Evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis anak di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang kunjungan pertama Januari-April 2007 - USD Repository

  

EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS ANAK

DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) MAGELANG

KUNJUNGAN PERTAMA JANUARI-APRIL 2007

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Sukma Paramita Citraningtyas

NIM : 058114073

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS ANAK

DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) MAGELANG

KUNJUNGAN PERTAMA JANUARI-APRIL 2007

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

Sukma Paramita Citraningtyas

NIM : 058114073

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

  

Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Anak di Balai Kesehatan Paru

Masyarakat (BKPM) Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 dapat

diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat

terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh

karena itu pada saat ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. Rita Suhadi, M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus juga sebagai dosen penguji yang telah banyak memberi masukan kepada penulis. 2. dr. Fenty, M.Kes, SpPK selaku dosen pembimbing skripsi dan penguji yang telah memberikan kritik, saran dan pencerahan kepada penulis.

3. Ipang Djunarko, S.Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.

  4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah atas izin yang telah diberikan sehingga peneliti dapat melakukan pengambilan data rekam medik di BKPM Magelang.

  5. Kepala Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  6. Ibu Rina, Ibu Kunah dan segenap staf BKPM Magelang, khususnya staf pada bagian pendaftaran dan bagian Apotek yang telah banyak membantu pada saat proses pengambilan data dilakukan.

  7. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta atas doa dan dorongan sehingga kuliah dapat selesai tepat waktu.

  8. Semua sahabat, Dhita, Ika, Nia, Dewi dan Yesi, serta teman-teman senasib dan seperjuangan Fakultas Farmasi Angkatan 2005 kelas B dan FKK 2005, terima kasih atas dukungan dan pertemanan yang terjalin selama ini.

  9. Teman-teman KKN kelompok 19 yang telah hidup bersama-sama dan berjuang di lokasi selama 2 bulan, terutama untuk Nori Paramita yang telah membantu dalam penyusunan abstract.

  10. Seluruh warga Kos Mandoyo, Icha, Titin, Mono, dan Erlin, serta Deddy atas dukungan dan kesediaan untuk menemani dan mendengarkan keluh kesah saat mengerjakan skripsi.

  11. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha seoptimal mungkin,

namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

  

masih jauh dari sempurna. Untuk memperbaiki penulisan ini penulis selalu

berusaha untuk terbuka dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.

  Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khusunya dan bagi pembaca pada umumnya.

  Penulis

  

INTISARI

Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian pertama

akibat infeksi. Pengobatan tuberkulosis anak dilakukan setiap hari dengan dosis

yang ditetapkan berdasarkan berat badan. Pengobatan pada anak-anak kerap

mengalami medication error dan salah satu penyebabnya adalah Drug Therapy

Problems (DTP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya DTP

pada pengobatan pasien TB anak di BKPM Magelang.

  Data diambil dari rekam medik pasien TB anak di BKPM Magelang yang

berkunjung pertama kali pada bulan Januari-April 2007. Penelitian ini termasuk

observasional bersifat deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara

purposive sampling . Penelitian dilakukan dengan menilai karakteristik pasien

tuberkulosis anak serta evaluasi terhadap obat-obat yang diresepkan berdasarkan

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 untuk mengetahui ada

tidaknya DTP.

  Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien TB anak paling

banyak perempuan. Berdasarkan umur diketahui bahwa penderita TB paling

banyak adalah balita (0-5 tahun). Berdasarkan berat badan diketahui 23% dengan

berat 0-10 kg; 56% 10-20 kg; 18% 20-30 kg dan 3% 30-40 kg. Obat tambahan

yang paling banyak diresepkan adalah antibiotik, antitusiv-ekspektoran dan

suplemen makanan. DTP yang terjadi selama terapi pada pasien TB anak antara

lain adalah perlu terapi tambahan pada 2 pasien, obat salah pada 2 pasien, dosis

kurang pada 11 pasien, dosis berlebih pada 35 pasien dan ketidaktaatan pada 1

pasien Kata kunci : drug therapy problems, tuberkulosis, anak.

  

ABSTRACT

Tuberculosis is the first death which is caused by infection. The

tuberculosis treatment for children is done everyday with the dosage based by

weight. The treatment often has a medical error which is caused by drug theraphy

problems (DTP). This research is purpose to recognize DTP on children in BKPM

Magelang.

  This data from the patients who come to BKPM Magelang for the first

visit on January-April 2007 was written in medical record. This research was an

observational study which used descriptive-evaluative method by purposive

sampling. This research was taken by describing characteristics on patientswith

some evaluations on drugs prescribed. The evaluation is based on Pedoman

Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2007 in order to know DTP.

  Based on the research, girls had more percentages than boys. Based on

age, infants were the most suffered. Based on the weight, there were 23% patients

which weighed 0-10 kg; 56% weighed 10-20 kg; 18% weighed 20-30 kg and 3%

weighed 30-40 kg. The additional drugs were the most prescribed ones, namely,

antibiotics, antitusive-expectoran and food suplement. DTP which occured on the

process of treatment is needed additional drugs (2 patients); ineffective drugs (2

patients); dosage too low (11 patients); dosage too high (35 patients) and non-

compliance (1 cases).

  Keyword : drug theraphy problems, tuberculosis, children.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................... vi

PRAKATA ............................................................................................. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ x

  INTISARI ............................................................................................... xi

ABSTRACT ............................................................................................. xii

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR ...........................................................................

  1 A. Latar Belakang ................................................................................

  1 1. Permasalahan ...............................................................................

  4 2. Keaslian penelitian ......................................................................

  4 3. Manfaat penelitian .......................................................................

  5 B. Tujuan penelitian...............................................................................

  6

  1. Tujuan umum .............................................................................

  6 2. Tujuan khusus ............................................................................

  6 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................

  7 A. Tuberkulosis Paru .............................................................................

  7 1. Penyebab ....................................................................................

  7 2. Etiologi dan patogenesis ............................................................

  7 3. Gejala tuberkulosis .....................................................................

  8 4. Diagnosis ....................................................................................

  8 B. Pengobatan Tuberkulosis .................................................................

  12 C. Balai Kesehatan Paru Masyarakat Magelang ...................................

  15 D. Drug Therapy Problems (DTP) ....................................................... 17 E. Keterangan Empiris ..........................................................................

  18 BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................

  19 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................

  19 B. Definisi Operasional ........................................................................

  19 C. Subyek Penelitian .............................................................................

  21 D. Jalannya Penelitian ...........................................................................

  23 1. Tahap orientasi ...........................................................................

  23 2. Tahap pengambilan data ............................................................

  24 3. Tahap pengolahan data ...............................................................

  24 E. Tata Cara Analisis Hasil ...................................................................

  25 F. Kesulitan Penelitian .........................................................................

  25 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................

  27

  A. Diagnosis dan Karakteristik Pasien TB Anak ..................................

  27 1. Diagnosis TB anak .....................................................................

  28 2. Karakteristik jenis kelamin pasien TB anak ...............................

  31 3. Karakteristik umur pasien TB anak ............................................

  32 4. Karakteristik berat badan pasien TB anak .................................

  33 5. Karakteristik gejala yang dirasakan pasien TB anak .................

  34 B. Gambaran Pengobatan Pasien TB Anak ..........................................

  36 1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ..............................

  36 2. Penggunaan obat tambahan ........................................................

  38 C. Drug Therapy Problems (DTP) ........................................................ 39 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................

  45 A. Kesimpulan ......................................................................................

  45 B. Saran .................................................................................................

  45 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

  46 LAMPIRAN ...........................................................................................

  48 BIOGRAFI PENULIS ........................................................................... 103

  DAFTAR TABEL Tabel I. Sistem Skor Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB ........

  11 Tabel II. Dosis OAT Kombipak pada Anak ....................................

  14 Tabel III. Dosis OAT KDT pada Anak ..............................................

  14 Tabel IV. Penggolongan DTP ............................................................

  18 Tabel V. Gejala yang Dirasakan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ...........

  36 Tabel VI. Perbandingan Penggunaan OAT-FDC dan OAT Kombipak pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ............................

  38 Tabel VII. Distribusi Obat yang Diresepkan Sebelum Mendapatkan Terapi OAT pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007............

  40 Tabel VIII. Frekuensi Penerimaan Resep Selama Pengobatan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007 ............................................................

  41 Tabel IX. Nomor Pasien dan Kasus DTP Perlu Terapi Tambahan ...

  43 Tabel X. Nomor Pasien dan Kasus DTP Obat Salah .......................

  43 Tabel XI. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Kurang ...................

  44 Tabel XII. Nomor Pasien dan Kasus DTP Dosis Berlebih .................

  45

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak ..........................

  9 Gambar 2. Alur Tatalaksana Pasien TB Anak pada Unit Pelayanan Kesehatan Dasar.................................................................

  12 Gambar 3. Bagan Kegiatan BKPM Magelang ....................................

  17 Gambar 4. Bagan Subyek Penelitian....................................................

  22 Gambar 5. Tahap Jalannya Penelitian..................................................

  24 Gambar 6. Diagram Perbandingan Hasil Sistem Skoring pada Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari- April 2007 ..........................................................................

  29 Gambar 7. Diagram Perbandingan Hasil Uji Tuberkulin Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari- April 2007 ..........................................................................

  31 Gambar 8. Diagram Karakteristik Jenis Kelamin Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007....................................................................................

  32 Gambar 9. Diagram Karakteristik Umur Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007............

  33 Gambar 10. Diagram Karakteristik Berat Badan Pasien TB Anak di BKPM Magelang Kunjungan Pertama Januari-April 2007....................................................................................

  35

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ...........................................................

  50 Lampiran 2. Data Berat Badan Balita Menurut KepMenKes Nomor 920/Menkes/SK/VIII/2002.................................................

  51 Lampiran 3. Evaluasi DTP Pasien TB Anak ..........................................

  55

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang

  

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan penyebab

kematian pertama di dunia akibat infeksi. World Health Organization (WHO)

memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara

tahun 2002-2020 diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Kecepatan

penyebaran TB bisa meningkat lagi sesuai dengan peningkatan penyebaran

HIV/AIDS dan munculnya bakteri TB yang resisten terhadap obat.

  Di kawasan Asia Tenggara, data WHO tahun 2002 menunjukan bahwa

TB membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Sekitar 40 persen dari kasus TB di

dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Indonesia sendiri menduduki peringkat

ketiga dunia, setelah India dan Cina. Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 583

ribu kasus dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung, setiap hari

425 orang meninggal akibat TB di Indonesia. Kalau 1 orang pasien bisa

menularkan ke 10 orang, pada tahun berikutnya jumlah yang tertular adalah 5,8

juta orang. Terdapat 75% kasus TB di suatu negara berkembang, termasuk

Indonesia terjadi pada usia produktif, yaitu usia antara 15-50 tahun (Harries,

1997).

  Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan

berbagai upaya untuk menanggulangi TB, antara lain dengan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment Shortcourse) (Anonim, 2005). Dalam strategi ini

  

ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan

melakukan pengawasan langsung. Keberadaan program tersebut memang

menunjukkan banyak kemajuan bagi penanggulangan dan pengobatan TB di

Indonesia. Pemerintah juga telah menjamin ketersediaan obat-obat anti TB bagi

sarana pelayanan kesehatan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan prakiraan

kasus di seluruh Indonesia, namun pada kenyataannya TB masih belum dapat

diberantas bahkan diperkirakan jumlah penderita TB belum mengalami

penurunan.

  Penderita TB tidak hanya datang dari golongan dewasa, namun juga

dapat terjadi pada anak-anak. Terutama bila di sekeliling mereka terdapat

penderita TB aktif dewasa, serta tinggal di lingkungan padat dengan sirkulasi

udara buruk dan kurang sinar matahari. Menurut data WHO, pada 2004 tercatat

1,3 juta anak di dunia yang terinfeksi TB. Dari jumlah tersebut, tiap tahunnya

450.000 di antaranya meninggal dunia. Sementara menurut data Depkes, kasus TB

anak di Indonesia pada 2007 tercatat sebanyak 3.990 kasus (Anonim, 2009).

Anak-anak yang menderita TB ini dikenal sebagai penderita infeksi TB primer,

sedangkan pada orang dewasa kebanyakan infeksi yang terjadi adalah infeksi

pasca primer. Infeksi TB pada anak-anak dapat terjadi karena adanya penularan

dari orang dewasa, misalnya melalui droplet.

  Diagnosis TB pada anak sulit dilakukan karena kadang ada kebingungan

antara infeksi primer (seringkali tanpa luka yang jelas pada paru-paru) dan PTB

atau Pulmonary Tuberculosis (Anonim, 2002). Hal ini dikarenakan pemeriksaan

sputum tidak dapat dilakukan pada anak, karena kebanyakan anak-anak tidak

  

dapat mengeluarkan sputum/dahak mereka. Oleh karena itu untuk mendukung

diagnosis dilakukan penggunaan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap

gejala dan tanda klinis yang dijumpai (Anonim, 2007b).

  Pengobatan TB sifatnya lama dan jumlah obat yang dikonsumsi tidak

sedikit, misalnya standar pengobatan TB anak adalah dengan menggunakan

isoniazid, rifampisin dan pirazinamid selama 2 bulan dan diberikan setiap hari

(Anonim, 2005). Pemilihan obat yang tepat dan cukup jumlahnya sangat penting

agar TB pada anak dapat disembuhkan dan tidak mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan mereka. Karena sifat pengobatan yang lama maka dari pihak

keluarga juga harus melakukan pemantauan yang cukup ketat agar tujuan

pengobatan dapat tercapai.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi terapi yang diberikan pada

anak. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada ada-tidaknya Drug Therapy

Problems (DTP) yang terjadi. Evaluasi terhadap DTP meliputi ketepatan

pemilihan dan penggunaan obat, ketepatan pemilihan terapi tambahan, ketepatan

dosis obat, pemilihan obat dengan efek samping yang minimal, serta ketaatan

pasien minum obat didukung dengan pemberian informasi obat yang benar

(Cipolle, 2004).

  Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional yang dilakukan

secara deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bersifat retrospektif karena

evaluasi dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada rekam medis pasien di

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang. Dari data pengobatan yang

didapat selanjutnya akan dievaluasi dengan standar pengobatan yang ada di

  

BKPM maupun menggunakan standar pengobatan dari Departemen Kesehatan

Republik Indonesia atau WHO. Keberadaan penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan referensi bagi pengobatan TBC untuk anak-anak. Penelitian ini

diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan pelayanan medik di

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang.

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : a. seperti apakah karakteristik anak yang mengidap TB?

  b. seperti apakah gambaran terapi (meliputi kelas terapi, jenis dan golongan obat, jumlah dan dosis obat dan juga penggunaan obat tambahan) yang diberikan dalam pengobatan TB pada anak?

  c. apakah ada permasalahan yang berhubungan dengan obat (DTP) yang terjadi selama pengobatan terhadap TB pada anak dilakukan (meliputi : penggunaan obat yang tidak perlu, perlunya obat tambahan, penggunaan obat tidak tepat, dosis obat terlalu tinggi/rendah, efek samping obat dan ketaatan pasien) ? 2.

   Keaslian penelitian Penelitian mengenai evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis anak

di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang dengan kunjungan

pertama Januari-April 2007 belum pernah dilakukan. Ada beberapa penelitian

tentang pasien tuberkulosis yang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, namun

  

penelitian ini berbeda dalam hal tujuan penelitian, subyek penelitian, waktu

penelitian dan lokasi penelitian.

  Beberapa penelitian tentang tuberkulosis antara lain adalah :

a. Karakteristik Tuberkulosis Anak dengan Biakan Positif yang diteliti oleh Supriyatno, dkk (2002).

  

b. Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TB) di

Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Periode Januari – Desember 2005 yang diteliti oleh Lusiana (2006).

  

c. Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru pada Pasien Dewasa di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 yang diteliti oleh Utomowati (2007).

3. Manfaat penelitian

  Manfaat dari penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis

Anak di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Magelang Kunjungan

Pertama Januari-April 2007” adalah :

  a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengobatan penyakit TB pada anak.

  b. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

peningkatan pelayanan medik pengobatan TB pada anak di Balai Kesehatan Paru

Masyarakat (BKPM) Magelang.

  B.

  

Tujuan

  1. Tujuan umum Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengobatan atau terapi TB yang diberikan pada pasien anak di Balai Kesehatan

  Paru Masyarakat (BKPM) Magelang.

  2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik anak pengidap TB dilihat dari data yang ada pada data rekam medik.

  b. Mengetahui gambaran terapi (meliputi kelas terapi, jenis dan golongan obat, jumlah dan dosis obat, dan juga penggunaan obat tambahan) yang diberikan untuk mengobati TB pada anak-anak.

  c. Mengetahui ada tidaknya permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan obat (DTP) yang terjadi selama pengobatan terhadap TB pada anak dilakukan (meliputi: penggunaan obat yang tidak perlu, perlunya obat tambahan, penggunaan obat tidak tepat, dosis obat terlalu tinggi/rendah, efek samping obat dan ketaatan pasien).

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Paru

  1. Penyebab Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

  

Mycobacterium tuberculosis . Bakteri ini termasuk golongan basil gram positif,

berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta

lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia (Anonim, 2005). Mycobacterium

tuberculosis juga dikenal dengan nama lain tubercle bacilli, karena

kemampuaanya dalam menimbulkan lesi yang disebut tuberkel (Harries, 1997).

  

Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru (80%) dan

sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan

terhadap asam pada pewarnaan, sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam

(BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi

dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,

kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan

kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (Anonim,

2005)

  2. Etiologi dan patogenesis Sumber penularan penyakit TB adalah pasien TB dengan BTA positif pada

saat ia batuk atau bersin. Di mana pada saat itu terjadi penyebaran kuman melalui

droplet. Orang lain dapat terinfeksi jika menghirup droplet yang mengandung

kuman tersebut (Anonim, 2005). Setelah terhirup droplet yang mengandung

  

bakteri tersebut akan terbawa hingga sampai ke cabang bronkial dan akan

menempel di bronkiolus atau alveolus. Kemampuan bakteri dalam menimbulkan

penyakit tergantung dari keganasan bakteri dan kemampuan mikrobiosidal dari

makrofag pada alveolus tersebut (Anonim, 2000a).

  3. Gejala tuberkulosis Gejala-gejala umum TB pada anak antara lain adalah mengalami

penurunan berat badan selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas,

dan tidak mengalami kenaikan dalam satu bulan walaupun telah mendapat

penanganan gizi yang baik. Mengalami demam lama atau berulang tanpa sebab

yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai

dengan keringat malam. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,

paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha. Gejala dari saluran nafas,

misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk),

tanda cairan di dada dan nyeri dada. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare

berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di

abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen (Anonim, 2005).

  4. Diagnosis Diagnosis TB paling tepat adalah dengan penemuan basil TB dari

spesimen dahak, bilasan lambung, biopsi dan lain-lain. Namun pada anak-anak hal

tersebut sulit didapat karena anak-anak kadang tidak dapat mengeluarkan dahak

mereka, justru kerap kali menelannya. Oleh karena itu sebagian besar diagnosis

anak didapat dari gambaran klinik, foto rontgen dada dan uji tuberkulin (Wirawan,

2008).

  Gambar 1. Alur Deteksi Dini dan Rujukan TB Anak (Anonim, 2002a)

  Diagnosis TB anak sulit dilakukan, tidak seperti pada orang dewasa yang

dapat dilakukan dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis.

  

Karena sulitnya mendiagnosis maka sering terjadi overdiagnosis maupun

underdiagnosis . Oleh karena itu untuk mempermudah diagnosis pada anak

digunakan sistem skor, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang

dijumpai (Anonim, 2007b).

  Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien

dengan jumlah skor yang lebih atau sama dengan 6, harus ditatalaksana sebagai

pasien TB dan mendapat Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Skor kurang dari 6 tetapi

secara klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan

diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi,

pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-scan, dan

lain-lainnya (Anonim, 2007b).

  Tabel I. Sistem Skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB (Anonim, 2007b) Parameter 1 2 3 Jml Kontak TB Tidak Laporan BTA positif jelas keluarga,

  BTA negatif atau tidak tahu, BTA tidak jelas

  Uji tuberkulin Negatif Positif ( ≥ 10 mm, atau

  ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi) Berat badan/ Bawah garis Klinis gizi keadaan gizi merah (KMS) buruk atau BB/U (BB/U

  <80% <60%) Demam tanpa ≥ 2 minggu sebab yang jelas Batuk

  ≥ 3 minggu Pembesaran ≥ 1 cm, kelenjar limfe jumlah >1, koli, aksila, tidak nyeri inguinal Pembengkakan Ada pem- tulang/sendi bengkakan panggul, lutut, falang Foto rontgen Normal/ toraks tidak jelas

  Jumlah Catatan : • Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

  • Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti asma, sinusitis, dan lain-lain.
  • Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
  • Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname) kemudian dilampirkan pada tabel badan badan.
  • Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak.

  • Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
  • Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14).
  • Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.

  Setelah didapatkan hasil dari sistem skor, maka tatalaksana dilanjutkan dengan pemberian OAT, dapat dilihat dari alur berikut ini :

Gambar 2. Alur Tatalaksana Pasien TB Anak pada

Unit Pelayanan Kesehatan Dasar (Anonim, 2007b)

B. Pengobatan Tuberkulosis

  Ada tiga sifat penting yang terdapat dalam obat TB yaitu memiliki

aktivitas bakterisidal, sterilisasi, dan kemampuan mencegah resistensi. Sifat-sifat

tersebut dimiliki oleh tiap obat TB dengan kemampuan yang berbeda-beda.

Isoniazid dan rifampisin merupakan bakterisidal paling kuat dan aktif melawan

pertumbuhan basil TB. Rifampisin adalah obat sterilisasi paling poten yang ada

  

saat ini. Pirazinamid dan streptomisin juga merupakan bakterisidal yang dapat

melawan populasi basil TB. Pirazinamid hanya aktif di lingkungan asam.

  

Streptomisin merupakan bakterisidal yang mampu membunuh basil TB yang

tumbuh dengan cepat. Etambutol dan tiosetason digunakan bersama-sama dengan

obat lain yang lebih kuat untuk mencegah resistensi basil (Anonim, 2000a). Terapi

terhadap penderita TB dimaksudkan untuk menyembuhkan penderita hingga

sembuh, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat

penularan (Anonim, 2005).

  Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan

diberikan dalam waktu 6 bulan (Anonim, 2007b). Pengobatan pada anak tidak

berbeda dengan dewasa, namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu pemberian

obat untuk tahap intensif maupun lanjutan OAT pada anak diberikan setiap hari,

selain itu dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak

(Anonim, 2005).

  Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan 6 bulan cukup adekuat.

Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan

penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk

menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata

walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, maka

OAT tetap dihentikan (Anonim, 2007b). Perbaikan klinis yang terjadi antara lain

adalah kenaikan berat badan dan pengamatan terhadap peningkatan aktivitas anak

dibanding sebelum pengobatan (Anonim, 2005).

  

Tabel II. Dosis OAT Kombipak pada Anak (Anonim, 2007b)

Jenis Obat BB BB BB < 10 kg 10 – 19 kg 20 – 32 kg

  

Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

  

Tabel III. Dosis OAT KDT pada Anak (Anonim, 2007b)

Berat Badan (kg) 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari

RHZ (75/50/150) RH (75/50)

  

5-9 1 tablet 1 tablet

10-19 2 tablet 2 tablet 20-32 4 tablet 4 tablet Keterangan:

  • Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit • Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
  • Anak dengan BB

    ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.

  • Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
  • OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.

  Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat

dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan

menggunakan sistem skoring (Tabel I). Bila hasil evaluasi dengan sistem skoring

didapat skor <5, kepada anak tersebut diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-

10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan sebagai terapi pencegahan (profilaksis). Bila

anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan

setelah pengobatan pencegahan selesai (Anonim, 2007b).

  Obat anti tuberkulosis yang diberikan kepada pasien TB anak bisa dalam

bentuk kombipak atau bentuk Fixed Dose Combination (FDC). OAT-kombipak

  

merupakan OAT yang diberikan dalam bentuk dosis tunggal dengan paduan obat

tuberkulosis. Untuk mempermudah pemberian obat pada pasien anak maka dibuat

dalam bentuk racikan. OAT-kombipak memiliki keuntungan yaitu mudah

dilakukan penyesuaian dosis jika ternyata pasien mengalami kontraindikasi

dengan salah satu obat. Namun kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya

kesalahan pada saat penyiapan racikan karena jumlah obat yang cukup banyak

(Utomowati, 2007).

  Obat anti tuberkulosis FDC bentuknya lebih ringkas dan praktis

dibanding OAT-kombipak, sehingga penggunaan obatnya pun menjadi lebih

mudah. OAT-FDC ini berupa paduan obat tuberkulosis yang diberikan dalam satu

tablet yang mengandung kombinasi beberapa jenis obat dengan dosis tepat. Selain

kelebihan yang dimiliki daripada OAT-kombipak, dengan OAT-FDC ini

diharapkan ketaatan pasien minum obat menjadi lebih baik karena penggunaan

obatnya lebih mudah. Namun kelemahannya adalah sulit melakukan penyesuaian

dosis untuk pasien yang kontraindikasi dengan obat tersebut (Utomowati, 2007).

  C.

  

Balai Kesehatan Paru Masyarakat Magelang

Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang adalah

salah satu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang bergerak dalam bidang

tindakan preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit yang berkaitan dengan

fungsi paru. BKPM Magelang sampai dengan tahun 2005 lebih dikenal sebagai

BP4 (Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru) Magelang yang berlokasi

di Jl. Jend. Sudirman No. 46 B Kota Magelang. Pada tahun 2005 – 2006 terjadi

otonomi daerah dimana pengelolaan BP4 berada di bawah pemerintah Kota

  

Magelang, namun tetap dengan pengawasan dari Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah. Pada tahun 2006 – 2007 dibentuklah satuan kerja khusus P4, yang

mengurusi kegiatan-kegiatan pada unit tersebut. Kemudian pada Juli 2008 BP4

Magelang resmi berubah nama menjadi BKPM Wilayah Magelang. Dikarenakan

gedung lama sudah tidak mampu menampung jumlah pasien dari beberapa

kabupaten di Jawa Tengah yang cukup banyak maka pada tanggal 30 Desember

2008 pelayanan di BKPM pindah ke gedung baru yang lebih memadai yang

terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 46 B Kota Magelang.

  BKPM Magelang sendiri mempunyai visi yaitu “Menjadi pusat rujukan

layanan kesehatan paru yang profesional dan dicintai masyarakat”, sedangkan

misinya adalah :

  1. Melaksanakan pelayanan kesehatan paru yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat.

  2. Meningkatkan sumber daya manusia, kinerja, profesionalisme dan kesejahteraan.

  3. Mengupayakan peran serta masyarakat dalam peningkatan kesehatan paru masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dengan kerja sama lintas sektoral. Sesuai dengan sesuai Perda Provinsi Jawa Tengah No 5 tahun 2006

tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 1 Tahun 2002

tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi

Unit Pelaksana Teknis Dinas, maka cakupan wilayah kerja BKPM meliputi : Kota

Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Purworejo,

  

Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banyumas, Kabupaten

Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Cilacap (Anonim, 2008).

  M A S A L A H K E S E H A T A N P A R U M A S A L A H K E S E H A T A N P A R U Masyarakat Individu

  Diagnosis kesehatan Record Analisis lingkungan paru pasien

(angka kesakitan

paru dsb)

  Networking Tim Multidisiplin (SpP,SpPK,SpR,Ps,

  

Tim Multidisiplin (ahli

Perawat, dsb

  ) Database untuk

kesmas, klinisi,

pengkajian,

psikolog, dll)

penelitian dan

  Rencana pengambangan

Rencana

ilmu

  Implementasi

kegiatan/program

terapi

  Out come Sembuh total

  KESADARAN TTG KESEHATAN PARU, PERILAKU, DERAJAT KES PARU

  Rehabilitasi

Gambar 3. Bagan Kegiatan BKPM Magelang (Anonim, 2008)

D. Drug Therapy Problems (DTP)

  Drug therapy problems (DTP) merupakan salah satu dari 6 macam

kejadian medication error paling umum yang terjadi selama pengobatan

dilaksanakan (Cohen, 1999). Drug Therapy Problems (DTP) adalah kejadian-

kejadian yang tidak dikehendaki yang dialami oleh pasien yang melibatkan, atau

kemungkinan melibatkan, terapi obat, dan dapat menghalangi pencapaian tujuan

  

terapi (Cipolle, 2004). Kategori dan kasus DTP yang sering terjadi dapat dilihat

dari tabel berikut :

Tabel IV. Penggolongan Drug Therapy Problems (Cipolle, 2004)

  No. Contoh kasus yang sering terjadi Drug Therapy Problem

Dokumen yang terkait

Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Pengolahan Datapasien Terhadap Pemeriksaan Laboratorium Pada UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Provinsi Maluku

0 9 47

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN TB PARU (Studi Kasus di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang Tahun 2013)

1 16 163

Hubungan antara persepsi dan pengetahuan orang tua dengan kepatuhan pengobatan tuberkulosis pada anak di kabupaten Sragen

0 3 94

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Inhaler Terhadap Keberhasilan Terapi Pada Pasien Asma Rawat Jalan Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Klaten Periode September-Desember 2010.

0 1 12

Karakteristik Individu yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Balita di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Kota Cirebon

0 0 8

Evaluasi drug related problems [DRPs] pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 0 150

Evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di balai pengobatan penyakit paru-paru (Bp4) Yogyakarta tahun 2006-2008 - USD Repository

0 0 96

Evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien stroke iskemik di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007 - Juni 2008 - USD Repository

0 0 129

Evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien diare akut anak di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 - USD Repository

0 0 154

Pengaruh faktor-faktor risiko terhadap ketaatan pengobatan pada pasien tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 - USD Repository

0 0 127