Stratifikasi dan ekspresi religusitas masyarakat desa Tambak Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.

STRATIFIKASI DAN EKSPRESI RELIGIUSITAS MASYARAKAT
DESA TAMBAK KECAMATAN KRIAN KABUPATEN
SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ilmu sosial
(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Rohmad Fajar
NIM: B05213020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
AGUSTUS 2017

ABSTRAK
Rohmad Fajar, 2017, Stratifikasi Dan Ekspresi Religiusitas Masyarakat Desa
Tambak Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Skripsi Program Studi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Stratifikasi sosial, Ekspresi, dan Religius
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah 1.Bagaimana pembentukan
stratifikasi sosial masyarakat desa Tambak Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo?
2.Bagaimana masyarakat desa Tambak mengekspresikan religiusitasnya
berdasarkan tingkat stratifikasi sosialnya?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah 1.Ingin mengetahui bagaimana bentuk stratifikasi sosial masyarakat desa
Tambak Kecamatan Krian Kabupate Sidoarjo 2.Ingin mengetahui bagaimana
masyrakat desa Tambak mengekspresikan religiusitasnya berdasarkan tingkat
stratifikasi sosialnya.
Untuk menjawab permasalahan diatas menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data, observasi dan wawancara.
Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada Masyarakat
Desa Tambak adalah teori stratifikasi sosial atau kelas Marx Weber.
Maka dari itu, penelitian tersebut dapat diperolah beberapa kesimpulan
bahwa; (1)stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllage dan prestise. Bahwa memang benar pada
masyarakat Desa Tambak terdapat stratifikasi sosial, di mana dapat dibuktikan
dengan bentuk bangunan yang besar hal ini berbeda dengan yang sederhana

perbedaan antara masyrakat yang stata atas dan bawah. Ketika sedang ada acara
masyarakat yang mempunyai kedudukan ekonomi atau kelas atas lebih tinggi
akan lebih di spesial kan dari masyarakat yang masyarakat strata bawah atau
kedudukanya biasa-biasa. (2)Ekspresi religius masyarakat desa Tambak juga
berbeda-beda dimana kelas bawah, masyarakat secara umumnya lebih
mengantungkan hidupnya kepada tuhan, ketika mereka mendapatkan panen yang
melimpah mereka mesyukurinya dengan cara sedekah bumi atau yang hal paling
terkecil adalah dengan cara memberikan jajanan dan penghayatanya dilakukan
dengan doa, hal ini agak berbeda dengan masyarakat strata menengah yaitu
mereka melakukan ekspresi religiusitasnya dengan cara melakukan yasinan atau
tahlillan hal ini juga di banyak di lakukan oleh strata lain, mereka melakukan
penghayatan dengan cara melakukan dengan puasa senin kamis. Masyarakat yang
ekonominya tinggi mereka akan bersodaqoh, jariah dan beramal pada masyarakat
yang kurang mampu. Begitu juga ulama’ meraka menghayatinya dengan
membaca tasbih dan tahmid setiap waktunya menjadi penceramah di masjidmasjid, ketika penghayatan tentang ekspresi kepada tuhan setiap strata melakukan
shalat lima waktu, ketika bertemu dengan orang lain mereka bersosialisasi dengan
cara yang sopan dan santun.

vii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN JUDUL .....................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
MOTTO ......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .............................................................................

v

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN SKRIPSI ...........

vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian .....................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................

6


E. Definisi Konseptual .................................................................................

7

F. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 16
BAB II : KAJIAN TEORETIK: STRATIFIKASI SOSIAL TINJAUAN MAX
WEBER
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 18
B. Stratifikasi Dan Ekspresi Religius...........................................................

25

C. Teori Marx Weber...................................................................................

37

BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................

60


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................

63

C. Pemilihan Subyek Penelitian ..................................................................

63

D. Tahap – Tahap Penelitian .......................................................................

64

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

E. Teknik Analisis Data ..............................................................................

65


F. Teknik Data Dan Sumber Data................................................................

65

G. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................

66

H. Teknik Analisa Data……………………………………….…………..

68

I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................

69

BAB IV : EKSPRESI RELIGIUS MASYARAKAT DESA TAMBAK
KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO
A. Masyarakat di Desa Tambak Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.....


71

B. Analisis Data
a) Pembentukan Strata Masyarakat Desa Tambak Kecamatan Krian
Kabupaten Sidoarjo..................................... .........................

80

b) Ekspresi Religius Masyarakat Desa Tambak Kecamatan Krian Kabupaten
Sidoarjo…………………………………………………………..

86

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................

94

B. Saran .......................................................................................................


95

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

96

LAMPIRAN – LAMPIRAN .......................................................................

98

1. Pedoman Wawancara
2. Jadwal Penelitian
3. Surat Keterangan dari BAKESBANGPOL Surabaya
4. Surat Keterangan Penelitian dari Kelurahan
5. Berita Acara Ujian Proposal Skripsi Program Studi Sosiologi
6. Berita Acara Ujian Skripsi Program Studi Sosiologi
7. Biodata Peneliti

xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Foto Rumah Warga Desa Tambak ............................................ 83
Gambar 4.2 Foto Rumah Warga Desa Tambak............................................. 84
Gambar 4.3 Foto Masyrakat Desa Tambak ................................................... 87
Gambar 4.4 Foto Saat Proses Wawancara Dengan Bapak Syafii ................. 89

xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Iklim ................................................................................................. 72
Tabel 4.2 Obritasi Desa Tambak .....................................................................

72

Tabel 4.3 Jumlah penduduk .............................................................................

74


Tabel 4.4 Tenaga Kerja ....................................................................................

74

Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk ...........................................................

75

Tabel 4.6 Pendidikan .......................................................................................

77

Tabel 4.7 Lembaga Pendidikan. .....................................................................

78

Tabel 4.8 Lembaga Pendidikan Formal Keagamaan .....................................

79

Tabel 4.9 Agama/Aliran Kepercayaan ...........................................................

80

Tabel 4.10 Klasifikasi Strata Masyrakat Berdasarkan Gaya Hidup ...............

85

Tabel 4.12 Ekspresi Religius Masyarakat Berdasarkan Strata .......................

92

xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat dalam kehidupanya pasti mengalami perubahan
walaupun ruang lingkup perubahan itu sendiri tidak terlalu luas. Perubahanperubahan yang terjadi di dalam suatu masyrakat dapat mengenai nilai-nilai
sosial,

norma

sosial,

pola-pola

perilaku

organisasi,

susunan

lembaga

kemasyrakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan sebagainya.1
Di sisi lain masyarakat memerlukan suatu perubahan dalam kehidupan
senantiasa tetap berkembang agar pemenuhan dan kebutuhan dapat di penuhi
secara wajar. Para sosiolog mengklasifikasikan masayrakat menjadi masyarakat
yang statis dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang
mengalami perubahan yang berjalan dengan lambat. Masyarakat dinamis adalah
masyarakat yang mengalami perubahan secara cepat. Jadi setiap masyarakat pada
suatu masa dapat di anggap sebagai masyrakat statis, sedangkan pada masyrakat
yang lain di anggap sebagai masyarakat dinamis.2
Desa Tambak merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan krian
Kabupaten Sidoarjo. Desa Tambak merupakan salah satu desa yang dapat
dikategorikan berkembang bahkan maju. Desa tambak adalah desa swasembada di
katakan desa swasembada karena masyarakatnya mampu memanfaatkan dan
1
2

Soerjono Soekanto,Sosiolog Suatu Pengantar,(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1990), 301.
Ibid, 302.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan pembangunan
regional,Indikator sebuah desa dikatakan maju adalah perkembangan desa itu dari
tahun ke tahun, jumlah pertambahan penduduk, perubahan lahan-lahan yang
semula pertanian kini berubah menjadi hunian masyarakat yang sudah mulai padat
oleh rumah-rumah warga. Kini, dari sebuah desa yang sepi dan terpinggirkan,
desa tambak menjadi sebuah desa yang maju, desa yang menjadi salah satu target
para pedagang, pengusaha dalam mencari mata pencaharian karena letaknya yang
di berada dekat dengan pasar krian yang menjadi sentral aktivitas penduduk
kecamatan krian itu sendiri. Di sini desa ini pula sekarang banyak dijadikan
tempat tinggal bagi para pendatang yang bekerja di Kota Surabaya dan Gersik.
Sehingga tidak menutup kemungkinan beragam asal masyarakat desa Tambak
mulai bervariasi, mulai dari penduduk dari Pulau Jawa hingga penduduk yang
berasal dari luar Pulau Jawa.
Di desa Tambak banyak masyarakatnya yang terjun di bidang
perdagangan karena wilayahnya yang dekat dengan pasar krian. Dahulu fasilitas
di desa ini hanya ala kadarnya, namun seiring dengan berkembangnya jaman,
Desa Tambak memiliki sejumlah fasilitas pendukung seperti minimarket, pusat
kebugaran, pusat kesehatan, dan fasilitas lain yang menunjang. Sekarang banyak
pula didirikan usaha mulai dari kecil hingga berskala sedang.
Namun di desa ini masih tetap ada pemukiman perkampungan yang masih
bertahan di tengah menjamurnya perumahan. Ini menunjukkan bahwa desa
Tambak yang terkesan sudah maju masih memiliki penduduk yang bisa dikatakan
masih hidup sederhana.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Jika dilihat dari jenis pekerjaan masyarakat di Desa Tambak sangat
beragam, ada yang bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang, karyawan perusahaan
ternama, pengamen, pemulung, petani hingga pengusaha. Untuk masalah barang
yang di konsumsi, masyarakat di desa ini juga beragam, maksudnya adalah ada
perbedaan dari hal segi konsumsi barang dan jasa. Misalkan saja warga yang
tinggal di kompleks perumahan mayoritas mempunyai kendaraan mobil dan tidak
sedikit yang mempunyai mobil kategori mobil mewah. Hal ini berbeda jika kita
menengok ke arah pemukiman penduduk di perkampungan yang tidak semuanya
mempunyai mobil dan hanya beberapa yang mempunyai mobil. Di desa ini juga
terdapat tempat perawatan kulit dan wajah yang cukup besar, hal ini jelas hanya
masyarakat yang mempunyai uang lebih yang mampu menggunakan jasa tersebut
dan tidak semua orang bisa mengkonsumsinya.
Untuk masalah pusat perbelanjaan kebutuhan masyarakat, di sekitar desa
Tambak mempunyai beberapa pilihan yaitu pasar tradisional dan supermarket
yang berukuran cukup besar. Hal ini juga menimbulkan perbandingan di mana
fasilitas di pasar tradisional yang ala kadarnya dan supermarket yang cenderung
lebih nyaman. Dari segi harga pasti ada perbedaan dimana pasar tradisional lebih
murah, sehingga baik masyarakat yang berekonomi keatas hingga ke bawah bisa
membeli barang di pasar tradisional. Hal itu berbeda jika di supermarket, karena
menjual harga yang lebih tinggi dari pasar tradisional maka tidak semua kalangan
berbelanja di supermarket, karena dengan beberapa pertimbangan. Bila dilihat dari
penjelasan-penjelasan diatas maka terdapat banyak sekali perbedaan dalam
menggunakan fasilitas yang tersedia disana, itu artinya di desa tersebut

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

mempunyai stratifikasi sosial yang beragam. Stratifikasi sosial dapat dilihat
dengan beberapa indikator yaitu dari harta kekayaan, jenis pekerjaan, penghasilan
dan bagaimana individu tersebut dalam memenuhi kebutuhannya atau fasilitas
yang didapatnya dari kemampuan membayarnya.
Mayoritas penduduk di Desa Tambak adalah Islam, ada pula minoritas
yang lumayan signifikan pemeluknya yaitu agama Kristen.
Dalam hal keagamaan Islam di Desa ini mempunyai beberapa masjid
dengan ukuran yang cukup luas, sekolah-sekolah berbasis agama Islam juga ada
di desa ini. Dalam hal jumlah jamaah, tempat ibadah juga tidak selalu penuh jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada realitasnya keadaan jamaahnya
terbilang sepi dan peminat masyarakat yang mensekolahkan anaknya di sekolah
Islam juga rendah.
Ekspresi pasti di miliki setiap individu dimana ekspresi seseorang banyak
dipengaruhi oleh kepribadian seseorang. Menurut kamus besar bahasa indonesia
Ekspresi memiliki arti mengungkapkan atau proses menyatakan (yaitu
memperlihatkan, atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya)
Orang yang aktif akan mengekspresikan sesuatu akan menggebu-gebu begitu juga
hanya kereligiusitasan seseorang dia akan mengekspresikan sesuatu sesuai dengan
kondisinya.
Namun, kita belum tahu apakah profesi mereka, dari mana latar belakang
mereka, bagaimana cara pandang agama mereka. Melihat apa yang terjadi di
masyarakat Desa Tambak tingkat religiusitas mereka berbeda-beda di lihat dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

kacamata stratifikasi secara islam bukan global. Dari hal tersebut peneliti akan
melihat bagaimana pengekspresian kereligiusitasan masyarakat di dalam
kehidupan sehari-hari.
Maka disini peneliti akan meneliti masyarakat, apakah profesi dan latar
belakang mereka berakibat pada religiusitasnya dan melihat bagaimana
masyarakat mengekspresikan religiusitas tersebut dalam kehidupan sehari hari.
Kajian dalam penelitian kali ini adalah tentang stratifikasi sosial dan ekspresi
religiusitas masyarakat desa Tambak, dalam hal ini yang menjadi fokus peneliti
adalah penduduk yang beragama Islam, di karenakan mayoritas penduduk
beragama Islam. Dengan kata lain fokus penelitian ini adalah bagaimana
stratifikasi sosial dan ekspresi religiusitas masyarakat Desa Tambak.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pembentukan strata sosial masyarakat di desa Tambak
Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana

masyarakat

desa

Tambak

mengekspresikan

religiusitasnya berdasarkan tingkat stratifikasi sosialnya?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas fokus permasalahan sebagaimana tersebut, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah
1. Ingin mengetahui bagaimana bentuk stratifikasi sosial masyarakat
desa Tambak Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo
2. Ingin

mengetahui

bagaimana

masyarakat

desa

Tambak

mengekspresikan religiusitasnya berdasarkan tingkat stratifikasi
sosialnya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Secara Akademis
a. Diharapkan mampu memperluas keilmuan dalam bidang Sosiologi
khususnya

Sosiologi

Agama

dan

dapat

memberikan

kontribusi

bagi

pengembangan program studi Ilmu Sosiologi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi
mahasiswa dan peneliti.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pembaca.
b.Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sumber informasi terutama
dalam hal stratifikasi sosial dan religiusitas masyrakat Desa Tambak.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

E. Definisi Konseptual
1. Stratifikasi Sosial
Pengertian stratifikasi sosial sangat banyak dikemukakan para ahli, ada banyak
definisi-definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli:


Piritim A. Sorikin
Stratifikasi sosial menurut Piritim adalah pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih
rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisanlapisan dalam masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam
pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilainilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat.3



Max weber
Max

weber

berpendapat

bahwa

stratifikasi

sosial

adalah

penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan,
previllage dan prestise.4


Cuber

3

Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media Group,
2004),153.
4
Ibid,153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Menurut Cuber, stratifikasi sosial adalah sebagai suatu pola yang
ditempatkan diatas kategori dari hak-hak yang berbeda.5

5

Ibid,153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

2.

Ekspresi
Pengertian Ekspresi,

Ekspresi

adalah pengungkapan atau proses

menyatakan yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan
dan sebagainya. Mengekspresikan juga diartikan mengungkapkan gagasan,
maksud, perasaan, dan sebagainya dengan gerak anggota badan, air muka atau
dengan kata-kata atau dialog.6
Di Indonesia krisis ekonomi berkepanjangan. Sementara kerusakankerusakan sosial terjadi pada tingkat yang sangat parah. Sementara kualitas
penderitaan rakyat semakin memperhatinkan, tapi anehnya di sisi lain kehidupan
beragama syiarnya malah semakin marak, artis-artis muncul dalam tayangan TV
dengan kesan bahwa kehidupan mereka bukan tidak religius bahkan jika bulan
puasa tiba program ramadhan TV hampir didominasi kalangan mereka, tidak
terkecuali munculnya para pelawak yang tiba-tiba berganti layaknya menjadi
ustadz musiman di layar kaca tersebut. Tidak itu saja. “Indonesia berdzikir,”
membaca tasbih dan tahmid minta ampunan dengan meneteskan airmata di depan
kamera TV nasional sehingga peryataan religius mereka yang menjadi pengikut
tarekat kota untuk memelihara ketenangan qalbu, pengikutnya semakin hari
tampaknya juga semakin meluas. Bahkan lebih dari yang dulu-dulu, di zaman
merebaknya budaya konsumeristik ini, penampilan zaman konsemeristik ini,
penampilan kesalehan sekarang ini sungguh impresif dan bergengsi.
Misalnya, lihatlah perkembangan industri busana muslimah hasil
rancangan disainer muthahir yang menjual produknya dengan harga yang cukup
6

(http://100jutasebulan.com/definisi/10499-Definisi-Ekspresi.html. Diakses 1 januari 2017)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

mahal untuk sekedar kepentingan menutup aurat, termasuk merancang mukena
fashion yang berdasarkan harganya jutaan yang barangkali kalau dipakai sujud
selain terasa khusyuk di depan khaliknya juga tampak indah dan anggun bagi
sekelilingnya.
Di zaman ketimpangan sosial sekarang ini, tidak usah diragukan bahwa
kesalehan mewarnai kehidupan masyarakat biarpun dari segi penampilanya juga
mengikuti terbelahnya kelas sosial yang berbeda-beda. Kebutuhan membeli
kaligrafi misalnya, (sekedar bagian untuk menunjukkan kesalehan atau contoh
lain memakai baju taqwa), tampaknya merata. Namun di gantungkan di ruang
tamu rumah-rumah kelas bawah di hunian padat dan sempit, sangatlah beda nilai
kualitas dan artistiknya, apalagi harganya dengan yang di pajang di ruang tamu
kalangan muslim gedongan yang di letakkan berdampingan artifak souvenir yang
pernah di bawa pulang wisata dari negara-negara barat yang maju.
3. Religiusitas
Menurut Drikarya kata religi berasal dari bahasa latin religio yang akar
katanya religare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah suatu kewajibankewajiban atau aturan-aturan yang harus dilaksanakan,yang kesemuanya itu
berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungannya dengan tuhan atau sesama manusia, serta alam sekitar.7
Mangun wijaya membedakan antara istilah religi atau agama dengan
istilah religiusitas. Agama menunjukkan pada aspek formal, yang berkaitan

7

Drikarya, N., Percikan Filsafat, (Jakarta: PT. Pembangunan, 1987), 29.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban. Sedangkan religiusitas menunjuk
pada aspek religi yang telah dihayati oleh individu dalam hati.8
Adi subroto menjelaskan bahwa manusia religius adalah manusia yang
struktur mental keseluruhannya secara tetap diarahkan kepada pencipta mutlak,
memuaskan dan tertinggi yaitu Tuhan.9
Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
religiusitas adalah penghayatan dan pengalaman individu terhadap ajaran agama
atau kepercayaan yang dianutnya.
Beberapa ahli menganggap bahwa diri manusia terdapat suatu insting atau
naluri yang disebut naluri beragama (religious instink), yaitu suatu naluri untuk
meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan diluar diri
manusia. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatankegitan religius. Key Pers menggunakan istilah motif teologis untuk menjelaskan
dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan.
Drajat mengemukakan istilah kesadaran agama (religious consciousness),
merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui
introspeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dalam agama. Pengalaman
agama (religious experience) atau unsur perasaan dalam kesadaran agama yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan.10

8

Ibid, 29.
Adisubroto, D., Orientasi Nilai Orang Jawa Serta Ciri-Ciri Kepribadiannya, (Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM, 1987), 23.
10
Ibid, 23.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Apapun yang dikatakan para ahli untuk menyebut aspek religius di dalam
diri manusia, kesemuanya menunjuk kepada suatu fakta bahwa kegiatan-kegaiatan
religius itu memang tidak dipisahkan dari kehidupan manusia.
Keberagamaan (religiusitas) tidak selalu identik dengan agama. Agama lebih
menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam aspek yang resmi,
yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan keberagamaan
atau religius lebih melihat aspek yang “ di dalam lubuk hati nurani” pribadi. Dan
karena itu, religiusitas lebih dalam dari agama yang tampak formal.11
Menurut Gay Hendricks dan Kate Ludeman dalam Ary Ginanjar, Terdapat
beberapa sikap religius yang tampak dalam diri seseorang dalam menjalankan
tugasnya, di antaranya:
1. Kejujuran
Rahasia untuk meraih sukses menurut meraka adalah dengan selalu
berkata jujur. Mereka menyadari, justru ketidak jujuran kepada pelanggan,
orangtua, pemerintah dan masyarakat, pada akhirnya kan mengakibatkan diri
mereka sendiri terjebak dalam kesulitan yang berlarut-larut. Total dalam
kejujuran menjadi solusi, meskipun kenyataan begitu pahit.
2. Keadilan
Salah satu indikator seseorang yang religius adalah mampu bersikap
adil kepada semua pihak, bahkan saat ia terdesak sekalipun. Mereka

11

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, 288.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

berkata.”pada saat saya berlaku tidak adil, berarti saya telah menggangu
keseimbangan dunia.12
3. Bermanfaat bagi orang lain
Hal ini merupakan salah satu bentuk sikap religius yang tampak dari
diri seseorang.
4. Rendah hati
Sikap rendah hati merupakan sikap tidak sombong mau mendengarkan
pendapat orang lain dan tidak memaksakan gagasan atau kehendaknya. Dia
tidak merasa dirinyalah yang selalu benar mengigat kebenaran juga selalu
ada pada diri orang lain.13
5. Bekerja efisien
Mereka mampu memusatkan semua perhatian mereka pada pekerjaan
saat itu, dan begitu juga saat mengerjakan pekerjaan selanjutnya. Mereka
menyelesaikan pekerjaanya dengan santai, namun mampu memusatkan
perhatian mereka saat belajar dan berkerja.14

12

Asmaun Sahlan, Religiusitas Perguruan Tinggi:Potret Pekembangan Tradisi Keagamaan di
Perguruan Tinggi Islam,(UIN maliki Press,2012), 39.
13
Ibid.40.
14
Ibid.40.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

6. Visi ke depan
Mereka mampu mengerjakan orang-orang ke dalam angan-anganya
kemudian menjabarkan begitu terperinci, cara-cara untuk menuju kesana.
Tetapi pada saat yang sama ia dengan mantap menatap realitas masa kini.15
7. Disiplin tinggi
Mereka sangatlah di siplin. Kedisiplinan mereka tumbuh dari
semanggat

penuh

gairah,

bukan

berangakat

dari

keharusan

dan

keterpaksaan.16
8. Keseimbangan
Seseorang yang memiliki sifat religius sangat menjaga keseimbangan
hidupnya, khususnya empat aspek inti dalam kehidupanya, yaitu: keintiman,
pekerjaan, komunitas dan spiritualitas.17
Berdasarkan pada bukti empiris, pendekatan paling kontemporer terhadap
stratifikasi dan mobilitas dalam masyarakat kompleks menekankan pekerjaan
profesional sebagai kreteria penentu posisi kelas. Perbedaan antar individu
merupakan penjelasan mengenai bagaimana pekerjaan-pekerjaan tersebut
berhubungan dengan stratifikasi. Pekerjaan memiliki fungsi menstratifikasi:
a) Hubungan-hubungan sosial ekonomi dimana individu salaing berbagi
berdasarkan pekerjaannya.
b) Kepentingan kelas berdasarkan pada perbedaan hubungan-hubungan
pekerjaan untuk otoritas dan modal.

15

Ibid.40.
Ibid.40.
17
Ibid. 41.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

c) Sumber-sumber berupa keterampilan dan pengetahuan yang berkaitan
dengan pekerjaan dan dapat di transformasikan ke dalam perolehan
kekuasaan.
d) Perbedaan status sosial dan prestige yang di representasikan ke dalam
simbol-simbol nilai pekerjaan dan berhubungan dengan berbagai
keuntungna dan kekuasaan sebagai konsekuensinya.18
Studi-studi sosilogis yang relevan dengan stratifikasi sosial menunjukkan
bahwa variabel penting dalam membentuk perilaku seseorang termasuk
religiusitas. Studi yang di lakukan di israel oleh katz-gero et al. misalnya,
menunjukkan bahwa kelas lebih berpengaruh dari pada status sebagai variabel
determinan partisipasi kultural. Dalam penelitian ini digunakan distingsi
weberian, yakni perbedaan antar kelas dan status. Ukuran kelas berdasarkan pada
pengelompokan pekerjaan sementara status di ukur dari rangking pekerjaan
berdasarkan pada jarak sosial.19
Dalam hal kaitanya antara stratifikasi sosial dan agama muncul pertayaan
yang menjadi topik banyak studi. Pertayaan tersebut ialah apakah ketimpangan
ekonomi yang terjadi di suatu masyarakat mempunyai dampak terhadap tingkat
religius masyrakat. Awalnya bahwa marx menyatakan bahwa agama merupakan
candu dalam masytrakat. Tesis tersebut di bangun berdasarkan pengamatan pada
masyrakat kapitalis. Jika meminjam kerangka analisis marx, dapat puala di

18

Sidung Haryanto, SOSIOLOGI AGAMA Dari Klasik Hingga Postmodern, (Yogyakarta: ARRUZZ MEDIA, 2015), 152
19
Ibid, 152

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

bangun posisi bahwa pada masyrakat kapitalis (yang memiliki tingkat
ketimpangan sosial ekonomi tinggi) tingkat religiusitas masyarakat rendah.20
Kesimpulanya bahwa terdapat perbedaan sosial berdasarkan keturunan
pada masyarakat muslim di kemukakan oleh anjum. Penelitian yang di lakukan di
kawasan asia selatan menunjukkan bahwa sekalipun islam memiliki prinsip
egalitarian, tetap terdapat diskriminasi rasial dan etnik di kalangan muslim di asia
selatan, yang terutama membagi dua kelompok sosial yakni ashsaf (keturunan
ningrat) dan ajlaf (keturunan rakyat biasa).
Jelaslah bahwa meskipun islam tidak membeda-bedakan orang bedasarkan
status sosialnya, dalam keyataan pada masyrakat muslim, perbedaan sosial baik
yang horisontal maupun vertikal tetap terjadi.
F. Sistematika Pembahasan
a. Bab I Pendahuluan
Peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang di
teliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual,
metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan
sumberdata, tahap-tahap penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data
dan tehnik keabsahan data) dan sistematika pembahasan.
b. Bab II Kajian Teoretik
Peneliti terdahulu yang relevan (referensi hasil penelitian oleh peneliti
terdahulu yang mirip dengan kajian peneliti), kajian pustaka (beberapa referensi
20

Ibid,154

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

yang di gunakan untuk menelaah obyek kajian), kajian teori (teori yang digunakan
untuk menganalisis masalah penelitian)
c. Bab III Metode Penelitian
Peneliti memberikan gambaran tentang metode penelitian (jenis dan
pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian , subyek penelitian, tahaptahap penelitian, tehnik pengumpulan data, teknik analisa data dan tehnik
keabsahan data ) dan sistematika pembahasan.
d. Bab IV Penyajian dan analisis data
Peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang di peroleh.
Penyajian data dapat berupa tertulis atau dapat juga di sertakan gambar.
Sedangkan analisis data dapat di gambarkan berbagai macam data-data yang
kemudian di tulis dalam analisis deskriptif.
e. Bab V Penutup
Peneliti menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian, dan
memberikan rekomendasi atau saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

BAB II
STRATIFIKASI SOSIAL TINJAUAN MAX WEBER
A. PENELITIAN TERDAHULU
Dari beberapa judul penelitian yang pernah di lakukan terdapat
keterkaitan dengan judul penelitian Stratifikasi dan Ekspresi Religius
Masyrakat Desa Tambak Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo adalah
sebagai berikut:
Muhammad dimas Y.E, mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas
FISIP, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, ditulis pada
tahun 2016 dalam skripsinya yang berjudul Stratifikasi Sosial Dalam
Komunitas di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya.21
Skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam skripsi ini berisi
tentang pola stratifikasi kaum gay, dalam hal ini stratifikasi di dalam
kelompok mereka sendiri yakni berupa bahasa atau istilah khusus dalam
komunikasi mereka, lambang atau simbol yang mereka gunakan dalam
keseharian mereka dan interaksi kelompok gay dengan masyarakat dalam arti
bagaimana kelompok gay dapat berbaur di tengah-tengah masyarakat. Teori
yang digunakan adalah teori stratifikasi sosial yang dikemukakan oleh Marx
Weber. Rumusan masalah dari skripsi ini adalah bagaimana pembentukan
kelompok gay di Kelurahan Gubeng Kecamatan Gubeng Kota Surabaya?.

21

Muhammad Dimas Y.E, Stratifikasi Sosial Dalam Komunitas di Kelurahan Gubeng
Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, skripsi ( Fak: ilmu sosial dan ilmu politik, 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

22

Dalam hal persamaan antara skripsi dan judul yang akan diteliti adalah

sama-sama membahas mengenai stratifikasi sosial, dan pendekatan yang
sama dengan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif juga dengan teori
yang di fokuskan adalah teori Marx Weber. Dari segi perbedaan pada
penelitian yang akan ini peneliti memfokuskan pada bagaimana strata sosial
mengekspresikan religiusitasnya.
Penelitian yang relevan dengan judul yang di ambil peneliti adalah
skripsi yang berjudul Penelitian pertama yakni oleh Moch. Chilmi Aulawi
dalam skripsinya yang berjudul AGAMA PEMULUNG (Studi religiusitas
Pemungut Sampah di Tempat Pembuangan Akhir Desa Kupang Kecamatan
Jabon Kabupaten sidoarjo).23Ada tiga rumusan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini, yaitu: 1). Bagaimana religiusitas pemulung di Tempat
Pembuangan Akhir Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo 2).
Bagaimana kendala uang yang di alami pemulung di Tempat Pembuangan
Akhir Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo 3). Bagaimana
tipologi religiusitas pemulung di Tempat Pembuangan Akhir Desa Kupang
Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian kualitatif, untuk
berusaha bisa menjelaskan secara mendalam mengenai religiusitas pemulung
di Tempat Pembuangan Akhir Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten

22

Nurul Musthafa, Pola Interaksi Kelompok Gay di Tengah Masyarakat di Kelurahan Gubeng
Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2012), hlm 11.
23
Moch chilmi,AGAMA PEMULUNG(Studi religiusitas Pemungut Sampah di Tempat
Pembuangan Akhir Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten sidoarjo), skripsi ( Fak: ilmu
sosial dan ilmu politik, 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Sidoarjo. Data yang di sajikan dalam skripsi ini akan di analisis dengan teori
Struktural Fungsional. Berbeda dengan skripsi yang sedaang di kerjakan
dengan menggunakan teori stratifikasi sosial marx weber
Dari apa yang telah di Teliti telah di peroleh di lapangan di temukan
bahwa. Pemulung yang ada di TPA Desa Kupang Kecamatan Jabon
Kabupaten Sidoarjo sebagian besar tingkat religiusitasnya masih tinggi.
Meskipun berkerja sebagai pemulung, tidak membuat ketaatan pada
ibadahnya menjadi luntur. Kendala yang dialami pemulung pada saat
melakukan ibadah, khususnya pada ibadah shalat dan puasa adalah untuk
shalat sebagian pemulung tidak menemukan kendala yang sulit, dengan tidak
adanya mushollah di TPA, sebagian mereka mensiasati untuk memilih pulang
dan shalat di rumah. Terdapat juga tipologi relgiusitas dari pemulung di
Tempat Pembuangan Akhir Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo.
Persamaan dari penelitian ini adalah mengunakan metode penelitian
kualitatif yang di lakukan dengan cara metode deskriptif dan pengumpulan
data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dan bagaimana
penelitianya yang mengambil tema tentang religius pemulung yang ada di
kupang. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah tingkat religius
pemulung sedangkan penelitian ini di fokuskan kepada bagaimana stratifikasi
sosial mempengaruhi ekspresi religius masyrakat desa Tambak.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti
adalah skripsi yang berjudul PENGARUH STRATIFIKASI PENDIDIKAN
TERHADAP LUNTURNYA SIFAT GOTONG ROYONG MASYARAKAT
DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN WONOCOLO
KOTA SURABAYA (Tinjauan Teori Stratifikasi Sosial Menurut Max
Weber) yang ditulis oleh Nanci Hermeyliawati Fakultas Ilmu Sosial Dan Imu
Politik.24
Dalam penelitian ini permasalahan yang di kaji yaitu mengenai
pengaruh stratifikasi pendidikan terhadap lunturnya sifat gotong royong di
Kelurahan Jemur Wonosari Kecamatan Wonocolo Kabupaten Surabaya serta
bagaimana tangapan masyarakat terkait dengan adanya stratifikasi pendidikan
dengan gotong royong di Kelurahan Jemur Wonosari Kecamatan Wonocolo
Kabupaten Surabaya.
Perbedaan dalam penelitian ini yaitu mengunakan metode mix
methods (metode penelitian) yaitu mengabungkan antara kualitatif dan
kuantitatif dengan jenis sequential explanatory designs. Karena pada
penelitian ini menekankan pada penelitian kuantitatif. Teknik analisis data
yang digunakan adalah product moment, regresi dan anava. Bagaimana
stratifikasi berpangaruh terhadap lunturnya sifat gotong royong sedangkan

24

Nanci Hermeyliawati, PENGARUH STRATIFIKASI PENDIDIKAN DALAM LUNTURNYA
SIFAT GOTONG ROYONG MASYRAKAT DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN
WONOCOLO KOTA SURABAYA (Tinjauan Teori Stratifikasi Sosial Menurut Max Weber),skripsi
( Fak: ilmu sosial dan ilmu politik, 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

penelitian ini mengfokuskan pada bagaimana latar belakang seseorang
mempengaruhi bentuk ekspresi religius.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti
adalah skripsi yang berjudul STRATIFIKASI SOSIAL DAN HUBUNGAN
KERJA NELAYAN DESA JATIMALANG KECAMATAN PURWODADI
KABUPATEN PURWOREJO yang di tulis oleh Laila Fitriyah.25 Nelayan
Jatimalang mengalami perubahan sosial dalam beberapa tahun terakhir
dengan adanya introduksi perahu motor tempel (PMT). Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi keadaan sosial, ekonomi, dan budaya
nelayan Desa Jatimalang dan mengetahui fenomena stratifikasi sosial dan
hubungan kerja nelayan. Penelitian menggunakan metode studi kasus pada
masyarakat nelayan Desa Jatimalang. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan kuesioner semi terstruktur terhadap 53 orang
nelayan, wawancara mendalam dengan 10 orang informan kunci, pengamatan
terhadap kehidupan sosial nelayan, dan penelaahan dokumen berupa
monografi desa, laporan pelaksana an Program Pemberdayaan Potensi
Ekonomi Masyarakat Desa Nelayan (P3EMDN), dan laporan pelaksanaan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Data dianalisis secara
deskriptif dalam bentuk narasi dan tabel.
Stratifikasi

sosial

nelayan

didasarkan

atas

kriteria

obyektif

(penguasaan alat produksi penangkapan, penguasaan lahan pertanian, dan

25

Laila fitriyah, Stratifikasi Sosial Dan Hubungan Kerja Nelayan Desa Jatimalang Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Purworejo, skripsi ( Fak: manajemen sumber daya perikanan, 2006)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

usia) dan subyektif (persepsi nelayan). Nelayan berdasarkan penguasaan alat
produksi penangkapan terbagi menjadi 2 strata, yaitu nelayan yang menguasai
alat produksi penangkapan (juragan) dan yang tidak menguasai (buruh),
sedangkan berdasarkan penguasaan lahan pertanian tidak ada strata, karena
nelayan hanya menguasai lahan rerata 1,5 iring (2500 m2 ). Nelayan yang
berusia di atas 30 tahun mayoritas merupakan nelayan jaring eret dan nelayan
sungai, sedangkan nelayan yang berusia di bawah 30 tahun mayoritas
merupakan nelayan perahu motor tempel. Nelayan berdasarkan kriteria
subyektif terbagi menjadi 2 strata. Nelayan berstrata tinggi apabila menguasai
lahan luas, ternak yang banyak, dan atau berjasa di masyarakat dan
sebaliknya untuk nelayan berstrata rendah. Nelayan bekerja secara individual
sebelum adanya perahu motor tempel. Introduksi perahu motor tempel
merubah hubungan kerja di antara nelayan. Nelayan menangkap ikan di laut
secara berkelompok (2-3 orang per perahu), dengan pembagian kerja yang
tidak ketat antara tekong dan buruh.
Perbedaan dari penelitian ini adalah

menggunakan metode studi

kasus sedangkan posisi (skripsi yang akan di kerjakan) mengunakan metode
kualitatif dengan mengunakan wawancara, data, dan dokumen.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil peneliti
adalah jurnal penelitian Sosiologi Islam, Vol. 3, No 1, April 2013 ISSN:
2089-0192 yang ditulis oleh Abid Rohman, dosen tetap Program Studi
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Islam Negeri

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Sunan Ampel Surabaya yakni yang berjudul Stratifikasi Sosial Dalam alQur’an.
Dalam jurnal ini berisi tentang adanya pelapisan-pelapisan yang
terjadi di masyarakat adalah merupakan sebuah keniscayaan keberadaannya.
Hal ini termasuk masyarakat ideal didalam al-qur’an. Setiap kelompok
masyarakat memiliki suatu hal yang mengandung nilai-nilai yang dianut dan
diagungkannya sesuai dengan falsafah hidupnya masing-masing.
Dalam masyarakat Islam pelapisan-pelapisan itu dianut berdasarkan
nilai-nilai yang tercantum dalam kitab sucinya yaitu al-Qur’an dan ajaran
rasul Muhammad SAW.
Sebagaimana di paparkan di jurnal ini, bahwa pelapisan masyarakat
menurut al-Qur’an itu didasarkan pada beberapa hal diantaranya: keimanan
seseorang, kelimuan yang dimiliki oleh seseorang, amal perbuatan,
kekuasaan, ketaqwaan seseorang.
Dalam hal persamaan antara jurnal dan judul yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas mengenai stratifikasi sosial, dan pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif. Persamaan yang lain adalah bahwa stratifikasi
sosial itu didasarkan pada ukuran kekayaan, ukukuran kekuasaan dan
wewenang, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan/pendidikan.
Dari segi perbedaan, jurnal ini lebih fokus kepada bahwa stratifikasi
masyarakat yang diukur berdasarkan al-Qur’an, dimana bahwa stratifikasi
dalam al-Qur’an di jelaskan bahwa dasar pelapisannya adalah berdasarkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

keimanan seseorang, kelimuan yang dimiliki oleh seseorang, amal perbuatan,
kekuasaan, ketaqwaan seseorang. Sedangkan yang akan diteliti adalah
stratifikasi sosial berdasarkan pandangan umum di masyarakat yaitu
didasarkan pada ukuran kekayaan, ukukuran kekuasaan dan wewenang,
ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan/pendidikan. Perbedaan yang
lain adalah bahwa fokus peneliti adalah stratifikasi sosial yang berakibat pada
cara pandang beragama/religiusitas masyarakat. Sedangkan dalam jurnal ini
lebih menekankan pelapisan sosial dari unsur keagamaan Islam.26
B. STRATIFIKASI DAN EKSPRESI RELIGIUSITAS
a. 1. Stratifikasi
Dapat diyatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan gejala umum
yang dapat di temukan pada setiap masyrakan. Oleh karena itu, betapapun
sederhananya maupun kompleksnya suatu masyrakat, stratifikasi pasti akan
dijumpai di situ. Pada zaman kuno dulu aristoteles pernah

menyatakan

bahwa di tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang berada di tengahtengahnya. Peryataan ini sedikit banyak telah membuktikan bahwa di zaman
itu dan di duga pada zaman sebelumnya, orang telah mengakui adanya
lapisan-lapisan atau strata di dalam masyrakat, yaitu susunan yang
bertingkat. Pritim A. Sorokin juga menyatakan bahwa sistem berlapis-lapis
itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyrakat yang hidup
teratur.27 Yang di maksud stratifikasi sosial (social stratification) ialah

26

Abid rohman, Stratifikasi Sosial Dalam Al-Quran, Jurnal,(Surabaya: Fak. FISIP Sosiologi
UINSA, 2013).
27
Dipetik dari Soerjono Sukanto, 1982, op cit, 219

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

susunan berbagai kehidupan sosial menurut tinggi rendahnya dalam
masyrakat. Seorang pengamat mengambarkan masyrakat sebagai tangga yang
berdiri yang mempunyai anak tangga-anak tangga dari bawah ke atas.
Stratifikasi sosial itu tidak sama antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain, karena setiap masyarakat mempunyai stratifikasi
sosialnya sendiri. Kalau jarak antara tangga yang satu dengan tangga di
atasnya di tarik horisontal maka terdapat suatu ruang. Ruang itu di sebut
lapisan sosial.dalam ruang itu tinggal orang-orang yang mempunyai
kedudukan setingkat. Jadi lapisan sosial (social stratum) adalah keseluruhan
orang yang berkedudukan sosial setingkat. Jikalau anggota-anggota lapisan
sosial itu merasa diri bersatu dan menyadari kedudukanya yang setingkat
maka timbulah sebuh kelas sosial (social class)28
Mungkin, untuk menerangkan sebab orang-orang tertentu harus di
anggap lebih tinggi kedudukanya dari yang lain-lainya, bisa di urai melalui
konsep unsur-unsur baku dari sitem ini. Seperti sudah di permaklumkan
bahwa stratifiaksi sosial, merupakan gejala umum yang dapat di temukan
dalam suatu masyrakat, maka keberadaan dari sistem stratifikasi ini terjadi
karena sendirinya dalam proses pertumbuhan masyrakat, akan tetapi ada juga
yang dengan sengaja di susun untuk mengejar dengan tujuan tertentu. Yang
terakhir ini biasanya di lakukan terhadap pembagian kekuasaan dan
wewenang

yang

resmi

dalam

organisasi-organisasi

formal

seperti

pemerintahan, perusahaan, partai politik atau perkumpulan. Dengan demikian
28

Hendropuspito,1983,Sosiologi Agama, penerbit KANISIUS,Yogyakarta, 58.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

kekuasaan dan wewenang merupakan suatu unsur khusus dalam sistem
stratifikasi peryataan ini di landasi oleh suatu pandangan bahwa apabila suatu
masyrakat itu hendak hidup teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang
ada padanya harus di bagi-bagi pula sehingga jelas pula bagi setiap orang di
tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi
vertikal maupun horisontal.29 Tetapi, kekuasaan dan wewenang bukanlah
merupakan satu-satunya unsur dalam stratifikasi. Kurt B. Meyer menyatakan
bahwa kekuasaan (power) hayalah merupakan salah satu dalam 3 dimensi
stratifikasi sosial pada masyrakat modern. Dimensi yang lain itu adalah
status dan ekonomi. Ekonomi membedakan penduduk dan jumlah dan sumber
dari pendapatan, di mana biasanya di peroleh dari suatu set aktivitas
pekerjaan, pemilikan atau kedua-duanya. Pendapatan, hak milik dan pekerjaa,
membagi anggota masyrakat kepada beberapa lapisan (statum).
Penggunaan status di sini, menunjuk pada perbedaan dari martabat
(prestige) dan perbedaan di antara perorangan dan kelompok di dalam suatu
masyrakat. Martabat (prestige) pada dasarnya terletak pada pengakuan
interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa
yang menuntut dan individu lain, yaitu siapa yang menghormati, yaitu siapa
yang menghormati tuntutan tersebut.30
Bernard Barber dalam “Social Strtification, Structur and Trends
Mobility in Western Society”, mengemukakan 6 (enam) dimensi dari
stratifikasi sosial. Pertama, adalah prestise jabatan atau pekerjaan
29

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964, setangkai bunga sosiologi, Penerbit
Unversitas Indonesia, Yayasan Penerbit Fakultas Ekonomi, jakarta, 254.
30
Ibid, 284.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

(accupational prestige), kedua, rangking dalam wewenang dan kekuasaan
(authority and power rangkings). Ketiga, pendapatan atau kekayaan
(incomeor wealth). Keempat, pendidikan atau pengeathuan (education or
knowledge) Kelima, kesucian beragama atau pimpinan keagamaan (religious
or ritual purity) dan keenam, kedudukan dalam kerabatan dan kedudukan
dalam suku-suku bangsa (khimship and ethnic group rangkings).31
Stratifikasi sosial sebenarny