ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED) DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA
DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA
(OPEN-ENDED)
DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF
FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT
SKRIPSI
Oleh:
Marsalinda Farkhatus Siam
NIM. D74211060

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016

PENGESAHAl'l TIM PENGUJI SKIUPSI
Sknpsi oleh Marsalinda Farkhatus Siam ini telah dipertahankan di
dcpan Tim Pcnguji Skripsi
Surabaya, 12 Januari 2016


iv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PE RSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi olch
Nama

Marsalinda Farkhatus Siam

NIM

074211060

Judul

ANALIS IS PROSES BERPIKIR KREAT IF
SISWA
DALAM

MENYELESAIKAN
MASALAH
TEROUKA
(OP£N-END£D)
DIBtDAKAN DAR I GAY A KOGJ'.;JTIF FIELD
D£P£ND£NTDAN FIELD INDEP£NDEN7"

lni tclah dipcriksa dan d1sctujui untuk diajukan.

Surabaya, 26 Oktobcr 20 I 5
Pcmbi mb1ng.

セᄋ@
Dr. A. Sacpul Hamdani. M.PQ,
NIP 196507312000031002

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


.
236

Lampiran 6

PERNY ATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Marsalinda Farkhatus Siam

NIM

: 074211060

Fakultas/Jurusan/Prodi

: Tarbiyah dan KeguruanfPMIPNPendidikan
Matematika


Judul Skripsi

: Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa
dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka
(Open-Ended) Oibedakan dari Gaya Kognitif
Field Dependent dan Field Independent

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya sendiri, kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

atus Siam
074211060

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED)
DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF
FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

Oleh :
Marsalinda Farkhatus Siam
ABSTRAK
Kreativitas merupakan salah satu komponen penting di era globalisasi saat
ini. Akan tetapi pada kenyataannya, pembelajaran di sekolah cenderung
mengesampingkan kreativitas siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat membantu
siswa mengembangkan proses berpikir kreatif ialah matematika. Mengembangkan
proses berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara membiasakan siswa
menyelesaikan masalah matematika dalam bentuk masalah terbuka. Setiap siswa
tentunya memiliki gaya belajar yang berbeda, oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah
terbuka dibedakan dari gaya kognitif field dependent dan field independent.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian ini berjumlah 4 orang, diambil dari siswa kelas XI MIA 1 di SMA
Muhammadiyah 2 Sidoarjo yang telah diberikan Group Embeded Figures Test
(GEFT) untuk membedakan gaya kognitif field dependent dan field independent.
Pengumpulan data dengan tes tertulis dan wawancara. Tes dan wawancara dianalisis
berdasarkan indikator proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah terbuka.
Tahapan proses berpikir kreatif yang digunakan menurut Campbel dan tahapan
menyelesaikan masalah berdasarkan Polya.

Berkaitan dengan tujuan penelitian, hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah deskripsi proses berpikir kreatif siswa bergaya kognitif field dependent dan
field independent pada setiap tahapan menyelesaikan masalah yang terdiri dari
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana, dan
memeriksa kembali penyelesaian. Selain itu perbedaan proses berpikir kreatif siswa
bergaya kognitif field dependent dan field independent dalam menyelesaiakan
masalah.
Kata Kunci : Kreativitas, Proses Berpikir Kreatif, Group Embeded Figures Test,
Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent.

DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ....................................... iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
E. Definisi Operasional .................................................................... 8
F. Batasan Penelitian ....................................................................... 9

G. Sistematika Pembahasan ............................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORI................................................................... 10
A. Proses Berpikir Kreatif
1. Berpikir .................................................................................. 10
2. Berpikir Kreatif ...................................................................... 11
3. Proses Berpikir Kreatif .......................................................... 14
B. Masalah Terbuka ......................................................................... 22
C. Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Terbuka (Open-Ended) ................................................................ 24

D. Gaya Kognitif .............................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 31
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 31
C. Subjek Penelitian ......................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 34
E. Instrumen Penelitian .................................................................... 35
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 37
G. Prosedur Penelitian ...................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .................. 41
A. Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Terbuka Bergaya Kognitif Field Dependent
1. Subjek Field Dependent 1 (FD1) ........................................... 43
2. Subjek Field Dependent 2 (FD2)............................................ 55
ii

3. Proses Berpikir Kreatif Siswa Bergaya Kognitif FD ............. 66
B. Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Terbuka Bergaya Kognitif Field Independent
1. Subjek Field Independent 1 (FI1) ........................................... 72

2. Subjek Field Independent 2 (FI2) ........................................... 83
3. Proses Berpikir Kreatif Siswa Bergaya Kognitif FI ............... 94
C. Perbandingan Proses Berpikir Kreatif Siswa FD dan FI ............. 100
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 103
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................. 109
A. Simpulan ..................................................................................... 109
B. Saran ............................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 112
LAMPIRAN ...................................................................................... 115

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era saat ini, teknologi dan ilmu pengetahuan menjadi
hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat dunia.
Perkembangan dan kemajuan teknologi terus meningkat seiring
pergantian zaman. Meningkatnya kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan mengakibatkan setiap individu harus mampu bersaing

secara sportif, yang akan membawanya pada persaingan global.
Princeton N. Lyman, yang menyatakan bahwa persaingan global
merupakan pertumbuhan dunia yang sangat cepat dan
menghubungkan antara negara-negara di dunia.1 Persaingan global
yang semakin ketat dan cepat tersebut, menuntut manusia untuk
segera beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan. Apabila
manusia tidak dapat beradaptasi, maka manusia tersebut akan
tertinggal dengan yang lain.
Menghadapi persaingan tersebut, setiap individu diharapkan
memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Kemampuan
berpikir kreatif dapat digunakan individu untuk menyelesaikan
permasalahan yang mereka hadapi di masa sekarang maupun yang
akan datang. Bahkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki
seseorang, dapat digunakan individu untuk mengantarkannya pada
pencapaian prestasi tertentu.
Hakikat pendidikan adalah belajar, yang bertumpu pada
empat pilar yaitu (1) learning to know, (2) learning to do, (3)
learning to live together, learning to live with others, dan (4)
learning to be. 2 Learning to know ialah upaya untuk memahami
pengetahuan yang diperoleh dari berbagai pengalaman hidup untuk

mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan
orang lain. Learning to do ialah mengajarkan pada siswa untuk
mengimplementasikan segala sesuatu yang telah dipelajari.
Sedangkan learning to live together, learning to live with others
ialah mengajarkan siswa agar dapat berinteraksi dengan orang lain
dan learning to be ialah mampu memberikan kontribusi untuk
1

Tumija, “Globalisasi” Ayo Belajar Bersama, diakses dari https://tumija.wordpress.com,
pada tanggal 2 Mei 2015
2Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:Alfabeta,2012), 6
1

2

perkembangan setiap orang, baik secara intelegensi maupun nilai
spiritual.
Berdasarkan hakikat pendidikan di atas, pendidikan
mempunyai peran yang penting bagi perkembangan dan
perwujudan diri individu. Peran pendidikan yaitu membekali
peserta didik dengan kompetensi yang dapat mengembangkan
bakat, kreativitas dan kemampuan individu agar berfungsi secara
optimal.3 Pendidikan juga membina agar bakat dan kreativitas yang
dimiliki siswa dapat digunakan sesuai kebutuhan diri sendiri dan
orang lain,
Peran pendidikan dapat terwujud secara maksimal jika
ditunjang dengan pemberian pembelajaran yang tepat di sekolah.
Pembelajaran yang diberikan di sekolah sebaiknya pembelajaran
yang dapat mengoptimalkan bakat dan kreativitas yang dimiliki
siswa. Hal tersebut bertujuan agar siswa memperoleh pembelajaran
yang dapat mengasah kemampuan berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, dapat membantu
siswa untuk menghadapi perubahan dunia yang semakin pesat dan
modern.
Mendesain pembelajaran yang dapat mengembangkan
kreativitas siswa tidaklah mudah. Pembelajaran di sekolah masih
mengutamakan hasil belajar siswa, tetapi mengesampingkan
pembelajaran yang bersifat melatih berpikir kreatif. Guru
mengutamakan logika dan kemampuan menghitung serta sejauh
mana siswa dapat mengingat pelajaran yang diajarkan. Secara tidak
langsung, kemampuan intelektual siswa diabaikan. Seperti halnya
dengan kondisi pembelajaran di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
Pada umumnya siswa mengerjakan soal dengan meniru langkahlangkah menyelesaikan masalah dari contoh soal yang diberikan
guru.
Melihat kenyataan yang terjadi di SMA Muhammadiyah 2
Sidoarjo, terdapat ketidaksesuaian antara keadaan yang terjadi
dengan isi Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No.65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menyebutkan bahwa
“prinsip pembelajaran yang digunakan di sekolah harus menerapkan
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta:Rineka Cipta,
2009), 6

3

3

nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik”. Selain itu diperkuat
dengan tujuan dari Kurikulum 2013 yaitu mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.4
Matematika merupakan ilmu yang universal, yang memiliki
peran penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti
ilmu astronomi, sains, ekonomi, dan sebagainya. Peran penting
matematika juga diakui oleh Cockcroft yang mengatakan, it would
be very difficult or perhaps impossible to live a normal life in very
many parts of the world in the twentieth century without making use
of mathematics of some kind. 5 Artinya akan sangat sulit atau
tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini
pada abad ke-20 tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. Hal
ini juga diperjelas dalam Permendiknas No.22, yang menjelaskan
bahwa matematika bertujuan agar siswa dapat memahami konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antarkonsep
dan
mengaplikasikan konsep/algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah.6 Hal ini menjelaskan bahwa,
matematika tidak hanya menekankan pada hasil belajar akan tetapi
juga menekankan pada berpikir logis, kreatif, kritis, analogis, dan
sistematis. Dengan demikian, matematika dapat mengarahkan siswa
untuk berpikir lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah.
Menurut Munandar, berpikir kreatif sebagai kemampuan
seseorang dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. 7 Dengan kata lain,
berpikir kreatif merupakan kemampuan menemukan lebih dari satu
jawaban dari suatu permasalahan. Keberagaman jawaban baru yang
4Permendikbud

tahun 2013
Shadiq, “Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?”, diakses dari
http://yahoo.com, pada tanggal 20 februari 2015
6
Depdiknas. Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang Standarisasi Sekolah Dasar dan
Menengah.
7
Komaruddin,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah
Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika,
2:1, (Maret, 2014), 29
55Fadjar

4

diperoleh, merupakan hasil dari kemampuan berpikir kreatif
seseorang.
Pendapat lain dikemukakan oleh Evans yang menyatakan
bahwa berpikir kreatif adalah suatu kemampuan menemukan
hubungan-hubungan baru, melihat pokok permasalahan dalam
perspektif baru, dan membentuk kombinasi baru dari konsep yang
sudah ada dalam pikiran.8 Sejalan dengan hal tersebut, Leng & Hoo
yang dikutip oleh Abdul Azis menyatakan bahwa, creative thinking
is the ability to see a new way that can result in invening new
combination. 9 Artinya berpikir kreatif dipandang sebagai
kemampuan untuk melihat sesuatu dengan cara baru yang dapat
mengakibatkan pada penemuan kombinasi baru. Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif
merupakan kemampuan seseorang dalam melihat sesuatu yang baru
lalu menghubungkan ide-ide baru tersebut untuk menghasilkan
sesuatu yang baru.
Kemampuan berpikir kreatif sering kali dikaitkan dengan
aktivitas pemecahan masalah. Pendentingnya kemampuan berpikir
kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah ditunjukkan oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al yang dikutip oleh
Abdul Azis, mereka menyimpulkan bahwa kemampuan elaborasi,
yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan
faktor kunci yang menstimulasi siswa untuk mengkreasi
pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan masalah. 10
Pendapat lain yang menjelaskan keterkaitan antara berpikir kreatif
dan pemecahan masalah dikemukakan oleh Treffinger
dalam
Abdul Azis, yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
diperlukan untuk memecahkan masalah, khususnya masalah
kompleks.11
Ketika seseorang telah memiliki ide-ide kreatif, maka
mereka akan memproses ide-ide tersebut. Proses pengolahan ide-ide
kreatif dinamakan proses berpikir kreatif. Proses tersebut tentunya
8Abdul

Azis,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Brigss Siswa Kelas VIIIMTs
NW Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 2:10, (Maret, 2014), 1080
9Abdul Azis,et.al ,Loc cit
10
Ibid, 1080
11
Ibid, 1081

5

melalui beberapa tahapan. Adapun proses berpikir kreatif menurut
Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The Art of
Thought yaitu (1) persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, dan (4)
verifikasi.12 Selain itu menurut David Campbell, Ph. D menjelaskan
bahwa proses berpikir kreatif yaitu (1) persiapan, (2) konsentrasi,
(3) inkubasi, (4) iluminasi, dan (5) verifikasi.13Pada tahap pertama,
siswa menyiapkan diri dengan mengumpulkan data dan menulis
semua informasi. Tahap kedua, siswa berkonsentrasi mencari cara
untuk menyelesaikan masalah. Tahap ketiga, siswa sejenak
merelaksasi diri seakan-akan melepaskan beban masalah sampai
menemukan inspirasi. Tahap keempat yaitu siswa seoalah-olah
mendapatkan insipirasi/pencerahan. Tahap kelima, siswa mulai
menguji ide baru tersebut terhadap pemecahan masalah.
Proses berpikir kreatif sangat diperlukan dalam
mengeluarkan ide-ide untuk menyelesaikan masalah matematika.
Diperlukan soal-soal yang dapat mengasah dan mendorong berpikir
kreatif siswa yaitu soal yang tidak hanya memiliki satu alternatif
penyelesaian masalah, melainkan memiliki beberapa alternatif yang
memungkinkan bahkan memiliki berbagai kemungkinan jawaban.
Soal tersebut merupakan soal matematika dengan pendekatan openended. Soal dengan pendekatan open-endedakan mengukur proses
berpikir kreatif seseorang karena jenis permasalahan yang
digunakan dalam soal open-ended biasanya masalah non rutin.
Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam
menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Perbedaan proses
berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan permasalahan
matematika dikarenakan perbedaan keterampilan kreativitas yang
mereka miliki. Keterampilan tersebut mempengaruhi mereka dalam
merumuskan masalah dan menghasilkan gagasan-gagasan baru.
Menurut Suharnan dalam Khomaruddin, keterampilan kreativitas
siswa dipengaruhi oleh beberapa komponen penting yaitu (1) gaya

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:Rineka Cipta,
2009), 39
13
Hendra Surya, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, (Jakarta: Kompas
Gramedia,2011), 197
12

6

kognitif, (2) motivasi, (3) karakteristik pribadi, dan (4)
lingkungan.14
Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam
belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan
pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan
yang berhubungan dengan lingkungan belajar. 15 Orang yang
memiliki gaya kognitif
yang sama, belum tentu memiliki
kreativitas yang sama. Apalagi orang yang memiliki gaya kognitif
yang berbeda, kecenderungan perbedaan yang dimiliki berbeda
pula.
Menurut Woolfolk, gaya kognitif dibedakan menjadi dua
dimensi yakni (1) perbedaan aspek psikologis, yang terdiri dari field
dependent (FD) dan fieldindependent (FI), (2) waktu pemahaman
konsep, yang terdiri dari gaya impulsive dan gaya reflective.16Gaya
kognitif field dependent (FD) dan fieldindependent (FI) merupakan
gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis dan berpikir orang
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Crowl et al. dalam Eka,
mendefinisikan field independent sebagai gaya kognitif seseorang
dengan tingkat kemandirian yang tinggi dalam mencermati suatu
rangsangan tanpa ketergantungan dari guru. Sedangkan field
dependent sebagai gaya kognitif seseorang yang cenderung dan
sangat bergantung pada sumber informasi dari guru.17
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat
keterkaitan antara gaya kognitif siswa dengan proses berpikir kreatif
siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended).
Terdapat perbedaan proses berpikir kreatif dari gaya kognitif field
dependent (FD) dan fieldindependent (FI). Oleh karena itu,
penelitian ini berjudul “Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa
Dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka (Open-Ended)

Komaruddin,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah
Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika,
2:1, (Maret, 2014), 31
15Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara,
2005), 185
16Ibid, 187
17
I wayan Eka Putral,”Pengaruh Model Pembelajaran Perubahan Konseptual Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Ditinjau Dari Gaya Kognitif”, e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha :Program Studi IPA, Volume 4, (2014), 4

14

7

Dibedakan dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field
Independent”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah proses berpikir kreatif siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent dalam menyelesaikan masalah
terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo?
2. Bagaimanakah proses berpikir kreatif siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent dalam menyelesaikan masalah
terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo?
3. Bagaimanakah perbedaan proses berpikir kreatif siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent
dalam
menyelesaikan
masalah
terbuka
di
SMA
Muhammadiyah 2 Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent dalam menyelesaikan masalah
terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
2. Mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa yang memiliki
gaya kognitif field independent dalam menyelesaikan masalah
terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
3. Menuliskan perbedaan proses berpikir kreatif siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent
dalam
menyelesaiakan
masalah
terbuka
di
SMA
Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa
dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended) dibedakan dari
gaya kognitif field dependent dan field independent, diharapkan
dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi guru: sebagai bahan masukan dalam mengembangkan
pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa
karena guru mengetahui gaya kognitif siswa

8

2.
3.
4.

Bagi pembaca: dapat dijadikan dasar atau acuan dalam
penelitian selanjutnya
Bagi siswa: dengan mengetahui gaya kognitif yang dimiliki,
siswa dapat merubah cara belajar agar hasil belajar lebih
optimal
Bagi penulis: memberikan pengalaman, pengetahuan dan
wawasan baru tentang perbedaan proses berpikir kreatif
seseorang yang memiliki gaya kognitif field dependent dan
field independent.

E. Definisi Operasional
1. Proses berpikir kreatif adalah tahapan yang dilakukan siswa
ketika berpikir kreatif yang terdiri dari persiapan, konsentrasi,
inkubasi, iluminasi, dan verifikasi
2. Masalah dalam matematika merupakan persoalan matematika
yang masih dapat diselesaikan akan tetapi tidak menggunakan
cara/algoritma yang rutin.
3. Masalah terbuka (open-ended) dalam matematika merupakan
permasalahan dalam matematika yang memiliki berbagai
alternatif cara
penyelesaian dan berbagai kemungkinan
jawaban.
4. Proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah terbuka
(open-ended) adalah tahapan berpikir kreatif yang dilakukan
siswa ketika menyelesaikan permasalahan dalam matematika
yang memiliki berbagai alternatif cara penyelesaian dan
berbagai kemungkinan jawaban.
5. Gaya kognitif field dependent adalah gaya berpikir siswa yang
masih memerlukan bantuan guru dalam mengolah dan
menghubungkan
informasi
yang
diperoleh
untuk
menyelesaikan masalah terbuka (open ended).
6. Gaya kognitif field independent adalah gaya berpikir siswa
dalam mengolah dan menghubungkan informasi yang diperoleh
untuk menyelesaikan masalah terbuka (open ended) secara
mandiri.
7. Perbedaan proses berpikir kreatif siswa yang bergaya kognitif
field dependent dan field independent dalam menyelesaikan
masalah terbuka (open-ended) adalah perbedaan tahapan
berpikir kreatif yang dilakukan siswa bergaya kognitif field
dependent dan field independentketika menyelesaikan

9

permasalahan dalam matematika yang memiliki berbagai
alternatif cara penyelesaian dan berbagai kemungkinan
jawaban.
F.

Batasan Masalah
Agar penelitian tidak melebar pembahasannya, maka diperlukan
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
2. Penelitian ini hanya tertuju pada proses berpikir kreatif siswa
dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended)

G.

Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bab I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, batasan penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab II : Kajian pustaka berisi tentang definisi proses berpikir
kreatif, masalah terbuka, proses berpikir kreatif dalam
menyelesaikan masalah, gaya kognitif.
Bab III : Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, waktu
dan tempat penelitian, subjek penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis
data, dan prosedur penelitian.
Bab IV :Pembahasan dan hasil penelitian berisi tentang paparan
data dan analisis data hasil penelitian, pembahasan hasil
penelitian, dan diskusi hasil penelitian.
Bab V : Simpulan dan saran berisi tentang simpulan dan saran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Proses Berpikir Kreatif
1. Berpikir
Berpikir merupakan suatu aspek keberadaan dari
manusia. Manusia memiliki kelebihan yaitu berupa akal yang
tidak dimiliki oleh makhluk lain. Manusia yang berakal
menggunakan akalnya untuk berpikir. Berpikir merupakan
aktivitas mental untuk mengolah pengetahuan atau menyusun
ulang informasi dari lingkungan. Berpikir juga merupakan
proses kognitif yang digunakan seseorang untuk menyelesaikan
permasalahan.
Menurut Santrock, berpikir adalah manipulasi atau
mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori. 1
Sedangkan menurut Arends mendifinisikan berfikir sebagai
proses yang melibatkan operasi mental, seperti induksi,
deduksi, klasifikasi, dan penalaran. 2 Solso juga menjelaskan
tentang definisi berpikir sebagai berikut:
Thinking is a process by which a new mental
representation is formed through the
transformation of information by complex
interaction of the mental attributes of
judging, abstracting, reasoning, imagining
and problem solving.3
Artinya berpikir merupakan proses yang menghasilkan
representasi mental baru melalui transformasi informasi yang
melibatkan interaksi secara kompleks antara atribut-atribut
mental seperti penilaian, abtraksi, penalaran, imajinasi, dan
pemecahan masalah. Dapat dikatakan, bahwa berpikir
merupakan proses mengolah informasi yang melibatkan

1

Santrock., A Topical Approach to Life-Span Development Edition., (New York:
McGraw Hill Companies)
2
Arends. Learning to Teach Fifth Edition. Singapure: McGrawhill Higher
Education
3Robert L, Solso. Cognitive Psychology. (MA: Allyn and Bacon,1995),408
10

11

aktivitas mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran,
imajinasi, dan pemecahan masalah.
Berdasarkan beberapa definisi tentang berpikir, dapat
disimpulkan bahwa berpikir adalah aktivitas kognitif siswa
dalam mengolah, memproses informasi, dan menghubungkan
ide-ide dengan menggunakan operasi mental yaitu bernalar,
berimajinasi, dan abstraksi.
2.

Berpikir Kreatif
Proses berpikir itu dapat berwujud di dalam dua
bentuk, yaitu proses berpikir tingkat rendah dan proses berpikir
tingkat tinggi. 4 Proses berpikir tingkat rendah ialah proses
berpikir yang tidak membutuhkan kemampuan tingkat tinggi
untuk menjawabnya, artinya berpikir hanya melibatkan
kemampuan siswa untuk menerima dan mengucapkan kembali
fakta-fakta atau menghafal suatu rumusan dengan cara
melakukan pengulangan terus menerus. Sedangkan proses
berpikir tingkat tinggi ialah proses berpikir yang menggunakan
aktivitas mental yang berupa analisis, sintesis, penalaran, dan
generalisasi. Salah satu bagian dari proses berpikir tingkat
tinggi yaitu berpikir kreatif.
Istilah kreativitas dan berpikir kreatif, sering disama
artikan oleh kebanyakan orang. Akan tetapi, sebenarnya kedua
istilah tersebut berbeda akan tetapi masih terdapat keterkaitan
antar keduanya. Kreativitas merupakan produk/hasil dari
berpikir kreatif seseorang. Istilah produk dalam hal ini, tidak
hanya menghasilkan sesuatu hal baru yang berwujud konkret,
akan tetapi juga dapat berbentuk gagasan atau ide baru lainnya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Stein yang dikutip oleh
Supriadi dan dikutip lagi oleh Efendi yang menyatakan bahwa
kretivitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif,
karena produk kreatif merupakan cara untuk menilai tinggi
rendahnya kreativitas seseorang yang diukur dari orisinalitas
dan kebaruan dari karya tersebut.5

Tilaar, Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship, (Jakarta:Kompas Media
Nusantara, 2012),51
5Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung : Alfabeta, 2005), 261

4

12

Menurut Surya, berpikir kreatif merupakan proses
(tindakan) yang menjadi sarana untuk merangsang dan
memunculkan berbagai potensi maupun bakat yang
tersembunyi dari dalam diri seseorang menjadi sebuah talenta,
gagasan maupun hasil karya yang orisinal.6Ali dan Asrori yang
dikutip dalam Khomaruddin, menyatakan bahwa berpikir
kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan
sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya
yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang
dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk
menghadapi
permasalahan
dan
mencari
alternatif
pemecahannya
melalui
cara-cara
berpikir
divergen.7Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa berpikir kreatif ialah proses dan kemampuan seseorang
menumbuhkan potensi untuk menghasilkan karya yang baru
yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan.
Sedangkan hasil penelitian Subandar dan Munandar
dalam Abdul Azis, menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah
memberikan
macam-macam
kemungkinan
jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
keragaman jumlah dan kesesuaian. 8 Krutetski dalam Abdul
Azis juga menyatakan bahwa
berpikir kreatif sebagai
kemampuan untuk menemukan solusi suatu masalah secara
fleksibel. 9 Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diartikan
bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai
alternatif cara penyelesaian yang menghasilkan berbagai
kemungkinan jawaban.
Ada beberapa indikator untuk mengetahui kemampuan
berpikir kreatif siswa. Hal ini juga dikemukakan oleh Silver
Hendra, S, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar,( Jakarta :Kompas Media ,
2011),190
7
Komaruddin,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah
Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika,
2:1, (Maret, 2014), 30
8Abdul Azis,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Brigss Siswa Kelas VIIIMTs
NW Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 2:10, (Maret, 2014), 1081
9Ibid
6

13

yang diperjelas oleh Krisnawati dalam Richardo, bahwa
terdapat tiga aspek untuk mengetahui kemampuan berpikir
kreatif siswa, 10 yaitu: (a) kelancaran, (b) fleksibel, dan (c)
kebaruan.
a. Kelancaran
Siswa dapat menemukan jawaban yang beragam dan
bernilai benar dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
dengan menggunakan satu cara penyelesaian.
b. Fleksibilitas
Siswa dapat menemukan satu jawaban benar dengan
menggunakan beragam cara penyelesaian masalah.
c. Kebaruan
Siswa dapat menemukan cara yang tidak biasa untuk
tingkat pengetahuan siswa pada umumnya atau juga siswa
dapat menemukan cara baru yang berbeda dengan yang
diajarkan guru dan bernilai benar dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Setiap siswa tentunya memiliki tingkat kemampuan
berpikir kreatif yang berbeda-beda. Peneliti membuat
penjenjangan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
seperti tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif
Tingkat
Tingkat 3
(Kreatif)

Tingkat 2
(Cukup Kreatif)

10Rino

Karakteristik
Siswa dapat menunjukkan
semua indikator kemampuan
berpikir
kreatif
dalam
memecahkan
masalah
(kelancaran, fleksibilitas, dan
kebaruan)
Siswa dapat menunjukkan dua
aspek indikator kemampuan
berpikir
kreatif
dalam

Richardo,et.al.,”Tingkat Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”, Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika, 2:2, (April, 2014), 143

14

Tingkat 1
(Kurang Kreatif)

Tingkat 0
(Tidak Kreatif)
3.

memecahkan
masalah
(kelancaran dan fleksibilitas,
atau kelancaran dan kebaruan,
atau fleksibilitas dan kebaruan)
Siswa dapat menunjukkan satu
aspek indikator kemampuan
berpikir
kreatif
dalam
memecahkan
masalah
(kelancaran, atau fleksibilitas,
atau kebaruan)
Siswa
tidak
menunjukkan
ketiga
aspek
kemampuan
berpikir kreatif

Proses Berpikir Kreatif
Mengeluarkan ide dan potensi dalam diri, diperlukan
berpikir kreatif. Ketika seseorang melakukan kegiatan berupa
berpikir kreatif, maka orang tersebut akan mengalami proses
berpikir kreatif.
Proses berpikir kreatif adalah tahap-tahap yang dialami
seseorang ketika berpikir kreatif. Helmholtz pada tahun 1898,
mengungkapkan proses berpikir kreatif. Dia merupakan
inspirator teori proses berpikir kreatif, dimana proses tersebut
terdiri dari: (1) kejenuhan, (2) inkubasi, (3) inspirasi, dan (4)
verifikasi. 11 Sedangkan menurut Wallas tahun 1926 menulis
dalam bukunya yang berjudul ”The Art Of Thought”, proses
berpikir kreatif terdiri dari:
a. Persiapan
The preparation step consists of observing,
listening, asking, reading, collecting, comparing,
contrasting, analyzing, and relating all kinds of objects
and information. 12 Artinya pada tahap persiapan ini,
seseorang mengamati, mendengarkan, bertanya, membaca,

Angie Miller, “Psychology of Aethetics, Creativity and The Arts”, Jurnal
International,1:4,(Agustus,2011)
12
Paul.”Four Stages in The Vintage Creative Theory Thought Proses”,www.idea-process,
diakses tanggal 8 April 2014
11

15

b.

c.

Paul, Loc cit
Ibid

13
14

mengumpulkan, membandingkan, menganalisis, dan
mengaitkan semua jenis objek dan informasi.
Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam
yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya
sama dengan berat badan angsa itu?
Pada tahap ini, siswa membaca soal tersebut. Lalu
mencermati masalah, yakni berapa ekor ayam yang
dibutuhkan agar beratnya sama dengan berat seekor angsa.
Siswa menuliskan informasi yang diperoleh bahwa seekor
angsa beratnya 10 kg.
Inkubasi
The incubation process is both conscious and
unconscious. This step involves thinking about parts and
relationships, reasoning, and often a fallow period. 13
Artinya proses inkubasi adalah proses berpikir secara sadar
dan tidak sadar. Tahap berpikir ini melibatkan bagianbagian dan hubungan, penalaran, dan masa kosong (tidak
memikirkan masalah).
Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam
yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya
sama dengan berat badan angsa itu?
Siswa mulai memikirkan kemungkinan cara yang
dapat digunakan untuk menyelesaiakan masalah di atas.
Siswa terdiam untuk berpikir seolah-olah melupakan
permasalahan yang dia hadapi. Proses berpikir tersebut
dapat berlangsung lama maupun sebentar, hal ini
bergantung pada kecerdasan kreatif siswa.
Iluminasi
Inspirations very often appear during this fallow
period (of incubation). This probably accounts for the
popular emphasis on releasing tensions in order to be
creative. 14 Inspirasi biasanya sering muncul ketika masa
kosong (inkubasi). Hal ini merupakan melepaskan tekanan
sehingga ide kreatif tiba-tiba muncul seperti ilham.

16

d.

15Ibid

Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam
yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya
sama dengan berat badan angsa itu?
Siswa menemukan cara untuk menyelesaikan
masalah di atas. Biasanya siswa melihat kembali informasi
yang telah ditulis. Cara yang ditemukan siswa berbedabeda, seperti: siswa dapat memisalkan berat ayam 1 kg, 2
kg, 5 kg, dan sebagainya. Dengan memisalkan berat ayam,
maka dapat ditemukan banyak ayam yang dibutuhkan agar
setara dengan berat seekor angsa.
Verifikasi
The step labeled verification is a period of hard
work. This is the process of converting an idea into an
object or into an articulated form. 15 Artinya tahap ini
adalah masa kerja keras. Ini adalah proses pengubahan
sebuah ide menjadi suatu bentuk yang lebih jelas. Dalam
hal ini diartikan menguji solusi atau ide yang diperoleh.
Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam
yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya
sama dengan berat badan angsa itu?
Siswa mulai menyelesaikan masalah di atas.
Siswa penyelesaian masalah yang telah ditemukan pada
tahap iluminasi, terdiri dari:
1) Jika berat ayam 1 kg, maka 1 + 1 + 1 +
1 +1 +1 +1 +1 +1 +1 =
10 . Sehingga membutuhkan sepuluh ekor ayam
agar beratnya sama dengan seekor angsa
2) Jika berat ayam 2 kg, maka 2 + 2 + 2 +
2 + 2 = 10 . Sehingga membutuhkan lima
ekor ayam agar beratnya sama dengan seekor angsa
3) Jika berat ayam 5 kg, maka 5 + 5 = 10 .
Sehingga dibutuhkan dua ekor ayam agar beratnya
sama dengan seekor angsa
4) Jika berat ayam 10 kg, maka hanya membutuhkan
seekor ayam agar beratnya sama dengan seekor angsa
5) Jika berat ayam berbeda yaitu 2 kg dan 3 kg, maka
2 + 2 + 3 + 3 = 10
.
Sehingga

17

dibutuhkan masing-masing dua ekor ayam yang
beratnya 2 kg dan 3 kg.
6) Jika berat ayam berbeda yaitu 1 kg, 2 kg dan 3 kg,
maka 1 + 1 + 2 + 3 + 3 = 10
.
Sehingga dibutuhkan masing-masing dua ekor ayam
yang beratnya 1 kg dan 3 kg, serta satu ekor beratnya
2 kg.
7) Jika berat ayam berbeda yaitu 2 kg, 3 kg dan 5 kg.
2 + 3 + 5 = 10
. Sehingga dibutuhkan
masing-masing satu ekor ayam yang beratnya 2 kg, 3
kg dan 5 kg.
8) Jika berat ayam berbeda yaitu 4 kg dan 6 kg. 4 +
6 = 10 . Sehingga dibutuhkan masing-masing
satu ekor ayam yang beratnya 4 kg dan 6 kg.

Selain tahap proses berpikir kreatif Wallas, De Porter
juga memformulasikan lima tahap proses kreatif, yaitu:
a.

Persiapan: mendefinisikan masalah, menulis berbagai
informasi dan tujuan dari permasalahan yang dihadapi.
b. Inkubasi: proses seseorang mulai memahami permasalahan
dan mengolah informasi yang diperoleh dalam pikiran.
c. Iluminasi: mendesak gagasan-gagasan agar bermunculan
untuk menyelesaikan masalah. Gagasan tersebut muncul
seperti ilham yang secara tiba-tiba.
d. Verifikasi: memastikan apakah gagasan yang diperoleh
benar-benar memecahkan masalah.
e. Aplikasi:
seseorang mengambil langkah-langkah untuk
menindaklanjuti gagasan tersebut. Apabila gagasan yang
diperoleh salah, maka orang tersebut akan memikirkan
gagasan lain agar masalahnya terselesaikan.
Selain dijelaskan oleh Wallas dan De porter, proses
berpikir kreatif juga dijelaskan oleh Devito. Tahapan proses
berpikir kreatif menurut Devito
terdiri dari analisis,
manipulasi, impresse, eureka, dan verifikasi.16 Tahapan proses
berpikir kreatif menurut Devito tidak jauh berbeda dengan
Wallas, hanya saja berbeda dalam hal penyebutannya saja.

16Agus

Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung : Alfabeta, 2005), 290

18

Tahap pertama, siswa melakukan analisis data dan informasi
yang diperolehnya. Tahap kedua yaitu manipulasi, siswa mulai
memikirkan hal-hal yang mungkin untuk menyelesaikan
permasalahan. Tahap ketiga yakni impresse merupakan tahap
inkubasi siswa, yaitu siswa melupakan dan berhenti sejenak
seolah-olah melupakan masalah. Tahap yang keempat
merupakan tahap eureka, artinya siswa mulai mendapatkan
inspirasi. Tahap terakhir yaitu verifikasi, siswa melakukan
pengecekkan jawaban dari gagasan yang diperoleh.
Semakin berkembangnya zaman, David Campbell,
dalam bukunya “Mengembangkan Kreativitas” yang dikutip
oleh Surya menjelaskan bahwa proses berpikir kreatif terdiri
atas: (1) persiapan, (2) konsentrasi, (3) inkubasi, (4) iluminasi,
(5) verifikasi.17Adapun penjelasan dari tahapan tersebut seperti
di bawah ini:
a. Persiapan
Tahap ini merupakan tahap mempelajari masalah
dengan cara membaca soal dengan cermat, menulis semua
informasi, dan menghubungkan semua informasi yang
diperoleh.
b. Konsentrasi
Tahap
ini,
seseorang
mulai
meresapi
permasalahan, memikirkan masalah yang terjadi, dan harus
diselesaikan seperti apa masalah itu.
c. Inkubasi
Tahap ini, seseorang akan mengesampingkan
permasalahan sejenak untuk merileksasikan pikiran.
Mengambil waktu untuk beristirahat dengan tidak
memikirkan masalah yang dihadapai.
d. Iluminasi
Setelah
berdiam diri,
mereka
tiba-tiba
mendapatkan inspirasi. Ide seketika datang di dalam
pikiran. Mereka mendapatkan solusi untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.

Hendra Surya, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, ( Jakarta: Kompas Gramedia
2011), 198

17

19

e.

Verifikasi
Pada tahap ini, seseorang menguji ide yang
muncul secara tiba-tiba itu. Seseorang akan mengetahui
idenya merupakan solusi dari permasalahan atau tidak,
setelah orang itu mencobanya. Apabila ide bukan
merupakan solusi, maka orang tersebut melakukan
perbaikan dari idenya tersebut.
Berikut contoh soal yang menggunakan proses
berpikir kreatif menurut Campbell: terdapat tiga tim A,B, dan C
mengikuti perlombaan “Lari Marathon”. Setiap tim terdiri dari
sepuluh pelari, adapun perolehan ranking pelari dari masingmasing tim, yaitu: (1) tim A menduduki ranking 1, 3, 8, 13, 14,
18, 24, 26, 27, 28, (2) tim B menduduki rangking 2, 5, 6, 12,
15, 16, 20, 22, 23, 30, dan (3) tim C menduduki ranking 4, 7, 9,
10, 11, 17, 19, 21, 25, 29. Manakah tim pelari yang menjadi
pemenang umum lomba “Lari Marathon” tersebut?
Adapun cara menyelesaikan masalah dengan
menggunakan proses berpikir kreatif menurut Campbell:
a. Pada tahap pertama, siswa membaca soal tersebut dan
mencermati masalah. Siswa menuliskan semua informasi
yang diperoleh. Untuk memudahkan siswa mencermati
permasalahan, sebaiknya siswa menuliskan perolehan
ranking dalam sebuah tabel, seperti di bawah ini:
Tabel 2.2
Perolehan ranking perlombaan “Lari Marathon”
RP
1
2
3
4
5
6

TP
A
B
A
C
B
B

RP
7
8
9
10
11
12

TP
C
A
C
C
C
B

RP
13
14
15
16
17
18

TP
A
A
B
B
C
A

Keterangan : RP : Ranking Pelari
TP : Tim Pelari

RP
19
20
21
22
23
24

TP
C
B
C
B
B
A

RP
25
26
27
28
29
30

TP
C
A
A
A
C
B

20

b.

Tahap kedua, siswa mulai merencanakan penyelesaian
masalah tersebut. Menggunakan berbagai kemungkinan
agar masalah tersebut dapat terselesaikan.
c. Pada tahap ketiga, siswa berdiam diri seolah-olah
melupakan permasalahan, akan tetapi sebenarnya dia
sedang memikirkan cara menyelesaikan masalah tersebut.
Siswa membutuhkan waktu hingga menemukan ide untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
d. Tahap selanjutnya yaitu ketika siswa menemukan ide
untuk
menyelesaikan
masalah
tersebut,
seperti
mengurutkan pemenang dari banyaknya pelari pada setiap
tim yang berada pada sepuluh besar atau penentuan
rangking berdasarkan jumlah rangking yang diperoleh dari
setiap tim.
e. Tahap yang terakhir yaitu menguji ide yang diperoleh,
dengan menerapkan ide untuk menyelesaikan masalah,
seperti:
1) Mengurutkan pemenang ditentukan dari banyaknya
pelari pada setiap tim yang berada pada sepuluh besar.
Tim A : sebanyak tiga orang
Tim B : sebanyak tiga orang
Tim C : sebanyak empat orang
Berdasarkan penyelesaian di atas, diketahui bahwa
juara pertama diperoleh tim C, sedangkan juara kedua
diperoleh tim A dan B.
2) Rangking ditentukan dari jumlah rangking yang
diperoleh dari setiap tim, yang memperoleh jumlah
paling sedikit merupakan pemenang.
Tim A :1 + 3 + 8 + 13 + 14 + 18 + 24 + 26 + 27 +
28 = 162
Tim B :2 + 5 + 6 + 12 + 15 + 16 + 20 + 22 + 23 +
30 = 151
Tim C :4 + 7 + 9 + 10 + 11 + 17 + 19 + 21 + 25 +
29 = 152
Berdasarkan penyelesaian di atas, diketahui bahwa
juara pertama diperoleh tim B, juara kedua diperoleh
tim C, dan juara ketiga diperoleh tim A.
Adapun indikator proses berpikir kreatif menurut
Campbell dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

21

Tabel 2.3
Indikator Proses Berpikir Kreatif Campbell
No

Tahap

1

Persiapan

2

Konsentrasi

3

Inkubasi

4

Iluminasi

5

Verifikasi

Indikator
Membaca masalah terbuka
Mengamati masalah terbuka
Mengidentifikasi masalah
Menuliskan rumusan masalah
Mengumpulkan informasi yang
relevan
F. Menulis semua informasi yang
diperoleh
G. Mengaitkan informasi dengan
masalah
H. Membuat dugaan tentang strategi
penyelesaian masalah
I. Mengumpulkan beberapa
kemungkinan penyelesaian masalah
J. Menata konsep untuk menemukan
cara lanjutan
K. Membangun gagasan atau ide
L. Menemukan ide untuk
menyelesaikan masalah terbuka
M. Mengoreksi kembali informasi yang
diperoleh
N. Menetukan atribut penyelesaian
masalah
O. Menetapkan langkah menyelesaikan
masalah terbuka
P. Mengujikan ide yang ditemukan
pada tahap illuminasi
Q. Menuliskan solusi dalam
menyelesaikan masalah
R. Memeriksa kembali solusi
A.
B.
C.
D.
E.

Keterangan : A – R : Kode indikator proses berpikir kreatif

22

B. Masalah Terbuka (Open-Ended)
Setiap orang pasti pernah mengalami masalah dalam
hidupnya. Adanya masalah tersebut membuat seseorang berusaha
untuk menyelesaikannya. Krulik dan Rudnick dalam Sulaihah,
menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi atau sejenisnya
yang dihadapi seseorang atau kelompok yang menghendaki
keputusan dan mencari jalan untuk mendapat pemecahan.18
Menurut Polya dalam Suherman, tidak semua persoalan
merupakan sebuah masalah karena masalah memiliki beberapa
unsur yaitu (1) mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan,(2)
belum memiliki algoritma untuk menyelesaikannya,(3) mempunyai
keinginan untuk menyelesaikan. 19 Berdasarkan pendapat tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa. Sebuah soal dapat dikatakan masalah
apabila seseorang tersebut memiliki keinginan untuk menyelesaikan
dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya.
Masalah dalam matematika merupakan persoalan
matematika yang masih dapat diselesaikan akan tetapi tidak
menggunakan cara/algoritma yang rutin. Soal matematika dapat
dikatakan sebuah masalah jika siswa belum pernah menjumpai dan
menyelesaikan soal seperti itu. Keadaan seperti itu menjadikan
siswa berkeinginan untuk menyelesaikannya masalah tersebut.
Menurut Ruseffendi dalam Afghani, masalah dalam
matematika diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu close
problem dan open-ended problem. 20 Close problem atau yang
dikenal dengan masalah tertutup merupakan permasalahan dalam
matematika yang memiliki satu jawaban benar. Masalah tersebut
terstruktur dengan baik dan memiliki cara tertentu untuk
menyelesaikannya. Sedangkan open-ended problem (masalah
terbuka) merupakan masalah dalam matematika yang memiliki
banyak alternatif untuk menyelesaikannya bahkan memiliki
berbagai macam jawaban.

Siti, Sulaihah. Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Kontekstual Matematika Kelas
VIII A SMP Negeri 1 Pamekasan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (Surabaya:
UNESA,2008), 10
19
Suherman, E., Winataputra, U. S, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka Depdikbud. 1992), 17
20
Jarnawi Afghani, Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika, Skripsi,
Tidak dipublikasikan, (Surabaya: UNESA,2010), 2
18

23

Masalah terbuka dalam matematika adalah soal
matematika yang dirancang agar soal tersebut memiliki banyak
alternatif jawaban dan cara penyelesaiannya. Karena jawaban dari
masalah terbuka bermacam-macam, menyebabkan siswa dituntut
membuat hipotesis, membuat perkiraan, mengungkapkan pendapat,
menghasilkan hal yang baru, dan mengasah wawasan yang dimiliki.
Sehingga dengan adanya masalah terbuka dalam matematika, dapat
mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika.
Jenis masalah yang digunakan dalam open-ended problem
dalam matematika, ialah masalah yang non rutin diberikan oleh
guru. Dasar keterbukaan (openness) dari open-ended problem dapat
diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu: (1) process is open, (2) end
product are open, (3) ways to develop are open.21Process is open
artinya masalah terbuka memiliki berbagai alternatif cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut. End product are open artinya
masalah terbuka memiliki berbagai macam jawaban yang
memungkinkan sehingga memiliki jawaban benar yang banyak.
Sedangkan ways to develop are openartinya ketika siswa telah
menyelesaikan masalah, siswa tersebut mengembangkan
permasalahan dengan mengubah beberapa kondisi dari masalah
yang ada.
Menurut Hamdani, terdapat tiga tipe masalah terbuka
yaitu: (1) classifying (mengklasifikasikan), (2) finding relations
(menemukan hubungan), (3) measuring (pengukuran). 22 Tipe
classifying (mengklasifikasikan) ialah masalah terbuka dengan
mengklasifikasikan menurut perbedaan karakteristik yang muncul
untuk membuat formula beberapa konsep matematika. Tipe finding
relations (menemukan hubungan) ialah masalah terbuka yang
menemukan beberapa aturan atau relasi secara matematika.
Sedangkan tipe measuring (pengukuran) ialah masalah terbuka
yang memiliki berbagai alternatif untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Jenis masalah ini melibatkan beberapa bagian dari berpikir
matematika.

Dokumen yang terkait

PROFIL LITERASI STATISTIK SISWA SMA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

16 72 113

ANALISIS DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH DIBEDAKAN BERDASARKAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

0 0 209

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANAK AUTIS DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

1 4 100

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED) DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

1 3 126

Proses Berpikir Mahasiswa FKIP UNISDA dalam Memecahkan Masalah Peluang Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent Berdasarkan Langkah Polya

0 0 6

Proses Berpikir Siswa dalam Penyelesaian Soal Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent pada Materi Skala

0 0 5

View of PROSES BERPIKIR LATERAL SISWA SMA NEGERI 1 PAMEKASAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT

0 0 9

PENALARAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PEMBUKTIAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT - UNS Institutional Repository

0 0 18

DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VIII DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

0 0 19

ANALISIS KREATIVITAS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT DI MTs MUHAMMADIYAH SIRAMPOG - repository perpustakaan

0 0 18