PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI SD NEGERI 5 WATES, KULON PROGO.

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) DI SD NEGERI 5 WATES, KULON PROGO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Riani Hanantika NIM. 13108244006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) DI SD NEGERI 5 WATES, KULON PROGO

Oleh: Riani Hanantika NIM. 13108244006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 5 Wates, Kulon Progo tahun ajaran 2016/2017 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (classroom action reasearch) dengan subjek penelitian siswa kelas V SD Negeri 5 Wates, Kulon Progo semester genap tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 31 siswa. Desain penelitian menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Instrumen berupa lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan penelitian ini ditandai dengan meningkatnya hasil belajar IPS yakni 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 5 Wates dapat ditingkatkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Setelah dilakukan tindakan siklus I siswa yang mencapai ketuntasan 23 siswa (74%) dan belum tuntas 8 siswa (26%). Setelah dilakukan tindakan siklus II, siswa tuntas sebanyak 29 (93%) dan belum tuntas 2 siswa (7%).


(3)

iii

INCREASING SOCIAL SCIENCE OF STUDENTS GRADE V USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) AT SD NEGERI 5 WATES, KULON PROGO

By: Riani Hanantika NIM. 13108244006

ABSTRACT

The aim of this study is to improve learning outcomes of IPS students grade V SD Negeri 5 Wates, Kulon Progo academic year 2016/2017 using cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT).

This study includes the type of classroom action research with 31 students grade V even semester SD Negeri 5 Water Kulon Progo academic year 2016/2017 as the subjects. This study is using Kemmis and Mc Taggart model. Data were collected using test and observation. The instrumen of this study were observation sheets and tests. Data analyses were conducted using qualitative and quantitative descriptive analysis. The success indicator of this study were indicated by the increase of the IPS learning results that is 75% from the students who follow the learning process has fulfilled the Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) that is 75.

The results showed that the application of cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT) on the IPS subject can improve student learning outcomes of grade V SD Negeri 5 Wates. After the first cycle, 23 students (74%) have fulfilled the KKM and 8 students (26%) have not succeeded yet. Then after the second cycle, 29 students (29%) have succeeded and 2 students (7%) have not succeeded yet.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“Berikan seorang pria semangkuk nasi dan Anda akan memberinya makanan

untuk sehari. Ajarkan seorang pria memelihara padi dan Anda akan memberinya

makanan seumur hidup”

(Confusius)

“Kemenangan adalah milik mereka yang tekun”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Ucapan terimakasih penulis persembahkan kepada:

1. Bapak Kusnandar dan Ibu Titik Sudiastuti, orang tuaku tersayang yang memberikan motivasi dan doa tiada henti.

2. Almamaterku, UNY. 3. Nusa, Bangsa, dan Negara.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka unuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar

IPS Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di SD Negeri 5 Wates, Kulon Progo” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Mujinem, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan dan bimbingan selama penyusunan TAS, serta memberikan perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

2. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M. Pd., dan Ibu Isniatun Munawaroh, M. Pd. selaku Sekretaris dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Bapak Suparlan M. Pd. I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak Drs. Parman selaku Kepala SD Negeri 5 Wates yang telah memberi izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Ibu Hasri Miati, S. Pd. SD. selaku Guru Kelas V SD Negeri 5 Wates yang telah membantu pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Para guru dan staf SD Negeri 5 Wates yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.


(10)

x

8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan.


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Tinjuan tentang Pembelajaran IPS di SD ... 8

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial di SD ... 8

2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial SD ... 11

3. Tujuan Pembelajaran IPS di SD ... 12

4. Manfaat Pembelajaran IPS di SD ... 14

5. Ruang Lingkup IPS di Sekolah Dasar ... 16

6. Materi Pembelajaran IPS Kelas V ... 17

7. Pengertian Belajar ... 19

8. Pengertian Hasil Belajar ... 20

9. Hasil Belajar IPS ... 23

10. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS ... 23

B.Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

2. Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 28

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 30

4. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif ... 32

5. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif ... 33

C.Tinjauan tentang Teams Games Tournament (TGT) ... 37

1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT) ... 37


(12)

xii

3. Langkah-langkah Pembelajaran TGT ... 41

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran IPS .. 44

D.Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 48

E. Penelitian yang Relevan ... 50

F. Kerangka Pikir ... 50

G.Hipotesis Tindakan ... 53

H.Definisi Operasional Variabel ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 55

B.Setting Penelitian ... 56

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 57

D.Desain Penelitian ... 57

E. Teknik Pengumpulan Data ... 60

F. Instrumen Penelitian ... 61

G.Teknik Analisis Data ... 64

H.Indikator Keberhasilan ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 66

1. Siklus I ... 66

2. Siklus II ... 83

B.Pembahasan ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 101

B.Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Ulangan Harian IPS Kelas V Semester Genap ... 2

Tabel 2. SK dan KD Mata Pelajaran IPS Kelas V SD ... 18

Tabel 3. Dimensi Proses Kognitif ... 21

Tabel 4. Pemberian Poin Turnamen untuk Empat Pemain ... 48

Tabel 5. Pemberian Poin Turnamen untuk Tiga Pemain ... 48

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 62

Tabel 7. Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I ... 63

Tabel 8. Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II ... 64

Tabel 9. Hasil Belajar IPS Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 77

Tabel 10. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I ... 80

Tabel 11. Hasil Belajar IPS Siswa Setelah Tindakan Siklus II ... 93


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir ... 52 Gambar 2. Model Kemmis dan Mc Taggart ... 57 Gambar 3. Diagram Batang Persentase Hasil Belajar IPS Siklus I dan II ... 93


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lampiran 1. Kisi-kisi Soal Evaluasi Akhir Siklus I ... 106

Lampiran 2. Kisi-kisi Soal Evaluasi Akhir Siklus II ... 107

Lampiran 3. Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 108

Lampiran 4. Soal Evaluasi Akhir Siklus I ... 117

Lampiran 5. Soal Evaluasi Akhir Siklus II ... 123

Lampiran 6. RPP Pertemuan Pertama Siklus I ... 128

Lampiran 7. RPP Pertemuan Kedua Siklus I ... 134

Lampiran 8. RPP Pertemuan Pertama Siklus II ... 140

Lampiran 9. RPP Pertemuan Kedua Siklus II ... 146

Lampiran 10. Materi Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus I ... 153

Lampiran 11. Materi Pembelajaran Pertemuan Kedua Siklus I ... 155

Lampiran 12. Materi Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus II ... 156

Lampiran 13. Materi Pembelajaran Pertemuan Kedua Siklus II ... 161

Lampiran 14. LKS Pertemuan Pertama Siklus I ... 164

Lampiran 15. LKS Pertemuan Kedua Siklus I ... 166

Lampiran 16. LKS Pertemuan Pertama Siklus II ... 168

Lampiran 17. LKS Pertemuan Kedua Siklus II ... 171

Lampiran 18. Soal Turnamen Pertemuan Pertama Siklus I ... 174

Lampiran 19. Soal Turnamen Pertemuan Kedua Siklus I ... 177

Lampiran 20. Soal Turnamen Pertemuan Pertama Siklus II ... 180

Lampiran 21. Soal Turnamen Pertemuan Kedua Siklus II ... 183

Lampiran 22. Peraturan Teams Games Tournament (TGT) ... 186

Lampiran 23. Instrumen dan Pedoman Penilaian Post Test ... 187

Lampiran 24. Kelompok Diskusi Siklus I ... 188

Lampiran 25. Kelompok Diskusi Siklus II ... 189

Lampiran 26. Kelompok Turnamen Siklus I ... 190

Lampiran 27. Kelompok Turnamen Siklus II ... 191

Lampiran 28. Skor Turnamen Siklus I dan II ... 192


(16)

xvi

Lampiran 30. Nilai Ulangan Harian IPS ... 194

Lampiran 31. Hasil Diskusi Kelompok Pertemuan Pertama Siklus I ... 195

Lampiran 32. Hasil Diskusi Kelompok Pertemuan Kedua Siklus I ... 196

Lampiran 33. Hasil Diskusi Kelompok Pertemuan Pertama Siklus II ... 197

Lampiran 34. Hasil Diskusi Kelompok Pertemuan Kedua Siklus II ... 198

Lampiran 35. Skor Turnamen Siklus I dan II ... 199

Lampiran 36. Evaluasi Siklus I ... 200

Lampiran 37. Evaluasi Siklus II ... 202

Lampiran 38. Hasil Observasi Proses Pembelajaran ... 204

Lampiran 39. Catatan Lapangan ... 208

Lampiran 40. Dokumentasi Proses Pembelajaran ... 216


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Rohman, 2013: 10) menyebutkan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaran, akhlak mulia, serta

keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyakarakat dan bangsa”.

Salah satu faktor yang menunjang dalam proses pendidikan, antara lain adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Proses pembelajaran dan komponen yang ada di dalamnya seperti guru, siswa, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, dan sarana serta prasarana yang tersedia merupakan hal-hal yang dapat menentukan suatu keberhasilan proses pendidikan ditandai dengan berhasilnya proses pembelajaran.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat di sekolah, tidak hanya pada sekolah tingkat dasar tetapi juga terdapat pada sekolah menengah. Mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006


(18)

2

tentang Standar Isi, pada jenjang Sekolah Dasar mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa materi IPS dipandang sebagai materi yang kurang diminati oleh sebagian siswa. Seperti halnya yang terjadi pada siswa kelas V di SD Negeri 5 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, siswa masih kesulitan dalam mata pelajaran IPS. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah ditunjukkan dengan nilai Ulangan Harian Semester Genap 2016/2017. Nilai Ulangan Harian tersebut menunjukkan bahwa persentase ketuntasannya lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti IPA, PKn, Bahasa Indonesia, dan Matematika. Padahal dengan KKM 75 dan dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak, persentase ketuntasan hasil belajar yang harus dicapai adalah 75%. Berikut merupakan data tentang ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 5 Wates pada mata pelajaran IPS.

Tabel 1. Hasil Ulangan Harian IPS Kelas V Semester Genap Mata

Pelajaran

KKM Jumlah siswa Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa belum tuntas Persentase ketuntasan Persentase ketidak-tuntasan

IPS 75 31 13 18 42% 58%

PKn 75 31 25 6 81% 19%

B. Indo 75 31 20 11 65% 35%

Mtk 75 31 20 11 65% 35%

IPA 75 31 22 9 71% 29%

Sumber: Ulangan Harian Semester Genap.

Beberapa asumsi tentang rendahnya hasil belajar siswa kelas V dalam pelajaran IPS disebabkan oleh adanya anggapan bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran hafalan sehingga kurang menarik. Berdasarkan observasi, banyak


(19)

3

siswa merasa bosan dan cenderung berperilaku yang tidak terkendali seperti mengobrol dengan teman sebangkunya dan bermain-main pada saat guru menerangkan. Dengan keadaan kelas yang seperti itu sulit bagi guru untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Kesulitan yang dirasakan siswa juga dikarenakan guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Guru masih menjadi tokoh sentral dalam pembelajaran. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan bidang studi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru lebih fokus untuk menyampaikan dan mengejar materi yang cukup banyak.

Proses belajar-mengajar dikatakan baik apabila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Slameto (2013: 74) mengatakan bahwa belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai dengan cara-cara tertentu. Ketepatan seorang guru dalam memilih model pembelajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan menghasilkan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar dengan baik demi mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Soemosasmito (1988) dalam Badar (2014: 22) mengatakan bahwa guru yang efektif ialah guru yang berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran tanpa memberikan paksaan atau hukuman.

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas (Joyce & Weil (1980) dalam


(20)

4

Rusman (2011: 133). Asma (2006: 54) mengatakan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari matematika, bahasa, dan ilmu-ilmu sosial, yang telah digunakan mulai dari kelas dua sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Rusman (2011: 209) juga mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran berupa hasil belajar akademik dan hal-hal positif lainnya.

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Dalam pembelajaran, Teams Games Tournamenti merupakan model pembelajaran kelompok yang melibatkan aktivitas siswa dengan terjadi pertukaran pikiran atau gagasan pengetahuan di antara siswa dalam kelompok saat mendapatkan tugas. Menurut Huda (2015: 292) model pembelajaran TGT lebih menekankan pada evaluasi individual materi akademik yang sudah dirancang, dan membuka ruang “kompetisi” secara individual ataupun kelompok untuk meningkatkan hasil pembelajaran.

Model pembelajaran tersebut dirasa sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD. Izzaty, dkk (2013: 115) menyatakan beberapa ciri-ciri khas anak kelas tinggi Sekolah Dasar, yakni (a) adanya perhatian terhadap praktik sehari-hari yang konkret, (b) realistis, ingin tahun, dan ingin belajar, (c) timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, (d) anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya, (e) anak gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama. Berdasarkan pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa dalam usia kelas V SD masih sangat senang bermain, senang berkelompok, dan rasa keingintahuannya sangat besar.


(21)

5

Proses pembelajaran IPS yang menyenangkan di Sekolah Dasar sangat berperan dalam penentuan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Pembelajaran yang menyenangkan akan memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep yang ada. Konsep-konsep tersebut akan tertanam dan mudah diaplikasikan oleh siswa jika pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti akan melakukan sebuah penelitian untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dengan menerapkan model yang mungkin dapat meningkatkan hasil belajar yaitu model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil judul penelitian

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di SD Negeri 5 Wates, Kulon

Progo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 5 Wates pada mata pelajaran IPS masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti IPA, PKn, Matematika, dan Bahasa Indonesia.

2. Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran IPS.

3. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.


(22)

6 C. Pembatasan Masalah

Guna memfokuskan kajian dalam penelitian ini, maka permasalahan yang ada perlu dibatasi. Hal ini juga bertujuan agar objek penelitian dapat diteliti secara terfokus, dapat dilakukan pengkajian secara mendalam, serta dapat diupayakan solusi pemecahannya. Untuk itu peneliti membatasi pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dan belum diterapkannya model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 5 Wates.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perlu adanya suatu rumusan masalah yang akan memberikan arah pada langkah penelitian. Adapun rumusan

masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 5 Wates menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) bagi siswa kelas V SD Negeri 5 Wates, Kulon Progo.


(23)

7 F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Membantu meningkatkan hasil belajar IPS. 2) Mendapatkan variasi dalam pembelajaran. b. Bagi Guru

1) Memberikan alternatif pemecahan masalah terkait hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

2) Memperoleh pengalaman mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

c. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman berarti dalam mengembangkan pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 5 Wates, Kulon Progo.


(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pembelajaran IPS di SD 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial atau biasa disingkat IPS merupakan mata pelajaran yang diberikan pada tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Susanto (2014: 7) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Trianto (2010: 171) bahwa IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kompetensi pembelajaran terpadu, terdiri dari berbagai mata pelajaran yang saling terkait. Pendapat tersebut didukung oleh Hidayati (2002: 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial pada pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Adelia (2012: 69) menyatakan bahwa pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan para siswa agar mampu beradaptasi dan bermasyarakat, serta menyesuaikan dengan perkembangan dalam era globalisasi. Setelah mendapatkan pelajaran IPS siswa diharapkan peka terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya dan mampu menyelesaikannya.


(25)

9

Selain itu, siswa diharapkan dapat mengikuti perkembangan zaman dengan tidak menghilangkan jati diri sebagai bangsa Indonesia.

Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD atau MI sampai Sekolah Menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial. Melalui pelajaran IPS siswa diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Mulyasa, 2012: 125).

Dalam pembelajaran di sekolah dasar, IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan pendekatan terpadu, memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi (Sapriya, 2015: 194). Dengan keterpaduan tersebut maka materi pembelajaran banyak yang bersifat abstrak. Anak usia sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret, dimana siswa masih memandang dunia sebagai suatu keseluruhan yang utuh. Mereka memandang sesuatu berangkat dari sesuatu yang nyata (konkret).

Selaras dengan Susanto (2014: 18) bahwa anak kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya berada pada tingkatan konkret operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Mereka hanya peduli pada keadaan sekarang (konkret), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, arah


(26)

10

mata angin, nilai, kekuasaan, akulturasi, dan lain-lain adalah konsep-konsep abstrak yang harus dibelajarkan kepada siswa SD. Oleh karena itu, untuk memudahkan siswa belajar ke arah sesuatu yang abstrak diperlukan suatu media konkret dan pembelajaran yang menyenangkan.

Menghadirkan media yang nyata dan konkret dalam pembelajaran IPS bukanlah sesuatu yang mudah dikarenakan media dalam pembelajaran IPS sangat terbatas. Berangkat dari hal tersebut, maka dicari solusi dengan mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, terpusat pada siswa serta membawa kebermaknaan dalam belajar sehingga siswa akan mudah dalam mempelajari IPS. Melihat begitu banyaknya materi dalam pembelajaran IPS serta keterbatasan media maka guru haruslah pandai-pandai mengemas dan merancang suatu model pembelajaran yang terpusat pada siswa serta mempermudah siswa dalam belajar.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran hasil perpaduan dari berbagai ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, hukum, politik, sejarah, ekonomi, dan geografi. Mata pelajaran tersebut saling terkait dan mendukung untuk dipelajari bersama. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) si SD mempelajari tentang peristiwa, fakta, konsep, masyarakat dan tingkah lakunya serta lingkungan yang berada di sekitarnya.


(27)

11

2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial SD

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda, seperti halnya pelajaran IPS. Menurut Trianto (2010: 175), karakteristik pelajaran IPS adalah sebagai berikut.

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga meliputi berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner (pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu) dan multidisipliner (pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan).

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, pengelolaan lingkungan, struktur, proses, masalah sosial, upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran dari beberapa pengetahuan


(28)

12

sosial yang dirangkum menjadi satu dan saling keterkaitan. Pelajaran IPS di SD merupakan keterpaduan dari berbagai ilmu sosial sehingga hal yang dipelajari berkaitan dengan masyarakat, tingkah laku manusia, dan lingkungan sekitar manusia.

3. Tujuan Pembelajaran IPS di SD

Mata pelajaran IPS di sekolah dasar merupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat (orang lain). Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan dengan baik.

Dalam BSNP (2006: 175) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri (menemukan), memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam


(29)

13

Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Trianto (2010: 176) bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah sebagai berikut.

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungan sekitarnya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Memperhatikan isu-isu dan masalah sosial, mampu membuat analisis yang kritis serta mampu mengambil tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri untuk kemudian dapat bertanggung jawab membangun masyarakat. f. Memberi motivasi kepada seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. g. Mampu menjadi fasilitator dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak

bersifat menghakimi.

h. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

i. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.


(30)

14

Tujuan pembelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya siswa yang baik dengan mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Akan tetapi secara lebih khusus pada tujuan yang dikemukakan oleh Trianto (2010: 176), bahwa salah satunya adalah memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungan sekitarnya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. Memahami nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu perlu pembelajaran yang bermakna karena memahami nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat sangatlah penting bagi siswa. Hal tersebut agar siswa memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, diharapkan pembelajaran IPS di SD dapat mengembangkan segala kemampuan yang ada pada diri anak, membentuk sikap mengembangkan berbagai kemampuan siswa khususnya kemampuan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, pembelajaran IPS mampu mengantarkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4. Manfaat Pembelajaran IPS di SD

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus ditempuh siswa pada jenjang pendidikan dasar. Oleh karena itu mempelajari IPS menjadi sangat penting dan bermanfaat bagi siswa. Selain itu, siswa yang datang ke sekolah juga berasal dari lingkungan yang berbeda-beda sehingga dengan mempelajari materi-materi IPS yang diperolehnya di sekolah mereka dapat


(31)

15

mengembangkan dan mengintegrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna ketika mereka berada di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.

Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa sekolah dasar belum mampu memahami masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat secara mendalam dan utuh. Dengan mempelajari IPS di sekolah, siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, pengalaman, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan segala tantangan. Disamping itu, diharapkan siswa kelak dapat berpikir secara kritis dan rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.

Secara lebih rinci, Hidayati (2002: 16) memaparkan beberapa alasan penting mempelajari IPS di sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut:

a. Siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan kemampuan yang dimiliki menjadi lebih bermakna.

b. Siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

c. Siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.

Dari berbagai pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran IPS sangat penting untuk dipelajari terutama di Sekolah Dasar. Hal tersebut karena materi-materi yang termuat di dalam mata pelajaran IPS dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam mengenal dan mempelajari masyarakat


(32)

16

yang beraneka ragam serta mampu berpikir kritis dan rasional dalam menghadapi segala permasalahan sosial yang muncul di masyarakat tersebut.

5. Ruang Lingkup IPS di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar disederhanakan sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan siswa, hal ini berarti sumber dari IPS adalah ilmu sosial yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan usia siswa (Hidayati, 2002: 18).

Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada kelas V SD, materi sebagian besar membahas mengenai peristiwa-peristiwa di masa lampau, misalnya peristiwa dalam mempertahankan kemerdekaan. Menurut Hidayati (2002: 18) materi IPS disederhanakan dari ilmu-ilmu sosial yang terdiri dari yang pertama adalah fakta, konsep, generalisasi, dan teori, yang kedua yaitu metodologi penyelidikan dari masing-masing ilmu sosial, dan yang ketiga adalah keterampilan-keterampilan intelektual yang diperlukan.

Menurut BSNP (2006: 176), ruang lingkup pembelajaran IPS di Sekolah Dasar terdiri dari:

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c. Sistem Sosial dan Budaya

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPS yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari manusia, tempat, waktu, keberlanjutan, dan perubahan. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi dasar materi yang akan dilakukan penelitian.


(33)

17 6. Materi Pembelajaran IPS Kelas V

Sekolah Dasar Negeri 5 Wates menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP disusun oleh sekolah, namun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) disusun oleh pusat. SK dan KD semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS disusun oleh Kementerian Pendidikan di tingkat pusat. Namun demikian, indikator pembelajaran masing-masing KD dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Jadi guru di setiap satuan pendidikan berhak mengembangkan indikator pembelajaran sesuai dengan kondisi di masing-masing satuan pendidikan.

Materi pembelajaran IPS di kelas V adalah materi yang banyak mengandung unsur sejarah. Berikut adalah muatan SK dan KD pembelajaran IPS kelas V yang termuat dalam BSNP tahun 2006.


(34)

18

Tabel 2. SK dan KD Mata Pelajaran IPS Kelas V SD

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Semester I

1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

1.1. Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.2. Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.3. Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya. 1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan

budaya di Indonesia.

1.5. Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Semester II

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

2.1.Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

2.2.Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.3.Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. 2.4.Menghargai perjuangan para tokoh dalam

mempertahankan kemerdekaan. Sumber: SK dan KD Kelas V (BNSP, 2006)

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada KD 2.3 dan 2.4 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan, dan menghargai perjuangan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Materi tersebut cukup banyak dan banyak fakta maupun peristiwa yang harus di ingat oleh siswa. Dalam mempelajari materi tersebut diperlukan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga siswa tidak mudah bosan dan apa yang dipelajari akan lebih bermakna.


(35)

19 7. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Sudjana, 2014: 28). Sugihartono, dkk (2013: 74) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selaras dengan pendapat Slameto (2013: 2) bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik (2015: 28) mengartikan bahwa belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi juga lebih luas dari itu, yakni mengingat.

Terdapat 2 (dua) faktor yang mempengaruhi belajar menurut Sugihartono, dkk (2013: 76) yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi: faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah dapat meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siwa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.


(36)

20

Slameto (2013: 3) menyatakan enam ciri-ciri perubahan tingkah laku belajar, antara lain: (1) perubahan tingkah laku terjadi secara sadar, (2) perubahan bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan bersifat positif dan aktif, (4) perubahan bersifat permanen (bukan sementara), (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses yang disengaja untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal melalui berbagai pengalaman atau pelatihan. Belajar akan lebih bermakna apabila subjek belajar mengalami dan melakukannya.

8. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2014: 22). Sedangkan menurut Purwanto (2013: 46) hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2014: 23) secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Di antara tiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pelajaran.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil belajar perlu dievaluasi, evaluasi adalah pemberian keputusan


(37)

21

tentang nilai sesuatu dalam hal ini untuk mengetahui nilai dari proses belajar mengajar (Sudjana, 2014: 28). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa atau kemampuan dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan (Sudjana, 2005: 39).

Anderson dan Krathwohl mengatakan dalam buku yang direvisi dari Taksonomi Pendidikan Bloom (2015: 100) bahwa kata-kata kerja dimensi proses kognitif dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3. Dimensi Proses Kognitif

Dimensi Kata Kerja Kata Kerja Lain

C1 (Mengingat) 1. Mengenali 1.1. Mengidentifikasi 2. Mengingat kembali 2.1. Mengambil

C2 (Memahami)

1. Menafsirkan 1.1. Mengklasifikasi 1.2. Memparafrasakan 1.3. Merepresentasi 1.4. Menerjemahkan 2. Mencontohkan 2.1. Mengilustrasikan

2.2. Memberi contoh 3. Mengklasifikasi 3.1. Mengkategorikan

3.2. Mengelompokkan 4. Merangkum 4.1. Mengabstraksi

4.2. Menggeneralisasi 5. Menyimpulkan 5.1. Menyarikan

5.2. Mengekstrapolasi 5.3. Menginterpolasi 5.4. Memprediksi 6. Membandingkan 6.1. Mengontraskan

6.2. Memetakan 6.3. Mencocokkan 7. Menjelaskan 7.1. Membuat model C3 (Mengaplikasi) 1. Mengeksekusi 1.1. Melaksanakan

2. Mengimplementasikan 2.1. Menggunakan C4 (Menganalisis)

1. Membedakan 1.1. Menyendirikan 1.2. Memilah 1.3. Memfokuskan 1.4. Memilih


(38)

22

2. Mengorganisasi 2.1. Menemukan 2.2. Koherensi 2.3. Memadukan

2.4. Membuat garis besar 2.5. Mendeskripsikan

peran

2.6. Menstrukturkan 3. Mengatribusikan 3.1. Mendekonstruksi

C5 (Mengevaluasi)

1. Memeriksa 1.1. Mengoordinasi

1.2. Mendeteksi 1.3. Memonitor 1.4. Menguji

2. Mengkritik 2.1. Menilai

C6 (Mencipta)

1. Merumuskan 1.1. Membuat hipotesis 2. Merencanakan 2.1. Mendesai

3. Memproduksi 3.1. Mengkronstruksi

Jadi, hasil belajar adalah suatu pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dimaksud dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, daya reaksinya, dan aspek lain yang ada pada individu ke arah yang lebih baik. Hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan) dinilai dengan menggunakan tes dan hasilnya dalam bentuk nilai. Hasil belajar IPS dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada ranah kognitif yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan). Hal tersebut dikarenakan IPS merupakan mata pelajaran yang pada umumnya menitikberatkan pada pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.


(39)

23 9. Hasil Belajar IPS

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam usahanya untuk menguasai mata pelajaran IPS dengan sengaja pada waktu tertentu. Materi IPS kelas V semester genap merupakan materi yang bermuatan sejarah dimana Standar Kompetensinya adalah menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan Standar Kompetensi tersebut, Kompetensi Dasar dari materi kelas V terbagi menjadi empat, yaitu (1) mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, (2) menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, (3) menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan, dan (4) menghargai perjuangan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

Kompetensi Dasar yang akan dilakukan tindakan pada penelitian ini adalah menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Jadi hasil belajar IPS adalah hasil dari kemampuan siswa kelas V SD Negeri 5 Wates yang telah mengikuti proses pembelajaran dan merupakan gambaran dari penguasaan kemampuan siswa dalam mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi yang dinyatakan dalam skor nilai tes atau angka.

10. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS

Baik buruknya hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri berupa faktor psikologis dan faktor eksternal. Kehadiran faktor


(40)

24

psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting dalam memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Menurut (Slameto, 2013: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor intern, meliputi:

a. Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, misalnya cepat lemah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika tubuhnya lemah, kurang darah dan ada gangguan alat inderanya serta tubuhnya.

b. Intelegensi

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap proses pencapaian hasil belajar

siswa. Hal ini menurut seorang ahli mengatakan bahwa: “faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar”. Ini bermakna bahwa

seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

c. Minat dan Motivasi

Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan. Motivasi berasal

dari bahasa latin “movere” yang berarti “dasarnya” atau penggerak. Motivasi yang terdapat pada individu akan mewujudkan suatu perilaku untuk memenuhi


(41)

25

“keinginan atau kebutuhannya”. Kuatnya motivasi yang dimiliki individu akan

banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi memiliki daya tarik bagi kalangan pendidik terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja prestasi dan profesionalisme seseorang.

d. Tata Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda-beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap materi pelajaran dengan cara visual atau melihat langsung, audio atau dengan cara mendengarkan dari orang lain dan ada pula anak yang memiliki cara belajar kinestetik yaitu dengan gerak motoriknya, misalnya dengan cara berjalan-jalan dan mengalami langsung aktivitas belajarnya, sedangkan faktor-faktor eksternal, meliputi:

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak, keluarga merupakan lingkungan yang pertama dari anak dan dari keluarga pulalah anak menerima pendidikan karena keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan anak. Dalam buku psikologi pendidikan dijelaskan bahwa:

“situasi keluarga (ayah, ibu, saudara, adik, kakak serta lainnya) sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua, perkataan dan bimbingan orang


(42)

26

tua sangat mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Dari pendapat ini jelaslah bahwa kondisi rumah yang tidak baik, tidak memungkinkan anak belajar dengan baik. Dan sebaliknya, kondisi lingkungan rumah yang asri atau damai dapat membantu anak untuk belajar secara lebih baik guna mencapai prestasi belajar yang lebih baik lagi.

b. Lingkungan Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar mencakup metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan fasilitas di sekolah. Lingkungan sekolah menunjukkan adanya pengaruh yang cukup besar dengan pencapaian hasil belajar anak.

c. Lingkungan Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan keberhasilan hasil belajar. Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan bermoral baik, hal ini akan mempengaruhi anak untuk giat belajar.

d. Lingkungan Sekitar

Kondisi yang tentram di lingkungan tempat tinggal juga menunjang untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Keadaan yang relatif tenang membuat keadaan belajar menjadi sangat tenang, sehingga kegiatan belajar di rumah berjalan maksimal. Lingkungan sekitar misalnya seperti bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim yang sejuk dapat menunjang proses belajar.


(43)

27

Faktor-faktor internal dan eksternal belajar sangat mempunyai peran dalam mempengaruhi hasil belajar. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS sehingga faktor-faktor tersebut harus diperhatikan. Dari kedua faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS, faktor eksternal yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS adalah dengan penggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Penggunaan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat memudahkan siswa menerima materi yang diajarkan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

B. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana anggota dalam kelompok-kelompok kecil saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama Asma, 2006: 11). Menurut Rusman (2011: 202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan anggota yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen. Slavin (1995) dalam Badar (2014: 108) pun mengatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima orang untuk bekerjasama dalam menguasai materi yang diberikan guru.


(44)

28

Lie (2005: 29) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Rusman (2011: 203) dalam pembelajaran kooperatif, proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan satu sama lain. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Badar (2014: 111) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan belajar untuk menghargai satu sama lain.

Dari uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan melibatkan siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogan guna mencapai tujuan bersama.

2. Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (1994) dalam Badar (2014: 112), terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya


(45)

29

merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai peran terhadap suksesnya kelompok.

b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini terjadi saat siswa saling membantu untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah, karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif yakni dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kooperatif dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang

membutuhkan bantuan dan siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil

kerja teman sekelompoknya.

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana sikap siswa sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

e. Evaluasi proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.


(46)

30

Sedangkan Arends (1997) dalam Asma (2006: 16) berpendapat bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan”.

b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama dengan anggota kelompoknya.

e. Siswa akan diberikan penghargaan yang sama dalam satu kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.

g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi antaranggota, dan penghargaan kelompok.

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat dikatakan berhasil jika peserta didik dapat mencapai tujuan mereka dengan saling membantu. Sani (2014: 132) mengatakan


(47)

31

bahwa tujuan pembelajaran kooperatif yang perlu dicapai adalah penguasaan pengetahuan akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Ibrahim, dkk (2000) dalam Badar (2014: 111) bahwa tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut dijelaskan oleh Asma (2006: 12) sebagai berikut.

a. Pencapaian Hasil Belajar

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggung dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping itu, pembelajaran kooperarif dapat memberi keuntungan bagi siswa yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap Perbedaan Individual

Efek penting yang kedua dari model ini adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat karena banyak pekerjaan yang orang dewasa lakukan dalam organisasi yang saling


(48)

32

bergantung satu sama lain, meskipun beragam budayanya. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa yang masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu seringnya terjadi suatu pertikaian kecil antar individu yang mengakibatkan tindak kekerasan.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar berupa prestasi akademis, toleransi dan menerima keberagaman, dan keterampilan sosial.

4. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Arends (1997) dalam Asma (2006: 26) menyatakan bahwa tidak satupun studi yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan menjadi lebih aktif. Pada saat berdiskusi, fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat, dan berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan termotivasi. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dan menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya.

Menurut Shoimin (2016: 48), kelebihan dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan harga diri.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga konflik antarpribadi berkurang.


(49)

33

c. Sikap apatis (cuek atau acuh tak acuh) berkurang.

d. Pemahaman yang lebih mendalam dan retensi atau penyimpanan lebih lama. e. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

f. Dapat mencegah sikap agresif dalam sistem kompetisi dan merasa terasingkan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

g. Meningkatkan kemajuan belajar.

h. Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif. i. Menambah motivasi dan percaya diri.

j. Menambah rasa senang berada di tempat belajar serta menyenangi teman-teman sekelasnya.

k. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif banyak memiliki kelebihan yang salah satunya adalah meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga kemungkinan besar hal ini juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif menurut Badar (2014: 118) diantaranya Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Think Pair Share (TPS), Group Investigation (Investigasi Kelompok), Numbered Head Together (NHT), dan Teams Games Tournament (TGT). Adapun perbedaan dari masing-masing jenis model pembelajaran kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut:


(50)

34

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Menurut Badar (2014: 118) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dengan menggunakan kelompok kecil yang berjumlah 4 – 5 orang siswa setiap kelompoknya secara heterogen. Dalam buku yang sama, Badar (2014: 122) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Pendapat tersebut selaras dengan Slavin (2015: 143) yang mengatakan bahwa STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

b. Jigsaw II

Menurut Badar (2014: 124) dalam Jigsaw secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan akademik. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek

tertentu dari materi tersebut. setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari

kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok

lain sampai mereka mendai “ahli” di konsep yang dipelajari. Kemudian kembali ke

kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes yang bersifat individual untuk mengukur kemampuan setiap siswa.


(51)

35

Perbedaan dari model pembelajaran Jigsaw tipe II dan tipe I yaitu pada tipe I, siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep yang lain akan didapatkan melalui diskusi dengan teman sekelompoknya. Sedangkan pada tipe II, setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum mempelajari spesialisasinya untuk menjadi expert. c. Think Pair Share (TPS)

Menurut Shoimin (2016: 208) TPS atau berpikir-berpasangan-berbagi adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu

berpikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. d. Investigasi Kelompok (Group Inverstigation)

Investigasi kelompok menurut Badar (2014: 127) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Shoimin (2016: 80) mengatakan bahwa group investigation adalah suatu model yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis di mana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesuai dengan topik yang sedang dibahas.


(52)

36 e. Numbered Head Together (NHT)

Menurut Badar (2014: 131) NHT atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Shoimin (2016: 109) mengatakan bahwa NHT merupakan suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggotanya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang lainnya.

f. Teams Games Tournament (TGT)

Slavin (2015: 163) mengatakan bahwa secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademiknya setara.

Dari berbagai jenis model pembelajaran kooperatif di atas, tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model pembelajaran TGT dapat digunakan pada mata pelajaran IPS dengan materi pembelajaran yang dirumuskan secara jelas seperti materi sejarah mengenai peristiwa sekitar proklamasi. Materi tersebut dirumuskan dengan jelas dari mulai tempat, waktu, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengandung games dan turnamen di mana siswa tingkat


(53)

37

sekolah dasar akan menyukai hal tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar yang berdampak positif pada hasil belajarnya.

C. Tinjauan tentang Teams Games Tournament (TGT) 1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)

Rusman (2011: 224) mengatakan bahwa TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa secara heterogen. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Model ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Dalam TGT, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai lima siswa secara heterogen, baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis (Shoimin, 2016: 203).

Teams Games Tournament atau TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan siswa skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2015: 163). TGT menggunakan turnamen akademik di mana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu yang lalu (Shoimin, 2016: 203).


(54)

38

Menurut Huda (2015: 292) TGT lebih menekankan pada evaluasi individual

materi akademik yang sudah dirancang, dan membuka ruang “kompetisi” secara

individual ataupun kelompok untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Shoimin (2016: 204) mengatakan bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggiung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari matematika, bahasa, dan ilmu-ilmu sosial, yang telah digunakan mulai dari kelas dua sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Model pembelajaran TGT paling cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan jelas, misalnya pada bidang studi matematika, penggunaan bahasa, geografi, keterampilan membaca peta, fakta-fakta, dan konsep IPA (Asma, 2006: 54). Badar (2014: 132) pun mengatakan bahwa TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu sosial, maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) sampai perguruan tinggi.

Slavin (2015: 166) mengatakan bahwa ada beberapa komponen yang terdapat dalam TGT, yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim (penghargaan). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Aris Shoimin (2016: 204) bahwa ada lima komponen utama dalam TGT yang diantaranya sebagai berikut.


(55)

39 a. Penyajian Kelas

Guru menyampaikan materi pada awal pembelajaran dalam penyajian kelas. Penyajian dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah maupun diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Hal ini akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan game, karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Kelompok (teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya dibuat secara heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik saat game.

c. Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

d. Tournament

Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Guru


(56)

40

membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa yang berprestasi sedang pada meja II, dan tiga siswa yang berprestasi rendah pada meja III.

e. Team Recognize (Penghargaan Kelompok)

Guru mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Menurut Asma (2006: 56), skor ini didasarkan jumlah rata-rata yang tercakup oleh anggota kelompok dan kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil) kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa TGT merupakan model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 5 sampai 6 orang untuk melakukan game dan turnamen. TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran terutama mata pelajaran IPS dan secara individual dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

2. Kelebihan Pembelajaran TGT

Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) menurut Shoimin (2016: 207) adalah sebagai berikut.

1) Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan akademik tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang berkemampuan akademik rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan penting dalam kelompoknya.


(57)

41

2) Model TGT akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.

3) Model TGT akan membuat siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran, karena dalam pembelajaran ini guru menjanjikan sebuah penghargaan pada siswa atau kelompok terbaik.

4) Dalam model pembelajaran ini, siswa akan menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa turnamen.

Ahmad Susanto (2014: 234) pun mengatakan bahwa kelebihan dari model pembelajaran TGT adalah siswa tidak akan merasa jenuh dalam melaksanakan proses pembelajaran karena siswa merasa senang dengan adanya permainan dalam model ini. Sedangkan Miftahul Huda (2015: 292) mengatakan bahwa TGT secara individual ataupun kelompok dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

Dengan demikian, berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah dapat meningkatkan semangat belajar karena pembelajaran yang menyenangkan dengan adanya permainan dan turnamen yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

3. Langkah-langkah Pembelajaran TGT

Badar (2014: 132) memaparkan langkah-langkah pembelajaran TGT sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan kartu soal, LKS (Lembar Kerja Siswa), dan alat/bahan. b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 orang).


(58)

42 c. Guru mengarahkan aturan permainannya.

Langkah-langkah pembelajaran TGT mengacu pada lima komponen utama pembelajaran TGT. Slavin (2015: 170) mengatakan TGT terdiri dari siklus reguler aktifitas pengajaran, sebagai berikut:

a. Pengajaran, gagasan utamanya adalah menyampaikan pelajaran.

b. Belajar tim, di mana siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

c. Turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta.

d. Rekognisi tim, atau dapat disebut penghargaan tim di mana skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian langkah-langkah tersebut diperjelas oleh Aris Shoimin (2016: 205) sebagai berikut.

a. Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi, dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pengajaran langsung atau ceramah yang dipimpin oleh guru.

Pada saat penyajian kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena hal ini dapat membantu siswa bekerja lebih baik saat kerja kelompok dan pada saat game. Skor game akan menentukan skor kelompok.


(59)

43 b. Belajar dalam Kelompok (Teams)

Pada tahap ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin, etnik, dan ras. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman sekelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja lebih optimal pada saat game berlangsung.

Setelah guru memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan siswa adalah mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep teman sekelompoknya. c. Permainan (Games)

Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Game dimainkan pada meja turnamen oleh 3 orang siswa yang mewakili timnya masing-masing. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar akan mendapat skor yang nantinya dikumpulkan untuk turnamen mingguan. d. Pertandingan atau Lomba (Tournament)

Turnamen adalah struktur belajar di mana game terjadi. Biasanya dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan LKS. Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa yang memiliki prestasi tinggi


(60)

44

dikelompokkan pada meja I, tiga peserta dengan prestasi sedang pada meja II, dan seterusnya.

e. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Setelah turnamen berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang. Masing-masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kelompok mendapat

julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” jika rata-rata skor mencapai 50-40 dan “Good Team” jika rata-ratanya 40 ke bawah. Hal ini dapat memberikan kebanggaan tersendiri bagi para siswa atas prestasi yang telah mereka buat.

Dari berbagai pendapat mengenai langkah-langkah dalam pembelajaran TGT di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran TGT menurut pendapat Shoimin (2016: 205) yang diawali dengan penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan, turnamen, dan diakhiri dengan penghargaan kelompok.

4. Model Pembejaran Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran IPS Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPS pada penelitian ini didasarkan dari langkah-langkah pembelajaran TGT menurut pendapat Shoimin (2016: 205) sebagai berikut:

a. Penyajian Kelas

Penyajian kelas dalam pembelajaran IPS berisi tentang bagaimana guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran diawali dengan


(61)

45

penyampaian tujuan oleh guru dari kompetensi dasar yang akan dilaksanakan yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan. Setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan penyampaian materi secara garis besar. Materi yang disampaikan adalah materi IPS kelas V semester genap tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi. Sebelum melangkah ke langkah selanjutnya terlebih dahulu guru menjelaskan secara singkat mengenai LKS yang akan siswa diskusikan.

b. Belajar dalam Kelompok

Pada tahap ini, guru membagi kelas menjadi siswa dalam 4 kelompok secara heterogen berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan akademik. Kemampuan akademik diketahui dari hasil ulangan harian sebelumnya. Dari ketiga kelompok tersebut, masing-masing kelompok beranggotakan 7 – 8 orang siswa. Setelah semua kelompok terbagi, selanjutnya guru membagikan LKS untuk didiskusikan siswa dalam kelompok masing-masing dan membahasnya bersama kelompok lain jika diskusi selesai dilakukan.

c. Permainan (Games)

Permainan dilakukan dengan membagi siswa ke dalam meja turnamen terlebih dahulu. Dalam 1 meja turnamen terdiri dari 3 – 4 siswa berdasarkan kemampuan akademik dan mewakili timnya masing-masing. Sebelum permainan dimulai, siswa melakukan hompimpah. Permainan dimulai dengan memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi dan disesuaikan dengan kemampuan siswanya. Sebelumnya guru harus menyampaikan peraturan permainan kepada siswa.


(62)

46 d. Pertandingan (Tournament)

Seperti yang telah dijelaskan oleh Aris Shoimin (2016) sebelumnya bahwa tournament dalam TGT adalah struktur belajar di mana game terjadi. Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam 8 meja turnamen. Tiga siswa yang memiliki prestasi tinggi dikelompokkan pada meja I, tiga peserta dengan prestasi sedang pada meja II, dan seterusnya. Siswa harus benar-benar memperhatikan peraturan yang disampaikan oleh guru sebelumnya. Peraturan diambil dari pendapat Slavin (2015: 173) sebagai berikut:

1) Pembaca

Pembaca adalah orang pertama yang mendapat giliran untuk bermain. Pembaca pertama mengambil kartu bernomor dan membaca pertanyaan yang ada dibalik kartu tersebut dengan keras dan mencoba untuk menjawab. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi. 2) Penantang I

Penantang I adalah orang yang berada di sebelah kiri pembaca pertama. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang berada di sebelah kirinya mempunyai opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. 3) Penantang II

Penantang II adalah orang yang berada di sebelah kiri penantang I dan memiliki tugas yang sama dengan penantang I. Penantang II beraksi ketika penantang I melewati pertanyaan pembaca pertama, atau jika penantang II mempunyai jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang II boleh menantang. Akan tetapi, penantang I maupun penantang II harus berhati-hati


(63)

47

karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah.

Apabila semua peserta sudah memberikan jawaban, peserta yang ada di sebelah kiri pembaca memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras. Pemain yang memberikan jawaban benar akan menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban salah, dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan ke tempat semula. Untuk putaran berikutnya, semua bergerak satu posisi ke kiri. Permainan berlanjut sampai pertanyaan telah habis. Apabila permainan sudah berakhir, para pemain menghitung banyak kartu yang mereka kumpulkan pada kolom yang telah disediakan oleh guru.

e. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Setelah turnamen berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang. Masing-masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kelompok mendapat

julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” jika rata-rata skor mencapai 50-40 dan “Good Team” jika rata-ratanya 40 ke bawah.

Rata-rata skor didapat dari banyaknya skor yang dikumpulkan masing-masing siswa saat turnamen. Untuk menentukan skor tim, dapat dilihat tabel berikut.


(64)

48

Tabel 4. Pemberian Poin Turnamen untuk Empat Pemain Pemain Tidak ada yang seri Seri nilai terting gi Seri nilai tengah Seri nilai rendah Seri nilai tertinggi 3 macam Seri nilai terendah 3 macam Seri 4 macam Seri nilai tertinggi & terendah

Skor tertinggi 60 50 60 60 50 60 40 50

Skor Tengah atas 40 50 40 40 50 30 40 50

Skor Tengah bawah 30 30 40 30 50 30 40 30

Skor terendah 20 20 20 30 20 30 40 30

Sumber: Slavin (2015: 175)

Tabel 5. Pemberian Poin Turnamen untuk Tiga Pemain

Pemain Tidak ada

yang seri Seri nilai tertinggi Seri nilai terendah Seri 3 macam

Skor tertinggi 60 50 60 40 Skor tengah 40 50 30 40 Skor terendah 20 20 30 40

Sumber: Slavin (2015: 175)

D. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Siswa di bangku Sekolah Dasar pada umumnya berada pada usia 6 atau 7 tahun hingga 12 atau 13 tahun, yang terbagi ke dalam kelas rendah dan kelas tinggi. Melalui observasinya, Piaget (Santrock, 2008: 47) meyakini bahwa perkembangan kognitif manusia terjadi dalam empat tahapan, yaitu:

1. Tahap sensorimotor, berlangsung dari umur 0 sampai 2 tahun, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motor.

2. Tahap pra-operasional, dari usia 2 sampai 7 tahun, pemikiran simbolis meningkat tetapi pemikiran operasional belum ada. Dalam tahap ini anak lebih bersifat egosentris dan intuitif daripada logis.

3. Tahap operasional konkret, dari usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalaran logis menggantikan penalaran


(65)

49

intuitif meski hanya dalam situasi konkret, kemampuan klasifikasi sudah ada tetapi belum bisa memahami masalah abstrak.

4. Tahap operasional formal, dari usia 11 tahun sampai dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis.

Selain itu, menurut Izzaty (2013: 115) ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

1. Adanya perhatian yang tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

3. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

4. Memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5. Suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa SD kelas V berada pada tahap berpikir operasional konkret, di mana anak berpikir dalam situasi yang konkret, realistik, rasa ingintahu anak cukup tinggi, mempunyai keinginan belajar yang tinggi, dan juga sangat suka membentuk kelompok-kelompok sebaya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru harus merancang pembelajaran yang dapat membantu siswa memenuhi rasa ingin belajar dan keingintahuannya.


(1)

216

Lampiran 40. Dokumentasi Proses Pembelajaran

Siklus I Siklus II

1. Kegiatan Awal

Mempersiapkan siswa Mempersiapkan siswa

2. Kegiatan Inti

a. Presentasi Kelas


(2)

217

c. Games

d. Turnamen


(3)

218 Kegiatan Akhir


(4)

219 Lampiran 41. Surat Izin Penelitian


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

0 1 202