Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab Politik GPIB dalam Perspektif Teologi Politik T2 752012016 BAB V

BAB V
PENUTUP
Mengahiri seluruh penulisan tesis ini perlu dikemukakan kesimpulan dan
pemikiran rekomendatif, sebagai berikut:
1.

Kesimpulan
Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan terkait dengan permasalahan

penelitian dan penulisan tesis ini, seperti berikut:
1.1. Apakah rumusan Teologi Politik Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(GPIB)?
a.

Rumusan Teologi Politik GPIB masih bersifat dokrin dan ayat-ayat Alkitab
dengan menjadikan „teologi keselamatan” sebagai teologi dasar untuk
semua perangkat gereja yang ada. Antara lain: Pemahaman Iman,
Kurikulum Katekisasi dan Akta Gereja.

b.


Rumusan Teologi Politik GPIB belum menjawab tantangan jaman, (realitas
sosial) karena terpengaruh dengan sejarah masa lalu sebagai gereja negara
dan sistem pemerintahan gereja menganut Presbiterial Sinodal yang
beraliran Calvinis.

1.2. Apakah Teologi Politik GPIB sudah merupakan suatu Teologi Politik bagi
kehidupan gereja atau belum?
“Belum” sebab ia masih bersifat konsep-konsep dasar yang mengacu kepada
Alkitab sebagai sumber penerapannya. Sedangkan Teologia Politik yang
dipaparkan dalam teori lebih menekankan kepada “aksi” dan “tindakan”
kritis gereja, dalam menyikapi dan menjawab realitas masyarakat di mana
gereja itu berada.

86

2.

Pemikiran Rekomendasi
Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa pikiran rekomendasi terkait dengan


signifikansi penelitian dan penulisan tesis ini, sebagai berikut:
1.

GPIB perlu melakukan perumusan “Teologi Politik” yang sesuai dengan konteks
dan keberadaan gereja di Indonesia.

2.

GPIB perlu mengembangkan sikap “kritis” dan “kritik” terhadap persoalanpersoalan bangsa yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang
diskriminatif terhadap keberadaan agama minoritas di Indonesia.

3.

GPIB perlu membentuk lembaga bantuan hukum (LBH) untuk mengakaji
undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah baik di tingkat pusat
maupun daerah yang tidak sesuai dengan semangat persatuan dan kesatuan
bangsa.

4.


Memaksimalkan peran dan fungsi Mupel di wilayah-wilayah pelayanan terutama
daerah-daerah terpencil dan kantong-kantong Muslim radikal.

5.

GPIB perlu melakukan review terhadap metodologi berteologinya dengan
mengacu kepada model lingkaran hermeneutik, yang bertolak dari praksis
refleksi

6.

praksis

refleksi

praksis ...... dts

GPIB sebagai gereja yang strategis berada di pusat-pusat kota pemerintahan di
mana para pejabat Kristen berada, (legislatif, yudikatif maupun eksekutif) perlu
diadakan pembinaan khusus bagi mereka agar mereka bisa menyuarakan suara

kenabiannya di lingkungan instansi di mana mereka bekerja.

7.

Perlu dipikirkan pembagian kewenangan antara Majelis Sinode dan Mupel
sehingga masalah-masalah di daerah cepat dapat di atasi.

87