ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED) DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

(1)

(

OPEN-ENDED

)

DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF

FIELD DEPENDENT

DAN

FIELD INDEPENDENT

SKRIPSI

Oleh:

Marsalinda Farkhatus Siam NIM. D74211060

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


(2)

(

OPEN-ENDED

)

DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF

FIELD DEPENDENT

DAN

FIELD INDEPENDENT

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Marsalinda Farkhatus Siam NIM. D74211060

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2016


(3)

Skripsi oleh :

Nama : MARSALINDA FARKHATUS SIAM NIM : D74211060

Judul : ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA

(OPEN-ENDED) DIBEDAKAN DARI GAYA

KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD

INDEPENDENT

ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 26 Oktober 2015 Pembimbing,

Dr. H. A. Saepul Hamdani, M. Pd. NIP. 196507312000031002


(4)

Skripsi oleh Marsalinda Farkhatus Siam ini telah dipertahankan di depanTim Penguji Skripsi.

Surabaya, 12 Januari 2016

Mengesahkan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Dekan,

Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M.Ag. NIP. 196311161989031003

Tim Penguji Penguji I,

Dr. H. A. Saepul Hamdani, M. Pd NIP. 196507312000031002

Penguji II,

Agus Prasetyo Kurniawan, M.Pd. NIP. 198308212011011009

Penguji III,

Drs. Suparto, M.Pd.I NIP. 196904021995031002

Penguji IV,

Dr. Siti Lailiyah, M.Si. NIP. 198409282009122007


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM

MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA (

OPEN-ENDED

)

DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF

FIELD DEPENDENT

DAN

FIELD INDEPENDENT

Oleh :

Marsalinda Farkhatus Siam ABSTRAK

Kreativitas merupakan salah satu komponen penting di era globalisasi saat ini. Akan tetapi pada kenyataannya, pembelajaran di sekolah cenderung mengesampingkan kreativitas siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan proses berpikir kreatif ialah matematika. Mengembangkan proses berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara membiasakan siswa menyelesaikan masalah matematika dalam bentuk masalah terbuka. Setiap siswa tentunya memiliki gaya belajar yang berbeda, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka dibedakan dari gaya kognitif field dependent dan field independent.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 4 orang, diambil dari siswa kelas XI MIA 1 di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo yang telah diberikan Group Embeded Figures Test (GEFT) untuk membedakan gaya kognitif field dependent dan field independent. Pengumpulan data dengan tes tertulis dan wawancara. Tes dan wawancara dianalisis berdasarkan indikator proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah terbuka. Tahapan proses berpikir kreatif yang digunakan menurut Campbel dan tahapan menyelesaikan masalah berdasarkan Polya.

Berkaitan dengan tujuan penelitian, hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah deskripsi proses berpikir kreatif siswa bergaya kognitif field dependent dan field independent pada setiap tahapan menyelesaikan masalah yang terdiri dari memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali penyelesaian. Selain itu perbedaan proses berpikir kreatif siswa bergaya kognitif field dependent dan field independent dalam menyelesaiakan masalah.

Kata Kunci : Kreativitas, Proses Berpikir Kreatif, Group Embeded Figures Test, Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent.


(6)

SAMPUL LUAR ... i

HALAMAN JUDUL... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

F. Batasan Penelitian ... 9


(7)

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Proses Berpikir Kreatif 1. Berpikir ... 10

2. Berpikir Kreatif ... 11

3. Proses Berpikir Kreatif ... 14

B. Masalah Terbuka ... 22

C. Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka (Open-Ended) ... 24

D. Gaya Kognitif ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 37

G. Prosedur Penelitian ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 41

A. Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka Bergaya Kognitif Field Dependent 1. Subjek Field Dependent 1 (FD1) ... 43

2. Subjek Field Dependent 2 (FD2) ... 55 x


(8)

Terbuka Bergaya Kognitif Field Independent

1. Subjek Field Independent 1 (FI1) ... 72

2. Subjek Field Independent 2 (FI2) ... 83

3. Proses Berpikir Kreatif Siswa Bergaya Kognitif FI ... 94

C. Perbandingan Proses Berpikir Kreatif Siswa FD dan FI ... 100

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 109

A. Simpulan ... 109

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN ... 115


(9)

2.1 Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 13

2.2 Perolehan Ranking Perlombaan “Lari Maraton” ... 19

2.3 Indikator Proses Berpikir Kreatif Campbell ... 21

2.4 Indikator Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan MasalahTerbuka ... 25

2.5 Perbedaan Gaya Kognitif FD dan FI ... 29

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.2 Daftar Validator Instrumen Penelitian ... 37

4.1 Daftar Subjek Penelitian ... 41

4.2 Perbandingan Data Subjek FD1 dan FD2 ... 66

4.3 Perbandingan Data Subjek FI1 dan FI2 ... 95

4.4 Perbandingan Proses Berpikir Kreatif Siswa FD dan FI... 100

4.5 Perbedaan Kecenderungan Proses Berpikir Kreatif Siswa Bergaya Kognitif FD dan FI ... 107


(10)

3.1 Alur Penelitian Subjek Penelitian ... 33

4.1 Jawaban Tertulis Subjek FD1 ... 43

4.2 Alur Proses Berpikir Kreatif Siswa FD1 ... 54

4.3 Jawaban Tertulis Subjek FD2 ... 55

4.4 Alur Proses Berpikir Kreatif Siswa FD2... 65

4.5 Jawaban Tertulis Subjek FI1 ... 72

4.6 Alur Proses Berpikir Kreatif Siswa FI1 ... 82

4.7 Jawaban Tertulis Subjek FI2 ... 83

4.8 Alur Proses Berpikir Kreatif Siswa FI2 ... 94


(11)

Lampiran A (Instrumen Penelitian)

1. GEFT Sebelum Revisi ... 116

2. GEFT Setelah Revisi ... 130

3. Lembar Validasi GEFT ... 142

4. Hasil GEFT ... 144

5. Tes Proses Berpikir Kreatif Sebelum Revisi ... 146

6. Revisi Tes Proses Berpikir Kreatif ... 159

7. Tes Proses Berpikir Kreatif Setelah Revisi ... 168

8. Lembar Validasi Tugas Dalam Bentuk Masalah Terbuka ... 183

9. Pedoman Wawancara Sebelum Revisi ... 192

10. Pedoman Wawancara Revisi ... 198

11. Pedoman Wawancara Setelah Revisi ... 202

12. Lembar Validasi Pedoman Wawancara ... 207

Lampiran B (Hasil Penelitian) 1. Jawaban Tertulis Subjek FD1 ... 214

2. Jawaban Tertulis Subjek FD2 ... 215

3. Jawaban Tertulis Subjek FI1 ... 216

4. Jawaban Tertulis Subjek FI2 ... 217

5. Hasil Wawancara Terhadap Subjek FD1 ... 218

6. Hasil Wawancara Terhadap Subjek FD2 ... 221

7. Hasil Wawancara Terhadap Subjek FI1... 224

8. Hasil Wawancara Terhadap Subjek FI2... 227 xiv


(12)

1. Surat Izin Penelitian... 231

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 232

3. Surat Tugas Dosen Pembimbing ... 233

4. Kartu Konsultasi ... 234

5. Biodata Peneliti ... 235

6. Pernyataan Keaslian ... 236


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era saat ini, teknologi dan ilmu pengetahuan menjadi hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat dunia. Perkembangan dan kemajuan teknologi terus meningkat seiring pergantian zaman. Meningkatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mengakibatkan setiap individu harus mampu bersaing secara sportif, yang akan membawanya pada persaingan global. Princeton N. Lyman, yang menyatakan bahwa persaingan global merupakan pertumbuhan dunia yang sangat cepat dan menghubungkan antara negara-negara di dunia.1 Persaingan global yang semakin ketat dan cepat tersebut, menuntut manusia untuk segera beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan. Apabila manusia tidak dapat beradaptasi, maka manusia tersebut akan tertinggal dengan yang lain.

Menghadapi persaingan tersebut, setiap individu diharapkan memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Kemampuan berpikir kreatif dapat digunakan individu untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi di masa sekarang maupun yang akan datang. Bahkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki seseorang, dapat digunakan individu untuk mengantarkannya pada pencapaian prestasi tertentu.

Hakikat pendidikan adalah belajar, yang bertumpu pada empat pilar yaitu (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, learning to live with others, dan (4) learning to be.2Learning to know ialah upaya untuk memahami pengetahuan yang diperoleh dari berbagai pengalaman hidup untuk mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan orang lain. Learning to do ialah mengajarkan pada siswa untuk mengimplementasikan segala sesuatu yang telah dipelajari. Sedangkan learning to live together, learning to live with others ialah mengajarkan siswa agar dapat berinteraksi dengan orang lain dan learning to be ialah mampu memberikan kontribusi untuk 1

Tumija, “Globalisasi” Ayo Belajar Bersama, diakses dari https://tumija.wordpress.com, pada tanggal 2 Mei 2015

2

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:Alfabeta,2012), 6 1


(14)

perkembangan setiap orang, baik secara intelegensi maupun nilai spiritual.

Berdasarkan hakikat pendidikan di atas, pendidikan mempunyai peran yang penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu. Peran pendidikan yaitu membekali peserta didik dengan kompetensi yang dapat mengembangkan bakat, kreativitas dan kemampuan individu agar berfungsi secara optimal.3 Pendidikan juga membina agar bakat dan kreativitas yang dimiliki siswa dapat digunakan sesuai kebutuhan diri sendiri dan orang lain,

Peran pendidikan dapat terwujud secara maksimal jika ditunjang dengan pemberian pembelajaran yang tepat di sekolah. Pembelajaran yang diberikan di sekolah sebaiknya pembelajaran yang dapat mengoptimalkan bakat dan kreativitas yang dimiliki siswa. Hal tersebut bertujuan agar siswa memperoleh pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, dapat membantu siswa untuk menghadapi perubahan dunia yang semakin pesat dan modern.

Mendesain pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa tidaklah mudah. Pembelajaran di sekolah masih mengutamakan hasil belajar siswa, tetapi mengesampingkan pembelajaran yang bersifat melatih berpikir kreatif. Guru mengutamakan logika dan kemampuan menghitung serta sejauh mana siswa dapat mengingat pelajaran yang diajarkan. Secara tidak langsung, kemampuan intelektual siswa diabaikan. Seperti halnya dengan kondisi pembelajaran di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Pada umumnya siswa mengerjakan soal dengan meniru langkah-langkah menyelesaikan masalah dari contoh soal yang diberikan guru.

Melihat kenyataan yang terjadi di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, terdapat ketidaksesuaian antara keadaan yang terjadi dengan isi Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menyebutkan bahwa “prinsip pembelajaran yang digunakan di sekolah harus menerapkan 3

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta:Rineka Cipta, 2009), 6


(15)

nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik”. Selain itu diperkuat dengan tujuan dari Kurikulum 2013 yaitu mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.4

Matematika merupakan ilmu yang universal, yang memiliki peran penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu astronomi, sains, ekonomi, dan sebagainya. Peran penting matematika juga diakui oleh Cockcroft yang mengatakan, it would be very difficult or perhaps impossible to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind.5 Artinya akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. Hal ini juga diperjelas dalam Permendiknas No.22, yang menjelaskan bahwa matematika bertujuan agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep/algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.6 Hal ini menjelaskan bahwa, matematika tidak hanya menekankan pada hasil belajar akan tetapi juga menekankan pada berpikir logis, kreatif, kritis, analogis, dan sistematis. Dengan demikian, matematika dapat mengarahkan siswa untuk berpikir lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Munandar, berpikir kreatif sebagai kemampuan seseorang dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban.7 Dengan kata lain, berpikir kreatif merupakan kemampuan menemukan lebih dari satu jawaban dari suatu permasalahan. Keberagaman jawaban baru yang

4

Permendikbud tahun 2013 55

Fadjar Shadiq, “Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?”, diakses dari http://yahoo.com, pada tanggal 20 februari 2015

6 Depdiknas. Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang Standarisasi Sekolah Dasar dan Menengah.

7 Komaruddin,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:1, (Maret, 2014), 29


(16)

diperoleh, merupakan hasil dari kemampuan berpikir kreatif seseorang.

Pendapat lain dikemukakan oleh Evans yang menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kemampuan menemukan hubungan-hubungan baru, melihat pokok permasalahan dalam perspektif baru, dan membentuk kombinasi baru dari konsep yang sudah ada dalam pikiran.8 Sejalan dengan hal tersebut, Leng & Hoo yang dikutip oleh Abdul Azis menyatakan bahwa, creative thinking is the ability to see a new way that can result in invening new combination. 9 Artinya berpikir kreatif dipandang sebagai kemampuan untuk melihat sesuatu dengan cara baru yang dapat mengakibatkan pada penemuan kombinasi baru. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang dalam melihat sesuatu yang baru lalu menghubungkan ide-ide baru tersebut untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

Kemampuan berpikir kreatif sering kali dikaitkan dengan aktivitas pemecahan masalah. Pendentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al yang dikutip oleh Abdul Azis, mereka menyimpulkan bahwa kemampuan elaborasi, yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci yang menstimulasi siswa untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan masalah. 10 Pendapat lain yang menjelaskan keterkaitan antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah dikemukakan oleh Treffinger dalam Abdul Azis, yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah, khususnya masalah kompleks.11

Ketika seseorang telah memiliki ide-ide kreatif, maka mereka akan memproses ide-ide tersebut. Proses pengolahan ide-ide kreatif dinamakan proses berpikir kreatif. Proses tersebut tentunya 8

Abdul Azis,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Brigss Siswa Kelas VIIIMTs NW Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurnal Elektronik

Pembelajaran Matematika, 2:10, (Maret, 2014), 1080 9

Abdul Azis,et.al ,Loc cit 10

Ibid, 1080 11Ibid, 1081


(17)

melalui beberapa tahapan. Adapun proses berpikir kreatif menurut Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The Art of Thought yaitu (1) persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, dan (4) verifikasi.12 Selain itu menurut David Campbell, Ph. D menjelaskan bahwa proses berpikir kreatif yaitu (1) persiapan, (2) konsentrasi, (3) inkubasi, (4) iluminasi, dan (5) verifikasi.13Pada tahap pertama, siswa menyiapkan diri dengan mengumpulkan data dan menulis semua informasi. Tahap kedua, siswa berkonsentrasi mencari cara untuk menyelesaikan masalah. Tahap ketiga, siswa sejenak merelaksasi diri seakan-akan melepaskan beban masalah sampai menemukan inspirasi. Tahap keempat yaitu siswa seoalah-olah mendapatkan insipirasi/pencerahan. Tahap kelima, siswa mulai menguji ide baru tersebut terhadap pemecahan masalah.

Proses berpikir kreatif sangat diperlukan dalam mengeluarkan ide-ide untuk menyelesaikan masalah matematika. Diperlukan soal-soal yang dapat mengasah dan mendorong berpikir kreatif siswa yaitu soal yang tidak hanya memiliki satu alternatif penyelesaian masalah, melainkan memiliki beberapa alternatif yang memungkinkan bahkan memiliki berbagai kemungkinan jawaban. Soal tersebut merupakan soal matematika dengan pendekatan open-ended. Soal dengan pendekatan open-endedakan mengukur proses berpikir kreatif seseorang karena jenis permasalahan yang digunakan dalam soal open-ended biasanya masalah non rutin.

Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Perbedaan proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika dikarenakan perbedaan keterampilan kreativitas yang mereka miliki. Keterampilan tersebut mempengaruhi mereka dalam merumuskan masalah dan menghasilkan gagasan-gagasan baru. Menurut Suharnan dalam Khomaruddin, keterampilan kreativitas siswa dipengaruhi oleh beberapa komponen penting yaitu (1) gaya

12

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:Rineka Cipta, 2009), 39

13

Hendra Surya, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, (Jakarta: Kompas Gramedia,2011), 197


(18)

kognitif, (2) motivasi, (3) karakteristik pribadi, dan (4) lingkungan.14

Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.15 Orang yang memiliki gaya kognitif yang sama, belum tentu memiliki kreativitas yang sama. Apalagi orang yang memiliki gaya kognitif yang berbeda, kecenderungan perbedaan yang dimiliki berbeda pula.

Menurut Woolfolk, gaya kognitif dibedakan menjadi dua dimensi yakni (1) perbedaan aspek psikologis, yang terdiri dari field dependent (FD) dan fieldindependent (FI), (2) waktu pemahaman konsep, yang terdiri dari gaya impulsive dan gaya reflective.16Gaya kognitif field dependent (FD) dan fieldindependent (FI) merupakan gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis dan berpikir orang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Crowl et al. dalam Eka, mendefinisikan field independent sebagai gaya kognitif seseorang dengan tingkat kemandirian yang tinggi dalam mencermati suatu rangsangan tanpa ketergantungan dari guru. Sedangkan field dependent sebagai gaya kognitif seseorang yang cenderung dan sangat bergantung pada sumber informasi dari guru.17

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara gaya kognitif siswa dengan proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended). Terdapat perbedaan proses berpikir kreatif dari gaya kognitif field dependent (FD) dan fieldindependent (FI). Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa

Dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka (Open-Ended)

14 Komaruddin,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:1, (Maret, 2014), 31

15

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), 185

16 Ibid, 187

17I wayan Eka Putral,”Pengaruh Model Pembelajaran Perubahan Konseptual Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Ditinjau Dari Gaya Kognitif”, e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha :Program Studi IPA, Volume 4, (2014), 4


(19)

Dibedakan dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field

Independent

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah proses berpikir kreatif siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dalam menyelesaikan masalah terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo?

2. Bagaimanakah proses berpikir kreatif siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dalam menyelesaikan masalah terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo?

3. Bagaimanakah perbedaan proses berpikir kreatif siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent dalam menyelesaikan masalah terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dalam menyelesaikan masalah terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

2. Mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dalam menyelesaikan masalah terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

3. Menuliskan perbedaan proses berpikir kreatif siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent dalam menyelesaiakan masalah terbuka di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended) dibedakan dari gaya kognitif field dependent dan field independent, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi guru: sebagai bahan masukan dalam mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa karena guru mengetahui gaya kognitif siswa


(20)

2. Bagi pembaca: dapat dijadikan dasar atau acuan dalam penelitian selanjutnya

3. Bagi siswa: dengan mengetahui gaya kognitif yang dimiliki, siswa dapat merubah cara belajar agar hasil belajar lebih optimal

4. Bagi penulis: memberikan pengalaman, pengetahuan dan wawasan baru tentang perbedaan proses berpikir kreatif seseorang yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent.

E. Definisi Operasional

1. Proses berpikir kreatif adalah tahapan yang dilakukan siswa ketika berpikir kreatif yang terdiri dari persiapan, konsentrasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi

2. Masalah dalam matematika merupakan persoalan matematika yang masih dapat diselesaikan akan tetapi tidak menggunakan cara/algoritma yang rutin.

3. Masalah terbuka (open-ended) dalam matematika merupakan permasalahan dalam matematika yang memiliki berbagai alternatif cara penyelesaian dan berbagai kemungkinan jawaban.

4. Proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended) adalah tahapan berpikir kreatif yang dilakukan siswa ketika menyelesaikan permasalahan dalam matematika yang memiliki berbagai alternatif cara penyelesaian dan berbagai kemungkinan jawaban.

5. Gaya kognitif field dependent adalah gaya berpikir siswa yang masih memerlukan bantuan guru dalam mengolah dan menghubungkan informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah terbuka (open ended).

6. Gaya kognitif field independent adalah gaya berpikir siswa dalam mengolah dan menghubungkan informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah terbuka (open ended) secara mandiri.

7. Perbedaan proses berpikir kreatif siswa yang bergaya kognitif field dependent dan field independent dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended) adalah perbedaan tahapan berpikir kreatif yang dilakukan siswa bergaya kognitif field dependent dan field independentketika menyelesaikan


(21)

permasalahan dalam matematika yang memiliki berbagai alternatif cara penyelesaian dan berbagai kemungkinan jawaban.

F. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak melebar pembahasannya, maka diperlukan batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

2. Penelitian ini hanya tertuju pada proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended)

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, batasan penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian pustaka berisi tentang definisi proses berpikir kreatif, masalah terbuka, proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah, gaya kognitif.

Bab III : Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab IV :Pembahasan dan hasil penelitian berisi tentang paparan data dan analisis data hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan diskusi hasil penelitian.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Berpikir Kreatif

1. Berpikir

Berpikir merupakan suatu aspek keberadaan dari manusia. Manusia memiliki kelebihan yaitu berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Manusia yang berakal menggunakan akalnya untuk berpikir. Berpikir merupakan aktivitas mental untuk mengolah pengetahuan atau menyusun ulang informasi dari lingkungan. Berpikir juga merupakan proses kognitif yang digunakan seseorang untuk menyelesaikan permasalahan.

Menurut Santrock, berpikir adalah manipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori.1 Sedangkan menurut Arends mendifinisikan berfikir sebagai proses yang melibatkan operasi mental, seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran.2Solso juga menjelaskan tentang definisi berpikir sebagai berikut:

Thinking is a process by which a new mental representation is formed through the transformation of information by complex interaction of the mental attributes of judging, abstracting, reasoning, imagining and problem solving.3

Artinya berpikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abtraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dapat dikatakan, bahwa berpikir merupakan proses mengolah informasi yang melibatkan

1

Santrock., A Topical Approach to Life-Span Development Edition., (New York: McGraw Hill Companies)

2 Arends. Learning to Teach Fifth Edition. Singapure: McGrawhill Higher Education

3

Robert L, Solso. Cognitive Psychology. (MA: Allyn and Bacon,1995),408 10


(23)

aktivitas mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah.

Berdasarkan beberapa definisi tentang berpikir, dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah aktivitas kognitif siswa dalam mengolah, memproses informasi, dan menghubungkan ide-ide dengan menggunakan operasi mental yaitu bernalar, berimajinasi, dan abstraksi.

2. Berpikir Kreatif

Proses berpikir itu dapat berwujud di dalam dua bentuk, yaitu proses berpikir tingkat rendah dan proses berpikir tingkat tinggi.4Proses berpikir tingkat rendah ialah proses berpikir yang tidak membutuhkan kemampuan tingkat tinggi untuk menjawabnya, artinya berpikir hanya melibatkan kemampuan siswa untuk menerima dan mengucapkan kembali fakta-fakta atau menghafal suatu rumusan dengan cara melakukan pengulangan terus menerus. Sedangkan proses berpikir tingkat tinggi ialah proses berpikir yang menggunakan aktivitas mental yang berupa analisis, sintesis, penalaran, dan generalisasi. Salah satu bagian dari proses berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kreatif.

Istilah kreativitas dan berpikir kreatif, sering disama artikan oleh kebanyakan orang. Akan tetapi, sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda akan tetapi masih terdapat keterkaitan antar keduanya. Kreativitas merupakan produk/hasil dari berpikir kreatif seseorang. Istilah produk dalam hal ini, tidak hanya menghasilkan sesuatu hal baru yang berwujud konkret, akan tetapi juga dapat berbentuk gagasan atau ide baru lainnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Stein yang dikutip oleh Supriadi dan dikutip lagi oleh Efendi yang menyatakan bahwa kretivitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif, karena produk kreatif merupakan cara untuk menilai tinggi rendahnya kreativitas seseorang yang diukur dari orisinalitas dan kebaruan dari karya tersebut.5

4

Tilaar, Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship, (Jakarta:Kompas Media Nusantara, 2012),51

5

Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung : Alfabeta, 2005), 261


(24)

Menurut Surya, berpikir kreatif merupakan proses (tindakan) yang menjadi sarana untuk merangsang dan memunculkan berbagai potensi maupun bakat yang tersembunyi dari dalam diri seseorang menjadi sebuah talenta, gagasan maupun hasil karya yang orisinal.6Ali dan Asrori yang dikutip dalam Khomaruddin, menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen.7Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif ialah proses dan kemampuan seseorang menumbuhkan potensi untuk menghasilkan karya yang baru yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan.

Sedangkan hasil penelitian Subandar dan Munandar dalam Abdul Azis, menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.8Krutetski dalam Abdul Azis juga menyatakan bahwa berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk menemukan solusi suatu masalah secara fleksibel.9 Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diartikan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai alternatif cara penyelesaian yang menghasilkan berbagai kemungkinan jawaban.

Ada beberapa indikator untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini juga dikemukakan oleh Silver

6

Hendra, S, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar,( Jakarta :Kompas Media , 2011),190

7

Komaruddin,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:1, (Maret, 2014), 30

8

Abdul Azis,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Brigss Siswa Kelas VIIIMTs NW Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurnal Elektronik

Pembelajaran Matematika, 2:10, (Maret, 2014), 1081

9

Ibid


(25)

yang diperjelas oleh Krisnawati dalam Richardo, bahwa terdapat tiga aspek untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa,10 yaitu: (a) kelancaran, (b) fleksibel, dan (c) kebaruan.

a. Kelancaran

Siswa dapat menemukan jawaban yang beragam dan bernilai benar dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunakan satu cara penyelesaian.

b. Fleksibilitas

Siswa dapat menemukan satu jawaban benar dengan menggunakan beragam cara penyelesaian masalah.

c. Kebaruan

Siswa dapat menemukan cara yang tidak biasa untuk tingkat pengetahuan siswa pada umumnya atau juga siswa dapat menemukan cara baru yang berbeda dengan yang diajarkan guru dan bernilai benar dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

Setiap siswa tentunya memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif yang berbeda-beda. Peneliti membuat penjenjangan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa seperti tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif

Tingkat Karakteristik

Tingkat 3 (Kreatif)

Siswa dapat menunjukkan semua indikator kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah (kelancaran, fleksibilitas, dan

kebaruan) Tingkat 2

(Cukup Kreatif)

Siswa dapat menunjukkan dua aspek indikator kemampuan berpikir kreatif dalam

10

Rino Richardo,et.al.,”Tingkat Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah

Matematika Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:2, (April, 2014), 143


(26)

memecahkan masalah (kelancaran dan fleksibilitas, atau kelancaran dan kebaruan, atau fleksibilitas dan kebaruan) Tingkat 1

(Kurang Kreatif)

Siswa dapat menunjukkan satu aspek indikator kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah (kelancaran, atau fleksibilitas,

atau kebaruan) Tingkat 0

(Tidak Kreatif)

Siswa tidak menunjukkan ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif

3. Proses Berpikir Kreatif

Mengeluarkan ide dan potensi dalam diri, diperlukan berpikir kreatif. Ketika seseorang melakukan kegiatan berupa berpikir kreatif, maka orang tersebut akan mengalami proses berpikir kreatif.

Proses berpikir kreatif adalah tahap-tahap yang dialami seseorang ketika berpikir kreatif. Helmholtz pada tahun 1898, mengungkapkan proses berpikir kreatif. Dia merupakan inspirator teori proses berpikir kreatif, dimana proses tersebut terdiri dari: (1) kejenuhan, (2) inkubasi, (3) inspirasi, dan (4) verifikasi.11Sedangkan menurut Wallas tahun 1926 menulis dalam bukunya yang berjudul ”The Art Of Thought”, proses berpikir kreatif terdiri dari:

a. Persiapan

The preparation step consists of observing, listening, asking, reading, collecting, comparing, contrasting, analyzing, and relating all kinds of objects and information.12Artinya pada tahap persiapan ini, seseorang mengamati, mendengarkan, bertanya, membaca,

11 Angie Miller, “Psychology of Aethetics, Creativity and The Arts”, Jurnal International,1:4,(Agustus,2011)

12

Paul.”Four Stages in The Vintage Creative Theory Thought Proses”,www.idea-process, diakses tanggal 8 April 2014


(27)

mengumpulkan, membandingkan, menganalisis, dan mengaitkan semua jenis objek dan informasi.

Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya sama dengan berat badan angsa itu?

Pada tahap ini, siswa membaca soal tersebut. Lalu mencermati masalah, yakni berapa ekor ayam yang dibutuhkan agar beratnya sama dengan berat seekor angsa. Siswa menuliskan informasi yang diperoleh bahwa seekor angsa beratnya 10 kg.

b. Inkubasi

The incubation process is both conscious and unconscious. This step involves thinking about parts and relationships, reasoning, and often a fallow period.13 Artinya proses inkubasi adalah proses berpikir secara sadar dan tidak sadar. Tahap berpikir ini melibatkan bagian-bagian dan hubungan, penalaran, dan masa kosong (tidak memikirkan masalah).

Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya sama dengan berat badan angsa itu?

Siswa mulai memikirkan kemungkinan cara yang dapat digunakan untuk menyelesaiakan masalah di atas. Siswa terdiam untuk berpikir seolah-olah melupakan permasalahan yang dia hadapi. Proses berpikir tersebut dapat berlangsung lama maupun sebentar, hal ini bergantung pada kecerdasan kreatif siswa.

c. Iluminasi

Inspirations very often appear during this fallow period (of incubation). This probably accounts for the popular emphasis on releasing tensions in order to be creative.14 Inspirasi biasanya sering muncul ketika masa kosong (inkubasi). Hal ini merupakan melepaskan tekanan sehingga ide kreatif tiba-tiba muncul seperti ilham.

13

Paul, Loc cit

14

Ibid


(28)

Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya sama dengan berat badan angsa itu?

Siswa menemukan cara untuk menyelesaikan masalah di atas. Biasanya siswa melihat kembali informasi yang telah ditulis. Cara yang ditemukan siswa berbeda-beda, seperti: siswa dapat memisalkan berat ayam 1 kg, 2 kg, 5 kg, dan sebagainya. Dengan memisalkan berat ayam, maka dapat ditemukan banyak ayam yang dibutuhkan agar setara dengan berat seekor angsa.

d. Verifikasi

The step labeled verification is a period of hard work. This is the process of converting an idea into an object or into an articulated form.15Artinya tahap ini adalah masa kerja keras. Ini adalah proses pengubahan sebuah ide menjadi suatu bentuk yang lebih jelas. Dalam hal ini diartikan menguji solusi atau ide yang diperoleh. Contoh: Seekor angsa beratnya 10 kg, berapa ekor ayam yang kamu perlukan agar jumlah semua berat badannya sama dengan berat badan angsa itu?

Siswa mulai menyelesaikan masalah di atas. Siswa penyelesaian masalah yang telah ditemukan pada tahap iluminasi, terdiri dari:

1) Jika berat ayam 1 kg, maka 1��+ 1��+ 1��+ 1��+ 1��+ 1��+ 1��+ 1��+ 1��+ 1��= 10��. Sehingga membutuhkan sepuluh ekor ayam agar beratnya sama dengan seekor angsa

2) Jika berat ayam 2 kg, maka 2��+ 2��+ 2��+ 2��+ 2��= 10��. Sehingga membutuhkan lima ekor ayam agar beratnya sama dengan seekor angsa 3) Jika berat ayam 5 kg, maka 5��+ 5��= 10��.

Sehingga dibutuhkan dua ekor ayam agar beratnya sama dengan seekor angsa

4) Jika berat ayam 10 kg, maka hanya membutuhkan seekor ayam agar beratnya sama dengan seekor angsa 5) Jika berat ayam berbeda yaitu 2 kg dan 3 kg, maka

2��+ 2��+ 3��+ 3��= 10�� . Sehingga

15

Ibid


(29)

dibutuhkan masing-masing dua ekor ayam yang beratnya 2 kg dan 3 kg.

6) Jika berat ayam berbeda yaitu 1 kg, 2 kg dan 3 kg, maka 1��+ 1 ��+ 2��+ 3��+ 3��= 10�� . Sehingga dibutuhkan masing-masing dua ekor ayam yang beratnya 1 kg dan 3 kg, serta satu ekor beratnya 2 kg.

7) Jika berat ayam berbeda yaitu 2 kg, 3 kg dan 5 kg. 2��+ 3 ��+ 5 ��= 10�� . Sehingga dibutuhkan masing-masing satu ekor ayam yang beratnya 2 kg, 3 kg dan 5 kg.

8) Jika berat ayam berbeda yaitu 4 kg dan 6 kg. 4 ��+ 6 ��= 10��. Sehingga dibutuhkan masing-masing satu ekor ayam yang beratnya 4 kg dan 6 kg.

Selain tahap proses berpikir kreatif Wallas, De Porter juga memformulasikan lima tahap proses kreatif, yaitu:

a. Persiapan: mendefinisikan masalah, menulis berbagai informasi dan tujuan dari permasalahan yang dihadapi. b. Inkubasi: proses seseorang mulai memahami permasalahan

dan mengolah informasi yang diperoleh dalam pikiran. c. Iluminasi: mendesak gagasan-gagasan agar bermunculan

untuk menyelesaikan masalah. Gagasan tersebut muncul seperti ilham yang secara tiba-tiba.

d. Verifikasi: memastikan apakah gagasan yang diperoleh benar-benar memecahkan masalah.

e. Aplikasi: seseorang mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti gagasan tersebut. Apabila gagasan yang diperoleh salah, maka orang tersebut akan memikirkan gagasan lain agar masalahnya terselesaikan.

Selain dijelaskan oleh Wallas dan De porter, proses berpikir kreatif juga dijelaskan oleh Devito. Tahapan proses berpikir kreatif menurut Devito terdiri dari analisis, manipulasi, impresse, eureka, dan verifikasi.16 Tahapan proses berpikir kreatif menurut Devito tidak jauh berbeda dengan Wallas, hanya saja berbeda dalam hal penyebutannya saja.

16

Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung : Alfabeta, 2005), 290


(30)

Tahap pertama, siswa melakukan analisis data dan informasi yang diperolehnya. Tahap kedua yaitu manipulasi, siswa mulai memikirkan hal-hal yang mungkin untuk menyelesaikan permasalahan. Tahap ketiga yakni impresse merupakan tahap inkubasi siswa, yaitu siswa melupakan dan berhenti sejenak seolah-olah melupakan masalah. Tahap yang keempat merupakan tahap eureka, artinya siswa mulai mendapatkan inspirasi. Tahap terakhir yaitu verifikasi, siswa melakukan pengecekkan jawaban dari gagasan yang diperoleh.

Semakin berkembangnya zaman, David Campbell, dalam bukunya “Mengembangkan Kreativitas” yang dikutip oleh Surya menjelaskan bahwa proses berpikir kreatif terdiri atas: (1) persiapan, (2) konsentrasi, (3) inkubasi, (4) iluminasi, (5) verifikasi.17Adapun penjelasan dari tahapan tersebut seperti di bawah ini:

a. Persiapan

Tahap ini merupakan tahap mempelajari masalah dengan cara membaca soal dengan cermat, menulis semua informasi, dan menghubungkan semua informasi yang diperoleh.

b. Konsentrasi

Tahap ini, seseorang mulai meresapi permasalahan, memikirkan masalah yang terjadi, dan harus diselesaikan seperti apa masalah itu.

c. Inkubasi

Tahap ini, seseorang akan mengesampingkan permasalahan sejenak untuk merileksasikan pikiran. Mengambil waktu untuk beristirahat dengan tidak memikirkan masalah yang dihadapai.

d. Iluminasi

Setelah berdiam diri, mereka tiba-tiba mendapatkan inspirasi. Ide seketika datang di dalam pikiran. Mereka mendapatkan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

17

Hendra Surya, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, ( Jakarta: Kompas Gramedia 2011), 198


(31)

e. Verifikasi

Pada tahap ini, seseorang menguji ide yang muncul secara tiba-tiba itu. Seseorang akan mengetahui idenya merupakan solusi dari permasalahan atau tidak, setelah orang itu mencobanya. Apabila ide bukan merupakan solusi, maka orang tersebut melakukan perbaikan dari idenya tersebut.

Berikut contoh soal yang menggunakan proses berpikir kreatif menurut Campbell: terdapat tiga tim A,B, dan C mengikuti perlombaan “Lari Marathon”. Setiap tim terdiri dari sepuluh pelari, adapun perolehan ranking pelari dari masing-masing tim, yaitu: (1) tim A menduduki ranking 1, 3, 8, 13, 14, 18, 24, 26, 27, 28, (2) tim B menduduki rangking 2, 5, 6, 12, 15, 16, 20, 22, 23, 30, dan (3) tim C menduduki ranking 4, 7, 9, 10, 11, 17, 19, 21, 25, 29. Manakah tim pelari yang menjadi pemenang umum lomba “Lari Marathon” tersebut?

Adapun cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan proses berpikir kreatif menurut Campbell:

a. Pada tahap pertama, siswa membaca soal tersebut dan mencermati masalah. Siswa menuliskan semua informasi yang diperoleh. Untuk memudahkan siswa mencermati permasalahan, sebaiknya siswa menuliskan perolehan ranking dalam sebuah tabel, seperti di bawah ini:

Tabel 2.2

Perolehan ranking perlombaan “Lari Marathon”

RP TP RP TP RP TP RP TP RP TP

1 A 7 C 13 A 19 C 25 C

2 B 8 A 14 A 20 B 26 A

3 A 9 C 15 B 21 C 27 A

4 C 10 C 16 B 22 B 28 A

5 B 11 C 17 C 23 B 29 C

6 B 12 B 18 A 24 A 30 B

Keterangan : RP : Ranking Pelari TP : Tim Pelari


(32)

b. Tahap kedua, siswa mulai merencanakan penyelesaian masalah tersebut. Menggunakan berbagai kemungkinan agar masalah tersebut dapat terselesaikan.

c. Pada tahap ketiga, siswa berdiam diri seolah-olah melupakan permasalahan, akan tetapi sebenarnya dia sedang memikirkan cara menyelesaikan masalah tersebut. Siswa membutuhkan waktu hingga menemukan ide untuk menyelesaikan masalah tersebut.

d. Tahap selanjutnya yaitu ketika siswa menemukan ide untuk menyelesaikan masalah tersebut, seperti mengurutkan pemenang dari banyaknya pelari pada setiap tim yang berada pada sepuluh besar atau penentuan rangking berdasarkan jumlah rangking yang diperoleh dari setiap tim.

e. Tahap yang terakhir yaitu menguji ide yang diperoleh, dengan menerapkan ide untuk menyelesaikan masalah, seperti:

1) Mengurutkan pemenang ditentukan dari banyaknya pelari pada setiap tim yang berada pada sepuluh besar. Tim A : sebanyak tiga orang

Tim B : sebanyak tiga orang Tim C : sebanyak empat orang

Berdasarkan penyelesaian di atas, diketahui bahwa juara pertama diperoleh tim C, sedangkan juara kedua diperoleh tim A dan B.

2) Rangking ditentukan dari jumlah rangking yang diperoleh dari setiap tim, yang memperoleh jumlah paling sedikit merupakan pemenang.

Tim A :1 + 3 + 8 + 13 + 14 + 18 + 24 + 26 + 27 + 28 = 162

Tim B :2 + 5 + 6 + 12 + 15 + 16 + 20 + 22 + 23 + 30 = 151

Tim C :4 + 7 + 9 + 10 + 11 + 17 + 19 + 21 + 25 + 29 = 152

Berdasarkan penyelesaian di atas, diketahui bahwa juara pertama diperoleh tim B, juara kedua diperoleh tim C, dan juara ketiga diperoleh tim A.

Adapun indikator proses berpikir kreatif menurut Campbell dijelaskan dalam tabel di bawah ini:


(33)

Tabel 2.3

Indikator Proses Berpikir Kreatif Campbell

No Tahap Indikator

1 Persiapan

A. Membaca masalah terbuka B. Mengamati masalah terbuka C. Mengidentifikasi masalah D. Menuliskan rumusan masalah E. Mengumpulkan informasi yang

relevan

F. Menulis semua informasi yang diperoleh

G. Mengaitkan informasi dengan masalah

2 Konsentrasi

H.Membuat dugaan tentang strategi penyelesaian masalah

I. Mengumpulkan beberapa

kemungkinan penyelesaian masalah

3 Inkubasi

J. Menata konsep untuk menemukan cara lanjutan

K. Membangun gagasan atau ide

4 Iluminasi

L. Menemukan ide untuk

menyelesaikan masalah terbuka M.Mengoreksi kembali informasi yang

diperoleh

N. Menetukan atribut penyelesaian masalah

O. Menetapkan langkah menyelesaikan masalah terbuka

5 Verifikasi

P. Mengujikan ide yang ditemukan pada tahap illuminasi

Q.Menuliskan solusi dalam menyelesaikan masalah R. Memeriksa kembali solusi Keterangan : A – R : Kode indikator proses berpikir kreatif


(34)

B. Masalah Terbuka (Open-Ended)

Setiap orang pasti pernah mengalami masalah dalam hidupnya. Adanya masalah tersebut membuat seseorang berusaha untuk menyelesaikannya. Krulik dan Rudnick dalam Sulaihah, menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi atau sejenisnya yang dihadapi seseorang atau kelompok yang menghendaki keputusan dan mencari jalan untuk mendapat pemecahan.18

Menurut Polya dalam Suherman, tidak semua persoalan merupakan sebuah masalah karena masalah memiliki beberapa unsur yaitu (1) mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan,(2) belum memiliki algoritma untuk menyelesaikannya,(3) mempunyai keinginan untuk menyelesaikan.19Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa. Sebuah soal dapat dikatakan masalah apabila seseorang tersebut memiliki keinginan untuk menyelesaikan dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya.

Masalah dalam matematika merupakan persoalan matematika yang masih dapat diselesaikan akan tetapi tidak menggunakan cara/algoritma yang rutin. Soal matematika dapat dikatakan sebuah masalah jika siswa belum pernah menjumpai dan menyelesaikan soal seperti itu. Keadaan seperti itu menjadikan siswa berkeinginan untuk menyelesaikannya masalah tersebut.

Menurut Ruseffendi dalam Afghani, masalah dalam matematika diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu close problem dan open-ended problem.20Close problem atau yang dikenal dengan masalah tertutup merupakan permasalahan dalam matematika yang memiliki satu jawaban benar. Masalah tersebut terstruktur dengan baik dan memiliki cara tertentu untuk menyelesaikannya. Sedangkan open-ended problem (masalah terbuka) merupakan masalah dalam matematika yang memiliki banyak alternatif untuk menyelesaikannya bahkan memiliki berbagai macam jawaban.

18

Siti, Sulaihah. Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Kontekstual Matematika Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamekasan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. (Surabaya:

UNESA,2008), 10

19

Suherman, E., Winataputra, U. S, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud. 1992), 17

20

Jarnawi Afghani, Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika, Skripsi, Tidak dipublikasikan, (Surabaya: UNESA,2010), 2


(35)

Masalah terbuka dalam matematika adalah soal matematika yang dirancang agar soal tersebut memiliki banyak alternatif jawaban dan cara penyelesaiannya. Karena jawaban dari masalah terbuka bermacam-macam, menyebabkan siswa dituntut membuat hipotesis, membuat perkiraan, mengungkapkan pendapat, menghasilkan hal yang baru, dan mengasah wawasan yang dimiliki. Sehingga dengan adanya masalah terbuka dalam matematika, dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.

Jenis masalah yang digunakan dalam open-ended problem dalam matematika, ialah masalah yang non rutin diberikan oleh guru. Dasar keterbukaan (openness) dari open-ended problem dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe, yaitu: (1) process is open, (2) end product are open, (3) ways to develop are open.21Process is open artinya masalah terbuka memiliki berbagai alternatif cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. End product are open artinya masalah terbuka memiliki berbagai macam jawaban yang memungkinkan sehingga memiliki jawaban benar yang banyak. Sedangkan ways to develop are openartinya ketika siswa telah menyelesaikan masalah, siswa tersebut mengembangkan permasalahan dengan mengubah beberapa kondisi dari masalah yang ada.

Menurut Hamdani, terdapat tiga tipe masalah terbuka yaitu: (1) classifying (mengklasifikasikan), (2) finding relations (menemukan hubungan), (3) measuring (pengukuran).22 Tipe classifying (mengklasifikasikan) ialah masalah terbuka dengan mengklasifikasikan menurut perbedaan karakteristik yang muncul untuk membuat formula beberapa konsep matematika. Tipe finding relations (menemukan hubungan) ialah masalah terbuka yang menemukan beberapa aturan atau relasi secara matematika. Sedangkan tipe measuring (pengukuran) ialah masalah terbuka yang memiliki berbagai alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jenis masalah ini melibatkan beberapa bagian dari berpikir matematika. Siswa diharapkan untuk mengaplikasikan pengetahuan

21

Jarnawi Afghani, Loc.Cit

22

A. Saepul Hamdani. Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Masalah Terbuka (Open Ended Problem). (Surabaya: HIMAPTIKA IAIN Sunan Ampel,2009),2


(36)

dan keterampilan matematika yang dipelajari sebelumnya untuk memecahkan masalah yang diberikan.

C. Proses Berikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka (Open-Ended)

Setiap permasalahan dalam matematika, membutuhkan penyelesaian. Berbagai cara akan dilakukan seseorang untuk dapat menyelesaikan permasalahannya. Jika mengalami kegagalan, maka akan orang tersebut akan mencari solusi yang lainnya hingga masalah tersebut dapat terselesaikan.

Pemecahan masalah merupakan usaha untuk menyelesaikan masalah. Menurut Polya dalam Hudojo yang dikutip oleh Abdul Azis, mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai tujuan.23 Sejalan dengan itu, Krulik dan Rudnik dalam Abdul Azis, mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari situasi yang tidak rutin.24 Sedangkan menurut Evans, mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan atau pengubahan kondisi sekarang (present state) menuju situasi yang diharapkan (future state/desire/goal).25 Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan pemecahan masalah ialah usaha yang dilakukan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk menghadapi masalah tidak rutin.

Polya berpendapat bahwa terdapat empat langkah dalam menyelesaikan masalah, yaitu: (1) memahami masalah, (2) membuat rencana penyelesaian, (3) pelaksanaan rencana, dan (4) memeriksa kembali. 26 Memahami masalah merupakan tahap

23

Abdul Azis,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Brigss Siswa Kelas VIIIMTs NW Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurnal Elektronik

Pembelajaran Matematika, 2:10, (Maret, 2014), 1080 24 Abdul Azis,et.al, Loc.Cit

25 Suharnan. Psikologi Kognitif, (Surabaya:Srikandi,2005)hal. 289

26

Ibid


(37)

dimana siswa mengidentifikasi informasi yang diketahui, mengidentifikasi data yang relevan, dan mengidentifikasi permasalahan yang dipertanyakan. Membuat rencana penyelesaian merupakan tahap pemilihan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pelaksanaan rencana merupakan tahap menerapkan strategi dan menggunakan seluruh data yang ada untuk menyelesaikan masalah. Tahap memeriksa kembali merupakan tahap pencocokan ulang antara yang diketahui dan yang dipertanyakan. Melihat sesuai atau tidaknya penyelesaian yang digunakan.

Menyelesaikan permasalahan membutuhkan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir kreatif tentunya memiliki tahapan-tahapan berpikir kreatif. Tahapan tersebut dikenal dengan istilah proses berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif memiliki beberapa tahapan yang saling berikatan satu sama lain, artinya proses berpikir kreatif harus runtut dan tidak dapat dibalik. Proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka akan diperjelas dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4

Indikator Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Terbuka

No Tahapan Polya Indikator Proses Berpikir

Kreatif

1. Memahami Masalah a. Membaca masalah terbuka

(A)

b. Mengamati masalah terbuka (B)

c. Mengidentifikasi masalah (C)

d. Mengumpulkan informasi

yang relevan (E)

e. Mengaitkan informasi

dengan masalah (G) 2. Merencanakan

Penyelesaian

a. Mengidentifikasi masalah (C)

b. Mengumpulkan informasi

yang relevan (E)


(38)

dengan masalah (G)

d. Menulis semua informasi yang diperoleh (F)

e. Membuat dugaan tentang strategi penyelesaian masalah (H)

f. Mengumpulkan beberapa kemungkinan penyelesaian masalah (I)

g. Menata konsep untuk

menemukan cara lanjutan (J) h. Membangun gagasan atau

ide (K)

i. Menemukan ide untuk

menyelesaikan masalah (L) j. Mengidentifikasi kembali

informasi yang diperoleh (M)

k. Menentukan atribut

penyelesaian masalah (N)

l. Menetapkan langkah

penyelesaian masalah (O)

3. Melaksanakan Rencana a. Menuliskan rumusan

masalah (D)

b. Menulis semua informasi yang diperoleh (F)

c. Mengaitkan informasi

dengan masalah (G)

d. Mengujikan ide yang

ditemukan pada tahap iluminasi (P)

e. Menuliskan solusi dalam menyelesaikan masalah (Q)

4. Memeriksa Kembali a. Membaca masalah terbuka

(A)

b. Mengidentifikasi informasi yang diperoleh (M)

c. Memeriksa kembali jawaban (R)


(39)

D. Gaya Kognitif

Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam

memproses, mengolah, dan menggunakan berbagai informasi untuk menanggapi suatu permasalahan atau cara menanggapi kondisi di lingkungan. Banyak ilmuan yang berpendapat tentang pengetian gaya kognitif seseorang. Berikut pengertian gaya kognitif menurut beberapa ahli, yaitu:27(1) Witkinberpendapat bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas seseorang dalam belajar, (2) Messich mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan kebiasaan seseorang dalam memproses informasi, (3) Keefe berpendapat bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar yang menggambarkan kebiasaan berperilaku yang relatif tetap dalam diri seseorang dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi, (4) Ausburn merumuskan bahwa gaya kognitif yang mengacu pada proses kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah, (5) Shirley dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

Selain itu menurut Coop, gaya kognitif mengacu pada kekonsistenan pola yang ditampilkan seseorang dalam merespon berbagai situasi dan mengacu pada strategi menyelesaikan masalah.28Sejalan dengan itu, Nasution berpendapat bahwa gaya kognitif merupakan cara yang konsisten yang dilakukan seseorang dalam menangkap stimulus, cara mengingat informasi, cara berpikir, dan memecahkan masalah.29

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif adalah gaya belajar, gaya berpikir, dan cara seseorang dalam menerima, mengolah dan memproses informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

27

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,(Jakarta:PT Bumi Aksara,2006), 186

28

Coop, R.H. & Kinnard White, Psychological Concepts in The Classroom, (New York : harper & Row Publisher. 1974), 251

29

Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Bandung :Bumi Aksara. 2005), 94


(40)

Woolfolk membedakan gaya kognitif menjadi dua dimensi yakni perbedaan aspek psikologis dan waktu pemahaman konsep. Dimensi perbedaan aspek psikologis terdiri dari field dependent (FD) dan fieldindependent (FI). Sedangkan dimensi waktu pemahaman konsep terdiri dari gaya impulsive dan gaya reflective.

Gaya kognitif field dependent dan field independent merupakan gaya berpikir seseorang untuk mengolah dan memproses informasi. Kedua gaya kognitif ini, memiliki karakter yang berbeda dalam menyikapi suatu masalah dan cara menyelesaikannya.

Menurut Crowl, et.al dalam Laksmi, orang yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung bergantung pada sumber informasi, sebaliknya orang yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung mandiri dalam mencermati informasi tanpa bergantung pada sumber informasi. 30 Selain itu, orang yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung global perseptual merasakan beban yang berat, sulit memproses informasi, mudah mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai dengan konteksnya. Sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung dapat memisahkan stimuli dalam konteksnya, tetapi persepsinya lemah ketika terjadi perubahan konteks. Individu field independent biasanya menggunakan faktor-faktor internal sebagai arahan dalam mengolah informasi, jika mengerjakan tugas tidak berurutan dan merasa lebih efisien apabila dikerjakan sendiri.

Pada situasi tertentu, orang field dependent cenderung lebih bersikap baik, ramah, responsif, dan selalu ingintahu dibandingkan dengan orang field independent, yang menanggapi situasi secara dingin dan tidak intensif. Menurut Siswono dalam Khomarudin, orang yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung mengorganisasi dan memproses informasi secara global sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan, sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung memandang objek terdiri atas bagian-bagian diskrit dan terpisah dari lingkungannya serta mampu menganalisis

30

N.M Darma Laksmi, et.al, “Pengaruh Model Collaborative Teamwork Learning (CTL) Berorientasi Polya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa”, (Program Studi Pendidikan Matematika, Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia,2014), 4


(41)

dalam memisahkan elemen-elemen dari konteksnya secara lebih analitik.31

Menurut Thompson dan Witkin yang dikutip oleh Cao, merangkum ciri-ciri yang dimiliki siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent, yang diilustrasikan seperti tabel di bawah ini:32

Tabel 2.5

Perbedaan Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent

Field Dependent Field Independent

Menggunakan pengaturan konsep seperti yang diberikan

Menggunakan pengorganisasian konteks

yang tidak terstruktur Penggunaan proses mediasi

kurang efektif

Lebih banyak menggunakan proses mediasi seperti menganalisis dan menyusun Seorang penonton yang pasif Seseorang yang senantiasa

aktif menguji hipotesis saat belajar

Kurva belajar berkesinambungan sehingga

tampak adanya perubahan yang signifikan

Kurva belajar tidak beraturan sehingga tidak ada perubahan belajar tentang suatu konsep baru yang signifikan sampai

hipotesis yang cocok ditemukan, barulah

perubahan terjadi Lebih didominasi oleh isyarat

yang menonjol saat belajar

Sedikit didominasi oleh isyarat yang menonjol saat

belajar Menggunakan

pengorganisasian materi yang sudah ada dalam pemrosesan

kognitif

Menggunakan penyusunan dan pengorganisasian materi

untuk penyimpanan yang lebih efektif dan pencarian

31

Komaruddin,et.al.,”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:1, (Maret, 2014), 32

32

Yu Cao,”Effects of Field Dependent-Independent Cognitive Style and Caeing Strategies on Student’s Recal and Comprehension”,(Disertasi Doctor of Philosopy, Virginia Polytechnic Institute and State Universiti, 2006)


(42)

kembali informasi Mengidentifikasi tujuan dan

penguatan secara eksternal

Mengidentifikasi tujuan dan penguatan secara internal Lebih cenderung untuk belajar

informasi spesifik dan memperolehnya dengan

mudah

Lebih cenderung untuk belajar prinsip-prinsip umum

dan memperolehnya dengan mudah

Membentuk motifasi ekstrinsik

Membentuk motifasi intrinsic Belajar lebih baik dengan

informasi yang relevan dengan kehidupan sosial

Belajar lebih baik pada tugas-tugas yang berpusat pada


(43)

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis data yang diperoleh saat penelitian. Data yang dideskripsikan berupa hasil wawancara dan tugas dalam bentuk masalah terbuka yang didukung oleh hasil dokumentasi pada saat penelitian. Peneliti tidak cukup mendeskripsikan dan menganalisis data, akan tetapi peneliti juga memberikan penafsiran dan pengkajian secara mendalam dalam setiap kasus yang diteliti.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2015-2016 dan bertempat di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-MIA-1 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. MIA adalah kelas Matematika Ilmu Alam yang sama dengan kelas IPA (Ilmu Pengetahuan Alam).

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan purposive sampling, yakni untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan tertentu.1 Peneliti mengambil sampel berdasarkan perolehan hasil soal tes GEFT (Group Embedded Figures Test) yang diberikan kepada siswa pada salah satu kelas XI-MIA-1 SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo dengan tujuan untuk mengelompokkan tipe gaya kognitif siswa. Tes ini diadopsi dari penelitian Almubarrok yang berasal dari temuan Witkin dan divalidasi ulang oleh psikolog. Tes ini terdiri dari bentuk-bentuk kompleks yang di dalamnya tersembunyi bentuk-bentuk sederhana. Terdiri dari 25 soal, bagian pertama terdiri dari tujuh soal yang

1

Zainal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori dan Aplikasinya,(Surabaya:Lentera Cendekia,2010), 72

31


(44)

dikerjakan dalam waktu dua menit, sembilan soal bagian kedua dan ketiga masing-masing dikerjakan dalam waktu empat menit.

Setelah memperoleh hasilnya, kemudian dikelompokkan berdasarkan kriteria tipe gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Jika siswa dapat menjawab 12-18 soal, maka siswa tersebut dikelompokkan dalam gaya kognitif field independent, sedangkan siswa yang hanya menjawab kurang dari atau sama dengan 11, maka siswa tersebut dikelompokkan dalam gaya kognitif field dependent.2

Kemudian dipilih minimal 4 siswa yaitu dua orang siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan dua orang siswa yang memiliki gaya kognitif field independent. Hal ini dilakukan untuk melihat kecenderungan proses berpikir kreatif siswa. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat dan kelancaran berkomunikasi. Untuk itu peneliti meminta pertimbangan guru kelas matematika untuk memastikan bahwa siswa yang dipilih mampu mengkomunikasikan ide-idenya.

Apabila tidak menemukan subjek dalam populasi, maka akan menetapkan populasi lain untuk menemukan subjek.

2

I Wayan, “Pengaruh Model Pembelajaran Perubahan Konseptual Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Ditinjau Dari Gaya Kognitif”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha: Program Studi IPA, Volume 4.2014, 5


(45)

Siswa yang memiliki komunikasi baik

ya

Bagan 3.1

Alur Pemilihan Subjek Penelitian Keterangan :

: Hasil : Pilihan

: Kegiatan : Urutan kegiatan

Menjawab 12-18 soal (FI)

Menjawab kurang dari 11

soal (FD) Penetapan kelas

untuk Subjek penelitian

Pemberian tes GEFT

Memeriksa hasil GEFT

Wawancara dengan guru kelas

Apakah ada 2 siswa bergaya kognitif FD dan 2 siswa FI yang memiliki kemampuan komunikasi baik?


(46)

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara berbasis tugas, sehingga yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Tes Proses Berpikir Kreatif Siswa

Tes yang digunakan untuk mengetuhui proses berpikir kreatif siswa ialah tugas dalam bentuk soal uraian dengan menggunakan pendekatan open-ended. Soal dalam tes ini, akan didasarkan pada indikator proses berpikir kreatif siswa menurut Campbell dalam menyelesaikan masalah. Tes ini akan diujikan kepada empat siswa yang telah dipilih oleh peneliti dan dilakukan setelah tes GEFT (Group Embedded Figures Test).

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa yang menjadi subjek penelitian. Bentuk wawancara dalam penelitian ini yaitu memberikan tugas dalam bentuk masalah terbuka lalu mengamati jawaban yang disampaikan siswa berdasarkan proses berpikir kreatif . Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik semi-struktur yaitu gabungan dari teknik wawancara struktur dan bebas sehingga wawancara dilakukan secara serius tetapi santai agar memperoleh informasi semaksimal mungkin.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan wawancara adalah: (a) siswa diberi tugas dalam bentuk masalah terbuka (open-ended) (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan, (c) siswa diwawancarai berdasarkan proses berpikir kreatif, (d) peneliti mencatat hal-hal penting untuk data tentang proses berpikir kreatif siswa.

Untuk menguji kredibilitas dan keabsahan data, maka diperlukan triangulasi data. Menurut Sugiono, triangulasi data dibedakan menjadi tiga yaitu sumber, metode, dan waktu.3 Sedangkan dalam penelitian ini, menggunakan triangulasi sumber artinya pengecekkan derajat kepercayaan data penelitian berdasarkan beberapa subjek penelitian.4 Artinya peneliti melakukan wawancara pada kedua subjek penelitian guna untuk membandingkan data yang diperoleh. Apabila data 3

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta. 2010), 272 4

Ibid, 273


(47)

tersebut menunjukkan kekonsistensian, kesamaan pandangan dan pendapat, maka dapat dikatakan data tersebut valid. 3. Dokumentasi Audio

Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi lebih detail melalui dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk membantu mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan.

Agar penelitian terarah, berikut adalah jadwal pelaksanaan penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo:

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Hari/Tanggal Waktu

(WIB) Kegiatan

1 Selasa, 9 Juni 2015

11.00 WIB – 11.10 WIB

Tes GEFT (Group Embedded Figures Test)

2 Selasa, 28 Juli 2015

15.00 WIB – 17.00 WIB

Tugas Dalam Bentuk Masalah Terbuka dan wawancara FD1 dan FD2

3 Rabu, 29 Juli 2015

15.00 WIB – 17.00 WIB

Tugas Dalam Bentuk Masalah Terbuka dan wawancara FI1 dan FI2

E. Instrumen Penelitian

Terdapat dua jenis instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Tugas dalam Bentuk Masalah Terbuka

Tugas untuk proses berpikir kreatif yaitu berupa soal uraian menggunakan pendekatan open-ended dengan lebih dari satu alternatif penyelesaian masalah (process is open) dan jawaban. Soal tersebut diberikan dengan tujuan untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah yang didasarkan pada indikator proses berpikir kreatif


(48)

menurut Campbell dalam menyelesaikan masalah terbuka yang disajikan secara lengkap pada Bab II Tabel 2.4. Sebelum soal diberikan kepada subjek penelitian, soal tersebut telah divalidasi terlebih dahulu. Validasi soal tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Segi Konstruksi

1) Soal tersebut memungkinkan siswa untuk

mendapatkan cara penyelesaian dan jawaban lebih dari satu.

2) Informasi pertanyaan mudah dipahami

3) Masalah menggunakan kalimat tanya atau perintah dan menuntut uraian solusi

4) Masalah dapat digunakan untuk mengungkap

indikator proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open-ended)

b. Segi Bahasa

Soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia dan tidak menimbulkan penafsiran ganda

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan yang didasarkan pada indikator proses berpikir kreatif menurut Campbell yang terdiri dari persiapan, konsentrasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi dalam menyelesaikan masalah terbuka yang disajikan secara lengkap pada Bab II Tabel 2.4. Pedoman wawancara yang akan diajukan kepada subjek penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka.

Pedoman wawancara ini juga divalidasi oleh validator. Validasi pedoman wawancara tersebut mencakup:

a. Segi materi

1) Butir-butir pertanyaan sudah sesuai dengan kriteria proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka dibedakan dari gaya kognitif field dependent dan field independent


(49)

2) Butir-butir pertanyaan menggambarkan arah tujuan yang dilakukan peneliti

b. Segi konstruksi

1) Pertanyaan dirumuskan dengan singkat dan jelas 2) Rumusan butir pertanyaan tidak menimbulkan

penafsiran ganda

3) Urutan pertanyaan pada tiap bagian jelas dan terurut secara sistematis sesuai tahapan proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah

c. Segi bahasa

Bahasa pertanyaan komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan responden

Adapun validator dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang yaitu: dua orang Dosen Prodi Pendidikan Matematika UIN Sunan Ampel Surabaya, dan seorang Guru mata pelajaran matematika SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Berikut nama-nama validator dalam penelitian ini:

Tabel 3.2

Daftar Validator Instrumen Penelitian

No Nama Validator Jabatan

1

Ah. Hanif Asyhar, M.Si Dosen Pendidikan

Matematika UIN Sunan Ampel Surabaya

2

Febriana Kristanti, M.Si Dosen Pendidikan

Matematika UIN Sunan Ampel Surabaya

3 Suwidiyanti, S.Pd Guru SMA Muhammadiyah

2 Sidoarjo

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, untuk menganalisis data kualitatif menggunakan langkah-langkah: (1) reduksi data, (2)


(50)

penyajian data, dan (3) kesimpulan dan verifikasi. 5 Dalam penelitian kualitatif, analisis data yang dimaksudkan ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan sehingga mudah dipahami dan memberikan informasi kepada orang lain.

Analisis data akan dilakukan setelah subjek penelitian diberikan tugas dalam bentuk masalah terbuka dan diwawancara, kemudian dideskripsikan. Data tersebut akan dianalisis yakni setiap tahapan proses berpikir kreatif subjek penelitian dalam menyelesaikan tugas dalam masalah terbuka. Analisis tersebut mengacu pada indikator proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka dan lebih ditekankkan pada data hasil wawancara. Adapun cara analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Setelah membaca, mempelajari, dan menelaah data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, dan observasi lapangan. Reduksi data dalam penelitian ini yaitu peneliti mengelompokkan data dan membuang data yang tidak diperlukan. Data dipilih sesuai kebutuhan untuk menjawab rumusan masalah. Data yang diperoleh dari wawancara ditranskrip berbentuk teks. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu: (1) melihat dan mengamati hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka yang dibedakan dari gaya kognitif field dependent dan field independent, (2) memutar hasil rekaman audio berulang-ulang, (3) mentranskrip hasil wawancara, (4) memeriksa kembali hasil transkrip tersebut.

Adapun cara pengkodean dalam tes hasil wawancara telah peneliti susun sebagai berikut:

Keterangan : P : Peneliti FDab/FIab : a. Subjek ke-n

b. pernyataan ke-n 2. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan deskripsi proses berpikir kreatif subjek penelitian dalam 5

Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan,(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2014), 288


(51)

menyelesaikan masalah terbuka dari data jawaban tertulis maupun data hasil wawancara. Kemudian data dianalisis berdasarkan setiap tahapan menyelesaikan masalah Polya, yang berasal dari sekumpulan informasi data yang telah diperoleh peneliti dan dikaitkan dengan karakteristik dari masing-masing subjek. Informasi data tersebut telah terorganisasi dan terkategori sehingga dapat ditafsirkan, memberikan makna dan pengertian.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data hasil wawancara dan jawaban tertulis dianalisis, kemudian dapat disimpulkan dalam bentuk gambar alur proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka.

Setelah peneliti mendeskripsikan dan menganalisis masing-masing subjek penelitian, peneliti membandingkan kedua subjek dari masing-masing kelompok gaya kognitif dengan membuat tabel perbandingan proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka lalu dicari kesamaannya dan kecenderungan dari masing-masing gaya kognitif.

Mengetahui ada tidaknya perbedaan proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka antara kedua gaya kognitif, dapat dilakukan dengan cara membandingkan kemudian dicari perbedaannya.

G. Prosedur Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dari awal hingga akhir yaitu:

1. Melakukan studi pendahuluan, yaitu mengidentifikasi, merumuskan masalah, dan melakukan studi literatur.

2. Membuat instrumen penelitian, yang terdiri dari: tugas dalam bentuk masalah terbuka dan pedoman wawancara.

3. Meminta izin untuk melakukan penelitian kepada pihak sekolah SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

4. Diskusi dengan guru untuk menentukan populasi

5. Memberikan tes GEFT (Group Embedded Figure Test) pada populasi

6. Mengelompokkan hasil tes GEFT (Group Embedded Figure Test) sesuai dengan tipe gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan terbuka (open-ended) dibedakan dari gaya kognitif field dependent dan field independent adalah sebagai berikut:

1. Proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka bergaya kognitif field dependent pada tahap memahami masalah, siswa cenderung membaca soal secara berulang kali, mengamati soal dalam waktu yang lama, dapat mengumpulkan informasi yang relevan. Pada tahap merencanakan penyelesaian siswa mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, mampu mengumpulkan informasi, mampu mengaitkan informasi dengan masalah, mampu membuat dugaan tentang strategi penyelesaian masalah, mampu menata konsep untuk menemukan cara lanjutan, mampu membangun gagasan atau ide, mampu menemukan ide untuk menyelesaikan masalah, mampu mengoreksi kembali informasi yang diperoleh, mampu menentukan atribut penyelesaian masalah, mampu menetapkan langkah penyelesaian masalah. Pada tahap melaksanakan rencana siswa cenderung mampu mengaitkan informasi dengan masalah, mengujikan ide yang ditemukan saat tahap iluminasi. Sedangkan pada tahap memeriksa kembali siswa cenderung mampu mengidentifikasi informasi dengan mencocokkan kembali yang ditulis hingga langkah penyelesaian.

2. Proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka bergaya kognitif field independent pada tahap memahami masalah siswa cenderung membaca masalah terbuka dengan cermat, dapat mengamati masalah tersebut, dapat mengumpulkan informasi yang relevan, dan dapat mengaitkan informasi dengan masalah. Pada tahap merencanakan penyelesaian, siswa bergaya kognitif ini cenderung dapat mengidentifikasi masalah, dapat mengumpulkan informasi yang relevan, dapat mengaitkan informasi dengan masalah, tidak menulis semua informasi


(2)

yang diperoleh yakni keterangan dari yang diketahui dan yang ditanyakan, dapat membuat dan mengumpulkan dugaan strategi penyelesaian masalah, dapat menata konsep untuk cara lanjutan dengan membangun gagasan, sehingga dapat menemukan ide untuk menyelesaikan masalah tersebut, kemudian siswa bergaya kognitif ini mengoreksi kembali informasi yang diperoleh hingga menentukan atribut dan menetapkan langkah penyelesaian masalah. Pada tahap melaksanakan rencana, siswa bergaya kognitif ini cenderung menuliskan rumusan masalah, tetapi tidak menuliskan semua informasi, dapat mengaitkan informasi dengan masalah. Kemudian mengujikan ide yang telah ditemukan pada tahap iluminasi dan menuliskan solusi dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan pada tahap memeriksa kembali, siswa bergaya kognitif ini cenderung tidak membaca masalah terbuka lagi, tetapi mengoreksi informasi yang diperoleh dan memeriksa jawaban kembali.

3. Perbedaan siswa yang bergaya kognitif field dependent dengan siswa field independent sesuai Tabel 4.5 yaitu siswa yang bergaya kognitif field dependent cenderung membaca soal berulang kali, cenderung membutuhkan waktu yang lama mengamati permasalahan, cenderung tidak menuliskan semua informasi, cenderung kurang benar atau kurang lengkap dalam menyelesaikan masalah, dan cenderung hanya memeriksa informasi yang dianggap perlu kembali. Sedangkan siswa yang bergaya kognitif field independent cenderung membaca soal hanya sekali, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat untuk mengamati permasalahan, cenderung menuliskan informasi yang dianggap penting saja, cenderung dapat menyelesaikan masalah, dan cenderung memeriksa kembali dari awal hingga akhir penyelesaian.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, berikut saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Saran untuk guru

a. Setiap siswa memiliki karakteristik yang cenderung berbeda, oleh karena itu guru sebaiknya lebih memperhatikan gaya kognitif siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.


(3)

111

b. Selain mengutamakan hasil belajar, sebaiknya guru juga memperhatikan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa yaitu dengan melatihkan soal-soal nonrutin dan bersifat terbuka karena permasalahan terbuka dari soal tersebut dapat meningkatkan proses berpikir kreatif siswa.

2. Saran untuk peneliti berikutnya

a. Karena penelitian ini hanya dibedakan dari gaya kognitif field dependent dan field independent, perlu dilakukannya penelitian lainnya yang dibedakan dari gaya kognitif lain atau tipe kepribadiannya.

b. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan materi yang berbeda untuk mengungkap proses berpikir kreatif siswa. Selain itu, dapat menggunakan subjek yang berpendidikan lebih tinggi untuk mengetahui proses berpikir kreatifnya, sehingga dapat dilihat apakah usia mempengaruhi kekreatifan seseorang.


(4)

Afghani, Jarnawi. Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran

Matematika. Skripsi. Tidak dipublikasikan.Surabaya:

UNESA.2010.

Ali, Muhammad dan Muhammad Asrori. Metodologi dan Aplikasi Riset

Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara. 2014.

Arends. Learning to Teach Fifth Edition. Singapure: McGrawhill Higher Education

Arifin, Zainal. Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi. Teori dan

Aplikasinya.Surabaya:Lentera Cendekia.2010.

Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.2012. Azis, Abdul.et.al..”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam

Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Brigss Siswa Kelas VIIIMTs NW Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurnal

Elektronik Pembelajaran Matematika. 2:10. Maret. 2014.

B. Uno, Hamzah. Orientasi Baru Dalam Psikologi

Pembelajaran.Jakarta:Bumi Aksara. 2005.

Cao, Yu.”Effects of Field Dependent-Independent Cognitive Style and Caeing Strategies on Student’s Recal and

Comprehension”.Disertasi Doctor of Philosopy. Virginia

Polytechnic Institute and State Universiti. 2006. Coop. R.H. & Kinnard White. Psychological Concepts in The

Classroom.New York : harper & Row Publisher. 1974. Depdiknas. Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang Standarisasi

Sekolah Dasar dan Menengah.

Efendi, Agus. Revolusi Kecerdasan Abad 21.Bandung : Alfabeta. 2005.


(5)

113

Hamdani, Saepul. Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Masalah Terbuka (Open

Ended Problem). Surabaya: HIMAPTIKA IAIN Sunan

Ampel.2009.

Komaruddin.et.al.”Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif”. Jurnal

Elektronik Pembelajaran Matematika. 2:1. Maret. 2014.

Laksmi, N.M Darma. et.al. “Pengaruh Model Collaborative Teamwork Learning (CTL) Berorientasi Polya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya

Kognitif Siswa”. Program Studi Pendidikan Matematika.

Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia.2014.

Miller, Angie. “Psychology of Aethetics. Creativity and The Arts”. Jurnal International.1:4.Agustus.2011.

Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta. 2009.

Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung :Bumi Aksara. 2005.

Paul.”Four Stages in The Vintage Creative Theory Thought Proses”.www.idea-process. diakses tanggal 8 April 2014. Permendikbud tahun 2013

Richardo, Rino.et.al..”Tingkat Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. 2:2. April. 2014

Santrock.. A Topical Approach to Life-Span Development Edition.New York: McGraw Hill Companies.

Shadiq, Fadjar. “Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?”. diakses dari http://yahoo.com. pada tanggal 20 februari 2015 Solso, Robert L.. Cognitive Psychology. MA: Allyn and Bacon.1995.


(6)

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010. Suharnan. Psikologi Kognitif. Surabaya:Srikandi.2005.

Suherman. E.. Winataputra. U. S. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud. 1992. Sulaihah, Siti. Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Kontekstual

Matematika Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamekasan. Skripsi.

Tidak dipublikasikan. Surabaya: UNESA.2008.

Surya, Hendra. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar.Jakarta: Kompas Gramedia.2011.

Tilaar. Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship. Jakarta:Kompas Media Nusantara. 2012.

Wayan, I Eka Putra.”Pengaruh Model Pembelajaran Perubahan Konseptual Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Ditinjau Dari Gaya Kognitif”. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha :Program Studi IPA. Volume 4. 2014.


Dokumen yang terkait

PROFIL LITERASI STATISTIK SISWA SMA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

16 72 113

ANALISIS DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH DIBEDAKAN BERDASARKAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

0 0 209

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANAK AUTIS DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

1 4 100

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED) DIBEDAKAN DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT.

4 12 122

Proses Berpikir Mahasiswa FKIP UNISDA dalam Memecahkan Masalah Peluang Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent Berdasarkan Langkah Polya

0 0 6

Proses Berpikir Siswa dalam Penyelesaian Soal Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent pada Materi Skala

0 0 5

View of PROSES BERPIKIR LATERAL SISWA SMA NEGERI 1 PAMEKASAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT

0 0 9

PENALARAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PEMBUKTIAN MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT - UNS Institutional Repository

0 0 18

DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VIII DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

0 0 19

ANALISIS KREATIVITAS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT DI MTs MUHAMMADIYAH SIRAMPOG - repository perpustakaan

0 0 18