PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh : Arnon Samba NIM : 051334009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk : Tuhan Yesus JureselamatkuAlmamaterku Universitas Sanata Dharma Bapak , Ibuku tercinta dan Ibu A.Pertiwi Kakak - Adikku yang ku kasihi dan kusayangi Semua teman-temanku
MOTTO
Masa sulit adalah masa yang paling menuntut pembuktian dari kemampuan kita untuk memperbaiki diri karena Target itu tumbuh, bukan ukurannya tapi pencapaiannya………A successful person is one who can lay a firm foundation with the bricks that others throw at him.
David Brinkley
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
ARNON SAMBA
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai pre test dan post test yang dicapai oleh siswa. Rata-rata peningkatan nilai kelas adalah 2,10 atau 30%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 4,91 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 7,01. Nilai post test siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dituntut oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran akuntansi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
ABSTRACT
THE BENEFIT OF THE IMPLEMENTATION OF
COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) ON ACCOUNTING SUBJECT
A Case Study on the Students of XI IPS 1
Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta
ARNON SAMBA
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
This research aims to assess the increasing achievement of the students in accounting subject after the application cooperative learning method type Teams
Games Tournament (TGT).
The research was carried out in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. The subject of the research was the student of XI IPS 1. The main components of cooperative learning type TGT are: material presentation, group division, games, tournament, and reward to the groups. This class action research consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. The data collection was conducted by applying teacher activity observation sheet, student activity observation sheet, class activity observation sheet, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The collected data were analyzed by applying the descriptive analysis and comparative analysis.
Based on the result of the analysis result, it is concluded that: the application of cooperative learning method type Teams Games Tournament (TGT) increases the achivement of XI IPS 1 students in the accounting subject. The progress is displayed in the increasing score between pretest and post test. The class performed average progress is 2,10 or 30%. The average score of the class during pre-test is 4,91 whereas the average score of the post-test increases to 7,01. The student’s progress has fulfilled the Minimum Standard Competency of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta which requires average of 70. The result shows that cooperative learning method type Teams Games Tournament (TGT) on accounting subject increases the achievements of XI IPS 1 Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta students.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
7. Bapak Drs. Djoko Wicoyo, M.S. yang telah menyempurnakan abstrak dalam bahasa inggris.
8. Dosen-dosenku yang baik : ”Pak Wid, Pak Ruby, Pak Bambang, Bu Cornel, Bu Catur” terimakasih atas ilmu dan didikan yang telah diberikan pada saya selama ini.
9. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.
10. Kepala Sekolah Pangudi Luhur Yogyakarta serta Pak FX. Eka Wibawa, S.Pd selaku guru yang telah membantu dalam penelitian ini.
11. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sampe Samba dan Ibu Marthina R.P). Tiada kata dan tindakan yang mampu membalas semua kasih sayang, doa, dan perhatian kalian kepadaku.
12. Kakak dan Adikku, terima kasih atas segala doa dan dukungan sehingga penulis tetap semangat mengerjakan skripsi ini.
13. Bapak Yohanes Suhartono dan (†) Ibu Antonia Pertiwi ,terima kasih untuk segala perhatian, nasihat, dukungan moril.
14. Maria Goretti, Blasius Denny Fernantya, dan Hungke, terima kasih untuk segala perhatiannya.
15. Theresia Avilla Lisa Kurniastuti yang selalu memberikan cinta, kasih, saran dan bantuannya sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.
16. Melania Yoshe dan Kasiyem (Rini) yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ivHALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ixKATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xivDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1 B. Rumusan Masalah ........................................................................
7 C. Tujuan Penelitian .........................................................................
7 D. Manfaat Penelitian .......................................................................
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ..........................................
9 B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.............................................
14 C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament .........
18 D. Prestasi Belajar..............................................................................
23
E. Akuntansi .....................................................................................
28 F. Kerangka Teoritik .........................................................................
30 G. Hipotesis .......................................................................................
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .............................................................................
32 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................
32 1. Lokasi Penelitian .....................................................................
32 2. Waktu Penelitian ......................................................................
32 C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................
33 1. Subjek Penelitian .....................................................................
33 2. Objek Penelitian .......................................................................
33 D. Prosedur Penelitian .......................................................................
33 1. Kegiatan Pra Penelitian ...........................................................
33 2. Pelaksanaan Penelitian ..............................................................
34 E. Instrumen Penelitian......................................................................
38 1.Instrumen pra penelitian.............................................................
38 2. Pelaksanaan Penelitian .............................................................
40 F. Pengumpulan dan Analisis Data ...................................................
41 1. Pengumpulan Data....................................................................
41 2. Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas....................
42 G. Teknik Analisis Data.....................................................................
43 1. Analisis Deskriptif....................................................................
43 2. Analisis Komparatif..................................................................
43 BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Tujuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ..................
45 1. Visi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta .....................................
45 2. Misi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.....................................
45
3. Tujuan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.................................
67 K. Hubungan antara Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan Instansi Lain ...............
B. Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT....................................................................................... 102
2. PelaksanaanPenelitian………………………………………… 84
72
72 1. Observasi Pra penelitian ...........................................................
70 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ......................................................................
68 L. Usaha Meningkatkan Kualitas Lulusan ........................................
65 J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/ Komite Sekolah.......................
45 B. Sistem Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta...................
64 I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ..................................................
61 H. Proses Belajar Mengajar SMA Pangudi Luhur Yogyakarta .........
59 G. Kondisi Fisik, Lingkungan dan Fasilitas SMA Pangudi Luhur Yogyakarta..................................................
59 F. Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta .......................................
49 E. Sumber Daya Manusia SMA Pangudi Luhur Yogyakarta............
48 D. Organisasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.................
46 C. Kurikulum SMA ...........................................................................
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 103 B. Keterbatasan Penelitian............................................................... 105 C. Saran............................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
LAMPIRANDAFTAR TABEL Tabel 3.1 Proses Pengumpulan Data dan Pembagian Tugas ........................
42 Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus .....................................................
44 Tabel 4.1 Yayasan Pangudi Luhur ................................................................
50 Tabel 4.2 Jumlah Siswa Tiap Rombongan Belajar .......................................
60 Tabel 4.3 Jumlah Siswa Tiap Kelas ..............................................................
60 Tabel 4.4 Fasilitas Sekolah ...........................................................................
65 Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ....................................
74 Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa ...................................
78 Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran .................................
80 Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Pelaksanaan Penelitian ................................
92 Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Pelaksanaan Penelitian ..........
95 Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas........................................................
96 Tabel 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT.....................................................
98 Tabel 5.8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT ........................................................................... 100
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas................................................
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru........................................... 136
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ......................................... 138
Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Kelas.......................................... 140
Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam ProsesPembelajaran ........................................................................... 142
Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Kelas.................................................. 144
Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok................................................................................ 146 Lampiran 7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Model TGT ................................................ 147 Lampiran 8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Model TGT ....................................................................... 148Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................... 150
Lampiran 10 Analisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT................................................................ 164
Lampiran 11 Soal Pre Test........................................................................... 166
Lampiran 12 Soal Post Test.......................................................................... 168
Lampiran 13 Format Skor Kelompok........................................................... 172
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), mata
pelajaran ekonomi membahas dua hal yang berbeda yaitu ekonomi dan akuntansi. Materi ekonomi dipelajari siswa pada kelas I semester gasal dan genap, kelas II semester gasal, kelas III semester genap. Sementara materi akuntansi dipelajari siswa pada kelas II semester genap, dan kelas III semester gasal. Mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam Ujian Nasional (UNAS). Oleh karenanya siswa seharusnya dapat memahami materi mata pelajaran ini dengan baik.
Pengecekan indikator dilakukan oleh guru setelah guru selesai menjelaskan satu kompetensi dasar atau satu indikator dengan memberi ulangan. Pemberian ulangan ini tergantung pada keluasan materi yang dituntut dalam kurikulum. Siswa dituntut untuk dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang sudah ditetapkan dalam setiap jenjang pendidikan. Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Untuk mencapai kompetensi itu, penekanan dalam pembelajaran adalah terciptanya atau ditingkatkannya serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi aneka tantangan kehidupannya. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dituntut oleh SMA Pangudi Luhur rata rata adalah 70. Nilai rata rata tersebut diperoleh dari nilai ketuntasan masing-masing indikator yang penyusunannya sesuai dengan panduan yang ada di KTSP. Namun demikian, nilai ini masih di bawah nilai yang disyaratkan oleh Diknas yaitu 75. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Juli 2010 dikelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Karakteristik tersebut tergolong dalam tiga kelompok, yaitu siswa berprestasi tinggi, siswa berprestasi sedang, dan siswa berprestasi rendah. Demikian pula untuk motivasinya, ada yang mempunyai motivasi tinggi, motivasi sedang, dan ada pula yang mempunyai motivasi rendah. Pada saat berdiskusi dengan guru pengampu masalah yang dihadapi oleh guru yaitu mencari metode yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran akuntansi. Selain itu kebanyakan siswa kurang serius dan kurang fokus ketika mengikuti pelajaran akuntansi. Ini bisa dilihat ketika pelajaran berlangsung, kebanyakan siswa ngobrol dengan teman duduknya, ada yang sibuk menggambar, bermain, bahkan ada siswa yang tidur ketika guru sedang menjelaskan materi. Siswa-siswanya juga kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Refleksi yang dilakukan oleh guru menunjukkan beberapa kemungkinan penyebab kekurangpahaman siswa terhadap materi akuntansi, yaitu:
1. Materi akuntansi merupakan materi yang cukup abstrak Guru sudah berusaha untuk menjelaskan materi secara perlahan- lahan dan memberikan contoh-contoh yang nyata. Namun demikian, usaha guru tersebut tampaknya belum membuahkan hasil. Tampaknya siswa belum mengalami langsung terkait contoh-contoh yang diberikan oleh guru. Sehingga, walaupun guru memberikan contoh yang riil, namun bagi siswa tetap saja abstrak.
2. Logika siswa kurang dilatih dengan baik Apabila guru tidak dapat menyampaikan dengan baik materi akuntansi, maka materi akuntansi merupakan materi yang sungguh abstrak. Siswa belajar dengan tingkat abstraksi yang tinggi. Hal ini disadari karena siswa belum pernah bekerja di bidang akuntansi. Siswa hanya pernah mendengar cerita bagaimana seorang bekerja di bidang akuntansi.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dale yang mengemukakan bahwa penyampaian materi dengan menggunakan ceramah menuntut siswa untuk memiliki abstraksi yang tinggi. Di samping itu, apabila guru menyampaikan materi dengan menggunakan metoda ceramah maka siswa hanya dapat menyerap 5% dari materi yang disampaikan. Abstaksi yang tinggi menuntut kemampuan logika yang baik. Apabila logika siswa kurang baik, maka siswa kurang dapat memahami hal-hal yang abstrak.
3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran Keaktifan siswa akan memberikan dampak pada pemahaman materi yang lebih baik. Seperti yang ditunjukkan oleh kerucut Dale, siswa yang semakin aktif dalam proses pembelajaran akan memahami materi yang disampaikan oleh guru lebih banyak daripada siswa yang tidak aktif.
Dalam kerucut Dale, siswa memahami materi dengan baik apabila siswa mengajar temannya sendiri. Thomas (Arif,1994:76) mengemukakan bahwa apabila siswa belajar dengan cara mengajarkan materi pada temannya maka siswa tersebut akan dapat menyerap materi 90%. Tampak bahwa keaktifan siswa diperlukan untuk memahami materi.
Namun demikian, banyak guru yang melakukan pembelajaran dengan cara tradisional (ceramah). Beberapa alasan guru tidak mau menggunakan metoda lain khususnya di kelas XII adalah bahan pelajaran tidak selesai. Sementara itu, guru dituntut untuk menyiapkan siswa agar dapat mengerjakan ujian nasional. Di pihak lain, bahan yang diujikan dalam ujian nasional mencakup keseluruhan materi. Atas dasar ini, guru jarang melakukan pembelajaran yang mengaktifkan siswa karena khawatir bahan yang dituntut dalam kurikulum tidak selesai. Hal ini akan berakibat pada ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal ujian nasional.
4. Siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengekspresikan pengetahuannya Metoda teacher centered mengurangi ruang gerak siswa untuk dapat mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki. Dalam metoda pembelajaran ini, guru menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa tidak menjadi subjek pembelajaran melainkan objek pembelajaran.
Gambar 1. Piramida Pembelajaran Dale
5. Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran akuntansi Disadari, bahwa jurusan IPS merupakan jurusan “kelas dua” atau jurusan yang kurang diminati oleh para siswa. Siswa lebih memilih jurusan
IPA karena jurusan IPA ini dianggap bergengsi, siswa yang pandailah yang dapat masuk jurusan IPA dibandingkan jurusan IPS. Kondisi semacam ini menyebabkan siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk belajar.
Untuk memecahkan masalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi akuntansi, maka perlu dicari akar permasalahan yang ada. Dari hasil diskusi dengan guru, akar permasalahan yang mungkin menjadi penyebab kurangnya pemahaman siswa adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran rendah. Oleh karenanya, guru perlu mencoba memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan berbagai metoda pembelajaran yang variatif dan menuntut keterlibatan siswa yang tinggi sehingga siswa aktif
Sumber: http:www. dale`s.cone. cohesion.ohio-state.edu, dalam Widharyanto, 2003 dalam pembelajaran dan pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. Beberapa metoda pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk memahamkan materi di antaranya adalah: Metode Diskusi, Metode Pengamatan (observasi), Metode Simulasi, Metode Pemecahan Masalah, Metode Pemberian Tugas, Metode Kerja Kelompok. Sementara pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru di antaranya adalah Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Pendekatan Sistem, Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving), Pendekatan
Inquiry/Discovery, Pendekatan Proses, Pendekatan Keterampilan Proses,
Pendekatan Lingkungan (Environmental). Adapun model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar adalah model pembelajaran kooperatif yang terbagi atas lima yaitu : Student Teams Achievement Divisions (STAD, Teams Games
Tournaments (TGT), Jigsaw, Learning Together, Group Investigation.
Bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang cukup menarik untuk digunakan adalah model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam suatu kelas, maka peneliti memilih model pembelajaran
Teams Games Tournament untuk memecahkan permasalahan utama yang
sesuai dengan akar permasalahan yang ada. Mengingat penyebab utama adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran rendah, maka diduga model pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa .
. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan judul: Peningkatan Prestasi
Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament.
B. Rumusan masalah
Penelitian ini dirancang untuk menjawab masalah penelitian: apakah model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yaitu peningkatan prestasi belajar akuntansi.
D. Manfaat Penelitian:
1. Bagi Siswa Siswa dapat termotivasi untuk belajar akuntansi sehingga prestasi belajar akuntansi siswa dapat meningkat.
2. Bagi Guru Guru memiliki pengalaman dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk membelajarkan akuntansi kepada siswa.
3. Bagi Peneliti Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu yang berpusat pada siswa.
4. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas sekolah.
5. Bagi Universitas Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran serta aktivitas pengajaran di lapangan yang diperlukan dalam mempersiapkan tenaga pendidik dan meningkatkan kerjasama antara universitas dan sekolah.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah penelitian oleh sekelompok guru
untuk dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Wiriaatmadja, 2007:13). Sedangkan Aqib (2007:12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas atau yang disebut classroom
action research mengandung tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu:
1. Penelitian Kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan Sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas Sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru.
Pendapat lain dikemukakan oleh Susento (2007:1) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan.
Kekhususannya terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2) tindakan atau praktik yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep penelitian tindakan kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai dengan kurikulum yang ada saat ini. Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:1) menyatakan bahwa ada dua karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu:
1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.
2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.
Dilakukannya sebuah penelitian dikarenakan terdapat suatu problema yang harus dipecahkan dan bukan tidak mungkin tidak ada manfaat yang dapat diperoleh. Begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Dalam Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:3) dijelaskan beberapa manfaat dari PTK, yaitu:
1. Inovasi Pembelajaran Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, dan kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan di Kelas Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk dapat lebih memahami hakikat tersebut secara empirik dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.
3. Peningkatan Profesionalisme Guru Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya.
PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5):
1. Perencanaan Tindakan Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.
2. Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Observasi Tindakan Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).
4. Refleksi Terhadap Tindakan Memproses data yang diperoleh dari observasi tindakan. Data yang diperoleh ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bantuan pengamat atau orang lain yang berkompeten. Berdasarkan hasil refleksi kemudian dilakukan evaluasi terhadap tindakan, yaitu untuk menilai sejauh mana tindakan telah dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK selesai. Jika tindakan belum dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK masih dilanjutkan ke siklus kegiatan yang baru (Lihat pada gambar halaman 14).
Gambar 2.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan Tindakan SIKLUS I Perencanaan Observasi Tindakan Refleksi Pelaksanaan Tindakan SIKLUS II Perencanaan Observasi Ulang Refleksi
B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2007:4) cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Sedangkan menurut Lie (2007:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong-royong” atau cooperative learning. Dalam sisitem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2007:4). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil terdiri dari dua orang atau lebih yang anggotanya bersifat heterogen, dimana kerja sama kelompok sangat dibutuhkan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan (Lie, 2007:31-35):
1. Saling Ketergantungan Positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .
2. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
3. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4. Komunikasi Antar Anggota Pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.
Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.
5. Evaluasi Proses Kelompok Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa. Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:5-7):
1. Student Teams Achievment Division (STAD) STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian pengajar mengadakan kuis.
2. Teams Games Tournament (TGT) Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota kelompok akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata- rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
3. Jigsaw
Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana kelompok
dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan
bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar mengadakan ulangan/kuis.
4. Learning Together Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai hasil kerja individual.
5. Group Investigation Tipe group investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Saco (Suhadi, 2008:1), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Menurut Suherman (2008:1), penerapan model TGT adalah dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut (Slavin 1995:84-88):
1. Presentasi Kelas Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu pendahuluan, pengembangan dan memandu latihan.
a. Pendahuluan Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari.
b. Pengembangan 1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi yang akan diujikan 2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga 3) Guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan