Pengaruh faktor-faktor risiko terhadap ketaatan pengobatan pada pasien tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 - USD Repository
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETAATAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU KEBUMEN PERIODE OKTOBER 2008 - MARET 2009 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :
Dwi Arunningtyas NIM. 058114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETAATAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU KEBUMEN PERIODE OKTOBER 2008 - MARET 2009 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :
Dwi Arunningtyas NIM. 058114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
Kupersembahkan karya ini untuk: Yesus Kristus yang selalu menyayangiku dan memberi nafas kehidupan bagiku, Bapak dan ibu yang tak pernah berhenti mangasihi dan menyayangiku, Teman-temanku yang kukasihi,
Serta almamaterku.
Allah adalah terang dan didalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yoh 1: 5) Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan (Yer 17:7)
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah senantiasa memberikan berkat, kasih, dan karuniaNya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor Risiko Terhadap Ketaatan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Kebumen Periode Oktober 2008-Maret 2009” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bantuan, bimbingan, saran, dan ide dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Drs. P. Sunu Hardiyanta, S.J., M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bantuan, bimbingan, saran, dan ide dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan saran yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan saran yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian ini.
7. Kesbangpolinmas Kebumen c.q. Bappeda Kebumen yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di BP4 Kebumen.
8. Seluruh petugas BP4 Kebumen yang telah banyak membantu penulis dalam menjalankan penelitian.
9. Para pasien di BP4 Kebumen yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas waktu dan jawaban kuesionernya.
10. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang, semangat, doa, dan pengorbanan dalam membesarkan penulis sehingga dapat menjadi seperti sekarang ini.
11. Keluarga besar di Gombong, Kebumen, dan Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan kepada penulis.
12. Sahabat-sahabatku Olivia Ganeswati, Theresia Elvira, Christina Santi, Ade Entyna, dan Aloysia Dona yang selalu memberikan dukungan, keceriaan, serta semangat dalam persahabatan yang telah diberikan kepada penulis sejak awal kuliah hingga sekarang ini.
13. Teman-teman Wisma Rosari Vivi, Agnes, Esti, Jean, Della, dek’Susi, Fetri, Angel, Lina, Mela, Yesia, Sifa, Yeni, mbak Tina, Mbak Uci, Mbak Nice, Mbak Tika yang telah memberikan persahabatan, persaudaraan, dukungan dan keceriaan kepada penulis.
14. Sahabat sekaligus sodaraku Widy yang selalu memberiku semangat, doa, dan kekuatan untuk tetap berkarya.
15. Teman-teman farmasi, khususnya FKK angkatan 2005 yang telah memberi warna kehidupan bagi penulis. Terima kasih atas kerja sama dan kekompakan yang diberikan selama kuliah.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Agustus 2009 Penulis
INTISARI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis . Kuman ini menyerang semua bagian tubuh manusia dan yang paling
sering terkena adalah paru (90%). Banyaknya obat yang digunakan dan waktu pengobatan yang lama seringkali menyebabkan kegagalan konversi penderita karena adanya masalah ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam pengobatan, seperti pengetahuan, keadaan sosial ekonomi, banyaknya obat yang harus diminum serta efek samping yang dirasakan. Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan tuberkulosis disebabkan oleh pengetahuan penderita, peran penyuluhan, ketersediaan obat, peran Pengawas Menelan Obat (PMO), dan efek samping obat.
Penelitan ini bertujuan melihat pengaruh beberapa faktor risiko terhadap ketaatan penderita tuberkulosis dalam menggunakan obat. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan menyebarkan lembar kuesioner kepada sejumlah responden yang menjalani pengobatan tuberkulosis paru di BP4 Kebumen. Data diolah dengan menghubungkan tingkat pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat pada pasien, PMO, dan efek samping obat dengan nilai ketaatan pengobatan responden. Data diolah dengan menggunakan metode statistik Z-test.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara tingkat pengetahuan, penyuluhan, PMO terhadap ketaatan pengobatan responden; pengaruh negatif antara ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pengobatan responden; dan tidak adanya pengaruh efek samping obat terhadap ketaatan pengobatan responden.
Kata kunci : Tuberkulosis, faktor risiko, ketaatan pengobatan
ABSTRACT Tuberculosis is a disease which caused by Mycobacterium tuberculosis.
This organism can infect all part of human’s body, and mostly infects pulmonary (90%). The number of tablets and long treatment are the reason of patient’s convertion default, because there are patient’s adherence problems. World Health Organization (WHO) says, there are many factors that influence patient’s adherence in tuberculosis treatment, such as patient’s knowledge about tuberculosis, economic and social factors, the number of tablets that need to be taken by patient (regimen complexity), and drugs side effect. Some research says that risk factors that influence non-adherence to tuberculosis treatment are patient’s knowledge, health promotion, availability of drugs, supervised agents (PMO), and drugs side effect.
The aims of the research to examine some risk factors that influence adherence to tuberculosis treatment. This research done by interviewing and distributing questionnaire to respondents that taking TB treatment in BP4 Kebumen. The data proccessed by examining the influence of knowledge, health promotion, availability of drugs, supervised agents (PMO), and drugs side effect with the adherence score of respondents. The process is done using Z-test statistic method.
The results of this research show that there is a positive influence of level knowledge, health promotion, and supervised agents (PMO) to respondents adherence; a negative influence of availability of drugs in patients to respondents adherence; and there is no influence of drugs side effect to respondents adherence.
Keywords : Tuberculosis, risk factors, adherence to treatment
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………... i HALAMAN JUDUL………………………………………………..………. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………….……… iii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..……... iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………….…………… v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................ vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vii PRAKATA ………………………….............................................………… viii
INTISARI…………………………………………………………………... xi
ABSTRACT ……………………………………...…………………………... xii
DAFTAR ISI………………………………………………………...……… xiii DAFTAR TABEL…………………………………………………..………. xvii DAFTAR GAMBAR………………………………………………….……. xix DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xx BAB I. PENGANTAR……………………………………………….……...
1 A. Latar Belakang……………………………………………….……...
1 1. Permasalahan……………………………………………….…...
4 2. Keaslian penelitian………………………………………….…...
4
3. Manfaat penelitian………………………………………….……
6 B. Tujuan Penelitian……………………………………………….…...
6 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………….…...
8 A. Tuberkulosis…………………………………………………………
8
1. Definisi………………………………………………………......
8 2. Macam-macam tuberkulosis…………………………………….
9 3. Epidemiologi…………………………………………………….
11 4. Etiologi…………………………………………………………..
12 5. Gejala klinis……………………………………………………..
14 6.
14 Diagnosis………………………………………………………...
B.
17 Terapi Tuberkulosis..…..…………………………………………… 1.
17 Tujuan pengobatan........................................................................
2.
18 Prinsip pengobatan........................................................................
3.
19 Rejimen pengobatan......................................................................
4.
24 Obat Anti Tuberkulosis (OAT).....................................................
5.
28 Hasil pengobatan tuberkulosis......................................................
C.
30 Ketaatan Pengobatan………………………………………………...
D.
31 Pengetahuan………………………………………………………… E.
33 Penyuluhan…………………………………………………………..
F.
34 Pengawas Menelan Obat (PMO)…………………………………….
G. Ketersediaan Obat…………………………………………………...
35 H. Efek Samping Obat………………………………………………….
35 I. Landasan Teori………………………………………………………
37 J. Hipotesis.............................................................................................
38 BAB III. METODE PENELITIAN................................................................
39 A. Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................
39 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................
40
1. Variabel penelitian........................................................................
40 2. Definisi operasional……………………………………………..
40 C. Waktu Penelitian…………………………………………………….
42 D. Tempat Penelitian…………………………………………………...
42 E. Subyek Penelitian…………………..……………………………….
42 F.
43 Bahan Penelitian…………………………………………………….
1.
41 Populasi penelitian……………………………………………....
2.
43 Sampel dan teknik sampling…………………………………….
3.
44 Besar sampel…………………………………………………….
G.
44 Instrumen Penelitian…….…………………………………………..
H.
45 Tata Cara Penelitian………………………………………………… 1.
45 Perijinan………………………………………………………… 2.
45 Penetapan besar sampel………………………………………… 3.
46 Pembuatan kuesioner…………………………………………… 4.
47 Validasi kuesioner……………………………………………….
5.
50 Uji reliabilitas…………………………………………………… 6. Pengambilan data………………………………………………..
50
7. Pengolahan data…………………………………………………
50 a. Manajemen data……………………………………………..
50
b. Analisis data…………………………………………………
51 1) Analisis kualitatif…………..……………………………
51 2) Karakteristik responden…………………………………
51 3) Analisis hasil kuesioner…………………………………
52
I. Kesulitan Penelitian…………………………………………………
53 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...
54 A. Karakteristik Responden…………………………………………….
54 1. Jenis kelamin responden………………………………………...
54
2. Umur responden…………………………………………………
56 3.
57 Tingkat pendidikan responden…………………………………..
4.
58 Pekerjaan responden…………………………………………….
5.
60 Lamanya responden menjalani pengobatan……………………..
B.
61 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Ketaatan………………………….
C.
64 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Ketaatan………………..………… D.
69 Pengaruh Ketersediaan Obat Terhadap Ketaatan…………………....
E.
73 Pengaruh PMO Terhadap Ketaatan.....................................................
F.
77 Pengaruh Efek Samping Obat Terhadap Ketaatan..............................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….
82 A.
82 Kesimpulan………………………………………………………….
B.
83 Saran………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
84 LAMPIRAN…………………………………………………………………
86 BIOGRAFI PENULIS…………………………..………………………...... 107
DAFTAR TABEL Tabel I.
22
65
62
49
47
47
37
36
23
23
23
22
Tabel II.
21
21
20
19
Pembagian Nilai Skor Pengetahuan dan Nilai Skor Ketaatan...…. Pembagian Nilai Skor Penyuluhan dan Nilai Skor Ketaatan…….. Pembagian Nilai Skor Ketersediaan Obat Anti-tuberkulosis dan Nilai Skor Ketaatan.......................................................................
Dosis Paduan KDT (Kombinasi Dosis Tepat) OAT Sisipan.......... Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan............................................. Efek Samping Berat OAT .............................................................. Efek Samping Ringan OAT............................................................ Penilaian Item Jawaban.................................................................. Pembagian Pernyataan Favourable dan Unfavourable…………… Uji Validitas....................................................................................
Dosis Paduan OAT KDT (Kombinasi Dosis Tepat) Kategori 1..... Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1........................... Dosis Paduan OAT KDT (Kombinasi Dosis Tepat) Kategori 2..... Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2........................... Paduan OAT Kategori 3 Dalam Paket Kombipak untuk Penderita dengan Berat Badan Antara 33 – 55 kg .......................
Tuberculosis and Lung Disease) : Paduan OAT yang Digunakan di Indonesia..............................................................
Obat Anti Tuberkulosis .................................................................. Paduan Pengobatan Standar yang Direkomendasikan Oleh WHO dan IUATLD (International Union Against
Tabel VIII. Tabel IX. Tabel X. Tabel XI. Tabel XII. Tabel XIII. Tabel XIV. Tabel XV. Tabel XVI. Tabel XVII.
Tabel III. Tabel IV. Tabel V. Tabel VI. Tabel VII.
70
Tabel XVIII. Pembagian Nilai Skor PMO dan Nilai Skor Ketaatan..................
74 Tabel XIX. Pembagian Nilai Skor ESO dan Nilai Skor Ketaatan...................
78
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.
Alur Diagnosis TB Paru……………………………………… Presentase Jenis Kelamin Repsonden Pasien Tuberkulosis…… Presentase Umur Repsonden Pasien Tuberkulosis…………… Presentase Tingkat Pendidikan Responden Pasien Tuberkulosis………………………………………………....
Presentase Pekerjaan Responden Pasien Tuberkulosis……… Presentase Lama Pengobatan Responden Pasien Tuberkulosis………………………………………………
16
55
56
58
59
60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lembar Kuesioner…........…………………………………..Hasil Uji Validitas...........................……………………….. Hasil Uji Reliabilitas.……………………………………… Nilai Median Skor Kuesioner.....…………………………...
Nilai Kuesioner....…………………………………………. Pembagian Nilai Ketaatan, Pengetahuan, Penyuluhan, Ketersediaan Obat, PMO, dan ESO.....................................
Perhitungan Statistik Uji Z-Test…………………………… Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas..........................
Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA..................................... Alur Pemilihan Uji Statistik Z-Test…………………………
86
90
91
92
93
97
99 104 105 106
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru (90%). Indonesia adalah negara ke-3 di dunia yang mempunyai penderita tuberkulosis terbanyak setelah Cina dan India dengan jumlah penderita 583.000 orang (Hiswani, 2004). Tuberkulosis di Indonesia merupakan penyakit penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran pernafasan, serta merupakan penyakit nomor satu terbesar dalam kelompok infeksi (Anonim, 2006).
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah
2 yang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi hingga 2.901/km .
Masalah kepadatan penduduk yang tinggi ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan penduduknya, apalagi ditunjang dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduknya yang masih rendah. Tercatat dari data statistik kabupaten tahun 2007, jumlah penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 341.660 jiwa. Salah satu masalah kesehatan pada masyarakat adalah adanya penyakit tuberkulosis. Tercatat pada tahun 2008 jumlah penderita tuberkulosis di kabupaten ini sebanyak 2.612 jiwa. Tingginya angka kejadian ini tidak didukung dengan angka konversi dan angka kesembuhan yang tinggi pula. Tercatat angka konversi dan angka kesembuhan pada tahun 2008 adalah 73% dan 75%, dimana angka ini belum mencapai target angka konversi dan angka kesembuhan di Jawa Tengah (80% dan 85%) (Anonim, 2008).
Secara umum, kejadian kasus tuberkulosis paru ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi lemah (Hiswani, 2004). Kasus tuberkulosis terutama terjadi pada usia produktif kerja, yaitu kelompok umur 15 sampai 55 tahun yang berdampak pada Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga bisa mengganggu perekonomian keluarga, masyarakat dan negara (Syafei 2002).
Obat antituberkulosis (OAT) yang utama adalah isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol. Pengobatannya secara keseluruhannya dapat mencapai 12 bulan. Agar dapat disembuhkan, penderita harus minum obat teratur sesuai petunjuk, menghabiskan obat sesuai waktu yang ditentukan (6-12 bulan) berturut-turut tanpa terputus, serta makan makanan bergizi dan melibatkan petugas kesehatan atau anggota keluarga untuk mengawasi dan memastikan penderita tuberkulosis minum obat dengan teratur dan benar (Nova, 2008). Banyaknya obat yang digunakan dan waktu pengobatan yang cukup lama seringkali menyebabkan kegagalan konversi penderita tuberkulosis karena adanya masalah dengan ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Padahal keberhasilan pengobatan tuberkulosis sangat bergantung pada ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam pengobatan tuberkulosis, seperti misalnya pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya, keadaan sosial ekonomi pasien seperti kemiskinan dan pengangguran, banyaknya obat yang harus diminum oleh pasien dengan kompleksitas rejimen pengobatan, efek samping yang dirasakan dari pengobatan, serta sistem pelayanan kesehatan di unit pelayanan kesehatan terkait. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan tuberkulosis disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pengetahuan dan tingkat pendidikan penderita, peran penyuluhan kesehatan, ketersediaan obat, Pengawas
a Menelan Obat (PMO), dan efek samping obat (Anonim, 2000 ).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa paling banyak hanya 1/3 dari pasien yang melakukan pengobatan persis seperti yang dianjurkan. Pada beberapa penelitian, masalah ketidaktaatan ini sangat tinggi, bahkan mencapai 92%. Perhatian terhadap masalah ketidaktaatan perlu diberikan lebih kepada kondisi berikut, seperti: pasien dengan usia sangat muda maupun sangat lanjut; pasien yang memerlukan pengobatan jangka lama, sehingga kepatuhan minum obat tidak bisa diharapkan tanpa bantuan orang lain; kurangnya pengertian pasien bahwa pengobatan memang diperlukan atau penyakitnya berbahaya; pemberian terlalu banyak obat dengan aturan pakai yang berbeda- beda; efek samping yang terlalu mengganggu tanpa disertai informasi mengenai hal tersebut; rasa ketidakpercayaaan pasien terhadap cara pengobatan; biaya obat terlalu mahal (Suryawati, 2008).
Dengan adanya permasalahan pada ketaatan pasien tuberkulosis, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam proses pengobatan tuberkulosis, serta dapat digunakan sebagai referensi dalam memonitoring keberhasilan program DOTS yang berdampak pada peningkatan angka kesembuhan tuberkulosis.
1. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang timbul dapat dirumuskan sebagai berikut : a. bagaimana karakteristik responden pasien tuberkulosis yang menjalani rawat jalan di BP4 Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009? b. apakah pengetahuan tentang tuberkulosis berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT? c. apakah penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT? d. apakah ketersediaan obat pada pasien berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT? e. apakah adanya PMO berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT? f. apakah adanya efek samping obat yang tidak diinginkan berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai pengaruh faktor risiko yang mempengaruhi ketaatan pengobatan pada pasien tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 belum pernah dilakukan di lingkup Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian tentang masalah yang terkait dengan penyakit tuberkulosis pernah dilakukan peneliti lain dengan judul sebagai berikut : a.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis Paru yang Mengalami Konversi di Kota Jambi oleh K. Mukhsin (2006)
b. Faktor Risiko Kegagalan Konversi Pada Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif
Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku Tahun 2006 oleh Ridwan Amiruddin (2006)
c. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO) oleh Keluarga dan Petugas Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Perilaku Pencegahan dan Kepatuhan Klien Tuberkulosis Dalam Konteks Keperawatan Komunitas di Kabupaten Wonosobo oleh Rochani Istiawan (2007) d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok oleh Felly Philipus Senewe (1997)
e. Pengaruh Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Tuberkulosis dan Efek Samping OAT Terhadap Kepatuhan Pengobatan: Studi Pada Pasien Tuberkulosis Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Siti Khadijah Sidoarjo oleh Ella Wahyu Febriana (2008) f. Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan Dengan PMO dan
Penderita Dengan Ketaatan Minum Obat Tuberkulosis Paru di Puskesmas Giriwoyo Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 oleh Suharto (2009) g. Hubungan Antara Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat (PMO)
Dengan Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Puskesmas Grabag Purworejo oleh Pratomo (2009)
3. Manfaat penelitian a.
Manfaat teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan menambah referensi bagi tenaga kesehatan terkait dan pasien tuberkulosis untuk mendeskripsikan faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kataatan pengobatan pasien tuberkulosis.
b.
Manfaat praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan terkait dan penderita tuberkulosis untuk mengarahkan ketaatan dalam pengobatan tuberkulosis yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan angka konversi dan angka kesembuhan penyakit tuberkulosis. Selain itu, dapat digunakan juga sebagai referensi dalam kegiatan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) terhadap penyakit tuberkulosis dan menambah wawasan di lingkup farmasi klinis komunitas.
B. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor- faktor risiko terhadap ketaatan penderita tuberkulosis dalam menggunakan obat anti tuberkulosis, dimana nantinya ketaatan dalam penggunaan OAT ini akan berdampak pada keberhasilan program Directly Observed Treatment
Shortcourse (DOTS) dan membantu meningkatkan angka konversi dan angka kesembuhan penyakit tuberkulosis.
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a. karakteristik responden pasien tuberkulosis yang menjalani rawat jalan di
BP4 Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 b. pengaruh pengetahuan tentang tuberkulosis terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT c. pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT d. pengaruh ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT e. pengaruh adanya PMO terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan
OAT
f. pengaruh adanya efek samping obat yang tidak diinginkan terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis merupakan salah satu bentuk penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang disebut
Mycobacterium tuberculosis . Tuberkulosis dapat menyerang manusia dan hewan
dengan ditandai adanya pembentukan tuberkel dan nekrosis pada jaringan setiap organ. Pada manusia, paru-paru merupakan tempat utama terjadinya infeksi dan biasanya merupakan awal terjadinya infeksi sebelum mencapai organ lainnya (DiPiro, 2005).
Bakteri tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Bakteri ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan (hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis), sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, bakteri dapat tertidur sampai beberapa tahun (dormant). Tuberkulosis timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (DiPiro, 2005).
Pada umumnya penyakit tuberkulosis ditandai dengan gejala seperti menurunnya berat badan, batuk selama lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, rasa sakit pada dada disertai dengan demam atau berkeringat (Crofton et al, 2002).
2. Macam-macam tuberkulosis
Berdasarkan tempat atau organ yang diserang oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis , maka tuberkulosis dibedakan menjadi 2 yaitu
tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru (Anonim, 2007).a.
Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, tuberkulosis paru dibagi dalam : 1) tuberkulosis paru BTA positif
Seseorang yang dinyatakan menderita tuberkulosis paru dengan BTA positif adalah yang memiliki sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada yang menunjukkan gambaran tuberkulosis. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman tuberkulosis positif. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (Anonim, 2007).
2) tuberkulosis paru BTA negatif Seseorang yang dinyatakan menderita tuberkulosis paru dengan BTA negatif ditunjukkan dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Tuberkulosis paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced atau millier), dan atau keadaan umum penderita buruk (Anonim, 2005).
b. Tuberkulosis ekstra-paru.
Tuberkulosis ekstra-paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain (Anonim, 2007). Tuberkulosis ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu : 1) tuberkulosis ekstra paru ringan, misalnya: tuberkulosis kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal (Anonim, 2005). 2) tuberkulosis ekstra-paru berat, misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, tuberkulosis tulang belakang, tuberkulosis usus, tuberkulosis saluran kencing dan alat kelamin (Anonim, 2007).
3. Epidemiologi
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis . Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan
global penyakit tuberkulosis, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif). Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien tuberkulosis baru dan 3 juta kasus kematian terjadi akibat tuberkulosis diseluruh dunia. Sekitar 95% kasus tuberkulosis dan 98% kematian akibat tuberkulosis di dunia, terjadi pada negara- negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat tuberkulosis lebih banyak karena kehamilan, persalinan dan nifas. Di negara-negara berkembang, kematian akibat tuberkulosis merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Sekitar 75% pasien tuberkulosis adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-55 tahun) (Anonim, 2006).
Di Indonesia, tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Di Indonesia tahun 2001 diperkirakan 582 ribu penderita baru atau 271 per 100 ribu penduduk, sedangkan yang ditemukan BTA positif sebanyak 261 ribu penduduk atau 122 per 100 ribu penduduk, dengan keberhasilan pengobatan diatas 86% dan kematian sebanyak 140 ribu (Anonim, 2005). Jumlah pasien tuberkulosis di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberkulosis di dunia. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru tuberkulosis paru BTA positif. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus tuberkulosis BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Penyakit tuberkulosis menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah (Anonim, 2006).
4. Etiologi
Riwayat terjadinya penyakit tuberkulosis adalah melalui infeksi primer dan tuberkulosis pasca primer.
a. Infeksi primer.
Pada waktu bersin atau batuk, penderita tuberkulosis menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Droplet yang sangat kecil ukurannya terhidup orang sehat, masuk ke saluran pernafasan dan melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, masuk dan tinggal di alveolus. Infeksi terjadi saat kuman mulai membelah diri dan kemudian membentuk luka kecil pada saluran pernafasan bagian bawah dan mengakibatkan radang pada paru. Saluran limfe akan membawa kuman tuberkulosis ke kelenjar limfe sekitar hilus paru dan membentuk komplek primer (Tjay & Rahardja, 2002).
Luka sembuh dan membentuk tuberkel kecil atau bintil, sebagai respon kekebalan tubuh terhadap organisme ini. Basil tuberkulosis akan menempati tuberkel sampai batas waktu yang tidak terbatas. Dalam beberapa kasus, tuberkel dapat membesar, menimbulkan abses besar yang seringkali menimbulkan nanah dan menyebarkan basil tersebut atau tuberkel menebal dan terbatasi serta mengalami pengapuran pada luka yang menyembuh dan mengandung basil hidup (Crofton et al, 2002).
Waktu mulai infeksi sampai pembentukan komplek primer sekitar 4-6 minggu. Perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif menunjukkan adanya infeksi tersebut. Terjadinya infeksi tuberkulosis dipengaruhi oleh konsentrasi droplet tuberkulosis dalam udara dan lamanya penderita menghirup udara tersebut (Anonim, 2002). Infeksi primer akan berkembang menjadi penyakit tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya daya tubuh penderita.
Pada umumnya pertahanan tubuh dapat menghentikan pertumbuhan kuman, tetapi ada beberapa kuman akan tinggal sebagai kuman tidur (dormant). Bila daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan pertumbuhan kuman, orang tersebut akan menderita tuberkulosis dalam beberapa bulan. Waktu yang diperlukan dari saat mulainya infeksi sampai terjadinya penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan (Anonim, 2002).
b. Tuberkulosis pasca primer (post primary tuberculosis).
Daya tahan tubuh yang menurun, misalnya pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) atau status gizi yang buruk akan mempengaruhi
terjadinya tuberkulosis pasca primer yang muncul beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri tuberkulosis fase ini adalah kerusakan jaringan paru yang luas dengan adanya kavitas atau efusi pleura (Anonim, 2002).
5. Gejala klinis
Onset penyakit tuberkulosis dapat terjadi secara bertahap dan penyakit ini tidak dapat didiagnosis sebelum dilakukannya radiografi pada rongga dada.
Biasanya penderita tuberkulosis memperlihatkan lubang atau lesi yang besar pada rongga paru yang terisi oleh Mycobacterium tuberculosis (DiPiro, 2005).