilwali 2010 sehingga perkembangan media di satu pihak mengikuti arus sistem politik yang ada.

Kondisi pada kehidupan sosial, politik, budaya di Indonesia mengalami perubahan yang dinamis dari massa ke massa. Hal itu merupakan imbas dari demokrasi yang diterapkan. Perubahan tersebut diantaranya tidak terlepas dari keterkaitan erat antara peran yang dimainkan oleh pemerintah yang berkuasa, pers dan masyarakat. Sebagai institusi, pers dalam perkembangannya secara dominan tidak lepas dari pengaruh kekuasaan di luar institusinya, seperti kekuasaan ekonomi, politik dimana pers tersebut berada. Sistem pers Indonesia di masa lampau adalah sistem otoritarian, melalui sejarah dapat diketahui bahwa pers disalahgunakan dalam pemerintahan orla dan orba sebagai aktor dan sarana untuk melegitimasikan kekuasaannya atas masyarakat.


(18)

Seiring dengan runtuhnya orba dan bergulir ke era reformasi, pers mendapat kebebasan dalam pemberitaannya serta bebas menjalankan fungsi dan perannya tanpa khawatir dengan segala bentuk tindakan represif dari pemerintah. Upaya untuk mewujudkan kebebasan pers ini sangat penting, karena pers merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat untuk menyatakan berbagai pikirannya. Dengan demikian diharapkan pers dapat mengabdi pada masyarakat dan membantu terciptanya kebebasan yang lain.

Salah satu media yang sifatnya statis dan mengutamakan pesan-pesan visual adalah media cetak. Media cetak terdiri dari dua macam yaitu surat kabar dan majalah. Surat kabar dinilai lebih up to date dalam menyajikan berita yang akan disampaikan kepada khalayak jika dibandingkan dengan majalah. Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik serta dijual untuk umum. (Assegaf, 1991: 140)

Definisi dari surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita, karangan dan iklan yang disusun, dicetak, dan terbit secara periodik, serta di jual untuk umum. (Assegaf, 1991: 140). Sedangkan secara harfiah (menurut kamus bahasa Indonesia) surat kabar adalah kertas yang bertuliskan dan berisi laporan mengenai kejadian, peristiwa yang terjadi, dimana ditulis dan berupa warta berita.


(19)

Surat kabar menjadi salah satu media massa paling dikenal karena kelebihan-kelebihannya yang tidak dimiliki oleh media lain. Informasi yang disampaikan oleh surat kabar lebih lengkap, terperinci, dan tidak hilang. Artinya informasi tersebut bisa dibaca berulang-ulang dan memungkinkan pembaca untuk menyimpannya secara utuh. Ini berbeda dengan televisi dan radio yang pesannya hanya sekilas dan untuk menikmatinya pun harus berada di tempat tertentu. Menurut Effendy (2000: 155-156), surat kabar mempunyai sifat:

1. Terekam

Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal yang diberitakan sedemikian rupa, sehingga dapat dibaca setiap saat dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

2. Menimbulkan Perangkat Mental secara Aktif

Karena berita surat kabar yang di dokumentasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak “mati” di kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya untuk mengerti.

Berita-berita media cetak pada umumnya seputar kejadian atau peristiwa yang terjadi di masyarakat atau bahkan di dalam pemerintahan, sehingga masyarakat mengetahui kejadian yang ada di sekitar dan di


(20)

dalam pemerintahan. Pada masa orde baru terjadi pemberhangusan kebebasan pers, hal ini dapat kita lihat dari pemberendelan berbagai media. Penghapusan dan pembatalan SIUPP oleh pemerintah kepada berbagai media yang pemberitaannya dinilai mengganggu stabilitas nasional. Sehingga masyarakat tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya.

Pers kini muncul dengan keberanian dan kejujuran dalam menentukan sikap dan pandangan. Menyikapi kondisi tersebut, secara sadar dapat ditarik kesimpulan bahwa pers saat ini selain dapat digunakan sebagai saluran informasi politik, juga memiliki kekuatan potensial sebagai aktor politik itu sendiri. Pers memberikan alternatif pemahaman atas suatu realitas melalui wacana yang dikembangkan dalam pemberitaannya, khususnya mengenai masalah politik. Sehingga diharapkan dapat memberikan kesadaran dan pendidikan politik kepada khalayak pembaca.

Tidak setiap peristiwa dapat dijadikan berita, hanya berita yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa bisa disebut sebagai berita. Nilai berita tersebut menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan sebagai kriteria dalam praktek kerja jurnalis. Sebuah peristiwa yang tidak mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya nilai berita tidak besar akan dibuang.

Berita adalah arti dari proses kompleks yang menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu


(21)

kategori tertentu. Peristiwa harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut memenuhi kriteria nilai berita, nilai-nilai berita menentukan bukan hanya peristiwa apa saja yang akan diberikan, melainkan juga bagaimana peristiwa tersebut dikemas.

Berbicara mengenai politik, peristiwa Pilwali Surabaya yang berlangsung pada 2 Juni 2010 merupakan momen yang sangat representatif dan mutakhir dalam konteks tersebut. Pelaksanaan Pilwali mengandung parameter sebagai bentuk penerapan demokrasi di Indonesia, dan secara representatif dapat mewakili kondisi sosial, politik dan budaya dewasa ini.

Pilwali Surabaya 2010 adalah potret demokrasi saat ini. Kota Surabaya merupakan kota terpadat di seluruh Jawa Timur, dengan luas wilayah 374,36 km persegi yang di huni penduduk kurang lebih 3.282.156 jiwa dengan jumlah pemilih tetap sebanyak 2.460.320 jiwa. Jadilah Kota Surabaya sebagai wilayah terpadat kedua di Indonesia setelah Jakarta.

Data terakhir yang dipegang KPU, ada 2.159.171 orang dalam DPS. Terdiri atas 1.061.391 pemilih laki-laki dan 1.097.780 perempuan. Kecamatan dengan jumlah pemilih terbanyak adalah Tambaksari, yakni 171.316 orang. Selanjutnya, ada Sawahan dengan 160.753 pemilih. Sementara itu, kecamatan dengan pemilih terminim adalah Bulak, yakni 25.475 orang. Di atasnya, ada Kecamatan Asemrowo dengan 27.515 pemilih. (www.jawapos.com/suarasurabaya)


(22)

Cawali Fandi Utomo dan Cawawali Yulius Bustami menargetkan minimal 300 ribu suara. Suara sebanyak itu berasal dari sumbangan koalisi parpol. PKS diperkirakan mendulang 100 ribu suara, PDS 90 ribu suara, serta PPP dan PKNU bias mendatangkan 150 suara. (Jawa Pos, 27 Maret 2010)

Pasangan Cawali dan Cawawali Arif Afandi dan Adies Kadir resmi mendapat dukungan baru. Kemarin, 16 parpol yang tergabung dalam Aliansi Partai Politik Nonparlementer mendukung penuh pasangan yang diusung partai Demokrat dan Golkar tersebut. Deklarasi dukungan dilaksanakan di Hotel Tunjungan Surabaya. Semua fungsionaris parpol yang tergabung dalam aliansi hadir. Diantaranya, PBR, PNBK, PDP, Parrtai Pelopor, dan PPRN. Ada juga PKP, Partai Buruh, Partai Merdeka, Republikan, PPPI, dan PMB. Tidak ketinggalan, Partai Patriot, PSI, PNI Marhaenisme, PDK, serta PPDI. (Jawa Pos, 25 Maret 2010)

Mayoritas perempuan pilih Risma. Perempuan bias menjadi penentu dalam pilwali. Sebab, tingkat partisipasi perempuan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria. Hal itu diungkapkan anggota KPU Divisi Teknik Penyelenggaraan, Edward Dewaruci “dalam pemilu apapun, perempuan memang lebih partisipatif”. (Jawa Pos, 8 April 2010)

Populasi warga Madura di Surabaya memang tidak banyak. Berdasar situs Wikipedia, jumlahnya sekitar 7,5 persen dari penduduk metropolis yang mencapai 3 juta jiwa. Itu berarti sekitar 225 ribu jiwa. Meski demikian, para Cawali dan Cawawali tetap berebut meraih


(23)

dukungan dari mereka. Itu juga dilakukan pasangan Bagio Fandi Sutadi dan Mazlan Mansur (Dimaz). Dua partai pengusung Dimaz, yakni PKB dan Gerindra, bakal mengoptimalkan potensi dari Etnis Madura tersebut. Pasangan tersebut juga terus menyosialisasikan visi-misinya. Salah satu program yang gencar dipromosikan adalah janji melepas tanah berstatus surat ijo. (Jawa Pos, 19 Maret dan 2 April 2010)

Ratusan warga dari 14 kelurahan di Surabaya kemarin tumplek-blek di Gedung Astranawa. Mereka mendapat pelatihan singkat penggalangan massa dari Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz. Setelah pelatihan mereka sepakat memenangkan pasangan independen Fitradjaja Purnama dan Naen Suryono. Dia mengungkapkan, program yang diusung amat memperhatikan kehidupan warga miskin di Surabaya. “Saya bermimpi membangun Surabaya sebagai kota global yang prorakyat miskin,” katanya. Menurut dia, pembangunan kota global tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur. “Tapi, konsep pembangunan saya anti penggusuran,” katanya. (Jawa pos, 1 April 2010)

Anggota KPU, Edward Dewaruci menjelaskan, kelurahan telah berupaya maksimal untuk menyusun DPT, terutama dalam menghilangkan pemilih siluman (ghost voter). "Sangat mungkin jumlahnya berkurang," ucap dia. Sebagaimana diketahui, tiga hari lalu ghost voter yang bisa diidentifikasi mencapai 19 ribu orang.

KPU kemarin membeberkan beberapa desain surat suara. Ada beberapa pilihan. Namun, secara umum, background foto yang dipakai


(24)

berwarna putih, sesuai dengan hasil kesepakatan bersama tim pe-menangan. Warna baju yang dikenakan pasangan dengan nomor urut 1 (Bagio Fandi Sutadi-Mansur Mazlan) adalah hijau, Fandi Utomo-Yulius Bustami (hitam), Arif Afandi-Adies Kadir (putih), Tri Rismaharini-Bambang D.H. (merah), dan Fitradjaja -Naen Suryono (biru). (Jawa Pos edisi 20 April 2010)

Yang tidak kalah penting dalam sebuah pemilihan adalah kampanye. Kegiatan kampanye merupakan agenda rutin yang tak pernah ditinggalkan. Melalui kampanye, tiap pasangan Cawali dan Cawawali memiliki kesempatan menggambarkan visi-misinya secara jelas dan terperinci. Kampanye dapat dilaksanakan dalam Sembilan bentuk aktifitas, yaitu pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, penyebaran melalui media cetak maupun elektronik, siaran radio dan televisi, menyebarkan bahan kampanye ke publik, pemasangan alat peraga di tempat umum, rapat umum, debat publik antar calon dan kegiatan lain. Kegiatan lain ini, diterangkan seperti hiburan yang mengandung unsur budaya. Kampanye dan Pemilu merupakan sumber legitimasi pemerintahan yang akan dibentuk dengan rakyatnya, melalui azas demokrasi.

Menurut Assegaf (1991:11) Pemberitaan melalui media merupakan kesempatan yang bagus bagi partai politik untuk menggambarkan visi dan misinya. Pemberitaan melalui media dapat dijadikan dasar penilaian masyarakat untuk memilih pasangan Cawali dan Cawawali yang dikehendaki. Melalui media, segala bentuk kegiatan tersebut secara efektif


(25)

dapat diketahui visi-misi, ideologi maupun pandangan tiap calon dalam menyerap berbagai macam problematika dan aspirasi masyarakat. Tiap individu berhak memilih pasangan calon yang visi-misinya sesuai aspirasi atau secara singkat mewakili kepentingannya dan dapat membawa Kota Surabaya menjadi lebih maju lagi.

Pemberitaan berita politik salah satunya melalui media massa. Lewat media, partai politik bisa menjangkau sejumlah besar khalayak yang tersebar luas. Sifat media yang mampu menarik perhatian khalayak, bahkan mampu menyajikan rangkaian dan pilihan berita yang peka terhadap lingkungannya patut dipertimbangkan oleh partai politik dalam mencapai tujuannya.

Berdasarkan pentingnya surat kabar bagi partai politik sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, dan besarnya perhatian yang diberikan terhadap peristiwa ini, serta untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan surat kabar dalam memuat berita Pilwali Surabaya 2010, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja Surabaya tentang pemberitaan Pilwali Surabaya 2010 dimulai bulan Maret sampai dengan saat ini. Liputan berita-berita Pilwali Surabaya yang diteliti adalah yang terdapat di rubrik “Pilwali 2010” pada surat kabar Jawa Pos.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori SOR, dimana teori ini stimulus berupa pesan yaitu rubrik pilwali di media massa, khususnya Jawa Pos dalam hal ini bagaimana fungsi media untuk


(26)

memberikan informasi terkait Pilwali yang akan di selenggarakan tanggal 2 Juni 2010, maka masyarakat akan menganggap bahwa permasalahan yang berkaitan dengan pilwali Surabaya 2010 merupakan permasalahan yang patut mendapat perhatian dari seluruh lapisan masyarakat.

Alasan peneliti mengambil surat kabar Jawa pos dikarenakan sebagai salah satu media cetak terbesar yang terbit di Pulau Jawa dan beredar di seluruh pelosok Jawa Timur. Selain itu, Jawa Pos yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang

suku, agama, ras, dan golongan. (www.Jawapos.co.id,8/10/2007). Jawa

Pos merupakan surat kabar yang sifatnya menasional dengan peredaran lebih dari 1 juta eksemplar per hari yang paling berpengaruh. Oleh karena peredarannya yang luas maka Jawa Pos menjadi sangat diakui keberadaannya di Indonesia. Selain itu, surat kabar Jawa Pos juga memberikan perhatian khusus terhadap peristiwa Pilwali Surabaya. Hal ini dibuktikan dengan dimuatnya berita tersebut di dalam satu rubrik tentang Pilwali Surabaya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap rubrik Pilwali Surabaya 2010 dalam harian Jawa Pos periode Maret sampai April, dalam rentan waktu tersebut banyak terjadi peristiwa-peristiwa menarik dan dipilih karena alasan. Di bulan Februari awal pendaftaran bagi Cawali dan Cawawali Pilwali Surabaya serta penentuan Cawali dan Cawawali. Sedangkan di bulan Maret awal


(27)

penentuan nomor urut pasangan calon, sedangkan bulan Mei sampai Juni merupakan masa kampanye dan pelaksanaan Pilwali Surabaya

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan diuraikan di atas, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut: “bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja Surabaya tentang pemberitaan Pilwali 2010 di Jawa Pos edisi maret – April”

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja Surabaya tentang pemberitaan Pilwali 2010 di Jawa Pos.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yaitu:

1. Kegunaan secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.


(28)

2. Manfaat secara Praktis

Yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pilwali 2010. Sehingga masyarakat dapat mengenali Cawali dan Cawawali dengan baik serta motifnya dalam membangun Kota Surabaya.


(29)

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Definisi Media Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah banyak dengan menggunakan media. (Effendi, 2003:79-80)

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan


(30)

hiburan. (Mc. Quail, 2005:3)

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti, 2000:3)

Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dan oleh karenanya perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi, edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat sedemikian rupa sehingga mencapai sasaran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu arah (one way traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. (Effendi, 2003:314)

Media massa yang digunakan sebagai sumber berita tentang Kampanye Antisuap dalam penelitian ini yaitu media cetak berupa surat kabar yang menginformasikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Kampanye Antisuap baik berupa informasi, himbauan ataupun iklan layanan masyarakat.


(31)

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya, peran media massa adalah (Bungin, 2006:85) :

1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi.

Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.

2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media

yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka, jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of

change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator


(32)

adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian media masa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

Dalam penelitian ini, media massa yang digunakan adalah media cetak berperan sebagai media edukasi dan media informasi bagi masyarakat sebagai khalayak. Artinya media massa berperan sebagai media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya lebih cerdas dan terbuka pikirannya akan berbagai informasi seperti halnya informasi tentang Kampanye Antisuap. Diharapkan media massa dapat menjadi media yang dapat menyalurkan berbagai informasi penting kepada masyarakat tentang Kampanye Antisuap sehingga pada akhirnya dapat merubah perilaku masyarakat jika melanggar peraturan untuk tidak melakukan suap kepada aparat yang berwenang.

2.1.3. Definisi Surat Kabar

Menurut Junaedhie (2002:12) pers disebut sebagai surat kabar, sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak seperti lembaran kerja berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Sedangkan surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu media penyampai pesan yang


(33)

sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

2.1.4. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian kelompok. (Susanto, 2000 :115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya.

2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.

3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

(Susanto, 2000: 116)

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif,


(34)

menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri. (Effendy, 2003: 149)

Sementara (Sumadiria, 2005 : 32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi

secepat cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual, akurat, faktual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers

hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai

wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai

pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator

atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.


(35)

Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2003:91) adalah sebagai berikut : a. Publisitas

Yaitu penyebarannya kepada publik atau khalayak dan bersifat umum. Dengan ciri ini, maka penerbitan yang bentuk dan fisiknya sama dengan surat kabar tidak bisa disebut surat kabar apabila diperuntukkan untuk sekelompok orang atau segolongan orang. Penerbitan yang sifatnya khusus, tidak termasuk surat kabar.

b. Periodesitas

Yaitu keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali dalam seminggu. Kalaupun ada yang diterbitkan lebih dari satu kali, terbitnya tidak teratur.

c. Universalitas

Yaitu kesemastaan isinya, beraneka ragam dari seluruh dunia. Isi surat kabar haruslah berita-berita yang mencakup berita yang ada dari dalam maupun luar negeri, sehingga khalayak (audience) mengetahui segala jenis kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi di seluruh dunia. d. Aktualitas

Yaitu laporan mengenai peristiwa yang terjadi dan dilaporkan harus benar atau bisa juga kecepatan laporan tanpa mengesampingkan pentingnya kebenaran berita.


(36)

Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas. (Deddy Iskandar 2005:22)

2.1.7. Jenis Berita

Menurut Deddy Iskandar dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Televisi, berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Hard News (Berita berat), adalah berita tentang peristiwa yang

dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi.

b. Sofat News (Berita ringan, adalah berita yang tidak terikat dengan

aktualisasi namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.

c. Investigasi Reports (Laporan penyelidikan), adalah jenis berita yang

eksklusif karena datanya didapat melalui proses penyelidikan.

2.1.8. Berita Mengenai Pilwali Surabaya 2010

Pada penelitian ini berita yang dimaksud adalah berita tentang Pilwali Surabaya 2010 yang dimuat pada harian Jawa Pos mulai tanggal 10 Maret hingga 20 April 2010. Dalam tanggal tersebut banyak terdapat informasi mengenai berbagai hal atau informasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan Pilwali 2010.


(37)

disajikan oleh Jawa Pos untuk memberikan informasi pada masyarakat secara umum, khususnya masyarakat Surabaya terkait penyelenggaraan Pilwali, kapan penyelenggaraannya, siapa saja calonnya, cara pemlilihannya dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan Pilwali Surabaya 2010.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya akhirnya menetapkan pasangan yang berhak mengikuti perebutan kursi wali kota-wakil wali kota. Sesuai prediksi banyak pihak, lima diantara enam pasangan dinyatakan memenuhi syarat untuk maju pilwali. Satu pasangan, Alisjahbana-Chrisman Hadi, dicoret karena gagal memenuhi syarat pendaftaran. Keputusan tersebut tertuang dalam pengumuman KPU Nomor 65/KPU-Kota-014.329945/III/2010 tertanggal 31 Maret 2010.

Pemutakhiran Daftar Pemilih Sementara (DPS) menjadi salah satu isu penting dalam tahap Pilwali saat ini. Maklum, 18 April nanti, DPS dipisahkan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT). Biasanya, kisruh soal coblosan sering terjadi karena ketidakberesan DPT. Sebelum Panitia Pemungutan Suara (PPS) mengesahkan DPT pada 18 April mendatang, siapa pun bisa meminta dilakukan perbaikan data.

Dari pemberitaan mengenai Pilwali tersebut maka diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat Surabaya terkait pemilihan walikota Surabaya 2010. Sehingga masyarakat dapat


(38)

mereka sangat penting untuk perkembangan kota Surabaya ke depannya.

2.1.9. Pengetahuan

Pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi dari efek komunikasi massa, yang diklasifikasikan dalam efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui atau dipahami dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi (Rakhmat, 2004: 219). Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya binggung menjadi merasa jelas. (Effendy,2003:318)

Pada kamus besar bahasa Indonesia (Poerwodarminto,1982:214), pengetahuan berasal dari kata “tahu” dimana arti pengetahuan itu sendiri adalah segala apa yang diketahui/akan diketahui yang berkenaan dengan sesuatu hal. Definisi pengetahuan mengacu pada apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga ia dapat secara jelas menindak lanjuti informasi yang telah diketahui. (Eriyanto,1999:238)

Penelitian mengenai pengetahuan mengkaji sejauh mana komunikan menerima dan mengingat pesan dari komunikator berupa sebuah pemberitaan yang diungkap melalui penggunaan kata-kata.


(39)

melalui akal pikirannya. Sehingga akal pikirannya terus berkembang mencari sesuatu yang ingin diketahuinya melalui proses berpikir. Menurut Suriasumantri (1998), pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu dan merupakan segenap khasanah kekayaan mental yangh secara tidak langsung maupun tidak langsung turut memperkaya kehidupan.

Dalam penelitian ini mengukur pengetahuan remaja Surabaya terhadap berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos.

2.1.10. Remaja Sebagai Khalayak

Remaja merupakan sasaran komunikasi massa melalui media cetak. Komunikasi dapat efektif, apabila pembaca terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator. Dalam penelitian masyarakat adalah yang membaca surat kabar Jawa Pos.

Dengan demikian untuk memenuhi sebagian kebutuhannya, khalayak bebas untuk memilih dan menggunakan sejumlah media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lainnya (non media) sepanjang itu dapat menunjang atau memperteguh (reinforcement) nilai, sikap dan pengalaman terhadap suatu obyek tertentu.


(40)

Pilkada atau Pilwali merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten atau kota berdasarkan pancasila dan undang undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah. (pasal 1 ayat (1) PP No. 6/2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah).

Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, bupati dan wakil bupati untuk kabupaten, dan walikota dan wakil walikota untuk kota. (pasal 1 ayat (2) PP No. 6/2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah).

Penetapan kepala daerah, pertama wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah suara yang sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih. Kedua, pasangan calon yang memperoleh lebih dari 25% dari jumlah suara yang sah, pasangan calon dengan perolehan suara terbesar ditetapkan sebagai calon terpilih.

2.1.13. Teori SOR

Teori SOR sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan


(41)

komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O)

c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi, berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian


(42)

Organism :

 Perhatian

 Pengertian

 Penerimaan

Stimulus

Response (perubahan

sikap)

Gambar 2.2. Teori SOR

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Pada penelitian ini, masyarakat yang menjadi obyek dalam penelitian ini berfungsi sebagai organisme yaitu pihak yang menerima rangsangan atau stimulus dari surat kabar berupa berita seputar Pilwali Surabaya 2010. Selanjutnya masyarakat akan memproses stimulus yang diterimanya dan pada akhirnya akan memberikan pengetahuan yang lebih dalam mengenai Pilwali Surabaya 2010 yang akan diselenggaraka pada 2 Juni mendatang.


(43)

Pilwali Surabaya 2010 akan diselenggarakan pada 2 Juni 2010. Setiap Cawali dan Cawawali sudah mulai melakukan kampanye politik terkait dengan pencalonan mereka sebagai orang nomor satu di Kota Surabaya yang akan dipilih oleh masyarakat Surabaya, khususnya remaja Surabaya. Namun apakah selama ini kampanye yang mereka lakukan sudah cukup memberitahukan pada masyarakat Surabaya tentang kelayakan mereka sebagai calon pemimpin Surabaya. Tidak sedikit remaja Surabaya belum mengenal sosok Cawali Surabaya, bahkan nama Cawalinya saja mereka belum mengetahui. Kemudian terkait dengan penyelenggaraan Pilwali 2010 banyak pula dari remaja yang tidak mengetahui kapan dan tanggal berapa Pilwali akan diselenggarakan.

Kenyataan ini menunjukkan kurangnya pengetahuan remaja Surabaya tentang Pilwali yang rencananya akan diselenggarakan pada 2 Juni mendatang. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh bagi antusiasme masyarakat terhadap penyelenggaraan Pilwali. Sungguh ironis, padahal cawali yang terpilih akan menentukan masa depan Surabaya ke depannya.

Akan tetapi harian Jawa Pos hadir dengan menyajikan berita seputar penyelenggaraan Pilwali Surabaya 2010. Surat kabar harian yang lokasi produksinya bertempat di Surabaya ini berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi penyelenggaraan Pilwali Surabaya. Yang meliputi penyelenggaraannya serta sosok Cawali dan Cawawali yang akan berkompetisi dalam Pilwali tersebut. Berita mengenai Pilwali


(44)

SURABAYA 2010” dan selalu diberitakan setiap hari.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka berpikir yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tingkat pengetahuan

masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan di Jawa Pos:

a. Tinggi

b. Sedang

c. Rendah

Masyarakat Surabaya

- Perhatian

- Pengertian

- Penerimaan

Stimulus yang berupa berita mengenai Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos


(45)

3.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana dalam pendekatan deskriptif kuantitatif akan dapat menginterpretasikan secara rinci pengetahuan masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010 yang diberitakan oleh harian Jawa Pos secara berlanjut, namun dalam penelitian ini mulai bulan Maret sampai April 2010.

Dengan menggunakan metode analisis tabel frekuensi, pengetahuan masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan di Jawa Pos yang dilakukan peneliti dapat menghasilkan uraian yang mendalam tentang hasil pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan peneliti.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999:22).


(46)

melalui pemberitaan di Jawa Pos merupakan suatu pengetahuan masyarakat di Surabaya yang berumur 17 tahun ke atas dalam menerima arus informasi atau pesan tentang Pilwali Surabaya 2010 di surat kabar Jawa Pos, yang dinyatakan melalui pernyataan verbal setelah diberikan pertanyaan meliputi pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan di di surat kabar Jawa Pos. Sehingga dari pengetahuan masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010 yang diberitakan di surat kabar Jawa Pos dapat dioperasionalisasikan sebagai berikut :

a. Berita Pilwali Surabaya 2010

Berita tentang Pilwali Surabaya 2010 yang disajikan oleh surat kabar Jawa Pos meliputi penyelenggaraan dan Cawali yang berkompetisi dalam Pilwali tersebut. Informasi mengenai Pilwali Surabaya 2010 mempunyai rubrik khusus yang selalu diberitakan setiap hari oleh Jawa Pos mengingat penyelenggaraan Pilwali sudah dekat.

b. Berita Pilwali Surabaya 2010 dimuat mulai 10 Maret s/d 20 April

2010.

Berita tentang Pilwali Surabaya 2010 yang dimuat di Jawa Pos pada tanggal 10 Maret s/d 20 April yang memuat tentang penyelenggaraan serta Cawali yang berkompetisi dalam Pilwali Surabaya 2010. Misalnya kapan Pilwali akan diselenggarakan, yakni pada 2 Juni 2010.


(47)

suaranya dan sosok dari setiap Cawali yang mencalonkan diri.

3.2.2 Pengukuran Variabel

Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Surabaya Surabaya yang berumur 17 tahun ke atas tentang Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan di Surat kabar Jawa Pos dengan alternatif pilihan yang dinyatakan dalam jumlah skor atas pertanyaan atau kuesioner yaitu :

1. Bila jawaban responden benar maka dikategorikan pada jawaban

“Tahu” diberi skor 2

2. Bila jawaban responden salah maka dikategorikan pada jawaban

“Tidak Tahu” diberi skor 1

Maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan rumus :

diinginkan yang

jenjang

terrendah) skor

quesionerX tertinggi)

Xskor (quesioner

interval (

Jadi :

(12 x 2) – (12 x 1) = 4 3

Tinggi = 21 – 24 Sedang = 17 – 20 Rendah = 12 – 16


(48)

ragu atau kurang setuju (undecided), alasannya adalah sebagai berikut :

a. Kategori ragu-ragu (undecided) memiliki arti ganda, ganda disini dapat

diartikan belum dapat memberikan jawaban (nisa netral bisa ragu-ragu). Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrumen).

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawaban.

c. Disediakan jawaban ragu-ragu ditengah akan menghilangkan

benyaknya data peneliti sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden. ( Hadi, 1981:20)

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang membaca berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos yang menjadi khalayak sasaran (target audience). Masyarakat sasaran dalam penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia 17 tahun ke atas. Dengan alasan karena pada usia 17 tahun setiap warga negara mempunyai hak pilih. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berjumlah berjumlah 2.013.045 juta jiwa. (BPS 2007)


(49)

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan Pemirsa atau responden bertempat tinggal di kota Surabaya. Sedangkan berdasarkan rumus rumus Yamane maka dipilih 100 responden yang representative, yaitu sebagai berikut :

1 N(d) N n 2  

Keterangan : N = Populasi n = Jumlah sampel.

d = Presisi (derajat ketelitian 10% = 0,1) 1 = angka konstan

100 99 , 99 1 (0,1) 2.013.045 2.013.045

n 2  

 

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposif (purposive sampling). Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan masayarakat Surabaya terhadap pemberitaan Pilwali Surabaya 2010 di surat kabar Jawa Pos. Maka kriteria yang ditentukan peneliti adalah masyarakat Surabaya yang baru pertama kali menggunakan hak pilih (pemula), yang membaca surat kabar Jawa Pos dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu.


(50)

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Yang dimaksud data primer adalah data yang berupa jawaban dari kuisioner yang diberikan berupa jawaban yang diberikan sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku penunjang.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh perusahaan bernama PT. Jawa Pos Concern Ltd. berlokasi di Jalan Kembang Jepun 166-169. Pendirinya seorang warga negara Indonesia keturunan, kelahiran Bangka, bernama The Chung Shen (Soeseno Tedjo). Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan, maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama Jawa Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.

Sejak tahun 1951 pemimpin redaksinya adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang Republikan yang tak pernah goyang. Pada saat itu The Chung Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan dengan tiga bahasa berbeda. Surat kabar yang berbahasa

Indonesia bernama Jawa Post, yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau


(52)

Pada tahun 1962 harian Van Vrije Pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily

News pada tahun 1981 terpaksa beerhenti karena minimnya iklan. Sedangkan

meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chiau Shin Wan. Maka pada tahun 1981 hanya Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak di percetakan Aqil di Jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Sejak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan De Virje Pers di Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan ejaan pada tahun 1958 Jawa Pos berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah menjadi Jawa Pos. Pada periode tahun 1971-1981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar, namun pada tahun1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700 eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada kota lain. Penurunan tersebut terjadi karena sistem manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelola usaha tersebut serta


(53)

Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan mnerima tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982, pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers, Eric Samola, SH untuk membenahi kondisi PT. Jawa Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan sejak itulah perkembangan Jawa Pos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien Hwa, SH No. 8 Pasal 4 menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat Menpen No.I/Per 1/Menpen/84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20 persen dari saham harus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan kepopuleran Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya, pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca Koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya sore hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak warga yang menertawai “Koran kok pagi” banyak diantaranya menolak. Banyak agen dan loper yang menolak. Manajemen memutar otak kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan?. Akhirnya ditemukan cara lain: istri-istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran termasuk istri Dahlan Iskan


(54)

masih kecil, dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran Jawa Pos atau usaha suaminya dan kelak di kemudia hari beberapa istri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos.

Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih Koran Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar per hari. Sampai dengan tahun 1985, harian Jawa Pos terbit 16 halaman setiap harinya dan ditambah suplemen Ronce setiap hari Senin, Rabu, Sabtu.

Pada perkembangan selanjutnya, untuk memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antara lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan, diantaranya terbit 24 halaman setiap harinya. Dengan terbit 24 halaman ini, harian Jawa Pos terbagi dalam tiga sesi.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi

sebuah kelompok media yang sangat besar adalah adanya JPNN (Jawa Pos News

Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung

berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos, sehingga berita luar daerah tidak perlu mengerjakan layoutnya di Surabaya dan mengirimkan ke JPNN. Ketika media online sedang berkembang, Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan ikut berpartisipasi dengan www.jawapos.co.id.


(55)

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi, akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1 juta eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik dengan redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal. Lalu muncullah ide ekspansi yakni membuat koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskan usai studi di Amerika dan negara maju lainnya dimana setiap kota mempunyai satu koran. Ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu koran dan ini dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos untuk mendirikan koran di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak diantaranya yang didirikan Jawa Pos.

Berhasil di satu kota dilakukan, di kota lain gagal, mencoba lagi di kota lain dan April 2001 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 grup. Koran-koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga mendirikan koran-koran, majalah, atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari Jawa Pos.

Kini hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat Jawa Pos Group

kecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran namun juga percetakan, pabrik kertas, real estate, hotel, bursa sampai travel agen ini semua berada ditangan Dahlan Iskan.


(56)

Dicetak diatas 360.000 eksemplar setiap hari, Jawa Pos kini menduduki peringkat kedua dalam urutan sepuluh koran besar di Indonesia. Basis pemasaran terkuat berada di Jawa Timur, menyusul berkembang di Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, hingga Papua. Dengan orientasi segmentasi menengah atas, Untuk meningkatkan kualitas layanan pembaca, Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh dengan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Bali, Banyuwangi, Nganjuk, Solo, Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin, dan dipersiapkan di beberapa kota lain di Indonesia. Jawa Pos mulai diminati warga Indonesia yang tinggal di Malaysia dan Arab Saudi. Kini Jawa Pos terbit 48 halaman.

1. Koran 1 (Bagian utama) memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa

nasional maupun internasional.

2. Koran 2 (Olah raga / sportivo) memuat berita seputar olah raga.

3. Koran 3 (Metropolis) memuat berita-berita tentang daerah Surabaya dan

seputar Jawa Timur.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia informasi surat kabar Jawa Pos memberikan rubric khusus seputar Pilwali kota Surabaya. Dalam rubric tersebut berbagai informasi terkait pemilihan walikota Surabaya diberitakan, misalnya profil calon walikota, mekanisme pemilihan dan sebagainya. Yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah pemberitaan Pilwali kota Surabaya di surat kabar Jawa Pos edisi 10 Maret s/d 20 April.


(57)

pemberitaan mengenai Pilwali kota Surabaya. Dalam penelitian ini peneliti menentukan criteria pada sampel yang akan diteliti. Sampel yang akan diteliti adalah masyarakat Surabaya yang berumur 17 tahun dan 18 tahun dan baru pertama kali mempunyai hak pilih (pemula). Tentunya mereka lebih membutuhkan informasi mengenai pelaksanaan Pilwali kota Surabaya.

4.2 Penyajian dan Analisis Data 4.2.1 Identitas Responden

Data yang ada pada bagian ini adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir dan pekerjaan/kesibukan responden. Data ini diperlukan untuk dapat menjelaskan secara umum responden yang ada selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut ini :

4.2.1.1 Usia Responden

Dari hasil kuesioner yang dapat diketahui bahwasannya dari 100 responden yang membaca berita mengenai Pilwali kota Surabaya 2010 di surat kabar Jawa Pos mempunyai jenjang usia 17 tahun sampai 18 tahun.

Tabel 4.1 Usia Responden

(n = 100)

NO USIA RESPONDEN F %

1 17 tahun 46 46

2 18 tahun 54 54

Jumlah 100 100


(58)

Dari hasil tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang diperoleh oleh peneliti berjumlah 100 responden dengan usia berbeda tapi sebagai pemula dalam pemilu. Antara lain pada tabel No 1 menjelaskan bahwa responden yang berusia 17 yaitu sebanyak 54 orang atau 54% dari keseluruhan jumlah responden. Sedankan responden yang berusia 18 tahun sebanyak 46 orang atau 46% dari total keseluruhan responden.

4.2.1.2 Pendidikan Terakhir Responden

Pada tabel 4.3 dibawah ini menjelaskan tentang identitas responden mengenai pendidikan terakhir yang disandang oleh responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Pendidikan Terakhir Responden

NO PENDIDIKAN F %

1 SD 0 0

2 SMP / Sederajat 39 39

3 SMA / Sederajat 61 61

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.2

Dari hasil tabel 4.3 diketahui bahwa sebesar 61% responden memiliki pendidikan terakhir adalah SMA (Sekolah Menengah Atas), 39% responden pendidikan terakhirnya yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sedangkan 0% responden dengan pendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar). Kebanyakan dari responden saat ini sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dengan status sebagai mahasiswa.


(59)

4.2.2 Terpaan Surat Kabar Jawa Pos

4.2.2.2 Frekuensi Masyarakat Surabaya Membaca Berita Pilwali Kota Surabaya 2010 di Surat Kabar Jawa Pos

Frekuensi masyarakat dalam membaca berita mengenai Pilwali kota Surabaya 2010 di surat kabar Jawa Pos terbagi menjadi empat kategori untuk memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan tentang berapa kali dalam seminggu mereka membaca berita tersebut. Dari tabel ini dapat diketahui frekuensi responden dalam membaca berita mengenai Pilwali kota Surabaya 2010 di surat kabar Jawa Pos :

Tabel 4.3

Frekuensi Membaca Berita Mengenai Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos Dalam Satu Minggu

(n=100)

NO FREKUENSI MENONTON F %

1 ≤ 3 kali 5 5

2 4 kali 10 10

3 5 kali 60 60

4 Lebih dari 6 kali 25 25

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.3

Penjelasan yang diperoleh dari tabel 4.6 diatas adalah kebanyakan responden pernah membaca berita mengenai Pilwali 2010 di surat kabar Jawa Pos lebih dari 6 kali dalam seminggu yaitu sebanyak 25 responden (25%). Hal ini sangat membantu dalam penelitian ini karena terpaan yang berulang-ulang akan lebih berpengaruh bagi responden, khususnya mengenai pengetahuan responden


(60)

nantinya akan menimbulkan ingatan yang kuat terhadap isi dari berita mengenai Pilwali 2010 tersebut, sehingga responden nantinya akan lebih memahami daftar pertanyaan yang diajukan peneliti pada lembar kuesioner.

4.3 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos

Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai pemberitaan Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos peneliti membuat 12 pertanyaan yang akan diajukan pada 100 responden. Pertanyaan tersebut berpedoman pada isi berita dalam rubrik khusus Pilwali Surabaya 2010 harian Jawa Pos. Responden diharuskan menjawab pertanyaan dengan opsi dua pilihan yaitu “tahu” diberikan skor 2 dan “tidak tahu” diberikan skor 1. Dalam hal ini bagaimana pemberitaan di Jawa Pos dapat mempengaruhi pengetahuan (kognisi) masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010. Berikut ini akan disajikan tabel – tabel tentang bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos. Selengkapnya sebagai berikut ini:

1. Responden tahu berita mengenai Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos

Harian Jawa Pos terbilang aktif dalam memberitakan seputar Pilwali Surabaya 2010, khususnya pada bulan Maret sampai dengan April 2010. Bahkan harian yang berlokasi di Surabaya ini mempunyai rubrik khusus “Pilwali Surabaya 2010”. Informasi mengenai Pilwali diberitakan setiap hari secara


(61)

periodik. Kemudian sejauh mana responden yang merupakan masyarakat Surabaya mengetahui mengenai berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos.

Tabel 4.4

Responden tahu berita mengenai Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 100 100%

Tidak Tahu 0 0%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.5

Tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini menjawab tahu dengan adanya berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos. Terbukti dengan dengan semua responden yang menjawab tahu, yaitu 100% responden dengan pertanyaan bahwa mereka mengetahui berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos. Hal ini disebabkan dalam penelitian ini yang akan dijadikan responden adalah masyarakat yang mengetahui dan membaca berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos.

2. Responden tahu kapan akan diselenggarakannya Pilwali Surabaya 2010 yang di muat di Jawa Pos

Berikut ini akan disajikan mengenai tingkat pengetahuan responden mengenai kapan diselenggarakannya Pilwali Surabaya 2010 yang dimuat di harian Jawa Pos. Pelaksanaan Pilwali Surabaya 2010 diadakan pada bulan Juni, tepatnya 2 Juni 2010. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(62)

Tabel 4.5

Responden tahu kapan akan diselenggarakannya Pilwali Surabaya 2010 yang di muat di Jawa Pos 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 82 82%

Tidak Tahu 8 8%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.6

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar responden dalam penelitian ini tahu, yaitu sebanyak 82% responden dan sisanya 8% responden menjawab tidak tahu bahwa mereka mengetahui kapan penyelenggaraan Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan di Jawa Pos. Hal ini disebabkan karena tanggal penyelenggaraan Pilwali sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat. Hamper semua responden mengetahui bahwa diselenggarakannya Pilwali Surabaya 2010 tanggal 2 Juni 2010. Pada saat itulah masyarakat akan menentukan siapa yang akan dipilih untuk memimpin kota Surabaya 5 tahun ke depan. Akan tetapi beberapa responden lainnya menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang akan diselenggarakannya Pilwali Surabaya 2010 melalui media televise atau internet.

3. Responden mengetahui Jumlah Calon walikota Surabaya 2010 yang dimuat di harian Jawa Pos

Berikut ini akan diketahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya tentang jumlah calon walikota Surabaya 2010. Harian Jawa Pos memberitakan jumlah calon walikota Surabaya 2010 yang terdiri dari 5 pasangan


(63)

cawali yang akan berkompetisi untuk dapat memimpin kota Surabaya 5 tahun ke depan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7

Responden mengetahui Jumlah Calon walikota Surabaya 2010 yang dimuat di harian Jawa Pos 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 63 63%

Tidak Tahu 37 37%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.7

Data diatas menunjukkan sebanyak 63% responden mengetahui jumlah calon walikota Surabaya 2010 setelah membaca berita di Jawa Pos. Sedangkan sebanyak 37% responden menjawab tidak tahu terkait masalah pemberitaan jumlah walikota Surabaya tersebut. Hal menggambarkan bahwa sebagian besar responden mengetahui jumlah calon walikota Surabaya 2010 setelah membaca pemberitaan di harian Jawa Pos, yaitu pada rubric khusus “Pilwali Surabaya 2010”. Hamper setiap hari harian yang tempat produksinya di Surabaya ini selalu menyajikan gambar calon walikota dan pasangannya, yakni terdapat 5 cawali yang berkompetisi untuk menjadi orang nomor 1 di Surabaya. Akan tetapi sebagian responden yang lain menjelaskan bahwa mereka mengetahui jumlah calon walikota melalui media lain, misalnya televise, spanduk serta media publikasi lainnya.


(64)

4. Responden mengetahui profil dari calon walikota Surabaya 2010 melalui pemberitaan di harian Jawa Pos

Menjadi sebuah keharusan untuk mengetahui profil dari setiap calon walikota Surabaya 2010 sebagai pertimbangan dalam menentukan pilhan. Dalam rubric “Pilwali Surabaya 2010” harian Jawa Pos memberikan informasi mengenai profil dari setiap calon yang berkompetisi untuk memimpin kota Surabaya 5 tahun kedepan. Berikut ini akan disajikan bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat suarabaya tentang profil dari calon walikota Surabaya 2010. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 8

Responden mengetahui profil dari calon walikota Surabaya 2010 melalui pemberitaan di harian Jawa Pos 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 43 43%

Tidak Tahu 57 57%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.8

Hasil diatas menunjukkan bahwa sebanyak 57% responden menjawab tidak tahu dan 43% responden menyatakan tahu menganai profil dari calon walikota Surabaya 2010 yang diberitakan oleh harian Jawa Pos. Sebagian besar responden tidak mengetahui profil dari calon walikota Surabaya 2010 yang diberitakan oleh Jawa Pos karena responden yang masih terbilang remaja mempunyai kecenderungan untuk tidak memperhatikan terlalu detail terkait


(65)

dengan profil setiap calon walikota walaupun sudah diberitakan dalam rubric “Pilwali Surabaya 2010”. Selain itu mereka mengetahui profil calon walikota melalui media lainnya seperti televise, internet atau billboard yang terpampang di jalanan. Akan tetapi responden lainnya berpendapat sangat penting mengetahui profil dari setiap calon walikota untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan calon mana yang lebih pantas memimpin kota Surabaya kedepannya.

5. Responden mengetahui setiap calon walikota berasal dari partai apa

Dalam sebuah Pemilu latar belakang partai dari setiap calon akan berpengaruh kuat dalam mendapatkan dukungan atau suara dari masyarakat. Kebanyakan calon terpilih adalah mereka yang dicalonkan oleh partai yang sedang berkuasa dalam sebuah pemerintahan. Dalam hal ini Jawa Pos dalam rubric “Pilwali Surabaya 2010” mengulas tentang partai yang melatar belakangi setiap calon walikota. Kemudian bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Suarabaya mengenai calon walikota yang berasal dari setiap partai berbeda. Selengkapnya akan disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Responden mengetahui setiap calon walikota berasal dari partai apa 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 35 35%

Tidak Tahu 65 65%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.9


(66)

Hasil diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 65% responden menjawab tidak tahu dan sisanya 35% responden menyatakan tahu terkait dengan pertanyaan partai yang mencalonkan setiap calon yang akan berkompetisi untuk menjadi walikota Surabaya 5 tahun kedepan. Hal ini dikarenakan kurangnya referensi dan pengalaman responden yang berusia 17 dan 18 tahun sebagai pemula dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu di dunia politik sehingga mereka kurang memperhatikan berasal dari partai apa setiap calon walikota Surabaya yang akan ditentukan pada 2 Juni 2010. Akan tetapi sebagian reponden lainnya menyatakan berasal dari partai apa calon walikota penting untuk diketahui dalam mempertimbangkan partai mana yang mempunyai reputasi baik menurut para responden.

6. Responden mengetahui visi dan misi dari setiap calon walikota Surabaya 2010 yang diberitakan di Jawa Pos

Setiap calon walikota tentunya mempunyai visi dan misi untuk membangun Surabaya menjadi lebih baik ke depannya apabila mereka terpilih. Visi dan misi setiap calon tentunya berbeda – beda demi membuat masyarakat memberikan suara dalam pilwali yang sejatinya akan diselenggarakan pada 2 Juni 2010. Rubric “Pilwali Surabaya 2010” di Jawa Pos juga menyajikan informasi mengenai visi dan misi setiap calon walikota tersebut. Maka untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai visi dan misi setiap calon walikota Surabaya 2010 pasca membaca berita di Jawa Pos akan disajikan pada tabel berikut:


(67)

Tabel 4.10

Responden mengetahui visi dan misi dari setiap calon walikota Surabaya 2010 yang diberitakan di Jawa Pos 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 66 66%

Tidak Tahu 34 34%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.10

Hasil diatas menunjukkan sebagian besar responden, yakni sebanyak 66% menjawab tahu dan sebanyak 34% responden menyatakan tidak tahu akan visi dan misi setiap calon walikota Surabaya 2010 pasca membaca berita di Jawa Pos. kenyataan ini menggambarkan pasca membaca pemberitaan di Jawa Pos tentang Pilwali Surabaya 2010 kebanyakan responden menjadi tahu visi dan misi setiap calon walikota. Hal ini dikarenakan setiap responden sangat membutuhkan informasi mengenai visi dan misi calon orang nomor 1 di Surabaya tersebut. Dimana visi dan misi setiap calon setidaknya menggambar rencana mereka dalam memajukan kota Surabaya. Namun ada pula sebagian responden yang berpendapat bahwa mereka mengetahui visi dan misi setiap calon walikota melalui media lain, misalnya televise, pamplet atau bahkan kampanye langsung yang dilakukan oleh para calon walikota.


(68)

7. Responden tahu berapa jumlah suara yang dibutuhkan calon walikota untuk terpilih menjadi walikota

Untuk dapat terpilih menjadi walikota Surabaya setiap calon harus mengumpulkan suara terbanyak, yaitu memperoleh suara 50% dari jumlah suara yang sah ditetapkan sebagai calon terpilih. Sedangkan pasangan calon yang memperoleh lebih dari 25% dari jumlah suara yang sah, pasangan calon dengan perolehan suara terbesar ditetapkan sebagai calon terpilih. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakata Surabaya tentang jumlah suara yang dibutuhkan cawali untuk menjadi calon terpilih pasca membaca berita di Jawa Pos dapat disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11

Responden mengetahui jumlah suara yang dibutuhkan cawali untuk menjadi calon terpilih 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 25 25%

Tidak Tahu 75 75%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.11

Hasil diatas menunjukkan sebagian besar responden, yaitu sebanyak 75% menjawab tidak tahu dan 25% responden lainnya menyatakan tahu dengan jumlah suara yang dibutuhkan oleh cawali untuk menjadi calon terpilih pasca membaca berita di rubric “Pilwali Surabaya 2010’ pada harian Jawa Pos. Kenyataan menggambarkan kurangnya pengetahuan responden sebagai pemilih terkait


(69)

dengan jumlah suara yang dibutuhkan cawali untuk terpilih sebagai pemimpin kota Surabaya. Hal ini disebabkan karena responden baru pertama kali menggunakan hak pilih dalam pilwali (pemula). Selain itu, kurang sederhana penyampaian informasi oleh harian Jawa Pos membuat responden kesulitan memahami dan mengerti mengenai hal tersebut.

Akan tetapi setiap individu mempunyai daya tangkap yang berbeda dalam memahami stimulus yang dating sehingga terdapat pula responden yang mengetahui jumlah suara yang dibutuhkan oleh cawali untuk menjadi calon terpilih dalam Pilwali Surabaya 2010. Pengetahuan ini didapatkan respoden walaupun bukan melalui pemberitaan di Jawa Pos mereka juga mendapatkan informasi dari media lain seperti surat kabar harian nasional lainnya.

8. Responden mengetahui cara menggunakan hak suaranya

Pada dasarnya setiap individu mempunyai satu hak suara dalam sebuah Pemilu, dalam hal ini adalah Pilwali. Hak suara tersebut tidak boleh diwakilkan kepada orang lain dan hanya bisa digunakan sendiri. Satu suara sangat berharga dalam menentukan calon mana yang akan terpilih dan memimpin kota Surabaya 5 tahun kedepan. Pemilihan dilakukan dengan mencontreng atau mencoblos. Harian Jawa Pos memberitakan tentang cara menggunakan hak pilih yang akan digunakan masyarakat untuk menentukan walikota Surabaya bahkan ditampilkan gambar nya. Maka bagaimana pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai cara menggunakan hak pilih mereka. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(70)

Tabel 4.12

Responden mengetahui cara menggunakan hak suaranya 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 82 82%

Tidak Tahu 18 18%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.12

Hasil diatas menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 82% menjawab tahu dan 18% responden lainnya menyatakan tidak tahu. Kenyataan ini menggambarkan kebanyakan masyarakat Surabaya mengetahui cara menggunakan hak pilih atau suara mereka pasca membaca berita di harian Jawa Pos. Hal ini disebabkan bahwa responden menganggap mengetahui cara menggunakan hak pilih merupakan hal yang penting karena suara yang akan diberikan berikan sangat menentukan kemajuan kota Surabaya kedepan. Namun sebagian responden lainnya mengetahui cara menggunakan hak pilih mereka melalui penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah.

9. Responden mengetahui cara pembagian daftar pemilih tetap (DPT) Daftar pemilih tetap (DPT) melalui sensus yang dilakukan oleh KPU atau KPUD sebelum akhirnya dibagikan kepada masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu dengan berpedoman pada kartu keluarga (KK). Dalam hal ini di rubric khususnya harian Jawa Pos juga menginformasikan kepada masyarakat tentang mekanisme daftar pemilih tetap (DPT) tersebut. Dari membaca berita di harian


(71)

Jawa Pos bagaiman tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya terkait pembagian DPT. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13

Responden mengetahui cara pembagian daftar pemilih tetap (DPT) 

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 75 75%

Tidak Tahu 25 25%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.13

Hasil diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 75% menjawab tahu dan sisanya 25% menyatakan tidak tahu terkait dengan cara pembagian daftar pemilih tetap (DPT) pasca membaca berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos. Kenyataan menggambarkan kebanyakan responden yang merupakan pemula mengetahui cara pembagian DPT yang dilakukan oleh pihak penyelenggara Pilwali. Hal ini disebabkan keingintahuan responden akan cara pembagaian DPT yang merupakan pemula dalam Pilwali sangat besar mengingat melalui DPT mereka dapat berpartisipasi dalam Pilwali Surabaya 2010. Akan tetapi sebagian responden lain mengetahui tentang mekanisme pembagian DPT melalui media lain seperti televise, atau Koran cetak lainnya.


(72)

10. Responden mengetahui syarat untuk menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Untuk menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT) seseorang harus memenuhi beberapa persyaratan yang sudah ditentukan. Daftar pemilih tetap cenderung menganut domisili de jure alias memiliki kartu keluarga (KK). Harian Jawa Pos dalam rubric khusus Pilwali Surabaya 2010 memberikan informasi mengenai hal tersebut. Kemudian bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya terkait dengan syarat sebagai DPT dalam Pilwali Surabaya 2010. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.14

Responden mengetahui syarat untuk menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT)  

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tahu 49 49%

Tidak Tahu 51 51%

Jumlah 100 100% Sumber : Data Kuesioner I.14

Hasil diatas menunjukkan sebagian besar responden, yakni sebanyak 51% menjawab tidak tahu dan sisanya 49% menyatakan tahu terkait dengan syarat menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT) pasca membaca berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos. kenyataan ini menggambarkan bahwa kebanyakan responden yang merupakan pemula dalam Pilwali kurang mengetahui syarat untuk menjadi DPT. Menurut mereka hal itu sudah menjadi urusan pihak penyelengara Pilwali sehingga ketika diberikan kartu DPT berarti seseorang sudah termasuk Daftar


(1)

65  

Tabel 4.17

Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos

NO Keterangan Jumlah %

1 Rendah 0 0

2 Sedang 62 62

3 Tinggi 38 38

Total 100 100

Sumber : Data yang diolah pada lampiran

Dari tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa 62% responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, 38% responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dan 0% responden terdapat pada kategori rendah. Hasil tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar responden yang dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya dan baru menjadi pemula dalam Pilwali pengetahuannya dapat dikategorikan sedang terkait berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos. Masyarakat mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Pilwali namun tidak secara keseluruhan mereka memahami tentang Pilwali Surabaya 2010.

Surat kabar Jawa Pos memberitakan seputar Pilwali Surabaya 2010 dalam rubrik khusus “Pilwali 2010” setiap hari sebagai upaya dalam memenuhi fungsinya sebagai media informasi. Isi berita yang disampaikan dengan gaya penulisan harian yang berlokasi di Surabaya ini mudah dimengerti oleh khalayak, tapi tidak semua khalayak khususnya yang berusia 17 dan 18 tahun dapat memahaminya. Pada usia tersebut sebagian besar khalayak baru lulus dari bangku pendidikan menengah atas dan baru menginjak pendidikan diperguruan tinggi,


(2)

66  

terlebih lagi mereka baru pertama kali berpartisipasi dalam Pilwali (pemula). Hal inilah yang kemudian membuat mereka dapat menangkap stimulus yang muncul yaitu berita mengenai Pilwali Surabaya 2010 tetapi tidak memahami secara keseluruhan pelaksanaan dari Pilwali tersebut.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan pada bab sebelumnya, yaitu hasil pembahasan yang juga telah dijabarkan dengan penyajian data dalam bentuk tabel – tabel frekuensi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai Pilwali Surabaya 2010 yang diberitakan oleh harian Jawa Pos terdapat pada kategori sedang. Harian Jawa Pos mempunyai rubric khusus “Pilwali 2010” yang terbit setiap hari dengan menginformasikan kepada khalayak mengenai pelaksaan Pilwali Surabaya 2010. Masyarakat Surabaya yang berusia 17 – 18 tahun dan baru berpartisipasi dalam Pilwali (pemula) mendapatkan pengetahuan (kognisi) seputar pelaksanaan Pilwali tetapi mereka tidak memahami secara kesuluruhan mengenai Pilwali Surabaya 2010. Hal ini disebabkan oleh kurangnya referensi (frame of reference) dan pengalaman (field of experience) seorang pemula terkait dengan pelaksanaan Pilwali.

Selain kurangnya pengalaman dan referensi, masyarakat yang berusia 17- 18 tahun kebanyakan baru lulus dari bangku pendidikan menengah atas dan baru akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi respon mereka terhadap stimulus yang datang, dalam penelitian ini berita seputar Pilwali Surabaya 2010 di jawa Pos. Jadi berita di rubric “Pilwali 2010” Jawa Pos dapat menambah pengetahuan mereka tentang pelaksanaan Pilwali Surabaya 2010 selain mereka mengetahui seputar pelaksanaan Pilwali melalui media lain.


(4)

93

5. 2. Saran

Berdasarkan hasil diatas maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Porsi berita mengenai mekanisme pemilu harus lebih diperhatikan selain pemberitaannya yang harus berimbang tanpa menonjolkan salah satu pihak, mengingat pemilu merupakan kompetisi politik bagi setiap peserta pemilu.

2. Khalayak harus lebih selektif dengan setiap pemberitaan yang muncul dimedia, jangan mudah terpengaruh dan hendaknya dapat membandingkan berita yang muncul dimedia lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, Burhan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Effendy, 2000, Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung, PT. Citra Aditya Bhakti Effendy, Onong Uchana, 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Eriyanto, 1999, Metodologi Polling, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya

Gunarsa, Ny Singgih dan Singgih D. Gunarsa, 2007, Psikologi Remaja, Cetakan ke-16, Penerbit PT. Tunas Jaya Lestari, Jakarta

Hadi, Sutrisno, 1981, Metodologi Research :Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Desertasi, Yayasan Penerbit UGM, Yogyakarta

Mc.Quail, 2005, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, edisi kedua

Rakhmat, Jalaluddin ,1999, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Rachmadi, 1993, Public Relations Dalam Teori 7 Praktek, PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Sugiharti, 2000, Komunikasi Massa, Penerbit Citra Media, Jakarta

Sutisna, 2003, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Astrid, Susanto S., 2000. Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Binacipta .

Sumadiria, Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia, Bandung, Simbiosa Rekatama Media


(6)

Non Buku :

Surat kabar harian Jawa pos Maret-April 2010 Sumber: Badan Pusat Statistik 2007


Dokumen yang terkait

TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DI SURABAYA TENTANG IKLAN LAYANAN MASYARAKAT (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Tingkat Pengetahuan Orang Tua di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan “Cukup!Kurangi Korban Kecelakaan” di Televisi).

0 0 107

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ASTAMA DI JAWA POS.

0 0 9

SIKAP KOMUNITAS FILM SURABAYA MENGENAI PENGESAHAN UNDANG UNDANG PERFILMAN MELALUI PEMBERITAAN DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Komunitas Film Surabaya Mengenai Pengesahan Undang Undang Perfilman di Surat Kabar Jawa Pos).

2 2 85

SIKAP PEMILIH DALAM PEMILIHAN PILWALI ULANG SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan ).

0 0 111

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS).

0 1 150

PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI BERITA PILWALI SURABAY 2010 DI JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos)

0 0 28

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PILWALI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PENCOBLOSAN ULANG PEMILIHAN WALIKOTA SURABAYA DI JAWA POS)

0 1 26

SIKAP PEMILIH DALAM PEMILIHAN PILWALI ULANG SURABAYA ( Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pemilih Dalam Pemilihan Pilwali Ulang di Kelurahan Wiyung Surabaya Pasca Pemberitaan )

0 0 28

TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN SURABAYA MENGENAI FASHION PADA RUBRIK FOR HER JAWA POS SKRIPSI

0 2 22